Anda di halaman 1dari 3

A.

Interpretasi Gramatikal
1. mengenai istilah “dipercayakan” seperti yang tercantum dalam pasal 432
KUHP “seorang pejabat suatu lembaga pengangkutan umum dengan sengaja
memberikan kepada orang lain dari pada berhak, surat tertutup, kartu pos
atau paket, yang (dipercayakan (verduisteren), kepada lembaga itu, atau
kalau sebuah paket “diserahkan” kepada dinas perkereta-apian (PJKA),
sedangkan berhubungan dengan pengiriman tidak ada lain kecuali dinas itu,
maka diserahkan berarti “dipercayakan”. Jadi dipercayakan ditafsirkan
menurut bahasa sebagai diserahkan.

2. Peraturan per Undang-undangan yang melarang orang menghentikan


“Kendaraannya” pada suatu tempat. Kata kendaraan bisa ditafsirkan
beragam, apakah roda dua, roda empat atau kendaraan bermesin,
bagaimana dengan sepeda dan lain-lain . Jadi harus diperjelas dengan
kendaraan yang mana yang dimaksudkan.
3. Pasal 372 “barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki
barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain,
tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam
karena penggelapan, dengan pidana paling lama empat tahun atau pidana
denda paling banyak sembilan ratus rupiah.”Perkataan “memiliki dan
“Menggelapkan” dalam pasal 372 tidak selalu mengandung sifat bermanfaat
bagi diri peribadi. Dan Pasal 372 KUHP perbuatan terdakwa tidak merupakan
penggelapan akan tetapi suatu kasus perdata
4. Mengenai istilah “dipercayakan” yang tercantum dalam pasal 342 KUHP
Mis : sebuah paket yang diserahkan kepada Dinas Perkereta Apian
(PJKA).Sedangkan yang berhubungan dengan pengiriman tidak ada selain
Dinas tersebut artinya dipercayakan.

B. Interpretasi Historis
1. KUHPerdata BW yang dikodifikasikan pada tahun 1848 di Hindia Belanda
2. Untuk memaknai undang-undang nomor 1 tahun 1974 yaitu dengan cara
mempelajari sejarah tentang emansipasi wanita.
3. Undang-undang no. 10 tahun 2004 tentang pembentukan perundang-
undangan. Ketika dalam suatu materi undang –undang mebutuhkan
interpretasi, maka salah satu metode digunaka adalah metode histroris.
Artinya meminta keterangan dari anggota legislatif yang menetapkan atau
yang terlibat dalam proses pembentukan undang –undang sampai pada
keputusan dalam lembaga legisatif.

4. Untuk menafsirkan suatu ketentuan dalam KUHPerdata diteliti sejarah


lahirnya BW, Code Civil dari 1804 atau mundur lebih jauh sampai ke hukum
Romawi, maka kita menafsirkannya dengan interpretasi menurut sejarah
hukum. Undang-Undang No.1 Tahun 1974 hanya dapat dimengerti dengan
meneliti sejarah tentang emansipasi wanita. Undang-undang kecelakaan
hanya dapat dimengerti dengan adanya gambaran sejarah mengenai revolusi
industry dan gerakan emansipasi buruh.

C. Interpretasi Sistematis
1. Kalau hendak mengetahui tentang sifat pengakuan anak yang dilahirkan
di luar perkawinan oleh orang tuanya tidak cukup hanya mencari ketentuan-
ketentuan dalam KUHPerdata saja, tetapi harus dihubungkan dengan pasal
278 KUHP, yang berbunyi “barangsiapa mengakui seorang anak sebagai
anaknya menurut KUHPerdata, padahal diketahui bahwa ia bukan bapak dari
anak tersebut, diancam dengan.....”
2. Dalam suatu masyarakat mengajukan perkara ke pengadilan maka pihak
pengadilan tidak boleh menolak dengan alasan bukan wewenang atau tidak
ada hukum yang mengaturnya. Sebab undang-undang dianggap sebagai
suatu sistem yang utuh, tentu ada aturan dalam perundang-undangan yang
mengaturnya.
3. Kalau hendak mengetahui tentang sifat pengakuan anak yang dilahirkan
di luar perkawinan oleh orang tuanya, tidak cukup hanya mencari ketentuan-
ketentuan dalam BW saja, tetapi harus dihubungkan juga dengan pasal 278
KUH Pidana
4. Dalam pasal 1330 KUHPerdata menyatakan “Tidak cakap membuat
persetujuan/perjanjian antara lain orang-orang yang belum dewasa”.

D. Interpretasi Sosiologis dan teologis


1. Dalam praktik peradilan di MK dapat dilihat seperti terdapat dalam
Putusan Mahkamah Konstitusi RI Nomor 005/PUU-IV/2006[dalam perkara
permohonan pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang
Komisi Yudisial dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004
tentang Kekuasaan Kehakiman sebagai berikut:
2. Kompilasi Hukum Islam (KHI) merupakan aturan untuk agama Islam pada
soal perceraian, pernikahan dan warisan dalam KHI banyak pasal tidak
berlaku dalam kondisi sosial sekarang ini; seperti persoalan pembagian
warisan 1 : 2 akan tetapi dalam acaara peradilan agama tetap menggunakan
1 untuk perempuan dan 2 untuk laki-laki. Walaupun aturan tersebut
masyarakat belum mengetahui dan menyepakatinya.
3. Penyadapan aliran listrik secara illegal termasuk kategori pencurian yang
diatur dalam Pasal 362 KUHP.

4. Didaerah suku Dayak di Kalimantan, tanah dapat dimiliki oleh setiap


orang dan harus dijaga/dirawat layaknya menjaga/merawat seorang
ibu.Dalam hal ini hakim harus menserasikan pandangan sosial
kemasyarakatannya dengan Undang-undang No. 5 tahun 1960 tentang
Pokok-pokok Agraria.

E. Interpretasi komparatif
1 Perbandingan sistem Hukum antara anglo saxon dan eropa continental.
2. Makna ”zina” dalam hukum Islam berbeda dengan hukum posiitif.
3. Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah agama dan kesusilaan
dapat ditinjau dari tujuannya, kaidah hukum bertujuan untuk menciptakan
tata tertib masyarakat dan melindungi manusia beserta kepentingannya.
Sedangkan kaidah agama dan kesusilaan bertujuan untuk memperbaiki
pribadi agar menjadi manusia ideal.
4. Membandingkan pemerintahan negara Amerika Serikat dengan negara
Inggris bentuk dari pemerintahan negara amerika Predensial sedangkan
pemerintahan Inggris Parlementer.

F. Interpretasi antisipatif/futuristis
1. Hakim apabila menghadapi suatu kasus, dimana kasus tersebut belum
diatur dalam peraturan perundang-undangan, tetapi Hakim mengetahui
bahwa untuk kasus tersebut telah mempunyai rancangan dan pasti akan
disahkan oleh DPR, maka hakim dapat menggunakan rancangan tersebut
untuk melakukan penemuan hukum.
2. Pada pasal 492 KUH Pidana ayat (1) “Barang siapa dalam keadaan mabuk
di muka umum merintangi lalu lintas, atau mengganggu ketertiban, atau
mengancam keamanan orang lain, atau melakukan sesuatu yang harus
dilakukan dengan hati –hati atau dengan mengadakan tindakan penjagaan
tertentu lebih dahulu agar jangan membahayakan nyawa atau kesehatan
orang lain, diancam dengan pidana kurungan paling lama enam hari, atau
pidana denda paling banyak tiga ratus tujuh puluh lima rupiah.Kalimat
“dimuka Umum” bukan hanya dijalan lalu lintas atau yang mengganggu
ketertiban atau mengancam keamanan orang lain. Akan tetapi meliputi
semua tempat yang tersedia bagi umum dalam hal ini losmen-losmen dan
tempat minum.
3. Perkataan “menjual” dalam Pasal 1576 KUH Perdata ditafsirkan luas yaitu
bukan semata-mata hanya berarti jual beli saja, melainkan juga berarti
“peralihan hak”.

4. Tanggal 23 mei 1921 dalam kasus pencurian listrik (electriciteit sarrest).


Pada waktu itu memutuskan bahwa listrik termasuk barang yang dapat dicuri,
sudah direncanakan suatu undang-undang yang menyatakan perbuatan itu
dapat dijatuhi pidana. Penafsiran dalam putusan HR 1921 tersebut,
sesungguhnya merupakan analogi, yaitu ‘listrik’ dianalogikan sebagai suatu
’barang’.

Anda mungkin juga menyukai