Anda di halaman 1dari 20

PANDUAN

RUJUKAN

POKJA AKSES KE PELAYANAN DAN KONTINUITAS


PELAYANAN (APK)

RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS


Jln. Yos Sudarso no. 13 Lubuklinggau
Telp. (0733) 321013
Panduan Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 3

BAB II STANDAR KETENAGAAN 6

BAB III STANDAR FASILITAS 7

BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN 10

BAB V LOGISTIK 12

BAB VI KESELAMATAN PASIEN 13

BAB VII KESELAMATAN KERJA 16

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU 18

BAB IX PENUTUP 19

2
Panduan Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pelayanan rumah sakit daerah sekarang tidak terlepas dari perkembangan ekonomi
masyarakat. Hal ini tercermin pada perubahan fungsi klasik rumah sakit yang pada awalnya
hanya memberikan pelayanan yang bersifat penyembuhan saja kepada pasien melalui rawat
inap dan rawat jalan bergeser ke pelayanan yang lebih komprehensif, meliputi pelayanan dan
pemeriksaan penunjang lainnya. Dimana tindakan serta pelayanan tersebut biasanya tidak
memerlukan tindakan rawat inap, sehingga bisa dilaksanakan melalui rawat jalan.
Merujuk pasal 2 ayat (4) butir b Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 yang
kemudian diperbarui dengan Undang-undang nomor 32 tahun 2004 memberikan
kewenangan kepada pemerintah pusat untuk menetapkan pedoman standar pelayanan
minimal wajib yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kotamadya dimana didalamnya
terdapat 54 indikator dengan jenis pelayanan dan indikator kinerja beserta target yang harus
dipenuhi oleh kabupaten/ kotamadya tahun 2010. Kepmenkes ini juga diperjelas dengan
menerbitkan petunjuk teknis melalui Kepmenkes No. 228/2003. Pedoman penyusunan
standar pelayanan minimal RS yaitu standar penyelenggaraan pelayanan, manajemen rumah
sakit, pelayanan medis, pelayanan penunjang dan pelayanan keperawatan baik rawat inap
maupun rawat jalan yang minimal harus diselenggarakan oleh rumah sakit.
Untuk itu diperlukan pembentukan Instalasi Rawat Jalan di RS. Dr. SOBIRIN dan dalam
pelaksanaannya perlu dibuat Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan ini sebagai rujukan
didalam pelayanan rawat jalan sesuai dengan standar dan mutu yang ingin dicapai oleh
rumah sakit.

2. TUJUAN

a. Menetapkan berbagai ketentuan yang berkaitan dengan kualitas pelayanan terhadap


pasien tanpa memandang agama, ras, jenis kelamin, suku, kebangsaan dan golongan.
b. Meningkatkan profesionalisme staf IRJ di RS. Dr. SOBIRIN yang meliputi perilaku
dan kompetensi seluruh staf.

3
Panduan Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

c. Saran bagi bidang pelayanan dan Direktur RS. Dr. SOBIRIN untuk menyelesaikan
berbagai masalah yang terkait dengan pelayanan, baik untuk staf maupun pasien.
d. Menyusun dan menetapkan standar pelayanan medis untuk setiap jenis disiplin ilmu
kedokteran sesuai dengan kondisi dan situasi rumah sakit.

3. RUANG LINGKUP PELAYANAN

Ruang lingkup pelayanan Instalasi rawat jalan adalah semua pasien yang membutuhkan
pelayanan medis kepada seorang pasien untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan,
rehabilitasi dan pelayanan kesehatan lainnya, tanpa mengharuskan pasien tersebut dirawat
inap.
Pedoman pelayanan Instalasi Rawat Jalan di RS. Dr. SOBIRIN diperuntukkan bagi
seluruh unit kerja yang terkait dengan pelayanan Instalasi Rawat Jalan, yaitu:
1. Instalasi Radiologi
2. Instalasi Laboratorium
3. Instalasi Rekam Medis
4. Instalasi Farmasi
5. Instalasi Rawat Inap
6. Instalasi Gawat Darurat
7. Instalasi Sistem Informasi dan Manajemen Rumah Sakit

4. BATASAN OPERASIONAL

a. IRJ melayani pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan meliputi pengamatan,


penegakan diagnostik, pengobatan, rehabilitasi dan pelayanan kesehatan lainnya
tanpa mengharuskan pasien tersebut dirawat inap.
b. Penanganan pasien yang membutuhkan tindakan rawat inap dapat langsung
dilakukan dari instalasi rawat jalan ke instalasi rawat inap.
c. Rujukan adalah menyelenggarakan pelayanan rujukan (baik menerima maupun
merujuk).

4
Panduan Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

5. LANDASAN HUKUM

1. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.


2. Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
3. Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Keputusan Menteri Kesehatan nomor: 436/MENKES/SK/IV/1993 tentang
Berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:
1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan.
6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2001 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit Daerah.
7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pedoman Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Daerah.
8. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1457/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kotamadya.
9. Keputusan Menteri Kesehatan No. 228/2003 tentang Pedoman Penyusunan Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

5
Panduan Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

1. KUALIFIKASI SDM

 Dokter Spesialis : 1 Orang dimasing-masing poliklinik setiap harinya.


 Dokter Umum : 2 Orang
 Perawat : 15 Orang
 Bidan : 5 Orang

2. STANDAR KETENAGAAN

 Kepala Instalasi Rawat Jalan


Kepala Instalasi Rawat Jalan RS. Dr. SOBIRIN adalah seorang dokter spesialis.
 Kepala Ruangan Rawat Jalan
Kepala Ruangan Rawat Jalan adalah seorang perawat yang telah memenuhi kualifikasi
untuk menjadi Kepala Ruangan.
 Dokter Spesialis
Dokter Spesialis melayani pasien dimasing-masing poliklinik sesuai dengan
bidangnya masing-masing.
 Perawat/Bidan Pelaksana
Adalah tenaga paramedis yang telah dididik yang bertanggung jawab untuk
menjalankan tugas dan asisten dokter di masing-masing Poliklinik.

3. DISTRIBUSI KETENAGAAN

 Tenaga Dokter Spesialis :1 orang dimasing-masing poliklinik setiap harinya.


 Perawat/Bidan : 20 orang dibagi dimasing-masing Poliklinik.

4. PENGATURAN JADWAL PELAYANAN

Jadwal kerja diatur sesuai jadwal yang ditetapkan untuk dokter spesialis, perawat/bidan,
bekerja setiap hari kecuali hari minggu dan hari libur.

6
Panduan Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

BAB III
STANDAR FASILITAS

Gedung Instalasi Rawat Jalan berada di bagian depan RS. Dr. SOBIRIN, setelah
loket pendaftaran. Terdiri dari 17 Poliklinik yang dapat melayani pasien.

Denah Ruangan Lantai I

Parkiran

IGD

Tangga
Nurse

DOT

USG

atr
Penya

pp
Rua

Rua
Poli
Ech

/EK
Dala

ng

ng
Poli

s
o
kit
m

Apotik Station
Central
Farmasi
Tangga

Ruang Tunggu
Pendaftar

Poli KIA
M
C an

Loket

R. Informasi Poli Umum Poli Anak Poli Tumbuh


Kembang Anak

Poli Bedah Labor


Klinik Laktasi
UTDR
Poli Mata

7
Panduan Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

Denah Ruangan Poliklinik Lantai II

Poli Diklat Poli Psikologi


Akupuntur

A
R

P
P
T
S
Tangga

Ruang Poli THT Poli Gigi Poli VCT


Keperawatan

8
Panduan Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

STANDAR FASILITAS

Fasilitas yang cukup harus tersedia bagi staf medis dan pasien sehingga dapat tercapai
tujuan dan fungsi pelayanan rawat jalan yang optimal:

1. Letak poliklinik berdekatan dengan jalan utama, mudah dicapai dari bagian
administrasi terutama oleh bagian rekam medis, berhubungan dekat dengan apotek,
bagian radiologi dan laboratorium.
2. Ruang tunggu poliklinik harus cukup luas dan nyaman bagi pasien.
3. Sistem sirkulasi pasien dilakukan dengan satu pintu (sirkulasi masuk dan keluar
pasien dengan pintu yang sama).
4. Poli-poli ramai sebaiknya tidak saling berdekatan.
5. Sirkulasi petugas dan sirkulasi pasien dipisahkan.
6. Pada tiap ruangan harus ada wastafel (air mengalir).
7. Letak poli harus jauh dari ruang incinerator dan IPAL.
8. Usahakan waktu tunggu dari pengunjung dapat dikurangi semaksimal mungkin
melalui pengaturan dari arus dan jumlah pengunjung dikaitkan dengan kapasitas
pelayanan yang ada.

9
Panduan Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

Dalam manajemen Rawat Jalan, Schultz (1976) menganalisa proses yang dijalani pasien
meliputi:

1. Pasien diterima (petugas penerima-pasien)


2. Diagnosis ditegakkan (dokter-lab-penunjang)
3. Menerima obat (dokter-apoteker)
4. Merasakan hasil pengobatan (pasien)
5. Berhenti berobat karena sembuh, pengobatan dilanjutkan atau rediagnosis (pasien-
dokter)

Dari analisa oleh Schultz, maka urutan proses pelayanan pasien adalah sebagai berikut:

1. Registrasi pasien
2. Menunggu pelayanan
3. Pemeriksaan pasien
4. Pengobatan
5. Penyuluhan pasien dan keluarga
6. Sistem perjanjian dan penjadwalan kunjungan
7. Sistem pembayaran jasa
8. Pelayanan informasi

10
Panduan Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

ALUR PELAYANAN RAWAT JALAN RS. Dr. SOBIRIN

Pasien Datang

Skrining Visual Ada Kegawatan

Registrasi IGD

Rehabilitas Medik Cek TTV di Nurse


Hemodalisa
Station Poliklinik

Konsultasi & Pemeriksaan


Fisik Oleh Dokter

Pemeriksaan Penunjang
(Radiologi Laboratorium
Elektromedik

Kasir

Farmasi

Pasien

Pulang / Rawat Inap / Rujuk

11
Panduan Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

BAB V

LOGISTIK

Rumah sakit khususnya Instalasi Rawat Jalan harus memenuhi persyaratan teknis sarana
dan prasarana yang menunjang pelayanan kesehatan secara paripurna. Keseluruhan persyaratan
tersebut harus direncanakan sesuai dengan standar dan kaidah-kaidah yang berlaku.

Adapun secara umum yang dimaksud dengan sarana adalah segala sesuatu hal yang
menyangkut fisik gedung/bangunan serta ruangan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu
yang membuat sarana tersebut dapat berfungsi seperti pengadaan air bersih, listrik, instalasi air
limbah dan lain-lain.

Adapun logistik adalah pengadaan, perawatan, distribusi dan penyediaan segala sesuatu
hal yang menyangkut sarana, prasarana maupun alat (baik alat medis maupun alat non medis)
yang dibutuhkan oleh rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi
pasien.

Sarana meliputi segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi mata maupun oleh
panca indra dan dengan mudah dapat dikenali oleh pasien dan (umumnya) merupakan bagian
dari suatu gedung ataupun bangunan gedung itu sendiri, sedangkan prasarana meliputi benda
maupun jaringan/instalasi yang membuat suatu sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.

Berikut kebutuhan ruang, fungsi dan luasan ruang serta kebutuhan logistik pada Instalasi
Rawat Jalan.

1. Ruang poliklinik yang mendukung untuk pelayanan.


2. Ruang tunggu pasien yang nyaman dan cukup luas untuk menampung semua pasien.
3. Akses jalan yang memudahkan pasien untuk mengakses pelayanan poli, pendaftaran dan
apotek.

12
Panduan Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien Instalasi Rawat Jalan adalah suatu sistem dimana Instalasi Rawat
Jalan membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi assesmen resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari residen dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.

Insiden keselamatan pasien selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian yang tidak
disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat
dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian
Tidak Cedera dan Kejadian Potensial Cedera.

Kejadian Tidak Diharapkan disingkat KTD adalah insiden yang mengakibatkan cedera
pada pasien. Kejadian Nyaris Cedera disingkat KNC adalah terjadinya insiden yang belum
sampai terpapar ke pasien. Kejadian Tidak Cedera disingkat dengan KTC adalah insiden yang
sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak ada timbul cedera. Kondisi Potensial Cedera disingkat
dengan KPC adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum
terjadi insiden. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera
yang serius. Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut pelaporan insiden
adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden keselamatan pasien, analisis dan
solusi untuk pembelajaran.

Instalasi Rawat Jalan menerapkan Standar Keselamatan Pasien. Standar Keselamatan


Pasien meliputi:

a. Mendidik pasien dan keluarga;


b. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan;
c. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien;
d. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien;

13
Panduan Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

e. Mendidik staf tentang keselamatan pasien; dan


f. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

Setiap rumah sakit (Instalasi Rawat Jalan) wajib mengupayakan pemenuhan Keselamatan
Pasien. Sasaran Keselamatan Pasien meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut:

a. Ketepatan identifikasi pasien


b. Peningkatan komunikasi efektif
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
d. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
e. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
f. Pengurangan pasien resiko jatuh

Dalam rangka menerapkan Standar Keselamatan Pasien, Instalasi rawat Jalan melaksanakan
Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit:

a. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien


b. Memimpin dan mendukung staf
c. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko
d. Mengembangkan sistem pelaporan
e. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
g. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.

PELAPORAN INSIDEN, ANALISIS DAN SOLUSI

a. Sistem pelaporan insiden dilakukan di internal rumah sakit.


b. Sistem pelaporan dengan monitoring evaluasi instalasi gawat darurat dilakukan setiap
hari dan dilaporkan setiap bulan kepada komite mutu rumah sakit.

Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani segera di
Rumah Sakit (Instalasi Rawat Jalan) Dr. SOBIRIN maka diperlukan standar keselamatan pasien
rumah sakit (Instalasi Rawat jalan) yang merupakan acuan bagi petugas dan pihak lain yang
terkait di Instalasi Rawat Jalan untuk melaksanakan kegiatannya. Standar Keselamatan Pasien
wajib diterapkan dan penilaiannya dilakukan dengan menggunakan Instrumen Akreditasi Rumah

14
Panduan Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

Sakit. Keselamatan pasien dilaksanakan melalui penerapan 7 standar dan 7 langkah menuju
keselamatan pasien, yaitu:

Standar Keselamatan Pasien, meliputi:

1. Mendidik pasien dan keluarga


2. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
3. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
4. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Komunikasi merupakan kunci untuk mencapai keselamatan pasien.

15
Panduan Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan alat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang
tidak terduga dan tidak diharapkan karena peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan
dalam bentuk perencanaan dan tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian
material maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Penyakit
akibat kerja adalah penyakit yang ditimbulkan dari suatu pekerjaan yang mengandung
paparan/kontaminasi pada fasilitas penunjang pekerjaan.

Pelaksanaan keselamatan kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan sehingga dapat mengurangi
dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Keselamatan kerja bagi pegawai diupayakan
melalui kegiatan-kegiatan seperti:

1. Pemantauan lingkungan kerja pegawai secara rutin.


2. Penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan pra pekerjaan terhadap semua calon pegawai.
3. Penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan berkala sesuai ketentuan.
4. Penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan khusus.
5. Ditetapkannya tempat-tempat yang dianggap beresiko di lingkungan rumah sakit.
6. Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai rumah sakit wajib menggunakan alat
pelindung diri sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
7. Memberikan kesempatan bagi pegawai untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam bidang K3.

Rumah sakit harusnya menyediakan fasilitas untuk menangani limbah seperti IPAL untuk
limbah cair dan pengelolaan limbah medis dan non medis yang dikelola oleh pihak kedua (dari
luar rumah sakit). Rumah sakit wajib menyediakan fasilitas sanitasi. Disediakan fasilitas

16
Panduan Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

perlengkapan keamanan pasien yang selalu terpelihara baik dengan adanya pengecekan dan
perbaikan sesuai jadwal yang ditetapkan.

1. Keselamatan (Safety) dan Keamanan (Security)

Konstruksi Instalasi Rawat Jalan (IRJ) harus tidak membahayakan keselamatan pasien,
karyawan dan masyarakat umum yang tinggal disekitarnya. Bangunan tersebut hendaknya
tahan terhadap beban dan elemen yang mungkin terjadi.

a. Pintu hendaknya terbatas pada tipe-tipe berikut: pintu yang mengarah ke luar
bangunan, tangga di dalam ruangan, ramp dan tangga luar.
b. Minimum tersedia dua buah pintu keluar yang berjauhan satu sama lain pada setiap
gedung dan ada tanda untuk keluar apabila dalam keadaan darurat (exit gate).
c. Pintu keluar langsung berhubungan dengan tempat terbuka di luar bangunan.

Seluruh bangunan dan ruangan Instalasi Rawat Jalan mempunyai sistem pemadam
kebakaran yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Terdapat alat deteksi kebakaran seperti
alarm kebakaran di dinding atau detektor asap pada langit-langit. Terdapat alat pemadam
kebakaran, seperti APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang mudah dilihat dan dicapai pada
lokasi strategis.

Instalasi Rawat Jalan atau Rumah Sakit secara umum menjamin keamanan (security)
semua orang yang berada di Instalasi Rawat Jalan atau Rumah Sakit dan termasuk properti yang
ada.

2. Bencana Kebakaran

Ancaman bencana kebakaran adalah suatu kondisi yang tidak biasa diprediksikan,
sehingga untuk mengamankan keadaan ketika kondisi tersebut terjadi maka telah disepakati titik
kumpul di Rumah Sakit Dr. SOBIRIN. Titik kumpul adalah area yang disepakati oleh
manajemen rumah sakit untuk menjadi tempat dimana semua petugas berkumpul ketika ada
bencana misalnya kebakaran. Penetapan titik tumpul di Rumah Sakit Dr. SOBIRIN adalah:

1. Di depan Instalasi Gawat Darurat

17
Panduan Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

2. Di samping kamar jenazah


3. Di halaman depan ruang administrasi/perkantoran.

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Instalasi Rawat Jalan mempunyai program peningkatan mutu internal dan eksternal
untuk mengevaluasi seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan bagi pasien.

Program peningkatan mutu internal dapat dilakukan dengan metode dan teknik yang
dipilih oleh setiap rumah sakit, misalnya berbasis review dokumen rekam medis, audit medis,
patient safety, observasi kinerja klinis atau wawancara/kuesioner dengan staf dan pelanggan.

Evaluasi mutu penanggulangan pasien rawat jalan harus komprehensif dan berjalan terus.
Kasus-kasus yang menyinggung/aneh/jarang dicatat dibicarakan untuk mencari jalan keluar.
Pertemuan staf dilakukan minimal 1 kali dalam sebulan yang berguna untuk mencari kelemahan
Instalasi Rawat Jalan dan menemukan jalan keluarnya. Membuat kesepakatan dan
menyebarluaskan hasil pertemuan pada semua staf sebagai upaya perbaikan dan peningkatan
mutu pelayanan.

1. Ada upaya secara terus-menerus menilai kemampuan dan hasil pelayanan Instalasi
Rawat Jalan. Ada data dan informasi mengenai
- Jumlah kunjungan
- Kecepatan pelayanan (respon time)
- Pola penyakit/kecelakaan
- Pencapaian standar pelayanan minimal
2. Evaluasi terhadap kasus-kasus tertentu sedikitnya satu kali dalam setahun.
3. Peningkatan Sumber Daya Manusia berupa asesmen kompetensi dan program
pendidikan dan pelatihan berkesinambungan.

18
Panduan Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

BAB IX

PENUTUP

Dengan meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tingkat


ekonomi masyarakat, maka Instalasi Rawat Jalan dituntut untuk memberikan pelayanan dengan
mutu optimal, terutama dengan masuknya investasi dan tenaga asing dalam rangka globalisasi.

Hal tersebut akan memacu timbulnya persaingan yang cenderung meningkat dan
pemasaran pelayanan rumah sakit (Instalasi Rawat Jalan) local akan tertinggal bila tidak segera
diantisipasi dengan peningkatan mutu yang kompetitif.

Dengan buku Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Instalasi Rawat jalan diharapkan


dapat dijadikan pedoman dan acuan bagi setiap petugas atau karyawan Instalasi Rawat Jalan di
RS. Dr. SOBIRIN dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan.

19
Panduan Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

20

Anda mungkin juga menyukai