Anda di halaman 1dari 9

DOI: 10.25299/al-thariqah.2019.vol4(2).

4079 P-ISSN 2527-9610


E-ISSN 2549-8770

Hakikat Pendidik dalam Perspektif Falsafah


Pendidikan Islami

Maisyaroh

Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, Indonesia


Jalan Willem Iskandar Pasar V Medan Estate, Medan, Sumatera Utara, 20371
Email: ara.isyraqi@gmail.com

Abstract: This article examines the perspective of Islamic education philosophy about
the nature of educators. This study is important because the concept of education in the
Islamic world is influenced by the secular Western worldview. In fact, Muslims have a
unique worldview which is sourced from the Qur'an, hadith and ijtihad of the scholars.
This study is the result of library research where data is obtained through document
study activities that are analyzed by content analysis. This study proposes that in the
view of Islam, the nature of educators is Allah, the Prophets and scholars. Therefore,
Muslim educators are obliged to emulate their qualities and continue their duties as
idealized educators in the Islamic view.

Keywords: Educational Philosophy, Educators, Murabbi, Mu‘allim, Mu'addib

Abstrak: Artikel ini mengkaji perspektif falsafah pendidikan Islami tentang hakikat
pendidik. Studi ini penting dilakukan mengingat konsep pendidikan di dunia Islam
dipengaruhi oleh pandangan dunia Barat yang sekular. Padahal, kaum Muslim memiliki
pandangan dunia yang khas yang bersumber dari al-Qur’an, hadis dan ijtihad para
ulama. Studi ini merupakan hasil riset kepustakaan dimana data diperoleh melalui
kegiatan studi dokumen yang dianalisis dengan analisis isi. Studi ini mengajukan temuan
bahwa dalam pandangan Islam, hakikat pendidik adalah Allah Swt., para Nabi dan Rasul
dan para ulama. Karena itu, para pendidik Muslim wajib meneladani sifat-sifat mereka
dan meneruskan tugas-tugas mereka sebagai pendidik terideal dalam pandangan Islam.

Kata Kunci: Falsafah Pendidikan, Pendidik, Murabbi, Mu‘allim, Mu’addib

Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah Vol. 4, No. 2, Juli – Desember 2019
Received: 13 November 2019; Accepted: 26 November 2019; Published: 04 December 2019
*Corresponding Author: ara.isyraqi@gmail.com
DOI: 10.25299/al-thariqah.2019.vol4(2).4079 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

PENDAHULUAN Al Rasyidin meneliti konsep falsafah


Berbicara pendidikan tidak bisa pendidikan dalam perspektif Islam
melepaskan diri dari pembahasan tentang dimana ia lebih menekankan pada
berbagai komponan pendidikan. Di antara dimensi normatif. Kajian-kajian dalam
komponen pendidikan adalah pendidik, buku Falsafah Pendidikan Islami lebih
peserta didik, tujuan, kurikulum, metode, bervariatif dengan melihat kajian filsafat
evaluasi dan lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam tradisi
pendidikan. Para ahli telah membahas kewahyuan, pemikiran dan sejarah Islam,
persoalan-persoalan komponen misalnya dikaji falsafah pendidikan
pendidikan tersebut dengan pendekatan Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama dan Al
masing-masing dan didasarkan pada Jam’iyatul Washliyah (Ja’far, 2016: 2017).
ideologi masing-masing. Menurut penulis, Studi yang penulis lakukan diharapkan
perbedaan ideologi akan menghasilkan bisa memperkaya kajian-kajian dalam
perbedaan konsep dasar pendidikan. studi falsafah pendidikan Islami.
Dalam makalah ini, penulis akan
membahas hakikat pendidik dalam KONSEP TEORI
perspektif falsafah pendidikan Islami. Filsafat Pendidikan Islam
Mengkaji konsep pendidik dengan sudut Penulis melihat bahwa term “filsafat
pandangan falsafah pendidikan Islami pendidikan Islam” terdiri atas dua istilah
sangat penting agar kaum Muslim utama, filsafat atau falsafat dan
memiliki konsep pendidikan yang sesuai pendidikan Islam. Kata filsafat berasal
dengan ajaran Islam. Hal ini menarik dan dari bahasa Yunani, philo dan sophos atau
penting, sebab konsep pendidikan di sophia. Kata philo bermakna cinta,
dunia Muslim dipengaruhi oleh sedangkan kata sophos atau sophia berarti
pandangan dunia Barat yang sekuler. kebijaksanaan (Netton, 1997: 78-79).
Sebab itulah, penulis akan mengkaji Karenanya, secara etimologi, filsafat
hakikat pendidik menurut falsafah berarti cinta terhadap kebijaksanaan atau
pendidikan Islami demi menghadirkan kearifan. Dalam bahasa Arab, menurut
pandangan Islam tentang hakikat ahli, kata filsafat merupakan sinonim dari
pendidik. kata al-hikmah (Huges, 2002: 175). Al-
Studi ini merupakan studi Qur’an menyebut kata hikmah 20 kali.Bagi
kepustakaan. Data diperoleh melalui ahli filsafat, adanya kata hikmah dalam Al-
kegiatan telaah dokumen dengan metode Qur’an menunjukkan bahwa kajian filsafat
analisis isi. Sedapat mungkin penulis dibenarkan oleh Islam sejauh tidak
merujuk sumber primer dalam kajian bertentangan dengan prinsip pokok Islam.
ilmu-ilmu keislaman. Memang, banyak Istilah kedua adalah pendidikan
studi telah dilakukan terkait hakikat Islam. Artinya, pendidikan yang
pendidik dalam Islam, tetapi penulis berdasarkan sumber pokok ajaran Islam,
mengkajinya dari sudut pandang normatif yaitu al-Qur’an dan hadis. Menurut John
dan filosofis dengan merujuk kepada al- Dewey (1944: 1-4), pendidikan adalah
Qur’an, hadis dan pendapat para ulama “proses memfasilitasi pembelajaran guna
dalam tradisi intelektual Islam. menyebarkan pengetahuan, keterampilan,
Dapat dikatakan bahwa studi ini nilai-nilai, kepercayaan dan kebiasaan,
menindaklanjuti studi yang dilakukan dimana pendidik membimbing peserta
oleh Al Rasyidin (2018) dan beberapa didik agar dapat membelajarkan diri
peneliti yang merupakan kontributor mereka sendiri.” Para ahli menyebutkan
dalam buku Falsafah Pendidikan Islami bahwa pendidikan berfungsi sebagai
yang diedit oleh Asrul dan Ja’far (2016). “media penanaman pengetahuan, sikap,

2
DOI: 10.25299/al-thariqah.2019.vol4(2).4079 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

dan keterampilan” (Gibbs and Blakely: Penulis cenderung kepada pendapat


2000 47). Dalam kajian pendidikan, ada al-Syaibani, sehingga makna filsafat
beberapa permasalahan yang dikaji, pendidikan Islam adalah implementasi
menurut Dja’far Siddik, antara lain prinsip dan kaedah ajaran Islam dalam
pendidik, peserta didik, tujuan, metode, bidang pendidikan, dalam arti bahwa
kurikulum, evaluasi, supervisi, dan masalah-masalah pendidikan harus
institusi pendidikan (Siddik: 2010). Inilah berasal dari prinsip dan kaedah ajaran
yang merupakan masalah-masalah pokok Islam. Filsafat pendidikan merupakan
dalam kajian pendidikan. Dalam konteks cabang dari filsafat (Syafaruddin dan Al
pendidikan Islam, konsep pendidikan Rasyidin, 2001: 37). Menurut al-Syaibani
harus berdasarkan ajaran Islam yang (1979: 33-36), filsafat pendidikan Islami
bersumber dari al-Qur’an, hadis dan berfungsi sebagai, salah satunya,
tradisi para ulama (ijtiha||>d). Dengan membantu para perancang dan pelaksana
demikian, dari aspek sumber, konsep- pendidikan dalam suatu negara untuk
konsep pendidikan Islam bersumber dari membentuk pemikiran yang sehat terkait
ajaran Islam yang bermuara pada Al- pendidikan. Dengan demikian, kajian
Qur’an, hadis dan ijtihad para ulama filsafat pendidikan Islam penting
(Syafaruddin, et al., 2014: 30-31). diketahui oleh para perancang dan
Kedua istilah tersebut membentuk pelaksana pendidikan, agar mereka dapat
filsafat pendidikan Islam atau falsafah menemukan konsep pendidikan yang
pendidikan Islami. Para ahli sudah relevan dengan ajaran Islam, karena
menjelaskan makna filsafat pendidikan substansi filsafat pendidikan Islam adalah
Islam. Dalam kesempatan ini, penulis mengimplementasikan falsafah ajaran
akan menyampaikan beberapa pendapat Islam dalam dunia pendidikan kaum
para pakar tentang makna filsafat Muslim, atau menjadikan ajaran Islam
pendidikan Islam. Al-Syaibani (1979: 399) sebagai dasar perumusan berbagai teori
mengatakan bahwa filsafat pendidikan pendidikan (Asrul dan Ja’far, 2016: xiii).
“pelaksanaan pandangan dan kaedah
falsafah dalam bidang pendidikan.” MOTODE PENELITIAN
Pandangan ini didukung oleh Sutan Zanti Tulisan ini menggunakan metode
Arbi (1988: 8) yang mengatakan bahwa penelitian kepustakaan (library research)
filsafat pendidikan adalah “aplikasi dari yaitu penelitian yang mengandalkan
filsafat terhadap pengkajian persoalan- bahan-bahan kepustakaan sebagai
persoalan pendidikan.” Imam Barnadib sumber informasi untuk menjawab
(1984: 14) mengatakan filsafat permasalahan tentang hakikat pendidik
pendidikan adalah “jawaban dari dalam perspektif falsafah pendidikan
pertanyaan-pertanyaan dalam lapangan Islami. Tahapan penelitian yang dilakukan
pendidikan.” M. Napitupulu menyebut adalah mengumpulkan bahan-bahan yang
bahwa filsafat pendidikan adalah “filsafat relevan, kemudian bahan-bahan tersebut
diaplikasikan terhadap ilmu pendidikan.” akan dibaca, dikaji, dicatat dan kemudian
Dari empat pendapat ahli di atas, dimanfaatkan sebaik mungkin. Setelah
penulis menarik kesimpulan bahwa semua tahapan tuntas barulah data
filsafat pendidikan (Islam) adalah disiplin dianalisis dengan cara analisis isi
ilmu yang hendak menerapkan falsafah sehingga dapat ditarik kesimpulan terkait
(ajaran) Islam yang bersumber dari al- pendidik dalam perspektif falsafah islami.
Qur’an, hadis dan pendapat para ulama
dalam dunia pendidikan.

3
DOI: 10.25299/al-thariqah.2019.vol4(2).4079 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bahasa al-Qur’an, pendidik


Hakikat Pendidik Dalam Filsafat disebut murabbi dan mu‘alim.
Pendidikan Islami Argumennya didasarkan pada surah al-
Dalam kesempatan kali ini, penulis Fatihah ayat 2 dan surah al-Baqarah ayat
akan membahas empat permasalahan 31. Dalam surah al-Fatihah ayat 2
terkait hakikat pendidik, yaitu disebutkan bahwa Allah adalah rabb
terminologi pendidik, hakikat pendidik, semesta alam. Kata murabbi, merupakan
kepribadian pendidik dan tugas pendidik. bentuk mashdar dari kata rabba berarti
Untuk membahas empat masalah “mengasuh, mendidik dan memelihara.”
tersebut, penulis akan mengulasnya Istilah yang digunakan dalam ayat ini
menurut kajian falsafah pendidikan adalah Rabb, derivasinya adalah tarbiyah
Islami. Maksud dalam perspektif falsafah (pengasuh, pendidik dan pemelihara), dan
pendidikan Islami dalam makalah ini pelakunya adalah murabbi. Karena itu,
adalah penulis mengkaji empat hal dalam konteks ayat ini, Allah Swt.
tersebut menurut informasi al-Qur’an, berperan sebagai murabbi bagi alam
Hadis dan pendapat para ulama. Kajian ini semesta. Karena itu, arti surah al-Fatihah
memang menarik, karena falsafah ayat 2 bisa menjadi ‘Segala puji bagi Allah,
diaplikasikan terhadap ilmu pendidikan. Pemelihara/Pengasuh/Pendidik semesta
Di sini, falsafah Islam diterapkan dalam alam.” Sedangkan dalam surah al-Baqarah
merumuskan teori pendidikan, yang ayat 31 disebutkan bahwa Allah
dalam konteks ini adalah teori pendidik. mengajarkan (‘allama) Adam nama-nama
segala sesuatu. Istilah yang digunakan
dalam ayat ini adalah ‘allama, derivasinya
Terminologi Pendidik adalah ta‘lim (pengajaran) dan pelakunya
Menurut Al Rasyidin (2018: 133), adalah mu‘allim. Karena itu, dalam ayat
bahwa dalam perspektif falsafah ini, Allah Swt. Adalah Mu‘allim bagi Adam
pendidikan Islami, dikenal beberapa as. (Al Rasyidin, 2018: 133-134). Dengan
istilah yang merujuk pada makna demikian, dalam al-Qur’an, pendidik
pendidik, yaitu murabbi, mu‘allim, disebut dengan term murabbi.
mu’addib, syekh, mursyid, mudarris, dan Selain kedua istilah di atas, Nabi
ustaz.Jika dilacak akar-akar seluruh istilah menggunakan istilah ta’dib, penanaman
tersebut, maka akan terlihat bahwa adab, dan pelakunya adalah mu’addib.
penggunaan istilah tersebut terinspirasi Istilah ta’dib sebagai istilah untuk
dari al-Qur’an, hadis dan ijtihad ulama. merujuk pada makna pendidik dalam
Dua istilah pertama, murabbi dan Islam didasarkan pada Hadis Nabi, Tuhan
mu‘allim, diambil dari al-Qur’an. Istilah telah mendidikku (addabani rabbi) dengan
mu’addib diambil dari hadis Nabi, sebaik-baik pendidik (fa ah{sana ta’dibi),
sedangkan istilah syekh dan mursyid dan Hadis Nabi lain yaitu jika memelihara
diambil dari tradisi tasawuf. Istilah seorang anak, maka berikanlah pendidikan
mudarris dan ustaz diambil dari tradisi yang baik (fa ah{sana ta’dibaha). Dengan
peradaban Islam, khususnya tradisi demikian, dalam hadis Nabi, pendidik juga
Bahasa dan Sastra Arab. Inilah makna disebut mu’addib.
bahwa pendidikan Islam bersumber dari Dalam tradisi tasawuf, dikenal
al-Qur’an, hadis dan ijtihad ulama istilah syekh dan mursyid yang bermakna
sepanjang peradaban Islam, sehingga guru sufi. Menurut Abubakar Aceh, syekh
istilah pendidik pun diambil dari ketiga atau guru sufi bertugas mengawasi para
tradisi tersebut. muridnya agar tidak menyimpang dari

4
DOI: 10.25299/al-thariqah.2019.vol4(2).4079 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

ajaran Islam dan terjerumus dalam dosa (Allah Swt. sebagai Maha
dan maksiat. Di sini, syekh atau mursyid Pendidik/Murabbi), Q.S. al-Baqarah ayat
menjadi perantara antara murid dengan 31 (Allah Swt. sebagai Maha
Allah Swt. Syekh dan mursyid memiliki Pengajar/Mu‘allim) dan hadis Nabi
khalifah yang bertugas membantu syekh tentang ta’dib. Dalam Q.S. al-Fatihah ayat
untuk membimbing murid pemula (Aceh, 2, dijelaskan bahwa Allah adalah Rabb
t.t.: 79). Dalam konteks ini, ajaran tasawuf bagi alam semesta. Kata Rabb seakar
memiliki dimensi edukatif, terutama dengan tarbiyah dan dari kata ini muncul
konsep tentang adab murid terhadap kata murabbi, sehingga Q.S. al-Fatihah
syekh atau mursyid (Ja’far: 2015). Dengan ayat 2, seperti kata Al Rasyidin,
demikian, dalam peradaban Islam menunjukkan bahwa Allah Swt. adalah
sebagaimana dalam tradisi tasawuf, guru Pendidik Yang Agung bagi seluruh
disebut syekh atau mursyid. kosmos atau alam semesta (Al Rasyidin,
Selain itu, dalam tradisi Islam, 2018: 136). Berdasarkan Q.S. al-Baqarah
mudarris dan ustadz juga dimaknai ayat 31, Allah Swt. mengajarkan (‘allama)
sebagai pendidik. Al Rasyidin Adam, sehingga Allah Swt. merupakan
menjelaskan bahwa mudarris berasal dari Mu‘allim bagi Adam yang menjadi
bahasa Arab, darasa, yadrusu darsan, yang muta‘allim dalam konteks ini. Dalam Q.S.
mengandung makna “terhapus, hilang al-‘Alaq ayat 5, disebutkan juga bahwa
bekasnya, melatih dan mempelajari.” Nah, Allah mengajarkan (‘allama) manusia
makna mudarris, menurut Al Rasyidin, tentang banyak hal (‘allama al-insan ma
adalah orang yang berusaha lam ya‘lam). Dua ayat ini, kata Al Rasyidin,
menghilangkan dan memberantas menunjukkan bahwa Allah Swt.
kebodohan, melatih keterampilan dan merupakan Mu‘allim bagi para Nabi dan
mengajarkan pengetahuan baru kepada manusia seluruhnya (Al Rasyidin, 2018:
peserta didiknya. Untuk kata ustadz, Al 137). Dalam Hadis riwayat Ibn Hibban,
Rasyidin (2018: 135-136) melanjutkan, dijelaskan bahwa Allah Swt. merupakan
merujuk kepada seorang guru besar atau Mu’addib bagi Nabi Muhammad Saw. (
profesor, sehingga, seorang pendidik ). Hadis ini menguatkan
sebagai ustadz harus memiliki kualifikasi bahwa Allah Swt. adalah Maha Pendidik,
profesional dalam menjalankan Murabbi, Mu‘allim, dan Mu’addib.
serangkaian tugasnya. Hakikat pendidik yang kedua
adalah para Nabi dan Rasul. Dasar
Hakikat Pendidik pendapat ini adalah Q.S. al-Baqarah ayat
Sebelumnya telah dijelaskan 151. Dalam ayat ini ditegaskan bahwa
bahwa dalam konteks falsafah pendidikan Allah Swt. mengurus para Rasul untuk
Islami, pendidik ideal dalam Islam, atau membacakan ayat-ayat Allah Swt. (yatlu
hakikat pendidik dalam Islam, adalah ‘alaikum a|>ya>tina), menyucikan jiwa
Allah Swt. dan Nabi dan Rasul. Lalu, manusia (yuzakkikum) dan mengajarkan
menurut Al Rasyidin, ada dua pendidik manusia Kitab, Hikmah dan Ilmu
lainnya yaitu ulama sebagai pewaris para (yu‘allimukum al-kitab, al-h}ikmah dan ma
Nabi dan Rasul dan orang tua sebagai lam taku>nu> ta‘lamu>n). Beberapa ayat lain
pendidik bagi anak-anak mereka (Al menunjukkan bahwa para Nabi dan Rasul
Rasyidin, 2018: 136-141). bertugas membacakan ayat-ayat Allah
Hakikat pendidik yang pertama Swt., menyucikan jiwa manusia dan
adalah Allah Swt. Pernyataan ini mengajarkan manusia Kitab, Hikmah dan
didasarkan kepada Q.S. al-Fatihah ayat 2 Ilmu seperti terlihat dalam Q.S. Ali ‘Imran

5
DOI: 10.25299/al-thariqah.2019.vol4(2).4079 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

ayat 164 dan Q.S. al-Jumu‘ah ayat 2 (Al Luqman ayat 12-19. Q.S. al-Isra’ ayat 24
Rasyidin, 2018: 137-138). Para Nabi dan menyiratkan bahwa orang tua bertugas
Rasul bahkan menjadi teladan bagi mendidik, memelihara dan mengasuh
seluruh manusia (uswah al-hasanah) anak-anak mereka sewaktu kecil (
sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al- ). Dalam Q.S. Luqman
Ahzab ayat 21. Karenanya, para Nabi dan ayat 12-19, dijelaskan bahwa Luqman
Rasul menjadi contoh bagi manusia. Jelas adalah orang yang mendapatkan hikmah
bahwa para Nabi dan Rasul merupakan dari Allah Swt., dan kemudian Luqman
murabbi, mu‘allim dan mu’addib bagi mendidik anaknya dengan mengajarkan
manusia, dan kedudukan mereka ketauhidan dan menolak kemusyrikan,
diperoleh berkat kesempurnaan mereka berbuat baik kepada orang tua, salat,
sebagai manusia. Kesempurnaan Para amar makruf nahi mungkar, sabar,
Nabi dan Rasul sebagai manusia dan kelak sederhana, dan melunakkan suara.
menjadi pendidik manusia adalah karena Dengan demikian, al-Qur’an menegaskan
mereka didik langsung oleh Maha bahwa Allah Swt. mengamanahkan orang
Pendidik, yakni Allah Swt. tua untuk mendidik anak-anak mereka.
Hakikat pendidik yang ketiga
adalah para ulama yang merupakan Kepribadian dan Tugas Pendidik
pewaris para Nabi. Di antara dalil bagi Sebagaimana telah dijelaskan di
pernyataan ini adalah Q.S. al-Fa>thir ayat atas, bahwa hakikat pendidik adalah Allah
28. Istilah ulama disebut al-Qur’an Swt., para Nabi dan Rasul dan ulama.
sebagai orang yang sangat takut Mereka adalah murabbi, mu‘allim dan
(khasyyah) kepada Allah Swt. Dalam mu’addib. Sebagai pendidik, Allah Swt.
Hadis Nabi yang terdapat dalam Sunan dan para Nabi dan Rasul memiliki
Abi Dawud, disebutkan bahwa ulama kepribadian yang harus ditiru oleh para
adalah pewaris para Nabi (al-‘ulama’ pendidik Muslim. Dalam Shahih ibn
waratsat al-anbiya’). Selain kata ulama, al- Hibban, Nabi menjelaskan bahwa Allah
Qur’an menyebutkan beberapa istilah Swt. memiliki 99 nama, dalam bahasa Al-
yang identik dengan ulama, yaitu al- Qur’an disebut al-asma’ al-husna (Q.S. al-
‘alimun (orang-orang berilmu), ulu al- Hasyr ayat 24). Para sufi, menurut
albab (orang-orang berakal), ulu al-nuha Sachiko Murata, menjelaskan bahwa
(orang-orang berakal), ulu al-‘ilm (orang- nama-nama Allah Swt. terbagi menjadi
orang berilmu), dan utu al-‘ilm (orang dua, yaitu nama-nama keindahan
yang diberi ilmu). Menurut Ali Masykur (jamaliyah) dan nama-nama keagungan
Musa, ada empat tugas ulama yang dalam (jalaliyah). Jadi, nama-nama Allah Swt.
hadis juga disebut hukama’ dan fuqaha’, memiliki dua dimensi, nama-nama
yakni tabligh (menyampaikan pesan- keindahan (jamaliyah) dan nama-nama
pesan agama, Q.S. al-Nisa ayat 63), tahkim keagungan (jalaliyah). Manusia sempurna
(memutus perkara dengan bijaksana, Q.S. (al-insa>n al-ka>mil) adalah manusia yang
al-Baqarah ayat 213), tibyan (menjelaskan dapat menyatukan kedua dimensi nama-
masalah agama berdasarkan kitab suci, nama Allah Swt. tersebut (Murata, 2004:
Q.S. al-Nah}l ayat 44), dan uswah h}asanah 103). Dalam mendidik alam dan para Nabi
(memberikan keteladanan yang baik, Q.S. dan Rasul, Allah Swt. menampilkan diri-
al-Ahzab ayat 21) (Musa, 2014: 226). Nya sebagai Maha Pendidik yang memiliki
Hakikat pendidik yang keempat kepribadian yang baik sebagaimana
adalah orang tua. Pendapat ini didasarkan termanifestasi dalam nama-nama-Nya.
kepada Q.S. al-Isra’ ayat 24 dan Q.S.

6
DOI: 10.25299/al-thariqah.2019.vol4(2).4079 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

Dalam konteks inilah, menurut Al (pelupa) (al-Jazairi, 2000: 42-43). Dalam


Rasyidin, para pendidik Muslim harus konteks ini, para pendidik Muslim harus
meneladani karakter Allah Swt. yang meniru sifat-sifat mulia para Nabi dan
tersimpul dalam al-asma’ al-husna (Al Rasul sebagai bentuk ketaatan kepada
Rasyidin, 2018: 144). M. Quraish Shihab mereka (Bandingkan dengan Ja’far dalam
(2018: 512) menguatkan bahwa seorang Asrul dan Ja’far, 2016: 279-296).
Muslim harus berakhlak dengan akhlak Secara khusus, Nabi Muhammad
Allah Swt. sesuai dengan kemampuannya Saw. sebagai Nabi dan Rasul memiliki
sebagai makhluk, dan ini merupakan sifat-sifat yang luhur dan agung. Allah
perintah Nabi kepada umatnya. Swt., menurut Quraish Shihab, (2018: 57-
Karenanya, pendidik Muslim harus bisa 58) memerintahkan Nabi Muhammad
mengaktualisasikan al-asma’ al-h}usna Saw. untuk meneladani sifat-sifat terpuji
dalam kehidupannya sebagai pendidik. para Nabi dan Rasul sebagaimana
Sekadar contoh, seorang pendidik Muslim dijelaskan dalam Q.S. al-An‘am ayat 90.
harus memiliki sifat seperti pengasih, Shihab menyebutkan bahwa Nabi Nuh
penyayang, penyabar, adil, bijaksana dan memiliki sifat gigih dan tabah, Nabi
pemaaf. Ibrahim memiliki sifat pemurah dan
Nabi dan Rasul sebagai murabbi, tekun beribadah, Nabi Daud memiliki sifat
mu‘allim dan mu’addib menampilkan diri syukur, Nabi Yahya dan Nabi ‘Isa memiliki
mereka sebagai manusia sempurna yang sifat zuhud, Nabi Yusuf memiliki sifat
memiliki akhlak yang agung (khuluq gagah dan sabar, Nabi Musa memiliki sifat
‘azhi>m). Dalam kajian teologi, wujud iman berani dan tegas, sedangkan Nabi Harun
kepada para Nabi dan Rasul adalah memiliki sifat yang lembut (Shihab, 2018:
meyakini bahwa para Nabi dan Rasul 68). Sebagaimana Nabi Muhammad Saw.
memiliki sifat-sifat istimewa, dan diperintahkan untuk meneladani sifat-
terpeliharan dari sifat-sifat tercela. sifat terpuji para Nabi dan Rasul, para
Menurut M. Taib, di antara sifat para Nabi pendidik Muslim juga harus meneladani
dan Rasul yang terpenting adalah siddik, sifat-sifat istimewa dan terpuji yang
amanah, tabligh dan fathanah (Muin, ditampilkan orang para Nabi dan Rasul
1986: 151). Dalam kitab al-Jawa>hir al- yang sukses memainkan peran sebagai
Kala>miyah, makna siddik adalah para Nabi murabbi, mu‘allim dan mu’addib bagi
membawa ajaran yang benar, sehingga umatnya masing-masing.
tidak mungkin mereka berbohong. Para Sedangkan tugas pendidik dalam
Nabi juga bersifat amanah, maksudnya perspektif pendidikan Islami mengacu
adalah bahwa mereka mereka terpelihara kepada tiga hal berikut. (1) pendidik
dari segala hal yang tidak diridai Allah Muslim bertugas melanjutkan tugas-tugas
Swt. Para Nabi juga bersifat tabligh, para Nabi dan Rasul sebagaimana
artinya mereka menyampaikan semua dijelaskan dalam Q.S. al-Baqarah ayat 151,
perintah Allah Swt., dan menjelaskannya Q.S. Ali ‘Imran ayat 164 dan Q.S. al-
dengan penjelasan yang jernih. Para Nabi Jumu‘ah ayat 2. Ketiga ayat ini
juga bersifat fathanah, artinya mereka menjelaskan bahwa Allah sebagai Maha
merupakan manusia paling sempurna Pendidik mengurus para Nabi dan Rasul
dari aspek kecerdasan dan pemahaman untuk tiga tugas. Pertama, membacakan
terhadap kehidupan. Karena itu, para ayat-ayat Allah kepada manusia. Kedua,
Nabi dan Rasul tidak memiliki sifat al- mengajarkan hikmah kepada manusia.
kazib (dusta), al-‘ishyan (durhaka), al- Ketiga, mengajarkan ilmu kepada
kitman (menyembunyikan) dan al-ghaflah manusia. Karena itu, tugas pendidik

7
DOI: 10.25299/al-thariqah.2019.vol4(2).4079 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

Muslim adalah melanjutkan tugas-tugas kepribadian para ulama di dunia Muslim.


para Nabi dan Rasul yaitu mendidik Sekadar contoh, Imam Syafi‘i selalu
peserta didik dalam hal ayat-ayat Allah, menjaga wuduknya, sehingga pendiri
hikmah dan ilmu. (2) pendidik Muslim mazhab Syafi’iyah ini selalu dalam
bertugas mengantarkan peserta didik keadaan suci dalam menjalankan aktivitas
untuk mencapai tujuan hidupnya yaitu sehari-harinya. Karena itu pula, para
bersyahadah kepada Allah Swt. (Q.S. al- pendidik juga harus suci dengan menjaga
A’raf ayat 172), menjalankan fungsinya wuduk. Dengan meneladani kepribadian
sebagai hamba Allah yang senantiasa Allah Swt., Nabi dan Rasul dan ulama,
beribadah kepada-Nya (Q.S. al-Dzariyat para pendidik Muslim akan menjadi
53), dan mengemban tugasnya sebagai pendidik ideal dalam Islam.[]
khalifah Allah Swt. di bumi (Q.S. al-
Baqarah ayat 30) (Al Rasyidin, 2018: 142-
143). (3) pendidik bertugas untuk DAFTAR RUJUKAN
meneruskan tugas para ulama sebagai
penyampai pesan-pesan agama kepada Aceh, Abubakar. Pengantar Ilmu Tarekat:
peserta didiknya, pemutus masalah Kajian Historis tentang Mistik. Solo:
peserta didiknya secara bijaksana, Ramadhani, t.t.
penjelas masalah agama kepada peserta Al-Jazairi, Thahir ibn Shaleh. Jawahir
didiknya berdasarkan kitab suci, dan Kalamiyah: Ilmu Tauhid, terj. Ja’far
pemberi teladan yang baik kepada Amir. Pekalongan: Raja Murah,
peserta didiknya. 2000.
Al-Syaibani, Omar Muhammad al-Toumy.
PENUTUP Falsafah Pendidikan Islam,
Berdasarkan kajian di atas, dapat terjemahan Hasan Langgulung.
disimpulkan bahwa pendidik ideal adalah Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Allah Swt., pada Nabi dan Rasul, dan para Arbi, Sutan Zanti. Pengantar Kepada
ulama. Tugas pendidik Muslim, dengan Filsafat Pendidikan. Jakarta:
demikian, adalah meniru para pendidik Depdiknas, 1988.
ideal tersebut, terutama memiliki dan Asrul dan Ja’far. “Pengantar Editor,”
menerapkan kepribadian para pendidik dalam Asrul Daulay & Ja’far (ed.),
ideal tersebut. Para pendidik Muslim, Falsafah Pendidikan Islami: Menguak
lebih lanjut, harus berakhlak dengan Nilai-nilai Pendidikan dalam Tradisi
akhlak Allah, sehingga pendidik Muslim Islam. Medan: Perdana Publishing,
memiliki dan menampilkan sifat 2016.
jamaliyah dan sifat jalaliyah Allah Swt. Barnadib, Imam. Filsafat Pendidikan.
sebagai Maha Pendidik. Demikian juga, Yogyakarta: IKIP Yogyakarta, 1984.
para pendidik Muslim harus meneladani Dewey, John. Democracy and Education.
sifat-sifat para Nabi dan Rasul. Secara New York: The Free Press, 1944.
teologis, ada empat sifat wajib Nabi: Gibbs, P., dan E. Blakely. Gatekeeping in
siddik, amanah, tabligh dan fathanah, BSW Programs. New York: Columbia
serta empat sifat mustahil: kazib, University Press, 2000.
khiyanat, kitman dan jahil atau ghaflah Huges, Thomas Patricks. Dictionary of
(pelupa). Karenanya, pendidik Muslim Islam. New Delhi: Adam Publisher &
haruslah menjadi sosok yang siddiq, Distributors, 2002.
amanah, tabligh dan fathanah. Kemudian, Ja‘far, Ja‘far. "Tarekat dan Gerakan Sosial
para pendidik juga harus meneladani Keagamaan Shaykh Hasan

8
DOI: 10.25299/al-thariqah.2019.vol4(2).4079 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

Maksum." Teosofi: Jurnal Tasawuf


dan Pemikiran Islam 5.2 (2015):
269-293.
Ja’far, Ja’far. “Falsafah Pendidikan Al
Jam’iyatul Washliyah,” dalam Asrul
dan Ja’far. Falsafah Pendidikan
Islami. Medan: Perdana Publishing,
2016.
Ja’far, Ja’far. “Peran Al Jam'iyatul
Washliyah Dalam Merevitalisasi
Madhhab Shafi'i Di Era
Kontemporer.” Justicia Islamica:
Jurnal Kajian Hukum dan Sosial 13.1
(2016): 1-29.
Jafar, Jafar. "Al Jam’iyatul Washliyah dan
Problem Kepemimpinan Non
Muslim dan Perempuan." Ahkam:
Jurnal Ilmu Syariah 17.2 (2017).
413-434.
Muin, M. Taib Thahir Abd. Ilmu Kalam.
Jakarta: Widjaya, 1986.
Murata, Sachiko. The Tao of Islam: Kitab
Rujukan tentang Relasi Gender
dalam Kosmologi dan Teologi Islam.
Bandung: Mizan, 2004.
Musa, Ali Masykur. Membumikan Islam
Nusantara: Respons Islam terhadap
Isu-isu Aktual. Jakarta: Serambi,
2014.
Netton, Ian Richard. A Popular Dictionary
of Islam. USA: Curzon Press, 1997.
Rasyidin, Al. Falsafah Pendidikan Islami:
Membangun Kerangka Ontologi,
Epistemologi dan Aksiologi Praktik
Pendidikan Islami. Bandung:
Citapustaka media, 2018.
Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur’an.
Bandung: Mizan, 2018.
Siddik, Dja’far. Konsep Dasar Ilmu
Pendidikan Islam. Bandung:
Citapustaka Media, 2010.
Syafaruddin dan Al Rasyidin. Filsafat
Pendidikan Islam. Medan: IAIN
Press, 2001.
Syafaruddin, et al.Ilmu Pendidikan Islam:
Melejitkan Potensi Budaya Umat.
Jakarta: Hijri, 2014.

Anda mungkin juga menyukai