Bagian penting dalam ketenagakerjaan yang banyak mendapat sorotan adalah hubungan kerja antara
pekerja dengan pengusaha.
Hubungan kerja ini termasuk sebagai Perjanjian.
Sesuai dengan Pasal 1313 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan
dengan satu orang atau lebih dan mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.
Dalam Pasal 1320 KUH Perdata terdapat syarat-syarat terjadinya suatu perjanjian yang sah adalah:
Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
Suatu pokok persoalan tertentu
Suatu sebab yang tidak dilarang
Hubungan kerja
Dari ketentuan pasal tersebut terlihat jelas bahwa perjanjian kerja yang dilakukan antara pekerja/buruh
dengan pengusaha semuanya tergantung kesepakatan kedua belah pihak.
Namun dengan batasan-batasan yang disebutkan dalam UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
perjanjian kerja yang dilakukan harus menunjukkan adanya kejelasan atas pekerjaan antara pekerja/buruh
dengan pengusaha.
Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam perjanjian yang telah disepakati dan ketentuan yang
tercantum dalam UU No. 13 Tahun 2003 maka terdapat unsur dari hubungan kerja yaitu :
Adanya unsur service (pelayanan)
Adanya unsur time (waktu)
Adanya unsur pay (upah)
Masyarakat pada umumnya tahu bahwa tidak boleh adanya pemberlakuan tidak adil (diskriminasi) antara
sesama pekerja atau antara pekerja dengan pengusaha.
Hal itu disebutkan dalam Pasal 5 UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang isinya berbicara
mengenai hak tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh
pekerjaan. Kemudian Pasal 6 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan juga menyebutkan bahwa
setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha.
Penerapan pasal tersebut salah satunya adalah dengan urusan absensi. Absensi yang kelihatan sepele
sungguh akan menajadi masalah besar bila tak dikelola dengan maksimal. Jika absensi masih dilakukan
secara manual, faktor human error sangat besar yang tentu karyawan akan merasa dirugikan. Oleh karena
itu. perlu penerapan aplikasi absensi pegawai online agar meminimalisir potensi human error tersebut.
1. K3 Konstruksi Bangunan
Dasar hukum mengenai K3 Kontruksi Bangunan tertulis di :
1. UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi
jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan
jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan
konstruksi;
2. Peraturan No. 01/MEN/1980 tentang K3 Konstruksi
3. Permenaker No. 05/MEN/2018 tentang Lingkungan Kerja
4. Instruksi Menaker No. 01/1992 tentang Pemeriksaan, Keberadaan Unit Organisasi K3
5. SKB Menaker dan Men PU ke-174/1986 dan No. 104/KPTS/1986 tentang K3 pada tempat kegiatan
konstruksi beserta pedoman pelaksanaan K3 pada tempat kegiatan konstruksi
6. Surat Dirjen Binawas No. 147/BW/KK/IV/1997 tentang wajib Lapor Pekerjaan Proyek Konstruksi
7. Permenaker No. 01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 01/MEN/1980 Pasal 10 orang yang tidak
berkepentingan, dilarang memasuki tempat kerja.