Anda di halaman 1dari 3

ETIKA, FILSAFAT MORAL

Kalau mendengar kata ‘etika’ biasanya kita selalu menghubungkannya dengan:

- Aturan-aturan moral, atau


- Prinsip-prinsip hidup yang baik.

Memang pada umumnya teori etika mengajarkan apa yang harus dan yang tidak boleh kita lakukan
dalam kaitannya dengan martabat manusia.

Dalam sejarah filsafat Barat telah muncul berbagai teori etika, seperti:

- Teori pengembangan keutamaan, dari Aristoteles (384 – 322 SM)


- Teori kewajiban, dari Immanuel Kant (1724-1804)
- Teori utilitarianisme, dari John Stuart Mill (1806-1873)

Hari ini kita tidak akan membahas teori-teori etika tersebut (mungkin nanti kalau ada kesempatan).
Teori-teori tersebut bisa dibaca, dipelajari dari buku Etika Profesi Medis, suatu penuntun kuliah.
Sekarang kita akan sedikit mendalami pemikiran Emmanuel Levinas, seorang filsuf Prancis yang lahir
di Lithuania yang saat itu bagian dari Rusia pada 1906; pernah bersekolah di Ukraina dan meninggal
pada 25 Desember 1995. Hampir semua anggota keluarga besarnya di bunuh oleh Nazi. Istri dan
anaknya berhasil di selamatkan. Latar belakang kehidupannya itu nampaknya mendasari apa yang
sesungguhnya paling mewarnai pemikiran dan perasaan Levinas. Apabila kita bisa memahami
seluruh pemikiran filosofinya,mudah-mudahan kita lebih bisa menyadari keluhuran martabat setiap
manusia dan dapat meningkatkan tanggung jawab kita terhadap kehidupan bersama sebagai sebuah
komunitas manusia.

Sebelum kita memasuki pokok bahasan utama:

Tanggung jawab atas orang lain, yang merupakan etika (ethics) atau yang etis (the ethical) bagi
Levinas, kita akan melihat dulu secara garis besar tentang bagaimana menjadi manusia yang baik
menurut filsafat Barat. Ada dua pendekatan etika, yaitu Etika Keutamaan dan Etika Kewajiban. Etika
Keutamaan berfokus pada orangnya / pelakunya, sifat watak / akhlak orang tersebut, dan bobot
moral terletak pada orangnya. Etika Kewajiban berfokus pada perbuatannya, prinsip atau norma
moralnya, dan bobot moral pada salah satu perbuatannya.

Bagaimana sejarahnya sampai ada dua macam pendekatan penilaian etis tersebut? Yang klasik /
tradisional / keutamaan, dan yang modern / pasca tradisional / kewajiban. Filsuf-filsuf Yunani kuno,
mulai dari Sokrates, Plato dan Aristoteles menekankan pentingnya pengembangan karakter yang
baik bagi setiap orang. Pemikiran ini mendominasi hingga zaman renaisans yang secara harfiah
berarti “kelahiran kembali”, sampai kemudian para ahli hukum melihat dalam ruang sidang
pengadilan ternyata tindakan / perbuatan yang benar dan salah lebih penting ketimbang karakter.
Orang baik bisa bersalah atas perbuatan tertentu, dan orang jahat bisa dinyatakan tidak bersalah.
Sudah lazim sejarah filsafat Barat dibagi dalam tiga periode yaitu

1. Filsafat Zaman Yunani dan Romawi;


2. Filsafat Abad Pertengahan yang mulai abad ke-6 dan puncaknya abad ke-13 dan permulaan
abad ke-14;
3. Filsafat Modern yang didahului oleh pemikiran tokoh-tokoh Renaisans dan terutama
berkembang dengan filsafat Rene Descartes (1596-1650) dan biasanya ditutup dengan
pemikiran Friedrich Nietsche (1844-1900). Setelah itu kita memasuki Filsafat Kontemporer
yang meliputi seluruh periode sesudah abad ke-19 sampai sekarang.

Adapun filsafat moral atau etika, dibedakan dalam etika tradisional dan etika pasca tradisional.
Pertanyaan etika tradisional adalah: bagaimana hidup saya menjadi bermakna, bagaimana saya
dapat berbahagia? Aristoteles merumuskan jawabannya dengan jelas. Etika tradisional bersifat
eudaimonistik, mencari kebahagiaan, yang merupakan tujuan terakhir manusia. Apabila sudah
bahagia manusia tidak memerlukan apa-apa lagi. Kebahagiaan itulah yang baik pada dirinya sendiri.
Kebahagiaan bernilai bukan demi suatu nilai lebih tinggi lainnya, melainkan demi dirinya sendiri.
Namun etika modern muncul terutama dalam pemikiran Immanuel Kant yang mengatakan bahwa
pertanyaan etika tradisional itu salah, dalam arti meskipun wajar, itu tidak mengenai inti
permasalahan moral, karena menyimpang dari hakikat moralitas. Hakikat moralitas menurut Kant
adalah kesadaran akan kewajiban, kewajiban yang mutlak. Kewajiban mutlak tersebut tidak ada
kaitannya dengan kebahagiaan. Pertanyaan tentang kebahagiaan adalah masalah kebijaksanaan,
bukan moralitas. Penjahatpun ingin bahagia. Moralitas dimulai saat dimana orang tidak lagi
memikirkan dirinya sendiri, melainkan apa yang secara objektif menjadi kewajibannya.
Pertanyaannya sekarang, mana yang benar? Sejak Kant banyak filsuf yang mendukung maupun
meragukan pendekatan Kant.

Sesungguhnya antara etika keutamaan yang mengutamakan pembentukan karakter yang baik, dan
etika kewajiban yang mengutamakan prinsip-prinsip / aturan aturan moral, tidak ada dilemma,
karena moralitas selalu berkaitan dengan prinsip serta aturan, juga sekaligus dengan kualitas
manusianya sendiri, dengan sifat-sifat wataknya. Keduanya saling melengkapi.

Setiap kenyataan moral, selalu ada empat unsur yang berperan; praktis setiap perilaku moral
meliputi empat unsur ini. Oleh karena itu pendekatan etika yang komprehensif harus juga menyoroti
empat segi dari perilaku moral ini:

1. Untuk mempelajari si pelaku, teori keutamaan sangat berguna


2. Untuk memfokuskan perbuatan, kita banyak terbantu oleh teori deontology yang
mengedepankan peraturan tentang kewajiban dan tanggung jawab.
3. Dalam mempertimbangkan situasi dan kondisi, kita menggunakan metode kasuistik
4. Untuk menilai konsekuensi perilaku moral kita memakai metode teleologis dari teori
utilitarianisme

Pada umumnya, kasus-kasus etika kedokteran dibedakan dalam tiga tipe, yang masing-masingnya
membutuhkan pendekatan yang berbeda-beda pula.

1. Kasus tentang keadilan Distributif / membagi. Beauchamp & Childress menyebutkan enam
prinsip material untuk menyelesaikan kasus-kasus ini.
2. Kasus Keadilan Sosial. Disini solusinya tidak bergantung dari keputusan seorang dokter atau
RS, tetapi harus dicari dalam konteks yang jauh lebih luas, yang terkait dengan kebijakan
nasional di bidang pelayanan kesehatan.
3. Kasus tentang Dilema Moral. Kasus-kasus etika kedokteran umumnya termasuk kategori ini
yang bisa menyajikan beberapa kemungkinan tindakan bagi pasien. Solusinya memerlukan
analisis dan argumentasi untuk menjawab kemungkinan mana yang akan dipilih.
Pembahasan kasus-kasus ini berguna untuk mengembangkan kesadaran moral kita.

Anda mungkin juga menyukai