Pembahasan:
1. Pengertian Tugas Pembelajaran
Ada 4 aspek kognitif dalam pengelolaan informasi yaitu persepsi, memori,
kegiatan pemecahan masalah, dan perhatian.
2. Jenis-jenis Tugas Tes Efisiensi Pembelajaran dalam Berbagai Bentuk Tugas
Kapasitas kognitif dapat dijadikan sebagai sebuah indikator dalam efisiensi
pembelajaran.Oleh karena itu, pada setiap aspek kognitif diukur melalui tes
klasik.
Tabel 1.
Jenis-jenis Tes Efisiensi Pembelajaran dalam Berbagai Bentuk Tugas
Metode :
1. Environmental Design
Penelitian ini menggunakan 3x4x3 full factorial design yang diterapkan di
kelas universitas di 10 mata kuliah. Ada 36 perlakuan/ skenario di penelitian ini, 3
faktor lingkungan yaitu suhu terdiri dari 3 level (170 C, 220 C, 27 0 C), suara terdiri
dari 4 level (40 dB (A), 50 dB(A), 60 dB(A)dan 70 dB(A) dan cahaya terdiri dari
3 level (50–70 lx, 200–400 lx, and 2000–2400 lx ). Accuracy rate (AC), reaction
time (RT),dan the final performance indicator (PI) diguanakn untuk mengukur
efisiensi pembelajaran.
Adapun desain scenario lingkungan di 3x4x3 full factorial design dapat
dilihat di tabel berikut :
Tabel 2.
Desain scenario lingkungan di 3x4x3 full factorial design
Keterangan :
Ti – tingkat suhu, dimana, T1 adalah 170 C, T2 adalah 220C dan T3 adalah 27 0
C. Ni-tingkat suara, dimana N1 adalah 40 dB(A), N2 adalah 50 dB (A), N3
adalah 60 dB (A), dan N4 adalah 70 Db (A). Ii-tingkat cahaya, dimana I 1
adalah 60 1X, I2 adalah 300 lx, dan I3 adalah 2200 lx.
Hasil :
1. Pengaruh Utama Lingkungan Fisik Dalam Ruangan terhadap Efisiensi
Pembelajaran dalam Berbagai Bentuk Tugas yang Diberikan
Tabel 3.
Pengaruh Utama Lingkungan Fisik Dalam Ruangan terhadap Efisiensi
Pembelajaran dalam Berbagai Bentuk Tugas yang Diberikan
Berdasarkan tabel di atas, pada level protected significance, pengaruh uatam
dari suhu pada Accuracy rate signifikan, yang dapat dilihat melalui tes huruf warna
the Rochester. Suhu, suara dan cahaya gagal dalam mempengaruhi Accuracy rate
secara individu pada tiga tugas. Pengaruh utama dari cahaya terhadap Reaction time
dan Performance Indicator berdasarkan persepsi visual yaitu (RT:F=13.306, p <
0.05; PI: F = 13.286, p < 0.05).
Kesimpulan :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Performance Indicator dipengaruhi oleh
berbagai macam tingkatan suhu, suara dan cahaya. Cahaya merupakan faktor utama
dalam efisiensi timbal balik. Ketika tingkat cahaya naik dari 60 lc ke 2200 lx, tingkat
Performance Indicator naik pula. Selain itu, interaksi yang signifikan antara cahaya
dan suara di pemberian tugas berbasis persepsi. Interaksi berbagai lingkungan seperti
misalnya suhu, suara dan cahaya dalam ruangan berpengaruh pada tugas yang
berbasis ingatan. Efisiensi terbaik dalam kegiatan mengingat mendapat hasil yang
paling tinggi di lingkungan yang hangat, diam dan cahaya yang cukup. Hal ini
dikarenakan kemampuan untuk menyimpan dan memproses informasi sementara
dilakukan dengan baik di lingkungan seperti ini.
Kesimpulannya, faktor lingkungan fisik dalam ruangan seperti suhu, suara, dan
cahaya memberikan pengaruh yang signifikan pada efisiensi belajar dalam persepsi,
ingatan, kegiatan penyelesaian masalah dan tugas berbasis perhatian.
Judul : Analisis Varians Pengaruh Lokasi Proyek Terhadap Masalah dan Tantangan
Utama di Proyek Rekonstruksi Pasca Bencana
Tabel 2.
One-Way ANOVA Untuk Perbedaan Signifikansi Antara Masalah-Malasah
Dan Tantangan-Tantangan Di PDR Berdasarkan Lokasi Proyek.
Berdasarkan analisis data dari 4 faktor yaitu partisipasi komunitas, penilaian,
dana, dan kualitas kerja dianggap INGOs penting berkaitan dengan masalah-masalah
dan tantangan-tantangan yang dihadapi. Sementara itu, 7 faktor lainnya diidentifikasi
memiliki pengaruh yang lebih rendah pada PDR. Hasil menunjukkan bahwa INGOs,
sebagai pemeran utama dalam proyek PDR, harus melibatkan dan meningkatkan
partisipasi dari masyarakat mulai dari tahap awal hingga akhir. Hal ini bertujuan
untuk mencapai hasil proyek yang sukses. Masyarakat merupakan responden pertama
setelah bencana terjadi. Mereka memiliki pengetahuan yang luas akan budaya, desain
dan aspek lainnya terkait proyek PDR.
Penelitian ini juga menemukan bahwa proyek PDR memiliki tantangan terkait
dana. Kekurangan dana telah berakibat buruk pada kegagalan proyek. Namun, di sisi
lain, INGOs harus mengutamaka kemampuan dan kapasistas mereka dalam membuat
suatu proyek dengan kualitas yang baik sehingga bisa meminimalisir bencana yang
terjadi di masa depan.
Hasil dari analisis statistic data menunjukkan pengaruh dari masalah-masalah
dan tantangan-tantangan yang pada lokasi proyek PDR di Aceh dan Nias, Bagh,
Haiti, Ormoc dan Tacloban, Nepal. Lokasi proyek memiliki pengaruh yang signifikan
pada kebijakan, sumber daya, dana, korupsi, dan kekurangan staf teknis di proyek
PDR. Kebijakan yang diterapkan di Aceh, Indonesia telah di laksanakan dengan baik
dibandingkan dengan Ormoc dan Tacloban.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran penting terkait
perbaikan aspek pelaksanaan proyek dengan melihat masalah-masalah paling umum
yang mempengaruhi pelaksanaan pelayanan proyek dari INGOs. Sehingga, hasil
penemuan ini dapat memberikan pemahaman yang jelas mengenai pelaksanaan INGO
di proyek PDR dan dapat meningkatkan pengetahuan dalam mensukseskan proyek
rekonstruksi pasca bencana PDR.
.Studi Penting 2 : Sadera, W., McNary, S. (2011). Comparing student success
between developmental math courses offered online, blended, and face to face.
Journal of Interactive Online Learning, 10(3), International Journal of Hybrid
Information Technology, 7(6), 128-140
Hasil:
Tabel 1.
Skor hasil ujian IACE dari seluruh lingkungan pembelajaran
Tabel 2.
Rata-rata dan Simpangan Baku Jawaban Benar pada Tes Bab, IACE, dan
Rata-rata mata kuliah di seluruh lingkungan pembelajaran.
Metode:
1. Desain ekperimen
Penelitian ini menggunakan design factorial 2x2. Ada 2 variabel independen
di penelitan ini yaitu GAEI (Group Average Emotional Intelligence) dan GLEI
(Group Leader Emotional Intelligence) dan keduanya memiliki 2 level yaitu
level tinggi dan level rendah. Oleh karea itu, ini merupakan factorial design
2x2 yang meliputi 4 tipe grup yaitu GLEIH-GAEIH (yang berarti GLEIhigh-
GAEIhigh), GLEIH-GAEIL (yang berarti GLEIhigh-GAEIlow), GLEIL-
GAEIH (yang berarti GLEIlow-GAEIhigh), GLEIL-GAEIL(yang berarti
GLEIlow-GAEIlow).
Adapun tabel variabel pada penelitian experiment ini adalah sebagai berikut:
Sampel pada penelitian ini adalah siswa-siswi dan guru dari universitas teknik
Harbin yaitu sebanyak 381 orang yang terdiri dari 281 siswa, 100 guru, 164
pria dan 217 wanita. Subjek penelitian diberikan kuestioner mengenai emosi
pribadi. Penelitian ini melibatkan 52 kelompok dan menganalisis pengaruh
kecerdasan emosional kelompok pada konflik di dalam kelompok, manajemen
konflik, tindakan yang di lakukan, tingkat kepuasan dll.
2. Prosedur eksperimen
Hasil: Hasil dari analisis varians menunjukkan bahwa kelompok high GAEI/ Group
Average Emotional Intelligence menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari WGEI/
Whole Group Emotional Intelligence, khususnya dalam pengaturan emosi kelompok
dan kemampuan memahami emosi antar pribadi kelompok dengan lebih baik. Oleh
karena itu, dapat dilihat bahwa kecerdasan emosi individu dapat mempengaruhi
kemampuan mengatur emosi kelompok. Apabila tingkat kecerdasan emosi dari
anggota-anggota kelompok lebih tinggi, mereka dapat memahami perasaan satu sama
lain, membuat keputusan yang lebih cepat. Sebaliknya, kelompok dengan kecerdasan
emosi yang rendah/ low GAEI( Group Average Emotional Intelligence), tidak mampu
memahami satu sama lain, sehingga sulit bagi mereka untuk menyelesaikan tugas
yang telah diberikan. Kecerdasan emosi ketua kelompok/ GLEI (Group Leader
Emotional Intelligence) juga menunjukkan hasil yang baik dalam hal kemampuan
mengatur diri.
Tujuan : Untuk menilai pengaruh pemberian suplemen mikro nutrient dan latihan
regular erobik terhadap endothelium dependent-vasodilation maternal dan stres
oksidatif bayi baru lahir.
Tabel 1.
Kehamilan Desain Faktorial 2x2
Semua wanita hamil pada penelitian ini akan diberikan pemeriksaan kehamilan
berdasarkan panduan dari WHO. Adapun pembagiannya kelompok nya meliputi :
Latihan erobik dilakukan secara teratur meliputi berjalan selama 10 menit, erobik
selama 30 menit, peregangan selama 10 menit, relaksasi selama 10 menit selama 3
bulan. Latihan dilakukan 3 sesi dalam seminggu.
Kelompok ini akan diberikan suplemen zinc (30 mg), selenium, vitamin A,
alphatocopherol (30 mg), vitamin C (200 mg), dan niacin (100 mg).
Kelompok ini akan diberikan nutrisi tambahan dan latihan fisik yang telah dijelaskan
di atas.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian suplemen mikro nutrien dan
latihan fisik secara teratur pada masa kehamilan dapat mengurangi resiko terjadinya
perubahan metabolisme janin yang diakibatkan oleh gangguan endothelia stress
oksidatif.
Studi Penting 5 : Mulyanto, H., Gunarhadi, Indriayu, M., (2018). The Effect of
Problem Based Learning Model on Student Mathematics Learning Outcomes
viewed from Critical Thinking Skills. Internationa Journal of Educational
Research Review, 3(2), 37-45.
Judul: Pengaruh Model Pembelajaran PBL/ Problem Based Learning Terhadap Hasil
Belajar MTK Peserta Didik dilihat dari Kemampuan Berpikir Kritis
Metode :
Tabel 1.
Two-way Anova Design
Penelitian ini menggunakan desain factorial 2x2. Jumlah sampel nya adalah
309 siswa SD di 5 daerah di kota Surakarta tahun ajarann 2016/2017. Terdiri dari 153
siswa di kelas eksperimen dan 156 siswa di kelas kontrol. Kelas experiment
diterapkan model pembelajaran PBL, sedangkan di kelas control diterapkan
pembelajaran konvensional. Instrumen dari kemampuan berpikir kritis berupa
kuestioner terdiri dari 20 pernyataan yang di ukur dengan 6 aspek yang
dikembangkan oleh Facione (2015) yaitu interpretasi, analisis, kesimpulan, penilaian,
penjelasan, pengaturan diri. Ada dua pilihan jawaban yaitu iya dan tidak.
Hasil :
Tabel 2.
Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar MTK Dilihat Dari Model Pembelajaran
Dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Tabel 3.
Hasil Two-way Anova
1. Perbedaan antara hasil belajar siswa yang mengikuti kelas pembelajaran PBL dan
kelas pembelajaran konvensional
H1 diuji:
Ho : Tidak ada perbedaan antara hasil belajar MTK siswa yang mengikuti kelas
pembelajaran PBL dan kelas pembelajaran konvensional
H1 : Ada perbedaan antara hasil belajar MTK siswa yang mengikuti kelas
pembelajaran PBL dan kelas pembelajaran konvensional
Berdasarkan perhitungan Anova (Tabel 2) diperoleh F-statistic 7.013 dengan
Sig 0.009 <0.05 yang berarti bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada
perbedaan signifikan antara hasil belajar MTKdiantara siswa yang mengikuti kelas
model pembelajaran PBL dengan siswa yang mengikuti kelas model pembelajaran
konvensional.
2. Perbedaan antara hasil belajar MTK siswa yang memiliki high Critical Thinking
Skills dan low Critical Thinking Skills
H2 diuji :
Ho : Tidak ada perbedaan antara hasil belajar MTK siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kritis yang tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis
yang rendah
H2: Ada perbedaan antara hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kritis yang tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis yang
rendah
Berdasarkan perhitungan Anova (Tabel 2) diperoleh F-statistic 10.948 dengan
Sig 0.001 <0.05 yang berarti bahwa Ho ditolak dan H2 diterima. Artinya, ada
perbedaan signifikan antara hasil belajar hasil belajar siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis yang tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kritis yang rendah
Judul : Aplikasi desain factorial dalam penelitian pengaruh suhu, pH awal dan agitasi
terhadap produksi Cyclodextrin Glucanotransferase from Alkalophilic Bacillus sp
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan fisik dan
parameter ( pH awal, suhu dan agitasi) terhadap produksi CGTase dari Alkalophilic
Bacillus Sp. G1.
Metode : Penelitian ini menggunakan Full Factorial Design dengan 3 faktor atau
variabel independen. Full Factorial Design digunakan untuk memperoleh nilai
kombinasi yang dapat mengoptimalkan respon dalam 3 ruang dimensi observasi atau
3
2 full factorial experiment design. Varibel dalam penelitian ini adalah suhu, pH dan
agitasi. Variabel nya yaitu level-1 , 0 dan 1 berdasarkan tabel dan level rendah,
sedang dan tinggi . Ada 10 total percobaan yang dilakukan.
Tabel 1.
Optimalisasi kondisi fisik dari produksi CGTase Bacteria Bacillus sp. G1:
Variabel independen di 23 full factorial experiment design. Parameter yang
digunakan adalah suhu, pH dan agitasi.
Hasil :
Tabel 2.
Desain experiment dengan nilai prediksi dan eksperimen dari produksi
CGTase. Produksi terbaik CGTase diamati ketika suhu 32 ° C, Ph 10 dan
agitasi 100 rpm. Hasil dari rata-rata analisis triplicate yaitu :
Tabel 3.
Analisis Regresi (ANOVA) pada produksi CGTase Bacillus sp. G1: R=
Koefisien korelasi =0,997; R2= koefisien determinasi=0,994; adjusted R2
=0,983. SS: Sum of square;derajat kebebasan;MS; Square Means, uji F
dengan 95 % interval kepercayaan
Analisis dengan menggunakan full factorial design menunjukkan bahwa
produksi CGTase secara maksimum hanya dapat diperoleh pada Ph yang tinggi yaitu
10. pH memiliki pengaruh yang sangat besar pada produksi CGTase. Oleh Karena itu,
pada Ph 10, 32 dan agitasi 100 rpm, produksi CGTase tertinggi diamati. Namun,
tidak ada perubahan yang signifikan pada CGTase ketika proses dilakukan di suhu 37
C. Pada penelitian ini, untuk mencapai hasil yang optimal dan untuk menurunkan
konsumsi energy, produksi CGTase di lakukan pada suhu 32 dan agitasi 100 rpm.
Studi Penting 2 : Adepoju, J., Ipinyomi, R. (2016). Construction of Asymmetric
Fractional Factorial Designs. International Journal of Engineering and Applied
Sciences (IJEAS), 3 (6), 88-91
ISSN: 2394-3661, Volume-3, Issue-6, June
Tujuan :
Pembahasan : Pengaruh dari setiap faktor didefinisikan sebagai suatu perubahan dari
respon yang dihasilkan dari setiap perubahan pada level dari suatu faktor. Hal ini
biasanya disebut dengan pengaruh utama karena berhubungan dengan fakor-faktor
utama dari kepentingan suatu eksperimen. Pada factorial eksperimen, pengaruh dari
beberapa faktor yang berbeda di teliti secara bersamaan. Treatmen terdiri dari seluruh
kombinasi yang dihasilkan dari faktor-faktor yang berbeda. Contoh, “Jenis Kelamin”
dapat di anggap sebagai sebuah faktor dengan 2 level yaitu “pria” dan wanita” dan
“Diet” dapat di anggap sebagai sebuah faktor dengan 3 level yaitu “protein rendah,
sedang dan tinggi”. Level pada setiap faktor bisa berupa penjelasan kualitatif seperti
misalnya “Obat A” dan “Obat B” , atau penjelasan kuantitatif seperti misalnya
0,10,20, dan 30.
Desain factorial melibatkan satu atau lebih faktor dalam sebuah experiment
tunggal. Desain tersebut di klasifikasi dengan jumlah level pada setiap faktor dan
jumlah faktor. Factorial 2x2 akan memiliki 2 faktor pada setiap 2 level dan faktorial
2x2x2 akan memiliki 3 faktor pada setiap 2 level.
Biasanya, ada banyak faktor seperti misalnya jenis kelamin, genotip, diet,
kondisi lingkungan, protocol eksperimen, interaksi sosial dan umur yang dapat
mempengaruhi hasil dari suatu eksperimen. Hal ini perlu di teliti untuk mendapatkan
kesamaan respon. Penting bagi peneliti untuk mengetahui apakah respon hanya
terlihat pada wanita saja, dan tidak pada pria. Salah satu cara untuk mengetahuinya
adalah dengan melakukan eksperimen yang terpisah pada setiap jenis kelamin atau
“OVAT” yaitu “One Variable at A Time” atau “Satu Variabel pada Satu Waktu”.
Namun, pendekatan ini dapat menghabiskan sumber daya penelitian yang banyak.
Pilihan alternatif lainnya adalah dengan menggabungkan kedua jenis kelamin tersebut
kedalam single factorial experiment sehingga peneliti dapat menggabungkan
beberapa faktor tanpa menggunakan subjek penelitian yang terlalu banyak.
Judul:
Ada 4 jenis evaluasi dari model CIPP yang dilakukan yaitu:
4. Evaluasi produk : Menilai hasil praktik dan umum dari sekolah khususnya siswa
seperti misalnya pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap siswa yang diperoleh
oleh siswa. Produk dari suatu sekolah tidak hanya diukur dari tingkat kelulusan dan
nilai siwa namun juga dari bagaimana murid sekolah sukses dan bermanfaat di
kehidupan masyarakat.
Metode: Penelitian ini bertujuan untuk menilai kurikulum self-learning pada sekolah
TK di Saudi Arabia dengan menerapkan jenis evaluasi dari model CIPP yaitu
konteks, input, proses dan produk. Penelitian ini menggunakan mixed-method design
dimana guru-guru( 40 orang) telah di pilih dan di survey, inspektor sekolah (15
orang) telah diwawancarai.
1. Evaluasi konteks
Apa tujuan kurikulum Self-Learning TK dalam evaluasi konteks di Model
Stufflebeam ?
2. Evaluasi masukan
Pertanyaan:
Bagaimana masukan dari pendekatan Self-Learning dapat berkontribusi dalam
meraih kebutuhan-kebutuhan pendidikan untuk anak TK dan kebutuhan
perkembangan masyarakat Saudi menggunakan model Stufflebeam ?
Jawaban :
3. Evaluasi proses
Pertanyaan:
Bagaimana proses kurikulum Self-Learning di TK dapat berkontribusi dalam
memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak TK dan kebutuhan
perkembangan masyarakat Saudi menggunakan model Stufflebeam ?
Jawaban:
Kurikulum berfokus pada proses seperti misalnya aktivitas, pengajaran
akademik, evaluasi, dan hubungan keluarga di TK. Hasil dari analisis
wawancara dengan supervisor menunjukan bahwa tidak adanya kegiatan
evaluasi berkaitan perkembangan anak, terbatasnya kontak dengan orang tua,
dan kurangnya minat dalam bermain game, dan banyak berfokus pada huruf
pengajaran, angka.
4. Evaluasi produk
Pertanyaan :
Bagaimana produk pembelajaran dari kurikulum Self-Learning dapat
berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pendidikan pada anak
TK dan kebutuhan-kebutuhan perkembangan masyarakat Saudi menggunakan
model Stufflebeam ?
Jawaban:
a. Kurikulum berkontribusi dalam prestasi kognitif, dan moral
b. Guru hanya terbatas dalam evaluasi yang mengukur pengetahuan, dan
informasi saja
c. Pentingnya intelegensi sosial untuk melatih kemandirian anak
Studi Penting 4 : Zhang, G., Zeller, N., Griffith, R., Metcalf, D., Williams, J., &
Misulis, K. (2011). Using the Context, Input, Process, and Product Evaluation
Model (CIPP) as a Comprehensive Framework to Guide the Planning,
Implementation, and Assessment of Service-learning Programs. Journal of
Higher Education Outreach and Engagement, 15 (4), 57.
Tujuan :.
Metode : Pada penelitian ini, model evaluasi CIPP digunakan sebagai kerangka kerja
untuk memandu secara sistematis konsepsi, design, pelaksanaan, dan penilaian projek
pengabdian masyarakat dan memberikan masukan dan penilaian dari keefektifan
projek untuk perbaikan secara terus menerus.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Kami sadar makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya. Kami
minta maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan dan isi makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Patil, Y., Kalekar, S. (2014). CIPP model for school evaluation. Scholarly Research
Journal for Humanity Science and English Language. A scholarly research
journal for humanity science and english language. 2, 2615-2619.
Wirawan (2011). Evaluasi: teori, model, standar, aplikasi, dan profesi. Jakarta :
Rajagrafindo Persada
Zhang, G., Zeller, N., Griffith, R., Metcalf, D., Williams, J., & Misulis, K. (2011).
Using the Context, Input, Process, and Product Evaluation Model (CIPP) as a
Comprehensive Framework to Guide the Planning, Implementation, and
Assessment of Service-learning Programs. Journal of Higher Education
Outreach and Engagement, 15 (4), 57.