Anda di halaman 1dari 16

2.

Group Mesin listrik

Ellectrical Salient Pole


Machinery’s Rotor

Self
3 Phase Excitation
Generator
External
Excitation
Rot. AC
Machine Cyl.Pole Rotor

Motor
Single
Phase

Lilitan Asynchronous Slipring


Motor
LV
Synchronous Squirrel Cage
MV/HV
Motor Series /
Traction
Rot. DC
Machine

Generator Compound

Power

Transformer Distribution

Instrument

SKP/Fellyus/MEI-06
2/1
2.1 Electric Circuit & Single phase Motor

2.1.A Basic Concept Single phase motor


Putaran motor induksi timbul karena adanya medan magnit yang
berputar didalam lilitan stator, ini hanya bisa terbentuk jika pada kawat
lilitan stator dialiri arus bolak-balik. Pada lilitan 1 phase, tidak ada beda
phase dengan demikian flux yang dibangkitkan didalam lilitan stator
equivalen dengan flux pada rotor, akibatnya rotor tidak dapat berputar.
untuk membuat agar motor single phase bisa berputar, harus
ditambahkan auxiliary lilitan.
2.2.B Sistim Starting
Untuk membuat agar motor single phase bisa berputar, maka
ditambahkan “aux-lilitan “ yang ditempatkan secara terpisah dengan Main
lilitan dengan beda sudut 900 mekanik.

R otor Stator
W inding

Gambar Single phase motor

Aux. lilitan mempunyai tahanan lebih tinggi dibanding dengan main lilitan,
dan arus yang mengalir pada masing-masing lilitan saling membentuk
sudut (besar sudut tergantung pada impedansi lilitan). Arus aux-lilitan
(Ia) akan leading terhadap main lilitan (Im), dengan demikian medan
magnit yang akan timbul didalam stator untuk pertama kali akan
mencapai max. sesuai dengan arus (Ia) pada aux.lilitan.
Arus main-lilitan (Im) akan lagging terhadap aux lilitan (Ia), dengan
demikian medan magnit yang akan timbul didalam stator untuk yg kedua
akan mencapai max. sesuai dengan arus (Im) pada main-lilitan.

2.2 Lilitan Machine

Karena sifat sistim isolasi terhadap tegangan mesin listrik maka lilitan
dikelompokan atas tegangan kerja mesin:
• Lilitan tegangan rendah ≤ 1000 volt
• Lilitan tegangan menengah 1000 < V < 4400 Volt
• Lilitan tegangan ≥ 4400 volt

SKP/Fellyus/MEI-06
2/2
Konstruksi lilitan tegangan menengah dengan tegangan rendah tidak ada
perbedaan yang signifikan kecuali pada kawat lilitannya.
Pada mesin tegangan menengah memilki rapat flux jauh lebih besar dibanding
LV mesin, karena keterbatasan konstruksi slot stator jumlah gulungan lilitan pada
MV/HV mesin tidak mungkin dibuat banyak, oleh karenanya lilitan pada MV/HV
mesin dibuat dari kawat berpenampang besar normalnya dari kawat persegi.
Lain halnya pada mesin LV, karena mesin LV memiliki rapat flux rendah, maka
gulungan lilitan dapat dibuat banyak, dan pada umumnya lilitan mesin LV dibuat
dari kawat bulat (“round wire “).
Walaupun demikian pada mesin LV ada juga yang menggunakan lilitan kawat
persegi (“square wire”).

Klasifikasi isolasi mesin listrik selain di kelompokkan atas tegangan kerja juga
diklasifikasikan atas temperatur kerja:

• Class A: Suhu max yang diizinkan = 1050 C

• Class E: Suhu max yang diizinkan = 1200 C

• Class B: Suhu max. yang diizinkan 1300C

• Class C: Tidak dispesifikasikan secara kusus, pada umumnya > 2000 C

• Class F: Suhu max. yang diizinkan = 1550 C

• Class H: Suhu max. yang diizinkan = 1800 C

Klasifikasi “round wire” berdasarkan thermal class :

Name Type Class Thermal (0C)

Polyvinyl Formal PVF E 1200C

Polyester PEW B 1300C

Polyesterimide EIW H 1800C

Polyurethane UEW E 1200C

Self bonding Polyurethane SBUEW E 1200C

SKP/Fellyus/MEI-06
2/3
Aplikasi enameled round wire pada mesin listrik :

Machine type Wire type

PVF PEW EIW UEW SBUW

Generator √ √ √

Motor standard √ √ √

Dry type transformer √ √ √

Oil immersed Transformer √ √

Measuring Instrument √ √ √ √ √

Coil for communication HF Coil √ √ √ √

Solenoid magnetic switch √ √ √

Ref: Supreme enameled wire

2.3 Synchronous Generator

Magnetic circuit generator terdiri dari:

a. 3 phase Exciter yang terdiri dari stationary dc field (exc. Stator) dan 3 phase
rotating armature yang digunakan sebagai power supply ke main rotor field
dengan melalui rotating rectifier.
b. 3 phase bridge rotating rectifier atau external rectifier
c. 3 phase main a.c. stator lilitan (armature), sebagai keluaran generator

AVR

Pada brushless gen. rangkaian


3 phase Rectifier dihubungkan
ke main rotor generator secara
D io d e
mechanical. Pada umumnya
generator yang tidak dilengkapi
Rotor

S h a ft
Exc.

M a in R o to r dengan pilot exciter, selalu


dilengkapi dengan aux. lilitan
E xc. yang dipasang menjadi satu
S ta to r
M a in S ta to r
dengan main lilitan stator dan
diletakkan didasar slot.
E x c ite r M a in G e n e ra to r

Gambar Basic Circuit Generator

SKP/Fellyus/MEI-06
2/4
Sistim exsitasi pada generator.

Generator yang tidak dilengkapi dengan pilot exciter, pada stator exciter selalu
dipasang permanen magnit 2 buah dengan polaritas U dan S. dan aux. lilitan.
Pada saat generator diputar mencapai putaran 80 – 90 % dari putaran
nominalnya stator exciter akan menginduksikan tegangan rotor exciter, keluaran
tegangan rotor exciter (tegangan a.c. 3 phase) disearahkan oleh rectifier 3 phase
yang terpasang dalam satu shaft dengan main rotor.
Setelah main rotor lilitan mendapat power supply d.c dari exciter, maka lilitan
rotor akan menginduksikan tegangan pada main stator lilitan. Jika rangkaian
kontrol tegangan (AVR) tidak dihubungkan dengan rangkaian generator (AVR
fully disconnected), maka pada saat itu akan terukur tegangan pada terminal U-
V-W, generator sebesar 12% s/d 30% x Tegangan Nominal generator.
Tegangan ini disebut dengan “Residual voltage”

Jika semua kabel kontrol pada AVR dihubungkan dengan rangkaian generator,
dan setelah generator diputar pada putaran nominalnya, residual voltage akan
dibangkitkan dan pada terminal U-V-W generator akan timbul tegangan karena
induksi.

Waktu yang digunakan untuk membangkitkan tegangan generator dari 0 volt s/d
tegangan kerja disebut “build-up time” pada kondisi normal biasanya berkisar
antara 2 s/d 6 detik, tergantung dari besaran residual voltage yang dibangkitkan
Set point potentiometer

U V W N E
AVR
R3
U/F
Static transformer
R4 s untuk kerja paralel
U Voltage
t CT

V R1

Stability Stator
W S1

R7 G1
Static k
Droop
Varistor
Diode

R6 L Rotor Exc. Rotor

J1 UH1 G2

J2 UH2
Aux Exc. Stator
K1 WH1 winding
K2 WH 2

G1: Main Stator / Main Rotor


Gambar rangkaian generator G2: Exciter Stator / Exc. Rotor

SKP/Fellyus/MEI-06
2/5
Parallel operation

Pada kerja paralel dengan generator lain, maka distribusi real power (KW) dan
reactive power (kVAR) dari semua generator yang diparalel harus sesuai dengan
rating dari setiap generator. Sehingga generator yang satu tidak membebani
generator yang lainnya.

Pada saat timbulnya reactive lagging load (generator overexcetited) maka


tegangan generator akan naik, maka pada saat itu regulator harus secara
responsive menurunkan tegangan eksitasi generator, dan sebaliknya pada saat
timbul reactive leading load tegangan generator akan turun dan regulator harus
segera dapat menaikkan tegangan eksitasi.
Pada umumnya kontrol conpensating voltage droop di AVR telah diset oleh
pabrik sebesar 3%, tetapi setting tersebut dapat dirubah sesuai dengan
kebutuhan sampai dengan 6%, dengan cara mengatur salah satu variable
resistor pada AVR.

Persyaratan kerja paralel

Sebelum generator dikerjakan paralel, maka kondisi seperti dibawah ini harus
dipenuhi:
• Urutan phase dari setiap generator harus sama
• Besar tegangan dari setaip generator harus sama
• Jumlha phase sama
• Frequency dari setiap generator harus sama, toleransi ≤ 3%

Sinkronisasi yang tidak tepat akan menimbulkan arus kejut pada terminal
generator sebesar +/- 1.8 x In, dan akan menimbulkan torsi kejuat sebesar +/-
20 x torsi nominal hal ini sangat membahyakan mesin.

2.4 Polyphase Induction Motor

Terjadinya putaran pada motor induksi 3 phase disebabkan adanya medan


magnit yang berputar pada stator.
Medan putar akan timbul jika pada stator diberikan tegangan bolak-balik 3 phase
(3 phase alternating current). Listrik bolak-bolik 3 phase selalu memiliki beda
sudut antar phase 1200 listrik satu sama lain.

Prinsip kerja:
Jika sumber tegangan listrik bolak balik 3 phase di hubungkan dengan lilitan
stator, akan timbul medan putar didalam stator lilitan dengan kecepatan:

Ns = 120 f / P

Ns = putaran sinkron
F = frequency

SKP/Fellyus/MEI-06
2/6
P = jumlah pole

Medan putar stator akan menembus celah udara yang ada yaitu antara stator
dengan rotor, kemudian memotong penghantar yang ada didalam rotor.
Akibatnya pada rotor akan timbul tegangan induksi perfase sebesar:

E2a = 4.44x f1 x T2 x kw2 x Φm

Karena rangkaian rotor merupakan rangkaian tertutup, maka didalamnya akan


mengalir arus sebesar (I) dan aliran arus pada penghantar rotor akan
menimbulkan gaya sebesar (F ), gaya yang dibangkitkan pada rotor akan
tertinggal terhadap putaran medan stator.
Selisih putaran medan stator terhadap putaran rotor di sebut dengan slip,
besarnya slip tergantung pada impedansi rotor dan frequency, normalnya
berkisar antara 3 – 6 % dari putaran medan.

N = Ns (1-s)

N = putaran rotor
Ns = putaran medan
S = slip

Locked – rotor current.

Yang dimaksud dengan Locked rotor current adalah arus yang timbul pada saat
rotor dalam kondisi steady state pada tegangan dan frekwensi kerja nominal,
yaitu terjadi pada saat rotor motor akan berputar.

Locked rotor disebut juga Inrush current atau arus start.

Locked-Rotor KVA x 1000


Locked-rotor current =
Motor Voltage x √3

Untuk estimasi daya start yang digunakan pada maotor induksi dengan jenis
squirrel cage kurang lebih 5.3 kVA per HP motor.

2.4.1 Squirrel cage Motor

Konstruksi Squirrel cage Rotor.

Rotor pada squirrel cage rotor tidak mempunyai lilitan seperti pada rotor
slip ring atau pada generator, tetapi menggunakan bar yang terbuat dari
bahan aluminium atau tembaga yang di tanam pada slot dan diujung-
ujungnya dihubung-singkat satu sama lainnya dengan menggunakan end
ring.
Arus yang yang akan mengalir pada end ring adalah sebesar jumlah arus
yang terjadi pada bar rotor, berkisar antara 8 – 12 x In motor.

SKP/Fellyus/MEI-06
2/7
Bar dan end ring rotor dapat dibuat dari bahan Alumunium atau dari
tembaga dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Bahan alumunium lebih sering digunakan, karena memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan tembaga.
• lebih murah
• lebih ringan
• lebih mudah pengerjaannya
• memiliki impedansi rendah sehingga arus short circuitnya lebih kecil
Kekurangannya:
• Riskan terhadap terhadap mechanical stress
• Rugi-ruginya lebih besar dibanding dengan tembaga
Kelebihan bahan tembaga dibanding dng Alumunium
• Impedansi rendah sehingga rugi2 nya lebih kecil
• Mechanical strength tinggi
Kekurangannya:
• Berat
• Mahal
• Arus short circuit besar
• Pengerjaannya lebih sulit

Starting Squirrel Cage Induction Motor


Arus start pada motor induksi (direct on line) berkisar antara 6 s/d 10 x
In, tergantung pada putaran, efficency dan cos φ.

Cara start motor induksi Squirrel cage


a. Full Voltage Direct on Line
b. Start delta
c. Auto Transformer
d. Primary resistance
e. Solid state soft starter

Cara start pada item 2 – 5 adalah cara Untuk mengurangi arus start
(“inrush current” ) pada sequirrel cage .

Full Voltage Direct On Line

Yang dimaksud dengan full voltage direct starter adalah dengan cara
menghubungkan langsung motor induksi dengan jala-jala dan kemudian
motor di start pada posisi tegangan penuh.

Pada start dengan cara ini arus start (inrush current) motor sangat tinggi
yaitu antara 6 – 10 x Arus nominal berlangsung antara 8 s/d 12 detik
tergantung dari daya, putaran dan Cos φ motor.

SKP/Fellyus/MEI-06
2/8
Keistimewaan start dengan cara ini adalah, moment start nya tinggi dan
biayanya murah, karena tidak perlu menambah biaya untuk membeli alat
start, tetapi start dengan cara ini sangat membahayakan motor,
normalnya motor yang di start dengan cara ini mempunyai daya kecil.
Skema - FVDOL
L1
L2
L3

MCCB CURRENT
I >>
START TORQUE
CURRENT

CONTACTOR RATED
TORQUE

T E R M IN A T IO N
FLC
RATED
CURRENT

ROTOR SPEED

M O TO R
Kurva arus start – torque vs putaran

Gambar Full Voltage Direct Starter

Start – Delta

Salah satu cara yang paling polpuler untuk mengurangi arus start pada
saat strat motor induksi adalah menggunakan start – delta starter, alat ini
sangat effisien karena murah dan perawatannya relative sangat ringan.
STAR - DELTA STARTER
L1 Y-D TORQUE CURVE
L2
L3 Y-D CURRENT CURVE

M CCB Y-D DELTA TORQUE


I >>
D TRANSITION
CU
RR
Line Current

EN STAR - DELTA
T
TRANSITION
TORQUE

CONTACTO R

C1 C2 C3

1/3 D
TERM INATIO N Y C STAR TORQUE
UR
RE N
U V W
T

x y z
ROTOR SPEED

M O TO R

Gambar Star - delta starter

SKP/Fellyus/MEI-06
2/9
Cara kerja Star – Delta starter.
Pertama – tama motor distart dengan hubungan star (Υ), pada posisi ini
kontaktor yang berkerja adalah (C1 & C2), kemudian setelah motor
running pada putaran nominal koneksi motor di ubah menjadi hubungan
delta, biasanya waktu pemindahan dari star-delta di atur dengan
menggunakan “timer” (normal nya timer di set antara 6 s/d 12 detik)
tergantung dari karakteristik motor.
Pada saat motor terhubung delta, kontaktor yang bekerja adalah (C1 &
C3), karena besar arus yang timbul pada saat start dengan hubungan
STAR (Υ) arusnya cukup kecil, maka kontaktor C2 dapat menggunakan
kontaktor yang kapasitas arusnya lebih kecil.
Besarnya arus dan torsi yang terjadi pada saat start (hubungan STAR)
hanya sebesar 1/3 arus delta, arus transient (perpindahan dari star ke
delta) akan kira-kira sebesar 60 % x Arus start Delta.
Walaupun sistim starting dengan star-delta cukup baik dan ekonomis,
sistim ini memilki kelemahan yaitu, moment startnya menjadi kecil, oleh
karenanya sistim ini tidak dapat dipakai untuk motor-motor yang
digunakan untuk menggerakkan beban statis yang besar, dan sistim ini
tidak bisa digunkan untuk motor yang di design dengan design NEMA C
(double cage motor), karena pada saat motor di switch ke delta motor
akan running dengan arus yang masing sangat tinggi dan se-olah-olah
motor di koneksi DOL.
Normalnya sistim ini hanya di aplikasikan untuk motor – motor dengan
kapasitas kecil s/d menengah .

Auto Transformer

Motor dihubungkan dengan sebuah auto-tranformer 3 phase yang


memiliki banyak tapping, untuk memindahkan tapping auto transformer
digunakan “starting contactor”. Waktu perpindahnya diatur dengan
menggunakan timer.
Arus start dan torsinya akan turun sebanding dengan penurunan
tegangan pada saat start.

Cara kerja Auto Transformer Starter


Motor dihubungkan dengan contactor 1 yang disebut dengan “running
cantactor”, contactor ini akan “close” jika waktu startingnya sudah
selesai. Dan motor juga dihubungkan dengan bebarapa bh contactor lain
+ 1 bh auto transformer 3 ph, yang digunakan untuk start.
Pada saat start, contactor 1 (running contactor open), starting contactor
(A & B) close. Dengan bantuan timer secara otomatis tapping pada auto
transformer akan dipindah sesuai tegangan yang diperlukan untuk start.
Jika motor telah berputar pada putaran penuh, starting contactor akan
membuka dan secara bersamaan “running contactor akan menutup”
dengan demikian motor akan di supply dengan tegangan penuh.

SKP/Fellyus/MEI-06
2/10
AUTO TRANFORMER STARTER
L1
L2
L3

MCCB
I >>

RUNNING START
CONTACTOR CONT (A)
3 PHASE
AUTO TRAFO
C1 C3 R
R S
S T
R S T T
TERMINATION

C2
START
CONTACT. (B)

MOTOR

Gambar Auto Transformer Starter

Auto transformer starting biasanya hanya digunakan untuk motor dengan


operasi start-stop yang sedikit, alat ini tidak ekonomis untuk motor yang
besar-besar, dan biasanya hanya digunakan untuk motor dengan
kapasitas sedang.
Beban yang terpasang pada motor dengan starting auto trafo normalnya
berupa beban yang tidak memerlukan moment start besar, misal: “fan,
pompa”.

Primery Resistance

Metode ini menggunakan “Resistor” yang dipasang seri pada setiap phase
motor dan di paralel dengan main-contact running contactor . Besarnya
resitor yang dipasang tergantung pada impedansi motor. Pada saat start
tegangan yang masuk ke stator motor akan dibatasi oleh “resistor” yang
terpasang sebesar “I x R” volt.
Arus start yang akan timbul akan sebanding dengan rasio “impedans
motor terhadap impedans motor + resistor”, Selama start resistor akan
dilairi arus besar sehingga resistor akan mudah panas, untuk mengurangi
rugi-rugi daya yang hilang menjadi panas maka resistor memerlukan
pendinginan tambahan, dapat berupa cairan (oli) atau udara paksa.
Karena keterbatasan kemampuan resistor tersebut , maka normalnya
metode ini hanya digunakan pada motor-motor sedang dengan beban
yang tidak memerlukan starting moment tinggi.

SKP/Fellyus/MEI-06
2/11
RESISTANCE STARTER
L1 LINE VOLTAGE
L2
L3

MCCB
I >>
STATOR
MAIN
IMPEDANCE
CONTACTOR

RUNNING
CONTACTOR STATOR
& START
RESISTOR VOLTAGE

TERMINATION
ROTOR SPEED

MOTOR

Gambar Primary Resistance Starter

Solid State Soft Starter

Solid state soft starter adalah salah satu metode yang digunakan untuk
starting motor, dengan cara mengatur tegangan supply ke stator yang
dilakukan oleh A.C switch yang dipasang seri dengan setiap phase stator.
A.C. switch dapat berupa sebuah “triac” atau dua bh SCR atau gabungan
SCR dan diode yang dipasang paralel dengan polaritas terbalik satu sama
lain. Solid state akan mengontrol tegangan power supply dan besarnya
arus yang masuk ke-stator, cara kerja ac switch adalah layaknya saklar
“on – off – on – off”, dan sudut gelombang tegangan yang akan
dipotong dapat diatur dengan mengatur waktu triger pada gate SCR atau
triac. SOLID STATE SOFT STARTER
L1
L2
L3

MCCB
I >>

START UP WAVE FORM


CONTACTOR

OUT PUT
VOLTAGE

AC SWITCH

TERMINATION

0
180

CONDUCTION
ANGLE

MOTOR
Gambar Solid State Starter

SKP/Fellyus/MEI-06
2/12
2.4.2 Slip ring Motor

Cara starting motor slipring agak berbeda dengan squirrel cage motor,
pada slipring motor lilitan rotor dihubungkan dengan “3 phase external
variable resistance” untuk menurunkan arus start.
Pada awal start “tapping resistor” dibuat maximum, setahap demi
setahap tahanan resistor diturunkan, jika putaran motor telah mencapai
putaran penuh resistor dihubung singkat.

Cara kerja starting slip ring


Analogi starting slipring terhadap Squirrel cage motor, jika external
resistor di hubung-singkat (tahanan external resistance = 0), mesin akan
bekerja seperti pada motor squirrel cage, karena tahanan rotor menjadi
sangat kecil motor akan berputar dengan slip rendah dan akan
menghasilkan torsi besar.
Jika external resistor ditambahkan pada lilitan rotor, maka putaran dan
torsi motor akan berubah sebanding dengan perubahan impedansi lilitan
+ tahanan external, arus yang mengalir ke rotor akan dibatasi oleh
penjumlahan Impedansi rotor + external resistor, dengan demikian arus
induksi pada stator akan turun sebanding dengan penurunan arus pada
rotor.

Karakteristik motor Slip ring:


• Low starting current
• High starting torque
• High acceleration

Karena sifat-sifat mesin tersebut, maka motor ini sangat sesuai


digunakan untuk beban dengan moment diam yang besar, contoh:
• Hoist
• Conveyor
• Elevator

Berikut adalah skema starting motor slip ring

External resistor di
short jika motor INCOMING
telah mencapai
putaran penuh

SLIPRING
3 PCS

Wound Rotor Shaft


External
Resistor

Main Stator

SKP/Fellyus/MEI-06
2/13
2.5 DC Motor

Direct current motor sangat luas digunakan di industri, karena speed dan torque
pada motor d.c. dapat dengan mudah di atur dengan sangat halus.
Pada putaran rendah motor d.c. masih dapat mentransfer torque secara penuh,
hal ini tidak mungkin dilakukan oleh motor a.c. selain itu putaran motor d.c.
dapat di balik secara mudah.

Konstruksi mesin dc

¾ Armature core: terbuat dari baja silikon dengan ketebalan 0.4 – 0.6 mm
dengan lapisan isolasi di satu sisi dan sisi lainnya tanpa isolasi.
¾ Stator pole core: sperti pada rotor, hanya saja pole stator lebih tebal dari
core rotor, berkisar antara 1.5 – 3.2 mm
¾ Frame yoke: terbuat dari rolled mild steel plate
¾ Commutator: terbuat dari “hard-copper” dari setiap lembar tembaga
dipisahkan dengan lembaran isolasi yang terbuat dari “mica” dengan
ketebalan 0.5 – 1.3 mm tergantung dari size generator dan tegangan kerja
max. antar bar. Isolasi mica dan bar tembaga di klem bersama dengan
menggunakan V ring dari metal dan di isolasi dengan mica yang berbentuk
kubah (“cone”)

Commutator

Rotor

SKP/Fellyus/MEI-06
2/14
Stator

Copound dc motor Stator Series dc Generator

Karakteristik konstruksi lilitan

Konstruksi lilitan d.c dapat dikategarikan menjadi 2, yaitu:


¾ Permanent magnet motor
¾ Wound field motor

Permanent magnet motor


Permanent magnet motor, biasanya didesain untuk motor d.c dengan kapasitas
kecil (fractional power motor)
Permanent magnit motor: field nya berupa permanent magnit yang memilki pole
dari 2 atau lebih, Magnetic flux akan membangkitkan arus pada lilitan armature
yang menyebabkan motor akan berputar. Flux yang dibangkitkan oleh
permanent magnet akan konstan pada semua speed sehingga speed – torque
dan current - torque motor memiliki kurva linier.
Permanent magnet memilki beberapa keuntungan dibandingkan dengan wound
field lilitan.

• Excitation power supply tidak memerlukan pengkabelan


• Reliability nya lebih tinggi sepanjang tidak ada kerusakan lilitan rotor.
• Tidak akan pernah terjadi over-speed, karena tidak akan pernah ada
gangguan field.
• Karakteristik Torque vs arus mendekati linier

Temperature effect pada PM (permanent magnet) sangat tergantung pada


material permanent magnet yang membentuknya.
ALNICO PM memiliki temperature lebih rendah dari bahan “ceramic” karena
karakteristik flux yang dibangkitnya Alnico lebih konstan

SKP/Fellyus/MEI-06
2/15
Wound field d.c motor:
Shunt motor: Field lilitan motor di hubungkan paralel dengan armature
Series motor: Field lilitan dihubungkan seri dengan armature
Compound motor : Motor yang memilki field seri dan shunt

SKP/Fellyus/MEI-06
2/16

Anda mungkin juga menyukai