PENDAHULUAN
konflik sama sekali. Bahkan jika ada tradisi dari salah satu etnis, etnis lain turut
memeriahkan tradisi itu. Seperti selaju sampan yang merupakan tradisi dari etnis
Minangkabau juga diramaikan dan dinikmati acaranya oleh masyarakat dari etnis
lain. Begitu juga perayaan serak gulo pada tradisi etnis India dan tradisi cap go meh
oleh etnis Tionghoa. Tiga etnis ini saling melengkapi satu sama lain. Masing-
masing etnis hampir tidak memiliki stereotip negatif kepada etnis lain, karena
suasana yang diciptakan dalam bermasyarakat adalah suasana yang positif.
Bahkan tokoh pengamat Wanandi (dalam Fitri 2006, hlm. 73) mengatakan
bahwa Kota Padang menjadi salah satu kota yang cukup damai dan aman di
Indonesia. Prayetno (2019) Gubernur Sumatera Barat juga mengatakan bahwa
Sumatera Barat terbilang aman dari konflik sosial. Akan selalu ada permasalahan
internal, tapi masih bisa diselesaikan dengan cara bermusyawarah seperti yang
diajarkan dalam tatanan adat Minangkabau. Jikapun ada permasalahan di Kota
Padang, tidak akan menjadi parah seperti konflik Ambon yang memakan banyak
korban. Permasalahan yang terjadi hanya terjadi pada pertengkaran beberapa
kelompok, belum sampai dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang mempunyai suatu
kepentingan.
Secara umum, beberapa wilayah di Provinsi Sumatera Barat memiliki
riwayat konflik internal berkepanjangan karena dua permasalahan yang dominan.
Pertama, konflik yang ada tidak akan jauh dari perdebatan intelektual mengenai
ajaran agama Islam yang bersinggung dengan adat Minangkabau. Kedua, konflik
mengenai hukum tanah ulayat warisan adat (Kemendikbud, 2017). Sangat
disayangkan, dibalik adanya keharmonisan pada tiga etnis di atas terdapat beberapa
konflik antar etnis Minangkabau dalam 5 tahun terakhir. Konflik juga bervariasi
yang melibatkan pemerintah warga sipil, perusahaan terhadap pekerja buruh,
kekerasan sesama warga, perang antar kampung, orang tua pada anak, paman
dengan keponakan, dan suami terhadap istri. Konflik tersebut antara lain:
Waktu
No Wilayah Konflik Keterangan Konflik
Terjadinya
Mesjid Muhammadan yang menjadi simbol salah satu bangunan tertua tempat
berkumpulnya masyarakat Muhammadan yang ada di Padang. Persamaan
keyakinan masyarakat Minangkabau dengan masyarakat Muhammadan membuat
hubungan mereka menjadi dekat dikarenakan agama menjadi persoalan yang sangat
vital bagi masyarakat Minangkabau. Pada sisi yang sama, tidak menjadi persoalan
juga jika berbeda keyakinan seperti etnis Tionghoa, asalkan tidak untuk
menyebarkan ajaran agama yang melanggar syariat Islam.
Selain kesamaan keyakinan, faktor pendukung masyarakat Muhammadan
dapat diterima di masyarakat yaitu, terdapatnya tradisi unik yang telah dilakukan
secara turun-temurun. Tradisi ini memiliki makna syukur atas nikmat yang telah
diberikan oleh Allah SWT. Tradisi tersebut diantaranya seperti tradisi serak gulo,
dan tradisi arak cendana. Pelaksanaan kedua tradisi ini tetap satu kali dalam
setahun, yang membedakannya adalah waktu pelaksanaan dan keterlibatan
masyarakat. Serak gulo dilaksanakan pada tanggal 30 Jumadil awal dan dilakukan
setelah solat ashar. Sedangkan arak cendana dilaksanakan seminggu setelah acara
serak gulo, dan perayaannya dilakukan pada malam hari. Sebuah alasan yang
rasional bagi masyarakat Kota Padang lebih ramai menghadiri dan merayakan serak
gulo dari pada arak cendana, terkait waktu pelaksanaan kegiatan tersebut.
Serak gulo menjadi salah satu kegiatan tahunan yang terus dilakukan pada
akhir Jumadil Akhir pada kalender Hijriah oleh masyarakar Muhammadan di depan
masjid Muhammadan Pasar Gadang, Kota Padang. Kegiatan serak gulo dilirik oleh
Pemerintah Kota Padang karena pelaksanaannya begitu meriah dan sangat menarik.
Lalu serak gulo juga masuk ke dalam kalender tahunan Dinas Pariwisatan dan
Kebudayaan Kota Padang. Selain menarik para wisatawan, upaya ini dilakukan
pemerintah agar budaya yang telah mereka lestarikan sejak lama tidak hilang. Blum
(2001, hlm. 19) mengatakan bahwa adapun perasaan tersebut membuktikan bahwa
perbedaan yang ada akan memberikan kebaikan-kebaikan yang sangat positif
sehingga harus dijaga dan dihargai.
Beberapa hasil riset mengungkapkan bahwa perhelatan atau ritual
menimbulkan kerukunan dan keselarasan dengan tetangga (Geertz, 1992) dan
upacara tradisional juga memperkokoh nilai yang berlaku di tengah masyarakat,
nilai-nilai itu disimbolkan dalam bentuk upacara secara sakral (Faisal, 2007), dan
upacara ini di tata dalam adat atau hukum sosial masyarakat (Koenjaraningrat,
1994). Artinya segala aspek yang dijadikan pedoman dalam hidup adalah Al-Quran
dan Hadist. Sehingga sangat jelas jika dua pedoman di atas dijadikan sebagai
ketentuan hidup dalam masyarakat Minangkabau. Kenapa tradisi tersebut bisa
menyatukan masyarakat, karena tidak terdapat unsur SARA dan tidak mengganggu
undang-undang nagari (Abidin, 2016).
Keberagaman etnis di Kota Padang tidak menjadi sebuah kecemasan bagi
masyarakat setempat, malah sebaliknya mereka sebagai perekat satu sama lain
dalam menciptakan integrasi sosial antar etnis di Kota Padang. Gambaran mengenai
serak gulo yang merupakan sebagai ajang tempat bersilaturahmi dalam kehidupan
masyarakat Muhammadan di Kota Padang sangat bisa dijadikan contoh kehidupan
masyarakat multikultural, karena pada dasarnya setiap tempat memiliki kondisi
sosial budaya yang berbeda-beda. Walaupun terdapat perbedaan latar belakang asal
usul tidak membuat masyarakat satu dengan yang lain canggung dalam berinteraksi.
Masyarakat lebih menyatu pada kebersamaan, kegembiraan dan rasa saling
membutuhkan tumbuh antar etnis. Dari paparan tersebut peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Tradisi Serak Gulo Dalam Mewujudkan
Integrasi Sosial Antar Etnis di Kota Padang”.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis merumuskan
masalah pokok penelitian, yaitu “Bagaimana tradisi Serak gulo yang dilakukan oleh
masyarakat Muhammadan dalam mewujudkan integrasi sosial antar etnis di Kota
Padang?”. Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan,
maka masalah pokok tersebut dijabarkan dalam rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk-bentuk tradisi serak gulo yang dilakukan oleh
masyarakat Muhammadan Kota Padang?
2. Bagaimana peran-peran pemerintah dan masyarakat Kota Padang pada
pelaksanaan serak gulo?
3. Bagaimana kontribusi serak gulo dalam mewujudkan integrasi sosial antar
etnis di Kota Padang?
3. Segi Praktis
Bagi peneliti penelitian ini dijadikan kontribusi dalam melihat dan
mengamati keberagamana etnis yang ada di Kota Padang. Selain itu juga dapat
menambah pemahaman peneliti terhadap konsep multikultural dan integrasi sosial
antar etnis terkhususnya di Kota Padang.
1.5 Struktur Organisasi Tesis
Struktur organisasi tesis ini berisi rincian tentang urutan penelitian dari
setiap bab dan bagian demi bagian dalam tesis. Tesis ini terdiri dari lima bab. Bab
I merupakan bagian awal tesis yang berisi lima bagian yaitu latar belakang
penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
struktur organisasi tesis.
Bab II berisikan kajian pustaka. Dalam bab ini dikemukakan teori yang
mendukung serta definisi yang dikemukakan para pakar yang ada relevansinya
dengan masalah penelitian dan dikuatkan dengan penelitian-penelitian terdahulu
sebagai landasan berpikir untuk melakukan penelitian
Pada Bab III berisikan metode penelitian. Pada bagian ini dijelaskan
pendekatan dan metode penelitian sebagai acuan untuk memperoleh data dan
menganalisis data sehingga data yang didapat memenuhi kriteria penelitian
(kualitatif) dengan akurasi meyakinkan untuk pencapaian tujuan penelitian.
Berdasarkan pemaparan pada Bab I, II, dan III dilakukan penelitian
lapangan yang hasilnya disajikan pada Bab IV (Temuan Penelitian dan
Pembahasan) sebagai hasil proses pencarian data dan analisis data dalam bentuk
naratif komprehensif. Penekiti akan mendeskripsikan data-data yang diperoleh di
lapangan dengan menggunakan cara-cara yang sudah dijelaskan di bab III.
Dari temuan penelitian dan pembahasan ditarik kesimpulan yang disajikan
pada Bab V (Kesimpulan, Implikasi dan Rekomendasi) dengan mengemukakan
rekomendasi sebagai tindak lanjut temuan-temuan penelitian ini yang diakhiri
dengan pengakuan peneliti (keterbatasan peneliti), begitu juga kemampuan peneliti
yang terbatas sehingga penelitian ini berposisi penelitian awal yang menghimbau
untuk selanjutnya dilakukan penajaman pada kesempatan penelitian berikutnya
atau melakukan penelitian lanjutan.