Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)


MANAJEMEN DISTRIBUSI OBAT PUBLIK

Dosen: Dra. Lucky S Slamet, M.Sc.,Apt.

Oleh:

KARINA ERLIANTI
16/402568/PFA/01632

MAGISTER MANAJEMEN FARMASI


PROGRAM STUDI ILMU FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2017
1. Uraikan kesalahan dan atau kekurangan Pemerintah serta Panitia pengadaan obat pada
proses pengadaan obat
a. Pemerintah Pusat Melakukan Pengadaan Secara Sentralistik Tanpa Melibatkan
Kantor Kesehatan di Daerah dan Unit-unit Pelayanan Kesehatan dalam Proses
Perencanaan/Perhitungan Kebutuhan Obat
Perencanaan/Perhitungan Kebutuhan Obat harus melibatkan seluruh fasilitas
kesehatan dalam bentuk Rencana Kebutuhan Obat yang akan dikompilasi di masing-
masing daerah kemudian dilaporkan kepusat dan akan dikompilasi menjadi rencana
kebutuhan obat nasional yang terdiri dari jumlah dan jenis obat yang dibutuhkan.

b. Pemerintah Tidak Mengatur Secara Rinci Cara Pengadaan Barang Untuk


Keperluan Pemerintah Termasuk dalam Pengadaan Obat
Pengadaan barang untuk keperluan pemerintah termasuk dalam pengadaan obat harus
diatur secara rinci agar dapat memperoleh barang atau jasa dengan harga yang dapat
dipertanggung jawabkan, jumlah dan mutu yang sesuai serta pengadaan tang repat waktu.

c. Pemilihan Pemasok (supplier) Yang Tidak Berkualitas Yang Tidak Bergerak


dalam Bidang Obat
Pemasok yang dipilih harus bergerak dalam bidang usaha obat atau farmasi dan
memiliki izin Pedagang Besar Farmasi/Industri Farmasi yang masih berlaku.

2. Bagaimana seharusnya panitia memilih dan menunjuk suplier (pemasok) obat yang
terbaik?
a. Berdasarkan Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian Di Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota (2010) Pemasok yang seharus nya dipilih adalah pemasok yang
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Memiliki izin Pedagang Besar Farmasi / Industri Farmasi yang masih berlaku
 Pedagang Besar Farmasi (PBF) harus ada dukungan dari Industri Farmasi yang
memiliki Sertifikat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) bagi tiap bentuk
sediaan obat yang dibutuhkan untuk pengadaan
 Industri Farmasi harus memiliki Sertifikat CPOB bagi tiap bentuk sediaan obat
yang dibutuhkan untuk pengadaan.
 Pedagang Besar Farmasi atau Industri Farmasi harus memiliki reputasi yang baik
dalam bidang pengadaan obat
 Pemilik dan atau Apoteker penanggung jawab Pedagang Besar Farmasi, Apoteker
penanggung jawab produksi dan quality control Industri Farmasi tidak sedang
dalam proses pengadilan atau tindakan yang berkaitan dengan profesi kefarmasian
 Mampu menjamin kesinambungan ketersediaan obat sesuai dengan masa kontrak.
b. Pemilihan Pemasok obat oleh pemerintah dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu seperti yang tercantum dalam tabel berikut

3. Uraikan dampak yang ditimbulkan akibat pengadaan obat tersebut dalam


manajemen obat dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

Kesalahan dan kekurangan pada pengadaan obat pada akhirnya dapat berpengaruh
terhadap ketersedian obat dan dapat berdampak pada proses manajemen obat serta pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.

A. Dampak Pada Manajemen Obat


a. Selection
Pemerintah pusat yang bersangkutan sulit untuk menentukan apakah suatu obat
benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah penduduk dan pola penyakit di tiap
daerah; mengkompilasi pemakaian obat pada masing-masing unit pelayanan
kesehatan; dan menghitung kebutuhan obat
Tidak tercapainya tujuan seleksi obat yaitu suplai obat menjadi lebih baik,
pemakaian obat yang rasional, serta efisiensi biaya obat
Terdapat jenis obat tertentu yang terlalu banyak dipesan dan adanya jenis obat
tertentu yang tidak pernah digunakan
b. Procurement
Tidak tercapainya tujuan pengadaan obat yaitu terjaminnya ketersediaan obat
dengan kualitas standar, dalam jumlah yang tepat dan dengan biaya seminimal
mungkin
Pengadaan obat tidak tepat jenis dan jumlah
Pemasok yang kuran berkualitas dapat menyebabkan obat yang diadakan tidak
memenuhi standar mutu dan keamanan, jadwal pengiriman obat tidak sesuai
dengan jadwal
c. Distribution
Supplier yang kurang berkualitas mungkin saja tidak menerapkan prinsip CDOB
sehingga kualitas obat tidak terjamin
Koordinasi gudang tempat penyimpanan yang buruk
Kekeliruan pengelolaan stock
Penumpukan obat digudang (kemungkinan rusak dan expired tinggi)
Tidak dapat menyediakan media informasi untuk forcecasting kebutuhan obat
Distribusi obat keseluruh daerah tidak merata sesuai dengan prinsip equity dan
equality
d. Use
Penggunaan obat menjadi tidak rasional (tidak diperlukan, tidak sesuai dengan
indikasi, khasiat diragukan, under use dan over use)
e. Monitoring dan Evaluasi
Pola penggunaan obat sulit diketahui
Efektifitas dan efisiensi penggunaan obat sulit dikendalikan

B. Dampak Terhadap Pelayanan Kesehatan Kepada Masyarakat


Pelayanan kesehatan kepada masyarakat menjadi tidak optimal, masyarakat terutama
pasien yang datang kefasilitas kesehatan yang tidak mendapat obat yang memadai,
sehingga pasien haruskan membeli sebagian obat yang tidak tersedia di fasilitas kesehatan
yang telah dikontrak meskipun pasien tersebut merupakan peserta JKN. Banyak pasien
yang berobat tidak mendapat obat secara penuh atau pasien harus berulang kali datang ke
fasilitas kesehatan untuk mendapat obat periode atau minggu berikutnya atau pasien
diminta kembali lagi.
Selain itu ada kemungkinan pasien mendapatkan obat yang tidak berkualitas serta
pengobatan yang didapatkan oleh pasien tidak rasional sehingga dapat berpengaruh
terhadap kondisi kesehatan pasien.

Anda mungkin juga menyukai