Anda di halaman 1dari 7

PAPER STUDI HUBUNGAN ANTAR ETNIK

PEMETAAN KONFLIK SOSIAL PADA MASYARAKAT DUMOGA

DI KAB. BOLAANG MONGONDOW [DUMOGA]

DOSEN PENGAJAR :

Bpk. SAHRAIN BUMULO S.SOS. M.SI

DISUSUN OLEH:

FADLAN ARSYAD [281421073]

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022
KATA PENGANTAR

Dengan rahmat tuhan yang maha esa dan segala puji baginya karna berkat limpahan
rahmat dan karunianya sehingga penyusun dapat menyusun paper ini dengan tepat waktu dan
solawat serta salam kita curahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Kami
mengucap kan banyak trimakasih kepada Bpk Sahrain bumulo s.sos. m.si. atas selaku dosen
pengajar mata kuliah studi hungan antar etnik. dalam penyusunan paper ini, tidak sedikit
hambatan yang penulis hadapi. Namun kami menyadari bhawa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorangan, dan bimbingan orang-orang terdekat sehingga
kendala-kendala dapat di atasi .

Semoga paper ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khusunya para mahasiswa. Kami sadar bahwa paper ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna untuk itu, kepada dosen pengajar kami meminta
masukanya demi perbaikan pembuatan makalah selanjutanya dan mengharapkan kritik dan
sarang pembacanya.
DAFTAR ISI

BAB I

Pendahuluan……………………………………………………...…i

1.1 Latar Belakang……………………………………………..

1.2 Rumusan Masalah………………………………………….

1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………..

BAB II

Pembahasan………………………………………………………...ii

BAB III

Penutup…………………………………………………………….iv

3.1. kesimpulan………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Masyarakat dumoga di kawasan taman nasional bogani Nani Wartabone Kabupaten
bolaang mongondow dapat di bagi kedalam beberapa bidang yakni pertanian padi sawah,
pertanian peladangan berburu, pengambilan hasil hutan,[kayu dll], penambangan emas.
Masyarakat dumoga sendiri dalam tradisi pemanfaatan sumber daya alam adalah
perpaduan tradisi mongondow,minahasa,jawa dan bali.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana kondisi dumoga untuk sector ekonomi?
2. Bagaimana konflik dumoga?
1.3 Tujuan penilitian
Tujuan penilitian ini tidak lain untuk belajar lebih dalam lagi tentang masyarakat apalagi
dengan isu-isu konflik antar kampung maupun ras dan tujuan ini juga agar kiranya si
pembaca bisa mengetahui apa saja yang terjadi atau konflik” apa yang terjadi dalam kab.
Bolaang mongondow khususnya di dumoga
BAB II

PEMBAHASAN

Masyarakat dumoga di kawasan taman nasional bogani Nani Wartabone Kabupaten


bolaang mongondow dapat di bagi kedalam beberapa bidang yakni pertanian padi sawah,
pertanian peladangan berburu, pengambilan hasil hutan,[kayu dll], penambangan emas.
Masyarakat dumoga sendiri dalam tradisi pemanfaatan sumber daya alam adalah
perpaduan tradisi mongondow,minahasa,jawa dan bali. Di mana identitas masyarakat
dumoga yang multi etnik serta di kenal dengan penghasilan komoditas sumber daya alam
berupa padi dan emas. Permintaan pasar yang tinggi atau nilai ekonomis yang tinggi
terhadap komoditas padi, jagung, emas, dan lainnya membuat maraknya aktivitas
peladangan di kawasan hutan, perkebunan, persawahan, perburuan, dan penambangan
emas dikawasan dumoga. Ini menyebabkan pembentukan identitas baru kepada dumoga,
perubahan lanskap agroftresti, degradasi lingkungan.
Aktivitas penambangan emas rakyat yang di mulai era 1980-an menjadikan dumoga
dengan intensitas yang tinggi membuat dumoga sebagai daerah perebutan sumber daya
emas yang berujung pada konflik-konflik atas pencari emas dan memunculkan
perkelahian antar kampung di dumoga dengan intensitas yang tinggi membuat dumoga
memiliki angka kriminalitas yang tinggi [daerah merah] oleh banyak pihak terutama oleh
pihak kepolisian.
Hasil penilitian ini bisa di dapatkan beberapa hal yakni; peristiwa demi peristiwa pada
konflik social didataran dumoga bolaang mongondow yakni perkelahian antar kampung,
antar kelompok, dan antar penambang. Berdasarkan sejarah dumoga sebagai daerah yang
di bangun pemerintah sebagai sentra pertanian pangan yakni padi. Selanjutnya menjadi
sasaran lokasi migran dari daerah minahasa, jawa,bali, bugis, sangihe, sehingga kawasan
ini menjadi daerah multi etnik. Setelah di eksplorasi sumber daya penambangan emas
yang ada di beberapa tempat di dumoga, maka konflik baru berkembang sebagai sebuah
perebutan sumber daya alam. Perselisihan antar penambang terbawa sampai ke kampung-
kampung di dumoga.
Pemicu konflik berdasarkan jawaban responden bahwa yang tertinggi karena
kebiasaan minuman keras dan yang kedua adalah konflik dari perselisihan penambang.
Konflik-konfllik tersebut banyak di perankan oleh kampung-kampung yang berlatar
belakang etnik minahasa dan selanjutnya mongondow. Dan terbanyak antar migran, lalu
antar migran dan pemukim awal. Kampung-kampung tersebut yang terbanyak berselisih
adalah tambun dan selanjutnya imandi. Konflik-konflik tersebut berdasarkan jawaban
responden sedikit yang menyangkut suku dan agama, ada beberapa kasus terkait dengan
suku agama seperti tarakam kampung pusian vs toruakat, tonom vs ibolian. Berdasarkan
jawaban responden bahwa meski mereka banyak berinteraksi dengan suku dan agama
yang berbeda namun perbedaan tersebut tidak menjadi masalah karena mereka masih
menerima keberagamaan. Dalam penyesalan konflik yang paling di harapkan adalah
pemerintah setempat serta aparat hokum.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari apa yang telah di bahas dalam hasil penilitian bahwasanya dumoga
memiliki multi etnik dan sumber-sumber daya alam yang beruapa penambangan,
persawahaan, serta perburuan sehingga dumoga ini banyak terjadi konflik-konflik
perselisihan dan penambang sampai terikut arus di kampung”. Serta pemicu konflik
lainnya di karenakan minuman keras.

Anda mungkin juga menyukai