Anda di halaman 1dari 4

MENYIKAPI PEMBENCI NABI

*Prof Dr H Gunarto SH MHum, Rektor Unissula

Nupur Sharma seorang juru bicara partai berkuasa Baharatiya Janata Party (BJP) India baru baru
ini viral setelah membuat pernyataan kontroversial yang menghina Nabi Muhammad SAW dalam
sebuah acara televisi Times Now pada Kamis 26 Mei 2022.

Iahttps://zonabanten.pikiran-rakyat.com/tag/Nupur%20Sharma mengeluarkan pernyataan yang


menyinggung kaum Muslim."Nabi Muhammad menikahi seorang gadis berusia enam tahun dan
lalu berhubungan dengannya di usia sembilan tahun," ucap Nupur Sharma dikutip dari Sputnik. Ia
juga mengolok-olok Al-Quran dengan menyamakannya dengan bumi itu datar.

Perempuan kelahiran New Delhi, India 23 April 1985 itu pada akhirnya harus menanggung rasa
malu karena pernyataan yang tak terpuji tersebut. Badai kecaman pun datang bertubi tubi bukan
hanya dari umat muslim India namun juga tekanan dari berbagai belahan dunia.

Ia semakin terpojok karena harus berurusan dengan Kepolisian setempat karena pernyataanya itu
yang melanggar pasal 295A, 153A dan 505B dari KUHP India. Tindak lanjut kasus dilakukan
setelah polisi mendapatkan pengaduan dari Akademi Raza, sebuah organisasi Sunni Barelvi dari
Muslim Sunni India. Politisi senior India itu juga mendapat hukuman dari partai BJP pada 5 Juni
2022 lalu.

Akhirnya Sharma mencabut pernyataannya. "Jika kata-kata saya telah menyebabkan


ketidaknyamanan atau menyakiti perasaan keagamaan siapa pun. Dengan ini saya mencabut
pernyataan saya tanpa syarat," tulis Sharma di akun Twitter pribadinya @NupurSharmaBJP, Senin
6 Juni 2022.

Apakah pernyataanya tulus? Belum tentu? Apakah tindakan hukum yang diambil oleh penegak hukum
setempat dan hukuman yang diberikan oleh BJP dilakukan demi penegakan hukum serta penolakan
terhadap penistaan agama?. Belum tentu juga, Karena faktanya India merupakan salah satu negara yang
berbagai kebijakannya tidak ramah pada umat muslim.

Politisi politisi India banyak menggunakan kebencian terhadap Islam sebagai komoditas empuk guna
mendulang dukungan politik. Tidak heran jika berbagai sentimen anti Islam semakin menguat di negeri
Bollywood tersebut. Terlebih pada pemerintahan perdana menteri yang dipegang oleh Ketua Partai BJP
Narendra Modi saat ini dengan mengubah India menjadi negara nasionalis Hindu yang otoriter. Hal
itu semakin nyata saat parlemen mengeluarkan kebijakan- kebijakan yang diskriminatif.

Dalam laporan Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS), kebijakan itu di antaranya
amandemen undang-undang kewarganegaraan nasional yang dianggap mendiskriminasi umat
Islam, dan penghapusan ketentuan otonomi yang diberikan ke Jammu dan Kashmir, satu-satunya
negara bagian mayoritas Muslim di India. hal itu hanya satu dari sekian banyak contoh kebijakan
yang tidak ramah dengan Muslim India.

Kisah penghinaan terhadap Nabi Muhammad tidak hanya ada di masa modern ini saja namun

1
sudah banyak dilakukan saat Nabi masih hidup. Hal itu diabadikan dalam banyak surat Al-
Qur’an. Para pembenci itu menuduh Nabi Muhammad sebagai dukun, pembual,
pembohong/penipu, penyair gila, sampai dengan tukang sihir. Berbagai hinaan tersebut bisa
dilihat dalam berbagai ayat misalnya Surat al-Anbiya’ 21: 5, al-Haqqah 69: 40-41, al-Haqqah 69:
42, al-Zariyat 51: 52, QS al-Hijr 15: 6, dan Surat al-Furqan 25: 6.

Penghinaan terhadap Nabi muncul setidaknya karena dua hal. Pertama, yaitu keangkuhan
sebagaimana disebut dalam Surah al-Jasyiah ayat 35:

ْ ُ‫غ َّرتْكُ ُم ا ْل َحيَاةُ ال ُّد ْنيَا ۚ فَا ْلي َْو َم ََل يُ ْخ َر ُجونَ مِ ْنهَا َو ََل هُ ْم ي‬
َ‫ستَ ْعتَبُون‬ َ ‫َّللا هُزُ ًوا َو‬
ِ َّ ‫ت‬ِ ‫ َٰذَ ِلكُ ْم بِأَنَّكُ ُم اتَّ َخذْت ُ ْم آيَا‬.

“Yang demikian itu, karena sesungguhnya kalian menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan
dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari
neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertaubat.” (QS al-Jasyiah [45]: 35).

Penyebab kedua, karena ketidaktahuan, yang terjadi akibat ketidaksampaian dakwah atau
tersampaikannya informasi tentang Nabi secara distorsif, sehingga terjadi kesalahpahaman.
Sebagaimana diisyaratkan dalam Surah al-Maidah ayat 104:

َ َ‫علَ ْي ِه آبَا َءنَا ۚ أَ َولَ ْو كَانَ آبَا ُؤهُ ْم ََل يَ ْعلَ ُمون‬
‫ش ْيئًا‬ ْ ‫الرسُو ِل قَالُوا َح‬
َ ‫سبُنَا َما َو َج ْدنَا‬ ُ َّ ‫َوإِذَا قِي َل لَ ُه ْم تَعَالَ ْوا إِلَ َٰى َما أَ ْنزَ َل‬
َّ ‫َّللا َوإِلَى‬
َ‫و ََل يَ ْهتَدُون‬.
َ

“Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti
Rasul”. Mereka menjawab: “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami
mengerjakannya”. Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka, walaupun nenek
moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk.” (QS al-Maidah
[5]: 104).

Berbagai aksi penghinaan terhadap Nabi Muhammad tentu akan membuat mayoritas Muslim dunia
terluka. Betapa tidak, karena Nabi adalah sosok yang kita cintai melebihi kita mencintai orang tua
kita, keluarga kita, bahkan melebihi cinta kita pada diri kita sendiri.

Namun demikian kita tidak dibenarkan membalas kebencian mereka dengan jalan yang buruk,
atau bahkan langkah yang lebih buruk. Karena mencegah kemunkaran tidak boleh dilakukan
dengan memunculkan kemungkaran yang baru, apalagi kemunkaran yang lebih besar. Dalam
Surah An-Nisa ayat 140 tentang pentingnya bersikap bijak menghadapi penghinaan.

‫غي ِْر ِه‬ ٍ ‫ستَ ْهزَ أ ُ بِهَا فَ ََل تَ ْقعُدُوا َمعَ ُه ْم َحت ََّٰى يَ ُخوضُوا فِي َحدِي‬
َ ‫ث‬ ْ ُ‫َّللا يُ ْكفَ ُر بِهَا َوي‬
ِ َّ ‫ت‬ِ ‫ب أَنْ إِذَا سَمِ ْعت ُ ْم آيَا‬ َ ‫ۚ َوقَ ْد نَزَّ َل‬
ِ ‫علَ ْيكُ ْم فِي ا ْل ِكتَا‬
‫ ِإنَّكُ ْم ِإذًا مِ ثْلُ ُه ْم‬.

“Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam AlQur’an bahwa apabila
kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan, maka janganlah kamu duduk
bersama mereka, sampai mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau
kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka.” (QS An-Nisa [4]: 140).

Begitu juga dalam Surah Fusilat ayat 34:

2
‫َاوةٌ َكأَنَّهُ َول ٌِّي حَمِ ي ٌم‬
َ ‫عد‬َ ُ‫س ُن فَ ِإذَا الَّذِي بَ ْينَكَ َوبَ ْينَه‬ َ ‫س ِيئَةُ ۚ ا ْدفَعْ ِبالَّتِي ه‬
َ ْ‫ِي أَح‬ َّ ‫سنَةُ َو ََل ال‬
َ ‫ستَ ِوي ا ْل َح‬
ْ َ‫ َو ََل ت‬.

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik,
sampai antara kamu dan dia yang bermusuhan menjadi teman yang sangat setia.” (QS Fusilat [41]:
34)

Nabi Muhammad telah memberikan contoh bagaimana menyikapi penghinanya, seperti tatkala
diusir, dikejar dan dilempari batu oleh warga kota Taif, sampai berdarah-darah. Saat itu malaikat
meminta Nabi untuk berdoa kepada Allah supaya memerintahkannya agar menimpakan azab untuk
mereka. Kemudian, kita tahu, bahwa sikap manusia paling agung ini, dengan keluhuran akhlaknya,
justru menengadahkan tangan ke langit dan berucap dengan kasih sayangnya, “Ya Allah,
berikanlah petunjuk kepada kaumku, karena sesungguhnya mereka belum mengetahui.”

Oleh karenanya dalam menyikapi penghinaan terhadap Nabi Muhammad tersebut kita harus
bertindak tegas namun tidak boleh melewati batas. Oleh karenya kami merasa perlu menolak dan
mengecam dengan keras pernyataan politikus India Nupur Sharma Juru Bicara BJP (Baharatiya
Janata Party) dan Naveen Kumar Jindal yang menghina Nabi Muhamad SAW, Ummul Mukminin
Sayyidah Aisyah, serta penistaan terhadap AlQur’an.

Karena penghinaan tersebut adalah sebuah kesalahan dan tindakan bodoh yang bertentangan
dengan ajaran agama Islam dalam konteks saling menghormati antar umat beragama di dunia.

Kita meyakini para Nabi dan Rasul adalah manusia sempurna yang mencerminkan kepribadian
yang paling mulia dalam berakidah, beribadah, dan bermuamalah dengan adab yang paling luhur
yang tidak dimiliki manusia biasa. Allah SWT memberikan sifat khusus kepada mereka sebagai
manusia ma'shum (terjaga) dari segala hal yang mengurangi atau menurunkan martabatnya sebagai
manusia pilihan Allah SWT.

Pernyataan penghinaan seperti yang dikemukakan politikus India ini adalah ucapan hina yang
tidak ada nilainya sama sekali dan selalu diulang-ulang oleh mereka yang iri dengan kemuliaan
agama Islam. Aksi penghinaan tersebut seharusnya juga dijadikan momentum bagi umat Islam
untuk lebih mencintai Nabi Muhammad SAW dan AlQur’an sebagai jalan keselamatan di dunia
dan akherat.

Kita juga tidak boleh kehilangan harapan dan dengan tulus mendoakan mereka. Semoga mereka
yang menghina Nabi mendapat petunjuk sehingga tergerak hatinya mau mengenal Nabi
Muhammad yang merupakan sosok mulia. Mendoakan mereka agar mau memahami AlQur’an
yang merupakan Kitab Suci, petunjuk kebenaran dan solusi kehidupan manusia supaya bahagia di
dunia dan akherat.

Kami juga merekomendasikan beberapa poin penting. Pertama, Pemerintah RI sebaiknya


menghimbau masyarakat untuk tidak membeli produk- produk barang dan jasa dari India yang
telah melakukan penghinaan pada Nabi Muhammad SAW, dan memanggil Duta Besar India di
Indonesia untuk meminta maaf pada umat Islam.

3
Kedua, menghimbau umat Islam untuk bersatu padu menolak barang barang dari India seperti
produk makanan, produk kecantikan, cat dll dan memilih membeli produk produk dalam negeri
khususnya produk produk yang diproduksi kaum muslim Indonesia.

Ketiga, menyerukan kepada semua masyarakat Indonesia tetap bersatu padu menjaga ukhuwah
wathoniyah atau persatuan sesama bangsa Indonesia.

Keempat, mendorong Pemerintah India untuk melakukan penegakan hukum bagi warga India yang
telah menghina Nabi Muhammad SAW berdasar pasal 295A, 153A dan 505B KUHP India,
sekaligus menjaga perdamaian dunia berdasar kemanusiaan dan keadilan.

Anda mungkin juga menyukai