Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Keberhasilan suatu organisasi baik organisasi swasta maupun
organisasi pemerintah baik pada level pusat maupun daerah sangat ditentukan
oleh kemampuan seorang pemimpin dalam memberikan motivasi kepada
bawahan untuk bekerja secara maksimal guna mencapai tujuan dari organisasi
(Alaslan, Amtai, 2020). Peran pemimpin sangatlah penting dalam organisasi,
karena tanpa pemimpin suatu organisasi hanya merupakan kegagalan. Seorang
pemimpin dalam organisasi mempunyai tugas dalam mengatur dan
menggerakkan sejumlah besar orang-orang yang mempunyai sikap, tingkah
laku dan latar belakang yang berbeda-beda, untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan (Ulul, 2016).
Kepemimpinan berawal dari adanya suatu kenyataan bahwa seseorang
lebih menonjol dibanding orang lain, seseorang lebih efektif dibandingkan
yang lain (Pasolong, 2015). Kepemimpinan dibutuhkan masyarakat, karena
adanya suatu keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu pada manusia.
Disinilah timbulnya kebutuhan akan pemimpin dan kepemimpinan. Pemimpin
dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan
kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Kemampuan dan
keterampilan dalam pengarahan adalah faktor penting efektivitas suatu
organisasi. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas-kualitas yang
berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menyeleksi
pemimpin-pemimpin yang efektif akan meningkat (Sumeru, 2016).
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang dipergunakan pemimpin
dalam beinteraksi dengan bawahannya. Dalam hal ini gaya kepemimpinan
adalah bagaimana prilaku seorang pemimpin dalam berhubungan dengan
bawahannya. Dan juga gaya kepemimpinan merupakan tingkah laku yang
dimiliki seorang pemimpin dalam kemampuanya memimpin suatu organisasi.
Di dalam suatu organisasi Gaya kepemimpinan dapat mempengaruhi motivasi
pegawai dalam bekerja untuk mencapai visi dan misi organisasi. Suatu
organisasi memiliki ciri atau karakter yang berbeda sesuai dengan keperluan
dan kebutuhan dari organisasi. Jika suatu organisasi menerapkan gaya
kepemimpinan yang tidak sesuai dengan ciri dan karakter akan menimbulkan
suatu pekerjaan terlaksana tidak optimal, dengan begitu visi dan misi
organisasi tidak akan terlaksana dengan baik (Listiawati, 2017).
Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang
positif dan negatif, di mana pembedaan itu didasarkan pada cara dan upaya
mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi
ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun non ekonomis),
berarti telah digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya, jika
pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia
menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat
menghasilkan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi
menimbulkan kerugian manusiawi (Chaniago, Aspizain, 2017).
Selain gaya kepemimpinan diatas, terdapat gaya lainnya salah satunya
adalah gaya kepemimpinan Laissez Faire. Pemimpin yang memiliki gaya
kepemimpinan Laissez Faire menunjukkan perilaku membiarkan bawahan
melakukan tugas tanpa ada pengawasan dari atasan dan seluruh tugas
merupakan tanggung jawab bawahan. Pada gaya kepemimpinan Laissez Faire
ini pemimpin memberikan kebebasan secara mutlak kepada bawahan.
Bawahan memiliki kebebasan penuh untuk proses pengambilan keputusan dan
meneyelesaikan pekerjaan dengan cara yang menurut karyawan paling sesuai
dengan partisipasi minimal dari pemimpin (Redityani, 2020).
Gaya ini akan mendorong kemampuan anggota dalam mengambil
inisiatif. Kurang interaksi dan kontrol yang telah dilakukan oleh pemimpin,
sehingga gaya tersebut hanya dapat berjalan jika bawahan mampu
memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan dalam mengejar tujuan
dan sasaran yang cukup tinggi. Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin
sedikit sekali dalam menggunakan kekuasaannya atau sama sekali telah
membiarkan anak buahnya untuk berbuat dalam sesuka hatinya (Mattayang,
2019).
Dalam melaksanakan tugas-tugasnya seorang pemimpin di daerah
pedesaan dan perkotaan memliki gaya kepemimpinan yang digunakan untuk
mencapai keselarasan dan tujuan organisasi salah satunya adalah gaya
kepemimpinan Laissez Faire. Pemimpin di lingkup desa dan kota memiliki
aspek – aspek kepribadian yang khas atau gaya kepemimpinan Laissez Faire
yang dapat menunjang usahanya dalam mewujudkan hubungan yang baik
dengan anggota masyarakatnya. Gaya kepemimpinan ini mempunyai peranan
yang sangat penting dalam mencapai efektifitas kerja. Jika seorang pemimpin
mampu menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat dan sesuai dengan situasi
dan kondisi yang ada maka bawahan pun akan dapat bekerja dengan nyaman
dan semangat yang tinggi. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis
ingin menganalisis gaya kepemimpinan Laissez Faire pada pemimpin di
masyarakat perdesaan dan perkotaan.

b. Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penulis makalah ini adalah
untuk mengetahui gaya kepemimpinan Laissez Faire pada pemimpin di
masyarakat pedesaan dan perkotaan.

c. Manfaat
Adapun manfaat dari hasil penulisan makalah ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Dapat dijadikan referensi, literatur dan menambah wawasan serta
dapat dijadikan sebagai media informasi bagi peneliti lain dengan
topik bahasan yang sama.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis sebagai wadah untuk menambah wawasan terutama
mengenai gaya kepemimpinan Laissez Faire pemimpin di
masyrakat pedesaan dan perkotaan.
b. Bagi pihak lain di harapkan dapat dijadikan masukan dalam
mengambil kebijakan dan memperbaiki kualitas
kepemimpinannya.
Referensi :

Alaslan, Amtai. (2020). Gaya Kepemimpinan Dan Pembangunan Desa. Journal


AdBisPower - STIA Saumlaki Vol. 1 No 1. ISSN : 2721 – 4346

Chaniago, Aspizain. (2017). Pemimpin dan Kepemimpinan (Pendekatan Teori dan


Studi Kasus). Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia.

Listiawati, P. dan K. (2017). Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Tingkat


Kedisiplinan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di Unit PT. Bank BTPN
Syari’ah,TBK Cabang Surabaya. Jurnal Ekonomi, 22 (03), 374– 392.

Mattayang, B. (2019). Tipe Dan Gaya Kepemimpinan: Suatu Tinjauan Teoritis.


JEMMA (Journal of Economic, Management and Accounting), 2(2), 45-52.

Pasolong, Harbani. (2015). Kepemimpinan Birokrasi. Bandung. ALFABETA

Redityani, A. P. dan Dewi P. A. (2020). Pengaruh gaya kepemimpinan Laissez Faire


terhadap komitmen organisasi pada karyawan di BPPT (Badan Pengkajian
Penerapan Teknologi) Bali. Jurnal Psikologi Udayana Edisi Khusus
Kesehatan Mental dan Budaya 2, 1-7.

Sumeru, Arief. (2016). Kedudukan Pejabat Kepala Desa Dalam Penyelenggaraan


Pemerintahan Desa. Jurnal Kebijalan Manajemen Publik (JKMP). Vol. 4.
No.1.

Ulul, Mohammad. (2016). Gaya Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Kinerja


Pegawai Negeri Sipil (Studi Deskriptif Di Biro Administrasi Kemasyarakatan
Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur). Jurnal Kebijakan dan Manajemen
Publik. Vol.4. No.3. ISSN 2303 - 341X.

Anda mungkin juga menyukai