Tugas Metolit
Tugas Metolit
Disusun oleh:
Arif Faiz Wicaksono NIM 21030116140146
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................2
1.1. Latar Belakang.........................................................................................................2
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian....................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................6
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
daun dan diameter tajuk daun yang lebih panjang/lebar dibandingkan pada
siklus sebelumnya. Tumbuhan porang yang sudah mengalami beberapa periode
siklus memiliki umbi yang lebih berat. Umbi batang umumnya dipanen pada
siklus ketiga. Pada siklus pertama dan kedua merupakan fase pertumbuhan
vegetatif dan setelah siklus ketiga, mengalami fase pertumbuhan generatif
(Saputra et al., 2010). Budidaya porang perlu pengelolaan yang intensif seperti
pengolahan lahan untuk pembibitan dan penanaman, pemeliharaan tanaman
serta cara panen umbi. Jika benih/bibit tanaman berasal dari biji, perlu
disiapkan persemaian untuk pembibitan, dan jika sudah berkecambah dapat
dipindahkan di persemaian (Sumarwoto, 2008).
3
2013). Umbi porang yang mengandung ± 55 % glukomanan dapat
dimanfaatkan untuk pembuatan plastik biodegradable (Pradipta & Mawarani,
2012). Umbi porang yang mengandung glukomanan 15 % - 64 % (basis
kering), dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri pangan dan
kesehatan (Faridah et al., 2012). Umbi porang tidak dapat disimpan dalam
waktu lama, sehingga harus segera diolah menjadi tepung agar awet. Cara
pengolahan umbi menjadi tepung belum banyak diketahui oleh masyarakat,
sehingga umbi ini hanya dapat dibuat dalam bentuk chip atau keripik kering
yang harga jualnya rendah dan selanjutnya dikirim ke pabrik. Umbi porang
dapat juga diolah menjadi bahan dasar dalam pembuatan mie dan kosmetik.
Peluang pemasaran ke luar negeri masih sangat terbuka, terutama untuk tujuan
ke Jepang, Taiwan, Korea dan beberapa Negara Eropa. Jepang membutuhkan
porang sekitar 3.000 ton /tahun, tetapi Indonesia baru mampu memenuhi sekitar
600 ton per tahun (Pitojo, 2007). Chip porang ditepungkan menggunakan stamp
mill dengan prinsip kerjanya adalah penumbukan atau menekan, kemudian
fraksinasi menggunakanmetode hembusan untuk menghasilkan glukomanan
yang lebih murni (Gossy, 2009).
4
mekanis yang menyebabkan dapat menurunkan kalsium oksalat itu sendiri yang
mana umbi porang mengandung kalsium oksalat sebesar 6,11% dan setelah
dikonversikan menjadi tepung kadar kalsium menjadi 0,3% (Faridah et al.,
2012). Dan pada proses mengurangi kadar oksalat, digunakan bahan kimia
NaHCO3, karena NaHCO3 memiliki muatan O- dengan nilai elektronegatifanya
sebesar 3,44 yang mana bersifat oksidator untuk mereduksi oksalat (Lisdiana,
2011). Oleh karena itu diharapkan agar penelitian tentang pengurangan kadar
kalsium oksalat dengan NaHCO3 dapat memenuhi standart baku mutu pangan
sebesar 0,08%.
5
DAFTAR PUSTAKA
Chairiyah, N., Harijati N., & Mastuti R. (2014). Pengaruh waktu panen terhadap
kandungan glukomanan pada umbi porang (Amorphophallus muelleri Blume)
periode tumbuh ketiga. Research Journal of Life Science, 1(1), 37-42.
https://doi.org/10.21776/ub.rjls.2014.001.01.6
Faridah, A., Widjanarko, S. B., Sutrisno, A., & Susilo B. (2012). Optimasi produksi
tepung porang dari chip porang secara mekanis dengan metode permukaan
respons. Jurnal Teknik Industri, 13(2), 158-166.
https://doi.org/10.22219/JTIUMM.Vol13.No2.158-166
Dewanto, J. & Purnomo B., H. (2009). Pembuatan konyaku dari umbi iles-iles
(Amorphophallus oncophyllus). Digital Library UNS, 8(9), 1-20.
https://eprints.uns.ac.id/5830/1/110451502201008231.pdf
Gossy, A., 2009. Uji kerja perancangan mesin stamp mill penumbuk 3 lesung untuk
chip porang. FTP-UNIBRAW, 27(9), 32-54.
Hidayat, R., Dewanti, Felicitas D. D., & Guniarti. (2020). Kajian konsentrasi
sitokinin dan dosis pupuk npk terhadap pertumbuhan dan hasil bulbil tanaman
porang (Amorphophallus onchophyllus). BERKALA ILMIAH
AGROTEKNOLOGI – PLUMULA, 7(1), 33-44.
https://doi.org/10.33005/plumula.v7i1.20.
Noonan, S. C., & Savage, G. P. (1999). Oxalate Content of Fodds and its Effect on
Humans. Asia Pac J Clin Nutr, 8(1), 64-74. https://doi.org/10.1046/j.1440-
6047.1999.00038.x
6
Pitojo, S. (2007). Seri budidaya suweg : Bahan pangan alternatif, rendah kalori.
Kanisius.
Saputra, R. A., Mastuti R., & Roosdiana, A. (2010). Kandungan asam oksalat terlarut
dan tidak terlarut pada umbi dua varian porang (Amorphophallus muelleri
Blume) di KPH Saradan, Madiun, Jawa Timur pada Siklus pertumbuhan ketiga.
[Skripsi]. Penelitian Hayati, 4(A), 99-102.
http://berkalahayati.org/files/journals/1/articles/53/submission/53-157-1-
SM.pdf
Sari, R., & Suhartati. (2015). Tumbuhan porang: prospek budidaya sebagai salah satu
sistem agroforestry. Buletin Boni, 12(2), 97-110.
https://doi.org/10.20886/buleboni.5061
Sumarwoto. (2008). Letak biji pada tongkol buah dan media persemaian pengaruhnya
pada mutu benih iles-iles (Amorphophallus muelleri Blume). Prosiding Seminar
Nasional dan Workshop Perbenihan dan Kelembagaan dengan Tema Peran
Perbenihan dan Kelembagaan dalam Memperkokoh Ketahanan Pangan,
Yogyakarta, 10-11 November 2008.
Sumarwoto. (2012). Peluang bisnis beberapa macam produk hasil tanaman iles
kuning di DIY melalui kemitraan dan teknik budaya. Business Conference,
Yogyakarta.
http://repository.upnyk.ac.id/5230/1/20_Marwoto_AgrotekUPNVYK.pdf
Wahyuningtyas, R. D., Azrianingsih, R., dan Rahardi, B. (2013). Peta dan struktur
vegetasi naungan porang (Amorphophallus muelleri Blume) di Wilayah Malang
Raya. Jurnal Biotropika, 1(4), 139-143.
https://biotropika.ub.ac.id/index.php/biotropika/article/view/146
Widari, N. S., dan Rasmito, A. (2018). Penurunan kadar kalsium oksalat pada umbi
porang (amorphopallus oncophillus) dengan proses pemanasan didalam larutan
7
NaCl. Jurnal Teknik Kimia, 13(1), 1-
4. https://doi.org/10.33005/tekkim.v13i1.1144
Yang, X. H., Zhu, W. L., & Yan, J. F. (2006). A time-temperature rheological study
of konjac glucomannan hydrocolloid. Journal of biomaterials science. Polymer
edition, 17(1-2), 53–59. https://doi.org/10.1163/156856206774879063