Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

POLA DAN GAYA KEPEMIMPINAN

oleh
Ade Rosad
NIM: 19102012002

untuk memenuhi tugas pada mata kuliah


Leadership dan Keorganisasian
DalamPendidikan Islam

Dosen Pengampu
Prof. Drs. Muhammad Sirozi, MA., Ph.D.
DR. Saiful Annur

PROGRAM MAGISTER
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG 2020
ABSTRAK

Pemimpin menduduki peran sebagai penentu keberhasilan organisasi.


Oleh karena itu dibutuhkan pola dan gaya kepemimpinan yang ideal. Gaya
kepemimpinan lebih pada perilaku untuk mempengaruhi orang yang dipimpinnya
baik secara konsep, sikap dan perilaku dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Pola bearti model atau contoh. Semantara gaya kepemimpinan diartikan sebagai
perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin untuk mempengaruhi
pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku organisasinya. Gaya kepemimpinan juga
diartikan sebagai cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar
mau bekerjasama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.
Dengan begitu pola dan gaya kepemimpinan merupakan model atau pedoman
pemimpin dalam mempengaruhi prilaku bawahannya, untuk bekerja sama dalam
rangka mencapai tujuan organisasi atu perusahaan secara produktif, efektif dan
efesien. Pola dan gaya kepemimpinan ini memiliki peran dalam mempengaruhi
oraganisasi. Begitu juga dalam prespektif manajemen pendidikan Islam, pola dan
gaya kepemimpinan ini harus berorintasi al-qur’an dan al-hadist sebagai
landasan dasar penerapan manajemen pendidikan Islam. Tentunya tetap
mengacu pada perinsip manajemen yakni planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian), actuating (pengarahan), dan controlling (mengontrol).

Kata Kunci: Gaya Kepemimpinan, Manajemen Pendidikan Islam.

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepemimpinan menjadi bagian terpenting dalam tatanan kehidupan
manusia. Bahkan dalam setiap individu hingga keluarga sebagai lingkup terkecil
sosial masyarakat. Sementara pada sektor lain seperti organisasi, peran
kempimpinan sangat strategis, dan menentukan keberlangsungan organisasi itu
sendiri. Tidak mudah mengimplementasikan sikap kepemimpinan, walaupun
setiap individu memiliki potensi masing-masing. Berangkat dari itu semua,
tentunya dibutuhkan kemampuan kepemimpinan sehingga lebih terukur dalam
mencapai hasil yang diinginkan. Setidaknya mencerminkan sikap pemimpin yang
tidak hanya berperan dalam tatanan kebijakan baik lisan maupun tertulis,
melainkan secara moral dan prilaku. Penting bagi pemimpin menjadi contoh bagi
yang dipimpinnya, jangan sampai sikap atau prilaku pemimpin jauh dari apa yang
diharapkan.
Pemimpin menduduki peran penentu keberhasilan dalam mencapai
tujuan organisasi. Dalam posisi ini, keberadaan pemimpin tentunya tidak mudah,
bahkan ia harus mampu memecahkan segala persoalan yang dihadapi oragnisasi.
Sehingga solusi yang diperoleh benar-benar berdampak positif bagi
keberlangsungan oragnisasi itu sendiri. Oleh karena itu, pemimpin harus peka
terhadap segala perubahan baik yang terjadi di internal organisasi maupun
eksternal. Selain itu, pemimpin juga harus mampu menganalisa apa yang menjadi
kelemahan dan kekuatan organisasi, sehingga lebih meningkatkan kinerja anggota
atau karyawan. Banyak hal yang harus disikapi oleh pemimpin, ini bukan bearti
pemimpin harus memikirkan segala urusan, melainkan pemimpin mampu
menyikapi berbagai fenomena yang berdampak terhadap kinerja organisasi.
Harus diakui kemampun untuk menyatukan segala aspek manusia adalah
tidak mudah, tetapi itulah bagian dari tugas seorang pemimpin. Terpenting adalah
pemimpin harus mampu mentransformasikan agenda perubahan ke arah yang
lebih baik. Organisasi yang sehat mencerminkan kepiawaian sosok pemimpin di
1
dalamnya. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri peran pemimpin memberikan
dampak besar dalam setiap perubahan organisasi. Dalam segala hal pemimpin
memiliki peran yang sangat penting, bahkan pemimpin merupakan simbol,
panutan, pendorong serta memberi pengaruh yang mampu mengarahkan berbagai
kegiatan dan sember daya dalam mencapai tujuan organisasi. “Dalam
kepemimpinan, pola tindakan pemimpinan bisa diartikan sebagai gaya
kepemimpinan. Dimana gaya kempimpinan mewakili keterampilan dan sikap dari
seorang pemimpin, karena sikap kepemimpinan yang baik dalam suatu organisasi
tentunya didukung oleh organisasi atau intitusi yang baik.” 1 Bisa dismpulkan
bahwa budaya organisasi berdampak besar terhadap kinerja yang pada akhirnya
akan menghasilkan suatu tujuan yang diharapkan organisasi sendiri.
Dalam implementasi kepemimpinan suatu organisasi, pemimpin tidak
lain bagian dari budaya organisasi, ini sangat berkaitan erat karena bisa memberi
perubahan. Dengan semakin kuat gaya kempimpinan yang diterapkan dan
didukung oleh budaya organissai yang baik dengan begitu akan meningkatkan
kinerja oragnisasi atau perusahaan.2 Sehingga akan terjadi keselarasan dalam
pencapaian visi dan misi organisasi yang melibatkan team work yang kompak.
Dengan perinsif one team, one vision and one goal akan terwujud dalam upaya
membangun budaya organisasi yang berorientasi hasil. Secara teknis perjalanan
roda organissai selalu dinamis, terlebih saat ada peralihan pemimpin. Dimana
pemimpin selalu mempunyai gaya atau style berbeda-beda. Inilah yang akan
dibahas penulis dalam makalah ini. Memang antara pola dan gaya kepemimpinan
ini memiliki keterkaitan, dimana pola memiliki arti model atau contoh dalam
implementasi sikap kepemimpinannya.3 Keterkaitan antara pola dan gaya
kepmimpinan ini saling mendukung, karena dalam menjalankan roda organissai

1
Ni Made Ria Satyawati I Wayan Suartana, Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya
Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja yang Berdampak Pada Kinerja Keuangan, Jurnal: E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, (Bali: Vol. 6, 2014), hlm. 2
2
Ibid., hlm. 4
3
Ujang Wahyudin, E. Bahrudin, Maemunah Sa’diyah, Pola Kepemimpinan Kepala
Sekolah dalam Membangun Akhlak Peserta Didik, Jurnal: Jurnal TAWAZUN, (Bogor: Vol. 1,
2018), hlm. 4
2
tidak cukup dengan gaya semata, melainkan butuh mpodel atau rancangan dalam
merealisasikan sutau program.
Disampaikan di awal, gaya kepemimpinan lebih pada perilaku untuk
mempengaruhi orang yang dipimpinnya baik secara konsep, sikap dan perilaku
dalam suatu organisasi. Dari pemahaman ini maka secara tidak langsung
pemimpin berada pada posisi strategis dan menentukan. Untuk lebih mudah
memahami dan membatasi pembahasan terkait pola dan gaya kepemimpinan ini,
maka penulis akan mengerucut pada beberapa pembahasan. Diantaranya
menyangkut pengertian dari pola dan gaya kepemimpinan, beberapa tipe atau
gaya kepemimpinan yang populer di tengah masyarakat, gaya kepemimpinan dan
pengaruhnya terhadap organisasi, pola dan gaya kepemimpinan dalam prespektif
manajemen pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah
ini sebagai berikut:
1. Seperti apa pengertian pola dan gaya kepemimpinan?
2. Apa saja gaya kepemimpinan dan pengaruhnya dalam organisasi?
3. Bagimana pola dan gaya kepemimpinan dalam prespektif manajemen
pendidikan Islam?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari makalah yang terdapat pada rumusan masalah di atas
ialah sebagai berikut:
a. Memahami dan menganalisis konsep pola dan gaya kepemimpinan?
b. Memahami dan menganalisis gaya kepemimpian dan pengaruhnya dalam
organisasi secara komprehensif.
c. Memahami dan dapat menganalisis pola dan gaya kepemimpinan dalam
prespektif manajemen pendidikan Islam.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pola dan Gaya Kepemimpinan


Dalam konteks kepemiminan, seorang pemimpin dalam menjalan tugas
dan fungsinya tidak hanya terpaku dengan aturan tertulis saat mengambil atau
memutuskan kebijakan. Karena idealnya pemimpin harus memiliki inisiatif
dengan berbagai konsekuensi yang ditimbulkan dari tindakan yang berkaitan
dengan organisasi. Keputusan yang diambil bisa berefek pada sumber daya yang
ada. Oleh sebab itu, pemimpin harus mempu menganalisis setiap tindakannya.
Jangan sampai hasil dari kebijakan yang diambil memberi dampak negatif
terhadap roda organisasi. Untuk itu, tidak ada salahnya jika pemimpin
menggunakan cara musyawarah untuk mencapai mufakat, dan keteladanan dalam
melakukan agenda transformasi ke arah yang lebih baik. Gunanya segala bentuk
yang ditimbulkan dari kebijakannya dapat dipertanggung jawabkan baik secara
hukum maupun nama baik dirinya sebagai sosok pemimpin.
Terkait pola dan gaya kepemimpinan, penulis menilai perlu adanya
penjelasan dari istilah pola dan gaya itu sendiri. Kata pola bearti model, atau
contoh, bisa juga dikatakan sebagai pedoman atau dasar kerja.4 Sementara gaya
kepemimpinan diartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan
pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku
organisasinya.5 Gaya kepemimpinan juga diartikan sebagai cara seorang
pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerjasama dan bekerja
secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.6 Dengan begitu pola dan gaya
kepemimpinan merupakan model atau pedoman pemimpin dalam mempengaruhi

4
Ujang Wahyudin, E. Bahrudin, Maemunah Sa’diyah, Pola Kepemimpinan Kepala
Sekolah dalam Membangun Akhlak Peserta Didik, Jurnal: Jurnal TAWAZUN, (Bogor: Vol. 1,
2018), hlm. 4
5
Annisa Fitriani, Gaya Kepemimpinan Perempuan, Jurnal: Tapis, (Lampung: Vol. 11,
2015), hlm. 1
6
Ibid., hlm. 2

4
prilaku bawahannya, untuk bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan
organisasi atu perusahaan secara produktif, efektif dan efesien.
Selanjutnya kepemimpinan secara etimologi berasal dari kata dasar
pemimpin. Dalam bahasa inggris disebut leadership yang bearti kepemimpinan.
Kemuduian kata dasar leader berarti pemimpin dan akar katanya to lead yang
bearti saling berhubungan erat satu sama lainnya. Istilah tersebut dicontohkan
seperti bergerak atau berjalan lebih awal, mengambil langkah lebih awal, berbuat
paling dulu, memelopori, membimbing, menuntun, dan menggerakkan,
mengarahkan pikiran, pendapat orang lain melalui pengaruhnya. 7 Dengan begitu
kepemimpinan merupakan serangkaian dari serangkaian kemampuan dan sifat-
sifat kepribadian, termasuk juga di dalamnya kewibawaan seseorang, untuk
dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan orang yang dipimpinnya agar
mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya
dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, tanpa adanya tekanan serta
merasa tidak terpaksa.8 Dari urian tersebut dapat disimpulkan bahwa pola dan
gaya kepemimpinan merupakan keterpaduan dari model dan cara pemimpin yang
memiliki serangkaian sifat kepribadian serta kemampuan dalam mempengaruhi
orang lain untuk ikut serta mencapai tujuan oraganisasi.
Dengan begitu, program yang dijalankan pemimpin bersumber pada
acuan baik secara konseptual, hukum, atau aturan tertulis lainnya baik yang telah
ada sebelumnya. Biasanya aturan tertulis yang sudah ada sebelumnya perti
Undang-Undang, rujukan hukum berdasarkan kita undang-undang hukum pidana
ataupun perdata, atau aturan baik yang dibuta pemerintah pusat ataupun daerah.
Bisa juga model yang dikembangkan pemimpin bisa bersifat inovasi sendiri yang
diimplementasikan terhadap yang dipimpinnya. Dimana menjadi pemimpin yang
sukses atau pemimpin efekati adalah pemimpin yang mampu membawa
pengikutnya atau yang dimpinnya dari yang biasa-biasa saja menjadi luar biasa.
Oleh karena itu, dibutuhkan pola kepemimpinan yang efektif dalam rangka
pencapaian tujuan bersama.

7
Ujang Wahyudin, E. Bahrudin, Op.Cit., hlm. 4
8
Ibid., hlm. 4
5
(1) Pola Kepemimpinan
Dari penjelasan diawal telah dibahas bahwa pola kepemimpinan
seseorang sering dilihat dari cara atau model kepemimpinannya. Dimana pola
kepemimpinan ini bisa ditinjau dari sudut sebagai berikut:
(a) Pola Kepemimpinan Situasional
Pola ini menurut menurut Hersey and Bland Chard didasarkan saling
pengaruh antara perilaku kepemimpinan yang ia terapkan, selanjutnya dukungan
emosional yang ia berikan, serta tingkat kematangan bawahannya. 9 Pola ini
tentunya memberi empat gaya yang dihasilkan. Yaitu telling, selling,
participating, delegating.10 Untuk mengetahui ciri telling atau pemberitahuan ini
adalah tinggi tugas dan rendah hubungan, pemimpin mmeberikan intruksi atau
keterangan bagaimana cara mengerjakan, serta target dan gambaran terkait tugas
yang diberikan kepada bawahannya yang dilakukan dalam bentuk komunikasi
satu arah. Selanjutnya selling atau menawarkan, dimana dalam hal ini pemimpin
dalam memberikan penjelasan atau pengarahan cenderung menggunakan
komunikasi dua arah. Dimana bawahan diberi kesempatan untuk berkomentar
atau memberi tanggapan dari apa yang dijelaskannya. Ciri berikutnya
participating atau pelibatan bawahan. Dalam hal ini, pemimpin antara pemimpin
dan bawahan saling memberikan gagasan, pemimpin dan bawahan sama-sama
membuat keputusan. Selanjtnya delegating atau pendelegasian yaitu pemimpin
melimpahkan wewenangnya kepada bawahan, selanjutnya bawahan mendapat
wewenang membuat keputusan sendiri.
Pola kepemimpinan situasional ini menurut Fiedler adalah tidak ada
satupun gaya kepemimpinan yang cocok untuk seluruh situasi. Tetapi tentunya
juga tidak mudah mengganti gaya kepemimpinan dari satu situasi ke situasi yang
lain. Fiedler berpendapat bahwa pemimpin akan berhasil menjalankan
kepemimpinannya jika menerapkan kepemimpinan yang berbeda di suatu situasi

9
Husaini Usman, Manajemen: Teori Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2006), hlm. 309
10
Ibid., hlm. 309-311
6
yang berbeda pula.11 Dengan begitu, pola kepemimpinan yang digunakan
tergantung situasi ini dipengaruhi oleh tiga sifat situasi yang dapat memengaruhi
keefektifan kepemimpinan. Diantaranya hubungan pimpinan-bawahan yang
menguntungkan situasi, derajat susunan tugas yang menguntungkan situasi, dan
kekuasaan formal yang menguntungkan situasi. 12
(2) Pola Kepemimpinan Transformasional
Perlu disampaikan bahwa istilah transformasional berasal dari kata to
transform, yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi
bentuk yang berbeda. Teori ini lahir akibat diperlukannya transformasi secara
cepat dalam suatu organisasi. Kepemimpinan transformasional memiliki
kemampuan melakukan transformasi aneka sumber daya organisasi yang
diimplementasikan dalam kerangka kepemimpinan organisasi. Teori
Kepemimpinan transformasional pertama kali dikemukakan oleh Bernard M. Bass
yang dibangun diatas gagasan yang lebih awal yang dikemukakan oleh Burns.
Dimana Burns mendefinisikan kepemimpinan transformasional sebagai suatu
proses untuk mencapai tujuan kolektif melalui penyatuan motif-motif yang saling
menguntungkan yang dimiliki pemimpin dan bawahan dalam rangka mencapai
perubahan yang diinginkan. 13
Sementara Greenberg dan Baron mendefinisikan kepemimpinan
transformasional sebagai suatu perilaku kepemimpinan dimana seorang pemimpin
menggunakan kharismanya untuk mentransformasikan dan merevitalisasi
organisasi. 14 Pola ini lebih menkankan pada keterpaduan team atau kempok untuk
mewujudkan suatu tujuan untuk kepentingan bersama, baik itu aspek organisasi,
institusi ataupun perusahaan. Dalam pola ini pemimpin lebih pada orientasi
perubahan organisasi dalam pencapain tujuan bersama. Penulis berpendapat dari
beberapa definisi yang disampakan para ahli tentunya memiliki kelebihan dari sisi

11
Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010),
hlm. 187.
12
Husaini Usman, Op.Cit., hlm. 301
13
Jagarin Pane dan Sih Darmi Astuti, Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan
Transformasional, dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada Kantor Telkom
Divre IV di Semarang), Jurnal: TEMA, (Semarang: Vol. 6, 2009), hlm. 5
14
Ibid., hlm. 6
7
pencapaian proyeksi untuk keberhasilan bersama. Bisa dikatakan dengan
kepemimpinan transformasional ini lebih menekankan pada kualitas hasil atau
memperbesar hasil kerja. Dengan pola ini secara tidak langsung karyawan akan
lebih termotifasi dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai bawahan.
Selain itu, pola kepemimpinan ini lebih pada kebaikan bersama dalam
mencapai tujuan. Sikap pemimpin yang lebih pada menerima segala masukan atau
gagasan dari bawahan. Ini sesuai yang dikemukakan Nothouse dimana
kepemimpinan transformasional merupakan kepemimpinan yang bersifat sosial
dan peduli dengan kebaikan bersama.15 Pemimpin transformasional yang bersifat
sosial ini mengalahkan kepentingan mereka sendiri demi kebaikan orang lain.
Teori lain juga disampaikan Rivai yang menyatakan kepemimpinan
transformasional adalah tipe kepemimpinan yang memadu atau memotivasi
pengikut mereka dalam arah tujuan yang ditegakkan dengan memperjelas peran
dan tuntutan tugas.16 Dimana pemimpin jenis ini yang memberikan pertimbangan
dan rangsangan intelektual yang diindividualkan, dan yang memiliki karisma.
Kemampuan dalam mengolah kemampuan sumber daya yang ada tersebut
dipadukan dalam upaya pencapaian tujuan bersama.
(3) Pola Kepemimpinan Transaksional
Pola ini berorientasi pada penghargaan, imbalan dan hasil. Dimana
pemimpin yang memotivasi para karyawan melalui imbalan dan dikerjakan oleh
karyawan, setelahhasil didapat selain karyawan mendapat imbalan tentunya
membantu karyawan agar memperoleh kepercayaan dalam mengerjakan
pekerjaannya. Menurut Siagian kepemimpinan transaksional yaitu pemimpin yang
memberikan sebuah pertukaran melalui imbalan-imbalan untuk mendapatkan
kepatuhan atas apa yang telah mereka lakukan. 17 Sementara Bass dan Riggio
menyatakan kepemimpinan transaksional merupakan sebuah kepemimpinan
dimana seorang pemimpin mendorong para karyawan atau bawahannya untuk

15
Jufrizen Afni Sasqia Putri Lubis, Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan
Kepemimpinan Transaksional Terhadap Kinerja Pegawai Dengan Locus of Control Sebagai
Variabel Moderating, Jurnal: Maneggio, (Medan: Vol. 3, 2020), hlm. 4
16
Ibid., hlm. 4
17
Ibid., hlm. 6
8
bekerja dengan menyediakan sumberdaya dan penghargaan sebagai imbalan untuk
motivasi, produktivitas dan pencapaian tugas yang efektif. 18 Dari pengertian di
atas, terlihat jelas bahwa ada transaksi dalam pencapain tujuan dari sebuah
pekerjaan. Dimana imbalan dari sebuah proses pekerjaan ada nilai keuntungan
antara kedua belha pihak, baik dari yang memberi pekerjaan dan yang
mengerjakannya. Semua itu akan muncul berdasarkan motivasi para bawahannya
sesuai dengan unsur ketertarikan mereka sendiri. Dengan demikian pola ini
cendrung fokus pada hasil yang diperoleh oragnisasi atau peusahaan.
(4) Pola Kepemimpinan Kharismatik
Untuk pola kepemimpinan yang satu ini tentunya berbeda dengan pola
lainnya, ini lebih pada suasana hati. Maksudnya adalah cendrung pada sikap kasih
sayang dari pengikutnya, rasa kagum atau kepercayaan yang luar biasa pada
seseorang. Pola kepemimpinan ini erat kaitannya pada ketokohan seperi kyai atau
pimpinan pondok pesantren (ponpes). Dimana tipe kharismatik ialah pemimpin
yang memiliki daya pikat yang sangat besar. Karena itu ia memperoleh banyak
pengikut yang mau mengerjakan apa saja yang disuruhnya. Kepemimpinan yang
kharismatik diartikan sebagai kemampuan menggerakkan orang lain dengan
mendayagunakan keistimewaan atau kelebihan dalam sifat atau aspek kepribadian
yang dimiliki pemimpin, sehingga menimbulkan rasa menghormati, segan dan
kepatuhan. 19 Pola kepemipinan ini didasarkan pada kualitas yang luar biasa yang
dimiliki seseorang, sehingga memberi pengaruh secara emosioal hingga
memberika pengakuan pada sosok yang dikaguminya tersebut.
(5) Pola Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan visioner merupakan kemampuan pemimpin dalam
mencipta, merumuskan, mengkomunikasikan atau mensosialisikan dan
mentransformasi-kan untuk dapat diimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal

18
Ibid., hlm. 6
19
Ferri Wicaksono, Kiai Kharismatik dan Hegemoninya (Telaah Fenomena Habib Syech
bin Abdul Qadir Assegaf), Jurnal: Pemerintahan dan Politik Global, (Yogyakarta: Vol. 3, 2018),
hlm. 4

9
yang berasal dari dirinya. 20 Dari hasil pemikirannya ini nantinya selain
dirumuskan sekaligus dijalankan, bahkan hasil pemikirannya ini dapat digunakan
hingga jangka panjang karena dinilai masih relefan utnuk dilaksanakan. Selain itu,
kepemimpinan visioner menurt Robbins merupakan kemampuan untuk
menciptakan suatu visi yang realistis, dapat dipercaya dan atraktif dengan masa
depan organisasi.
Keterampilan yang dimiliki oleh pemimpin visioner adalah kemampuan
menjelaskan visi kepada orang lain, mampu mengungkapkan visi dalam
kepemimpinannya dan mampu memperluas visi pada konteks kepemimpinan yang
berbeda. 21 Dalam jurnal yang sama disebutkan bahwa kepemimpinan visioner
mampu menyalurkan energi orang bila diartikan secara tepat, selanjutnya mampu
menptakan kegairahn yang menimbulkan energi dan komitemen di tempat kerja.
Kepemimpinan visioner juga dapat mencipta merumuskan, mensosialisasikan atau
mentransformatifkan, dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang
berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosiaol di antara anggota
organisasi dan stakehorders yang meyakini sebagai cita-cita organisasi di masa
depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen semua personil. 22
Dari pengertain tersebut dapat dijalaskan bahwa kepemimpinan visioner ini lebih
cendrung pada kemampuan dalam mentrasformasikan gagasan dan pikirannya
untuk diikuti oleh bahawahnnya, tentunya dalam mencapai tujuan bersama. Tidak
semua pemimpin memiki pola ini, sehingga sangat jarang ditemukan pola
kepemiminan visioner berda di semua lembaga atau organisasi.
(2) Gaya Kepemimpinan
Dalam setiap perkumpulan baik kelompok mapun badan usaha yang ada
dalam masyarakat, selalu berkaitan dengan posisi pemimpin. pada suatu
organisasi misalnya memiliki pemimpin dengan tipe atau gaya masing-masing.
Mereka membawa style-nya sendiri dalam memimpin. Terkait gaya

20
Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), hlm. 195
21
Ahmad Fauzan, Kepemimpinan Visioner dalam Manajemen Kesiswaan, Jurnal: Al-
Idarah, (Lampung: Vol. Vol. 6, 2016), hlm. 6-7
22
Ibid., hlm. 7

10
kepemimpinan ini selama bertahun-tahun ketika membicarakan kepemimpinan,
mereka mendefinisikan dua kategori gaya ekstrem yakni gaya kempimpinan
otokratis dan demokratis.23 Dimana dua gaya kepemimpinan tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hanya saja, belakangan gaya
kepemimpin ini mengalami banyak istilah seiring dengan perkembangan zaman.
(a) Gaya Kepemimpinan Otokratis/Otoriter
Tipe kepemimpinan otokratis atau otoriter ini memiliki ciri-ciri seperti
tipe pemimpin seperti ini bertindak diktator pada bawahannya, cenderung
melakukan pemaksaan dalam menggerakkan bawahannya, dia sangat berambisi
dalam mencapai tujuan. Sehingga ada kecendrungan memaksakan kehendak
berdasarkan harpan atau keinginannya. Dimana pengertian gaya kepmimpinan
otoriter menurut Sutikno merupakan gaya kepemimpinan otoriter ini menganggap
bahwa kepemimpinannya adalah hak pribadinya, sehingga ia tidak perlu
berkonsultasi dengan orang lain da tidak boleh ada orang lain turut campur. 24
Pada tipe ini, seseorang yang memiliki gaya otokratik dipandang sebagai sosok
yang negatif. Karena kecendrungan dalam memaksakan kehendak dan lebih pada
menuruti keinginan pimpinan tersebut. Bisa juga tipe ini lebih menonjolkan
pridainya atau keakuannya, dan mengabaikan semua aspirasi atau masukan
bawahannya dalam pengambilan keputusan.
Gaya kepemimpinan ini juga lebih cendrung pada kekuatan hukuman,
sehingga pada situasi tertentu gaya ini kurang memberi ruang terhadap anggota
organissai karena dinilai lebih sentralistik wewenang. Selain itu, setiap perintah
atau kebijakannya tidak berkonsoltasi dengan bawahannya, dimana kekuasaan
pimpinan hanya dibatasi oleh undang-undang. Sehingga gaya kepemimpinan
seperti ini mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak dipenuhi
oleh bawahannya.

23
Mifta Thoha, Kepemimpinan Dalam Manajemen, (Depok: PT. RajaGrafindo Persada,
2019), hlm. 49-50
24
Herlinda Maya Kumala Sari, Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan
Otoriter Terhadap Loyalitas Melalui Kepuasan Kerja Dan Stres Kerja Karyawan Institusi X di
Kediri, Jurnal: Bisnis, Manajemen & Perbankan, (Kediri: Vol. 2, 2016), hlm. 3
11
(b) Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Untuk gaya kepemimpinan laissez faire ini sangat rentan dengan gesekan
atau bentrokan. Ini lantaran ketidak teraturan dalam roda organisasi. Penyebabnya
bisa timbul karena gaya kepemimpinan jenis ini sematamata disebabkan karena
kesadaran bawahannya.25 Terlebih dari sisi struktur oragnisasi dari gaya
kepemimpinan laissez faire tidak jelas atau kabur. Pekerjaan dan tanggung jawab
banyak dilakukan oleh bawahan sendiri. Dampak yang bisa timbul dari gaya ini
tentunya rentan terjadi perselisihan atau bentrokan di semua pihak. Akibatnya,
tujuan dari organisasi akan sulit tercapai apabila bawahan tidak memiliki inisiatif
yang tinggi dan dedikasi tinggi. Karena peran pemimpin nyaris dikendalikan di
tingkat bawahannya.
(c) Gaya Kepemimpinan Demokratis
Tipe kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan merupakan
tipe kepemimpinan yang tengah-tengah antara otoriter dan laissez faire sering
disebut juga sebagai kepemimpinan group developer. 26 Sementara menurut
Woods gaya kepemimpinan demokratis merupakan kemampuan mempengaruhi
untuk orang lain agar mau bekerjasama dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan
bersama antara pimpinan dan bawahan. 27 Kemudian menurut Susanti, indikator
untuk mengukur gaya kepemimpinan demokratis adalah kemampuan mendorong
para bawahan untuk menggunakan daya kognitif dan daya, nalarnya dalam
pemecahan berbagai masalah yang dihadapi. Mendorong penggunaan daya
inovasi dan kreatifitas dalam pelaksanaan tugas, pemimpin dan bawahan sama-
sama terlibat dalam pengambilan keputusan atau pemecahan masalah. Hubungan
antara pimpinan dan bawahan terjalin dengan baik. 28 Dari pejelasan tersebut
penulis simpulkan bahwa gaya kepemimpinan demokratis menjadi posisi yang
paling banyak diminati. Sebab, kedua belah pihak antara pemimpin dan bawahan

25
Ujang Wahyudin, E. Bahrudin, Op.Cit., hlm. 6
26
Ibid., hlm. 6
27
Rosiana Natalia Djunaedi, dan Lenny Gunawan, Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Demokratis Terhadap Kinerja Karyawan, Jurnal: Performa, (Semarang: Vol. 3, 2018, hlm. 4
28
Ibid., hlm. 4

12
memiliki ruang diskusi atau musyawarah dalam menentukan kebijakan. Bahkan,
bisa jadi hasil dari keputusan pimpinan merupkan buah dari kesepakatan bersama.
Tipe kepemimpinan demokratis ini cendrung melibatkan bawahan untuk
berdialog, melakukan koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan titik
penekanan pada rasa tanggung jawab dan membangun motivasi internal dan kerja
sama yang baik. Dengan begitu terbagun kerja sama yang baik antara kedua belah
pihak dengan orientasi hasil. Gaya kepemimpinan ini juga sennatiasa menghargai
setiap potensi yang dimiliki oleh setiap individu dan mau mendengarkan masukan
atau saran bahawannya. Artinya, tida diktator atau memaksakan kehendak
pimpinan. Dengan begitu sumber daya manusia (SDM) yang ada dalam organissai
tersebut benar-benar diperankan dalam rangka mencapai tujuan bersama.
(d) Gaya Kepemimpinan Paternalistik
Tipe kepemimpinan paternalistik memiliki ciri-ciri diantaranya pemimpin
ini memiliki sifat kebapakan, sehingga bawahan dianggap sebagai anaknya
sendiri, mereka menganggap bahwa bawahan tidak bisa bersifat mandiri dan perlu
dorongan dalam melakukan sesuatu. Pemimpin ini selalu melindungi
bawahannya. Ia memiliki sifat paling tahu sehingga jarang memberikan
kesempatan pada bawahan untuk mengambil keputusan atau kebijakan.
Akibatnya, ketergantungan pada anak buah kepada pimpinan sepertinya cendrung
lebih kuat. Karena, hampir tidak aruang bagi naak buah dalam memutuskan
kebijakan.
(e) Gaya Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik memiliki ciri berupa tingkat disiplin yang
tinggi dan biasanya menyukai hal-hal yang formal. Menerapkan sistem komando
dalam menggerakkan bawahannya untuk melakukan arahan atau perintahnya.
Menggunakan pangkat dan jabatan dalam memengaruhi bawahannya untuk
bertindak.29 Selain itu gaya militeristis menuntut disiplin yang tinggi dari
bawahannya, senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan, menerapkan sistem
komando dalam menggerakkan bawahan. 30 Gaya kepemimpinan ini dapat dilihat

29
Ujang Wahyudin, E. Bahrudin, Op.Cit., hlm. 7
30
Rosiana Natalia Djunaedi, dan Lenny Gunawan, Op.Cit., hlm. 4
13
dalam oranisasi kedinasan militer atau kepolisian atau organisasi sejenis yang
menggunakan sistem komando. Dalam penerapan kepemimpinan jenis ini,
manfaat yang diperolah adalah sikap disiplin baik disiplin waktu maupun
pekerjaan karena diatur menggunakan sistem yang sudah ditentukan. Hanya saja,
pada gaya kepemimpinan ini ruang bawahan untuk menyampaikan ide dan
gagasan terkesan tertuu, kaku dan sulit terealisasikan karena sudah menjadi
komando yang terstruktur dari atas ke bawah.
B. Gaya Kepemimpinan dan Pengaruhnya Terhadap Organisasi
Kepemimpinan yang baik adalah sikap pemimpin yang mampu
mengoptimalkan sumber daya yang biasa-biasa saja menjadi luar biasa. Gaya ini
tentunya diharapkan oleh bawahan. Sebab, pemimpin yang mampu memerankan
kemampuan kepemimpinannya selain memberikan energi positif bagi orang yang
dipimpinnya, tentunya akan berdampak pada kualitas oraginasasi atau perusahaan
itu sendiri. Kemampun dalam mengelola oraganisasi inilah yang tidak semua
pemimpin mampu melakukannya. Karena, pola kemepimpinan akan selalu
berbeda berdasarkan situasi dan kondisi yang ada.
Bila dikaitkan dengan cara kerja perusahaan, maka orientasi yang
digunakan adalah berdasarkan evaluasi keuangan dari perusahaan itu sendiri.
Dimana laporan keuangan sebagai informasi dan sebagai wujud dari keadaan
suatu perusahaan. Laporan laba rugi komprehensif, laporan posisi keuangan,
laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan
merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan perusahaan. Untuk menilai
kinerja keuangan perusahaan diperlukan alat analisis berupa rasio-rasio keuangan.
Dengan kompleknya persoalan yang harus diselesaikan dalam sebuah perusahaan
atau organissai, dibutuhkan peran pemimpin yang peka dengan perubahan. Oleh
karena itulah, setiap gaya kepemimpinan sangat memberi pengaruh terhadap
organisasi.
Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan atau organissai dalam mencapai
kinerja yang baik sangat ditentukan oleh pemimpin. Pemimpin inilah yang secara
keseluruhan bertanggung jawab atas sumber daya baik yang bergerak maupun
yang tidak bergerak, pertanggung jawaban aset dan sebaginaya. Suatu perusahaan
14
dalam melakukan aktivitasnya diisyaratkan memiliki pemimpin handal yang
mampu mengantisipasi masa depan organisasi dan mengambil peluang dari
perubahan yang ada sehingga dapat mengarahkan organisasi untuk sampai pada
tujuannya. Pemimpin harus peka dan tahan uji atas kondisi yang setiap saat akan
berubah. Sepertinya yang terjadi saat ini, hampir seluruh pemimpin perusahaan
diuji dengan kondisi ekonomi yang tidak setabil akibat pandemi Covid-19.
Dimina virus ini mengganggu roda-roda ekonomi, sehingga mempengaruhi sektor
produksi hingga market. Jika gaya kempimpinan mampu menyiasati kondisi
pandemi ini, maka roda organisasi atau perusahaan akan berjalan baik meski
lamban.
C. Gaya Kepemimpinan dalam Prespektif Manajemen Pendidikan Islam
Bagaimana Islam menyikapi gaya kepemimpinan? Tentunya sudah
sangat detial dan panjnag lebar al-qur’an dan al-hadist menjelaskannya. Bahkan
Islam telah memberian contoh yang doterapkan nabi dan rosul hingga para
sahabat, dan para ulama lainnya terkait gaya kepemimpnan berdasarkan prespektif
Islam. Adapun perspektif kepemimpinan dalam Islam adalah bahwa pemimpin
sebagai khalifatun fil ardh artinya pemimpin di muka bumi lil imarah yaitu untuk
menjaga, memakmurkan, dan menjalankan tugasnya sebagai manusia, selain itu
dalam perspektif Islam kepemimpinan tersebut berfungsi liya’budun (beribadah
dan mentauhidkan Allah ), dan wa la nusyrika bihi syaian (tidak menyekutukan-
Nya, atau membuat sekutu dengan Allah sesuatu yang lain selain Allah). 31 Secara
gamblang al-qur’an menjelaskan konsep kepemimpinan berdasarkan kacamata
Islam. Semua harus bernilai manfaat, karena untuk mencari ridho Allh SWT.
Pemimpin dalam kacamata Islam pun akan dimintai pertanggung jawabannya di
hadapan Allah atas yang dipimpinnya. Oleh karena itu, Islam sangat konsent
dalam menjelaskan konsep kepemimpinan ini.
Untuk diketahui, dalam perspektif Islam, semua orang adalah pemimpin
dan setiap orang atau setiap pemimpin harus mempertanggungjawabkan
tindakannya di hadapan Allah kelak di akherat. Ini sangat berat. Oleh arena itu,

31
Ujang Wahyudin, E. Bahrudin, Op.Cit., hlm. 8

15
pemimpin harus siap dengan segala hal. Karena pertanggung jawabannya tidak
hanya di dunia semata, melainkan djuga di akherat nantinya. Dengan
pertanggungjawaban ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin pada level dan
posisi apapun karena ada amanah di pundaknya yang harus menjadi
dipertanggung jawabkan.
Dalam Islam kepemimpinan memiliki ciri-ciri yang merupakan pembeda
dari pemimpin non Islam seperti otoriter, liberal, dan sebagainya.
Dimana ciri-ciri itu diantaranya menjunjung tinggi syariat Islam dan
akhlak Islami, memegang teguh amanah yang telah dibebankan
kepadanya dari umat, bersikap rendah hati, tidak sombong dalam
memimpin, selalu setia artinya pemimpin dan yang dipimpin terikat
dengan kesetiaan kepada Allah. Disiplin, konsisten dan konsekuen atau
memiliki komitmen yang tinggi dalam segala tindakan, dan terikat pada
tujuan artinya kepemimpinan tidak terlepas dari ikatan dan tujuan yang
seharusnya di jalankan baik bersifat abstarak maupun konkrit.32

Jika ditinjau dari sisi manajemen pendidikan Islam, gaya kepmimpinan


ini tetap berdasarkan pada al-qur’an dan al-hadist. Dimanan seorang manajer
harus mampu menerapkan sistem yang baik. Karena pada lembaga pendidikan
Islam, manajemen yang diterapkan tetap mengacu pada sistem adminitrasi yang
telah ditentukan. Memberikan pembelajaran yang efektif, membimbing pendidik
dalam melaksanakan tugas dan bermacam-macam kegiatan kesiswaan,
menciptakan iklim kondusif dan mewujudkan kesinambungan dengan warga
sekolah lainnya. Menerapkan administrasi yang terukur dang pengendalian yang
ketat. Ini sesuai dengan perinsip manajemen yakni planning (perencanaan),
organizing (pengorganisasian), actuating (pengarahan), dan controlling
(mengontrol). Hal ini dapat dilihat dari awal proses manajemen dilaksanakan baik
dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan hingga evaluasi. Seorang kepala
madasah atau manajer, mampu menyusun organisasi personal dengan uraian tugas
sesuai dengan standar yang ada. Pembagian tugas yang diimbangi dengan
pemahaman terelbih dahulu, memiliki kemampuan menggerakkan bawahannya
dengan segala sumber daya yang ada, memaksimalkan komponen pendidikan
yang tersedia, serta menyusun program yang sistematis.

32
Ibid., hlm. 9

16
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari penjelasan pada makalah yang membahas Pola dan Gaya
Kepemimpinan ini dapat disimpulkan bahwa :
a. Pola dan gaya kepemimpinan merujuk pada model atau cara yang dipilih
dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan,
sikap, danperilaku organisasinya. Dimana gaya kepemimpinan juga
diartikan sebagai cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku
bawahan, agar mau bekerjasama dan bekerja secara produktif untuk
mencapai tujuan organisasi.
b. Dari sekian banyak gaya kepemimpinan yang dikemukakan para tokoh,
ada beberapa gaya kepemimpinan yang dominan. Seperti gaya
kepemimpinan otokratis/otoriter, gaya kepemimpinan laissez faire, gaya
kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan paternalistik, dan gaya
kepemimpinan militeristik. Semua gaya kepempinan ini memberi
pengaruh terhadap organisasi, oleh karena itu gaya kepemimpinan kerap
digunakan pada situasi dan kondisi dari organissai itu sendiri.
c. Jika ditinjau dari sisi manajemen pendidikan Islam, gaya kepmimpinan
tetap berdasarkan pada al-qur’an dan al-hadist. Manajer dalam Islam
berorientasi pada kemaslahatan bersama, karena amanah yang diemban
akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT.
2. Saran
Dalam makalah ini tentunya banyak keterbatasan baik dari sisi
pemahaman sekaligus keterbatasan literatur. Oleh karena itu, penulis
menyarankan agar dapat dilanjutkan oleh pemakalah berikutnya untuk menggali
Pola dan Gaya Kepemimpinan yang ideal dan komprehensif dalam meningkatkan
mutu pendidikan Islam.

17
DAFTAR PUSTAKA

Engkoswara dan Komariah, Aan, (2010), Administrasi Pendidikan.

Fitriani, Annisa, (2015), Gaya Kepemimpinan Perempuan, Jurnal: Tapis.

Fauzan, Ahmad, (2016) Kepemimpinan Visioner dalam Manajemen Kesiswaan,


Jurnal: Al-Idarah.

Jufrizen Afni Sasqia Putri Lubis, Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan


Kepemimpinan Transaksional Terhadap Kinerja Pegawai Dengan Locus
of Control Sebagai Variabel Moderating, Jurnal: Maneggio, (Medan:
Vol. 3, 2020),

Komariah, Aan, dan Cepi Triatna, (2010), Visionary Leadership: Menuju Sekolah
Efektif.

Made, Ni, Ria Satyawati I Wayan Suartana, (2014), Pengaruh Gaya


Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja yang
Berdampak Pada Kinerja Keuangan, Jurnal: E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana.

Maya Kumala Sari, Herlinda, (2016), Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya
Kepemimpinan Otoriter Terhadap Loyalitas Melalui Kepuasan Kerja
Dan Stres Kerja Karyawan Institusi X di Kediri, Jurnal: Bisnis,
Manajemen & Perbankan.

Natalia Djunaedi, Rosiana, dan Lenny Gunawan, (2018), Pengaruh Gaya


Kepemimpinan Demokratis Terhadap Kinerja Karyawan, Jurnal:
Performa.

Pane, Jagarin, dan Sih Darmi Astuti, (2009), Pengaruh Budaya Organisasi,
Kepemimpinan Transformasional, dan Kompensasi Terhadap Kinerja
Karyawan (Studi pada Kantor Telkom Divre IV di Semarang), Jurnal:
TEMA.

Wahyudin, Ujang, E. Bahrudin, Maemunah Sa’diyah, (2018), Pola


Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Membangun Akhlak Peserta
Didik, Jurnal: Jurnal TAWAZUN.

Wicaksono, Ferri, (2018), Kiai Kharismatik dan Hegemoninya (Telaah Fenomena


Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf), Jurnal: Pemerintahan dan Politik
Global.

18
Thoha, Mifta, (2019), Kepemimpinan Dalam Manajemen.

Usman, Husaini, (2006), Manajemen: Teori Praktik dan Riset Pendidikan.

19

Anda mungkin juga menyukai