Dosen Pengampu :
Oleh Kelompok 3:
PROGRAM PASCASARJANA
MEDAN
Analisis Kasus 9
Hampir seperempat dari pekerja di Inggris merasa dirinya bisa menjadi manager yang
lebih baik di banding bos mereka. Sementara satu dari tiga pekerja merasa sangat ingin
menggantikan bos mmereka, seandainyya mereka bisa. Demikian hasil survey yang dilakukann
Investoors in People, Agustus 2006.
Menurut survey yang sama, pria (25%), lebih percaya diri akan kemampuan mereka
untuk melebihi bos mereka saat ini dibandingkan wanita(18%).
Kurangnya komunikasi oleh para manager adalah hal yang paling sering dikeluhkan staff.
Sebagian besar staf mengeluhkan manager mereka tidak cukup baik dalam berkomunikasi
dengan mereka. Kejujuran adalah hal kedua yang mereka keluhkan, dan hampiir seperlima dari
staf yang disurvei merasa manager mereka sering mendapatkan kredit dari pekerjaan mereka.
Sebaliknya, tipe manajer yang menjadi pujian mereka adalah seorang yang mampu
mendelegasikan pekerjaan, diikuti dengan seorang yang tegas tapi adil dan seorang yang
memperhatikan karir para stafnya.
“karena komunikasi yang baik adalah hal yang paling penting yang harus dimiliki
seorang bos yang baik, maka para manajer haruus memfokuskan diri mereka untuuk membuat
tgas dan target yang jelas kepada staf mereka, dan menghubungkan pera karyawan dengan misi
perusahaan,” jelas Chief Executive Investors in People Ruth Spellman.
Tidak Puas
Survei tersebut juga mengungkapkan, disbanding staf yang sudahh lama bekerja, para
staf yang baruu lebih bahagia dengan bos mereka. Hampir tiga perempat dari staff baru merasa
puas dengan bos mereka, sedangkan 37% staf yang lama ingin mengganti manajer mereka.
Karyawan dalam perusahaan yang lebih besar juga lebih ingin mengganti manajer
mereka disbanding karyawan di perusahaan kecil. Lebih dari sepertigga karyawan yang bekerja
di perusahaan sedangkan dalam perusahaan jumlah karyawan dibawah 50 orang, hanya 24%
yang mereka tidak puas dengan manajer mereka.
Survey ini juga menemukan, semakin lama bekerja di sebuah perusahaan, staf akan
makin menghargai kejujurann manajer mereka.
1. Para pekerja di Inggris merasa dirinya bisa menjadi manager yang lebih baik di banding
bos mereka sekarang. Sementara satu dari tiga pekerja merasa sangat ingin menggantikan
bos mmereka,
2. Kurangnya komunikasi oleh para manager adalah hal yang paling sering dikeluhkan staff.
Sebagian besar staf mengeluhkan manager mereka tidak cukup baik dalam
berkomunikasi dengan mereka.
3. Kejujuran juga menjadi salah satu aspek penilain staff terhadap manajer nya.
Pembahasan
Seorang pemimpin hanya mungkin berhasil dan efektif menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya apabila mampu mengelola motivasi dari semua karyawan atau pengikutnya. tidak
mampunya seorang pemimpin untuk mengelola motivasi karyawannya menjadi sumber banyak
permasalahan yang berdampak tidak efektifnya pencapaian tujuan perusahaan atau organisasi.
Kualitas pemimpin akan tercermin dari kemampuannya untuk memahami dengan benar motivasi
setiap orang yang dipimpinnya.
Seorang karyawan akan bekerja dengan penuh semangat dan antusiasme ketika dia
merasa bahwa pimpinannya mengerti dengan tepat motivasi yang ada dalam dirinya sebagai,
sehingga akan memberikan yang terbaik bagi organisasi tanpa mengenal lelah setiap hari.
Apabila kondisi ini dirasakan oleh semua orang dalam organisasi maka dipastikan tujuan
organisasi akan tercapai dengan efektif. Kalau demikian, permasalahannya menjadi jelas dan
sederhana. Seorang pemimpin harus memahami dan menguasai Teori Motivasi itu. Bila seorang
pemimpin tidak becus, tidak benar dan tidak efektif dalam memimpin organisasinya maka salah
satu penyebab utamanya adalah pemimpinnya tidak paham dan menguasai Teori Motivasi.
Teori motivasi berkembang dengan cepat sekali sejalan dengan perubahan yang terjadi dengan
sangat cepat pula dalam dunia pekerjaan dan teknologi yang mempengaruhi pola kerja, cara kerja
bahkan teknik produksi dan pekerjaan. Menyebabkan setiap karyawan atau pekerja harus
berusaha menyesuaikan diri dengan dinamika perubahan yang ada.
Dari sekian banyak Teori Motivasi dapat dikelompokkan dengan dua saja, yaitu teori motivasi
yang berbasis kebutuhan yang didorong oleh faktor-faktor dari dalam, dan teori-teori motivasi
yang pendorong utamanya datangnya dari luar diri seseorang.
Dua, Teori motivasi yang dibangun atau di dorong oleh faktor-faktor yang datang dari luar diri
seseorang dan ada tiga buah teori motivasi yang sangat representative untuk kelompok ini, yaitu
(i). Reinforcement Perspective on Motivataion dari BF Skinner (ii) Expectacy Theory dari
Vroom, dan (iii) Equity Theory dari John Stacey Adams.
Salah satu teori motivasi yang sangat sederhana untuk dipahami oleh seorang pemimpin adalah
Teori Harapan atau Expectancy theory yang dikemukakan oleh Victor Vroom. Teori
Harapan adalah yang menunjukkan bahwa motivasi tergantung pada harapan mental individu
seseorang karyawan atau pegawai tentang kemampuan mereka untuk melakukan tugas dan
menerima imbalan yang diinginkan. Expectancy theory didasarkan pada hubungan antara upaya
individu, kemungkinan kinerja tinggi, dan keinginan hasil setelah kinerja tinggi.
Teori menegaskan bahwa seorang karyawan memiliki harapan tentang Usaha atau Effort yang
lebih besar dari Kinerja/Capaian atau Performance. Dan Performance atau Kinerja harus lebih
besar dari Hasil atau Outcomes yang diinginkan. Kemudian, ketika dia
mencapai Outcomes tertentu yang akan mengharapkan nilai yang tertinggi yang akan menjadi
dasar atau pertimbangan dari Pimpinannya untuk di hargai, dibayar atau dalam bentuk imbalan
lainnya.
Teori harapan menyimpulkan bahwa jika hasil yang dicapai dari kerja dan semangat yang tinggi
dan kinerja yang baik tidak dihargai oleh karyawan, motivasi karyawan akan rendah, demikian
juga sebaliknya, jika hasil yang dicapai memiliki nilai yang tinggi, motivasi karyawan akan
menjadi lebih tinggi.
Teori Harapan menjadi menarik untuk diaplikasikan oleh seorang pemimpin atau seorang
manajer maupun seorang direktur yang memimpin sejumlah karyawan atau pengikut, dengan
beberapa poin kunci untuk menjadikan acuan mengelola motivasi karyawan. Beberapa poin
kunci adalah
1. Seorang karyawan akan sangat termotivasi bekerja dengan penuh semangat dan antusiasme
ketika pimpinan sendiri menghargai capain prestasi tinggi dalam perusahaan. Penghargaan
terhadap capaian tertinggi harus diwujudkan dalam bentuk pengakuan, imbalan
atau rewards bagi karyawan,
2. Hanya dengan effort atau usaha yang lebih besarlah maka kinerja yang tinggi akan dicapai.
Upaya atau kerja terus menerus menjadi jaminan akan mencapai kinerja tertinggi. Dengan
kata lain, tidak ada orang yang terus bekerja dan bekerja akan gagal dalam usahanya. Motto
kerja-kerja- kerja merupakan implementasi dari salah satu sosi Teori Harapan,
3. Capaian atau performance setiap orang dalam organisasi harus terkelola dengan benar dan
tepat karena aspek inilah yang menjadi sangat sensitif bagi karyawan. Sekecil apapun
capaian karyawan harus diapresiasi dengan tepat. Inilah cara yang sangat mudah, dan murah
bagi seorang pemimpin untuk mengelola motivasi karyawannya.
Di samping itu faktor yang sangat berperan penting adalah faktor Kemampuan
berkomunikasi adalah alat yang paling penting untuk dimiliki pemimpin untuk dapat
menjalankan peranannya tersebut. Keputusan yang akan diambil oleh organisasi
merupakan wewenang pemimpin, namun komunikasi yang tepat guna tentunya dapat
memberikan kemudahan dalam pelaksanaan keputusan tersebut. Melakukan pembinaan
serta motivasi agar dapat meningkatkan kinerja dan semangat pegawainya juga
memerlukan kemampuan berkomunikasi. Kemampuan komunikasi tersebut pun perlu
dikombinasikan dengan gaya kepemimpinan yang efektif sehingga dapat menciptakan
suasana berorganisasi yang dapat memotivasi para pegawainya untuk memberikan
kinerja terbaiknya.
Proses komunikasi di dalam interaksi merupakan hal utama dalam organisasi dalam
sebuah perusahaan. Seperti yang dinyatakan oleh Daniel Katz dan Robert Kahn
“Communication … is the very essence of social system organization”(1978, dalam Daniels
dkk, 1997, 3). Dalam organisasi sering kali dihadapkan ketidakpastian informasi yang
bermuara pada sikap pegawai yang resisten terhadap organisasi itu. Salah satu esensi fungsi
komunikasi dalam organisasi adalah mengurangi ketidakpastian, abiguitas, kesulitan, dan
ketakterdugaan.
Ini secara teori dapat dijelaskan dengan teori equivocality yang dipostulatkan oleh Karl
Weick. Stephen W. Littlejohn (2009) memetakan gagasan teoretik Weick ini ke dalam tradisi
sibernetika. Tradisi sibernetika itu sendiri adalah menekankan pada proses komunikasi. Karl
Weick meletakkan komunikasi sebagai dasar pengorganisasian manusia. Asumsi dari gagasan
teoretik Weick adalah semua informasi dalam organisasi bersifat samar-samar atau ambigu
pada beberapa tingkatan dan komunikasi dirancang untuk mengurangi ketidakpastian itu.
Uraian tersebut menunjukkan bahwa komunikasi memiliki peranan yang penting dalam
organisasi, sehingga komunikasi organisasi dengan segala teori yang ada didalamnya menjadi
hal yang penting untuk dipelajari. Saat di dalam organisasi terjadi perubahan sistem,
komunikasi akan turut membangun dan memelihara tercapainya tujuan organisasi. Hal ini
dilakukan dengan memberikan motivasi dan memberikan inspirasi di antara anggota
organisasi yang dapat meningkatkan inovasi sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai.
Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang kompleks dimana seorang
pemimpin mempengaruhi bawahannya dalam melaksanakan dan mencapai visi, misi, dan tugas,
atau objektif-objektif yang dengan itu membawa organisasi menjadi lebih maju dan bersatu.
Seorang pemimpin itu melakukan proses ini dengan mengaplikasikan sifat-sifat kepemimpinan
dirinya yaitu kepercayaan, nilai, etika, perwatakan, pengetahuan, dan kemahiran kemahiran yang
dimilikinya. Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin,
mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan adalah suatu proses bagaimana menata dan mencapai
kinerja untuk mencapai keputusan seperti bagaimana yang diinginkannya. Kepemimpinan adalah
suatu rangkaian bagaimana mendistribusikan pengaturan dan situasi pada suatu waktu tertentu.
Harbani mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi
pihak lain, melalui komunikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk
menggerakkan orang-orang agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia
mengikuti kehendak pimpinan itu. Kepemimpinan diartikan sebagai proses mempengaruhi dan
mengarahkan berbagai tugas yang berhubungan dengan aktivitas anggota kelompok.
Kepemimpinan juga diartikan sebagai kemampuan mempengaruhi berbagai strategi dan tujuan,
kemampuan mempengaruhi komitmen dan ketaatan terhadap tugas untuk mencapai tujuan
bersama, dan kemampuan mempengaruhi kelompok agar mengidentifikasi, memelihara, dan
mengembangkan budaya organisasi. Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan
team leader dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan kerja pada
bawahannya. Kepemimpinan dalam organisasi memiliki peran yang sangat besar dalam
membangun hubungan antar individu dan pembentuk nilai organisasi yang dijadikan sebagai
pondasi dasar bagi pencapaian tujuan organisasi.
Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka
mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan
menggerakkan atau memotivasi sejumlah orang agar secara serentak melakukan kegiatan yang
sama dan terarah pada pencapaian tujuannya. Kepemimpinan juga merupakan proses
menggerakkan grup atau kelompok dalam arah yang sama tanpa paksaan. Kepemimpinan
(leadership) merupakan inti sari manajemen. Dengan kepemimpinan yang baik, proses
manajemen akan berjalan lancar dan karyawan bergairah melaksanakan tugas-tugasnya. Gairah
kerja, produktivitas kerja, dan proses manajemen suatu perusahaan akan baik, jika tipe, gaya,
cara atau style kepemimpinan yang diterapkan manajernya baik.Tegasnya baik atau buruknya,
tercapai atau tidaknya tujuan suatu perusahaan sebagian besar ditentukan oleh kecakapan
manajer dalam melaksanakan kepemimpinannya untuk mengerahkan para bawahannya.
Kecakapan dan kewibawaan seorang manajer melakukan kepemimpinanya akan mendorong
gairah kerja, kreativitas, partisipasi dan loyalitas para bawahan untuk menyelesaikan tugas-
tugasnya. Leader / pemimpin adalah orangnya, sedangkan leadership ialah gaya seorang manajer
untuk mengarahkan, mengkoordinasi dan membina para bawahannya agar mau bekerja sama dan
bekerja produktif mencapai tujuan perusahaan
Berikut adalah sejumlah teori kepemimpinan yang menyajikan sejumlah perilaku dan
pola kepemimpinan serta ciri-ciri dari seorang pemimpin;
1. Teori Sifat
Teori ini melihat sifat-sifat apa saja yang melekat dan seharusnya melekat pada seorang
pemimpin, seperti ;
a. Intelegensia: yaitu mampu menyesuaikan diri, mampu memutuskan,
memiliki pengetahuan dan kelancaran berbicara
b. Kepribadiannya: individualisme, kreatif (independen dalam melakukan
respons, penyusuaian diri, kesigapan, integritas pribadi, percaya diri dan
keseimbangan emosional kemandirian kontrol (nonconformity).
c. Karakteristik fisik: antara lain kelebihan secara fi sik diasosiasikan
memiliki kemungkinan kemampuan kepemimpinan lebih.
d. Kemampuan: antara lain kemampuan untuk mendapatkan kerjasama,
popular dan berpengaruh, sosiabilitas, partisipasi sosial, taktis dan
diplomatis .
Teori ini banyak dikritik karena; daftar sifat bias sangat banyak, skor tes yang dilakukan
mengandung subjektivitas, pola perilaku efektif kepemimpinan tergantung situasi yang
dihadapinya
Dalam dua teori ini (teori sifat, trait dan karismatik), keberhasilan kepemimpinan
sebagian besar ditentukan oleh sifat-sifat kepribadian tertentu seperti di atas (kecerdasan,
kejujuran, kreatifi tas). Sebaliknya pemimpin dikatakan tidak efektif bila ia memiliki sifat-sifat
yang sebaliknya.
3. Teori Prilaku
Teori ini mencari tahu bagaimana perilaku pemimpin menentukan eff ektifi tasnya. Teori
ini memiliki dua kategori besar, yaitu penelitian ;
a. Studi Kepemimpinan Universitas Michigan
Problem dari teori ini adalah hanya membagi menjadi dua sifat, terlalu mengeneralisasi
sifat yang mungkin lebih dari itu.
Studi ini diawali pada tahun 1945 oleh Bureu of Business Research di universitas Negeri
Ohio. Di mana penelitian ini berusaha untuk mengidentifikasi perilaku pemimpin. Dalam
penelitian ini kepemimpinan didefinisikan sebagai perilaku seorang pada saat mengarahkan
aktivitas kelompok pada pencapaian tujuan. Akhirnya penelitian ini mempersempit perilaku
pemimpin pada dua dimensi, yaitu:
Kedua teori ini pada dasarnya sama, hanya penyebutannya yang berbeda-beda. Ada yang
mengatakan orientasi tugas (task oriented) dan orientasi hubungan manusia (people oriented),
ada yang menyebut dengan istilah inisiasi dan konsiderasi. Ada yang menyebut orientasi produk
(production oriented) dan perhatin pada manusia (employee oriented), juga ada (hoy and misket,
1982) menyebutkan dengan perhatian pada organisasi (concern for organizational) dan perhatian
pada hubungan individual (concern for individual relationship), Wiyono,1999).
Teori situasional ini mengatakan bahwa tingkah laku kepemimpinan tidak hanya
dipengaruhi oleh perilaku sang pemimpin, tetapi juga bawahannya, kondisi lingkungan,
kekuasaan sang pemimpin. Teori ini mengatakan efektifi tas kepemimpinan tergantung dari
interaksiinteraksi gaya kepemimpinan dan sistuasi yang mendukung gaya kepemimpinan itu.
Ada empat gaya kepemimpinan melihat ketiga komponen di atas (pemimpin, level kematangan
bawahan dan kadar dukungan sosioekonomis); yang dikemukakan oleh Paul Hersey dan Kenneth
H. Blanchard, yaitu:
1. Memberitahukan (telling).
2. Menjajakan (selling)
3. Mengikut sertakan (participation).
4. Mendelegasikan (delegating).
Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seseorang pemimpin, sekalipun mereka juga
melihat pengikutnya, tetapi persepsi antara pemimpin dan pengikut tidak selamanya sama,
bahkan sangat mungkin berbeda. Misalnya pengikut merasa mereka sudah matang
Sehingga mereka menginginkan diperlakukan dengan delegating ataupun participating,
ternyata pemimpin memperlakukan dia dengan selling bahkan telling. Kesingkronan dan
kecocokan gaya kepemimpinan itu dianggap oleh pengikut dapat dilihat sampai sejauh mana
mereka para pengikut itu puas dan termotivasi dalam berhubungan dengan pemimpinnya untuk
mencapai tujuan organisasi.
Setelah melihat teori-teori kepemimpinan di atas, maka hampir semua teori mengarah
kepada hubungan antara pemimpin dan pengikut (dengan variasi dan pelaksanaannya sendiri-
sendiri). Penekakan pada pemimpin dan pengikut, sekalipun banyak variable situasional (seperti;
pemimpin, pengikut, atasan, sejawat, organisasi, desakan pekerjaan, waktu, dan lain-lain)
dibenarkan oleh Filmore H. Sanford “sebagai faktor yang paling penting dalam setiap
kepemimpinan (Blanchard, dkk, 1992). Senada dan mendukung pernyataan di atas, menurut hasil
penelitian Hemphilt, orientasi tugas dan orientasi hubungan merupakan dimensi pokok dalam
perilaku kepemimpinan. Gaya kepemimpinan yang baik adalah gaya kepemimpinan yang tinggi
orientasi tugas dan tinggi orientasi hubungan manusia .
Jika diliihat dari teori sifat yang tertera di atas ada beberapa point yang dapat diambil
dalam menjadi pimpinan yang baik disebuah perusahaan.