Anda di halaman 1dari 20

1

MAKALAH

“TOLERANSI”
Disusun Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemikiran dan Peradaban Islam

Dosen Pengampu : Dr. Sahudi, MHI, M. PdI

Di Susun oleh:

1. Umi Faridatul B

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MULTIKULTUR


PROGRAM STUDI PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
FATTAHUL MULUK PAPUA
2021
2

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim.....

Segala puji hanya kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah- Nya, kami
dapat menyelesaikan Makalah kami ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan kami, yakni Nabi besar Muhammad SAW, dengan mengucapkan, “Toleransi”, karena
terciptanya kerukunan antar umat beragama diciptakan dari sikap toleransi.

Jayapura, 30 September 2021

Penulis
3

DAFTAR PUSTAKA
Kata Pengantar

Daftar Isi............................................................................................................................. 3

Pendahuluan ...................................................................................................................... 4

1. Rumusan Masalah.................................................................................................... 4
2. Tujuan Masalah....................................................................................................... 4

Pembahasan....................................................................................................................... 4

1. Definisi Toleransi................................................................................................... 7
2. Bentuk Sikap Toleransi .......................................................................................... 10
3. Dampak Sikap Toleransi......................................................................................... 16

Penutup............................................................................................................................... 19

Kesimpulan......................................................................................................................... 19

Saran................................................................................................................................... 19

Daftar Pustaka................................................................................................................... 20
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah bangsa yang kompetisi etnisnya sangat beragam. Begitu pula dengan
agama, aliran kepercayaan, bahasa, adat istiadat, orientasi kultur kedaerahan serta
pandangan hidupnya. Jika diurai lebih terinci, bangsa Indonesia memiliki talenta, watak,
karakter, hobi, tingkat pendidikan, warna kulit, status ekonomi, kelas sosial, pangkat dan
kedudukan, varian keberagamaan, cita-cita, perspektif, orientasi hidup. Tingginya
pluralisme bangsa Indonesia membuat potensi konflik bangsa Indonesia juga tinggi. Potensi
perpecahan dan kesalahpahaman juga tinggi. Baik konflik dalam skala kecil maupun besar.
Hal tersebut secara umum, dapat kita temui pada wilayah Papua khususnya kota
Jayapura. Pada kota tersebut, terdiri dari orang Papua dan non Papua. Yang saat ini dihuni
oleh berbagai suku bangsa, apabila dibandingkan dengan kelompok suku asli yang memiliki
kawasan Port Numbay. Penelitian yang dilakukan LSM KIPRA pada tahun 2014
menyatakan bahwa jumlah penduduk kota Jayapura berjumlah : 273.928 (sensus penduduk
kota Jayapura tahun 2012), sedangkan penduduk asli Port Numbai berjumlah 3.633 jiwa.
Apabila kita hubungkan jumlah penduduk kota Jayapura dengan jumlah penduduk asli Port
Numbay maka kita dapat jumlahkam 270.295 jiwa. Atas dasar hal tersebut dapat kitakan
bahwa Jayapura saat ini multi-enis dan penduduk asli semakin berkurang apabila
dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk kota Jayapura yang meningakat setiap
tahunnya.1
secara tradisional orang Papua adalah ras Melanesia yang memiliki ciri khas fisik dan
budaya yang berbeda dengan suku-suku bangsa lain di Indonesia. orang asli Papua yang
mendiami pulau Papua bagian barat terdiri dari 250 suku bangsa. Mereka tinggal tersebar
pada empat zona ekologis pulau Papua bagian barat yang berbeda yaitu (1) Zona Rawa,
pantai dan sepanjangn aliran sungai yang meliputi: daerah yang didiami oleh Suku Asmat,
Jagai, Marid Anim, Orang Komoro dan Waropen. (2)Zona Dataran Tinggi; meliputi daerah
yang didiami oleh suku Dani, Ngalun dan orang Ekari/Mee (3) Zona Kaki Ginung dan
Lembah-Lembah Kecil; meliputi daerah yang didiami suku Sentani, Nimboran,
Meybrat/Ayamaru dam orang Muyu; dan (4) Zona Dataran Rendah dan Pesisir ; meliputi
daerah yang didiami daerah Sorong sampai Nabire, Biak, Yapen.
1
Ridwan Al Makassary, Dialog dan Redikalisme Agama di Tanah Papua , (Papua:Forum Kerukunan
Umat Beragama, 2016), hal.07
5

Kondisi zona ekologis tersebut turut mempengaruhi unsur budaya sehingga


terjadi perbedaan budaya antara mereka, terutama sistem religi, sistem organisasis sosial
yang berhubungan kesenian, sistem mata pencaharian, sistem pengetahuandan tehnologi
serta bahasa mereka. Kelompok-kelompok etnis atau suku bangsa mendiami 4 zona ini,
memiliki karakteristik budaya yang berbeda sehingga terlihat banyak ciri khas budaya
kelompok satu dengan kelompok yang lainnya. Faktor-faktor seperti ini jarang diperhatikan
oleh para pelaksana pembangunan di tanah Papua hingga banyak sekali program
pembangunan yang mengalami kegagalan, hanya kerena pendekatan yang digunakan salah,
yaitu perencana pembangunan di tanah Papua tidak memahami kondisi sosial budaya
masyarakat lokal.

Perbedaan karaketeristik budaya yang dimiliki oleh setiap suku bangsa di tanah Papua
yang mendiami Kota Jayapura juga sering muncul konflik yang merupakan akibat dari
perbedaan karakter budaya yang dimilikinya serta egoisme kelompok suku yang besar.
Situasi seperti ini sangat berpotensial dalam memunculkan konflik identitas antar sesama
etnis orang asli Papua di Kota Jayapura. Misalnya rasa egoisme yang selalu didorong oleh
kepentingan politik tanah Papua. Issu-issu ini merupakan potensi konflik yang menciptakan
oleh situasi politikm menjadi bom waktu yag sementara tunggu waktu untuk meledak
apabila tidak ditangani secara baik oleh pihak yang berkompeten. Perlu kita ketahui jumlah
penduduk kota Jayapura diatas 273.928 dan jumlah asli 3.633 jiwa dimana merupakan
kondisi sosial yang perlu ditangani serius oleh pemerintah daerah khususnya kota Jayapura.

Sejarah masuknya etnis atau migran dari luar dimulai sejak pemeritahan Belanda,
kemudian pemerintahan Indonesia yang terkenal dengan program transmigrasi dan hingga
saat ini arus migran yang masuk semakin meningkat dibeberapa kabupaten dan kota di tanah
Papua (Provinsi Papua dan Papua Barat). Masuknya migran ke Papua, merubah kondisi
sosial budaya di beberapa kabupaten kota di provinsi Papua, termasuk kota Jayapura.
Dengan kebaragaman tersebut bukanlah hal yang mengahruskan kita untuk saling
menjatuhkan, merendahkan, bahkan membenci satu dengan yang lainnya. saling
menghormati dan saling bekerja sama adalah suatu sikap yang harus dilakukan oleh
pemeluk agama. Dengan menerapkan sikap toleransi yang bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat yang bersatu tanpa pedulu perbedaan dan latar belakangnya.

Masalah toleransi beragama adalah masalah yang selalu hangat dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Sampai sekarang ini, masih bayak kelompok yang
6

melakukan perbuatan intolerenasi. Oleh karena itu, sikap toleransi identik sejak dini dan
dijadikan dasar untuk mengembangkan budaya toleransi, demi menjaga keutuhan negara.
Toleransi merupakan elemen dasar yang dibuthkan untuk menambah kembangkan sikap
memahami dan menghargai perbedaan yang ada pada kehidupan.2

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul


“Toleransi” khususnya di kota Jayapura. Karena di kota Jayapura ini, terdiri berbagai
macam ras, suku dan budaya. Dengan demikian, toleransi sangat dibutuhkan sebagai
jembatan menuju perdamaian di tanah Papua khususnya Jayapura.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan makna dai sikap toleransi?
2. Bagaimana bentuk-bentu sikap toleransi ?
3. Bagaimana dampak adanya sikap toleransi?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui makna dari toleransi
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari toleransi
3. Untuk dampak adanya sikap toleransi

BAB II

2
Kemenag RI Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Toleransi Beragama Mahasiswa
(Studi Tentang Pengaruh Kepribadian, Keterlibatan Organisasi, Hasil Belajar Pendidikan Agama dan Lingkungan
Pendidikan terhadap Toleransi Mahasiswa Berbeda Agama Pada 7 Perguruan Tinggi Umum Negeri), (Jakarta:
Maloho Jaya AbadiPress, 20210), hal.V
7

PEMBAHASAN
A. Toleransi

Toleransi perlu dimunculkan dari setiap diri individu maupun kelompok untuk
menumbuhkan rasa perdamaian dalam keberagaman di sekitar lingkungan. Dalam Webster’s
Dictionary of American Lenguange, kata “ toleransi” secara etimologis dari bahasa Latin,
tolerare yang berarti menahan, menanggung membetahkan , membiarkan, dan tabah.”
Dalam bahasa Inggris kata itu berubah menjadi tolerance yang berarti “sikap membiarkan,
mengakui dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan.” 3
Sedangkan dalam Kamus Besar Indonesia dijelaskan, toleransi adalah sifat atau sikap
toleran, yaitu bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)
pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan) yang berbeda atau
bertentangan dengan pendirian sendiri, misalnya toleransi agama (ideologi, ras dan
sebagainya).4

Dalam bahasa Arab, kata toleransi – mengutip Kamus al Munawir- biasa disebut
dengan istilah tasamuh yang berarti sikap membiarkan atau lapang dada. A Zaki
mengataka, tasamuh (toleransi) adalah pendirian sikap yag termanifestasikan pada
kesediaan untuk menerima berbagai pandangan dan pendirian yang beranekaragam,
meskipun tidak sependapat dengannya. Lebih jelas bahwa tolerasni ini erat kaitannya
masalah kebebasan atau kemerdekaan hak asasi manusia dalam tata kehidupan masyarakat,
sehingga mengizinkan berlapang dada terhadap adanya perbedaan pendapat dan keyakinan
dari setiap individu. Kamus Oxford menegaskan bahwa toleransi adalah kemampuan
untuk menanggung peneritaan atau rasa sakit.” Deklarasi prinsip-prinsip toleransi UNESCO
menyatakan bahwa “toleransi adalah rasa hormat, penerimaan, dan penghargaan atas
keragaman budaya dunia yang kaya, berbagai bentuk ekspresi diri, dan cara-cara menjadi
manusia.

Sullivan, Pierson, dan Marcus, sebagaimana dikutip Saiful Mujani, toleransi


didefinisikan sebagai a willingnes to “putup with” those things on rejects of opposes, yakni
kesediaan untuk menghargai, menerima, atau menghormati segala sesuatuyang ditolak atau
ditantang oleh seseorang. J.P Ciplin mengatakan toleransi adalah suatu sikap libelaris, atau
sikap tidak mau ikut campur dan tidak mau campur tangan dan tidak mengganggutingkah
3
Bahari, Toleransi Beragama Mahasiswa, (Jakarta:Maloho Jaya Abadi Press, 2010), hal. 52
4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), hal. 1204
8

laku dan keyakinan orang lain. Lorren Bagus juga menjelaskan, toleransi adalah sikap
seorang yang sabar terhadap keyakinan filosofis dan moral yang dianggap berbeda, dapat
disanggah, atau bahkan keliru. Sikap semacam ini tidak berarti setuju terhadap keyakinan-
keyakinan tersebut. juga tidak berarti acuh tak acuh terhadap kebenaran dan kebaikan,
dan tidak harus didasarkan atas agnotisisme, atau skiptisisme, melainkan lebih pada sikap
hormat terhadap plurifornitas dan martabat manusia yang berbeda.

Benyamin Intan dalam bukunya, Public Religion and the Pnacasila Based State of
Indonesia mengutip David Litle membagi pengertian toleransi dalam dua bagian: Pertama,
dalam definisinya, yang minimal, yaitu “jawaban pada seperangkat kepercayaan, praktik
atau atribut, yang pada awalnya dianggap sebagai menyimpang atau tidak bisa diterima,
dengan ketidaksetujuan, tetapi tanpa menggunakan kekuatan atau paksaan.” Kedua, dalam
bentuknya yang paling kuat, toleransi bisa didefinisikan sebagai “(sebuah) jawaban kepada
seperangkat kepercyaan, praktik, atau atribut, yang awalnya dianggap sebagai penyimpang
atau tidak bisa dierima, dengan ketidaksetujuan yang disbulimasi tetapi tanpa menggunakan
kekuatan atau paksaan.” Sedangkan menurut Little, “ketidaksetujuan yang disublimasi”
adalah suatu yang bisa dinilai, suatu yang dibangun bisa dinilai, suatu yang membangun,
baik dalam bagian kepercayaan-kepercayaan yang menyimpang itu sendiri atau di dalam
proses memberi menerimayang terjadi diantara pendukung ide-ide yang bertikai,
betapapun besarnya ketidakkesepakatan yang ada.”

Dengan mengunakan perspektif psikologi sosial, Yayah Khisbiyah menjelaskan,


toleransi adalah kemampuan untuk menahankan hal-hal yang tidak kita setujui atau tidak
kita sukai, dalam rangka membangun hubungan sosial yang lebih baik. Toleransi
masyarakat adanya penerimaan dan penghargaan terhadap pandangan, keyakinan, nilai,
serta praktik orang kelompok lain berbeda dengan kita. Intoleransi adalah
ketidakmampuan atau ketidakmauan untuk bertoleran, muncul karena kita tidak bisa terjadi
pada tataran hubungan interpersonal, seperti hubungan antara kakak dan adik, orang tua dan
anak, suami dan istri, antar teman, atau antar kelompok. Dalam hubungannya dengan agama
dan kepercayaan, toleransi berarti menghargai, membiarkan, membolehkan kepercayaan
agama yang berbeda tetap ada. Walaupun berbeda agama dan kepercayaan seseorang.
Toleransi tidak berarti bahwa seseorang harus melepaskan kepercayaannya atau ajaran
agamanya karena berbeda dengan yang lain, tetapi mengizinkan perbedaan itu tetap ada .
9

Dalam Al Qur’an Allah mengajarkan agar hambanya melakukan hidup toleransi yaitu
Q.S. Al Kafirun ayat 6 sebagai berikut:

‫َلُك ْم ِد ْي ُنُك ْم َو ِلَي ِد ْي ِن‬


Teejemahnya: “Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku.” (Q.S. Al Kafirun ayat: 6)5

Toleransi yang dimaksud pada surah Al Kafirun adalah mengacu pada kesediaan
untuk tidak mencampuri keyakinan, sikap dan tindakan orang lain, meskipun mereka tidak
menyukai. Negarapun tidak boleh terlibat dalam urusan agama, dan juga tidak boleh
ditangani oleh sekelompok agama tertentu. Dalam masyarakat muslim, toleransi berujuk
pada sikap dan perilaku kaum muslim terhadap non muslim, dan sebaliknya. Secara
historis, toleransi secara khusus mengacu pada hubungan antar kaum muslim dan para
pengikut agama Semitis lainnya, Yakni Yahudi dan Kristen. Hubungan antar kaum muslim,
Kristen, dan Yahudi sangat rumit dan mengalami pasang surut dari abad ke abad. Jadi,
toleransi beragama adalah sikap sabar dan menahan diri untuk tidak mengganggu dan tidak
melecehkan agama atau sistem keyakinan dan ibadah penganut agama-agama lain.
Dari uraian diatas, diketahui bahwa kendati toleransi merupakan sikap keberagaman
yang positif, namun masih bersifat pasif, sebab hanya sekedar membiarkan yang lain (the
other), tanpa kehendak memahami, dan tanpa keterlibatan aktif untuk kerjasama. Namun
demikian, konsep tersebut tidak mengurangi nilai penting untuk dimiliki warga negara demi
terwujudnya kurukunan umat beragama. Sebaliknya tidak toleran (intolerant) merupakan
satu sikap yang harus dijauhi karena menimbulkan ketegangan, gesekan, bahkan konflik
antar umat beragama. Yusuf al-Qardhawi berpendapat bahwa toleransi sebanarnya tidak
bersifat pasif, tetapi dinamis. Pertama, toleransi dalam bentuk hanya sebatas memberikan
kebebasan kepada orang lain untuk memeluk agama yang diyakini, tetapi tidak memberinya
kesempatan untuk melaksanakan tugas-tugas keagamaan yang diwajibkan atas dirinya.
Kedua, memberinya hak untuk memeluk agama yang diyakini, kemudian tidak memaksanya
mengerjakan suatu berbagai larangan dalam agamanya. Ketiga, tidak mempersempit gerak
mereka dalam melakukan hal-hal yang menurut agamanya halal, meskipun hal tersebut
diharamkan bagi agama kita.
Berdasarkan elaborasi diatas,secara konseptual dan metodologis, maka pertama,
tolerasi tidak merujuk pada perbedaan, tetapi penerimaan terhadap perbedaan. sebab itu,
seberapapun besar dan jauhnya perbedaan tidak menggambarkan kondisi tolerasi beragama.
5
Add.Al-Qur’an In Word
10

Kedua, toleransi beragama sebenarnya merujuk kepada situasi relasioanal yang relatif
damai, diantara berbagai umat beragama yang berlainan. Terlepas dari kegaduhan dan
ketegangan yang ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas berbagai kelompok partisan diranah
publik, sepanjang mereka benar-benar menolak apalagi menghilangkan eksitensi kelompok-
kelompok agama lain. Dan hal ini merujuk pada demokrasi yang kemunginan siapa pun
bebas mengekspresikan diri dalam ruang publik, termasuk penolakannya kepada kelompok
beragam lainnya. Hal tersebut berarti, konsep tentang toleransi mengandaikan pondasi nilai
bersama sehingga idealitas bahwa agama-agama dapat hidup berdampingan secara
koeksistensi harus diwujudkan.
Dari beberapa penjelasan mengenai pengertian toleransi beragama tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa toleransi beragama adalah kesadaran seseorang untuk menghargai,
menghormati, membiarkan, dan membolehkan pendirian, pandangan, keyakinan,
kepercayaan, serta memberikan ruang bagi pelaksanaan kebiasaan, perilaku, dan praktek
keagamaan orang lain yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri dalam
rangka membangun kehidupan bersama dalam hubungan sosial yang baik.

B. Bentuk-Bentuk Toleransi
1. Toleransi pada Jual Beli

Shahih Bukhari 3194:


Telah bercerita keepada kami Musa bin Ismai’il telah bercerita kepada kami Abu
‘Awanah telah bercerita kepada kami ‘Abdul Malik dan Rabi’iy Hirasy berkata: ‘ Uqbah
bin ‘Amru berkata kepada Hudzaifah : “Tidaklah kamu bersedia untukmenceritakan
apa yang kamu dengar dari Rasulullah SAW?” Hudhaifah berkata : “Sungguh aku
pernah mendengar beliau bersabda: “Dajjal akan keluar bawaair dan api. Adapun apa
11

yang dilihat manusia sebagai api sebenarnya adalah air yang dingin, sedangkan air yang
dilihat sesungguhnya adalah api yang membakar.6
Hudhaifah berkata pula: Dan aku pernah juga mendengar beliau bersabda: “ada
kaum sebelum kalian datangi malaikat untuk meencabut nyawanya lalu ditanya
kepadanya : “Apakah kamu pernah beramal kebaikan? “Orang itu menjawab : “Aku tidak
tahu.” Dikatakan kepadanya: “ Coba kamu ingat-ingat!” orang itu kembali menjawab: “
Aku tidak tahu apapun, kecuali aku pernah melakukan transaksi jual beli sesama
manusia, terhadap kelonggaran hartanya pun aku memberikan toleransi waktu
membayar hutangnya, dan terhadap yang kesulitan aku maafkan.” Kemudian Allah
SWT memasukkannya dalam surga. dari Hadist Shahib Bukhari menerangkan bahwa:
“Toleransi dapat diwujudkan dalam bentuk jual beli.”
Sikap toleransi terutama dalam transaksi jual dan beli, sebagai umat Islam kita
diajarkan untuk menakar ataupun menimbang secara jujur agar tidak merugikan orang
lain demi mendapatkan keuntungan pribadi dan memberikan keringanan kepada para
pembeli. Hal tersebut dapat dilakukan seorang penjual dengan memberikan keringanan
kepada pembeli karena kamampuan ekonomi. Tidak semua orang mau dengan pemberian
orang dengan gratis atau cuma-cuma, maka penjual dapat melakukannya karena semata-
mata karena Allah SWT.

Sanad Sunan Shahih Bukhari 3194

Biografi Perawi 1 Jalur 1


Nama : Hudzaifah bin Al Yaman Laqob :
Kunyah : Abu ‘Abdullah Negeri Hidup : kufah
Nasab :- Negeri Wafat :-
Kalangan: Shahabat Tahun Wafat : 36 H
Komentar Ulama Tentang Perawi
Nama : 52 Ibnu Majah : 35
Muslim : 43 Darimi : 16
Tirmidzi : 24 Ahmad : 223
Abu Daud : 29 Malik :0
Nasa’i : 29

Biografi Perwai 1 Jalur 2


6
Sahudi, Studi Hadist, (Yogyakarta: Idea Press, 2020), hal.17
12

Nama : Uqbah bin “ Amru bin Tsalabah Laqob :


Kunyah : Abu Mas’ud Negeri Hidup : kufah
Nasab : Al Anshariy Al Badriy Negeri Wafat :-
Kalangan: Shahabat Tahun Wafat : 40H
Komentar Ulama Tentang Perawi
Nama : 52 Ibnu Majah : 35
Muslim : 43 Darimi : 16
Tirmidzi : 24 Ahmad : 223
Abu Daud : 29 Malik :0
Nasa’i : 29
Perawi : Sahabat
Jumlah Hadist yang diriwayatkan Perawi :
Nama : 45 Ibnu Majah : 17
Muslim : 30 Darimi : 14
Tirmidzi : 13 Ahmad : 71
Abu Daud : 18 Malik :3
Nasa’i : 22

2. Toleransi pada Hutang Piutang

Sunan Ibnu Majah 2411


Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyasyar berkata: telah
menceritakan kepada kami Abu Amir berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu Amir
berkata : telah meceritakan kepada kami Syu’bah dari Abdul Malik bin Umair berkata : aku
mendengar Rib’i bin Hirasy menceritakan dari Hudzaifah dari Nabi shallahu alaihi
wassalam, beliau bersabda : “Seorang laki-laki meninggal, kemudian dikatakan kepadanya,
13

apa yang pernah kau lakukan ?” ia menyebutkan atau disebutkan kepadanya –laki-laki itu
berkata: “aku memberikan toleransi dan kemudahan dalam masalah hutang piutang kepada
orang yang kesusahan. Lalu Allah SWT pun mengampuni. “Abu bin Mas’ud berkata : “Aku
mendengar hadist Rasulullah SAW.”
Pada hadist diatas, bentuk toleransi dalam hutang piutang. Dimana seorang
memberikan kelonggaran kepada penghutang karena kesusahan pada harta. Islam
memberikan aturan dalam masalah hutang piutang, agar orang memberikan hutang
(kreditur) tidak terjebak dalam kesalahan dosa besar, yang akan membuaat amalnya sia-sia.
Dosa itu adalah dosa riba dan kedzaliman. Karena umunya riba dan tindakan kedzaliman
terjadi dalam masalah hutang piutang. Dalam agama Isam menyarankan agar selalu
melakukan pencatatan dalam transaksi utang piutang. Hali ini termuat firman Allah SWT,
pada surah Al Baqarah; ayat 282 :

Terjemahannya : “Dengan demikian, orang-orang yang beriman, apabila kamu


muamalah (179) tidak secara tunai untuk waktu ditentukan, hendaklah
kamu menulisnya dan hendakalah seorang penulis di antara kamu
menuliskan dengan benar. (Q.S. al Baqarah : 282).

Sanad Sunan ibnu Majah 2411

Biografi Perawi ibnu Majah 2411


Nama : Hudzaifah bin Al Yaman Laqob :
Kunyah : Abu ‘Abdullah Negeri Hidup : kufah
Nasab :- Negeri Wafat :-
Kalangan : Shahabat Tahun Wafat : 36 H
Komentar Ulama Tentang Perawi
Nama : 52 Ibnu Majah : 35
Muslim : 43 Darimi : 16
Tirmidzi : 24 Ahmad : 223
Abu Daud : 29 Malik :0
Nasa’i : 29

Biografi Perwai 1 Jalur 2


Nama : Uqbah bin “ Amru bin Tsalabah Laqob :
14

Kunyah : Abu Mas’ud Negeri Hidup : kufah


Nasab : Al Anshariy Al Badriy Negeri Wafat :-
Kalangan : Shahabat Tahun Wafat : 40H
Komentar Ulama Tentang Perawi
Nama : 52 Ibnu Majah : 35
Muslim : 43 Darimi : 16
Tirmidzi : 24 Ahmad : 223
Abu Daud : 29 Malik :0
Nasa’i : 29
Perawi : Sahabat
Jumlah Hadist yang diriwayatkan Perawi :
Nama : 45 Ibnu Majah : 17
Muslim : 30 Darimi : 14
Tirmidzi : 13 Ahmad : 71
Abu Daud : 18 Malik :3
Nasa’i : 22

3.Toleransi Beragama

Musnad Ahmad 24771:

Telah menceritakan kapada kami Sulaiman bin Daud telah megabarkan kepada kami
Ibnu Abu Azzinad dari Abu Azzinad berkata: “Urwah pernah berkata kepadaku:
Sesungguhnya Aisyah berkata: “ Pada suatu hari Rasulullah SAW bersabda: “Hendaknya
orang Yahudi mengetahui bahwa di dalam agama kita terdapat kelapangan, sesungguhnya
saya diutus dengan agama yang lurus yang penuh toleran.

Dalam uraian hadist diatas, bahwa agama Islam memiliki toleransi yang sangat
tinggi. Kita harus memahami bahwa Tuhan yang kita sembah sebagai umat Islam tentu
15

berbeda dengan Tuhan dari agama lain. Begitu halnya dengan tempat ibadah yang kita
gunakan. Oleh karena itu, kita tidak boleh memaksakan pemeluk agama lain untuk
menganut ajaran Islam yang kita yakini. Begitu pun kita tidak seharusnya menghina atau
menganggu umat agama lain yang memiliki perbedaan keyakinan dengan yang kita jalani.
elain itu, sikap saling menghormati antar umat beragama penting untuk dilakukan agar tidak
menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat. Pada dasarnya, hidup rukun dan saling
bertoleransi antar setiap umat beragama tidak menunjukkan adanya ikut campur antara
ajaran agama yang satu dan yang lainnya. Namun, dengan adanya sikap toleransi di tengah
perbedaan tersebut akan semakin mengokokohkan rasa kebersamaan dan perdamaian antar
masyarakat. Tradisi-tradisi keagamaan yang dimiliki suatu kelompok justru bisa
menyatukan keanekaragaman antar pemeluk agama lain. Dengan demikian nilai-nilai
agama serta sikap toleransi yang diajarkan sejak dini kepada anak bisa menjadi pengendali
dalam kehidupannya di masa depan. Terutama saat menemukan perbedaan-perbedaan di
sekitarnya.

Toleransi pada kehidupan sehari-hari, bukan hanya pada beda agama akan tetapi
dalam bentuk hal kegiatan yang menyangkut agama. Berikut ini contoh yang sering kita
jumpai, saat ibu Nur saudaranya meninggal kakak iparnya tidak ingin mengadakan acara 40
hari. Sedangkan ibu Nur dan suami ingin mengadakan acara 40 hari. Karena berbeda
pendapat maka ibu Nur dan suaminya mengalah tidak mengadakan 40 hari bukan karena
lebih muda, akan tetapi bu Nur dan suami memilih untuk mendoakannya secara pribadi.

Sanad Musnad Ahmad 24771:

Biografi Perawi 1
Nama : Aisyah binti Abu Bakar Ash Shidiq Laqob : Ummu
Al Mu’minun
Kunyah : Ummu ‘Abdullah Negeri Hidup : Madinah
Nasab : At Timiyyah Negeri Wafat : Madinah
Kalangan : Shahabat Tahun Wafat : 58 H
Komentar Ulama Tentang Perawi
Perawi : Shahabat
Bukhari : 849 Ibnu Majah : 386
Muslim : 630 Darimi : 195
Tirmidzi : 288 Ahmad : 2395
16

Abu Daud : 429 Malik : 128


Nasa’i : 664

Biografi Perawi 2
Nama : Urwah bin Az Zubair bin Laqob :
Al “Awwam
Kunyah : Abu ‘Abdullah Negeri Hidup : Madinah
Nasab : Al Asadiy Negeri Wafat :-
Kalangan : Tabi’in kalangan pertengahan Tahun Wafat : 93 H
Komentar Ulama Tentang Perawi:
Al Ajli : Tsaqah Ibnu Hajar : Tsiqah
Ibnu Hibban: disebutkan dalam ‘Ats Tsiqat
Nama : 659 Ibnu Majah : 165
Muslim : 328 Darimi : 97
Tirmidzi : 131 Ahmad : 890
Abu Daud : 210 Malik : 149
Nasa’i : 270

C. Dampak Toleransi

Paksaan menganut suaatu agama tidak akan membuat orang betul-betul yakin dengan
agama paksaan tersebut. Orang yag dipaksa atau ditekan agar berpindah agamanya hanya
pada lahirnya menganut agama baru itu sedagkan dalam batinnya ia masih berpegang keras
pada agama semulanya. Jika muncul kesempatan, orang itu akan cepat meninggalkan agama
yang dipaksakan kepada dirinya tersebut. Dengan demikian, apa yang dimaksud oleh
pemeluk agama yang memaksakan agama tersesbut, yaitu untuk menyelamatkan manusia
yang dianggap tersesat itu, tidak akan tercapai. Orang yang dipaksa menukar agamanya itu
hakikatnya masih hidup tetap “sesat” dan masih tetap tidak dapat “diselamatakan.
Kesadaran ini dapat melahirkan sikap toleransi antaragama. 7 Berikut ini beberapa dampak
positif dari toleransi antar amat berugama. Pertama, “Memajukan ekonomi.” proses
masuknya Islam ke Indonesia tidak dilakukan dengan kekerasan atau kekuatan militer.
Penyebaran Islam dilakukan secara damai berangsur-angsur melalui beberapa jalur,

7
Sufaat Mansur, Toleransi Dalam Agama Islam, (Yogyakarta: Harapan kita, 2012), hal. 42
17

diantaranya jalur perdagangan, perkawinan, pendirian lembaga pendidikan pesantren, dan


lain sebagainya. Dengan jalur damai perdagangan ini pula, Islam dikenal ditengah Papua.
Penyebaran Islampun masih relatif terbatas hanya di sekitar kota-kota pelabuhan. 8 Kedua,
“Terciptanya keberagaman multikultural.” dapat kita lihat pada suasana moment lebaran
maupun perayaan natal mereka open house berbagi kemeriahan dan kebahagiaan bagi
siapa saja yang mau datang. Boleh dikatakan bahwa ini merupakan budaya yang boros,
namu sebaliknya tersimpan semangat bersaudara dan hidup keharmonisan dengan tetangga,
kerabat, teman, kolega, dan keluarga dengan sikap toleransi. Selain itu, dapat kita lihat
beberapa gereja menggunakan pengeras suara yang menunjukkan bahwa agama Islam
melakukan toleran pada agama lain. ketiga, “Terciptanya kerukunan.” Dengan adanya
toleransi antar umat beragama menjadikan hidup rukun dan berdampingan. Banyak kita
jumpai masjid berdampingan dengan gereja, hal ini menjadi pemandangan yang luar biasa
khususnya Jayapura. Betapa indahnya hidup dengan penuh toleransi tanpa memaksakan
kehendak pada orang lain sebagaimana pengamalan sila pertama pancasila. Dengan
demikian, Islam mengajarkan umatnya bersikap toleran, bukan hanya kepada agama
Yahudi atau Kristen, tetapi juga kepada agama lain. Sebagaimana Q.S. Al Baqarah ayat 256:

‫ٓاَل ِاْك َر اَه ِفى الِّدْيِۗن َقْد َّتَبَّيَن الُّر ْش ُد ِم َن اْلَغ ِّي ۚ َفَم ْن َّيْكُفْر ِبالَّطاُغ ْو ِت َو ُيْؤ ِم ْۢن ِباِهّٰلل َفَقِد اْسَتْمَس َك‬ 

. ‫ِباْلُعْر َو ِة اْلُو ْثٰق ى اَل اْنِفَص اَم َلَهاۗ َو ُهّٰللا َسِم ْيٌع َع ِلْيٌم‬

Terjemahnya:“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah


jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang
siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia
telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus.
Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Q.S. Al Baqarah ayat 256).

Pada ayat tersebut, mengajarkan hubungan yang baik antara umat Islam dengan non
Islam. Seorang muslim tidak dilarang untuk berbuat baik kepada non muslim. Dan juga
mengajarkan orang muslim melindungi orang orang dari agama lain yang berada di
Wilayahnya.
Namun bila toleransi hilang, maka akan terjadi konflik dimana-mana. Konflik akan
terjadi apabila: (1) menipisnya rasa percaya diri sekelompok masyarakat.(2)
Berkembangnya budaya kekerasan dan main hakim sendiri. (3) Sikap masyarakat yang
apatis kepada terhadap konflik yang sedang terjadi. Untuk ini kepedulian masyarakat harus

8
Idrus Al Hamid, Jalan Panjang Perdamaian Papua, (Yogyakarta: The Phinisi press, 2015), hal.59
18

dibangun. (4) Kondisi antar kelompok yang bertikai semakin kritis, hal ini harus diupayakan
dengan bermusyawarah.
Dengan demikian, perlu kita garis bawahi bahwa prinsip kebebasan beragama adalah
kehormatan bagi manusia dari Tuhan, karena Tuhan mengakui hak manusia untuk memilih
sendiri jalan hidupnya. Tentu tidak perlu ditegaskan bahwa semua resiko pilihan itu adalah
tanggung jawab sepenuhnya itu sendiri.

BAB III
PENUTUP
19

A. Kesimpulan
1. Pengertian toleransi beragama tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa toleransi
beragama adalah kesadaran seseorang untuk menghargai, menghormati,
membiarkan, dan membolehkan pendirian, pandangan, keyakinan, kepercayaan,
serta memberikan ruang bagi pelaksanaan kebiasaan, perilaku, dan praktek
keagamaan orang lain yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri
dalam rangka membangun kehidupan bersama dalam hubungan sosial yang baik.
2. Bentuk bentuk toleransi yaitu: toleransi pada jual beli, toleransi pada hutang
piutang, toleransi pada agama dan lain sebagainya.
3. Dampak dari adanya toleransi yaitu: (1) Majunya pada bidang ekonomi, (2) Timbul
adanya keberagaman multikultural, (3) Terciptanya hidup rukun. Namun apabila
toleransi itu hilang maka akan timbul konflik dimana-dimana.

B. Saran
Pada makalah ini, penulis berharap agar pembaca budiman mendapatkan ilmu
pengetahuan tentang “Toleransi.” Semoga dengan adanya pengetahuan tentang sikap
toleransi dapat menciptakan kerukunan dan rasa persatuan antar bangsa Indonesia,
khususnya Jayapura.

DAFTAR PUSTAKA
20

Bahari, 2010. Toleransi Beragama Mahasiswa, Jakarta: Maloho Jaya Abadi Press.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka.

Al Hamid, Idrus, 2015. Jalan Panjang Perdamaian Papua, Yogyakarta: The Phinisi press,
2015.
Kemenag RI Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2010. Toleransi Beragama
Mahasiswa (Studi Tentang Pengaruh Kepribadian, Keterlibatan Organisasi, Hasil
Belajar Pendidikan Agama dan Lingkungan Pendidikan terhadap Toleransi
Mahasiswa Berbeda Agama Pada 7 Perguruan Tinggi Umum Negeri), (Jakarta:
Maloho Jaya AbadiPress, 2010),

Ridwan Al Makassary, 2016. Dialog dan Redikalisme Agama di Tanah Papua, Papua:Forum
kerukunan Umat Beragama.
Sahudi, 2020. Studi Hadist, Yogyakarta: Idea Press

Sufaat Mansur, 2012.Toleransi Dalam Agama Islam, Yogyakarta: Harapan kita, 2012

Anda mungkin juga menyukai