Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS INOVASI PELAYANAN DAN KEBIJAKAN PADA

PUSAT PENGEMBANGAN PRODUKTIVITAS DAERAH (P3D)


DKI JAKARTA

Achmad Muchlis Adisusilo; Giosia Jeff Gracendrei; Ghazy Putra Azzani;


Muhammad Ilham Tajudin
Program Studi Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Diponegoro
muchlisadi@students.undip.ac.id; jeffgracendrei@students.undip.ac.id;
ghazyputra@students.undip.ac.id; milhamtajudin@students.undip.ac.id

Abstrak

Studi ini menjelaskan terkait penerapan Strategi Inovasi Pelayanan dan Inovasi
Kebijakan pada Pusat Pengembangan Produktivitas Daerah (P3D) DKI Jakarta Untuk
Mengawal Peningkatan Produktivitas & Daya Saing Provinsi DKI Jakarta. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kualitatif yang menggunakan
pendekatan deksriptif. Objek penelitian dalam jalannya penelitian ini merupakan Pusat
Pengembangan Produktivitas (P3D) DKI Jakarta. Penelitian ini berfokus pada analisis
inovasi pelayanan dan kebijakan di P3D DKI Jakarta. Sumber data yang digunakan
dapat dibagi menjadi dua yakni sumber data primer dan sekunder. Strategi inovasi
pelayanan merupakan hal utama yang sangat perlu dilakukan oleh sektor publik
khususnya P3D DKI Jakarta dalam rangka peningkatan produktivitas dan daya saing
DKI Jakarta. Sementara itu, strategi inovasi kebijakan dalam organisasi P3D lebih
kepada inovasi-inovasi yang mempengaruhi proses pembuatan atau perumusan
kebijakan. Dari hasil penelitian yang melibatkan beberapa alternatif kebijakan dan juga
pengujian yang berdasarakan kriteria yang telah ditentukan, maka alternatif kebijakan
yang menjadi rekomendasi dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing pada
organisasi Pusat Pengembangan Produktivitas (P3D) DKI Jakarta ada dengan
Peningkatan SDM dalam rangka peningkatan produktivitas dan daya saing dengan
melakukan pelatihan khusus.

Kata Kunci : strategi inovasi, analisis kebijakan, produktivitas, daya saing

Abstract

This study describes the implementation of the Service Innovation Strategy and Policy
Innovation at the DKI Jakarta Regional Productivity Development Center (P3D) to
Oversee the Improvement of Productivity & Competitiveness of DKI Jakarta Province.
The research method used in this study is a qualitative one using a descriptive
approach. The object of research in the course of this research is the Center for
Productivity Development (P3D) DKI Jakarta. This study focuses on the analysis of
service and policy innovation in P3D DKI Jakarta. The data sources used can be
divided into two, namely primary and secondary data sources. The service innovation
strategy is the main thing that really needs to be done by the public sector, especially
P3D DKI Jakarta in order to increase the productivity and competitiveness of DKI
Jakarta. Meanwhile, the policy innovation strategy in the P3D organization is more
about innovations that affect the process of making or formulating policies. From the
results of research involving several policy alternatives and also testing based on
predetermined criteria, the alternative policy that becomes a recommendation in
increasing productivity and competitiveness in the DKI Jakarta Productivity
Development Center (P3D) organization is to increase human resources in order to
increase productivity and power. competitiveness by conducting special training.

Keywords: innovation strategy, policy analysis, productivity, competitiveness

PENDAHULUAN
Daya saing dan produktivitas tenaga kerja di Indonesia menjadi relatif rendah.
Salah satu penyebab utamanya adalah tingkat pendidikan tenaga kerja yang masih
rendah. Ini membuat tenaga kerja Indonesia masih berpenghasilan rendah dan tak
mampu bersaing dengan negara tetangga. Indikator penilaian peringkat daya saing dan
kesiapan sumber daya manusia (SDM) Indonesia mengalami penurunan dalam lima
tahun terakhir. Peningkatan kualitas daya saing SDM Indonesia menjadi pekerjaan
rumah yang perlu diselesaikan. Kontribusi tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi
yang rendah ini memerlukan pembenahan dan strategi inovasi yang tepat dari
pemerintah di bidang ketenagakerjaan. Daya saing global semakin ditentukan oleh
faktor faktor lokalitas dan upaya peningkatannya perlu diiringi dengan penguatan kohesi
sosial masyarakat yang maju. Menurut data pengukuran produktivitas Provinsi DKI
Jakarta dan sektoral tahun 2019, disebutkan bahwa meskipun secara global daya saing
Indonesia meningkat di tingkat ASEAN, dalam hal produktivitas tenaga kerja Indonesia
ternyata masih kalah dari beberapa negara ASEAN lain. Daya saing Indonesia masih
berada di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Indonesia hanya unggul dari
Filipina, Vietnam, Pakistan, serta Myanmar.
Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah Ibukota Negara dan Kota
terbesar di Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya Kota di Indonesia yang memiliki
status setingkat provinsi. Jakarta memiliki luas sekitar 664,01 km² (lautan: 6.977,5 km²),
dengan penduduk berjumlah 10.609.681 jiwa. Wilayah metropolitan Jakarta
(Jabodetabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa, merupakan metropolitan terbesar
di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia. Sebagai pusat bisnis, politik, dan
kebudayaan, Jakarta merupakan tempat berdirinya kantor-kantor pusat BUMN,
organisasi swasta, dan organisasi asing.
Pengukuran produktivitas di wilayah Provinsi DKI Jakarta diperlukan untuk
mengetahui potensi, pergerakan kegiatan ekonomi dan nilai lebih yang ada di Provinsi
DKI Jakarta yang dapat dijadikan sebagai dasar perbandingan kompetitor dalam rangka
keunggulan komparatif dalam tingkat daerah di Indonesia. Pengukuran produktivitas
merupakan langkah awal dalam rangka menyusun rencana strategis peningkatan capaian
pembangunan di Provinsi DKI Jakarta. Pemerintah DKI memiliki sebuah
lembaga/organisasi untuk mengawal peningkatan produktivitas DKI Jakarta, yaitu Pusat
Pengembangan Produktivitas Daerah (P3D). Pusat Pengembangan Produktivitas Daerah
(P3D) Provinsi DKI Jakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi DKI Jakarta yang bertugas untuk melaksanakan
berbagai pelatihan di dalam usaha peningkatan produktivitas tenaga kerja, produktivitas
organisasi, produktivitas instansi dan produktivitas masyarakat. Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta melalui P3D perlu memberikan dukungan dalam rangka peningkatan
kualitas regulasi dan kebijakan, fasilitas program dan dukungan pendanaan serta
peningkatan SDM dalam rangka peningkatan produktivitas dan daya saing Provinsi
DKI Jakarta. Peningkatan produktivitas merupakan kebutuhan yang mendesak untuk
meningkatkan daya saing nasional, daerah dan juga lembaga – lembaga usaha serta
organisasi lainnya.
Untuk rumusan masalah dalam jalannya penelitian ini terbagi menjadi dua poin,
yaitu : 1) Apakah inovasi pelayanan dan kebijakan yang dilakukan P3D DKI Jakarta
mampu meningkatkan produktivitas dan daya saing DKI Jakarta?; dan 2) Apakah
inovasi pelayanan dan inovasi kebijakan yang dilakukan P3D DKI Jakarta mampu
meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik di DKI Jakarta?. Dengan
itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis inovasi pelayanan dan kebijakan yang
dilakukan P3D DKI Jakarta terkait peningkatan produktivitas DKI Jakarta dan
menganalisis dampak inovasi kebijakan yang dilakukan P3D DKI Jakarta terkait
kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik di DKI Jakarta.

REGULASI
Permenakertrans No. PER. 21/MEN/IX/2009 tentang Pedoman Pelayanan
Produktivitas. Pedoman Pelayanan Produktivitas ini bertujuan untuk memberi acuan
kepada Pemerintah, Pemerintah Provinsi,Pemerintah Kabupaten/Kota,dan Badan Usaha
Milik Negara/Daerah dalam melaksanakan kegiatan promosi,peningkatan,pengukuran
dan pemeliharaan produktivitas sebagai bagian integral dari Gerakan Peningkatan
Produktivitas Nasional.
Nawacita Jokowi-JK nomor 6. Nawacita adalah sembilan prioritas pembangunan
lima tahun ke depan. Pada poin 6, Nawacita berisikan tentang meningkatkan
produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia
bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

KAJIAN TEORI
Inovasi Sektor Publik: Sejarah Perkembangan
Untuk memahami inovasi pelayanan publik, perlu ditelusuri pengertian inovasi
untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang terminologi dan
penggunaannya dalam konteks sektor publik. Konsep "inovasi" diinisiasi oleh
Schumpeter pada akhir 1920 (Hansen & Wakonen, 1997) untuk menunjuk aplikasi
komersial dari teknologi baru, material baru, dan metode baru dalam kemajuan
pembangunan ekonomi dan industrialisasi. Dengan demikian, dibandingkan dengan
sektor publik, studi inovasi di bidang bisnis dan swasta lebih mapan dalam bidang studi
(Fragerberg, Mowery, & Nelson, 2005). Yang membedakan antara inovasi publik dan
swasta adalah kekuatan pendorong dalam implementasinya. Yang pertama menekankan
pada barang publik dan nilai-nilai publik, yang berarti lembaga pemerintah mendorong
program inovasi untuk mencapai perbaikan yang luas dalam tata kelola dan kinerja
layanan, termasuk efisiensi dan upaya untuk meningkatkan nilai publik. Sedangkan
yang terakhir terobsesi oleh keunggulan kompetitif dan motif yang berorientasi pada
profit (Urbancova, 2013). Dalam kajian administrasi publik, studi tentang inovasi
pertama kali muncul pada tahun 1960-an. Artikel berjudul Inovasi dalam Lembaga
Birokrasi diterbitkan dalam Public Administration Review (Diamant, 1967). Dua tahun
kemudian, sebuah artikel berjudul Reformasi Administrasi (Caiden, 1969) diterbitkan
dengan alasan bahwa inovasi di sektor publik adalah bagian dari reformasi administrasi.
Publikasi ini dianggap sebagai titik awal studi inovasi di sektor publik. Perkembangan
penelitian inovasi sektor publik menjanjikan masa depan yang cerah. Baru-baru ini,
minat untuk mengungkap properti inovasi yang tidak diketahui di sektor publik telah
berkembang pesat. Sebuah studi komprehensif tentang inovasi sektor publik (De Vries,
Bekkers, & Tummers, 2016) menawarkan tinjauan literatur yang luas tentang inovasi
sektor publik. Tinjauan sistematis literatur mereka berdasarkan penelitian empiris dari
publikasi tertulis bahasa Inggris dalam jurnal peer reviewed internasional yang
berlangsung dari Januari 1990 hingga Maret 2014 memberikan gambaran yang lebih
jelas tentang bagaimana inovasi berkembang di sektor publik. Sebagai tinjauan
sistematis, inovasi pelayanan publik yang dilakukan di Indonesia 27 secara transparan
dari jurnal akademis yang terkenal dan terkenal, karya mereka menawarkan analisis
yang kuat dan mewakili tubuh literatur dalam penelitian inovasi sektor publik.
Berdasarkan studi tersebut, beberapa temuan penting telah diidentifikasi.
Pertama, sebagian besar studi inovasi sektor publik bersifat kualitatif dengan
pendekatan studi kasus yang digunakan sebagai desain penelitian, sedangkan studi
kuantitatif dan metode campuran lebih kecil jumlahnya. Proporsi terbesar dari literatur
yang tersedia berasal dari konteks barat. Kedua, porsi terbesar kajian inovasi dilakukan
di tingkat pemerintah daerah, diikuti oleh pemerintah pusat dan organisasi publik dan
nirlaba lainnya. Ketiga, banyak studi inovasi menaruh perhatian utama mereka pada
berbagai bidang kebijakan yang diikuti oleh sektor perawatan kesehatan, namun hanya
sedikit studi yang meneliti sub sektor kesejahteraan atau pendidikan. Akhirnya,
anteseden organisasi memainkan peran terbesar dalam memungkinkan semua jenis
inovasi sementara inovasi tata kelola sering dihubungkan dengan anteseden lingkungan,
termasuk sumber daya dari mitra swasta. Hasil utama ini telah menginformasikan
keadaan penelitian inovasi sektor publik dan panggilan untuk analisis yang lebih
komprehensif terutama di negara berkembang.

Konsep Dasar Inovasi


Salah satu penjelasan mengenai konsep inovasi tersebut disampaikan oleh
Ackoff yang menyatakan bahwa inovasi merupakan antitesis dari perilaku seperti mesin
(Ackoff, 1981). Pernyataan Ackoff tersebut mengisyaratkan bahwa inovasi adalah
keberanian untuk menunjukkan perilaku yang keluar dari kebiasaan yang itu-itu saja.
Dengan kata lain inovasi dapat dipahami sebagai sebuah perilaku yang berorientasi pada
kebaruan. Dalam konteks ini yang perlu kita perhatikan bahwa Ackoff menekankan
inovasi sebagai sebuah tampilan perilaku.
Dari uraian Kline & Rosenberg, hal pertama yang perlu kita pahami mengenai
inovasi adalah sesuatu yang kompleks, tidak pasti, tidak terlalu tertata dan tunduk
terhadap berbagai macam perubahan. Dengan kata lain, inovasi merupakan sebuah
proses yang sifatnya acak, dinamis dan berorientasi pada perubahan. Kemudian, hal
kedua yang perlu juga diperhatikan bahwa inovasi sulit untuk diukur dan membutuhkan
koordinasi yang melekat terkait pengetahuan yang sifatnya teknis dan penilaian yang
baik dari pengguna produk organisasi dengan tujuan memuaskan atau memenuhi
berbagai tuntutan termasuk ekonomi, teknologi dan tuntutan yang lainnya secara
bersamaan.
Hal terakhir yang perlu dicatat bahwa inovasi harus dipahami sebagai rangkaian
perubahan dalam sebuah sistem yang kompleks, tidak saja menyangkut hal-hal yang
sifatnya terlihat seperti fasilitas fisik yang digunakan di dalam organisasi tetapi juga
lingkungan pasar, pengetahuan dan fasilitas produksi dan konteks sosial dari inovasi
organisasi. Pernyataan ini kembali menegaskan bahwa inovasi adalah perubahan
sistemik yang komprehensif.

Inovasi Sektor Publik


Lynn yang menjelaskan bahwa inovasi (dalam organisasi pemerintah)
merupakan transformasi dari fungsi utama organisasi dan perubahan yang permanen dan
mendasar dalam struktur organisasi (Lynn, 1997).Dalam tulisan yang berbeda, Mulgan
menyatakan bahwa inovasi sektor publik merupakan ide atau gagasan baru yang dapat
diterapkan di sektor publik dan ide-ide tersebut hendaklah merupakan ide yang baru
minimum sebagiannya baru dan berguna (Mulgan, 2007).Berdasarkan sejumlah konsep
inovasi sektor publik yang telah disinggung di atas, maka terdapat pola yang umum
yang dapat kita lihat yaitu membicarakan perubahan yang dapat diterapkan secara
efektif dalam proses, produk, pelayanan dan metode penyampaian pelayanan kepada
masyarakat.
Pakar lain menyoroti pentingnya kreativitas, yang berarti menciptakan cara baru
dalam melakukan sesuatu. Hal ini sejalan dengan akar ilmu ekonomi dan manajemen
yang menganjurkan inovasi sebagai kebaruan dalam tindakan. Para sarjana dengan
perspektif kebaruan percaya gema inovasi ditekankan dalam konsep kebaruan. (Bhatti,
Olsen, & Pederson, 2011) menggarisbawahi bahwa kebaruan sebagai karakteristik inti
dari inovasi. Hasilnya tercermin dalam produk baru, metode produksi, pasar, sumber
pasokan, dan struktur organisasi. Perspektif ini dapat dikelompokkan menjadi definisi
berbasis kebaruan. Sementara itu, Cluster lain menangani proses adopsi. Perspektif ini
memandang inovasi sebagai tindakan mengadopsi. Ini tidak hanya untuk penemuan atau
sesuatu yang muncul untuk pertama kalinya tetapi juga penggunaan ide yang ada dalam
pengaturan dan konteks baru. (Rogers, 2003) mendefinisikan inovasi sebagai "ide,
praktik, atau objek yang dianggap baru oleh individu atau unit adopsi lain". (Rogers,
Medina, & Wiley, 2005) menekankan pada gagasan inovasi sebagai "difusi." Argumen
ini sejalan dengan (Hartley, 2005) yang berpendapat bahwa inovasi dapat mencakup
penemuan kembali atau adopsi ke konteks, lokasi atau kerangka waktu lain. Inovasi
sebagai proses adopsi sangat didukung oleh transfer kebijakan dan studi difusi
kebijakan.
Tujuan dan Capaian Inovasi
Pengesahan inovasi di sektor publik ditujukan untuk memenuhi berbagai
kebutuhan masyarakat dan mengatasi masalah publik. Dengan demikian, inovasi yang
dipraktikkan oleh organisasi publik harus memiliki pernyataan tujuan, yang memandu
pelaksana selama proses inovasi. Selain pernyataan tujuan di awal, hasil dari inovasi
harus dinilai di akhir siklus inovasi. Dalam logika ini, pernyataan tujuan di awal dan
dampak inovasi sebagai hasil program sangat penting dalam mengevaluasi inovasi
sektor publik. Menggambar dari penelitian tentang inovasi sektor publik selama dua
dekade, De Vries et al. (2016) telah mengidentifikasi bahwa setidaknya enam tujuan dan
hasil diharapkan. Inovasi di sektor publik ditujukan untuk meningkatkan efektifitas,
efisiensi, mengatasi masalah kemasyarakatan, meningkatkan kepuasan warga,
melibatkan warga dan melibatkan mitra swasta untuk berkontribusi dalam pelayanan
publik

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian deskriptif yang berfokus
pada penjelasan sistematis tentang fakta yang diperoleh saat penelitian dilakukan,
sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Penelitian ini
berfokus pada analisis inovasi pelayanan dan kebijakan di P3D DKI Jakarta. Sumber
data yang digunakan dapat dibagi menjadi dua yakni sumber data primer dan sekunder.
Sumber primer yang dimaksud adalah jurnal yang berhubungan dengan Inovasi
Pelayanan & Inovasi Kebijakan Pada Pusat Pengembangan Produktivitas Daerah (P3D)
DKI Jakarta. Sedangkan sumber sekunder diperoleh dari referensi data statistik, media
elektronik atau internet, dan sumber lain yang dapat dijadikan sebagai sumber
informasi.

PEMBAHASAN
Alternatif Kebijakan
Alternatif dan Kriteria Kebijakan Peningkatan Produktivitas Daerah
Kebijakan Pemerintah dalam meningkatkan Gerakan Literasi Sekolah perlu
diuji dengan cara menggunakan parameter perumusan kebijakan menurut Bardach:
1.  Technical Feasibility (Kelayakan Teknis), yaitu apakah kebijakan yang
dilakukan apakah sudah mencapai tujuan.
2.  Economic and Financial Possibility (Kemungkinan Ekonomi dan Finansial),
yaitu mengukur biaya yang dikeluarkan dan berapa keuntungan yang
nantinya dapat dihasilkan (cost-benefit).
3.  Political Viability (Kehidupan Politik), yaitu mengukur apakah suatu
kebijakan berhasil atau tidak dalam mempengaruhi berbagai kelompok
kekuasaan seperti; decision maker, administrator publik, organisasi
masyarakat, organisasi sosial, ataupun aliansi politik. 
4. Administrative Operability (Standar Administrasi), yaitu mempertimbangkan
kriteria kewenangan, komitmen institusi, kapabilitas organisasi, dan
organisasi pendukung.

Tabel 1. Kriteria Kebijakan


KRITERIA

ECONOMI
ALTERNAT
C AND
N IF ADMINISTRATI
TECHNICAL FINANCIA POLITICAL
O KEBIJAKA VE
FEASIBILITY L VIABILITY
N OPERABILITY
POSSIBILI
TY

1 Peningkatan Peningkatan Dalam Meningkatkan Keberhasilan


SDM dalam SDM dalam pelaksanaan produktivitas implementasi
rangka rangka pelatihan dan daya saing kebijakan
peningkatan peningkatan kepada dengan pelatihan khusus
produktivitas produktivitas Sumber Daya melakukan ini melibatkan
dan daya dan daya saing Manusia pelatihan beberapa aspek
saing dengan dengan pemerintah khusus kepada antara lain
melakukan melakukan bisa Sumber Daya pemerintah daerah,
pelatihan pelatihan menghemat Manusia dapat penyedia layanan
khusus. khusus. anggaran mengembangk pelatihan khusus,
dana dengan an potensi dari dan juga para
melakukanny sumber daya calon pekerja atau
a secara manusia dan SDM.
online. juga dapat
memberikan
keahlian
khusus
sehingga dapat
meningkatkan
nilai dari SDM
tersebut.

memperkuat
kualitas regulasi Pemerintah
dan kebijakan DKI Jakarta
sehingga mendapatkan
mempunyai dukungan dari
Kebijakan ini
aturan yang pemerintah
dalam pelaksanaan
dapat pusat yang
akan
dimengerti dan memperkuat
perlunya membutuhkan
Peningkatan terdapat kebijakan ini
alokasi tenaga ahli dan
kualitas kejelasan untuk
anggaran juga melibatkan
regulasi dan terhadap melakukan
khusus bagi beberapa lembaga
kebijakan, masyarakat.dala Inovasi secara
2 kebijakan pemerintahan serta
fasilitas m hal ini juga terus menerus.
sehingga memungkinkan
program dan pemda harus Namun
dapat adanya kerjasama
dukungan memberikan demikian
berjalan dengan pihak
pendanaan. fasilitas-fasilitas masih banyak
dengan baik. swasta untuk dapat
dan bantuan kendala yang
membantu
dukungan perlu dihadapi
pendanaan
pendanaan bagi seperti
jalannya kebijakan.
masyarakat SDM,
yang ingin teknologi, dan
melakukan kebebasan
peningkatan berinovasi.
produktivitas.
Dengan Perencanaan
melaksanakan yang sistematis
perencanaan membutuhkan
yang sistematis komitmen Keberhasilan
Pelaksanaan
dalam yang serius pelaksanaan
perencanaan
menentukan dari kebijakan ini akan
yang
langkah yang pemerintah ditentukan
Melaksanakan sistematis
strategis, selaku seberapa baiknya
perencanaan tentunya
produktivitas pemangku SDM yang
yang membutuhka
daerah akan kebijakan melakukan
sistematis n dana, akan
meningkat karena untuk perencanaan
dalam tetapi hasil
dengan efektif meningkatkan produktivitas
3 menentukan yang didapat
karena sudah produktivitas selain itu adanya
langkah yang dalam
direncanakan daerah akuntabilitas dan
strategis untuk peningkatan
sedemikian memerlukan efektivitas dalam
meningkatkan produktivitas
rupa. langkah pekerjaan
produktivitas daerah juga
Perencanaan strategis yang merupakan faktor
daerah. akan
yang sistematis menunjang. yang
meningkatka
juga akan Dengan begitu, mempengaruhi
n ekonomi
menjawab produktivitas keberhasilan
suatu daerah.
persoalan daerah kebijakan
permasalahan diharapkan
produktivitas di akan
suatu daerah. meningkat.

Tabel 2. Kriteria, Bobot dan Skor

BOBO
NO. KRITERIA SUB KRITERIA T SKOR

Dukungan Peraturan 10% 1=tidak layak

Ketersediaan 2=kurang
1. Kelayakan Teknis Sumberdaya 15% layak
Dukungan Biaya 10% 3=cukup layak

2. Kelayakan Ekonomi Tingkat Kemanfaatan 15% 4=layak

Dukungan Elit 5% 5=sangat layak

3. Kelayakan Politik Prioritas Pembangunan 10%

Dukungan Kewenangan 15%


Kelayakan
4. Administrasi Ketersediaan Perizinan 5%

Dampak Lingkungan 10%

5. Kelayakan Lingkungan Keberlanjutan 5%

TOTAL 100%

Tabel 3. Penilaian Alternatif

NO. KRITERIA/ SKOR ALTERNATIF


SUB KRITERIA 1 2 3 4

1. Kelayakan Teknis

Dukungan Peraturan 4 4 3 4

Ketersediaan Sumberdaya 5 3 3 4

2. Kelayakan Ekonomi

Dukungan Biaya 4 4 3 4

Tingkat Kemanfaatan 5 4 3 4

3. Kelayakan Politik

Dukungan Elit 4 4 2 3

Prioritas Pembangunan 4 3 2 4

4. Kelayakan Administrasi

Dukungan Kewenangan 5 3 3 4

Ketersediaan Perizinan 5 4 3 4
5. Kelayakan Lingkungan

Dampak Lingkungan 4 3 3 3

Keberlanjutan 4 3 3 3

Tabel 4. Skor x Bobot

NO. KRITERIA/
SUB KRITERIA BOBOT 1 2 3 4

1. Kelayakan Teknis

Dukungan Peraturan 10% 0,4 0,4 0,3 0,4

Ketersediaan Sumberdaya 15% 0,75 0,45 0,45 0,6

2. Kelayakan Ekonomi

Dukungan Biaya 10% 0,4 0,4 0,3 0,4

Tingkat Kemanfaatan 15% 0,75 0,6 0,45 0,6

3. Kelayakan Politik

Dukungan Elit 5% 0,2 0,2 0,1 0,15

Prioritas Pembangunan 10% 0,4 0,3 0,2 0,4

4. Kelayakan Administrasi

Dukungan Kewenangan 15% 0,75 0,45 0,45 0,6

Ketersediaan Perizinan 5% 0,25 0,2 0,15 0,2

5. Kelayakan Lingkungan

Dampak Lingkungan 10% 0,4 0,3 0,3 0,3

Keberlanjutan 5% 0,2 0,15 0,15 0,15

TOTAL 100% 4,5 3,45 2,85 3,8

RANKING I III IV II

Alternatif Kebijakan Terbaik


1. Ranking 1 dengan nilai 4,5 "Peningkatan SDM dalam rangka peningkatan
produktivitas dan daya saing dengan melakukan pelatihan khusus".
2. Ranking 2 dengan nilai 3,8 "Membentuk forum sinergitas peningkatan
produktivitas dalam rangka peningkatan pemahaman dan kesadaran pentingnya
produktivitas bagi daerah".
3. Ranking 3 dengan nilai 3,45 "Peningkatan kualitas regulasi dan kebijakan,
fasilitas program dan dukungan pendanaan".
4. Ranking 4 dengan nilai 2,85 "Melaksanakan perencanaan yang sistematis dalam
menentukan langkah yang strategis untuk meningkatkan produktivitas daerah".

Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisis dari berbagai alternatif kebijakan yang telah
dirumuskan, direkomendasikan bahwa alternatif kebijakan mengenai peningkatan SDM
dalam rangka peningkatan produktivitas dan daya saing dengan melakukan pelatihan
khusus sebagai prioritas utama dalam implementasi inovasi pelayanan pada Pusat
Pengembangan Produktivitas Daerah (P3D) DKI Jakarta.

Rencana Implementasi Kebijakan


Agar alternatif kebijakan yang direkomendasikan ini dapat berjalan baik dalam
implementasinya, maka perlu dikemukakan beberapa langkah aksi sebagai rencana
implementasi kebijakan. Langkah aksi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pusat Pengembangan Produktivitas Daerah (P3D) DKI Jakarta sebagai pihak


yang memberikan pelatihan khusus perlu meningkatkan minat masyarakat untuk
mengikuti pelatihan dan kursus tersebut dengan cara mengusung konsep
pelatihan yang berbentuk in-class training dan kunjungan langsung ke
perusahaan/tempat usaha peserta agar dapat langsung menerapkan alat, teknik,
dan metode peningkatan produktivitas.
2. Memperluas jangkauan ke masyarakat luas terkait pelatihan khusus dengan
memanfaatkan media sosial untuk memberikan informasi terkait pelatihan.
3. Pusat Pengembangan Produktivitas Daerah (P3D) DKI Jakarta harus
melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi dengan seluruh kepentingan yang
terkait dalam rangka menyukseskan pelatihan khusus.

KESIMPULAN
Dari jalannya penelitian ini, dapat dipaparkan beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam kasus inovasi pelayanan
dan kebijakan pada Pusat Pengembangan Produktivitas Daerah DKI Jakarta
adalah : 1) Pelatihan kewirausahaan produktif belum didukung adanya kegiatan
pendampingan dalam memulai usaha dan bantuan sarana usaha, sehingga
hasilnya kurang optimal untuk menjadikan wirausaha baru produktif; 2) P3D
DKI Jakarta belum melakukan pengukuran kepuasan terhadap masyarakat dan
dunia usaha yang sudah bekerjasama dengan P3D DKI Jakarta; dan 3) Daya
saing dan produktivitas tenaga kerja di Indonesia relatif rendah karena tingkat
pendidikan tenaga kerja yang masih rendah sehingga menyebabkan tenaga kerja
Indonesia masih berpenghasilan rendah dan tak mampu bersaing dengan negara
tetangga.
2. Rumusan alternatif kebijakan yang direkomendasikan setelah dilakukan tahapan
pembobotan dan scoring, maka dari empat alternatif kebijakan yang
disampaikan yaitu : 1) Peningkatan SDM dalam rangka peningkatan
produktivitas dan daya saing dengan melakukan pelatihan khusus; 2)
Peningkatan kualitas regulasi dan kebijakan, fasilitas program dan dukungan
pendanaan; 3) Melaksanakan perencanaan yang sistematis dalam menentukan
langkah yang strategis untuk meningkatkan produktivitas daerah; 4) Membentuk
forum sinergitas peningkatan produktivitas dalam rangka peningkatan
pemahaman dan kesadaran pentingnya produktivitas bagi daerah.
3. Rekomendasi yang disampaikan adalah alternatif kebijakan mengenai
peningkatan SDM dalam rangka peningkatan produktivitas dan daya saing
dengan melakukan pelatihan khusus sebagai prioritas utama dalam implementasi
inovasi pelayanan pada Pusat Pengembangan Produktivitas Daerah (P3D) DKI
Jakarta.

REFERENSI

Cahyani, I. D., (2022). Analisis Strategi Inovasi Pelayanan & Inovasi Kebijakan Pada
Pusat Pengembangan Produktivitas Daerah (P3D) DKI Jakarta Untuk Mengawal
Peningkatan Produktivitas & Daya Saing Provinsi DKI Jakarta. Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia, 7 (1), 113-136. http://dx.doi.org/10.36418/syntax-
literate.v7i1.5671

Maysara, M., & Asari, H. (2021). Inovasi Pelayanan Publik melalui Sistem Aplikasi
Potensi Investasi (Siapi) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Kota Dumai. Jurnal Manajemen Dan Ilmu Administrasi Publik (JMIAP),
3(September), 215–226. https://doi.org/10.24036/jmiap.v3i3.290
Suranto, S., Darumurti, A., Eldo, D. H. A. P., & Habibullah, A. (2021). Potret
Kebijakan Inovasi Pelayanan Publik di Indonesia Tahun 2020. Jurnal Public
Policy, 7(2), 97. https://doi.org/10.35308/jpp.v7i2.4095

Wicaksono, K. W. (2019). TIPOLOGI INOVASI SEKTOR PUBLIK PADA TIGA


PROGRAM INOVATIF PEMERINTAH DAERAH KOTA SURABAYA
(Tinjauan Reflektif terhadap Tiga Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah Kota
Surabaya Tahun 2018). Jurnal Manajemen Pelayanan Publik, 1(2), 196.
https://doi.org/10.24198/jmpp.v1i2.19895

Anda mungkin juga menyukai