Anda di halaman 1dari 15

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

MANAJEMEN AGRIBISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII WONOSARI

BIDANG KEGIATAN: PKM ARTIKEL ILMIAH

Diusulkan oleh: Ketua : Anggita Septidina P 08730015 angkatan 2008 Anggota : Khoiriyah 08730006 angkatan 2008 Ike Susanti 09730006 angkatan 2009

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2010

HALAMAN PENGESAHAN USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA 1. Judul Kegiatan 2. Bidang Kegiatan 3. Ketua Pelaksana Kegiatan : a. Nama b. Nim c. Jurusan d. Perguruan Tinggi Malang e. Alamat f. No handphone g. Alamat email 4. 5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap b. NIP c. Alamat Rumah d. No. Tlp : : Ir.Sukardi,MP : 19631015 199101 1 001 : Joyo Gren EE-11 Malang : 081555891306 Malang, 16 Desember 2010 Menyetujui, Ketua Jurusan ITP Ketua Pelaksana Kegiatan : Manajemen Agribisnis dan Kewirausahaan PT. Perkebunan Nusantara XII : ()PKM-AI ( )PKM-GT

: Anggita Septidina P : 08730015 : Ilmu dan Teknologi Pangan : Universitas Muhammadiyah : Jl.Pahlawan IX/13 Gresik : 085752870707 : githa_euforia@yahoo.com

Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 orang

(Ir. Sukardi, MP) NIP. 19631015 199101 1 001 Pembantu Rektor III

(Anggita Septidina P) NIM. 08730015 Dosen Pembimbing

(Drs. JokoWidodo Msi) NIP. 104.8611.0039

(Ir. Sukardi, MP) NIP.19631015 199101 1 001

I.

JUDUL Manajemen Agribisnis dan Kewirausahaan PT. Perkebunan

Nusantara XII II. NAMA PENULIS Anggita Septidina P III.ABSTRAK Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis dengan penyinaran matahari yang cukup sepanjang harinya. Dengan adanya iklim tersebut, negara Indonesia memiliki peluang untuk mengembangkan sumber devisa di subsector perkebunan, terutama pada sector perkebunan teh. Teh merupakan tanaman yang tumbuh pada daerah subtropics maupun tropis dengan curah hujan yang tinggi, suhu udara yang sejuk, serta memerlukan penyinaran matahari yang cukup. Untuk mengetahui kondisi perkebunan teh yang sesungguhnya, perlu diadakannya praktek kuliah lapang untuk membandingkan dengan teori yang telah ada. IV. PENDAHULUAN Indonesia sangat diuntungkan dengan iklim tropisnya. Matahari menyinari selama kurang lebih 12 jam per harinya. Ribuan jenis flora dan fauna dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di negara tercinta ini. Seperti telah kita ketahui, tanaman teh berasal dari daerah subtropis, yang kemudian menyebar ke berbagai bagian dunia,baik daerah subtropis maupun tropis. Di Indonesia yang beriklim tropis, tanaman teh lebih cocok ditanamkan pada daerah pegunungan. Secara umum, lingkungan fisik yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh adalah keadaan iklim dan tanah.faktor iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh adalah curah hujan, suhu udara, tinggi tempat,sinar matahari, dan angin. Tanaman teh dapat tumbuh dengan baik dengan curah hujan yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun. Suhu udara yang baik bagi tanaman teh adalah suhu yang berkisar antara 130C-250C, yang diikuti oleh cahaya matahari yang cerah dengan kelembaban relative pada siang hari tidak kurang dari 70%. Tanah

yang baik dan sesuai dengan kebutuhan tanaman teh adalah tanah yang cukup subur dengan kandungan bahan organik cukup, tidak bercadas,serta mempunyai derajat keasaman (pH) antara 4,5- 6,0 (setyamidjaja, 2000). Untuk lebih memperkenalkan teh Indonesia kepada para konsumen, Indonesia telah memanfaatkan kegiatan-kegiatan promosi di luar negeri dan berusaha mencari daerah pasaran baru. Negara-negara Timur Tengah, terutama Negara-negara kawasan Teluk Persia dan Arab Saudi dewasa ini telah menjadi daerah pasaran baru bagi teh Indonesia. Untuk menunjang tujuan jangka panjang, sebagai negara pengeksport teh, Indonesia telah melaksanakan tindakan-tindakan perbaikan,baik dalam pengolahan budi daya, panen dan pasca panen, processing (diversivikasi hasil dan peningkatan kualitas), system pemasaran, maupun usahausaha penelitian. Untuk meningkatkan produksi, perlu ditempuh upaya-upaya khusus jangka pendek dan jangka panjang berupa pelaksanaan rehabilitasi tanaman tua, pemberian pupuk dengan dosis optimal,pengendalian hama,pemangkasan dan pemetikan dengan tindakan intensif, serta pembinaan petani teh secara lebih terkoordinasi, agar mampu menghasilkanbahan olahan yang baik (setyamidjaja, 2000). V. TUJUAN Tujuan dari diadakannya kunjungan lapang di PT.Perkebunan Nusantara XII adalah sebagai berikut : 1. Untuk membandingkan teori yang sudah didapatkan dengan penerapan dilapang 2. Untuk mengetahui menajemen Agribisnis yang diterapkan di PTP Nusantara XII 3. Menambah wawasan dan pengalaman tentang keadaan sebenarnya dalam suatu lingkungan perkebunan.

VI. METODE Metode pelaksanaan meliputi kegiatan sebagai berikut :

1. Praktek kuliah lapang dilakukan di PT.Perkebunan Nusantara XII Wonosari pada tanggal 22 Desember 2009 2. Mengamati secara menyeluruh proses pengolahan, manajemen agribisnis, serta kegiatan kewirausahaan yang ada di perusahaan 3. Diskusi dan wawancara dengan staf dan karyawan perusahaan 4. Mengambil data sekunder dari literature untuk menunjang penyusunan laporan 5. Konsultasi kepada pembimbing lapang guna kelengkapan laporan.

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN Tanaman teh dengan nama lain Camellia sinensis, yang masih termasuk keluarga Camelia, pada umumnya tumbuh didaerah yang beriklim tropis dengan ketinggian antara 200-2000 meter di atas permukaan laut dengan suhu cuaca antara 14-250C. Ketinggian tanaman dapat mencapai 9 meter untuk the Cina dan teh jawa, sedangkan untuk teh jenis Assamica dapat mencapai ketinggian 12-20 meter. Namun untuk mempermudah pemetikan daun-daun teh sehingga mendapatkan pucuk daun muda yang baik, maka pohon teh selalu dijaga pertumbuhannya sampai 1 meter. Dengan ketinggian ini, maka sangatlah mudah untuk memetik pucuk-pucuk daun muda yang baik (Spillane, 1992). Menurut Anonymous (1999), jenis teh dipasaran saat ini hanya terdiri dari 3 kelompok utama yaitu : a.Teh Hitam (Black Tea) Adalah jenis teh yang dalam pengolahannya melalui proses fermentasi secara penuh. b. Teh Oolong (Oolong Tea) Adalah jenis teh yang dalam pengolahannya hanya melalui setengah proses fermentasi. c. Teh Hijau (Green Tea) Adalah teh yang dalam proses pengolahahnnya tidak melalui proses fermentasi. 3.1 Aspek Pasar dan Pemasaran

3.1.1 Perkembangan Permintaan Produk Hingga Saat Ini Permintaan produk saat ini lebih besar datang dari perusahaan yang berkambang di Eropa seperti Inggris ( UK ) dan Prancis. Untuk wilayah Asia permintaan lebih banyak datang datang dari Singapura dan Timur Tengah. Permintaan tersebut menginginkan dengan teh hitam yang diolah dengan proses CTC ( Crushing Tearing Curling ) dengan kualitas 1 dan 2. Bahkan salah satu perusahaan minuman teh kemasan yang berkembang di Prancis menginginkan tehnya 100% dari perkebunana teh Lawang Wonosari ini. Untuk perusahaan minuman teh atau teh kemasan di Indonesia belum ada yang berani mengambil teh kualitas 1 dan 2 dari perkebunan teh Wonosari. Permintaan dalam negeri lebih banyak menginginkan mutu teh yang banyak mengandung serat. Hal itu dikarenakan teh dengan kualitas 1 dan 2 tidak cocok dengan selera masyarakat Indonesia. Satu-satunya perusahaan teh kemasan di Indonesia yang berani mengambil teh dari perkebunan teh Wonosari adalah perusahaan teh Sariwangi, tetapi perusahaan tersebut belum berani mengambil dalam skala besar. 3.1.2 Faktor Persaingan Di Indonesia banyak sekali perkebunan teh yang tersebar di berbagai daerah, tetapi perkabunan-perkabunan tersebut tidak menjadi competitor bagi perkebunan teh Wonosari karena setiap perkebunan teh mempunyai ciri dan sepesifikasi yang berbada-beda. Namun, pesaing dari perkebunan teh Wonosari justru datang dari produsen teh luar negeri seperti India, Srilangka, Pakistan dan terutama Kenya yang menpunyai kualitas teh paling bagus. Competitor tersebut dijadikan sebagai cambuk untuk selalu meningkatkan kualitas teh yang lebih baik. 3.1.3 Jangkauan dan Saluran Pemasaran Hasil produksi teh hitam Wonosari dipasarkan dalam negeri dan luar negeri. Dalam negeri produk teh dipasarkan ke berbagai daerah Jawa dan Bali melalui broker-broker kecil dan perusahaan teh kemasan. Adapun negara-negara tujuan eksport produk teh dari perkebunan teh Wonosari adalah Amerika Serikat, Belanda, Inggris, Prancis, Belgia, Rusia, Mesir, Singapura, Pakistan, Australia dan Selandi Baru. 3.1.4 Strategi Pemasaran

Sistem pemasaran untuk tujuan Eksport dilakukan dengan system auction ( pemasaran secara lelang ) melalui kantor pemasaran bersama ( KPB ) di Jakarta dengan mengirimkan sample-sempel teh dengan berbagai kualitas. Untuk penawar tertinggi berhak membeli teh dari perkebunan teh Wonosari. Sedangkan untuk pemasaran dalam negeri perusahaan menggunakan sistem pemasaran freesale melalui kantor direksi di Surabaya. Karena merupakan perusahaan hulu, perkebunan teh Wonosari tidak melakukan pemasaran dengan sistem retail. Perusahaan teh Wonosari hanya membuka beberapa gerai yang menyediakan teh terbaiknya. Selain dengan sistem diatas, perkebunan teh Wonosari juga membuka Agrowisata sebagai sarana untuk memperkenalkan produknya ke masyarakat umum. 3.1.5 Rencana Pengembangan Produk Perkebunan teh Wonosari hanya memproduksi teh hitam dengan proses CTC. Perkembangan produk dilakukan hanya dengan peningkatan mutu teh dengan cara meningkatkan perawatan dan meminimalisir penggunaan bahanbahan kimia dalam setiap proses ;perawatan. Selain itu dalam setiap proses produksi mulai dari kebun sampai finish good dilakukan pengawasan kualitas. Dalam proses produksi untuk menjaga kualitas dilakukan uji organoleptis yang meliputi pengujian terhadap rasa, bau dan warna. Peningkatan kuantitas produksi dengan cara peluasan lahan perkebunan sudah tidak mungkin dilakukan karena di sekitar areal perkebunan sudah memnjadi pemukiman penduduk. 3.2 Aspek Teknis dan Teknologis 3.2.1 Kapasitas Produksi Ekonomi Kapasitas produksi kebun teh, menghasilkan 1- 1,5 ton/ hektar areal perkebunan pada musim kemarau, sedangkan pada musim penghujan, tiap hektar areal perkebunan bisa menghasilkan hingga 2,5 ton pucuk daun teh. Hal ini dapat terjadi karena pada saat musim penghujan daun atau pucuk teh dapat tercampur oleh air sehingga beratnya dapat bertambah. Panenan dilakukan setiap hari. Dengan produksi rata-rata musim penghujan dapat mencapai 25 ton/ hari. Sedangkan pada musim kemarau dapat menghasilkan 5-10 ton/hari. 3.2.2 Teknologi yang Dipilih

Adapun mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan teh hitam sistem CTC (Cutting Tearing Curling) antara lain : 1. Monorail Conveyor. berfungsi sebagai alat untuk mengangkut pucuk teh yang telah dilakukan penimbangan dari ruang penerimaan pucuk menuju palung pelayuran (whitering through). 2. Whitering Through, berfungsi sebagai alat untuk melayukan pucuk teh. 3. Green Leaf Shifter, berfungsi sebagai alat untuk memisahkan kotoran-kotoran yang terikut pada pucuk teh agar proses penggilingan tidak terhambat. 4. Rotorvane, berfungsi sebagai alat untuk mengecilkan ukuran gilingan pucuk teh. 5. CTC Tripleks, berfungsi untuk menggiling bubuk teh basah yang berasal dari rotorvane sehingga dihasilkan partikel bubuk yang lebih kecil dan seragam. 6. Goggi, berfungsi untuk memisahkan serat-serat kasar yang berasal dari batang pucuk yang agak keras. 7. Fermenting Machine, berfungsi sebagai alat untuk mengatur proses fermentasi pada bubuk teh yang telah digiling. 8. VFBD Killburn, berfungsi sebagai alat untuk mengeringkan bubuk teh basah setelah proses fermentasi. 9. Vibro Jumbo Ekstraktor, berfungsi sebagai alat untuk memisahkan gumpalangumpalan kotoran dan fraksi-fraksi lain sehingga diperoleh fraksi-fraksi bubuk teh kering yang dapat diproses lebih lanjut. 10. Holding Tank, berfungsi sebagai tempat untuk menampung fraksi-fraksi bubuk teh kering yang kemudian akan dilanjutkan oleh Bubble Tray. 11. Midleton, berfungsi sebagai alat untuk memisahkan bubuk teh berdasarkan fraksi-fraksinya sebelum diproses lebih lanjut. 12. Buble Tray, berfungsi sebagai alat sortasi pendahuluan untuk memudahkan proses sortasi pada Trinick. 13. Trinick, berfungsi sebagai alat untuk memisahkan fraksi bubuk teh kering berdasarkan jenis mutunya. 14. Ball Breaker, berfungsi sebagai alat untuk mengecilkan fraksi-fraksi bubuk teh kering yang berasal dari ex-roll trinick agar dapat diproses kembali oleh trinick menghasilkan jenis mutu II.

15. Andrew Breaker, berfungsi sebagai alat untuk mengecilkan fraksi-fraksi bubuk kering yang tidak lolos ayakan di trinick I agar dapat diproses kembali di trinick II menghasilkan mutu I. 16. Tea Bean, berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara bubuk teh kering hasil sortasi. 17. Water Fall, berfungsi sebagai alat untuk memisahkan bubuk teh kering dari debu dan pluff. 18. Pre Packer, berfungsi sebagai alat untuk mengikat debu dan pluff yang ada pada bubuk teh kering. 19. Tea Bulking, berfungsi sebagai alat untuk menampung bubuk teh kering hasil sortasi. 20. Packer Vibrator, berfungsi sebagai alat untuk mengemas bubuk teh kering berdasarkan jenis mutunya. Selain peralatan-peralatan pada pengolahan teh hitam sistem CTC (Cutting Tearing Curling) diatas, juga digunakan peralatan pendukung dan juga merupakan harta tetap lainnya, yaitu : 1. 2. Thermometer Higroskopis, berfungsi sebagai alat untuk mengukur suhu serta kelembaban proses pelayuran. Metler Toledo, berfungsi sebagai alat untuk mengukur kadar air suatu bahan dengan waktu yang singkat. 3. 4. Humidifier, berfungsi sebagai alat untuk memberikan kelembaban pada Densitytester, berfungsi sebagai alat untuk mengukur tingkat densitas ruang pengolahan. produk bubuk teh yang akan dikemas. 3.2.3 Kebutuhan Bahan Baku, Pembantu, dan Pendukung lainnya Bahan baku yang digunakan dalam pengolahan teh di pabrik Wonosari adalah pucuk daun teh segar. Bahan baku pucuk daun segar ini diperoleh dari pemetikan yang dilakukan setiap hari di kebun teh Wonosari. Hasil pemetika dalam 1 hektar antara 1,5-2 ton dan pada musim hujan produksi bisa mencapai 2,5 ton/hektar. Setelah pucuk daun dipetik maka pucuk daun tersebut langsung dibawa ke pabrik untuk diolah menjadi teh. Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan

truk. Pengangkutan dilakukan dua tahap, yaitu jam 10.00 untuk tahap pertama dan jam 13.00 untuk tahap kedua. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meminimalisasi kerusakan daun teh di lahan.

3.2.4 Proses Produksi (Skema proses pembuatan produk) Menurut Bambang (1994), pengolahan teh hitam di Indonesia dapat dibagi menjadi dua system yaitu : 1. Sistem Ortodoks 2. Sistem baru (CTC/ Crushing Tering Curling, LTP dan lainnya) Sebagai gambaran tentang cara pengolahan kedua system tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1 Perbedaan Cara Pengolahan The Hitam Sistem Ortodoks dan CTC Faktor Pembeda Derajat layu Sortasi basah Hasil sortasi basah Alat pengering Sistem Ortodoks Derajat layu pucuk 4446% Ada sortasi bubuk basah Tangkai/ tulang terpisah disebut badag Diperlukan pengeringan ECP (Endless Chain Air seduhan Pressuredrier) Cita rasa air seduhan yang kurang kuat Jumlah tenaga kerja Konsumsi energy Sortasi kering Waktu fermentasi Waktu pengolahan Banyak tenaga kerja Tenaga listrik tinggi Sortasi sering rumit Fermentasi bubuk basah 105-120 menit Waktu proses pengolahan berlangsung lebih dari 20 jam Sistem CTC Derajat layu pucuk 3235% Tanpa sortasi bubuk basah Bubuk basah ukurannya hamper sama Pengeringan cukup dengan FBD (Fluid Bed Drier) Cita rasa kuat,air seduhan cepat merah (quick brewing) Tenaga kerja sedikit Tenaga listrik sedikit Sortasi kering sederhana Fermentasi bubuk basah 80-90 menit Proses pengolahan waktunya pendek (kurang dari 20 jam).

Setelah pucuk daun teh diterima pabrik, pucuk langsung ditimbang, kemudian diangkut dengan menggunakan troly yang dibawa oleh conveyor berjalan yang digerakkan oleh mesin dan kemudian dihamparkan pada pelung pelayuan (wathering through). Proses yang dilakukan antara lain : a. Pelayuan Pelayuan merupakan langkah utama dalam pengolahan teh. Pada pelayuan dikenal dua perubahan pokok, yaitu perubahan fisik dan kimia. Perubahn fisik adalah melemasnya daun akibat menurunnya kadar air pada daun. Perubahan kimia meliputi kenaikan aktifitas enzim, kenaikan kandungan protein, terbentuknya asam organik dari unsur-unsur C, H, O dan lain-lain. Proses ini dilakukan bertujuan untuk menurunkan kadar air pada teh dan melemaskan daun agar dapat digiling dengan baik agar lebih memekatkan cairan sel dalam daun teh. b. Penggilingan Setelah pelayuan proses selanjutnya adalah proses penggilingan. Sebelum daun teh masuk dalam proses penggilingan daun teh melewati proses pengayaan yang berfungsi untuk memisahkan pucuk dari kontaminan dan benda asing yang tidak diinginkan. Penggilingan daun teh merupakan fase pembentukan kualitas. c. Fermentasi Proses fermentasi sebenarnya sudah berlangsung sejak pucuk teh dipetik. Selam proses fermentasi ini, daun mengalami perubahan-perubahan fisik maupun kimia, yang menentukan mutu teh. Daun teh setelah difermentasi akan menghasilkan teh dengan beberapa kelas sesuai kualitas daunnya.Teh yang kualitas bagus setelah fermentasi menghasilkan teh hitam. Untuk teh hijau proses dilakukan tanpa melalui proses fermentasi. Proses fermentasi dilakukan dengan menggunakan alat Fermenting machine dengan lama proses fermentasi 90 menit. Dalam proses fermentasi ini terjadi perubahan warna daun teh dari hijau menjadi kecoklatan. Aroma daun juga mulai hilang dan mulai terbentuk aroma khas teh. d. Pengeringan Setelah melewati Fermenting machine, bubuk teh secara kontinyu dialirkan melalui conveyor menuju ruang pengeringan. Proses pengeringan

dilakukan selama 20 menit. Proses ini dilakukan untuk menghantikan proses oksidasi dan menurunkan kadar air. Kadar air bubuk teh setelah proses pengeringan adalah 3-4 %. e. Sortasi kering Setelah proses pengeringan, selanjutnya bubuk teh mengalami proses sortasi kering. Proses ini dilakukan untuk menghasilkan ukuran partikel yang seragam sesuai dengan jenis mutu bubuk teh . bubuk yang telah mengalami proses pengeringan dibawa menuju ke Vibro Jumbo Extractor untuk diayak. Setelah selesai diayak, bubuk diteruskan ke holding tank untuk disimpan sementara. Setelah dari holding tank teh di packing dan disimpan dalam gudang. 3.3 Manajemen Operasional dan Tenaga Inti Manajemen operasional ditentukan di bidangnya masing-masing yang mana tiap-tiap bidang ada yang mengawasi, misalnya pada pekerjaan di kebun yang mengawasi adalah mandor, pada pekerjaan pengolahan di awasi oleh staf pengolahan agar kwalitas the yang dihasilkan bagus, adapun kebutuhan tenaga manajemen inti yaitu. 3.3.1 Kebutuhan Tenaga Manajemen Inti Kebutuhan tenaga dalam manajemen produksi teh dibagi menjadi beberapa bagian yaitu : Distribusi pegawai menurut umur Patokan umur karyawan di kebun teh lawang adalah 18-53 tahun. Distribusi pegawai menurut jenis kelamin Distribusi pegawai di dalam pemetikan daun teh perbedaan antara laki-laki dan perempuan tidak begitu dibedakan akan tetapi mayoritas perempuan untuk di bidang produksi tenaga kerja mayoritas laki-laki dan hanya mengawasi dan memperbaiki mesin atau alat bila ada kerusakan. Distribusi pegawai menurut tingkat pendidikan Untuk pekerjaan dikebun maupun diproses produksi mereka rata-rata banyak lulusan SMA ke bawah karena prabik mengandalkan pengalaman dan di bidang staf minimal S1 dan sudah mempunyai pengalaman di bidangnya. Distribusi pegawai menurut jenis pekerjaan

Jenis pekerjaan yang mereka lakukan menurut keahlian di bidangnya seperti lulusan sarjana minimal mandor (pengawas) dan SMA ke bawah pekerja di kebun. 3.3.2 Kebutuhan Tenaga Kerja Langsung Kebutuhan tenaga kerja dilihat dari musim (cuaca), apabila pada musim penghujan maka kebutuhan tenaga kerja di kebun maupun di bagian pengolahan akan ditambah karena pucuk daun teh yang tumbuh pada misim ini jumlahnya akan meningkat. 3.3.3 Sumber Tenaga Kerja Sumber tenaga kerja diambil dari kalangan masyarakat sekitar. Akan tetapi sedikit dari luar daerah misalnya dari staf-staf banyak dari kalangan sarjana yang berasal dari luar daerah. Anggaran balas jasa Anggaran balas jasa di berikan pada pekerja di kebun dan di pengolahan yang biasanya diberikan lemburan waktu apabila pekerjaan pemetikan dan pengolahan belum selesai (melebihi jam kerja). Biasanya lemburan diberikan pada musim hujan karena pucuk daun teh tumbuh sangat cepat. Alokasi waktu dan pekerjaan Dalam proses pemetikan pucuk daun teh pagi sekitar jam 06.00-13.00 dan dilakukan satu kali sehari. Pada proses produksi di lakukan pada jam 13.000 sampai selesai dan dilakukan satu kali sehari. Pada pekerjaan teknisi dilakukan pada saat mesin tidak produksi dan hari libur. Dan pada pengawasan oleh mandor dilakukan tiap hari dan mandor dan mandor bertanggung jawab atas kebunnya apabila daunnya sudah bisa dipetik, mandor melaporkan kepada atasan untuk dilakukan pemetikan. 3.4 Aspek Ekonomis dan Keuangan 3.4.1 Sumber Dana Permodalan Di Indonesia kebun teh ada banyak antara lain kabunteh sirih kencang di wingi blitar, kebun teh kertowono di lumajang, kebun teh wonosari di lawang malangdan kebun teh gunung gambir di jatirogo jember. Kebun teh wonosari merupakan kebun teh peninggalan dari belanda, Jadi sumber dana permodalan

kebun teh wonosari berawal dari usaha pada penjajahan belanda pada saat itu. Yang kemudian diteruskan oleh bangsa kita yang telah diakui oleh pemerintah dan diresmikan oleh pemerintah sebagai kebun teh wonosari. Akan tetapi permodalan dana tersebut hanya berupa lahan dan alat-alat pengolah teh secara tradisional. Bukan hanya itu saja, sumber permodalan kebun teh wonosari juga tidak lepas dari bantuan untuk kebun teh wonosari. 3.4.2 Struktur Permodalan Perusahaan Struktur permodalan perusahaan kebun teh wonosari ini berasal dari bantuan dari pemerintah berupa subsidi APBN dan permodalan dana dari modal sendiri. 3.4.3 Kerjasama dengan instansi lain Indonesia merupakan penghasil teh terbesar nomor lima dari negaranegara penghasil lainnya. Salah satunya kebun teh di Indonesia adalah kebun teh Wonosari. Perusahaan kebun teh Wonosari ini merupakan salah satu penghasil teh yang banyak diminati oleh perusahaan-perusahaan dalam negeri dan bahkan sudah diekspor di luar negeri yaitu dinegara-negara eropa. Seperti lipten merupakan perusahaan minuman terbesar di Inggris yang mengimport dari kebun teh Wonosari. Lipten merupakan pengimport teh terbesar di perusahaan kebun teh Wonosari dibandingkan perusahaan eropa lainnya. Yaitu berupa bahan jadi dan teh kelas no.1 dari kebun teh wonosari. Dibandingkan dengan perusahaan dalam negeri sendiri yang mengambil teh dikebun teh wonosari. Perusahaan dalam negeri biasanya mengambil teh yang berkualitas rendah, yaitu teh yang kelasnya dibawah teh kelas no. 1. Akan tetapi ada juga perusahaan dalam negeri yang mengambil teh di kebun teh wonosari dengan kualitas yang baik. Seperti perusaaan sariwangi yang sudah bekerjasama dengan perusaan kebun teh wonosari sampai sekarang. pemerintah. Setiap tahunnya kebun teh wonosari mendapatkan dana APBN yaitu subsidi dari pemerintah sebagai dana bantuan

VIII. KESIMPULAN Dengan adanya pengembangan wisata agro di PT. PN XII dapat memenuhi kebutuhan wisatawan, dengan beragam fasilitas sehingga para wisatawan betah berkunjung dan berlama-lama di PT. PN Wonosari. IX. DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 1999. Major Tea Producing Region in the World. Bambang. 1994. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh. Bandung: Balai Penelitian Teh dan Kina Gambung. Setyamidjaja, Djoehana. 2000. Teh Budi Daya dan Pengolahan Pascapanen. Yogyakarta: Kanisius. Spillane. 1992. Komoditi Teh Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai