Interpretasi Gramatikal
1. mengenai istilah “dipercayakan” seperti yang tercantum dalam pasal 432
KUHP “seorang pejabat suatu lembaga pengangkutan umum dengan sengaja
memberikan kepada orang lain dari pada berhak, surat tertutup, kartu pos
atau paket, yang (dipercayakan (verduisteren), kepada lembaga itu, atau
kalau sebuah paket “diserahkan” kepada dinas perkereta-apian (PJKA),
sedangkan berhubungan dengan pengiriman tidak ada lain kecuali dinas itu,
maka diserahkan berarti “dipercayakan”. Jadi dipercayakan ditafsirkan
menurut bahasa sebagai diserahkan.
B. Interpretasi Historis
1. KUHPerdata BW yang dikodifikasikan pada tahun 1848 di Hindia Belanda
2. Untuk memaknai undang-undang nomor 1 tahun 1974 yaitu dengan cara
mempelajari sejarah tentang emansipasi wanita.
3. Undang-undang no. 10 tahun 2004 tentang pembentukan perundang-
undangan. Ketika dalam suatu materi undang –undang mebutuhkan
interpretasi, maka salah satu metode digunaka adalah metode histroris.
Artinya meminta keterangan dari anggota legislatif yang menetapkan atau
yang terlibat dalam proses pembentukan undang –undang sampai pada
keputusan dalam lembaga legisatif.
C. Interpretasi Sistematis
1. Kalau hendak mengetahui tentang sifat pengakuan anak yang dilahirkan
di luar perkawinan oleh orang tuanya tidak cukup hanya mencari ketentuan-
ketentuan dalam KUHPerdata saja, tetapi harus dihubungkan dengan pasal
278 KUHP, yang berbunyi “barangsiapa mengakui seorang anak sebagai
anaknya menurut KUHPerdata, padahal diketahui bahwa ia bukan bapak dari
anak tersebut, diancam dengan.....”
2. Dalam suatu masyarakat mengajukan perkara ke pengadilan maka pihak
pengadilan tidak boleh menolak dengan alasan bukan wewenang atau tidak
ada hukum yang mengaturnya. Sebab undang-undang dianggap sebagai
suatu sistem yang utuh, tentu ada aturan dalam perundang-undangan yang
mengaturnya.
3. Kalau hendak mengetahui tentang sifat pengakuan anak yang dilahirkan
di luar perkawinan oleh orang tuanya, tidak cukup hanya mencari ketentuan-
ketentuan dalam BW saja, tetapi harus dihubungkan juga dengan pasal 278
KUH Pidana
4. Dalam pasal 1330 KUHPerdata menyatakan “Tidak cakap membuat
persetujuan/perjanjian antara lain orang-orang yang belum dewasa”.
E. Interpretasi komparatif
1 Perbandingan sistem Hukum antara anglo saxon dan eropa continental.
2. Makna ”zina” dalam hukum Islam berbeda dengan hukum posiitif.
3. Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah agama dan kesusilaan
dapat ditinjau dari tujuannya, kaidah hukum bertujuan untuk menciptakan
tata tertib masyarakat dan melindungi manusia beserta kepentingannya.
Sedangkan kaidah agama dan kesusilaan bertujuan untuk memperbaiki
pribadi agar menjadi manusia ideal.
4. Membandingkan pemerintahan negara Amerika Serikat dengan negara
Inggris bentuk dari pemerintahan negara amerika Predensial sedangkan
pemerintahan Inggris Parlementer.
F. Interpretasi antisipatif/futuristis
1. Hakim apabila menghadapi suatu kasus, dimana kasus tersebut belum
diatur dalam peraturan perundang-undangan, tetapi Hakim mengetahui
bahwa untuk kasus tersebut telah mempunyai rancangan dan pasti akan
disahkan oleh DPR, maka hakim dapat menggunakan rancangan tersebut
untuk melakukan penemuan hukum.
2. Pada pasal 492 KUH Pidana ayat (1) “Barang siapa dalam keadaan mabuk
di muka umum merintangi lalu lintas, atau mengganggu ketertiban, atau
mengancam keamanan orang lain, atau melakukan sesuatu yang harus
dilakukan dengan hati –hati atau dengan mengadakan tindakan penjagaan
tertentu lebih dahulu agar jangan membahayakan nyawa atau kesehatan
orang lain, diancam dengan pidana kurungan paling lama enam hari, atau
pidana denda paling banyak tiga ratus tujuh puluh lima rupiah.Kalimat
“dimuka Umum” bukan hanya dijalan lalu lintas atau yang mengganggu
ketertiban atau mengancam keamanan orang lain. Akan tetapi meliputi
semua tempat yang tersedia bagi umum dalam hal ini losmen-losmen dan
tempat minum.
3. Perkataan “menjual” dalam Pasal 1576 KUH Perdata ditafsirkan luas yaitu
bukan semata-mata hanya berarti jual beli saja, melainkan juga berarti
“peralihan hak”.