Anda di halaman 1dari 12

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN

LPP TVRI PUSAT


TAHUN ANGGARAN 2022
PEMBANGUNAN TOWER 65 M PEMANCAR TRANSMISI CIANJUR
LPP TVRI JAWA BARAT

Kementerian Negara/Lembaga : 117 Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik


Indonesia (LPP TVRI)

Unit Eselon II : Direktorat Umum LPP TVRI

Hasil (Outcome Kegiatan) : PEMBANGUNAN TOWER 65 M PEMANCAR TRANSMISI


CIANJUR LPP TVRI JAWA BARAT

Indikator Kinerja : Kegiatan

Jenis Keluaran (Output) : Kegiatan

Volume Keluaran Satuan Ukur : Kegiatan

1. Latar Belakang LPP TVRI Stasiun DKI saat ini belum memiliki pemancar sendiri untuk
mendukung kegiatan siaranya. Oleh sebab itu diperlukan Menara pemancar
dengan ketinggian 65 meter yang rencanaya akan dibangun di Cianjur, Jawa Barat.
Sehubungan dengan hal tersebut Direktorat Umum bagian Sarana dan Prasarana
berencana membangun tower pemancar lengkap dengan bangunan pendukung
berupa rumah pemancar TX, Rumah Diesel, dan Rumah Jaga Operator, di Cianjur,
Jawa Barat. Diharapkan dengan pembangunan ini jangkauan siaran LPP TVRI
dapat lebih luas dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat khususnya di
wilayah Jawa Barat dan sekitarnya.

2. Target / Sasaran Target/sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan
tersebut adalah memperluas jangkauan siaran LPP TVRI

3. Nama Organisasi Nama organisasi yang menyelenggarakan/melaksanakan Pekerjaan


Pengadaan Pembangunan Tower 65 M Pemancar Transmisi Cianjur LPP TVRI Jawa Barat:
Barang/Jasa
• K/L/D/I : Lembaga Penyiaran Publik TVRI
• Saker : Kantor Pusat
• Nama Pejabat Pembuat Komitmen : Pejabat Pembuat Komitmen IV .

4. Sumber Dana dan a. Pekerjaan Pembangunan Tower 65 M Pemancar Transmisi Cianjur LPP TVRI
Perkiraan Biaya Jawa Barat menggunakan DIPA LPP TVRI Tahun Anggaran 2022.

5. Ruang Lingkup, a. Ruang lingkup Pekerjaan Pembangunan Tower 65 M Pemancar


Lokasi Pekerjaan, Transmisi Cianjur LPP TVRI Jawa Barat meliputi, Pekerjaan persiapan,
Fasilitas Penunjang Pekerjaan pembangunan tower, Pekerjaan fence and yard, Pekerjaan
pembangunan pos jaga, Pekerjaan pembangunan gedung transmisi,

1
Pekerjaan pembangunan ruang genset, Pekerjaan pembangunan sanitasi
& resapan air.
b. Lokasi Pengadaan : Kantor Pusat TVRI, Jl. Gerbang Pemuda No. 8, Senayan
– Jakarta.
c. Data dan fasilitas yang dapat disediakan oleh PA/KPA/PPK : -

6. Jangka Waktu Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan : 180 (Seratus Delapan Puluh) hari kelender
Pelaksanaan
Pekerjaan

7. Tenaga Ahli PROJECT MANAGER, Dengan Kualifikasi :


• S1 Teknik Sipil
• Pengalaman minimal 8 tahun dalam bidang yang sama.
• Memiliki SKA Ahli Tehnik Bangunan Gedung – Madya,
• Memiliki NPWP, KTP yang masih berlaku

SAFETY ENGINEER, Dengan Kualifikasi :


• S1 Teknik Sipil
• Pengalaman minimal 3 Tahun dalam bidang yang sama
• Memiliki SKA ahli K3 Konstruksi – Muda
• Memiliki NPWP, KTP yang masih berlaku

PELAKSANA LAPANGAN, Dengan Kualifikasi :


• STM/Sederajat
• Pengalaman minimal 3 tahun dalam bidang yang sama.
• Memiliki SKT Tukang Pekerjaan Baja,
• Memiliki NPWP, KTP yang masih berlaku

8. Keluaran/Produk Keluaran/produk yang dihasilkan dari Pekerjaan Pembangunan Tower 65 M


Yang Dihasilkan Pemancar Transmisi Cianjur LPP TVRI Jawa Barat, sebagaimana yang tertuang
dalam dokumen hasil perencanaan dan telah ditètapkan (dokumen terlampir).

9. Spesifikasi Teknis BAB I


Pekerjaan RKS (RENCANA KERJA DAN SYARAT)

1. Persyaratan Teknis Pekerjaan Struktur


1.1 Pekerjaan Tanah
1.1.1 Lingkup Pekerjaan
a. Mitra Kerja harus menyediakan tenaga kerja, perlengkapan, alat
pengangkutan dan alat lainnya yang diperlukan untuk pekerjaan tanah.
b. Yang termasuk dalam pekerjaan tanah ialah semua pekerjaan yang
berhubungan- dengan pembentukan dan penyelesaian muka tanah,
yaitu meliputi :
− Pekerjaan penggalian tanah
− Pekerjaan pengurugan tanah
− Pekerjaan pemadatan tanah
1.1.2. Pekerjaan Galian
a. Galian harus dilaksanakan sampai mencapai elevasi/kedalaman
seperti yang ditentukan dalam as plan drawing.
2
b. Dasar galian dikerjakan dengan teliti, datar dan harus dibersihkan dari
segala macam kotoran.
1.1.3. Pekerjaan Pengurugan dan Pemadatan
a. Pekerjaan pengurugan dan pemadatan tanah ini adalah untuk semua
daerah bekas galian sampai permukaan yang ditentukan.
b. Urugan harus bebas dari segala bahan yang dapat membusuk, sisa
bongkaran dan atau yang dapat mempengaruhi kepadatan urugan.
c. Untuk pengurugan pasir padat dibawah lantai kerja sesuai gambar
kerja.

1.2 Pekerjaan Beton Bertulang


1.2.1 Lingkup Pekerjaan
a. Bagian ini meliputi mulai bab pengadaan bahan-bahan, peralatan,
tenaga personil dan jasa-jasa lain sehubungan dengan pekerjaan beton
bertulang untuk pembuatan rangka bangunan dari gedung ini sesuai
dengan As Plan Drawing dan persyaratan-persyaratan yang ada dalam
rencana kerja dan syarat-syarat teknis ini.
b. Dalam hal ini Mitra Kerja harus menyediakan tenaga, dan segala
peralatan serta perlengkapan yang ada kaitannya dengan pekerjaan
beton bertulang sesuai dengan kapasitas yang diperlukan untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan tersebut.

1.2.2 Pengendalian Pekerjaan


Kecuali disebutkan lain, maka semua pekerjaan beton bertulang harus
mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. NI-2-PBI 1971 = Peraturan Beton Indonesia (1971)
b. SNI 03-2847-2002 = Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung
c. NI-3-1970 = Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia
d. PUUDI-1982 = Persyaratan Umum Beban Bangunan di
Indonesia
e. SII = Standar Industri Indonesia
f. SII 0136-84 = Baja Tulangan Beton
g. SII 0784-83 = Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan
Beton
h. ASTM C13-88 = Method of Making and Curing Concrete Test
Specimens
i. ASTM 03-86 = Specification for Concrete Aggregates
j. ASTM 09-86 = Test Method for Compressive Strength for
Cylindrical
k. ASTM C42-87 = Method of Obtaining and Testing
DrilledCores and Sawed Beams of Concrete
l. ASTM C143-89 = Test Method for Slump of Portland Cement
Concrete
m. ASTM C150-86 = Specification for Portland Cement
n. AS1M C172-82 = Method for Air Content of Freshly Mixed
Concrete by the Pressure Method
o. ASTM C260-86 = Air-Entraining Admixtures for Concrete
p. ASTM 030-85 = Specification for Lightweight Aggregates for
Structural Concrete
q. ASTM C494-92 = Standar Specification for Chemical
Admixtures for Concrete

1.2.3 Pekerjaan Beton Cor di Tempat


Bahan-bahan :
a. Aggregat Kasar

3
- Agregat kasar berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan
batu
- Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi agregat kasar untuk
beton menurut ASTM C33-86.
- Ukuran terbesar agregat kasar adalah 2,5 cm.
- Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butiran-butiran yang
kasar, keras dan tidak berpori.
- Agregat kasar untuk beton harus bersih dari lumpur dan sampah.

Analisa ukuran butir aggregat kasar (Gradasi)


% Lewat
Saringan Ukuran (mm) Saringan
1” 25 100
3 /4” 20 90-100
3 /8” 9.5 20-55
No.4 4.76 0-10

b. Agregat Halus
- Agregat halus dapat digunakan pasir alam yang berasal dari daerah
setempat dengan catatan memenuhi syarat seperti yang tercantum
dalam PBI'71untuk Agregat Halus.:
- Pasir harus bersih dari bahan organik, zat-zat alkali dan substansi-
substansi yang merusak beton.
- Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.
- Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras.

Analisa ukuran butir aggregat halus (Gradasi)


% Lewat
Saringan Ukuran (mm) Saringan
3 /8” 9.5 100
No.4 4.76 90-100
No.8 2.38 80-100
No.16 1.19 50-85
No.30 0.595 25-65
No.50 0.297 10-30
No.100 0.147 5-10
No.200 0.074 0-5

c. PC (Portland Cement)
- Semen yang digunakan adalah jenis portland cement yang memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan dalam N.I 8 dan P.B.I 1971. Semen-
semen harus diperoleh dari Pabrik yang disetujui oleh konsultan
pengawas dan diketahui oleh TVRI. (Type PPC dan PCC)
- Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan. Harus
diterimakan dalam kantong asli dari pabriknya dalam keadaan
tertutup rapat.
- Kantong-kantong semen yang rusak jahitannya dan robek-robek,
tidak diperkenankan digunakan, kecuali untuk pekerjaan bukan
beton.
- Semen yang sebagian sudah membatu dalam kantong sama sekali
tidak diperbolehkan untuk dipergunakan.
- Semen harus disimpan didalam gudang yang mempunyai ventilasi
yang cukup dan tidak kena air, diletakkan pada tempat ditinggikan
paling sedikit 30 cm dari lantai. Tidak boleh ditumpuk sampai
tingginya mencapai 2 (dua) meter, dan setiap pengiriman baru harus

4
dipisahkan dan diberi tanda dengan maksud agar pemakaian semen
dilakukan menurut urutan pengirimannya.

d. Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung
minyak, asam, alkali, garam, bahan-bahan organis dan bahan-bahan
lain yang merusak beton dan/atau baja tulangan. Dalam hal ini
sebaiknya dipergunakan air bersih yang dapat diminum.
e. Additive
Semua penggunaan bahan tambah campuran beton (additive) harus
seijin Konsultan pengawas dengan di ketahui oleh TVRI dengan
melampirkan brosur, spesifikasi teknis dan hasil pengujian.
f. Mutu Beton
Mutu beton yang digunakan untuk seluruh pekerjaan beton cor di
tempat dalam pekerjaan ini adalah K-225.

1.2.4. Pelaksanaan Pekerjaan Beton


Sebelum melaksanakan pekerjaan beton, Mitra Kerja harus
mengadakan trial test atau Mixed Design yang dapat membuktikan
bahwa mutu beton yang disyaratkan dapat tercapai dari laboratorium
tes beton independen/Universitas setempat, yang disyahkan oleh
pejabat yang berwenang di instansi tersebut untuk disetujui oleh
konsultan pengawas dengan di ketahui oleh TVRI.
a. Pengecoran Beton
- Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Mitra Kerja mendapat
ijin secara tertulis dari Konsultan Pengawas dengan di ketahui oleh
TVRI yang diajukan paling lambat 2 (dua) hari sebelum pelaksanaan
dengan melampirkan bukti atau dokumentasi bahwa pekerjaan
pengecoran tersebut benar telah siap untuk dilaksanakan.
- Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan
terjadinya pemisahan material (segregation) dan perubahan letak
tulangan. Cara penuangan dengan alat concrete pump dan alat-alat
bantu seperti talang, pipa chute dan sebagainya, harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas dengan di ketahui oleh TVRI.
- Bila pengecoran harus berhenti sementara sedang beton sudah
menjadi keras dan tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari
lapisan air semen (laintance) dan partikel-partikel yang terlepas
sampai suatu kedalaman yang cukup sampai tercapai beton yang
padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan
yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan.
b. Selimut Beton :
- Beton decking (ganjal), harus dibuat/dicetak lebih dahulu dengan
adukan 1 PC : 3 Pasir, dicetak semacam tahu lengkap dengan tali
kawatnya sesudah mengeras dan mengering udara, harus direndam
dalam air.
- Ketebalan beton decking sesuai dengan As Plan Drawing , dipasang 3
buah untuk tiap 1 m2 untuk Pedestal dan Balok, dipasang sebanyak
5 buah untuk tiap 1 m2 untuk raft pondasi.
- Selain beton decking, juga harus dipasang ganjal-ganjal dari bahan
tulangan beton, digunakan untuk: bila didalam balok terdapat
tulangan dua baris atau lebih, harus diganjal dengan diameter sama
dengan tulangan rangkap (atas dan bawah) harus diganjal dengan
cakar ayam sebanyak 3 buah tiap 1 m2.
c. Dimensi Beton
Ukuran-ukuran yang tertera dalam As Plan Drawing adalah ukuran
beton struktur.

5
d. Slump (Kekentalan Beton)
Kekentalan beton untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian
dengan PBI-1971 adalah sebagai berikut:

Jenis Konstruksi Slump (mm)


Max. Min.
Plat, Balok dan Dinding 150 75
Kolom 150 75

Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi


harga tersebut diatas dapat dinaikkan sebesar 50%, tetapi dalam hal
apapun tidak boleh melebihi 150mm.

1.2.5. Pengujian Mutu Beton


a. Konsultan pengawas dengan diketahui oleh TVRI berhak meminta
setiap saat kepada mitra kerja untuk membuat kubus dari adukan
beton yang dibuat.
b. Cetakan kubus coba atau benda uji yang berbentuk bujur sangkar
dalam segala arah dengan ukuran kubus 15x15x15 cm dan
memenuhi syarat dalam persyaratan peraturan beton Indonesia (NI-
2-1971).
c. Pengujian dilakukan sesuai dengan PBI – 1971, semua benda uji
ditest di laboratorium yang berwenang dan disetujui oleh konsultan
pengawas dengan diketahui oleh TVRI, termasuk juga pengujian
susut (slump diambil minimum 7,5 cm – maksimum 15 cm sesuai PBI
hal 38) dan pengujian tekanan. Biaya pengujian ini sepenuhnya
menjadi tanggung jawab mitra kerja.
d. Pengambilan benda uji harus dari lokasi pengecoran / bukan dari
mixer dengan periode antara yang disesuaikan dengan kecepatan
pembetonan.
e. Jumlah benda uji minimum 2 buah untuk tiap 10 m3 beton.
f. Pengujian kubus beton dilakukan pada umur 14 hari dan 28 hari.
g. Jika pengujian tekan gagal maka perbaikan harus dilakukan dengan
mengikuti prosedur-prosedur menurut PBI – 1971.

1.2.6. Pembesian
Sebelum pekerjaan pembesian dimulai, Mitra Kerja harus
menyerahkan As Plan Drawing pembesian kepada Konsultan
Pengawas dengan di ketahui oleh TVRI untuk mendapatkan
persetujuan.
Besi tulangan polos maupun besi-besi tulangan ulir (deformed bars)
harus sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 Bab 3.7, yang
dinyatakan sebagai BJTD-40 dan BJTP-24, seperti dinyatakan dalam
gambar dengan persyaratan sebagai berikut :
- BJTD -40 (tegangan leleh = 4000 kg/cm2) untuk dia.> 12 mm
- BJTP -24 (tegangan leleh = 2400 kg/cm2) untuk dia. 12 mm
Besi tulangan yang akan digunakan harus bebas dari karat dan
kotoran lain, apabila harus dibersihkan dengan cara disikat atau
digosok tanpa mengurangi diameter penampang besi, atau dengan
bahan cairan sejenis "Vikaoxy Off' yang disetujui konsultan
pengawas dengan di ketahui oleh TVRI. Baja tulangan dapat
difabrikasi diluar site atau di lokasi pekerjaan dan pada tempat yang
terlindung dari cuaca hujan/panas.Pekerjaan pembesian terutama
panjang dan ukuran, bengkokan, sambungan dan panjang-panjang
6
penyaluran harus sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan
dalam perencanaan. Baja tulangan yang telah selesai difabrikasi
kemudian dirakit/ dipasang pada posisi bekisting yang telah siap
sebelumnya, penahan/pengikat tulangan pada bekisting dapat
dilakukan dengan bahan beton decking atau jangkar/kaki ayam
supaya baja tulangan dapat terpasang kokoh, kuat dan tepat pada
posisinya.
a. Kawat Pengikat
Ukuran minimal kawat pengikat adalah 0,1 mm seperti yang
disyaratkan dalam NI-2 Bab. 3.7.
b. Cetakan Beton
Standard
Seluruh cetakan mengikuti persyaratan Normalisasi dibawah ini :
- SNI - 2 - 1971 = Peraturan Beton Indonesia
- SNI - 3 - 1970 = Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia
c. Persyaratan Bahan dan Pelaksanaan:
- Cetakan (bekisting beton) dibuat dari bahan multiplaks/papan
kayu dengan tebal minimal 12 mm dengan penguat-penguat
kayu atau pipa secukupnya, sehingga keseluruhan cetakan
(bekisting beton) dapat berdiri stabil dan tidak terpengaruh oleh
desakan-desakan beton pada waktu pengecoran serta tidak
terjadi perubahan bentuk.
- Rencana desain seluruh cetakan (bekisting beton) menjadi
tanggung jawab Mitra Kerja dengan menyerahkan As Plan
Drawing kepada konsultan pengawas dengan di ketahui oleh
TVRI untuk disetujui.
- Permukaan cetakan (bekisting beton) harus dibasahi dengan
rata agar tidak terjadi penyerapan air beton yang baru dituang.
- Cetakan (bekisting beton) dapat dibongkar dengan persetujuan
tertulis dari konsultan pengawas dengan di ketahui oleh TVRI
- Semua permukaan beton yang dihasilkan harus rapi, bersih rata
dan tanpa cacat/keropos, lurus dan tepat pada posisinya sesuai
dengan As Plan Drawing.

1.3 Pekerjaan Struktur Baja


1.3.1 Lingkup Pekerjaan
- Penyediaan bahan-bahan, tenaga kerja, peralatan dan alat bantu
lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pembuatan
konstruksi baja, seperti dinyatakan dalam gambar dengan hasil
baik.
- Semua pekerjaan pengadaan dan pemasangan bagian-bagian
konstruksi baja, seperti baja profil, pelat-pelat, baut-baut.
- Semua pekerjaan pembuatan bagian-bagian konstruksi baja,
seperti sambungan-sambungan, pengelasan baik las sudut
maupun las tumpul dan lain-lain sesuai dengan As Plan Drawing
dan Uraian Pelaksanaan dan Persyaratan Pekerjaan.

1.3.2 Persyaratan Umum


a. Peraturan-Peraturan
- Semua peraturan/normalisasi yang dipakai harus yang berlaku
di Indonesia, misalnya PBI, PMI, Peraturan Konstruksi Baja
untuk Gedung di Indonesia dan lain sebagainya.
- Semua pekerjaan baja dan bangunan ini harus memenuhi syarat
dari AISC, "Specification for Fabrication and Erection" 12
Pebruari 1969.

7
- Semua pekerjaan baut (bolt) pada bangunan ini harus
memenuhi syarat dari AISC, "Specification for Structural Joints
Bolts".
- Semua pekerjaan las harus mengikuti American Welding Society
Code for Arc Welding in Building Construction Section 4.
- Mitra Kerja wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab
terhadap semua ukuran--ukuran yang tercantum pada As Plan
Drawing.
- Perhitungan detail dan sambungan dari bagian-bagian
konstruksi baja yang tidak tercantum dalam As Plan Drawing
harus dilengkapi oleh Mitra Kerja dan harus dinyatakan pada As
Build Drawing. Untuk itu Mitra Kerja harus meminta persetujuan
dari konsultan pengawas dengan di ketahui oleh TVRI sebelum
memulai pekerjaan tersebut.
- Mitra Kerja bertanggung jawab terhadap semua kesalahan-
kesalahan detailing, fabrikasi dan ketepatan
penyetelan/pemasangan semua bagian-bagian konstruksi baja.
- Sebelum memulai pekerjaan fabrikasi Mitra Kerja harus
melakukan pengukuran lapangan dan menyatakannya dalam As
Plan Drawing, untuk disetujui oleh konsultan pengawas dengan
di ketahui oleh TVRI.
- Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambahan di lapangan pada
waktu pemasangan yang diakibatkan oleh kurang teliti atau
kelalaian pelaksanaan harus dilaksanakan atas biaya Mitra
Kerja.
- Kurang tepatnya pemasangan karena kesalahan fabrikasi harus
dibetulkan, diperbaiki atau diganti dengan yang baru, semua
atas biaya Mitra Kerja.
b. Persyaratan bahan
Pipa Baja (dimensi sesuai As Plan Drawing)
- Pipa baja yang digunakan adalah dari kualitas baik dengan mutu
BJ-37 (tegangan leleh baja = 2400 kg/cm2).
- Permukaan batang baja tersebut harus tampak rata dan bebas
dari cacat-cacat lain yang dapat merugikan dalam penggunaan
akhir serta memenuhi persyaratan dalam PUBBI 1982.
Baja Siku (dimensi seperti As Plan Drawing)
- Baja Siku yang digunakan adalah dari kualitas baik dengan mutu
BJ-37 (tegangan leleh baja = 2400 kg/cm2).
- Permukaan batang baja tersebut harus tampak rata dan bebas
dari cacat-cacat lain yang dapat merugikan dalam penggunaan
akhir serta memenuhi persyaratan dalam PUBBI 1982.
- Baja siku yang dimaksud adalah baja siku sama kaki.
Baja Strip (tebal pelat sesuai As Plan Drawing)
- Baja Strip yang digunakan adalah dari kualitas baik dengan mutu
BJ-37 (tegangan leleh baja = 2400 kg/cm2).
- Permukaan batang baja tersebut harus tampak rata dan bebas
dari cacat-cacat lain yang dapat merugikan dalam penggunaan
akhir serta memenuhi persyaratan dalam PUBBI 1982.

Kawat Las
- Kawat las (yang selanjutnya disebut elektroda las) busur listrik
berlapis yang dipakai untuk pengelasan baja karbon rendah dan
baja paduan rendah, harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam SII 0192 - 1978.

8
- Mempunyai kiasifikasi menurut sifat mekanik dari logam las,
jenis lapisan, posisi pengelasan dan jenis arus listrik yang dapat
digunakan seperti pada tabel 80 - 1 PUBBI 1982.
- Memenuhi persyaratan serta ketentuan-ketentuan yang
disebutkan dalam tabel 80-9 pada PUBBI 1982.
Anker, Mur, Baut (dimensi sesuai As Plan Drawing).
- Anker, mur, baut yang digunakan sebagai alat penyambung atau
pengikat dalam pembuatan rangka baja dan pekerjaan lainnya
seperti As Plan Drawing, adalah dari kualitas baik dan minimal
mempunyai mutu yang sama dengan baja yang digunakan,
sesuai dengan PUBBI 1982 pasal 92.
- Mur dan baut yang digunakan jenis HTB dengan tegangan leleh
baja sebesar 10.000 kg/cm2.

1.3.3 Persyaratan Pelaksanaan


Ketentuan Umum
- Hasil pelaksanaan pekerjaan baja harus bermutu baik dan rapi,
- Semua bagian harus mempunyai ukuran yang tepat,
- Pemotongan atau pembuatan lubang untuk bolt, harus sesuai
dengan As Plan Drawing
- Sistim sambungan disesuaikan dengan As Plan Drawing
Pemotongan
- Tukang-tukang yang digunakan harus terampil dalam bidangnya
dan melaksanakan pekerjaan dengan baik.
- Ketelitian sangat diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh
bagian cocok satu sama lainnya setelah dilakukan
pemasangan/penyetelan.
- Semua plat harus diperiksa kerataannya, batang-batang
diperiksa kelurusannya, harus bebas dari puntiran,
- Pemotongan dapat digunakan oksigen atau las pemotong, hanya
permukaan yang kurang rata yang digurinda seperlunya dengan
syarat bahwa tepi yang telah selesai harus cukup lurus, tepat,
licin dan rata, seperti pada hasil yang dipotong mesin gergaji.
Sambungan Baut
- Lubang untuk sambungan baut harus dibor, selisih diameter
baut tidak boleh lebih dari 1 mm.
- Sambungan dengan baut harus dikenakan sedemikian rupa
sehingga kokoh/kuat atas petunjuk dari Konsultan pengawas
dengan di ketahui oleh TVRI.
- Dimensi, jumlah dan jarak dari pada sambungan baut harus
sesuai dengan As Plan Drawing dan atau atas petunjuk dari
konsultan pengawas dengan di ketahui oleh TVRI.
- Konsultan pengawas dengan di ketahui oleh TVRI berhak
menolak hasil pekerjaan bila terjadi kesalahan dan tidak sesuai
dengan As Plan Drawing, Mitra Kerja harus memperbaiki atau
mengulangi pekerjaan tersebut dan segala akibat ditanggung
oieh Mitra Kerja.
Pengeboran
- Lubang untuk baut agar dibor, bila jumlah pelat yang akan dibor
lebih dari satu lapis, dapat dijepit bersama-sama untuk
menembus seluruh tebal secara serentak.
- Lubang bor harus disesuaikan dengan diameter baut yang akan
digunakan

1.4 Pekerjaan Mekanikal/Elektrikal


1.4.1 Umum

9
a. Dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis ini ditentukan
kebutuhan pengadaan dan pemasangan peralatan Mekanikal dan
Elektrikal. Pekerjaan ini meliputi pengadaan, instalasi,dan uji terima.
b. Mutu Bahan dan Pemasangannya :
Mitra Kerja diminta untuk memberikan mutu bahan dan
pemasangan dengan kualitas yang tinggi. Dan dilaksanakan oleh
tenaga kerja yang terampil serta berpengalaman di bidangnya.
c. As BuildDrawingPelaksanaan :
1) As Build Drawing Pelaksanaan adalah :As Build Drawing
sebagaimana pekerjaan dilaksanakan, termasuk perbaikan-
perbaikan dan penyimpangan-penyimpangan dari rencana
semula, yang telah disetujui konsultan pengawas dengan di
ketahui oleh TVRI guna kelengkapan penyerahan.
d. Mitra Kerja harus membuat As Build Drawing Pelaksanaan yang
disetujui konsultan pengawas dengan di ketahui oleh TVRI sebanyak
3 (Tiga) set menggunakan Autocad dengan ukuran kertas standar A3
dan diserahkan kepada konsultan pengawas dengan di ketahui oleh
TVRI termasuk soft copynya.
e. Pembersihan Lokasi
1) Mitra Kerja bertanggung jawab memelihara kebersihan dan
ketertiban proyek baik didalam ruangan atau bangunan maupun
disekitar/tapak proyek, selama proyek dilaksanakan.
2) Semua sampah, bekas peti, sisa bahan dan lain-lain sampah dari
bekas pekerjaan Mitra Kerja harus segera disingkarkan ketempat
yang telah ditentukan.

1.4.2 Lingkup Pekerjaan


a. Pengadaan dan Pemasangan Grounding System (Sistem
Pentanahan).
b. Uji Terima.
c. Serah Terima Pekerjaan.
d. Masa Pemeliharaan dan Garansi Peralatan.

1.4.3 Persyaratan Pemasangan/Instalasi


Pekerjaan listrik yang termasuk dalam pekerjaan instalasi ini pada
dasarnya harus memenuhi peraturan-peraturan
a. PUIL 2001.
b. Peraturan-peraturan lain yang dikeluarkan oleh PLN, jika ada.
c. Peraturan-peraturan lain yang dikeluarkan oleh Instansi yang
berwenang.

1.4.4 Panel ACPDB dan Kabel-Kabel Instalasi


a. Panel ACPDB lengkap sesuai gambar standar dan digorundingkan
dengan BCC 50 mm2,
b. Komponen-komponen harus dari kualitas yang baik dan besarannya
disesuakan dengan ukuran Box ACPDB.
c. Ukuran fisiknya disesuaikan dengan isi dan jumlah komponen
didalamnya dengan tetap memperhatikan faktor kemudahan dalam
operasi - pemeliharaan dan pengaman yang baik.
d. Instalasi kabel input dan output dengan conduit atau cable duct yang
sesuai dengan ukuran kabel.
e. Bahan Panel ACPDB terbuat dari Sheet Steel tebal 2 mm dan
pengecatan dilakukan dengan powder coating, cara pengeringannya
dengan sistem oven.
f. Kabel power yang dipergunakan adalah jenis NYY 3x16mm
g. Kabel instalasi yang dipergunakan adalah jenis NYAF 10 mm.

10
1.5 Pemasangan Sistem Pertanahan (Grounding System)
1.5.1 Tujuan Sistem Pentanahan untuk perangkat telekomunikasi
a. Melindungi petugas instalasi, petugas operasi dan pemeliharaan dari
tegangan listrik yang membahayakan.
b. Melindungi perangkat telekomunikasi terhadap tegangan listrik
lebih.
c. Memenuhi standar umum persyaratan teknis.
d. Mengurangi crosstalk dan noise dalam sirkit telekomunikasi.
e. Penggunaan tanah sebagai salah satu konduktor dari suatu sirkit
telekomunikasi.

1.5.2 Persyaratan Umum


a. Semua panel, lighting, stop kontak, saklar, peralatan-peralatan lain
yang dipasang dalam pekerjaan ini yang menggunakan metal dan
berhubungan dengan instalasi listrik harus di Grounding.
b. Besarnya kawat grounding yang dapat dipergunakan minimal
berpenampang sama besar dengan penampang kabel yang
digunakan untuk instalasi.
c. Nilai tahanan grounding system harus lebih kecil dari 1 (satu) Ohm,
diukur setelah tidak terjadi hujan selama 2 (dua) hari berturut-turut.

1.5.3 Bahan dan cara Pemasangan Sistem Pentanahan


Kutub type batang: Bahan Kawat tembaga.
- Kutub tanah type batang dipasang tegak didalam tanah,
penanaman dilakukan pada tanah normal, dapat dilakukan
dengan cara memukulnya dengan palu sampai kedalaman
minimal 3 meter dengan jumlah 1 titik per Site.
- Penanaman pada lokasi tanah keras atau sejenisnya, dilakukan
dengan lebih dahulu membuat lubang dengan bor tanah.
- Bila tahanan tanah yang dikehendaki tidak tercapai, maka dapat
digunakan dua batang atau lebih yang ditanam.

1.5.4 Pekerjaan Penyambungan


- Semua sambungan yang ada dibawah tanah menggunakan las
tembaga atau caldweld.
- Apabila dalam satu lokasi telah terpasang beberapa instalasi
telekomunikasi dengan sistem pentanahannya masing-masing,
maka sistem-sistem pentanahan tersebut harus disambungkan
satu dengan yang lain, dengan syarat tahanan pentanahan total
memenuhi tahanan pentanahan terkecil dari salah satu instalasi
telekomunikasi. Penyambungan dilaksanakan pada
terminal/bar tembaga yang terdapat pada hand hole; atau bak
kontrol .

11

Anda mungkin juga menyukai