Self
3 Phase Excitation
Generator
External
Excitation
Rot. AC
Machine Cyl.Pole Rotor
Motor
Single
Phase
Generator Compound
Power
Transformer Distribution
Instrument
SKP/Fellyus/MEI-06
2/1
2.1 Electric Circuit & Single phase Motor
R otor Stator
W inding
Aux. lilitan mempunyai tahanan lebih tinggi dibanding dengan main lilitan,
dan arus yang mengalir pada masing-masing lilitan saling membentuk
sudut (besar sudut tergantung pada impedansi lilitan). Arus aux-lilitan
(Ia) akan leading terhadap main lilitan (Im), dengan demikian medan
magnit yang akan timbul didalam stator untuk pertama kali akan
mencapai max. sesuai dengan arus (Ia) pada aux.lilitan.
Arus main-lilitan (Im) akan lagging terhadap aux lilitan (Ia), dengan
demikian medan magnit yang akan timbul didalam stator untuk yg kedua
akan mencapai max. sesuai dengan arus (Im) pada main-lilitan.
Karena sifat sistim isolasi terhadap tegangan mesin listrik maka lilitan
dikelompokan atas tegangan kerja mesin:
• Lilitan tegangan rendah ≤ 1000 volt
• Lilitan tegangan menengah 1000 < V < 4400 Volt
• Lilitan tegangan ≥ 4400 volt
SKP/Fellyus/MEI-06
2/2
Konstruksi lilitan tegangan menengah dengan tegangan rendah tidak ada
perbedaan yang signifikan kecuali pada kawat lilitannya.
Pada mesin tegangan menengah memilki rapat flux jauh lebih besar dibanding
LV mesin, karena keterbatasan konstruksi slot stator jumlah gulungan lilitan pada
MV/HV mesin tidak mungkin dibuat banyak, oleh karenanya lilitan pada MV/HV
mesin dibuat dari kawat berpenampang besar normalnya dari kawat persegi.
Lain halnya pada mesin LV, karena mesin LV memiliki rapat flux rendah, maka
gulungan lilitan dapat dibuat banyak, dan pada umumnya lilitan mesin LV dibuat
dari kawat bulat (“round wire “).
Walaupun demikian pada mesin LV ada juga yang menggunakan lilitan kawat
persegi (“square wire”).
Klasifikasi isolasi mesin listrik selain di kelompokkan atas tegangan kerja juga
diklasifikasikan atas temperatur kerja:
SKP/Fellyus/MEI-06
2/3
Aplikasi enameled round wire pada mesin listrik :
Generator √ √ √
Motor standard √ √ √
Measuring Instrument √ √ √ √ √
a. 3 phase Exciter yang terdiri dari stationary dc field (exc. Stator) dan 3 phase
rotating armature yang digunakan sebagai power supply ke main rotor field
dengan melalui rotating rectifier.
b. 3 phase bridge rotating rectifier atau external rectifier
c. 3 phase main a.c. stator lilitan (armature), sebagai keluaran generator
AVR
S h a ft
Exc.
SKP/Fellyus/MEI-06
2/4
Sistim exsitasi pada generator.
Generator yang tidak dilengkapi dengan pilot exciter, pada stator exciter selalu
dipasang permanen magnit 2 buah dengan polaritas U dan S. dan aux. lilitan.
Pada saat generator diputar mencapai putaran 80 – 90 % dari putaran
nominalnya stator exciter akan menginduksikan tegangan rotor exciter, keluaran
tegangan rotor exciter (tegangan a.c. 3 phase) disearahkan oleh rectifier 3 phase
yang terpasang dalam satu shaft dengan main rotor.
Setelah main rotor lilitan mendapat power supply d.c dari exciter, maka lilitan
rotor akan menginduksikan tegangan pada main stator lilitan. Jika rangkaian
kontrol tegangan (AVR) tidak dihubungkan dengan rangkaian generator (AVR
fully disconnected), maka pada saat itu akan terukur tegangan pada terminal U-
V-W, generator sebesar 12% s/d 30% x Tegangan Nominal generator.
Tegangan ini disebut dengan “Residual voltage”
Jika semua kabel kontrol pada AVR dihubungkan dengan rangkaian generator,
dan setelah generator diputar pada putaran nominalnya, residual voltage akan
dibangkitkan dan pada terminal U-V-W generator akan timbul tegangan karena
induksi.
Waktu yang digunakan untuk membangkitkan tegangan generator dari 0 volt s/d
tegangan kerja disebut “build-up time” pada kondisi normal biasanya berkisar
antara 2 s/d 6 detik, tergantung dari besaran residual voltage yang dibangkitkan
Set point potentiometer
U V W N E
AVR
R3
U/F
Static transformer
R4 s untuk kerja paralel
U Voltage
t CT
V R1
Stability Stator
W S1
R7 G1
Static k
Droop
Varistor
Diode
J1 UH1 G2
J2 UH2
Aux Exc. Stator
K1 WH1 winding
K2 WH 2
SKP/Fellyus/MEI-06
2/5
Parallel operation
Pada kerja paralel dengan generator lain, maka distribusi real power (KW) dan
reactive power (kVAR) dari semua generator yang diparalel harus sesuai dengan
rating dari setiap generator. Sehingga generator yang satu tidak membebani
generator yang lainnya.
Sebelum generator dikerjakan paralel, maka kondisi seperti dibawah ini harus
dipenuhi:
• Urutan phase dari setiap generator harus sama
• Besar tegangan dari setaip generator harus sama
• Jumlha phase sama
• Frequency dari setiap generator harus sama, toleransi ≤ 3%
Sinkronisasi yang tidak tepat akan menimbulkan arus kejut pada terminal
generator sebesar +/- 1.8 x In, dan akan menimbulkan torsi kejuat sebesar +/-
20 x torsi nominal hal ini sangat membahyakan mesin.
Prinsip kerja:
Jika sumber tegangan listrik bolak balik 3 phase di hubungkan dengan lilitan
stator, akan timbul medan putar didalam stator lilitan dengan kecepatan:
Ns = 120 f / P
Ns = putaran sinkron
F = frequency
SKP/Fellyus/MEI-06
2/6
P = jumlah pole
Medan putar stator akan menembus celah udara yang ada yaitu antara stator
dengan rotor, kemudian memotong penghantar yang ada didalam rotor.
Akibatnya pada rotor akan timbul tegangan induksi perfase sebesar:
N = Ns (1-s)
N = putaran rotor
Ns = putaran medan
S = slip
Yang dimaksud dengan Locked rotor current adalah arus yang timbul pada saat
rotor dalam kondisi steady state pada tegangan dan frekwensi kerja nominal,
yaitu terjadi pada saat rotor motor akan berputar.
Untuk estimasi daya start yang digunakan pada maotor induksi dengan jenis
squirrel cage kurang lebih 5.3 kVA per HP motor.
Rotor pada squirrel cage rotor tidak mempunyai lilitan seperti pada rotor
slip ring atau pada generator, tetapi menggunakan bar yang terbuat dari
bahan aluminium atau tembaga yang di tanam pada slot dan diujung-
ujungnya dihubung-singkat satu sama lainnya dengan menggunakan end
ring.
Arus yang yang akan mengalir pada end ring adalah sebesar jumlah arus
yang terjadi pada bar rotor, berkisar antara 8 – 12 x In motor.
SKP/Fellyus/MEI-06
2/7
Bar dan end ring rotor dapat dibuat dari bahan Alumunium atau dari
tembaga dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Bahan alumunium lebih sering digunakan, karena memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan tembaga.
• lebih murah
• lebih ringan
• lebih mudah pengerjaannya
• memiliki impedansi rendah sehingga arus short circuitnya lebih kecil
Kekurangannya:
• Riskan terhadap terhadap mechanical stress
• Rugi-ruginya lebih besar dibanding dengan tembaga
Kelebihan bahan tembaga dibanding dng Alumunium
• Impedansi rendah sehingga rugi2 nya lebih kecil
• Mechanical strength tinggi
Kekurangannya:
• Berat
• Mahal
• Arus short circuit besar
• Pengerjaannya lebih sulit
Cara start pada item 2 – 5 adalah cara Untuk mengurangi arus start
(“inrush current” ) pada sequirrel cage .
Yang dimaksud dengan full voltage direct starter adalah dengan cara
menghubungkan langsung motor induksi dengan jala-jala dan kemudian
motor di start pada posisi tegangan penuh.
Pada start dengan cara ini arus start (inrush current) motor sangat tinggi
yaitu antara 6 – 10 x Arus nominal berlangsung antara 8 s/d 12 detik
tergantung dari daya, putaran dan Cos φ motor.
SKP/Fellyus/MEI-06
2/8
Keistimewaan start dengan cara ini adalah, moment start nya tinggi dan
biayanya murah, karena tidak perlu menambah biaya untuk membeli alat
start, tetapi start dengan cara ini sangat membahayakan motor,
normalnya motor yang di start dengan cara ini mempunyai daya kecil.
Skema - FVDOL
L1
L2
L3
MCCB CURRENT
I >>
START TORQUE
CURRENT
CONTACTOR RATED
TORQUE
T E R M IN A T IO N
FLC
RATED
CURRENT
ROTOR SPEED
M O TO R
Kurva arus start – torque vs putaran
Start – Delta
Salah satu cara yang paling polpuler untuk mengurangi arus start pada
saat strat motor induksi adalah menggunakan start – delta starter, alat ini
sangat effisien karena murah dan perawatannya relative sangat ringan.
STAR - DELTA STARTER
L1 Y-D TORQUE CURVE
L2
L3 Y-D CURRENT CURVE
EN STAR - DELTA
T
TRANSITION
TORQUE
CONTACTO R
C1 C2 C3
1/3 D
TERM INATIO N Y C STAR TORQUE
UR
RE N
U V W
T
x y z
ROTOR SPEED
M O TO R
SKP/Fellyus/MEI-06
2/9
Cara kerja Star – Delta starter.
Pertama – tama motor distart dengan hubungan star (Υ), pada posisi ini
kontaktor yang berkerja adalah (C1 & C2), kemudian setelah motor
running pada putaran nominal koneksi motor di ubah menjadi hubungan
delta, biasanya waktu pemindahan dari star-delta di atur dengan
menggunakan “timer” (normal nya timer di set antara 6 s/d 12 detik)
tergantung dari karakteristik motor.
Pada saat motor terhubung delta, kontaktor yang bekerja adalah (C1 &
C3), karena besar arus yang timbul pada saat start dengan hubungan
STAR (Υ) arusnya cukup kecil, maka kontaktor C2 dapat menggunakan
kontaktor yang kapasitas arusnya lebih kecil.
Besarnya arus dan torsi yang terjadi pada saat start (hubungan STAR)
hanya sebesar 1/3 arus delta, arus transient (perpindahan dari star ke
delta) akan kira-kira sebesar 60 % x Arus start Delta.
Walaupun sistim starting dengan star-delta cukup baik dan ekonomis,
sistim ini memilki kelemahan yaitu, moment startnya menjadi kecil, oleh
karenanya sistim ini tidak dapat dipakai untuk motor-motor yang
digunakan untuk menggerakkan beban statis yang besar, dan sistim ini
tidak bisa digunkan untuk motor yang di design dengan design NEMA C
(double cage motor), karena pada saat motor di switch ke delta motor
akan running dengan arus yang masing sangat tinggi dan se-olah-olah
motor di koneksi DOL.
Normalnya sistim ini hanya di aplikasikan untuk motor – motor dengan
kapasitas kecil s/d menengah .
Auto Transformer
SKP/Fellyus/MEI-06
2/10
AUTO TRANFORMER STARTER
L1
L2
L3
MCCB
I >>
RUNNING START
CONTACTOR CONT (A)
3 PHASE
AUTO TRAFO
C1 C3 R
R S
S T
R S T T
TERMINATION
C2
START
CONTACT. (B)
MOTOR
Primery Resistance
Metode ini menggunakan “Resistor” yang dipasang seri pada setiap phase
motor dan di paralel dengan main-contact running contactor . Besarnya
resitor yang dipasang tergantung pada impedansi motor. Pada saat start
tegangan yang masuk ke stator motor akan dibatasi oleh “resistor” yang
terpasang sebesar “I x R” volt.
Arus start yang akan timbul akan sebanding dengan rasio “impedans
motor terhadap impedans motor + resistor”, Selama start resistor akan
dilairi arus besar sehingga resistor akan mudah panas, untuk mengurangi
rugi-rugi daya yang hilang menjadi panas maka resistor memerlukan
pendinginan tambahan, dapat berupa cairan (oli) atau udara paksa.
Karena keterbatasan kemampuan resistor tersebut , maka normalnya
metode ini hanya digunakan pada motor-motor sedang dengan beban
yang tidak memerlukan starting moment tinggi.
SKP/Fellyus/MEI-06
2/11
RESISTANCE STARTER
L1 LINE VOLTAGE
L2
L3
MCCB
I >>
STATOR
MAIN
IMPEDANCE
CONTACTOR
RUNNING
CONTACTOR STATOR
& START
RESISTOR VOLTAGE
TERMINATION
ROTOR SPEED
MOTOR
Solid state soft starter adalah salah satu metode yang digunakan untuk
starting motor, dengan cara mengatur tegangan supply ke stator yang
dilakukan oleh A.C switch yang dipasang seri dengan setiap phase stator.
A.C. switch dapat berupa sebuah “triac” atau dua bh SCR atau gabungan
SCR dan diode yang dipasang paralel dengan polaritas terbalik satu sama
lain. Solid state akan mengontrol tegangan power supply dan besarnya
arus yang masuk ke-stator, cara kerja ac switch adalah layaknya saklar
“on – off – on – off”, dan sudut gelombang tegangan yang akan
dipotong dapat diatur dengan mengatur waktu triger pada gate SCR atau
triac. SOLID STATE SOFT STARTER
L1
L2
L3
MCCB
I >>
OUT PUT
VOLTAGE
AC SWITCH
TERMINATION
0
180
CONDUCTION
ANGLE
MOTOR
Gambar Solid State Starter
SKP/Fellyus/MEI-06
2/12
2.4.2 Slip ring Motor
Cara starting motor slipring agak berbeda dengan squirrel cage motor,
pada slipring motor lilitan rotor dihubungkan dengan “3 phase external
variable resistance” untuk menurunkan arus start.
Pada awal start “tapping resistor” dibuat maximum, setahap demi
setahap tahanan resistor diturunkan, jika putaran motor telah mencapai
putaran penuh resistor dihubung singkat.
External resistor di
short jika motor INCOMING
telah mencapai
putaran penuh
SLIPRING
3 PCS
Main Stator
SKP/Fellyus/MEI-06
2/13
2.5 DC Motor
Direct current motor sangat luas digunakan di industri, karena speed dan torque
pada motor d.c. dapat dengan mudah di atur dengan sangat halus.
Pada putaran rendah motor d.c. masih dapat mentransfer torque secara penuh,
hal ini tidak mungkin dilakukan oleh motor a.c. selain itu putaran motor d.c.
dapat di balik secara mudah.
Konstruksi mesin dc
¾ Armature core: terbuat dari baja silikon dengan ketebalan 0.4 – 0.6 mm
dengan lapisan isolasi di satu sisi dan sisi lainnya tanpa isolasi.
¾ Stator pole core: sperti pada rotor, hanya saja pole stator lebih tebal dari
core rotor, berkisar antara 1.5 – 3.2 mm
¾ Frame yoke: terbuat dari rolled mild steel plate
¾ Commutator: terbuat dari “hard-copper” dari setiap lembar tembaga
dipisahkan dengan lembaran isolasi yang terbuat dari “mica” dengan
ketebalan 0.5 – 1.3 mm tergantung dari size generator dan tegangan kerja
max. antar bar. Isolasi mica dan bar tembaga di klem bersama dengan
menggunakan V ring dari metal dan di isolasi dengan mica yang berbentuk
kubah (“cone”)
Commutator
Rotor
SKP/Fellyus/MEI-06
2/14
Stator
SKP/Fellyus/MEI-06
2/15
Wound field d.c motor:
Shunt motor: Field lilitan motor di hubungkan paralel dengan armature
Series motor: Field lilitan dihubungkan seri dengan armature
Compound motor : Motor yang memilki field seri dan shunt
SKP/Fellyus/MEI-06
2/16