Anda di halaman 1dari 12

ENTINTAS SEKTOR PUBLIK RUMAH IBADAH

Definisi rumah ibadah


Sebuah tempat yang digunakan oleh orang beragama
untuk melakukan kegiatan agama,yaitu melakukan ibadah berdasarkan ajaran agama
atau kepercayaannya masingSelain sebagai tempat untuk beribadah,rumah ibadah diharapkan da
pat memberi dorongan
yang kuat dan terarah bagi jamaahnya,agar kehidupan spiritual pemeluk agama tersebut menjadi
lebih baik.
Karakteristik tempat ibadah
- Religious
- Tidak berfokus pada laba karena termasuk organisasi nirlaba
- Sumber dana dan sebagian besar berasal dari donator
- Dimiliki oleh yayasan ,masyarakat dan publik
- Kekayaan tidak dapat dialihkan
- Struktur organisasi tidak tetap
- Pengambilan keputusan secara musyarwarah
- Melayani peribadatan kepada publik atau masyarakat
- pengelolah tempat ibadah yaitu seluruh pengurus dan individu yang beribadah
Regulasi dan aturan tentang rumah ibadah
Peraturan Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor : 9 Tahun 2006 dan Nomor : 8
Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam
Pemilihan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama,dan
Pendirian Rumah Ibadah
Macam- Macam Tempat Ibadah
1. Masjid
Masjid/mushollaha dalahrumah atau tempat ibadah uma tIslam atau Muslim.Namun
istilah mushollah tersebut diperuntukkan bagi masjid yang tidak digunakan untuk shalat
Jumat dan umumnya berukuran kecil. Agama Islam adalah agama mayoritas dengan
jumlah terbanyak di Indonesia yakni mencapai 87% lebih atau setara dengan 207 juta
jiwa lebih.

2. Gereja
Gerejaadalah rumah atau tempat ibadah bagi para pemeluk agama Kristen dan Katolik.
Agama Kristen Katolik adalah agama yang diakui di Indonesia selanjutnya yang
memiliki pemeluk dengan jumlah yang cukup banyak pula.

3. PURA
Pura adalah rumah atau tempat ibadah bagi para pemeluk agama Hindu.Pemeluk agama
Hindu memang tak sebanyak pengikut agama lain,namun sebagai salah satu agama di
Indonesia yang diakui secara hukum.Pemeluknya pun menyebar di seluruh wilayah
Indonesia ,namun memang paling banyak ditemukan di Pulau Bali.

4. VIHARA
Vihara adalah rumah atau tempat ibadah bagi para pemeluk agama Budha. Biasanya
yang mengunjungi vihara ini adalah etnis Tionghoa. Agama Budha yang merupakan
agama yang dianggap agama di Indonesia yang paling Awal muncul. Agama Budha
bahkan sudah mulai dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia sejak jaman kerajaan
dulu.

5. Kelenteng
Kelenteng Adalah rumah atau tempat ibadah agama Konghuchu. Keberagaman
agama di Indonesia semakin bertambah sejak era reformasi dimana pemerintah
menetapkan Konghuchu sebagai salah satu agama yang resmi dan diakui
di Indonesia. Meskipun pemeluknya masih tergolong sedikit, setiap perayaan hari
besar agama Konghuchu, semua pemeluk agama lain juga saling menghormati.

Fungsi dan tujuan rumah ibadah


1.fungsi keagamaan
Fungsi utama rumah ibadah yaitu sebagai tempat ber ibadah kepada Tuhan Yang maha Esa
sesuai dengan agama yang dianutnya
2.fungsi sosial
Fungsi sosial dari rumah ibadah ini adalah juga sebagai tempat pusat kegiatan masyarakat
3.fungsi politik
Saat ini, partisipasi kepada masyarakat mulai menjadi agenda utama . masjid-masjid digunakan
sebagai tempat dialog dan diskusi damai antara umat islam dan non- muslim. Biasanya turut
membantu dalam hal-hal masyarakat ,seperti misalnya memberikan fasilitas pendaftaran pemilih
untuk kepentingan pemilu.
Akuntabilitas Tempat Ibadah
Akutanbilitas yaitu suatu cara untuk mempertanggung jawabkan pengelolaan sumber daya serta
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan pada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara periodic

Bidang-Bidang Akuntanbilitas
 Akuntabilitas Program
adalah yang berkaitan dengan organisasi pengungkapan pelaporan program organisasi
 Akuntabilitas Proses
adalah terkait dengan apakah prosedur yang telah digunakan dalam pelaksanaan tugas
sudah cukup baik
 Akuntabilitas Kebijakan
adalah yang berkaitan dengan pengabilan kebijakan organisasi
 Akuntabilitas Finansial
adalah Komponen pembentuk akuntabilitas finansial diantarnya yaitu pengungkapan dan
ketaatan terhadap peraturan
Akuntabilitas hukum dan kejujuran berkaitan dengan bagaimana suatu organisasi dapat
menghindari penyalahgunaan
Penearapan Akuntabilitas
-Dalam sisi Akuntabilitas hukum dan kejujuran hal ini dapat dilihat dari penerapaan prosedur
pencatatan keuangan yang di akui pendapatan dan pengeluaran saat terjadi pemasukan dan
pengeluaran dana
-Dalam sisi Akuntabilitas program dapat di lihat dari prosedur pelaporan tentang kegiatan yang
dibuat dan dana yang digunakan
-Dalam sisi Akuntabilitas Proses Hal ini dapat dilihat dari prosedur pembagian kerja,mengatur
setiap kegiatan yang akan dilakukan, dan melaporkan setiap dana yang digunakan
- Dalam sisi Akuntabilitas kebiakan dapat dilihat dari pengabilan keputusan yang melibatkan
masyarakat secara musyawarah
-Akuntabilitas Finansial dapat dilihat dari prosedur pertanggung jawaban yang dibuat setiap
terjadi teransaksi, laporan bulanan ,Triwulan dan laporan akhir tahun

Pendapatan Rumah ibadah


- Wakaf
- Zakat ,infaq, dan sadaqah masyarakat
- Iuran Anggota
- Donasi Tiap Ibadah
- Dana dari Pemerintah
- Infak donator,instansi atau perusahaan

Pengeluaran rumah ibadah


- Membayar beban-beban operasioanl
- Membayar gaji staff
- Donasi kepada masyarakat
- Untuk investasi
Audit Laporan Keuangan Menurut PSAK 45, organisasi nirlaba terdapat ada 4 jenis laporan
keuangan sebagai berikut :
1. Laporam posisi keuagan pada akhir periode laporan
2. Laporan aktivitas untuk suatu periode laporan
3. Laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan.
4. Catatan atas laporan keuangan

Pengertian Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS) dan Akuntansi ZIS

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 109, zakat adalah harta yang
wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang
berhak menerimanya (mustahik). Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan olehseorang muslim
atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam
(UU No. 23 Tahun 2011).
Infak menurut terminologi artinya mengeluarkan harta karena taat patuh dan cinta kepada Allah
SWT dan sebagai wujud rasa syukur atas nikmat atau rezeki yang telah diberikan Allah SWT
kepada dirinya. Sedangkan pengertian shadaqah adalah segala pemberian/aktivitas yang
bertujuan untuk mengharap pahala dari Allah SWT. Shadaqah memiliki dimensi yang sangat
luas, tidak hanya berdimensi memberikan sesuatu dalam bentuk harta saja, tetapi dapat berupa
berbuat kebajikan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Menurut UU 23 Tahun 2011,
Infak adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha diluar zakat untuk
kemaslahatan umum.
Sedangkan sedekah adalah harta atau non harta yang dikeuarkan oleh seseorang atau badan
usaha diluar zakat untuk kemaslahatan umum. Untuk kepentingan akuntansi, shadaqah dianggap
sama dengan infak, baik yang ditentukan penggunannya maupun yang tidak. Sehingga menurut
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 109 Infak/sedekah adalah harta yang
diberikan secara sukarela oleh pemiliknya, baik yang peruntukannya dibatasi (ditentukan)
maupun tidak dibatasi. Sifat dari zakat adalah wajib bagi seseorang atau badan hukum (entitas)
yang beragama Islam yang telah terakumulasi sampai memenuhi nisab dan haul. Sedangkan sifat
dari infaq dan shadaqah adalah sunnah, jadi pengeluarannya lebih bersifat suka rela yang
merupakan wujud ketakwaan dan kecintaan seorang hamba terhadap nikmat Allah SWT yang
telah diberikan kepadanya.
Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah Berdasarkan PSAK No. 109

Pengakuan dan Pengukuran (PSAK 109)

1 . Akuntansi Untuk Zakat


a. Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset nonkas diterima dan diakui sebagai penambah
dana zakat. Jika diterima dalam bentuk kas, diakui sebesar jumlah yang diterima tetapi jika
dalam bentuk non kas sebesar nilai wajar aset. Penentuan nilai wajar aset nonkas yang diterima
menggunakan harga pasar. Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan metode
penentuan nilai wajar lainnya sesuai dengan PSAK yang relevan.
b. Jika muzakki menentukan mustahik yang harus menerima penyaluran zakat melalui amil,
maka aset zakat yang diterima seluruhnya diakui sebagai dana zakat dan tidak ada bagian amil
atas zakat yang diterima dan amil dapat menerima ujrah atas kegiatan penyaluran zakat. Jika atas
jasa tersebut amil mendapatkan ujrah/fee, maka diakui sebagai penambah dana amil.
c. Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai 1. Pengurang dana zakat, jika terjadi tidak
disebabkan oleh kelalaian amil; 2. Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh
kelalaian amil.
d. Zakat yang disalurkan kepada mustahik, diakui sebagai pengurang dana
zakat dengan keterangan sesuai dengan kelompok mustahik termasuk jika disalurkan kepada
Amil, sebesar: 1. Jumlah yang diserahkan, jika pemberian dilakukan dalam bentuk kas, jurnal, 2.
Jumlah tercatat, jika pemberian dilakukan dalam bentuk aset nonkas, jurnal:
e. Amil berhak mengambil bagian dari zakat untuk menutup biayaoperasional dalam
menjalankan fungsinya.
f. Beban penghimpunan dan penyaluran zakat harus diambil dari porsi amil.
g. Zakat dikatakan telah disalurkan kepada mustahik-non-amil hanya bila telah diterima oleh
mustahik-non-amil tersebut. Apabila zakat disalurkan melalui amil lain, maka diakui sebagai
piutang penyaluran dan bagi amil yang menerima diakui sebagai liabilitas (utang) penyaluran.
Piutang dan liabilitas berkurang ketika zakat disalurkan. Amil lain tidak berhak mengambil
bagian dari dana zakat, namun dapat memperoleh ujrah dari amil sebelumnya.
h. Dana zakat yang disalurkan dalam bentuk perolehan asset tetap (asset kelolaan) diakui
sebagai: 1. Penyaluran zakat seluruhnya, jika asset tetap tersebut diserahkan untuk dikelola
kepada pihak lain yang tidak dikendalikan amil. 2. Penyaluran secara bertahap diukur sebesar
penyusutan asset tetap tersebut sesuai dengan pola pemanfaatannya, jika asset tetap tersebut
masih dalam pengendalian amil atau pihak lain yang dikendalikan amil.
i. Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat, tetapi tidak terbatas
pada: 1. Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran zakat dan
mustahik nonamil; 2. Kebijakan penyaluran zakat untuk amil dan mustahiq nonamil, seperti
persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan; 3. Metode penentuan nilai wajar yang
digunakan untuk penerimaan zakat berupa asset nonkas.

2 . Akuntansi untuk Infak/Sedekah


a. Penerimaan Infaq/Sedekah diakui pada saat kas atau aset nonkas diterima dan diakui sebagai
penambah dana infaq/sedekah terikat atau tidak terikat sesuai dengan tujuan pemberiannya. Jika
diterima dalam bentuk kas, diakui sebesar jumlah yang diterima tetapi jika dalam bentuk nonkas
sebesar nilai wajar aset. Untuk penerimaan aset nonkas dapat dikelompokkan menjadi aset lancar
dan aset tidak lancar. Aset lancer adalah aset yang harus segera disalurkan, dan dapat berupa
bahan habis pakai seperti bahan makan; atau barang yang memiliki manfaat jangka panjang
misalnya mobil untuk ambulan. Aset nonkas lancar dinilai sebesar nilai perolehan.
b. Aset tidak lancar yang diterima oleh amil dan diamanahkan untuk dikelola dinilai sebesar nilai
wajar saat penerimaannya dan diakui sebagai aset tidak lancar infak/sedekah. Penyusutan dari
aset tersebut diperlakukan sebagai pengurang dana infak/sedekah terikat apabila penggunaan
atau pengelolaan aset tersebut sudah ditentukan oleh pemberi.
c. Penurunan nilai aset infak/sedekah diakui sebagai: 1. pengurang dana infaq/sedekah, jika
terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian amil. 2. Kerugian dan pengurang dana amil, jika
disebabkan oleh kelalaian amil.
d. Dana infak/sedekah sebelum disalurkan dapat dikelola dalam jangka waktu sementara untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Hasil dana pengelolaan diakui sebagai penambah dana
infak/sedekah.
e. Penyaluran dana infak/sedekah diakui sebagai pengurang dana infak/ sedekah sebesar: (a)
jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas. (b) nilai tercatat aset yang diserahkan, jika dalam
bentuk aset nonkas.
f. Penyaluran infak/sedekah oleh amil kepada amil lain merupakanpenyaluran yang mengurangi
dana infak/ sedekah sepanjang amil tidakakan menerima kembali aset infak/sedekah yang
disalurkan tersebut.
g. Penyaluran infak/sedekah kepada penerima akhir dalam skema dana bergulir dicatat sebagai
piutang infak/sedekah bergulir dan tidak mengurangi dana infak/sedekah.
h. Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi infak/sedekah, tetapi tidak
terbatas pada:
1) Kebijakan penyaluran infak/sedekah, seperti penentuan skala prioritas penyaluran, dan
penerima;
2) Kebijakan pembagian antara dana amil dan dana nonamil atas penerimaan infak/sedekah
seperti persentase pembagian, alasan dan konsistensi kebijakan;
3) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan infak/sedekah berupa
asset nonkas;
4) Keberadaan dana infak/sedekah yang tidak langsung disalurkan tetapi dikelola terlebih
dahulu, jika ada, maka harus diungkapkan jumlah dan persentase dari seluruh penerimaan
infak/sedekah selama periode pelaporan serta alasannya.
5) Hasil yang diperoleh dari pengelolaan yang dimaksud di angka (4) diungkapkan secara
terpisah
6) Penggunaan dana infak/sedekah menjadi asset kelolaan yang diperuntukkan bagi yang
berhak, jika ada, jumlah dan persentase terhadap seluruh penggunaan dana infak/sedekah serta
alasannya;
7) Rincian dana infak/sedekah berdasarkan peruntukannya, terikat dan tidak terikat.
8) Hubungan pihak-pihak berelasi antara amil dengan penerima infak/ sedekah yang meliputi:
Sifat hubungan istimewa; Jumlah dan jenis asset yang disalurkan; dan Persentase dari asset
yang disalurkan tersebut dari total penyaluran selama periode
9) Keberadaan dana nonhalal, jika ada, diungkapkan mengenai kebijakan atas penerimaan dan
penyaluran dana, alasan dan jumlahnya;dan
10)`Kinerja amil atas penerimaan dan penyaluran dana zakat dan dana infak/ sedekah.

Laporan Keuangan Zakat, Infak dan Sedekah


Laporan keuangan juga merupakan bentuk laporan pertanggungjawaban dari
manajemen/pengelola atas aktivitas pengelolaan sumberdaya yang telah diamanatkan
kepadanya. Secara umum, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai
(Kurniasari, 2011): 1) Jumlah dan sifat aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih suatu organisiasi,
2) Pengaruh transaksi, peristiwa dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan sifat aktiva
bersih, 3) Jenis dan Komponen laporan keuangan dalam PSAK 109 terdiri dari

1. laporan posisi keuangan (Neraca)


2. Laporan Perubahan Dana,
3. Laporan Perubahan Aset Kelolaan (laporan posisi keuangan).
4. 4. Laporan arus kas Entitas menyajikan laporan arus kas sesuai dengan PSAK 2: Laporan
arus kas dan PSAK yang relevan.
5. Catatan atas laporan keuangan Amil menyajikan catatan atas laporan keuangan sesuai
dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah dan PSAK yang relevan.
2.3 WAKAF
Pengertian wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan atau menyelenggarakn
sebagian harta benda miliknya untuk di manfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu
sesuai dengan kepentianganya guna keperluan ibadah dan kesejahteraan umum menurut syariah
Menurut UU NO 41 tahun 2004 tentang wakaf Pasal 1 Ayat (1) Menyatakan wakaf adalah
perbuatan hukum wakif untuk memisahkan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya
untuk dimanfatkan selamanya atau jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna
keperluan ibadah dan kesejahteraan umum menurut Syariah.

Tujuan Akuntansi Wakaf


Pengakuan, Pengukuran , penyajian, dan pengkungkapan atas transaksi wakaf yang dilakukan
baik olen entitas Nazhir dan wakif yang berbentuk organisasi dalam hukum.
Unsur Wakaf
Unsur-unsur yang diatur UU NO 41 Tahun 2004 tentang wakaf
a. Wakif,adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya
b. Nazhir, pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan
dikembangkan sesuai dengan peruntunkannya
c. Harta benda wakaf, Berupa benda begerak maupun benda tidak bergerak
d. Ikrar wakaf, adalah pernayataan kehendak wakif yang diucapkan secara lisan atau tulisan
kepada Nazhir untuk mewakaf kan harta benda miliknyan
e. Peruntukan harta benda wakaf, dan
f. Jangka waktu wakaf
-Aset wakaf
Dalam pasal 16 undang-undang No.41 Tahun 2004 tentang wakaf, bahwa : Harta benda wakaf
terdiri dari :
a. Benda tidak bergerak Meliputi :
 Harta atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan per undang-ungangan yang berlaku
baik yang sudah maupun yang belum terdaftar
 Bangunan atau bagian bangunan
 Tanaman dan benda yang berkaitan dengan tanah
 Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan
 Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
b. Benda bergerak adalah harta yang tidak bias habis karena di komsumsi,meliputi :
 Uang
 Logam Mulia
 Surat berharga
 Kendaraan
 Hak atas kekayaan intelektual
 Hak sewa,dan
 Benda bergerak lain sesuai dengan kentetuan syariah dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
Namun,Menurut PP No.42 tahun 2006 tentang pelaksanan UU No 41 tahun 2004 tentang wakaf
pasal 15 jenis harta benda wakaf meliputi :
 Benda tidak bergerak
 Benda bergerak selain uang
 Benda bergerak berupa uang

Fungsi Wakaf
Untuk Mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi asset tersebut untuk kepentinagn ibadah dan
memajukan sejehteraan umum. Jadi wakaf diperuntukan anatara lain :
 Sarana dan kegiatan ibadah
 Sarana dan kegiatan pendidikan dan kesehatan
 Bantuan fakir miskin, anak terlantar,yatim piatu,dan beasiswa
 Kemajuan dan peningaktan ekonomi
 Kemajuan kesejahteraan umum lainnya
Kesimpualan
. Kegiatan akuntansi dalam organisasi nirlaba rumah ibadah bertujuan menyediakan informasi
untuk pengambilan keputusan dalam menentukan pengalokasian dana. Selain itu juga sebagai
bentuk pertanggungg jawaban pengurus rumah ibadah itu sendiri ,serta sebagai indicator
pelaksanaan aktivitas secara efektif danefisien. Dengan demikian, rumah ibadah tersebut dapat
ditingkatkan.
Untuk menghasilkan suatu laporan keuangan ZIS yang baik, maka dibutuhkan penerapan sistem
akuntansi yang baik pula. Sistem akuntansi merupakan proses akuntansi yang diawali dari identifikasi
transaksi sampai dengan penyusunan laporan keuangan. Dalam pelaksanaan proses akuntansi
dibutuhkan standar/pedoman akuntansi yang mengatur tentang pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan transaksi zakat dan infak/sedekah. Standar akuntansi ZIS yang berlaku di Indonesia yaitu
PSAK No. 109 tentang akuntansi ZIS yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
dan disyahkan pada tahun 2010.
Wakaf slah satu konstruksi pembagunan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat . mengajarkan
masyarakat yang mampu untuk membantu yang kurang mampu dengan cara memberikannya secara abadi
yang di kelola, dan hasilnya dimanfaatkan untuk membantu kebutuhan, dan juga untuk mengangkat
derajat masyarakat

Daftar Pusataka
https://id.scribd.com/document/449841726/Akuntansi-Sektor-Publik-Organisasi-Wakaf
https://muqtasid.iainsalatiga.ac.id/index.php/muqtasid/article/download/1026/700
http://repository.uinsu.ac.id/5041/1/Skripsi%20Zaitun%20Khofifah%20Hasibuan.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/252380-pengelolaan-dan-pelaporan-aset-wakaf-pad-
2ec21a83.pdf

Latar belakang
Dalam dunia akuntansi, akuntansi terdiri atas dua yaitu akuntansi untuk bisnis dan akuntansi
organisasi nirlaba. Dalam organisasi nirlaba dibagi lagi dalam dua kelompok entitas yaitu entitas
pemerintahan dan entitas nirlaba nonpemerintahan. Menurut PSAK No. 45 tentang Pelaporan
Keuangan Organisasi Nirlaba yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang dapat
dijadikan dasar untuk seluruh organisasi nirlaba nonpemerintah. Dalam PSAK No. 45 yang
menjadi karakteristik untuk entitas nirlaba ini adalah bahwa sumber daya entitas berasal dari para
penyumbang dengan tidak mengharapkan adanya hasil, imbalan atau keuntungan komersial.
Tempat ibadah tidak hanya dijadikan sebagai tempat untuk melakukan atau melayani aktivitas
ritual peribadatan, seperti sholat, sembahyang, berdoa, menyembah, berdzikir, dan lain
sebagainya. Namun, sebenarnya tempat ibadah apabila disadari sebagai salah satu bentuk
organisasi memiliki peranan yang sangat strategis dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat,
bahkan tidak kalah strategisnya dengan jenis organisasi publik lainnya Namun, sebenarnya
tempat ibadah dapat dijadikan sebagai pusat aktivitas(center of activity) dari masyarakat sesuai
dengan agama masing-masing. Pusat aktivitas ini meliputiberbagai bidang, seperti pendidikan,
ekonomi, sosial, budaya, dan hukum. Jika hal ini mampudijalankan oleh tempat ibadah, maka
akan menciptakan kesejahteraan masyarakat yangmenyeluruh yaitu kesejahteraan lahir (fisik)
dan kesejahteraan batin (emosional danspiritual). Inilah yang membedakan dengan organisasi
publik lainnya. Oleh karena itu, tempatibadah harus disadari dan dimaknai sebagai sebuah
organisasi, karena setiap organisasi pastimemiliki tujuan yang akan dicapai. Untuk mencapai
tujuan tersebut diperlukan alatorganisasional, seperti dalam hal pengelolaan keuangan adalah
akuntansi.
Kedudukan zakat, infak, dan sedekah dalam ajaran Islam sangat penting dan strategis karena
tidak hanya kepentingan ibadah, tetapi juga untuk penguatan aspek muamalah yaitu membangun
kesejahteraan dalam equilibrium sosial yang bermartabat. Zakat wajib dibayarkan oleh umatnya
yang telah mampu dengan batas tertentu, sedangkan infak dan sedekah lebih bersifat sukarela.
Dengan pengelolaan yang baik, ZIS merupakan dana potensial yang dimanfaatkan untuk
memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat. Zakat, infak dansedekah juga sudah
dikenal dan dilaksanakan oleh umat muslim sejak lama.Sumber-sumber dana tersebut merupakan
pranata keagamaan yang memiliki kaitan secara fungsional dengan upaya pemecahan masalah
kemiskinan dan kepincangan social.
Dalam perekonomian Islam, terdapat beberapa kegiatan yang bertujuan kemanusiaan antara lain
Amal, Infaq, Shadaqah, Zakat dan Wakaf. Amal, Infaq, Shadaqah dan Zakat merupakan kegiatan
yang paling sering dilakukan, dimana dalam pengelolaannya pun tidak terlalu sulit, sehingga
banyak lembaga sosial yang mengelola kegiatan tersebut. Sedangkan wakaf, pada umumnya
wakaf dikenal sebagai merelakan tanah yang dimiliki untuk tujuan umum seperti pembangunan
masjid dan sekolah. Hal ini menjadi salah satu faktor yang membuat masyarakat pada umumnya
terutama masyarakat yang memiliki penghasilan rata-rata belum tertarik dengan wakaf,
dikarenakan mereka berpikir bahwa untuk melakukan wakaf perlu biaya yang sangat tinggi
dibandingkan amal, infaq, shadaqah dan zakat.
menjelaskan dan memahami pengelolaan dan pengaturan wakaf yang terdapat pada lembaga
wakaf di Indonesia serta menjelaskan dan memahami mengenai pencatatan akuntansi, dan
pelaporan aset wakaf pada lembaga wakaf di Indonesia. Wakaf yang merupakan salah satu hal
penting dan memiliki banyak manfaat dalam penggunaannya terutama di sektor yang besar
seperti pendidikan dan kesehatan, menjadikan wakaf sebagai suatu kegiatan perekonomian yang
sangat perlu diperhatikan pembangunan, pengorganisasian, pengelolaan dan
pertanggungjawaban wakaf.Pengorganisasian dan pengelolaan wakaf menjadi hal yang penting,
terutama ketika wakaf dijadikan sebagai aset negara. Wakaf yang ada di sebuah negara perlu
dikelola dan diorganisir dengan baik. Maka pembentukan lembaga yang mengelola dan mengatur
mengenai wakaf di suatu negara, seperti di Indonesia yang menduduki sebagai negara dengan
penduduk Muslim terbanyak di di dunia menjadi suatu hal yang penting. Dalam pembentukan
lembaga wakaf diatur juga mengenai pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan lembaga
wakaf tersebut, terkait dengan tranparansi sebuah lembaga wakaf. Setelah pembuatan laporan
keuangan dari lembaga wakaf tersebut, maka laporan keuangan sebaiknya diberikan kepada para
pengguna sebagai sebuah bentuk pertanggungjawaban lembaga wakaf terhadap pengguna
laporan keuangan lembaga wakaf.
.

Anda mungkin juga menyukai