Anda di halaman 1dari 6

KAJIAN TAHUNAN

INSTALASI FARMASI RSU RACHMA HUSADA

RSU RACHMA HUSADA

Jl. Parangtritis KM. 16, Patalan, Jetis, Bantul, Yogyakarta

Telp : (0274) 6460091

E-mail: rsurachmahusada@yahoo.com

2021
BAB I

PENDAHULUAN

Manajemen obat merupakan serangkaian kegiatan kompleks yang merupakan suatu


siklus yang saling terkait yaitu terdiri dari 4 fungsi dasar yaitu seleksi dan perencanaan,
pengadaan, distribusi serta penggunaan. Seleksi seharusnya didasarkan pada pengalaman
aktual terhadap kebutuhan untuk melakukan pelayanan kesehatan dan obat yang digunakan,
perencanaan dan pengadaan memadukan keputusan seleksi dan seterusnya.

Siklus manajemen obat didukung oleh faktor- faktor pendukung manajemen


(management support) yang meliputi organisasi, keuangan atau finansial, sumber daya
manusia (SDM), dan sistem informasi manajemen (SlM). Setiap tahap siklus manjemen obat
yang baik harus didukung oleh keempat faktor tersebut sehingga pengelolaan obat dapat
berlangsung secara efektif dan efisien.

Tujuan manajemen obat di rumah sakit adalah:

1. Agar obat yang diperlukan tersedia setiap saat dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup, mutu
yang terjamin dan harga yang terjangkau untuk mendukung pelayanan yang bermutu.

2. Untuk mengelola tahap- tahap seleksi dan perencanaan, pengadaan, distribusi serta
penggunaan agar dapat berjalan dengan baik dan saling mengisi sehingga dapat tercapai
tujuan pengelolaan obat yang efektif dan efisien agar obat yang diperlukan oleh dokter selalu
tersedia setiap saat dibutuhkan dalam jumlah cukup dan mutu terjamin untuk mendukung
pelayanan yang bermutu
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kajian Tahunan tentang sistem pengobatan Unit Farmasi RSU Rachma Husada

1. Terhadap sistem seleksi dan perencanaan obat

Dibandingkan antara kebijakan dan pelaksanaan sudah sesuai yaitu:

 Perencanaan obat memakai sistem Rencana Kebutuhan obat yang ditetapkan oleh
kementrian kesehatan untuk Rumah Sakit Swasta yang akan menggunakan
pembelian secara e-catalog.
 Perencanaan obat menggunakan metode kombinasi berdasarkan atas pemakaian
pada periode sebelumnya ,metode konsumsi dan 10 penyakit terbanyak
 Seleksi/pemilihan obat susuai dengan formularium nasional dan formularium
rumah sakit dengan prioritas penggunaan obat generik.
2. Pengadaan obat
a. Mengacu pada perencanaan yang dibuat, dilaksanakan melalui pembelian langsung
ke distributor resmi dengan surat pesanan manual.
b. Hasil evaluasi kinerja distributor masih dalam kategori baik,
 Pengiriman: mengirim sesuai waktu yang disepakati, rata-rata waktu tunggu
pengiriman obat 1 minggu, namun untuk beberapa distributor kadang lama
sampai 2 minggu.
 Kesesuaian dengan jenis obat yang di kirim dengan surat pesanan hampir semua
sesuai, ada beberapa yang tidak sesuai dan langsung di kembalikan dan segera
di susulkan pada hari berikut.
 Kesesuaian harga sesuai yang disepakati, semua sudah sesuai dengan
kesepakatan dan regulasi harga nasional untuk masing-masing regional.
3. Penyimpanan obat
a. Penyimpanan di unit Farmasi sudah sesuai dengan prosedur, untuk obat yang
termolabil di lemari es/ suhu dingin dan ruang ber AC, psikotropika dan narkotika di
simpan di lemari dengan pintu ganda dan kunci ganda, untuk obat high alert
diletakkan di lemari terpisah bertanda merah, untuk obat-obat LASA disimpan
secara tallmenletter.
b. Penyimpanan Unit kamar Bedah, VK, dan Unit Rawat Inap sudah sesuai prosedur,
sedang penyimpanan di Unit Gawat Darurat belum sesuai dengan prosedur, karena
penyimpanan masih ditempat terbuka sehingga kurang aman.
4. Pemesanan peresepan dan pencatatan
a. Pemesanan peresepan dokter belum semua mengikuti khaidah penulisan resep yang
benar, resep kadang sulit di baca sehingga harus melakukan konfirmasi ulang ke
dokter penulis resep.
b. Pengkajian peresepan belum semua dilakukan kajian atau verifikasi karena
keterbatasan tenaga apoteker yaitu hanya satu orang, tidak mungkin bisa melakukan
kajian selama pelayanan farmasi 24 jam
c. Pencatatan obat yang diberikan untuk pasien rawat inap ada di dalam rekam medis
pasien dan pasien rawat jalan sesuai rekam medis pasien.
5. Peresepan dan penyaluran Sistem persiapan dan penyaluran sesuai dengan kebijakan
pelayanan farmasi, yaitu sistem distribusi perbekalan farmasi untuk rawat jalan dan
rawat inap dengan sistem resep perorangan, rawat inap menggunakan sistem ODD dan
UDD (unit dose dispensing), sistem stok menggunakan Sentralisasi
6. Pemberian dan pemantauan
a. Setiap pemberian obat untuk pasien rawat inap selalu dicatat di dalam rekam medis
dan masih dilakukan oleh perawat.
b. Proses pemantauan terapi obat belum dilakukan secara berkala karena keterbatasan
tenaga apoteker.
c. Evaluasi penggunaan obat di rumah sakit st.rafael belum dilakukan secara maksimal.
B. Monitoring perubahan dalam formularium
Perubahan dalam formularium, yaitu penambahan obat baru di formularium oleh
dokter belum dilakukan dilakukan sesuai dengan kebijakan karena belum disusun
formularium rumah sakit sendiri, dan masih mengacu pada formularium nasional.
C. Monitoring kesalahan obat dan KNC
Pemantauan Medication error dan KNC belum terlaksana dengan maksimal
dikarenakan jumlah SDM yang belum mencukupi.
BAB III
KESIMPULAN

1. Sistem seleksi dan perencanaan obat sudah sesuai dengan kebijakan pelayanan farmasi di
rumah sakit.
2. Pengadaan obat dilaksanakan melalui pembelian langsung ke distributor sesuai
perencanaan yang sudah di buat.
3. Hasil evaluasi kinerja distributor yang mensuplain obat di rumah sakit masih dalam
kategori baik.
4. Penyimpanan obat di unit farmasi sudah sesuai dengan prosedur, hanya di Unit Gawat
Darurat belum sesuai dengan prosedur
7. Pemesanan peresepan belum semua mengikuti khaidah penulisan resep yang benar
8. Sistem persiapan dan penyaluran perbekalan farmasi rawat inap sesuai dengan kebijakan
pelayanan farmasi karena menggunakan peresepan perorangan dan ODD
9. Proses pemantauan terapi obat belum dilakukan secara berkala karena keterbatasan tenaga
apoteker
10. Evaluasi penggunaan obat belum dilakukan secara maksimal.
11. Perubahan dalam formularium, yaitu penambahan obat baru di formularium oleh dokter
belum dilakukan dilakukan sesuai dengan kebijakan karena belum disusun formularium
rumah sakit, dan masih mengacu pada formularium nasional.
12. Pemantauan Medication error dan KNC belum terlaksana dengan maksimal dikarenakan
SDM belum mencukupi.
BAB IV
PENUTUP
1. Penambahan tenaga apoteker untuk meningkatkan pelayanan farmasi sesuai standar.
2. Melakukan pemantauan terapi obat dan evaluasi penggunaan obat secara berkala.
3. Perlu memperbaiki proses penggunaan obat sebagai tindak lanjut informasi pelaporan
kesalahan obat dan KNC dari manajemen. Demikian laporan review manajemen obat
tahun 2021 di unit farmasi RSU Rachma Husada yang kami buat, atas perhatiannya kami
mengucapkan terimakasih.

Bantul, 22 September 2021


Ka. Instalasi Farmasi

Apt. Nurlaili Munawarah, S.farm.

Anda mungkin juga menyukai