Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Musik telah menjadi suatu bagian yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan
manusia. Bahkan bagi beberapa orang, musik adalah salah satu bagian terpenting
dalam hidup. Musik merupakan seni bunyi yang diatur menjadi pola yang dapat
mengkomunikasikan perasaan atau suasana hati. Musik mempunyai kekuatan untuk
mengantar dan menggugah emosi yang dapat dituangkan sebagai sarana untuk
mengekspresikan diri. Sebagai sarana untuk mengekspresikan diri ini, musik
seringkali digunakan remaja untuk mengekspresikan dirinya terutama melalui
penggunaan aplikasi Tiktok. Tiktok adalah aplikasi buatan teknologi Cina,
ByteDance Inc, yang resmi diluncurkan pada bulan September 2016 dan mulai
populer pada tahun 2019. Aplikasi ini seringkali digunakan remaja untuk membuat
video dengan menggunakan musik dari berbagai genre, mulai dari menirukan
gerakan, suara, dan video-video parodi lucu lainnya sebagai media apresiasi seni.
Tiktok telah membius kalangan remaja untuk menggunakannya, seperti yang terjadi
pada siswi-siswi SMK Kesehatan Tiant Mandiri Ambon. Mereka sangat senang
dengan adanya aplikasi Tiktok karena memberi ruang bagi mereka untuk dapat
berekpresi.
A Wattimury, salah satu siswi SMK Kesehatan Tian Mandiri saat
diwawancarai penulis mengaku bahwa Ia merasa nyaman karena aplikasi Tiktok
mudah digunakan, baik itu untuk merekam audio dan video maupun dalam proses
uploadnya juga cepat.1 Sementara itu, T.Sopacua mengatakan bahwa Ia menyukai
aplikasi ini karena memiliki berbagai fitur, musik dari berbagai genre, serta filter
videonya yang beragam sehingga dapat membuat video dengan berbagai variasi. 2
1
Wawancara penulis dengan A Wattimury, siswi SMK Kesehatan Tian Mandiri, tanggal 19
November 2021 pukul 12.00 WIT
2
Wawancara penulis dengan T. Sopacua, siswi SMK Kesehatan Tian Mandiri, tanggal 19 November
2021 pukul 12.10 WIT
Berdasarkan hasil observasi awal peneliti menemukan bahwa penggunaan aplikasi
tiktok memiliki peran positif bagi para siswi SMK Kesehatan Tiant Mandiri yakni
menjadi sarana hiburan, tempat menyalurkan ekspresi, kreatifitas dan bakat seni
seperti menyanyi, menari (joget), dubbing, editing video dan sebagainya. C Pattinama
salah satu siswi mengaku bahwa Ia sering menggunakan aplikasi Tiktok untuk
mencari hiburan pada saat jam istirahat sekolah, maupun dirumah saat ada waktu
luang. C Pattinama sendiri mempunyai jumlah follower sebanyak 1415 dengan
jumlah like 10,6 K. Konten yang sering dibuat adalah video-video lipsing lagu yang
sedang viral dengan memainkan ekspresi wajah sesuai dengan lirik lagu atau kata-
kata yang ada pada musik tersebut. 3 Sementara itu, L Berhitu yang memiliki follower
9030 dan like 46,9 K mengaku bahwa ia sangat sering menggunakan aplikasi Tiktok
saat berada dirumah. Bahkan untuk membuat satu konten video yang menurutnya
sempurna ia harus mengulang beberapa kali pembuatan. Selain itu, dalam sekali
penggunaan Tiktok setidaknya ada 3-5 video bisa sekali upload dengan lagu dan gaya
yang berbeda. Konten yang sering dibuat adalah video dance dangan menggunakan
lagu-lagu ngebeat dengan tempo sedang. Menurutnya pemilihan gaya dance/menari
disesuaikan dengan beat dan tempo lagu yang digunakan. Kalau lagu tempo lambat
biasanya hanya goyang tangan dengan bahu saja sementara kalau tempo sedang atau
cepat, maka harus goyang pinggul/ pantat juga.4 Seperti yang dikatakan Berhitu, V
Tamaela yang telah memiliki follower 17,6 K dan like 224.9 K juga mengaku sering
menggunakan banyak waktu untuk memainkan tiktok baik di rumah maupun sekolah.
Menurutnya hal ini dilakukan untuk hiburan sekaligus untuk menghindari stress
akibat banyaknya tugas-tugas sekolah. Konten yang sering dibuat adalah video
dance/goyang badan, tangan atau pinggul menggunakan lagu Remix dengan tempo
sedang atau cepat.5
3
Wawancara penulis dengan C Pattinama, siswi SMK Kesehatan Tian Mandiri, tanggal 19 November
2021 pukul 12.15 WIT
4
Wawancara penulis dengan L Berhitu, siswi SMK Kesehatan Tian Mandiri, tanggal 19 November
2021 pukul 12.20 WIT
5
Wawancara penulis dengan L Berhitu, siswi SMK Kesehatan Tian Mandiri, tanggal 19 November
2021 pukul 12.25 WIT
Dari hasil wawancara yang dilakukan dapat diketahui bahwa untuk
memainkan aplikasi tiktok di rumah para siswi tersebut menggunakan jaringan wifi
sementara itu juga mereka juga membeli paket data bulanan 10-15 GB seharga 80-
125 ribu rupiah untuk penggunaan saat sedang tidak dirumah. Untuk membeli paket
data tersebut mereka menabung dari sisa uang jajan dan juga terkadang meminta
orang tua untuk membelikan paket data internet. Untuk menujukan relasi sesama
pengguna tiktok, tidak jarang Mereka membuat konten bersama saat berada
disekolah. Video hasil editan mereka dari aplikasi tiktok di bagikan ke story
whatsapp, facebook, dan juga Instagram untuk memperoleh banyak viewers.6
Penelusuran peneliti terhadap akun tiktok para siswi diketahui bahwa konten-
konten video dance/menari dengan menggoyangkan pinggul/pantat atau video dengan
gaya yang sensual ternyata lebih diminati dan disukai oleh para pengguna tiktok lain
daripada konten video dengan lipsing/ parody, atau dance dengan gaya yang biasa-
biasa saja. Ini dapat dibuktikan dengan perbedaan jumlah view dan like yang cukup
jauh dari konten-konten tersebut. Misalnya konten video goyang pinggul/pantat L
Berhitu yang di upload pada tanggal 14 Agustus 2020 memilki jumlah view 7604,
like 622, di pin sebanyak 25 kali dan 10 komentar. Berbeda jauh dengan kontenya
dengan gaya dance/ menari menggoyang bahu dan tangan pada 5 Agustus 2020 yang
hanya memiliki 1582 view, 84 like, pin 1 kali dan 0 komentar. Demikian juga dengan
konten video goyang pinggul/pantat V Tamaela tanggal 3 Agustus 2020 yang
memiliki view 24,3 K, like 1625, pin 42 kali dan 38 komentar berbeda jauh dengan
kontennya pada hari yang sama dengan gaya dance/menari yang biasa saja yaitu view
16,7 K, like 589 pin 3 kali dan 3 komentar. Komentar-komentar yang di berikan juga
tidak jarang memuji gerakan-gerakan goyang pinggul/pantat yang dilakukan seperti
pada konten goyang pinggul/pantat L berhitu, user3080396212366 mengatakan “asek
kk, gaskan kk” dengan emoji tertawa, Ating_Ambon mengatakan “I like”, dan Mr.28
mengatakan “jng malu2 boleh”. Sementara itu konten goyang pinggul/pantat V

6
Wawancara penulis dengan siswi pengguna tiktok SMK Kesehatan Tian Mandiri, tanggal 19
November 2021 pukul 12.05 WIT
Tamaela juga mendapat komentar yang senada. Gres mengatakan “sapa mo help”,
Nyong Key102021 mengatakan “asekkk keren mba”, dan fira.ccpeditz mengatakan
”pica kaletek”.7 Penggunaan apliasi tiktok ini telah memberikan dampak yang besar
bagi perkembangan karakter para remaja. Aplikasi tiktok menjadi salah satu jalan
pintas untuk mencari ketenaran melalui video-videonya demi mendapat respon dari
orang lain. Untuk memuaskan kesenangan diri, tidak jarang mereka membuat video
dengan berbagai gerakan tanpa peduli apa yang mereka tampilan itu baik atau buruk
untuk orang lain maupun dirinya dan bertingkah tidak sesuai dengan apa yang
sepantasnya.
Sigmund Freud tentang kepribadian menyatakan bahwa manusia terdiri dari
tiga system yaitu id, ego, dan super ego. Id berusaha untuk mewujudkan
terpuaskannya kebutuhan-kebutuhan yang bersifat insting berdasarkan prinsip
kesenangan. Ego bertindak sebagai perantara antara id dan dunia luar dan idealnya
merepresentasikan alasan dan akal sehat, sementara id berisi nafsu-nafsu yang
bersifat insting dan akan merusak dirinya tanpa campur tangan ego. Ego berfungsi
sebagai pengontrol terhadap munculnya dorongan id dengan prinsip realitas (reality
principle), agar tuntutan id dapat diterima masyarakat. Super ego berfungsi sebagai
pembatas atas semua dorongan dengan berprinsip pada norma. Super ego adalah
wakil untuk semua larangan moral kita, penganjur perjuangan untuk mencapai
kesempurnaan, secara singkat super ego adalah apa yang sudah bisa kita tangkap
secara psikologis tentang apa yang dideskripsikan sebagai sisi yang lebih tinggi dari
kehidupan manusia.8

Manusia memiliki dorongan-dorongan psikis yang berprisip pada kesenangan


(pleasure principle) yang mendasar dan bersarang dalam id, namun dorongan ini
mendapatkan hambatan atas prinsip realitas, yaitu ego yang bertugas membatasi
dorongan primitive sesuai dengan prinsip realitas, sementara super ego mewakili

7
Penelusuran peneliti terhadap akun tiktok siswi tanggal 25 November 2021
8
Sigmund Freud dalam Richard Nelson-Jones Teori Dan Praktik Konseling Dan Terapi Edisi Ke
Empat, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2011. Hlm. 41-43
norma-norma yang berlaku. Manusia yang mendasarkan perilakunya pada id sebagai
dorongan primitive dan mengekspresikan dirinya tanpa adanya batasan, dalam
lingkungan sosial tidak akan diterima dan mendapat kecaman. Namun meskipun
manusia sudah membatasi perilakunya dengan prinsip realitas, usaha mencari
kesenangan masih tetap manjadi dorongan psikis dalam ketidaksadaran yang kuat dan
menuntut untuk dipenuhi. Kuatnya dorongan id menekan ego, sehingga akan
memunculkan konflik dalam kehidupan manusia bila tidak terpenuhi. Seperti halnya
dengan kebutuhan manusia dalam mencari kesenangan dengan mengekspresikan
dirinya melalui seni.
Seni sebagai ekspresi estetik merupakan hasil ungkapan batin seorang yang
tampak pada karya seni yang diciptakan seperti seni musik, tari, dan lainnya.
Seseorang yang memiliki dorongan jiwa yang kuat untuk berekspresi akan berada
dalam kondisi tertekan dan berusaha untuk melepaskan perasaan tersebut dengan
melakukan sesuatu. Dalam konteks ini, berekspresi seni melalui media sosial tiktok.
Mengekspresikan diri di media sosial tiktok dapat digunakan untuk memenuhi
keinginan manusia dalam upaya membebaskan diri dari tekanan emosi yang dialami.
Freud memberikan gagasan yang mendasar bahwa semua pikiran dan
Tindakan sadar adalah proses yang tidak disadari yang diringkas dalam frase pikiran
yang tidak sadar. Perilaku dalam kehidupan sehari-hari termasuk kegiatan berekspresi
pada media social tiktok merupakan perilaku sadar dalam ketidaksadaran. Karena
dalam perilaku sadar terpendam perilaku yang tidak disadari yang akhirnya
mempengaruhi perilaku sadar.9 Perilaku sadar dan ketidaksadaran ini memungkinkan
munculnya berbagai dampak positif dan negatif yang ditimbulkan oleh para remaja
saat menggunakan aplikasi tiktok. Seperti halnya yang terjadi pada siswi SMK
Kesehatan Tiant Mandiri Ambon.
Popularitas tiktok tidak hanya memberi dampak positif saja tetapi membawa
dampak negative juga. Dalam berekspresi, para siswi ini seringkali melakukan aksi

9
Sigmund Freud, Sekelumit Sejarah Psikoanalisis, diterjemahkan oleh K Bartens. Jakarta: PT.
Gramedia, 1983. Hlm. 43
tariannya dengan berpakaian minim hingga terlihat bagian-bagian sensitif dari
tubuhnya seperti paha dan dada. Selain itu mereka melakukan gerakan berjoget
sambil menggoyang-goyangkan pantat dan payudara mengikuti irama lagu layaknya
seorang penari erotis. Hal ini dilakukan berdasarkan Tindakan sadar dan tidak sadar
para siswi dalam memenuhi kebutuhan mereka akan kesenangan melalui ekspresi
seni. Pada satu sisi mereka sadar bahwa Tindakan tersebut merupakan sebuah bentuk
ekspresi seni, namun pada sisi lain mereka tidak sadar terhadap pantas atau tidak
pantas hal tersebut dilakukan dan bagaimana respon orang lain ketika melihatnya.
Dalam pandangan seni, tentu tidak menjadi masalah karena musik, tarian, bahkan
busana merupakan bentuk dari ekspresi seni. Namun sebagai seorang remaja dan
pelajar, hal ini tentunya tidak patut untuk dilakukan dan merupakan sebuah bentuk
perilaku yang menyimpang. Perilaku menyimpang adalah perilaku yang dianggap
tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma sosial yang berlaku di
masyarakat.10 Sebagai pelajar, seorang remaja seharusnya dapat mencerminkan
perilaku moral yang baik, dan sesuai dengan aturan-aturan dan nilai-nilai masyarakat
yang berlaku dimana ia tinggal.
Berdasarkan fenomena yang terjadi peneliti ingin mengkaji lebih lanjut
tentang dampak yang diberikan oleh aplikasi TikTok sebagai media ekspresi seni
Terhadap perilaku menyimpang siswi SMK Kesehatan Tiant Mandiri Ambon agar
dapat mengetahui serta memahami permasalahan yang terjadi pada para siswi secara
lebih mendalam dengan judul “Analisis Dampak Penggunaan Aplikasi Tik Tok
Sebagai Media Ekspresi Seni Terhadap Perkembangan Perilaku Siswi SMK
Kesehatan Tiant Mandiri Ambon”

10
Narwoko, J. Dwi & Suyanto, Bagong.. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana,
2011. Hlm.52
I.2. Perumusan Masalah
Bertolak dari realitas yang dipaparkan pada latar belakang masalah di atas
maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana Kesadaran
Siswi SMK Kesehatan Tiant Mandiri Ambon Menggunakan aplikasai Tik Tok
sebagai Media Ekpresi Estetis
Bagaimana Dampak Penggunaan Aplikasi Tik Tok Sebagai Media Ekspresi
Estetis Terhadap Perkembangan Perilaku Siswi SMK Kesehatan Tiant Mandiri
Ambon?
I. 3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk Mengkaji dan
menganalisis Dampak Penggunaan Aplikasi Tik Tok Sebagai Media Ekspresi Seni
Terhadap Perkembangan Perilaku Siswi SMK Kesehatan Tiant Mandiri Ambon
I. 4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapat dari penelitian ini meliputi :
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan di kampus IAKN Ambon
terutama pengembangan pengetahuan tentang Analisis Dampak Penggunaan
Aplikasi Tik Tok Sebagai Media Ekspresi Seni Terhadap Perkembangan
Perilaku remaja.
2. Secara praktis dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan yang
membangun bagi masyarakat terutama orang tua dan guru di sekolah setelah
mengetahui bagaimana dampak Tik Tok Sebagai Media Ekspresi Seni
Terhadap Perilaku remaja. Sehingga ke depannya aplikasi TikTok dapat
digunakan dengan baik tanpa memberikan dampak negative yang besar

1.5 Tinjauan Pustaka tamabah hasil penelitian


Pada bagian ini peneliti akan memaparkan hasil-hasil penelitian terdahulu
yang terkait dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Beberapa penelitian
terdahulu yang dapat dikemukakan antara lain: pertama, penelitian Lia Valiana,
Suriana, dan Sarah Fazilla (2020) dengan judul Dampak Pengunaan Aplikasi Tik Tok
Terhadap Perkembangan Karakter Siswa Kelas Vi Min 1 Aceh Utara. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk melihat dampak penggunaan aplikasi Tik-tok terhadap
pengembangan karakter siswa kelas VI MIN 1 Aceh Utara. Penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif, data observasi dan wawancara. Subjek dalam
penelitian ini adalah 2 orang guru wali kelas VI dan 4 siswa kelas VI MIN 1 Aceh
Utara. Teknik analisis data menggunakan tahapan reduksi data, penyajian dan
penarikan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Tik Tok berpengaruh
negatif sangat signifikan terhadap perkembangan karakter siswa. Dampak negatif
yang didapat yaitu perubahan tingkah laku yang dapat ditimbulkan dengan
menggunakan aplikasi mengetik ini adalah sikap yang tidak sesuai dengan pendidikan
karakter. Sesuai dengan karakter yang harus ditanamkan oleh siswa yang memiliki
karakter baik, jujur, taat, saling menghargai dan saling menghormati.11
Kedua, penelitian Fredrick Gerhad Sitorus (2018) dengan judul Pengaruh
Penggunaan Aplikasi Tik-Tok Terhadap Perilaku Anak. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan aplikasi Tik-Tok terhadap perilaku
anak di Kota Medan. Jenis yang dipakai pada penelitian ini adalah jenis penelitian
kuantitatif. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah remaja yang sedang
berada di Merdeka Walk yang memakai aplikasi Tik-Tok sebanyak 25 orang berusia
15-18 tahun. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dengan
maksud Terdapat pengaruh penggunaan aplikasi tik-tok terhadap perilaku anak
remaja di Kota Medan. Perubahan pola perilaku yang terjadi adalah para remaja tidak
dapat membedakan apakah video-video Tik-Tok yang menjadi viral dan banyak
ditonton adalah video yang bermanfaat, bermoral dan bersifat edukasi. Jika video
tersebut menjadi viral dan banyak diikuti, maka mereka juga akan membuat video
tersebut dengan versi mereka tersendiri. Kemudian aplikasi Tik-Tok juga dapat
11
Lia Valiana, Suriana, dan Sarah Fazilla, Jurnal Dampak Pengunaan Aplikasi TikTok Terhadap
Perkembangan Karakter Siswa Kelas Vi Min 1 Aceh Utar,2020
https://ejurnal.iainlhokseumawe.ac.id/index.php/genderang-asa/article/view/1073, diakses pada
tanggal 1 Mey 2021. pukul 18.20 WIT
menambah tingkat kepercayaan diri mereka dalam mengekspresikan diri mereka
untuk menjadi tampil berani.12
Ketiga, penelitan Novita Sari Chandra Kusuma, Roswita Oktavianti (2020)
dengan judul Penggunaan Aplikasi Media Sosial Berbasis Audio Visual dalam
Membentuk Konsep Diri (Studi Kasus Aplikasi Tiktok). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana penggunaan media sosial berbasis audio visual dalam
membentuk konsep diri penggunanya dengan jenjang umur yang berbeda. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan jenjang umur pengguna TikTok
mempengaruhi durasi dalam menggunakan aplikasi juga mempengaruhi pembentukan
konsep diri yang dibentuk oleh narasumber. Dari komentar positif narasumber
mendapatkan kepercayaan diri dan dari komentar negatif narasumber membentuk
mental yang kuat dalam menanggapi komentar tersebut sebagai pembelajaran.
Aplikasi ini membentuk konsep diri pengguna ke arah yang baik seperti memberikan
kreatifitas dan wawasan kepada penggunannya dalam mengedit, membuat konten,
mendapat ilmu menari dan memasak. Aplikasi ini juga membentuk konsep diri
penggunanya ke arah yang buruk, seperti kurangnya dalam mengatur waktu.13
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya sebagaimana digambarkan di atas,
menunjukkan bahwa penelitian tersebut sangat berbeda dengan penelitian yang
diajukan pada saat ini dimana penelitian terdahulu mengkaji mengenai dampak
penggunaan aplikasi TikTok terhadap pembentukan konsep diri dan perkembangan
karakter. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada focus
penelitiannya dimana akan membahas mengenai Dampak penggunaan Aplikasi Tik
Tok Sebagai Media Ekspresi Seni Terhadap Perilaku Siswi SMK Kesehatan Tiant
Mandiri Ambon. Dengan penelitian terdahulu penulis mampu memahami Hubungan

12
Fredrick Gerhad Sitorus, skripsi Pengaruh Penggunaan Aplikasi Tik-Tok Terhadap Perilaku
Anak,2018, http://repository.umsu.ac.id/bitstream/123456789/4566/1/SP%20-%201303110216P.pdf,
diakses pada tanggal 1 Mey 2021. pukul 18.30 WIT
13
 Dian Novita Sari Chandra Kusuma, Roswita Oktavianti, Jurnal Penggunaan Aplikasi Media Sosial
Berbasis Audio Visual dalam Membentuk Konsep Diri (Studi Kasus Aplikasi Tiktok),
https://journal.untar.ac.id/index.php/koneksi/article/view/8214 , diakses pada tanggal 1 Mey 2021.
pukul 17.15 WIT
antara Aplikasi Tik Tok terhadap perkembangan Perilaku remaja. Penelitian
terdahulu dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan bacaan, agar peneliti mengetahui
batasan serta menambah pengetahuan tentang dampak penggunaan aplikasi tik tok
sebagai media ekspresi seni terhadap perilaku siswi SMK Kesehatan Tiant Mandiri
Ambon. Sehingga dengan menggunakan penelitian terdahulu, penulis dapat
mngetahui permasalahan dalam penelitian ini dan memahami bagaimana cara dalam
melakukan penelitian tersebut. Itulah sebabnya penelitian yang akan dilakukan ini
akan meneliti tentang Analisis Dampak Penggunaan Aplikasi Tik Tok Sebagai Media
Ekspresi Seni Terhadap Perkembangan Perilaku Siswi SMK Kesehatan Tiant Mandiri
Ambon.
1.6 Tinjauan Teori
1.6.1 Sigmund Freud id, ego, super ego
Menurut Freud kepribadian manusia terdiri atas tiga sistem, yaitu: Id, Ego,
dan Super Ego. Kendatipun ketiga sistem itu mempunyai fungsi, prinsip kerja, sifat,
dan dinamika sendiri-sendiri, namun ketiganya berhubungan utuh dan tidak dapat
dipisahkan satu dengan lainnya. Ketika tingkah laku manusia telah dilaksanakan
barulah dapat dinilai bahwa tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh sistem yang
mana.
a. Sistem Id
Id sering adalah aspek biologis yang merupakan aspek orisinil dari
kepribadian manusia. Id merupakan bagian ketaksadaran yang primitif didalam
pikiran.14 Ini merupakan wilayah yang gelap, tak bisa diakses, tinggal bersama
nafsu-nafsu naluriah, dan satusatunya realitasnya adalah kebutuhannya sendiri yang
egois. Dalam Id tidak terdapat konflik-konflik, kontradiksi-kontradiksi, dan
pertentangan-pertentangan tinggal begitu saja dan sering kali disesuaikan dengan
membentuk kompromi.
Dorongan-dorongan dari Id mengikuti tujuan-tujuannya sendiri, tak
tergantung satu sama lain dan tanpa memperhatikan yang lain. Kekuatan-kekuatan
14
Freud, Introduction to Psychology, terj. Mari juniati (Jakarta, Erlangga, 1981), hlm. 145
yang mengaktifkan aparat psikis, ditampilkan dalam organ-organ tubuh sebagai
pengungkapan kebutuhan-kebutuhan badani yang penting. Sejauh kebutuhan-
kebutuhan badani ini merupakan rangsangan bagi aktivitas psikis, disebutnya
“naluri-naluri”. Naluri-naluri inilah yang mengisi Id. Tegasnya, seluruh energi
dalam Id berasal dari naluri-naluri itu. Yang dicari naluri adalah pemuasan, artinya
naluri-naluri itu mencari terciptanya situasi dimana kebutuhan-kebutuhan badani
dapat dipuaskan. Menurunnya ketegangan kebutuhan oleh organ kesadaran dialami
sebagai menyenangkan, sedangkan meningkatnya ketegangan itu langsung dialami
sebagai tidak menyenangkan.15 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa asal
kepribadian manusia itu adalah Id. Sedangkan sistem Ego dan Super Ego
merupakan sistem pendatang ke dalam diri manusia. Id berfungsi mencari
kenikmatan dan menghindarkan diri dari “ketidak-nikmatan”16
b. Sistem Ego
Ego adalah sistem kepribadian yang didominasi kesadaran yang terbentuk
sebagai pengaruh individu kepada dunia obyek dari kenyataan dan menjalankan
fungsinya berdasarkan pada prinsip kenyataan berarti apa yang ada. Jadi ego
terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia
luar. Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan ego sehubungan dengan upaya
menawarkan dengan kebutuhan atau mengurangi ketegangan. Berlainan dengan Id
yang dikuasai oleh prinsip kenikmatan, Ego dikuasai oleh prinsip kenyataan
(Reality Principle).17 Tujuan dari prinsip kenyataan adalah menangguhkan
peredaran energi sampai benda nyata untuk memuaskan ketegangan itu dapat
ditemukan. Prinsip kenyataan ini dilaksanakan oleh suatu proses yang disebut
dengan Proses Sekunder (Secondary Process).18

15
Sigmund Freud, Sekelumit Sejarah Psikoanalisa, terj. K. Bertens (Jakarta, Gramedia, 1986),hlm. 87
16
Freud, Op,Cit, hlm. 145
17
Semiun, Yustinus. Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius, 2006.
hlm. 64
18
Freud, Op,Cit, hlm. 146
Ego merupakan bagian id yang terorganisasi dan hadir untuk memajukan
tujuan-tujuan id, bukan untuk mengecewakannya, dan seluruh dayanya berasal dari
id. Peran utamanya adalah menengahi kebutuan-kebutuhan instingtual dari
organisme dan kebutuhan-kebutuhan lingkungan sekitarnya. Dalam melaksanakan
fungsi-fungsi eksekutif, ego harus mempertimbangkan tuntutan-tuntutan dari id dan
superego yang bertentangan dan tidak realistik. Dengan demikian, ego terus
menerus mendamaikan tuntutan-tuntutan dari id dan superego dengan tuntutan
realistik dari dunia luar.19

c. Super Ego
Super Ego merupakan sistem sosiologis dari kepribadian manusia dan
merupakan wakil dari nilai-nilai atau norma-norma tradisional citacita masyarakat
sebagaimana yang ditafsirkan orang tua kepada anakanaknya. Proses internalisasi
norma-norma itu dilakukan orang tua melalui perintah dan larangan. Super Ego itu
dapat dianggap sebagai aspek moral dari kepribadian manusia. 20 Fungsinya yang
utama adalah menentukan apakah sesuatu itu “susila” atau “asusila”, pantas atau
tidak pantas, benar atau salah. Sehingga anak dapat bertindak sesuai dengan norma
masyarakat yang ada.
Super Ego memiliki dua subsistem, yaitu Suara Hati dan Ego Ideal. Suara
hati adalah hasil dari pengalaman dengan hukuman yang diberikan orang tua atas
tingkah laku yang tidak tepat.21 Suara hati primitif timbul ketika seorang anak
menyesuaikan diri dengan normanorma moral orang tua karena takut kehilangan
cinta atau persetujuan orang tua. Sebaliknya Ego Ideal berkembang dari
pengalaman dengan hadiah-hadiah untuk tingkah laku yang tepat.22

19
Semiun, Op,Cit, hlm. 65

20
Ruth Berry, Freud: Siapa Dia?, terj. Frans Kowa (Jakarta, Erlangga, 2001), hlm. 77
21
Freud, Op,Cit,. 166
22
Freud, Op,Cit, hlm. 67
Dalam hubungannya dengan sistem-sistem jiwa yang lainnya–Id dan Ego—maka
fungsi Super Ego adalah sebagai berikut:
1. Merintangi dorongan Id terutama dorongan seksual dan agresif yang
pemenuhannya sangat ditentang oleh masyarakat;
2. Mendorong Id untuk mengejar hal-hal yang lebih moralitas dari pada yang
realitas;
3. Mengejar kesempurnaan.

1.6.2 Konsep Kesadaran Stigmund Freud di jadikan satu konsep


Awalnya Freud membagi taraf kesadaran manusia menjadi tiga lapis, yakni
lapisan unconscious (ketaksadaran), lapisan preconscious (prasadar), dan lapisan
conscious (sadar). Di antara tiga lapisan itu, lapisan ketaksadaran adalah bagian
terbesar yang memengaruhi perilaku manusia. Freud menganalogikannya dengan
fenomena gunung es di lautan, di mana bagian paling atas yang tampak di permukaan
laut mewakili lapisan sadar. Prasadar adalah bagian yang turun-naik di bawah dan di
atas permukaan. Sementara itu, bagian yang terbesar dari gunung es itu berada di
bawah permukaan air, dalam hal jiwa merupakan alam ketaksadaran (unconscious).
Alam sadar merupakan bagian kecil dari kehidupan psikis yang merupakan sistem
yang disadari. Menurut Sunaryo, alam kesadaran ini diperoleh melalui pengamatan
baik yang berasal dari luar dirinya (eksternal) maupun yang dari dalam dirinya
(internal).23 Sementara itu, Semiun menyatakan bahwa alam kesadaran merupakan
satu-satunya tingkat kehidupan mental yang secara langsung tersedia bagi kita.24
Selanjutnya, Freud mengemukakan bahwa tingkat pikiran prasadar berisi
semua elemen yang tak sadar, tetapi dapat dengan mudah disadari. Isi keprasadaran
berasal dari dua sumber yakni persepsi sadar dan ketidaksadaran. Dalam persepsi
sadar apa yang dipersepsikan seseorang adalah sadar hanya untuk sementara waktu,
tetapi kemudian cepat memasuki keprasadaran bila pusat perhatian beralih kepada

23
Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan (Jakarta : Buku Kedokteran EGC, 2004), hlm 8.
24
Semiun, Op.Cit., hlm 59.
pikiran lain. Pikiran-pikiran lain yang berasal dari ketidaksadaran dapat memasuki
kesadaran tetapi hanya karena sifatnya yang asli tersamar melalui proses mimpi,
keseleo lidah (salah ucap), atau tindakan defensif yang dilakukan dengan teliti. Freud
juga berpendapat bahwa isi dari ketidaksadaran adalah dorongandorongan, keinginan-
keinginan, sikap-sikap, perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, atau insting-insting yang
tidak dapat dikontrol oleh kemauan, hanya dengan susah payah (kalau dapat) ditarik
ke dalam kesadaran, tidak terikat oleh hukum-hukum logika, dan tidak dapat dibatasi
oleh waku dan tempat. Ketidaksadaran memotivasi sebagian besar kata-kata,
perasaan, dan tindakan manusia. Ketidaksadaran tidak berarti nonaktif atau tidur.
Insting-insting dalam ketidaksadaran terus menerus berjuang untuk menjadi sadar dan
banyak di antaranya berhasil meskipun mereka tidak kelihatan lagi dalam bentuk
aslinya.25
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat diketahui, bahwa alam sadar dapat
didefinisikan sebagai elemen-elemen mental dalam kesadaran pada saat tertentu, dan
merupakan satu-satunya tingkat kehidupan mental yang secara langsung tersedia.
Sementara itu, alam ketidaksadaran tidak mudah disadari, hanya dapat dibuktikan
secara tidak langsung. Ketidaksadaran ini berisi dorongan-dorongan,
keinginankeinginan, sikap-sikap, perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, atau insting-
insting yang tidak dapat dikontrol oleh kemauan dan terus menerus berjuang untuk
menjadi sadar. Alam prasadar berasal dari dua sumber yakni persepsi sadar dan
ketidaksadaran. Persepsi sadar cepat memasuki keprasadaran bila pusat perhatian
beralih kepada pikiran lain. Pikiran yang berasal dari ketidaksadaran dapat memasuki
kesadaran tetapi tersamar.

1.6.3 Remaja
Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa
Latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”.
Menurut Mappiare (1982) masa ini berlangsung antara umum 12 tahun sampai
25
Semiun, Op.Cit., hlm 58.
dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. 26
Adapula ahli psikologi menganggap masa remaja sebagai peralihan dari masa anak
ke masa dewasa, yaitu saat-saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai
anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan orang
dewasa.27
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju
masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik
maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh
berkembang pesat sehinggaa mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai
pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah
secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada
periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua
dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa.
Selain perubahan yang terjadi dalam diri remaja, terdapat pula perubahan
dalam lingkungan seperti sikap orang tua atau anggota keluarga lain, guru, teman
sebaya, maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini merupakan reaksi terhadap
pertumbuhan remaja. Remaja dituntut untuk mampu menampilkan tingkah laku
yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang seusianya. Untuk memenuhi
kebutuhan sosial dan psikologisnya, remaja memperluas lingkungan sosialnya di
luar lingkungan keluarga, seperti lingkungan teman sebaya dan lingkungan
masyarakat lain.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah anak-anak
yang mengalami masa-masa peralihan transisi baik secara psikis maupun fisiknya
dengan batasan-batasan usia yang di tetapkan oleh para ahli, dengan adanya
perubahan kejiwaan atau psikis menimbulkan kebingungan di kalangan remaja.
Sebabnya karena mereka mengalami penuh gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga

26
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2009), Hlm 9.
27
Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, Badung: Remaja Rosdakarya. 2009, Hlm.63
mudah menyimpang dari aturan dan norma-norma sosial yang berlaku di kalangan
masyarakat.
a. Ciri-Ciri Remaja
1) Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat
dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Untuk mengimbangi
pertumbuhan yang cepat itu, remaja membutuhkan makan dan tidur yang lebih
banyak. Dalam hal ini kadang-kadang orang tua tidak mau mengerti, dan marah-
marah bila anaknya terlalu banyak tidurnya. Perkembangan fisik mereka jelas terlihat
pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, otot-otot tubuh berkembang pesat,
sehingga anak kelihatan bertumbuh tinggi, tetapi kepalanya masih mirip dengan anak-
anak.28
2) Perkembangan Seksual
Seksual mengalami perkembangan yang kadang-kadang menimbulkan
masalah dan menjadi penyebab timbulnya perkelahian, bunuh diri, dan sebagainya.
Tanda-tanda perkembangan seksual pada laki-laki di antaranya, alat reproduksi
spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa
sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan bila rahimnya sudah
bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi (datang bulan) yang pertama.29
3) Cara Berpikir Kausalitas
Ciri yang ketiga adalah cara berpikir kausalitas, yaitu menyangkut sebab dan
akibat. Misalnya remaja duduk di depan pintu, kemudian orang tua melarangnya
sambil berkata “pantang” (suatu alasan yang diberikan orang-orang tua di sumatera
secara turun temurun). Andaikan yang dilarang itu anak kecil, pasti ia akan menurut
perintah orang tuanya, tetapi remaja yang dilarang itu akan mempertanyakan
mengapa ia dilarang duduk di depan pintu.30

28
Zulkifli L, Op.Cit, Hlm 65
29
Ibid, hlm.65
30
Ibid, Hlm 65
Remaja sudah mulai berpikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua,
guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Bila guru dan orang tua
tidak memahami cara berpikir remaja, akibatnya timbullah kenakalan remaja berupa
perkelahian antar pelajar yang sering terjadi di kota-kota.31
4) Emosi Yang Meluap
Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan
hormone. Suatu saat ia bisa sedih sekali, di lain waktu ia bisa marah sekali. Hal ini
terlihat pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya
karena, misalnya, dipelototi. Kalau sedang senang-senangnya mereka mudah lupa diri
karena tidak mampu menahan emosi yang meluap-luap itu, bahkan remaja mudah
terjerumus kedalam tindakan yang tidak bermoral, misalnya remaja sedang asyik
berpacaran bisa terlanjur hamil sebelum mereka di nikahkan, bunuh karena ptus cinta,
membunuh orang karena marah, dan sebagainya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih
menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis.32

5) Mulai Tertarik Pada Lawan Jenis


Secara biologis manusia terbagi atas dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan.
Dalam kehidupan social remaja, mereka mulai tertarik pada lawan jenisnya dan mulai
berpacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang memahami, kemudian melarangnya,
akan menimbulkan masalah, dan remaja akan bersikap tertutup terhadap orang
tuanya. Secara biologis anak perempuan lebih cepat matang dari pad anak laki-laki.
Gadis yang berusia 14 sampai dengan 18 lebih cendrung untuk tidak merasa puas
dengan perhatian pemuda yang seusia dengnnya. Karena itu dia tertarik pada pemuda
yang usianya beberapa tahun di atasnya. Keadaan ini terus berlangsung sampai ia
duduk di bangku kuliah. pada masa itu akan terlihat pasangan muda mudi yang
pemudanya berusia lebih tua dari pada gadisnya.33

31
Ibid, Hlm 66
32
Ibid, Hlm 66
33
Ibid, Hlm 66
6) Menarik Perhatian Lingkungan
Pada masa ini remaja mencari perhatian dari lingkungannya, berusaha
mendapatkan status dan peranan seperti kegiatan remaja di kampung-kampung yang
diberi peranan. Misalnya mengumpulkan dana atau sumbangan kampung, pasti ia
akan menjalankannya dengan baik.Bila tidak diberi peranan, ia akan melakukan
perbuatan yang menarik perhatian masyarakat, bila perlu melakukan perkelahian atau
kenakalan lainnya. Remaja akan berusaha mencari peranan di luar rumah bila orang
tua tidak memberikan peranan kepadanya karena menganggapnya sebagai anak
kecil.34
7) Terikat Dengan Kelompok
Remaja dalam kehidupan social sangat tertarik kepada kelompok sebayanya
sehingga tidak jarang orang tua dinomor duakan sedangkan kelompoknya dinomor
satukan. Orang tua yang kurang mengerti pasti akan marah karena ia sendiri yang
memberi makan, membesarkan, membiayai sekolahnya, tetapi tidak dituruti
omongannya bahkan dinomor duakan oleh anaknya yang lebih menurut pada
kelompoknya.35
b. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan
perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan
berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja adalah
berusaha:
1) Mampu menerima keadaan fisiknya.
2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.
4) Mencapai kemandirian emosional.
5) Mencapai kemandirian ekonomi.

34
Ibid, Hlm 66
35
Ibid, Hlm 67
6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan
untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.
8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab social yang di perlukan untuk
memasuki dunia dewasa.
9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.36
1.6.4. Pengertian Perilaku
Pakai frued
Menurut Notoatmodjo perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian
ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati
oleh pihak luar.37 Sementara itu Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo,
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons,
maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.38
Dari beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa perilaku adalah cara
berbuat atau aktifitas manusia dalam kegiatan kesehariannya, yang terjadi karena
adanya proses timbal balik antara ransangan atau stimulus organisme terhadap
lingkungannya.
a. Proses Pembentukan Perilaku
pembentukan perilaku dibagi menjadi tiga cara sesuai keadaan yang diharapkan,
yakni:
36
Mohammad Ali, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Bumi Aksara, 2006,
hal.10
37
Notoatmodjo Soekidjo, Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. hal. 1
38
Ibid, Hlm 1.
1) Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan
Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan kondisioning
atau kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang
diharapkan, maka akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut. Cara ini didasarkan
atas teori belajar kondisioning baik yang dikemukakan oleh Pavlov maupun oleh
Thorndike dan Skinner terdapat pendapat yang tidak seratus persen sama, namun para
ahli tersebut, mempuntai dasar pandangan yang tidak jauh beda satu sama lain.
2) Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)
Disamping pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan,
pembentukan perilaku juga dapat ditempuh dengan pengertian. Cara ini didasarkan
atas teori belajar kognitif yaitu belajar disertai dengan adanya pengertian. Bila dalam
eksperimen Thorndike dalam belajar yang dipentingkan adalah soal latihan, maka
dalam eksperimen Kohler dalam belajar yang dipentingkan dalah pengertian. Kohler
adalah salah satu tokoh psikologi Gestalt dan termasuk dalam aliran kognitif.
3) Pembentukan perilaku dengan menggunakan model
Disamping cara-cara pembentukan perilaku diatas, pembentukan perilaku
masih dapat ditempuh dengan menggunakan model atau contoh. Pemimpin dijadikan
model atau contoh bagi yang dipimpinnya. Cara ini didasarkan oleh teori belajar
sosial (social learning theory) atau observational learning theory yang dikemukakan
oleh Bandura (1977).39
b. Tahapan-Tahapan Dalam Proses Pembentukan Perilaku
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang
tersebut terjadi proses berurutan yakni:40
1) Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus (objek)

39
Bimo Walgito. Psikologi Sosial, Yogyakarta, Andi Offset,1994. hal. 8
40
Notoatmodjo Soekidjo, Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. hal. 4
2) Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
3) Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, Hal
ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus
1.6.5 Aplikasi Tik Tok
Aplikasi Tik Tok Tik tok merupakan sebuah aplikasi yang memberikan efek
spesial yang unik dan menarik yang bisa digunakan oleh para pengguna aplikasi ini
dengan mudah untuk membuat vidio pendek yang keren dan bisa menarik perhatian
banyak orang yang melihatnya.41 Aplikasi tik tok adalah sebuah jaringan sosial dan
platform video musik tiongkok yang diluncurkan pada september 2016.42 Aplikasi ini
adalah aplikasi pembuatan video pendek dengan didukung musik, yang sangat
digemari oleh orang banyak termasuk orang dewasa dan anak-anak dibawah umur jari
yang banyak juga dibuat oleh setiap orang. Dan video-video tersebut dibuat juga oleh
anak-anak dibawah umur yakni peserta didik yang belum begitu memahami arti dari
video-video tersebut. Indikator media sosial Tik Tok dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:43
a. Adanya dampak positif dan Dampak negatif dalam menggunakan
aplikasi Tik Tok.
b. Adanya kreatifitas mereka dalam penggunaan aplikasi Tik Tok.

41
https://www.mastekno.com/id/apa-itu-tik-tok/, diakses pada tanggal 29 Juni 2021, pukul 19.24 WIB
42
Wisnu Nugroho Aji, Aplikasi Tik Tok Sebagai Media Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia,ISBN: 978-602-6779-21-2
43
Nisa Khairuni, Dampak Positif dan Negatif Sosial Media Sosial Media Terhadap Pendidikan Akhlak
Anak, Jurnal Edukasi, Vol 2 No 1 Januari 2016
Dalam aplikasi media sosial tik tok banyak berbagai konten video yang ingin
mereka buat dengan mudah. Tidak hanya melihat dan menirukan, mereka juga dapat
membuat video dengan cara mereka sendiri. Mereka dapat menuangkan berbagai
video-video yang kreatif sesuai dengan ide-ide mereka. Tidak hanya mengenai video-
video menarik, joget, lipsync dll, mereka juga bisa ikut tantangan-tantangan yang
dibuat pengguna lain. Aplikasi tik tok adalah salah satu aplikasi yang membuat
pengguna nya terhibur. Aplikasi ini bisa dikatakan adalah aplikasi penghibur.
Beberapa orang pengguna banyak sekali yang mengatakan bahwa aplikasi ini adalah
aplikasi yang dapat membuat si pengguna terhibur. Dalam aplikasi ini pengguna
dapat melihat-lihat berbagai kreatifitas setiap pengguna lain di beranda.
Aplikasi tik tok ini pun dapat membuat si pengguna dikenal atau terkenal.
Dikenal atau terkenal karena video-video yang mereka buat, ada video yang terkenal
karena kreatifitasnya, ada juga yang terkenal karena video nya yang lucu, ada juga
yang terkenal karena keunikan video yang dibuat. Semua sesuai pandangan dari
setiap penonton atau si pengguna lain.

1.7 Kerangka Pemikiran


Pembahasan mengenai dampak penggunaan aplikasi tiktok terhadap
Perkembangan perilaku akan bertolak dari latar belakang dan tinjauan teori Stigmund
Freud yang telah dikemukakan di atas. Dalam penelitian ini akan meneliti secara
mendalam tentang Dampak Penggunaan Aplikasi Tik Tok Sebagai Media Ekspresi
Seni Terhadap Perkembangan Perilaku Siswi SMK Kesehatan Tiant Mandiri Ambon.
Penetapan focus penelitian ini dengan pertimbangan bahwa adanya perilaku sadar dan
tidak sadar yang dilakukan siswi dalam menggunakan aplikasi tiktok sebagai media
ekspresi seni.

Penggunaan Aplikasi Tiktok


Sebagai Media Ekspresi Seni

Perilaku Remaja
1. Perilaku sadar 1. Dampak positif

2. Perilaku tidak 2. Dampak negatif


sadar

Masalah Penelitian:
Analisis Dampak Penggunaan Aplikasi Tik Tok
Sebagai Media Ekspresi Seni Terhadap
Perkembangan Perilaku Siswi SMK Kesehatan
Tiant Mandiri Ambon

Gambar 1: Kerangka Pikir


Sumber: oleh Peneliti

1.8 Hipotesis Penelitian

H1: Terdapat perilaku sadar siswi dalam menggunakan aplikasi tiktok

H2 : Tidak terdapat perilaku sadar siswi dalam menggunakan aplikasi tiktok

H3: Terdapat perilaku tidak sadar siswi dalam menggunakan aplikasi tiktok
H4 : Tidak terdapat perilaku tidak sadar siswi dalam menggunakan aplikasi

tiktok

H5: Terdapat dampak penggunaan aplikasi tik tok sebagai media ekspresi

estetis terhadap perkembangan perilaku siswi

H6 : Tidak terdapat dampak penggunaan aplikasi tik tok sebagai media

ekspresi estetis terhadap perkembangan perilaku siswi

1.9 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode penelitian


kuantitatif. Disebut dengan kuantitatif karena data data yang terkumpul dalam
penelitian ini dapat dianalisis dengan menggunakan analisis statistik. Penelitian
kuantitatif yaitu suatu penelitian yang datanya berupa angka yang digunakan sebagai
alat untuk menemukan sebuah keterangan.44 Penelitian kuantitatif merupakan
penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dai pengumpulan data,
penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada
tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disetai dengan gambar, tabel, grafik
datau tampilan lainnya.45
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. 46 Berdasarkan
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan peneliti
bertujuan untuk menganalisis, dan mendeskripsikan fenomena yang ada
menggunakan angka-angka. Berdasarkan metode penelitian diatas, maka dalam
penelitian ini menggunakan metode kuantitatif untuk mendeskripsikan perilaku sadar
44
S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010),h. 105
45
Zuhairi, et.al., Pedoman Penelitian Karya Ilmiah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 24.
46
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 147.
dan tidak sadar siswi SMK Tian Mandiri Ambon dalam menggunakan aplikasi tiktok
dan dampak penggunaan aplikasi tiktok sebagai media ekspresi estetis terhadap
perkembangan perilaku siswi berdasarkan masing-masing variabel.
1.10 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dideskripsikan sebagai berikut :
(1) Peneliti menemui subjek dalam wilayah (lokasi) yang telah ditentukan
berdasarkan teknik penarikan sampel, selanjutnya peneliti melakukan
wawancara bersama siswi
(2) Setelah subjek diminta untuk mengikuti wawancara bersama peneliti
(3) Peneliti merekam atau mencatat segala respons siswi yang muncul saat
mengikuti wawancara
(4) Diakhir proses wawancara peneliti meminta siswi untuk melakukan
evaluasi dengan cara siswi diminta kesediaan untuk mengisi kuesioner pre
test.
(5) Hasil isian kuesioner pre test dan perekaman selanjutnya dibuat dalam
transkrip sebagai bahan analisis untuk menentukan tindakan atau treatment
selajutnya.
(6) Hasil hasil wawancara dan kuesioner ditabulasi berdasarkan tema-tema dan
selanjutya digunakan sebagai acuan analisis
(7) Analisis dan tabulasi data untuk menjawab rumusan masalah & hipotesi
1.11 Subjek Penelitian
Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu, ditetapkan oleh peneliti,
dipelajari dan kemudian membuat suatu kesimpulan, sedangkan sampel didefinisikan
sebagai representase atau perwakilan dari populasi. Dari definisi populasi dan sampel
maka populasi dalam penelitian ini adalah siswi Sekolah Menengah Kejuruan SMK
Tian Mandiri Ambon , sampelnya adalah siswi SMK Tian Mandiri Ambon yang yang
mengguanakan aplikasi tiktok. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
1.12 Variabel Penelitian
Aspek penting dalam prosedur penelitian ilmiah adalah melakukan
pengontrolan terhadap variabel penelitian. Menurut Kerlinger, variabel adalah suatu
sifat yang dapat memiliki bermacam nilai berupa subjek, objek atau kegiatan-kegiatan
lain yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti, dipelajari dan diteliti
untuk memperoleh simpulan tertentu.47 Variabel terikat atau dependent variable
adalah variabel yang bergantung pada variabel bebas.48 Variabel bebas (independent
variable) yang dipilih adalah penggunaan aplikasi tiktok dan variabel dependent
adalah perilaku sadar-tidak sadar, dan ekspresi estetis.

1.13 Defenisi Konsep dan Operasional Variabel Penelitian


Konstruk merupakan jenis konsep yang berada dalam tingkatan abstraksi yang
lebih tinggi, dikonstruksi dengan kesengajaan dan kesadaran penuh bagi suatu
maksud ilmiah yang khusus. Konstruk juga dapat diartikan sebagai konsep yang telah
dibatasi pengertiannya sehingga dapat diamati dan diukur.49 Dari definisi konstruk
menurut Kerlinger maka definisi konsep dan operasional variabel penelitian
dijelaskan sebagai berikut :
(1) Penggunaan aplikasi tiktok
Suatu kegiatan pengoperasian aplikasi tiktok untuk menonton konten yang
tersedia atau membuat konten sendiri berupa audio maupun video yang
memiliki nilai estetis, artistik, berdasarkan kreatifitas masing-masing pengguna.
(2) Perilaku sadar
47
Kerlinger, Asas–Asas Penelitian Behaviour. Edisi 3, Cetakan 7. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2006. Hlm. 49
48
Creswell W. John, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar. 2013, Hlm. 77

49
Op,cit. Kerlinger, hlm. 48
Perilaku sadar adalah perilaku pengguanaan aplikasi tiktok yang dilakukan
berdasarkan proses berfikir terhadap nilai-nilai etika dalam bersosial media.
(3) Perilaku tidak sadar
Perilaku tidak sadar merupakan perilaku penggunaan aplikasi tiktok yang
dilakukan secara spontan atau instingtif tanpa memikirkan aspek sebab akibat.
(4) Ekspresi Estetis
Ekspresi etetis adalah segala perilaku siswi yang ditunjukan melalui sikap dan
tindakan dalam menggunakan aplikasi tiktok seperti, bernyanyi, menari dan
sebagainya.

1.14 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti untuk


memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan dan informasi terpercaya
untuk menjawab masalah penelitian dan hipotesis penelitian . 50
Teknik pengumpulan
data penelitian dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan yaitu teknik
pengumpulan data kualitatif dan teknik pengumpulan data kuantitatif. Teknik
pengumpulan data kualitatif yang digunakan adalah :
1. Observasi
Pada penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data dengan tahap
observasi yaitu pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti.
Observasi atau pengamatan adalah pengumpulan data dengan cara mengamati dan
mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diteliti.51 Kegiatan observasi meliputi
melakukan pencatatan kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-
hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Pada
tahap ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktifitas siswi
50
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2013. Hlm. 308
51
Husaini Usman Dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, PT. Bumi Aksara,
Jakarta, 2009, Hlm.52
dalam menggunakan aplikasi tiktok. Hal ini bertujuan untuk mengumpulkan data
terkait penggunaan aplikasi tiktok oleh para siswi SMK Kesehatan Tiant Mandiri
Ambon
2. Wawancara

Untuk mendapatkan informasi langsung, penulis melakukan teknik


wawancara sebagai cara memperoleh informasi akurat dan terpercaya guna penulisan
yang lebih valid. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu. Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang
lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena
yang terjadi.52 Pada tahap ini penulis akan melakukan tanya jawab secara langsung
dengan para siswa, guru, dan orang tua terkait penggunaan aplikasi tiktok sebagai
media ekspresi seni. Penulis menggali berbagai infomasi terkait penggunaan aplikasi
tiktok oleh para siswi SMK Kesehatan Tiant Mandiri Ambon.

3. Dokumentasi

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan


wawancara dalam penelitian kualitatif.53Dokumen-dokumen yang dikumpulkan
berkaitan dengan objek yang diteliti, baik berupa foto-foto, video dan dokumen
lainnya. Metode pengumpulan data ini sangat bermanfaat karena dapat dilakukan
tanpa mengganggu obyek atau suasana penelitian. Pada tahap ini penulis
mengumpulkan berbagai data yang berkaitan dengan penggunaan aplikasi tiktok oleh
siswi SMK Kesehatan Tiant Mandiri Ambon diantaranya yaitu berupa video-video
tiktok yang dibuat oleh siswi.Kuesioner
52
Opcit, Sugiyono, hal.114
53
Ibid, hal. 124
3. Angket (Kuesioner)
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden, dalam hal ini yaitu laporan tentang pribadi atau hal-hal
lainnya. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
memberi seperangkat pertanyaan ataupun pernyataan yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab.54 Angket dalam penelitian ini hasilnya berfungsi untuk
memberikan informasi kepada pembaca terkait dengan jawaban dari responden, dan
penggunaan angket ini untuk mendapatkan data tentang penggunaan aplikasi tiktok
oleh siswi SMK Tian Mandiri Ambon.

1.15 Uji Keabsahan Data, Uji Validitas dan Reliabilitas

1.15.1 Uji Keabsahan Data


Pengujian keabsahan data diterapkan dalam penelitian agar data yang diperoleh
terjamin keabsahan data, yaitu dengan menggunakan teknik triangulasi.Teknik tri-
angulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain, diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu. Denzin dan Moleong, membedakan empat macam tri-angulasi diantaranya
dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.
a) Tri-angulasi dengan sumber; berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam metode kualitatif.
b) Tri-angulasi dengan metode; terdapat dua strategi, yaitu: (a) pengecekan derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan, (b)
pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
c) Tri-angulasi penyidik; ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat
lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
Memanfaatkan pengamat lainnya membantu mengurangi kemencengan dalam
54
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 142.
pengumpulan data. Atau dengan cara lain ialah dengan membandingkan pekerjaan
seorang analisis dengan analisis lainnya.
d) Tri-angulasi dengan teori; hal ini dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan
satu atau lebih teori dan dinamakan penjelasan banding (rival explanation).55
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pengecekan keabsahan data dengan
tri-angulasi suber; dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil
wawancara, membandingkan apa yang dikatakan subjek di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi, membandingkan apa yang dikatakan orang-orang
tentang situasi peneliti dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu,
membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang lain, dan membandingkan hasil wawancara dengan suatu dokumen
yang berkaitan.
1.5.2. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas merupakan
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen. Suatu instrument
yang valid akan mempunyai validitas yang tinggi sebaliknya suatu instrument yang
kurang valid akan mempunyai validitas yang rendah. 56 Dapat dikatakan bahwa
validitas adalah suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya atau
ketepatan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Dari definisi di atas maka sangat
perlu untuk menetapkan jenis validitas dalam penelitian.
Jenis validitas yang digunakan adalah validitas konstruk. Validitas konstruk
mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur konsep dari suatu teori yang
menjadi dasar penyusunan instrumen. Validitas konstruk menekankan sejauh mana
skor-skor hasil pengukuran dengan instrumen yang dipersoalkan dapat merefleksikan
konstruksi teoritis yang menjadi dasar penyusunan alat ukur. Validitas konstruk diuji

55
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001),hlm. 173
56
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
hlm.211
dengan menggunakan pemeriksaan ahli atau yang disebut dengan expert judgement.57
Setelah validitas konstruk diuji dan telah disetujui selanjutnya instrumen yang telah
disusun dalam bentuk butir item diuji coba (try out) dengan menggunakan rumus
korelasi pearson product moment dengan angka kasar, dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan:
X = skor butir
Y = skor total
rxy = koefisien korelasi antara skor butir dan skor total
N = banyaknya responden

Uji coba instrumen penelitian dilakukan peneliti dengan menetapkan subjek


sebanyak 30 orang siswa yang dipilih secara random. Pengujian validitas instrumen
penelitian dilakukan dengan formula korelasi product moment (Pearson) antara
masing-masing item yang mengukur suatu skala dengan skor total skala tersebut. 
Kriteria yang digunakan adalah bila nilai koefisien korelasi butir-total lebih besar dari
nilai r tabel, maka butir yang bersangkutan dapat dinyatakan valid/sahih. 58 Untuk
responden yang berjumlah 30, dapat diperoleh derajat bebas df sebesar n -2 = 30 – 2
= 28. Untuk df = 28 dan nilai alpha 5% (dua sisi), diperoleh nilai r tabel sebesar
0,374. Nilai r tabel ini selanjutnya digunakan untuk kriteria validitas butir-butir
kuesioner. Untuk dapat dinyatakan valid, korelasi butir-total harus lebih besar dari
0,374. Berikut ini disajikan data hasil uji coba instrumen penelitian.59
Tabel. 1.3
57
Widoyoko, Eko Putro, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, .
2014, hlm. 145-146

58
Burhan, Nurgiyantoro, Gunawan dan Marzuki. Statistik Terapan : Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu
Sosial. Cetakan Ketiga (Revisi). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 2004. Hlm. 339
Acuan validasi isi Uji Coba Instrumen Penelitian
Keterangan Indikator Variabel Penggunaan Aplikasi Tiktok

Periaku Sadar Dalam Periaku Tidak Sadar Ekspresi Estetis Dalam


Penggunaan Aplikasi Dalam Penggunaan Penggunaan Aplikasi
Tiktok Aplikasi Tiktok Tiktok

Skala 1-5 1-5 1-5

Jumlah
Butir
Aitem 12 12 24

Tabel 1.4
Hasil Uji Validitas

No Indikator Jumlah Butir Valid Tidak Kriteria


Aitem Valid

1 Periaku Sadar 1-12 1,,3,4,5,6,7.8,9,10,11,12 1,2, 3, 4


Dalam
Penggunaan Valid
Aplikasi Tiktok Jika, r
butir < r
2 Periaku Tidak 1-12 1,2,3,4,5,6,7.8,9,10,11 12 tabel
Sadar Dalam
Penggunaan (0,374)
Aplikasi Tiktok

3 Ekspresi Estetis 1-24 1,2,3,4,5,6,7.8,9,10,11,12 24

59
Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2012.hlm.149
Dalam 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,
Penggunaan 20, 21, 22, 23,
Aplikasi Tiktok

Tabel 1.4 dari hasil uji coba butir aitem instrumen ditemukan bahwa untuk
instrumen perilaku sadar dalam penggunaan aplikasi tiktok dinyatakan 4 butir tidak
valid, dan 8 butir dinyatakan valid, tetapi meningingat butir-butir yang tidak valid
ini adalah penting untuk mengukur variabel maka redaksi butir akan di adapatasi
sehingga subjek dalam pengisisan tidak mengalamai kesalahan interpretasi makna
jawaban. Butir aitem ekspresi estetis dalam penggunaan aplikasi tiktok dinyatakan
valid 11 butir dan butir ke 12 dinyatakan tidak valid, Butir aitem kenyamanan dalam
pembelajaran seni budaya dinyatakan valid sebanyak 23 butir dan butir ke 24
dinyatakan tidak valid.

1.15.3 Reliabilitas
Reliabilitas adalah konsistensi hasil pengukuran apabila prosedur pengukuran
dilakukan secara berulang kali terhadap suatu populasi dan sampel atau sekelompok
orang atau individu tertentu .60 Reliabilitas merupakan pengukuran yang
menghasilkan data yang reliabel (reliable). Terdapat banyak istilah yang merujuk
makna reliabilitas misalnya konsistensi, keterandalan, keterpercayaan dan kestabilan.
Umumnya reliabilitas mengacu pada sejauh mana hasil suatu proses pengukuran
dapat dipercaya.61  Instrumen dinyatakan reliabel apabila koefisien reliabilitasnya
minimal 0,6. Reliabilitas butir item menggunakan alpha cronbach yang dinyatakan
dengan rumus :62
60
Supratiknya, Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2014. Hlm. 127
61
Op,cit. Widoyoko, hlm. 157-158
62
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta, 2011. Hlm. 184
Keterangan

Α = Koefisien reliabilitas
n = Banyaknya bagian (potongan tes)
Vi  = Varians tes bagian I yang panjangnya tidak ditentukan
Vt  = Varians skor total (perolehan)

Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan teknik


Cronbach’s alpha. Menurut Nunnally sebagaimana dikutip oleh Imam Ghozali, batas
minimal nilai Cronbach alpha yang umum diterima untuk persyaratan reliabilitas
suatu instrumen adalah 0,600.63 Hasil analisis reliabilitas instrumen, yang diasarkan
pada kriteria Cronbach’s alpha menurut Nunnally disajikan dalam Tabel berikut ini.

Tabel 1.5
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Alpha Batas Minimal Status


Instrumen
Cronbach
Periaku Sadar Dalam Penggunaan Aplikasi 7,13 0,600 Reliabel
Tiktok
Periaku Tidak Sadar Dalam Penggunaan 7,43 0,600 Reliabel
Aplikasi Tiktok
Ekspresi Estetis 7,40 0,600 Reliabel

Dalam Penggunaan Aplikasi Tiktok

Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa ketiga indikator instrumen memiliki


nilai realibilitas yang memenuhi syarat dan dinyatakan reliabel (andal), karena
memiliki nilai -Cronbach berada di atas 0,600. Karena instrumen telah memenuhi

63
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Peneliti Universitas
Diponegoro, Semarang. 2001. Hlm. 133
persyaratan validitas butir dan reliabilitas instrumen, maka instrumen-instrumen
tersebut memenuhi syarat untuk mengumpulkan data penelitian.
Tabel. 1.6
Butir Instrumen Penelitian
No Indikator/Indikator Valid

1 Periaku Sadar Dalam Penggunaan 1,,3,4,5,6,7.8,9,10,11,12


Aplikasi Tiktok
2 Periaku Tidak Sadar Dalam 1,2,3,4,5,6,7.8,9,10,11
Penggunaan Aplikasi Tiktok
3 Ekspresi Estetis 1,2,3,4,5,6,7.8,9,10,11,12

Dalam Penggunaan Aplikasi 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23
Tiktok

1.16. Teknik Analisis Data


Analisis data metode campuran menawarkan teknik analitis data yang bersifat
komprehensif. Analisis data metode campuran membantu peneliti untuk
memanfaatkan teknik analisis data kuantitatif sekaligus kualitatif sehingga dapat
memahami topik dan masalah penelitian dengan baik. Analisis data penelitian
menggunakan prinsip fundamental. Menurut Jhonson dan Turner, analisis data
metode campuran adalah teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif secara
bersamaan (konkruen) atau secara berurutan (sekuensial) pada tahap tertentu yang
dimulai dengan proses pengumpulan data yang interpretasinya dilakukan secara
pararel, terpadu ataupun berulang64

64
Tashakkori Abbas dan Charles Teddlie, Mixed Methodology: Mengkombinasikan Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010, hlm. 317-318
Berdasarkan pemahaman diatas maka teknik analisis data penelitian
menggunakan dua model. Pertama, analisis data kualitatif dengan menggunakan
model analisis data interaktif Miles & Huberman, sedangkan analisis data kuantitatif
menggunakan regresi linier berganda.

1.16.1 Teknik Analisis Data Kualitatif


1)Reduksi Data
Peneliti merangkum beberapa data yang ada dilapangan, kemudian
diambil dari beberapa data yang dianggap pantas mewakili untuk dimasukan
dalam pembahasan ini. Mattew B. Milles dan A. Michael Huberman
mengemukakan: Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemutusan
perhatian pada menyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar
yang muncul dari catatancatatan tertulis di lapangan sebagaimana kita ketahui
reduksi data langsung terus menerus selama proyek yang berorientasi
kualitatif berlangsung.65

2) Penyajian Data
Adalah penyajian data yang telah direduksi dalam model-model
tertentu untuk menghindari adanya kesalahan penafsiran terhadap data
tersebut. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Mattew B. Milles dan A.
Michael Hubernam; alur penting kedua dari analisis adalah penyajian data,
yakni sekumpulan informasi yang tersusun memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan data pengambilan tindakan.66
3)Verifikasi Data
Yaitu adanya suatu pengambilan kesimpulan dengan cara
mengevaluasi data atau memeriksa kembali data yang telah disajikan,

65
Mattew B. Milles dan A. Michael Hubernam, Qualitatif Data Analisis, Diterjemahkan oleh Tjetjep
Rohendi, Analisis kualitatif,. Cet. I (Jakarta : UI Prees, 1992), hlm. 16
66
Ibid. hlm. 17
sehingga penyajian dan pembahasan benar-benar dijamin akurat. Atau
mengevaluasikan dan menilai data-data yang disajikan. Mattew B. Milles dan
A. Michael Huberman, menjelaskan:Kegiatan manusia ketiga yang penting
adalah menarik kesimpulan dan verifikasi; dari permulaan pengumpulan data,
seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat
keteraturan, pola-pola, penjelasan konfigurasi-konfigurasi alur sebab akibat
dan proporsi.67
MASA PENGUMPULAN DATA
|------------------------------------------------------------|
REDUKSI DATA
|--------------|-----------------------------------------------------------|
Antisipasi  Selama Pasca
PENYAJIAN DATA
|-----------------------------------------------------------|
Analisis
Selama Pasca
PENARIKAN SIMPULAN & VERIVIKASI
|------------------------------------------------------------|
                              Selama                               Pasca

Gambar: Model Analisis Data Miles & Huberman

1.16.2  Teknik Analisis Data Kuantitatif


Untuk menguji signifikan hipotesa, analisis data dimulai dengan
memindahkan data kuesioner dalam bentuk sklala interval (tabel) dilanjutkan dengan
pemberian nilai kualitas dan peringkat untuk selanjutnya dianalisis. Analisis data
dilakukan berdasarkan hasil-hasil temuan di lapangan, disesuaikan dengan konsep
dan teori yang dipakai, disusun secara sistematis. Uji dan analisis data kuantitatif
menggunakan regresi linier berganda.

67
Ibid. hlm. 19

Anda mungkin juga menyukai