Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“ANALISIS EKUITAS DAN PENILAIAN PERUSAHAAN”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Analisa Laporan Keuangan
Dosen Pengampu : Nur Fitriana, SE., M.Ak

Kelompok 6 :
1. Anjel (190301164)
2. Ayu Silvia Rachmawati (190301152)
3. Mustika Oktaviani (190301041)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKOMOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
TA : 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah
serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Analisis Laporan
Keuangan yang berjudul “Analisis Ekuitas dan Penilaian Perusahaan” tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen pengampu Ibu Nur Fitriana, SE., M.Ak. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca dan juga bagi penulis. Kami
menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari kata kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar
makalah tentang “Analisis Ekuitas dan Penilaian Perusahaan” ini dapat memberikan
manfaat untuk kita semua.

Pekanbaru, 10 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
2.1 Berbagai Valuasi Dasar ................................................................................... 3
2.2 Kekuatan Laba dan Perkiraan Untuk Tujuan Valuasi........................................ 6
2.3 Laporan Interim Untuk Pengawasan dan Perevisian Estimasi Laba .................. 9
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 12
3.2 Saran ............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk perusahaan perseorangan, ekuitas sering disebut modal. Untuk
perseorangan, istilah ekuitas (ekuitas pemegang saham atau stockholders' equity)
lebih merefleksi katayang ingin dikandungnya. Istilah modal sering digunakan pula
sebagai padan kata equitywalaupun modal lebih dekat maknanya dengan istilah
capital. Ekuitas mengandung unsur kepemilikan (ownership), untuk organisasi
nonprofit ekuitas disebut dengan aset bersih (net assets) untuk menghindari kesan
adanya pemilikan.
Karena konsep kesatuan usaha yang memisahkan antara manajemen dan
pemilikan, informasi tentang akuitas pemegang saham menjadi sangat penting
karena hal tersebut menunjukan hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan
pemegang saham. Dari sudut pemegang saham,ekuitas pemegang saham merupakan
hak atas kekayaan atau nilai yang tertanam dalam perseroan. Kalau dipandang dari
sudut kesatuan usaha, ekuitas pemegang saham merupakan "utang" perseroan
kepada para pemegang saham. Oleh karena itu, ekuitas pemegang saham dapat juga
dipandang sebagai gambaran hubungan yuridis antara perseroan dan pemegang
saham. Dengan kedudukannya yang demikian persoalannya adalah bagaimana
melaporkan atau menyajikan informasi elemen ini agar hubungan dan tanggung
jawab yuridis dapat dipertahankan.
Penilaian perusahaan merupakan tujuan penting bagi banyak
penggunalaporan keuangan. Karena estimasi nilai yang dapat diandalkan dapat
digunakan untuk membuat keputusan. Deskripsi penilaian ekuitas perusahaan
tradisional dilakukan berdasarkan metode diskonto arus kas (discounted cash flow–
DCF). Berdasarkan metode ini, nilai ekuitas perusahaan dihitung berdasarkan
prediksi arus kas yang tersedia bagi investor ekuitas. Prediksi ini lalu didiskonto
menggunakan biaya modal perusahaan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apa saja berbagai valuasi dasar?
2. Bagaimana kekuatan laba dan perkiraan untuk tujuan valuasi?
3. Bagaimana laporan interim untuk pengawasan dan perevisian estimasi laba?

1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui apa saja berbagai valuasi dasar
2. Mengetahui kekuatan laba dan perkiraan untuk tujuan valuasi
3. Mengetahui laporan interim untuk pengawasan dan perevisian estimasi laba

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Berbagai Valuasi Dasar


Dua ukuran penilaian yang sering digunakan adalah rasio ‘harga terhadap
nilai buku (price to book- PB) dan rasio harga terhadap laba (price to earning-PE).
Pengguna sering kali membuat keputusan investasi berdasarkan terobservasi atas
jedua rasio ini. Berikut dijelaskan bagaimana sebuah analisis mendapatkan rasio
“dasar” PB dan PE tanpa mengacu pada harga pasar saham suatu perusahaan.
Melaui perbandingan rasio dasar ini dengan angka implisit pada harga pasar saham
terkini, kita dapat mengevaluasi nilai investasi suatu perusahaan milik publik. Untuk
perusahaan yang sahamnnya tidak diperdagangkan secara aktif, rasio dasar ini dapat
digunakan sebagai alat untuk mengestimasi nilai ekuitas.

2.1.1 Rasio Harga Terhadap Nilai Buku


Rasio harga terhadap nilai buku (price-to-book PB ratio) dihitung
sebagai berikut:
Nilai pasar ekuitas
Nilai buku ekuitas
Dengan mengganti perhitungan nilai ekuitas berbasis akuntansi
padapembilangnya, rasio PB dapat dinyatakan dalam akuntansi sebagai
berikut:
𝑉𝑡
𝐵𝑉1
=1+ {
(ROCEt+1−k)
(1 +k)
+
(ROCEt+2−k)xBVt+1
(1 +k)2BVt
+
(ROCEt+1−k)
(1−k)
𝑥
𝐵𝑉
𝐵𝑉
}
Perumusan ini mengasilkan beberapa masukkan penting. Jika ROCE
dan/atau pertumbuhan nilai buku dimasa mendatang meningkat, rasio PB juga
meningkat. Selain itu, saat biaya (risiko) modal ekuitas, ꝃ , meningkat, rasio
PB akan turun. Perhatikan bahwa rasio PB tidak sama dengan 1,0 saat pasar
mengekspektasikan laba residual (baik positif maupun negatif) di masa
mendatang. Jika nilai sekarang dari laba residual di masa mendatang adalah
positif (negatif), rasio PB lebih besar (lebih kecil) dari 1,0.

3
2.1.2 Rasio Harga Terhadap Laba (PE)
Rasio Harga terhadap laba dinyatakan :
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑁𝑒𝑡𝑜

Ohlson dan Juettner Nauroth (2000) menunjukkan bahwa rasio PE dapat


ditulis sebagai fungsi pertumbuhan jangka pendek (short term growth – STG)
dan pertumbuhan jangka Panjang (long term growth – LTG) atas laba per
saham (earning power – LPS) sebagai berikut :
𝑝 1 𝑆𝑇𝐺 + 𝐿𝑇𝐺
= 𝑥
𝑒𝑝𝑠 𝑘 𝑘 − 𝐿𝑇𝐺
Dimana k adalah biaya modal ekuitas, STG (LTG) adalah ekspetasi
perubahan persentase jangka pendek (jangka Panjang) pada laba per saham,
secara relatif terhadap ekpestasi pertumbuhan “normal”. STG>LTG,dan
LTG<k, STG dapat dianggap sebagai konsensus analisis terhadap tingkat
pertumbuhan selama lima tahun laba per saham dan LTG adalah tingkat
inflasi jangka Panjang selama horizon perkiraan.
Persamaan ini menghasilkan dua masukkan penting (1) rasio PE
memliki hubungan terbalik terhadap biaya modal, yakni semakin rendah
(tinggi) rasio PE biaya modal ekuitas semakin tinggi (rendah), dan (2) rasio
PE memiliki hubungan positif dengan ekspetasi pertumbuhan laba per saham
secara relatif terhadap pertumbuhan normal.
Rasio PE tidak menyebutkan apa pun terkait tingkat laba absolut
(apakah laba per saham tinggi atau rendah),dan hanya menyebutkan tingkat
dimana laba persaham diperkirakan meningkat secara relatif terhadap
ekspektasi pertumbuhan normal.
Kasus yang menarik adalah Ketika ekspetasi pertumbuhan jangka
Panjang pada laba per saham, secara relative terhadap laba per saham normal,
diekpetasikan cenderung konstan pada tingkat yang sama (misalkan, LTG=0).
Dalam kasus ini,rasio berkurang menjadi
? 𝑆𝑇𝐺
=
𝑒𝑝𝑠 𝑘

4
Dalam bentuk ini, rasio PE dihubungkan dengan pertumbuhan jangka
pendek dalam laba per saham secara relatif terhadap ekpetasi pertumbuhan
normal. Hal ini memberikan alasan yang rasional atas rasio PEG (PEG ratio),
suatu ukuran penyaringan saham yang terkenal. Sebagai contoh, asumsikan
suatu saham dengan rasio PE sebesar 20 dan biaya modalnya sebesar 10%.
Penganut metode ini mengklasifikasikan suatu saham dihargai secara wajar
jika perkiraan pertumbuhan pada laba per saham adalah 20% dihargai terlalu
rendah jika perkiraan pertumbuhan laba per saham lebih dari 20%, dan
dihargai terlalu tinggi jika perkiraan pertumbuhan pada laba per saham kurang
dari 20%. Walaupun validitas rasio PEG masih perlu dibuktikan secara
empiris, penggunaanya secara luas memperlihatkan apresiasi investor
terhadap hubungan antara PE dan pertumbuhan laba per saham.

2.1.3 Ilustrasi Valuasi Berbasis Laba


Mengilustraskan berbasis laba menggunakan laporan keuangan dari
Christy Company. Dalam menggunakan model berbasis valuasi infomasi
akuntasi, kita menghitung ekspetasi nilai buki di masa mendatang dan ROCE
menggunakan prediksi akuntansi. Dua observasi tambahan merupakan faktor
penting, yaitu :
1. Asumsi bahwa ROCE secara bertahap akan mendekati biaya modal
berasal dari ekonomi dasar, yaitu, jika perusahaan dalam suatu industri
dapat menghasilkan ROCE melebihi biaya modal, perusahaan lain akan
masuk ke dalam industry dan mendorong laba residu menjadi nol.
Dampak persaingan yang di antisipasi terlihat secara implisit pada
estimasi profitabilitas dimasa mendatang.
2. Estimasi valuasi mengasumsikan pembayaran deviden terjadi pada setiap
akhir tahun. Asumsi lebih relaistis adalah, secara rerata, arus kas keluar
ini terjadi pada pertengahan hingga akhir tahun. Dalam menyesuaikan
estimasi valuasi untuk diskoto tengah tahun, kita mengalikan nilai
sekarang dari laba residual di masa mendatang dengan ( 1+k/2 ).

5
2.2 Kekuatan Laba dan Perkiraan Untuk Tujuan Valuasi
Bagian ini memperluas per kekuatan laba dan perkiraan laba untuk tujuan
rasio juga mengidentifikasi penggunaan laporan intern untuk mengawasi dan
memperbaiki masukkan untuk valuasi ini.
 Kekuatan Laba
Kekuatan laba (earning power) merujuk pada tingkat laba suatu
perusahaan yang diperkirakan akan berlanjut di masa mendatang.Dengan
sedikit pengecualian kekuatan laba dianggap sebagai faktor utama dalam
valuasi perusahaan.Model valuasi berbasis informasi akuntansi memasukkan
kapitalisasi kekuatan laba,di masa kapitalisasi mencakup pengguna suatu factor
atau pengali yang mencerminkan biaya modal dan ekpektasi risiko maupun
imbalan hasil di masa mendatang.Kebanyakan analisi atas laba dan laporan
keuangan ditujukan untuk menentukan kekuatan laba.

 Mengukur Kekuatan Laba


Kekuatan laba merupakan suatu konsep yang diturunkan dari analisi
keuangan bukan akuntansi.Konsep tersebut berfokus pada stabilitas dan
persestensi laba maupun komponen laba. Laporan keuangan digunakan untuk
menghitung kekuatan laba.Perhitungan ini membutuhkan pengetahuan,
pertimbangan, pengalaman dan sudut pandang. Laba merupakan ukuran yang
paling andal dan relevan untuk tujuan valuasi.Meskipun valuasi berorientasi
masa mendatang, kita harus mempertimbangkan relevansi kinerja perusahaan
saat ini dan di masa mendatang untuk menge kinerja di masa mendatang.Laba
di periode terkini yang melibatkan suatu siklus bisnis mencerminkan kinerja
operasi aktual dan memberikan kita suatu sudut pandang atas aktivitas operasi,
sehingga kita dapat mengoptimalkan kinerja di masa mendatang. Valuasi sangat
penting bagi kebanyakan keputusan seperti investasi, pemberi pinjaman,
perencanaan pajak, dan keputusan pengadilan atau sengketa valuasi. Oleh
karena itu, estimasi valuasi harus dapat dipercaya dan dapat dipertahankan,
serta kita seharusnya lebih teliti jika terdapat penyimpangan norma.

6
 Rentang Waktu dari Kekuatan Laba
Periode selama satu tahun terlalu singkat untuk mengukur laba yang
dapat diandalkan. Hal ini dikarenakan aktivitas investasi dab pendanaan
biasanya bersifat jangka panjang, dampak siklus bisnis dan adanya faktor-faktor
yang tidak berulang. Rentang waktu yang dipilih untuk mengukur kekuatan
laba bervariasi, tergantung industri dan faktor-faktor lainnya. Rentang waktu
untuk menghitung rerata laba umumnya adalah 5 tahun (atau hingga 10 tahun).
Periode yang panjang cenderung tidak terpengaruh distori, ketidaknormalan,
dan dampak sementara lainnya yang mengurangi relevansi hasil selama satu
tahun. Perhitungan laba selama 5 tahun sering kali mempertahankan penekanan
pada pengalaman terkini, sekaligus menghindari kinerja yang kurang relevan.
Tren laba merupakan faktor penting dalam mengukur kekuatan laba.

 Menyesuaikan Laba Per Saham


Kekuatan laba diukur menggunakan seluruh komponen laba. Setiap pos
pendapatan dan beban merupakan bagian dari pengalaman operasi suatu
perusahaan. Masalahnya adalah pada tahun ke berapa kita akan memasukkan
pos tersebut ketika menghitung kekuatan laba. Dalam kasus tertentu, analisis
laba kita kemungkinan terbatas pada rentang waktu yang pendek.

 Perkiraan Laba
Bagian utama analisis laporan keuangan dan valuasi adalah perkiraan
laba. Dari sudut pandang analisis, pengevaluasian tingkat laba berkaitan dengan
perkiraan laba. Karena, suatu perkiraan yang relevan atas laba mencakup
analisis komponen laba dan penilaiannya dimasa mendatang. Perkiraan laba
mengikuti analisis komponen laba dan mencakup pengestimasian tingkat laba
di masa mendatang.

 Mekanisme Perkiraan Laba


Perkiraan mengharuskan kita untuk menggunakan seluruh informasi
yang tersedia secara efektif, termasuk laba periode sebelumnya. Perkiraan juga

7
mendapat manfaat dari disagregasi. Disagregasi mencakup penggunaan data
berdasarkan lini produk atau segmen, dan sangat berguna ketika segmen-
segmen ini memiliki risiko, profibilitas atau pertumbuhan yang berbeda.
Penelitian analisis mengungkapkan berbagai perangkat statistika pada
laba. Pertumbuhan laba tahunan sering kali bergerak secara acak. Sumber
informasi relevan yang sering kali berguna dalam perkiraan laba adalah diskusi
dan analisis manajemen (Management Discussion and Analysis-MD&A).
Sumber tersebut berisikan informasi tentang pandangan dan sikap manajemen
terhadap masa depan.

 Elemen-elemen Pada Perkiraan Laba


Meskipun perkiraan laba bergantung pada prospek dimasa mendatang,
proses perkiraan harus bergantung pada bukti saat ini dan masa lampau. Laba
adalah total pendapatan dikurangi total beban, dan perkiraan laba
mencerminkan komponen ini. Perubahan yang relatif kecil pada suatu
komponen dapat menyebabkan perubahan besar pada laba.
Elemen lainnya dalam perkiraan laba adalah pengecekan kewajaran
perkiraan. Jika perkiraan laba menghasilkan imbal hasil yang sangat berbeda
dengan imbal hasil yang terealisasi di masa lampau, atau imbal hasil industri,
kitaharus menilai kembali perkiraan dan prosesnya. Perbedaan pada imbal hasil
perkiraan dengan yang sewajarnya harus dijelaskan. Imbal hasil atas modal
yang diinvestasikan tergantung pada laba dimana laba merupakan produk dari
kualitas manajemen dan manajemen aset. Kondisi keuangan suatu perusahaan
merupakan elemen lainnya dalam perkiraan laba.

 Melaporkan Perkiraan Laba


Beberapa tahun belakangan terdapat peningkatan kebutuhan atas
pengungkapan perkiraan laba oleh perusahaan. Perkiraan manajemen (pihak
internal) berbeda dengan perkiraan yang dibuat oleh analisis keuangan (pihak
eksternal). Keandalan perkiraan tergantung akses informasi dan asumsi yang
dibuat. Penggunaan perkiraan yang dibuat manajemen atau analisis, dalam

8
analisis kita tergantung pada penilaian atas asumsi yang melandasinya. SEC
menyarankan agar perkiraan dibuat dengan ‘iktikad yang baik’ (good faith)
serta diduknung dengan alasan yang kuat. Dalam mendorong pengungkapan
perkiraan, SEC memiliki aturan “safe harbor” yang melindungi perusahaan dari
tuntutan hukum jika diprediksi mereka tidak terbukti. Aturan ini melindungi
perusahaan selama perkiraan tersebut memiliki dasar yang kuat, dan dibuat
dengan iktikad yang baik. Oleh karena pertimbangan hukum praktis, sedikit
perusahaan yang mengambil keuntungan dari aturan ini dan melaporkan
perkiraannya.

2.3 Laporan Interim Untuk Pengawasan dan Perevisian Estimasi Laba


Penilaian kekuatan laba dan perkiraan laba dari suatu perusahaan yang
tergantung pada estimasi kondisi di masa mendatang perlu diverifikasi. Laporan
keuangan interim (kurang dari 1 tahun) merupakan sumber informasi yang berguna
untuk pengawasan kinerja. Laporan interim biasanya diterbitkan setiap kuartal, dan
dirancang untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Laporan ini berguna dalam
merevisi estimasi kekuatan laba dan perkiraan laba. Namu, tetap harus disadari
bahwa laporan interim memiliki beberapa keterbatasan, terkait sulitnya mengaitkan
komponen-komponen laba terterntu pada periode yang kurang dari 1 tahun.
 Penyesuaian Akuntansi Pada Akhir Periode
Menentukan hasil operasi untuk periode satu tahun membutuhkan
beberapa penyesuaian akrual dan estimasi. Penyesuaian akhir tahun ini sering
kali kompleks, menghabiskan waktu dan membutuhkan biaya. Penyesuaian
untuk periode interim sering kali kurang lengkap, dan menggunakan informasi
yang kurang dapat diandalkan dibandingkan informasi akhir tahun. Hal ini
kemungkinan menghasilkan ukuran laba yang kurang akurat untuk periode
interim.
 Dampak Musiman Pada Aktivitas Bisnis
Banyak perusahaan mengalami dampak musiman pada aktivitas bisnis
mereka. Penjualan, produksi dan aktivitas operasi lainnya sering kali tidak

9
merata didistribusikan di antara periode interim. Hal ini dapat mendistori
perbandingan laba interim.
 Metode Pelaporan Terintegrasi
Laporan interim biasanya merupakan laporan yang konsisten dengan
ketentuan dalam laporan tahunan. Dengan mengadopsi pandangan bahwa
laporan kuartalan merupakan bagian keseluruhan dari satu tahun dan bukannya
diskrit, maka praktiknya mensyaratkan pengakuan pendapatan dan beban
selama periode interim.
 Persyaratan Pelaporan Interim SEC
SEC sangat tertarik pada pelaporan interim. SEC mensyaratkan laporan
kuartalan (Form 10-Q), laporan perkembangan terkini (Form 8-K),
pengungkapan hasil kuartal keempat secara terpisah dan penyesuaian akhir
tahun secara terperinci. Terdapat beberapa persyaratan pelaporan, untuk laporan
interim yang diwajibkan oleh SEC. Persyaratan uatamanya antara lain :
- Perbandingan data laporan laba rugi interim dan data laporan laba rugi
year-to-date- dapat diberi judul “tidak diaudit” tapi harus dimasukkan
kedalam laporan tahunan (perusahaan kecil dikecualikan)
- Perbandingan laporan posisi keuangan
- Laporan arus kas year-to-date
- Informasi proforma atas kombinasi bisnis yang diakui sebagai pembelian
- Kesesuaian dengan prinsip akuntansi berterima umum dan pengungkapan
perubahan akuntansi, termasuk surat pernyataan dari auditor yang
menyatakan bahwa perubahan adalah lebih baik
- Analisis naratif dari manajemen terkait hasil operasi, dengan penjelasan
perubahan pada pendapatan dan beban sepanjang periode interim
- Pengungkapan apakah Form 8-K diisi selama periode-melaporkan apakah
terdapat penyesuaian laba tidak biasa atau pergantian auditor

Pengungkapan ini diyakini membantu pengguna dalam memahami


aktivitas bisnis perusahaan secara lebih baik. Selain itu juga dipercaya dapat

10
membantu pengguna dalam mengestimasi tren aktivitas bisnis sepanjang
periode secara tepat waktu.
 Analisis Dampak Laporan Interim
Terbatasnya keterlibatan auditor dalam laporan interim mengurangi
keterandalan laporan interim dibandingkan dengan laporan keuangan tahunan
yang diaudit. Peraturan pasar modal memberikan sejumlah keyakinan meskipun
terbatas. Tidak seluruh persyaratan pelaporan untuk laporan interim berguna
bagi analisis kita.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi, Penilaian perusahaan merupakan tujuan penting bagi banyak
penggunalaporan keuangan. Analisis Ekuitas dan Penilaian Perusahaan memiliki
berbagai valuasi dasar seperti rasio harga terhadap nilai buku, rasio harga terhadap
laba (pe), ilustrasi valuasi berbasis laba. Memiliki kekuatan laba dan perkiraan
tujuan valuasi untuk kekuatan laba, mengukur kekuatan laba, rentang waktu dari
kekuatan laba, menyesuaikan laba per saham, perkiraan laba, mekanisme perkiraan
laba, elemen-elemen pada perkiraan laba, melaporkan perkiraan laba. Memiliki
laporan interim untuk pengawasan dan perevisian estimasi laba, penyesuaian
akuntansi pada akhir periode, dampak musiman pada aktivitas bisnis, metode
pelaporan terintegrasi, persyaratan pelaporan interim sec, analisis dampak laporan
interim.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, semoga bermanfaat dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca dan kami yang menulis makalah ini.
Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata atau kalimat
yang kurang jelas untuk dimengerti. Kami sebagai penulis, menyadari bahwa
makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh dari kata kesempurnaan.
Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah ini dengan mengacu pada
sumber yang di dapatkan dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Subramanyam, K.R. (2017). Analisis Laporan Keuangan Edisi II Buku 2. Jakarta


Selatan: Salemba Empat.

13

Anda mungkin juga menyukai