Anda di halaman 1dari 2

Sejauh Mana Pengelolaan Sampah Di Indonesia?

Seperti yang kita semua ketahui, sampah masih menjadi topik utama di Indonesia. Mengutip dari
kompas.com dalam Data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Februari 2019,
merilis bahwa saat ini Indonesia menghasilkan sedikitnya 64 juta ton timbunan sampah setiap
tahunnya. Berdasarkan data tersebut, sekitar 60 persen sampah diangkut dan ditimbun ke TPA, 10
persen sampah di daur ulang, sedangkan 30 persen lainnya tidak dikelola dan mencemari lingkungan.
Direktur Pengelolaan Sampah KLHK Novrizal Tahar, ST, MSi mengharapkan tentang realisasi
program pengelolaan sampah yang ada di Indonesia, “Di tahun 2025, bisakah kita mewujudkan apa
yang telah ditetapkan presiden di tahun itu, pengelolaan sampah kita bisa dikelola 100 persen. Itu
masih dalam kondisi pertimbangan minimal, dengan 30 persen pengurangan dan 70 persen penanganan
(sampah)”.

Namun dengan adanya pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) ini membuat pengelolaan
sampah terutama sampah plastik menjadi menurun. Mengutip dari postingan Instagram narasi.tv,
pengelolaan sampah plastik masih minim, hanya 10 persen dari 6,8 juta ton sampah plastik setiap
tahunnya. Jika kondisi seperti ini terus berjalan, Indonesia akan menimbun sampah plastik sebesar 71,3
juta ton pada tahun 2025. Memang jika dilihat dari data volume sampah di Tempat Pembuangan
Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang menurun sejak adanya pandemi covid-19 ini, namun jika
pengelolaannya juga ikut menurun maka bukan hal yang tidak mungkin jika sampah kembali
menimbun. Maka dari itu perlu adanya kesadaran masyarakat sendiri untuk mengelola limbah rumah
tangga yang ada. Sayangnya beberapa masyarakat di sekitar TPST beberapa menolak untuk ikut
mengelola sampah yang ada.

Dengan adanya pandemi ini tentunya pemerintah dibantu pihak instansi lebih mengedepankan
pengelolaan limbah medis seperti masker, APD, dan limbah non medis lainnya untuk memutus mata
rantai penyebaran covid-19 . Salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan, jurusan Kesehatan
Masyarakat, Aura Salsabila Humaerah berpendapat, penurunan volume sampah dari sisi kesehatan
cukup berpengaruh, sebab menurunkan vektor penyakit yang timbul seperti lalat, dan nyamuk dari
sampah. Namun, dalam pengelolaan sampah pun perlu diperhatikan. “Dalam mengelola sampah medis
seperti obat, jarum suntik, masker dan sarung tangan sekali pakai, harus dipisahkan sesuai jenis dan
sumber limbahnya. Biasanya dibedakan warna kantong yang aman, informasikan kepada petugas
pembuangan sebelum ditangani oleh pengelola sampah, dan dibakar,” ungkapnya. Dirinya berpesan,
masyarakat harus lebih aware terkait pengelolaan sampah dan resikonya.

Dalam pengolahan sampah yang ada di TPA, sebagian besar pengelolaan sampah TPA di Indonesia
menggunakan metode open dumping dan landfill, namun ada juga metode lain yaitu pembuatan
kompos, pembakaran, pemilahan, dan daur ulang meskipun tidak banyak digunakan. (Winahyu dkk,
2013) Metode open dumping adalah metode yang paling sederhana, sampah dibuang di TPA begitu
saja tanpa perlakuan lebih lanjut, sedangkan metode landfill yaitu sampah diratakan dan dipadatkan
dengan alat berat dan dilapisi dengan tanah. Kedua metode tersebut kurang ramah lingkungan karena
berpotensi terjadi pencemaran pada air tanah dan juga pencemaran udara.
Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama dan kolaborasi antar bidang yang mampu meningkatkan
inovasi dalam pengolahan sampah. Belakangan ini muncul inovasi baru yaitu dibangunnya Pembangkit
Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di beberapa kota besar seperti Surabaya, Bekasi, Solo, dan DKI
Jakarta. Tentu tetap ada pro dan kontra dalam pelaksanaan proyek ini, yaitu metode yang digunakan.
(Purwaningsih,2012) Dalam menjalankan proyek PLTSa ini menggunakan beberapa cara yaitu
insinerasi, pirolisis, dan gasifikasi. Dalam penggunaan metode insinerasi dan pirolisis dinilai kurang
ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang cukup tinggi. Maka dari itu pemerintah perlu
memantau lebih lanjut tentang proyek PLTSa ini dan sebisa mungkin membuat inovasi metode baru
agar tidak muncul masalah baru.

Permasalahan mengenai sampah adalah masalah nasional sehingga dalam pengelolaannya harus
dilakukan secara komprehensif. Pemecahan masalah mengenai sampah memerlukan kerjasama dari
pemerintah dan masyarakat sendiri. Dimulai dari gerakaan “Konsep Bersih Mandiri” dan juga “Go
Green” di masing-masing desa bisa membantu mengurangi volume sampah yang menimbun.
Masyarakat bisa memilah sampah organik untuk dijadikan kompos dan me-recycle sampah-sampah
anorganik sebagai produk ekonomi kreatif. Dengan begitu, sampah bisa juga digunakan sebagai
peluang usaha di masa pandemi ini.

Selasa, 16 Maret 2021


Gaia Sakha Wibawa
IXF/17

Anda mungkin juga menyukai