Di era modern ini, permainan daring atau yang
lebih kita kenal dengan nama game online sudah
menjadi sesuatu yang viral di kalangan masyarakat
Indonesia terutama pada kalangan remaja. Permainan
daring adalah jenis permainan yang memanfaatkan
jaringan komputer. Jaringan yang biasanya digunakan
adalah jaringan internet dan sejenisnya serta selalu
menggunakan teknologi yang ada saat ini. Kehadiran
game online ini banyak didukung oleh berbagai pihak
termasuk pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan
adanya cabang olahraga esports pada kompetisi
olahraga SEA Games. Kabar terbaru yang dilansir dari
CNN Indonesia, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan
bahwa cabang olahraga esports bisa menjadi materi
pelajaran di sekolah.
Permainan daring layaknya permainan biasa bisa
menjadi sarana melatih konsentrasi, mengatur strategi,
dan melatih rasa sportivitas terhadap lawan, yang
menjadi daya tarik tersendiri dari permainan daring ini
adalah dapat dilakukan oleh pengguna smartphone di
mana saja dan kapan saja sehingga menjadi cara
sederhana namun paling ampuh dalam menghilangkan
stres dan rasa jenuh dari kegiatan sehari-hari.
Beberapa orang bahkan memanfaatkan permainan
daring sebagai sarana untuk menambah teman baru
dari berbagai belahan dunia yang dikenal secara online.
Namun dibalik semua hal-hal menyenangkan pada
permainan daring, banyak sekali dampak negatif yang
diperoleh darinya. Banyak pemain permainan daring
atau game online yang menjadikannya sebagai kegiatan
utama di dalam kesehariannya serta memiliki
kebiasaan bermain dengan durasi yang sangat panjang
dan frekuensi yang sangat sering. Perilaku inilah yang
disebut dengan adiksi atau kecanduan game online.
Pada tahun 2018, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah
menetapkan kecanduan game sebagai gangguan
mental dan menambahkannya ke dalam International
Statistical Calssification of Diseases (ICD) ke-11. Berikut
data yang disajikan Hootsuite (We Are Social) di awal
tahun 2022 tentang 10 negara dengan pemain game
online terbanyak di dunia
Menurut diagram tersebut, prevalensi kecanduan
game online di Indonesia cukup tinggi jika
dibandingkan dengan beberapa negara lainnya di Asia.
Seorang pakar adiksi dari Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM), Dr. Kristiana Siste Kurniasanti
menyampaikan bahwa sejak 2018 sudah ada puluhan
pasien anak, remaja dan dewasa yang dirawat di klinik
khusus adiksi perilaku RSCM yang umumnya
mengalami hendaya atau disfungsi serius. Tidak hanya
itu, kecanduan bermain game online juga ternyata
berpengaruh terhadap gangguan fisik seperti mudah
lelah, sakit kepala atau migrain, nyeri punggung, mata
berkunang-kunang bahkan gangguan pada saraf
tangan.
Ketika seseorang terlanjur mengalami kecanduan
bermain game online, maka hal yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan terapi perilaku kognitif
(Cognitive Behavioral Therapy), salah satu jenis
psikoterapi yang prosesnya membutuhkan waktu
sekitar 6 bulan hingga 1 tahun. Selain dengan
melakukan terapi, metode pemberian obat mood
stabilizer juga akan dilakukan selama 2 pekan sampai 1
bulan namun bersifat opsional bagi pasien yang
mengalami gangguan emosi. Bagi pemain yang belum
kecanduan, alangkah lebih baik jika segera waspada
sedini mungkin. Beberapa upaya dapat dilakukan
diantaranya seperti informasi pada infografis berikut
ini;
Mencegah Kecanduan Game Online
Membatasi waktu bermain game
Mulailah dengan membatasi waktu bermain
game, misalnya hanya 1 jam saja per hari.
Mencari kegiatan dan hobi yang positif
Isilah waktu luang dengan kegiatan dan hobi
yang lebih positif. Misalnya dengan
berolahraga di lapangan, menulis sebuah
cerpen dsb.
Menghabiskan waktu luang bersama
keluarga
Manfaatkan waktu luang dengan
bercengkrama bersama keluarga. simpan
gawai masing-masing.
Berkonsultasi dengan psikolog
Jika diperlukan, berkonsultasi dengan
psikolog bisa memberikan banyak
arahan pencegahan yang lebih baik.
Dari penjelasan di atas kita tahu bahwa keberadaan
game online adalah hal yang tidak bisa dihindari.
Pastikan penggunaannya lebih banyak menebar
manfaat dan bukan mudarat. Waspada terhadap adiksi
yang mungkin ditimbulkan untuk mencegah bahaya
yang lebih besar di kemudian hari.