Anda di halaman 1dari 19

Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar,

ISSN Cetak : 2477-2143 ISSN Online : 2548-6950


Volume IV Nomor 2, Desember 2019

EVALUASI PROGRAM GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR


WILAYAH KOTA DAN KABUPATEN TANGERANG
Ina Magdalena1, Maruf Akbar2, Robinson Situmorang3, Asih Rosnaningsih4
1,2,3Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, Indonesia
4Universitas Muhammadiyah Tangerang, Tangerang, Indonesia
1inapgsd@gmail.com, 2maruf.akbar@unj.ac.id,
3robinson.situmorang@gmail.com, 4asihrosna@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to obtain data empirically about the implementation of the School
Literacy Movement (SLM) program in elementary schools in Tangerang City and
Regency, Banten Indonesia. It discusses how far the SLM program has been
implemented and what obstacles have been experienced in implementing it in the
level of elementary schools. This type of research is a qualitative descriptive
research located at SDN Jurumudi 2, SDN Gempol Sari, SDN Sudimara Timur 5,
SDN Ciakar, dan SDS Mutiara Hati Tangerang. Subjects were principals, teachers
and students. The research instruments used are interview, observation and
documentation. The results of the study indicate that the implementation of the
SLM program in elementary schools in Kota and Kabupaten Tangerang is merely
at the habituation stage. Therefore, the implementation of the SLM program in
primary schools needs to be improved through comprehensive and sustainable
socialization and assistance in order to achieve the objectives of the SLM
program.
Keywords: school literacy, literacy movement, elementary school.

ASBTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data secara empiris tentang


pelaksanaan program Gerakan Literasi Sekolah (SLM) di sekolah dasar di Kota
dan Kabupaten Tangerang, Banten Indonesia. Bab ini membahas sejauh mana
program SLM telah dilaksanakan dan kendala apa yang telah dialami dalam
mengimplementasikannya di tingkat sekolah dasar. Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif kualitatif yang berlokasi di SDN Jurumudi 2, SDN Gempol
Sari, SDN Sudimara Timur 5, SDN Ciakar, dan SDS Mutiara Hati Tangerang.
Subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru dan siswa. Instrumen penelitian
yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa implementasi program SLM di sekolah dasar di Kota dan
Kabupaten Tangerang hanya pada tahap pembiasaan. Oleh karena itu,
implementasi program SLM di sekolah dasar perlu ditingkatkan melalui sosialisasi
dan bantuan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk mencapai tujuan
program SLM.
Kata kunci: Literasi Sekolah, Gerakan Literasi, Sekolah Dasar.

230
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar,
ISSN Cetak : 2477-2143 ISSN Online : 2548-6950
Volume IV Nomor 2, Desember 2019

A. Pendahuluan (P21).Kemudian skema ini juga wajib


Sekolah dasar adalah satu jalur diiringi dengan tambahan tiga core
pendidikan formal yang paling awal subjects atau 3R yaitu Reading,
ditempuh oleh peserta didik. Menurut Writing dan Arithmatics. Subjek
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Reading dan Writing adalah
Pasal 17 ayat 1 menjelaskan bahwa, pembelajaran dimana siswa
“Pendidikan dasar merupakan mempelajari pengetahuan lewat
jenjang yang melandasi jenjang media kata-kata sedangan pada
selanjutnya yaitu Pendidikan subjek Arithmatics adalah proses
menengah”. Pendidikan di sekolah dimana siswa memahami angka
dasar ditempuh selama enam tahun melalui pembelajaran matematika
mulai dari anak berusia 6 sampai (P21, 2010).
dengan 12 tahun. Kegiatan Penjabaran keempat
pembelajaran di sekolah dasar keterampilan pada skema diatas
ditujukan untuk pengembangan meliputi life and career skills atau
potensi, minat, keterampilan dan keterampilan hidup dan berkarir yaitu
pengetahuan sesuai dengan peserta didik harus memiliki
kemampuan individu peserta kemampuan untuk menyesuaikan diri
didiknya. dengan perubahan lingkungan,
Seiring dengan perkembangan fleksibel, memiliki inisiatif dalam
informasi, teknologi dan komunikasi belajar, dapat mengatur dirinya,
(ICT) yang begitu luas dan sangat tujuan belajarnya serta belajar secara
cepat, maka peserta didik tingkat mandiri maupun berkelompok dengan
Sekolah Dasar dituntut menguasai orang lain. Selanjutnya yaitu learning
tiga keterampilan dasar abad 21 yang and innovation skills atau
digagas oleh The Partnership for 21th keterampilan belajar dan berinovasi
Century Skills (2010)yang meliputi: yang bermakna bahwa peserta didik
(1) life and career skills, (2) learning harus memiliki keterampilan berpikir
and innovation skills, dan (3) kritis (critical thinking skill) dan
information media and technology menggunakan gagasanserta ide
skills. Ketiga keterampilan tersebut (reasoning) untuk berinovasi dalam
disusun dalam sebuah skema yang pemecahan masalah ataupun
disebut pelangi keterampilan abad 21 pengambilan keputusan dalam setiap

231
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar,
ISSN Cetak : 2477-2143 ISSN Online : 2548-6950
Volume IV Nomor 2, Desember 2019

situasi. Terakhir, yaitu information yaitu reading, writing dan arithmetics


media and technology skills atau lalu dapat mengasah life and career
keterampilan penggunaan teknologi skills atau keterampilan hidup abad
yang mengacu pada literasi teknologi, 21 lewat pembelajaran yang akan
literasi media, dan literasi ICT untuk mereka terima di sekolah serta harus
membantu peserta didik mengakses diimbangi dengan penggunaan
serta menganalisis semua informasi IPTEK yang secara positif dan
yang diterimanya juga mengevaluasi terpandu baik itu oleh orang tua atau
dan mengaplikasikan segala jenis guru di sekolah. penguasaan
teknologi secara efektif dan efisien. teknologi adalah suatu aspek yang
Adanya konsep sangat krusial bagi bangsa Indonesia
pengembangan keterampilan siswa karena dapat meningkatkan
abad 21 diatas harusnya menjadikan kemakmuran rakyat, menjaga
lecutan bagi pemerintah untuk kedaulatan negara serta
meningkatkan kualitas pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa.
khususnya ditingkat sekolah dasar. Kondisi geografis Indonesia
Pemerintah harus memastikan yang terdiri dari ribuan pulau dengan
seluruh peserta didik tingkat sekolah diapit oleh perairan yang luas
dasar menguasai tiga jenis subjek menjadikan tantangan tersendiri
pokok baik itu membaca, menulis untuk memeratakan keseimbangan
maupun berhitung. Bisa dibayangkan program wajib belajar ini. Tercatat
jika peserta didik di negara ini tidak terdapat 300.000 lebih sekolah
menguasai ketiga subjek tersebut dengan jumlah guru 3,4 juta dan
tentunya Indonesia akan menjadi jumlah siswa 49 juta memperlihatkan
negara yang tertinggal ditengah jumlah populasi yang sangat luar
perkembangan pesat negara-negara biasa dimana menjadi tantangan bagi
lain di dunia. guru untuk meningkatkan indeks
Berdasarkan uraian diatas pembangunan manusia Indonesia
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang saat ini hanya berada di posisi
jika bangsa Indonesia ingin menjadi 113 dari 188 negara(Kementerian
bangsa yang maju, maka anak-anak Pendidikan dan Kebudayaan RI,
semenjak dini harus dapat 2017, p. 3).
menguasai tiga jenis subjek utama

232
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar,
ISSN Cetak : 2477-2143 ISSN Online : 2548-6950
Volume IV Nomor 2, Desember 2019

Di beberapa kalangan khususnya tingkat sekolah dasar


khususnya penduduk yang mayoritas masih jarang sekali
tinggal di pedalaman tingkat diimplementasikan dengan baik.
kesadaran pentingnya bersekolah, Peserta didik belum menjadikan
belajar untuk membaca dan berhitung membaca sebagai kebutuhan
masih sangat minim. Masih banyak ataupun sebagai aktivitas harian.
orang tua yang belum menjadikan Mereka hanya melakukan kegiatan
sekolah sebagai prioritas untuk anak- membaca terbatas pada
anak mereka. Hal tersebut menjadi mengerjakan tugas sekolah sehingga
penghambat yang besar dalam ketika bertemu berbagai jenis teks
peningkatan mutu SDM di Indonesia. yang rumit dan multigenre maka
Terlihat pada tahun 2016 terdapat mereka akan kesulitan dalam
penurunan angka masuk Sekolah memahaminya. Hal tersebut mungkin
Dasar dari tahun sebelumnya disebabkan karena dukungan internal
sebagaimana dapat dilihat dari yaitu support orang tua dirumah yang
survey Biro Pusat Statistik(Statistik, belum mendorong dan
2011-2016, p. 1) mencontohkan budaya membaca
Reading performans dalam pada anak, dan juga peran sekolah
PISA mengukur kapasitas anak dasar yang belum maksimal dalam
dalam memahami, menggunakan dan mengemas pembelajaran ditambah
merefleksi teks tertulis untuk meraih lagi dengan guru yang tidak
tujuan membaca, membangun mengajarkan strategi membaca yang
pengetahuan dan potensi juga variatifsehingga akhirnya minat
berpartisipasi dalam lingkungan membaca anak tidak mengalami
masyarakat. Sebagaimana kita lihat perubahan yang signifikan.
pada tabel diatas, Indonesia berada Sekolah Dasar khususnya
pada posisi paling belakang dengan ditantang untuk menciptakan cara
mean score dibawah 400. Indeks yang memungkinkan para peserta
literasi membaca hanya naik satu didiknya agar berhasil menguasai
poin: 396 pada 2012 dan 397 pada keenam jenis literasi dan ketiga jenis
2015(Ibrahim, 2017, p. 1). Data keterampilan siswa abad 21 serta
tersebut meyakinkan kita bahwa mengelola sumber belajar dengan
aktivitas membaca untuk anak maksimal. Sekolah dasar sebagai

233
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar,
ISSN Cetak : 2477-2143 ISSN Online : 2548-6950
Volume IV Nomor 2, Desember 2019

pencetak cikal bakal atau bibit-bibit koordinasi Direktorat Jenderal


generasi yang masih mudah dibentuk Pendidikan Dasar dan Menengah
perlu dijadikan sasaran utama dan Kementerian Pendidikan dan
fokus bagi program gerakan literasi Kebudayaan (Kementerian
sekolah. Anak usia sekolah dasar Pendidikan dan Kebudayaan RI,
memiliki kelenturan layaknya 2016, p. 1).
plastisin, anak pada masa ini sangat GLS adalah gerakan sosial
mudah dibentuk menjadi sesuatu. dengan dukungan kolaboratif
Oleh sebab itu, segala pembiasaan berbagai elemen. Upaya yang
baik karakter maupun keterampilan, ditempuh untuk mewujudkannya
menjadi sangat penting diasah mulai berupa pembiasaan membaca
dari usia sekolah dasar. Membentuk peserta didik. Pembiasaan ini
kemahiran literasi akan sangat dilakukan dengan kegiatan 15 menit
mudah jika dimulai dari sini dengan membaca (guru membacakan buku
berbagai teknik yang sesuai dengan dan warga sekolah membaca dalam
perkembangan usia anak. hati, yang disesuaikan dengan
Salah satu program yang telah konteks atau target sekolah). Ketika
dijalankan oleh pemerintahmelalui pembiasaan membaca terbentuk,
Kementerian Pendidikan dan selanjutnya akan diarahkan ke tahap
Kebudayaan yaitu mengembangkan pengembangan dan pembelajaran
program Gerakan Literasi Sekolah (disertai tagihan berdasarkan
(GLS).GLS merupakan suatu usaha kurikulum 2013). Variasi kegiatan
atau kegiatan yang bersifat dapat berupa perpaduan
partisipatif dengan melibatkan warga pengembangan keterampilan reseptif
sekolah (peserta didik, guru, kepala maupun produktif.
sekolah, tenaga kependidikan, Maksud dari diselenggarakan
pengawas sekolah, komite sekolah, kegiatan ini adalah untuk merancang
orang tua/wali murid peserta didik), kegiatan membaca sebagai
akademisi, penerbit, media massa, kebiasaan yang rutin bagi setiap
masyarakat (tokoh masyarakat yang warga di sekolah. Pembiasaan ini
dapat merepresentasikan dilakukan secara berkala selama 15
keteladanan, dunia usaha, dll.), dan menit sebelum kegiatan belajar
pemangku kepentingan di bawah dimulai. GLS ditujukan agar siswa

234
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar,
ISSN Cetak : 2477-2143 ISSN Online : 2548-6950
Volume IV Nomor 2, Desember 2019

dapat mahir membaca, memahami, No.17 Tahun 2010 tentang


dapat mengakses dan menggunakan Pengelolaan dan Penyelenggaraan
segala bahan bacaan secara terampil Pendidikan Pasal 112 yang berbunyi:
baik dalam kegiatan reseptif “Pendidikan keaksaraan
merupakan pendidikan bagi
(menyimak dan membaca) maupun
warga masyarakat yang buta
secara produktif (berbicara dan aksara Latin agar mereka
dapat membaca, menulis,
menulis).
berhitung, berbahasa
Landasan dari kegiatan GLS Indonesia dan
berpengetahuan dasar, yang
ini diperoleh daribeberapa dasar
memberikan peluang untuk
hukum yaitu salah satunya dari aktualisasi potensi diri.“
Sedangkan Peraturan Menteri
Undang-Undang Republik Indonesia
Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Republik Indonesia No.23 Tahun
Sistem Pendidikan Nasional Bab III
2015 Tentang Penumbuhan Budi
Pasal 4 Ayat 5 yang berbunyi:
Pekerti Pasal 1 ayat 4 menyatakan:
”Pendidikandiselenggarakan
dengan mengembangkan “Pembiasaan adalah
budaya membaca, menulis, serangkaian kegiatan yang
dan berhitung bagi segenap harus dilakukan oleh siswa,
warga masyarakat”.” guru dan tenaga kependidikan
Berdasarkan paparan dari yang bertujuan untuk
menumbuhkan kebiasaan
Undang-Undang diatas dapat
yang baik dan membentuk
disimpulkan bahwa implementasi generasi berkarakter positif”.
Sebagai contoh menggunakan
GLS harus dapat mencapai dan
15 menit sebelum
mewujudkan cita-cita dalam rangka pembelajaran untuk membaca
buku selain buku mata
mengembangkan budaya membaca,
pelajaran (setiap hari)”.
menulis dan berhitung bagi seluruh Gerakan Literasi Sekolah
warga negara khususnya bagi anak (GLS) hadir sebagai jawaban dari
dalam usia Sekolah Dasar. Budaya tantangan untuk meningkatkan daya
membaca adalah suatu kondisi kemelekhurufan anak sekolah Dasar.
dimana anak dapat membiasakan diri Program GLS ini dikembangkan
untuk menjadikan bahan bacaan berdasarkan Sembilan agenda
berupa buku, majalah, ataupun koran prioritas (Nawacita) yang terkait
sebagai sebuah kebutuhan harian dengan tugas dan fungsi
mereka. Selanjutnya, Peraturan Kementerian Pendidikan dan
Pemerintah Republik Indonesia Kebudayaan Republik Indonesia

235
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar,
ISSN Cetak : 2477-2143 ISSN Online : 2548-6950
Volume IV Nomor 2, Desember 2019

khususnya Nawacita nomor 5, 6, 8 mensosialisasikan GLS diberbagai


dan 9. Butir tersebut berbunyi: (5) Sekolah Dasar semenjak tahun 2016.
meningkatkan kualitas hidup manusia Tercatat Kabupatan Serang dan
dan masyarakat Indonesia; (6) Kabupaten Tangerang berhasil
meningkatkan produktivitas rakyat meraih Anugerah Literasi dari
dan daya saing di pasar internasional Kemendikbud Bersama dengan 17
sehingga bangsa Indonesia bisa maju Kabupaten/kota lain di Indonesia
dan bangkit besama bangsa-bangsa yang selama ini bermitra dengan
Asia lainnya; (8) melakukan revolusi USAID Prioritas. Semua daerah
karakter bangsa; (9) memperteguh peraih penghargaan tersebut meraih
kebhinekaan dan memperkuat kategori “Sangat Baik” dan “Baik”
restorasi sosial Indonesia (Fachreinsyah, 2018, p. 1).Hampir
(Kementerian Pendidikan dan semua sekolah telah terpantau
Kebudayaan RI, 2016, p. 1). secara aktif melaksanakan program
Keempat butir Nawacita GLS.
tersebut sangat kuat hubungannya Peneliti melakukan
dengan kemampuan literasi karena pengamatan awal terkait
literasi merupakan sumber modal implementasi GLS di 6 SD khususnya
utama pembentukan Sumber Daya di Kabupaten dan Kota Tangerang.
Manusia (SDM) Indonesia yang Keenam SD tersebut yaitu; (1)
bermutu, berdaya saing, produktif, Kabupaten Tangerang meliputi SD
memiliki karakter dan cinta tanah air. Negeri Gempol Sari Kecamatan
Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini Sepatan, SD Negeri
diharapkan dapat menciptakan CiakarKecamatan Pagedangan, dan
partisipasi aktif dari segenap warga SDS Karya Bangsa Kecamatan
sekolah termasuk didalamnya Solear, adapun (2) Kota Tangerang
peserta didik, guru, Kepala Sekolah, meliputi SD Negeri Sudimara Timur 5
tenaga kependidikan, pustakawan, Kecamatan Ciledug, SD Negeri
keluarga dan lingkungan sosial lain. Jurumudi 2 Kecamatan Benda, dan
SDS Mutiara Hati Kecamatan
Pemerintah Provinsi Banten Tangerang.
secara aktif melalui Dinas Pendidikan Secara umum, hasil
dan Kebudayaan telah pengambilan data awal dari keenam

236
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar,
ISSN Cetak : 2477-2143 ISSN Online : 2548-6950
Volume IV Nomor 2, Desember 2019

sekolah menunjukkan bahwa pada dilanjutkan, dikembangkan atau


pelaksanaannya GLS masih dihentikan. Widoyoko berpendapat
menemui banyak hambatan dan bahwa,“Evaluasi program biasanya
kendala. Baik itu kendala dari segi dilakukan untuk kepentingan
fisik yaitu fasilitas berupa ruangan pengambilan keputusan dalam
yang tidak tersedia maupun tidak rangka menentukan kebijakan
memadai, ketersediaan buku yang selanjutnya. Melalui evaluasi suatu
masih minim, jenis buku yang masih program dapat dilakukan penilaian
belum sesuai dengan rentang usia secara sistematik, rinci dan
peserta didik dan juga penyusunan menggunakan prosedur yang sudah
bahan bacaan yang belum memenuhi diuji secara cermat. Dengan metode
standar. Disamping itu, dari segi tertentu akan diperoleh data yang
peserta didik itu sendiri masih banyak handal, dan dapat dipercaya
dari mereka yang malas membaca, sehingga penentuan kebijakan akan
pengetahuan tentang literasi yang tepat, dengan catatan data yang
masih minim, serta kedisiplinan digunakan sebagai dasar
dalam mengikuti GLS yang masih pertimbangan tersebut adalah data
rendah. Hal ini tidak dapat dipandang yang tepat, baik dari segi isi,
sebelah mata, karena dengan adanya cakupan, format maupun tepat dari
permasalahan-permasalahan segi waktu penyampaian”(Widoyoko,
tersebut akan sangat menghambat 2016, p. 10)
proses pelaksanaan GLS dan tujuan Model yang akan digunakan
akhir dari program GLS itu sendiri oleh peneliti untuk mengevaluasi
yaitu meningkatkan kualitas SDM program GLS adalah Model Context,
manusia Indonesia mustahil akan Input, Process and Product atau
terwujud. disingkat dengan CIPP. Model ini
Berdasarkan beberapa pertama kali dikembangkan oleh
permasalahan diatas dalam Danel Stufflebean tahun 1983. Model
implementasi GLS, maka peneliti CIPP ini berpandangan bahwa dalam
menyimpulkan perlunya sebuah proses evaluasi program aspek yang
proses evaluasi yang nantinya akan terpenting bukanlah pembuktian (to
memaparkan secara ilmiah apakah prove), melainkan meningkatkan (to
implementasi dari GLS perlu tetap improve)(Madaus, 1983).Dengan

237
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar,
ISSN Cetak : 2477-2143 ISSN Online : 2548-6950
Volume IV Nomor 2, Desember 2019

kata lain, model ini diterapkan untuk bukan hanya untuk membuktikan (to
membantu sekolah baik itu Kepala prove) namun juga untuk
Sekolah, guru, semua staf untuk meningkatkan (to impove) suatu
mendapatkan informasi evaluasi program atau kebijakan.Karena
(evaluative information) yang kegunaannya, model CIPP ini
sistematis mengenai: (1) Konteks dikategorikan sebagai model evaluasi
program GLS di SDN Kota dan yang bertujuan untuk meningkatkan
Kabupaten Tangerang, (2) Input program (improvement-oriented
program GLS di SDN Kota dan evaluation) (Mahmudi, 2011, p. 118).
Kabupaten Tangerang, (3) Proses Evaluasi dengan model CIPP
kegiatan GLS di SDN Kota dan ini dapat diterapkan diberbagai
Kabupaten Tangerang, dan (4) bidang, seperti Pendidikan,
Produk dari GLS di SDN Kota dan manajemen, perusahaan dan
Kabupaten Tangerang. Berdasarkan sebagainya serta dalam berbagai
paparan latar belakang, maka peneliti jenjang baik itu proyek, maupun
menganggap sangatlah penting untuk program maupun institusi. Dalam
melakukan penelitian tentang bidang Pendidikan, Stufflebeam
evaluasi implementasi Gerakan menggolongkan system Pendidikan
Literasi Sekolah khususnya pada atas 4 dimensi, yaitu Context, Input,
tingkat Pendidikan dasar di Processdan Product, sehingga model
Kabupatan dan Kota Tangerang. evaluasinya diberi nama CIPP model
Menurut Owen dalam yang merupakan singkatan keempat
Mahmudi Model evaluasi Context, dimensi tersebut. Keempat kata yang
Input, Process and Product (CIPP) disebutkan dalam singkatan CIPP
adalah suatu model yang tersebut merupakan sasaran
menggunakan pendekatan yang evaluasi, yang tidak lain adalah
berorientasi pada manajemen komponen dari proses sebuah
(management-oriented evaluation program kegiatan.(Widoyoko, 2016,
approach) atau disebut sebagai p. 181).
bentuk evaluasi manajemen program
(evaluation in program management) B. Metode Penelitian
(Mahmudi, 2011). Pada model CIPP Tujuan umum dari penelitian
ini, tujuan terpenting dari evaluasi ini adalah untuk mendeskripsikan

238
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar,
ISSN Cetak : 2477-2143 ISSN Online : 2548-6950
Volume IV Nomor 2, Desember 2019

evaluasi implementasi Gerakan terlebih dahulu instrumen ditelaah isi


Literasi Sekolah di Sekolah Dasar validitasnya (content validity) oleh
Wilayah Kabupaten dan Kota pakar yang ahli dibidang Literasi yang
Tangerang. Penelitian ini dilakukan selanjutnya dijadikan sebagai
dari Bulan Pebruari 2017 sampai pedoman untuk menyempurnakan
dengan Pebruari 2019. Jenis instrumen penelitian. validitas ini
penelitian ini adalah penelitian dimaksudkan untuk menentukan
deskriptif kualitatif yang berlokasi di kecocokan isi alat ukur dengan
SDN Jurumudi 2, SDN Gempol Sari, sasaran yang akan diukur. Validitas
SDN Sudimara Timur 5, SDN Ciakar, instrumen dilakukan melalui
dan SDS Mutiara Hati Tangerang. penelaahan kisi-kisi intrumen untuk
Subjek penelitian adalah kepala memastikan bahwa item-item
sekolah, guru dan siswa. Instrumen tersebut sudah mewakili atau
penelitian yang digunakan adalah mencerminkan implementasi GLS.
wawancara, observasi dan Instrumen penelitian telah divalidasi
dokumentasi. oleh:
Pendekatan kualitatif 1) Prof. Dr. Zulela, M.S, M.Pd
digunakan dengan pertimbangan sebagai Ahli Literasi sekaligus
bahwa gejala penelitian ini Dosen Ahli Bahasa dan Sastra
merupakan proses yang dilakukan Indonesia di tingkat SD
dengan membandingkan suatu 2) Prof. Dr. Endry Boeriswati,
kejadian dari segi konteks, input, M.Pdsebagai Ahli Literasi
proses dan produk dari suatu sekaligus Kepala UPT Pelayanan
program yang dijalankan sesuai Bahasa Universitas Negeri
dengan standar dan kebijakan GLS Jakarta
yang telah ditetapkan melalui kajian 3) Sulaeman, M.Pdsebagai pelaku
terhadap perilaku atau aktivitas para GLS di Wilayah Tangerang
pelaku yang terlibat di dalamnya yang sekaligus Kepala Sekolah SDN
diungkap secara deskriptif dengan jurumudi 2 Kota Tangerang.
menggambarkan keadaan atau status 4) Mulyadi, S.Pdsebagai pelaku GLS
fenomena yang ada. di Wilayah Tangerang sekaligus
Sebelum mengujicobakan Kepala Sekolah SDN Sudimara
instrumen pada responden, maka Timur 5 Kota Tangerang.

239
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar,
ISSN Cetak : 2477-2143 ISSN Online : 2548-6950
Volume IV Nomor 2, Desember 2019

5) Restiningsih, M.Pdpelaku GLS di tertulis(Sugiyono, 2014, pp. 203-204).


Wilayah Tangerang sekaligus Peneliti akan melakukan observasi
Kepala Sekolah SDS Mutiara Hati terhadap proses pelaksanaan GLS
Kota Tangerang. berkala baik dalam tahap
6) Wawan Ariawan, M.Pd sebagai pembiasaan, pengembangan dan
pelaku GLS di Wilayah Tangerang pembelajaran.
sekaligus Kepala Sekolah SDS Teknik dokumentasi dalam
Karya Bangsa Kab. Tangerang penelitian ini digunakan untuk
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan dokumen resmi dari
akan menggunakan wawancara Lembaga/institusi yang terkait
terstruktur karena peneliti telah dengan program GLS sebagai bukti
membuat kisi-kisi dan sudah fisik dari kegiatan tersebut. Dokumen
mengetahui dengan pasti jenis tersebut mencakup surat-surat, data-
informasi apa yang akan diperoleh. data, catatan, foto-foto kegiatan,
Peneliti telah menyiapkan rekaman video dan data lainnya yang
pertanyaan-pertanyaan tertulis terkait dengan program GLS.
dimana semua responden diberikan Teknik triangulasi data dapat
pertanyaan yang sama, dan dilakukan dengan cara
pengumpul data membandingkan data hasil
mencatatnya.Adapun pihak-pihak pengamatan dengan hasil
yang akan menjadi target wawancara wawancara, membandingkan apa
peneliti adalah kepala sekolah, guru, yang dikatakan seseorang di depan
dan siswa sekolah dasar yang terlibat umum dengan apa yang dikatakan
dalam program GLS. seseorang secara pribadi. Teknik ini
Dalam penelitian ini, peneliti dilakukan dengan cara diskusi
menggunakan observasi non- dengan teman, guru (observer) dan
partisipan karena peneliti tidak terlibat siswa. Berikut adalah gambar
dan hanya sebagai pengamat triangulasi Teknik:
independent. Peneliti mencatat,
menganalisis dan selanjutnya dapat
membuat kesimpulan tentang
perilaku partisipan yang tampak,
yang terucapkan dan yang Gambar 1 Triangulasi dengan tiga
Teknik pengumpulan data
240
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar,
ISSN Cetak : 2477-2143 ISSN Online : 2548-6950
Volume IV Nomor 2, Desember 2019

Validitas data dilakukan untuk Berdasarkan grafik diatas diketahui


menyakinkan diri bahwa data yang bahwa sekolah yang pertama kali
diperoleh selama penelitian adalah menjalankan program GLS adalah
valid, yaitu dengan menggunakan SDN Ciakar pada tahun 2013,
triangulasi, setelah semua dilakukan sementara sekolah yang kedua yaitu
semua data yang terkumpul diperiksa SDS Mutiara Hati pada tahun 2014.
dari segi kejanggalan-kejanggalan, Sedangkan pada tahun 2016 mulai
jika data tersebut tidak dibutuhkan, dilaksanakan oleh SDN Jurumudi 2
maka data tersebut dapat dan SDN Sudimara Timur 5. Terakhir,
dieliminasi(Cresswel, 2008, p. 266). pada tahun 2017 atau baru saja
dimulai GLS oleh SDIT Arya Cendikia
C. Hasil Penelitian dan dan SDN Gempol Sari Kabupaten
Pembahasan Tangerang.
1. Evaluasi Konteks Jika ditinjau dari tipe
Dalam evaluasi konteks, aspek sub- implementasi GLS, sekolah-sekolah
aspek pertama yang ditemukan tersebut dapat dibedakan sesuai
terkait dengan sejarah awal jenisnya menjadi:
masuknya GLS di tiap sekolah.
Setelah melakukan pengambilan data No. Nama Tipe Implementasi GLS
Sekolah Rintisa Binaa Mandi
pada enam sekolah yang n n ri
1 SDIT Arya √
mengimplementasikan program GLS Cendikia
2 SDN √
ditemukan perbedaan awal waktu Gempol
pelaksanaan seperti dapat dilihat Sari
3 SDN √
pada grafik dibawah ini: Ciakar
4 SDS √
Mutiara
Hati
5 SDN √
Jurumudi
2
6 SDN √
Sudimara
Timur 5
Berdasarkan hasil wawancara
pada enam sekolah yang berbeda,
Grafik 4.1 Sejarah Mulai GLS
ditemukan beberapa jawaban terkait
di setiap Sekolah
alasan mengapa sekolah
mengadakan program GLS (urgensi),

241
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar,
ISSN Cetak : 2477-2143 ISSN Online : 2548-6950
Volume IV Nomor 2, Desember 2019

yang dapat disimpulkan karena siswa yang belum dapat dan lancar
kurangnya minat baca, dan membaca, keterbatasan bahan
bagaimana kegiatan GLS dapat bacaan atau referensi yang kurang
menunjang pembelajaran. pariatif serta di beberapa sekolah
Secara keseluruhan alasan tidak tersedianya sarana pendukung
yang melatar belakangi pelaksanaan program, seperti perpustakaan
GLS di sekolah tersebut karena sekolah, dan pojok baca disetiap
kurangnya minat baca siswa serta kelas. Hal ini jika secara berkala di
dibeberapa sekolah didapati siswa penuhi dengan menyesuaikan
yang belum dapat dan lancar kemampuan yang dimiliki sekolah
membaca, sehingga perlu untuk serta memanfaatkan sarana yang
membiasakan siswa belajar, tersedia, maka dimungkinkan akan
menumbuhkan dan meningkatkan dapat meminimalisir kendala
budaya serta kreatifitas membaca terlaksananya program.
dan menulis dalam program ini, Kebutuhan akan program ini
selain secara tidak langsung siswa didasarkan bahwa dengan literasi
dan guru dapat saling menggali dapat menambah variasi
informasi dari yang telah dibaca dan pembelajaran lebih interaktif, dan
ditulisnya. hanya dengan literasi lah dapat
Tujuan dilaksanakannya terpenuhinya. Target yang
program ini sebagaimana disampaikan oleh hampir semua
dikemukakan sumber informasi, sumber informasi, menyatakan
bahwa semua menginginkan untuk bahwa siswa dapat terbiasa, gemar
membiasakan siswa agar gemar membaca dan menulis, dapat
membaca dan menulis, meningkatkan dan membangun
meningkatkan aspek kognitif, afektif kebiasaan membaca serta
dan psikomotorik serta, agar siswa menghindari direct teaching. Strategi
rajin dan terus dapat terbiasa untuk lain yang mungkin bisa digunakan
membaca. adalah dengan menjadikan kegiatan
Kendala yang dihadapi literasi sebagai rutinitas yang
meskipun beragam, akan tetapi disertakan disetiap mata pelajaran
secara keseluruhan dapat yang diajarkan, sehingga secara tidak
dikemukakan bahwa masih adanya langsung akan dapat mempermudah

242
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar,
ISSN Cetak : 2477-2143 ISSN Online : 2548-6950
Volume IV Nomor 2, Desember 2019

proses serta pencapaian Dalam hal struktur, nampak


targetnyaakan menjadi lebih hanya beberapa sekolah saja yang
maksimal. mempunyai struktur baku terkait
literasi, itupun menyesuaikan atau
2. Evaluasi Input sama dengan struktur organisasi
Strategi yang diusung dalam sekolah yang telah ada, meskipun
evaluasi input oleh sumber informasi ada sekolah yang tidak memiliki nya,
didapati bahwa kiranya sekolah dapat namun demikian semua komponen
menambah durasi atau alokasi waktu sekolah, baik guru dan tenaga
khusus untuk literasi serta kependidikan wajib bertanggung
terealisasinya membaca secara terus jawab terhadap program literasi.
menerus minimal 15 menit sehari, Sebuah program seharusnya
terpenuhinya sarana prasarana yang terdiri dari sumber daya yang
lebih memadai yang disesuaikan bertanggung jawab langsung
dengan kebutuhan dan jumlah siswa, terhadap keberlangsungan program
melakukan diseminasi dengan tersebut, karena jika struktur tidak
sekolah lain untuk berbagi informasi dibuat, maka uraian tugas pun tidak
terkait literasi. Sosialisasi secara akan ada, sehingga pencapaian hasil
berkala juga harus dilakukan kepada dari program yang direncanakan
siswa dan guru dengan menyertakan akan berdampak menjadi hambatan
orang tua sebagai faktor pendukung yang akan sulit di selesaikan.
program literasi, selainjuga saling Jadwal program literasi hasil
bertukar buku antar siswa. Strategi temuan pada sekolah yang tidak
diatas jika dapat berjalan dengan memiliki jadwal tertulis, dapat
dukungan berbagai pihak yang menyesuaikan dengan kondisi dan
terlibat di sekolah, terutama waktu sekolah, meskipun secara
pemegang kebijakan, dimungkinkan keseluruhan sekolah dapat
program akan berdampak jauh lebih melaksanakannya setiap hari.Namun
baik. Ditambah dengan diadakannya untuk lebih mengoptimalkan sebuah
lomba hasil karya siswa secara program, jadwal harus dibuat dan
berkala antar siswa akan dievaluasi secara berkala, ini
dimungkinkan menambah minat dimaksudkan agar sasaran yaitu
siswa terhadap program literasi. siswa dan pelaksana dalam hal ini

243
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar,
ISSN Cetak : 2477-2143 ISSN Online : 2548-6950
Volume IV Nomor 2, Desember 2019

guru akan mudah melaksanakan namun siswa menyatakan bahwa


program tersebut. Sehingga guru dapat dan selalu mendampingi
pemegang kebijakan pun akan pada saat program tersebut
mudah melakukan evaluasi. dilaksanakan. Sumber daya
Kegiatan literasi disetiap memegang peranan yang penting
sekolah dilaksanakan secara untuk keberlangsungan sebuah
serentak dan bersamaan diawal program, maka dalam program
KBM,namun didapati juga sekolah literasi, pengembangan dan
yang menyertakan program ini secara peningkatan kompetensi SDM pun
tidak langsung dalam proses layak secara berkala dilakukan, baik
pembelajaran, sehingga disetiap itu melalui pelatihan, pendidikan dan
mata pelajaran, program ini dapat pelatihan atau kegiatan lain yang
tercapai. sejenis.
Program literasi dapat berjalan Alokasi dana sebagai sumber
diseluruh sekolah yang diteliti, yang pelaksanaan program literasi,
berpedoman kepada SOP yang dibeberapa sekolah memanfaatkan
dibuat mandiri sekolah atau dari dana yang ada dan tidak memiliki
kemendikbud dan USAID, yang budget khusus, meskipun disekolah
implementasinya dapat berupa lainnya ada yang menggunakan dari
peraturan atau tata tertib yang dibuat dana mandiri sekolah, dana dari
dengan media yang dapat APBD/BOS dan bahkan ada sekolah
memudahkan siswa. yang menggali dana dengan
Ketersediaan dan melakukan kerjasama dengan
ketercukupan sumber daya manusia perpustakaan nasional.
dalam program ini hasil temuan dari Strategi yang dapat dilakukan
seluruh sekolah dengan dalam hal ini, dimungkinkan
memberdayakan sumber daya yang melakukan kerjasama dengan
ada dan dimiliki masing-masing beberapa instansi yang mendukung
sekolah, termasuk guru dan tenaga program yang sama, atau jika
kependidikan. Meskipun pelatihan dimungkinkan mengadakan pameran
khusus terkait literasi bagi guru atas hasil karya literasi siswa,
berdasarkan hasil temuan, tidak sehingga dana yang diperoleh dari
semua sekolah melaksanakan, kegiatan tersebut, dapat dialokasikan

244
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar,
ISSN Cetak : 2477-2143 ISSN Online : 2548-6950
Volume IV Nomor 2, Desember 2019

untuk membantu keberlangsungan 3. Evaluasi Proses


program selanjutnya. Pada evaluasi proses didapati
Terkait sarana prasarana bahwa Jadwal kegiatan literasi
pendukung program, hampir disemua beberapa sekolah ada yang tidak
sekolah yang diteliti cukup memadai, memiliki, namun pada prosesnya,
meskipun ada sekolah yang tidak literasi dapat dilaksanakan setiap hari
memiliki perpustakaan sekolah, akan secara terus menerus, dengan durasi
tetapi pojok baca dikelas waktu beragam yang berkisar antara
tersedia.Sebagaimana berikut ini ; 10-15 menit, 30-60 menit, bahkan
Untuk mengantisipasi hal ada yang menyertakan program ini
diatas, strategi yang dapat dilakukan kedalam setiap mata pelajaran dalam
sekolah adalah dengan setiap pembelajaran yang dilakukan.
memanfaatkan sarana dan prasarana Tahapan literasi yang telah
yang ada dan tersedia disekolah, ditempuh pada setiap sekolah, 4
seperti jika dimungkinkan tempat sekolah yang telah melalui tahap
berkumpul atau bermain siswa pada pembiasaan, dan lainnya masih
saat jam istirahat belajar, dijadikan tahap pembelajaran, ini
sarana literasi, dengan menggantung, dimungkinkan karena faktor
menempel poster atau stiker yang pendukung yang belum merata
mengandung muatan literasi. tersedia, seperti dibeberapa sekolah
Perihal alokasi waktu yang terlihat meskipun telah tersedia
digunakan untuk literasi pada setiap koran, majalah, buku referensi yang
sekolah, menginginkan dan layak baca, buku cerita, alquran dan
mengharapkan waktu lebih dari waktu juz amma, buku paket, buku tulis,
yang telah ditentukan sekolah. namun ada sekolah yang hanya
Strategi yang dapat dilakukan dalam memiliki buku pelajaran saja.
hal ini adalah bagaimana guru dapat Faktor penghambat yang
memaksimalkan waktu dalam proses memungkinkan tidak optimalnya
pembelajaran sekaligus pelaksanaan program literasi,
menambahkan muatan dalam didapati temuan bahwa perpustakaan
program literasi. sekolah meskipun tersedia, namun
masih belum dapat memenuhi
kebutuhan siswa, baik itu terkait

245
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar,
ISSN Cetak : 2477-2143 ISSN Online : 2548-6950
Volume IV Nomor 2, Desember 2019

sarana yang tidak seimbang antara bacaan terdapat buku-buku terkait hal
ruang perpustakaan sekolah dengan tersebut. Tehnik membaca dan
jumlah siswa, atau dibeberapa menulis siswa jauh lebih baik, terlebih
sekolah ditemui bahwa 1 bertambahnya ilmu pengetahuan
perpustakaan sekolah di gunakan siswa setiap hari. Sehingga kerugian
oleh beberapa sekolah, karena dalam atau dampak buruk dari program
1 area terdiri dari 2 sekolah, dan literasi ini jelas tidak ada.
prasarana termasuk buku-buku Produk akhir yang telah dicapai
referensi dan buku penunjang siswa dari terlaksananya program ini,
lainnya. yakni siswa mampu membuat dan
menghasilkan karya, seperti : pantun,
4. Evaluasi Produk puisi, deklamasi, pidato, cerita
Capaian akhir dari evaluasi pendek, gambar cita-cita, membuat
produk yang ditemui berdasarkan rangkuman dari apa yang telah
data penelitian, bahwa secara dibaca siswa, pop book, buku jurnal,
keseluruhan sekolah menginginkan sikap yang mandiri dan kreatif,
dengan program literasi ini dapat kalender cerita, klipping, majalah
meningkatkan budaya membaca, dinding dan mahir bercerita.
keterampilan dan minat membaca
DAFTAR PUSTAKA
dan menulis siswa terus bertumbuh,
terbiasa mandiri dan kreatif, sehingga Abidin, Y. (2015). Pembelajaran
Multiliterasi. Bandung: Refika
pemahaman dan prestasi siswa
Aditama.
secara signifikan akan terus Abrar. (2012). Wajib Belajar 9 Tahun:
meningkat. Sejarah Kebijakan dalam
Bidang Pendidikan (1994-
2001). Jurnal Sejarah Lontar,
D. Kesimpulan 1.
Manfaat yang dirasakan dengan Alwasilah, A. C. (2012). Pokoknya
program literasi, sekolah didapati Rekayasa Literasi. Bandung:
PT. Kiblat Buku Utama.
siswa lebih semangat belajar, tidak
Annafiuta, D.S. (2017). Evaluasi
hanya terbatas pada membaca dan Program Literasi di SMP
menulis saja. Kecintaan terhadap Negeri 4 Surabaya. Program
tanah air terlihat pada siswa karena Manajemen Pendidikan Islam
Universitas Islam Negeri
dari beberapa referensi bahan Sunan Ampel Surabaya,
Skripsi, 2017, h.60-91.
246
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar,
ISSN Cetak : 2477-2143 ISSN Online : 2548-6950
Volume IV Nomor 2, Desember 2019

Arifin, Z. (2017). Evaluasi ead/2017/04/30/11135891/pisa


Pembelajaran: Prinsip, Teknik .dan.daya.baca.bangsa
Prosedur. Bandung: Remaja
Kementerian Pendidikan dan
Rosdakarya.
Kebudayaan RI. (2016).
Alwasilah, A.C. (2012). Pokoknya Desain Induk Gerakan Literasi
Rekayasa Literasi. Bandung: Sekolah. Jakarta: Kementerian
PT. Kiblat Buku Utama Pendidikan dan Kebudayaan
RI.
Arikunto, S. (2013). Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Bumi Aksara. Kebudayaan RI. (2016).
Panduan Gerakan Literasi
Arikunto, S., & Jabar, C. S. (2014).
Sekolah Dasar. Jakarta:
Evaluasi Program Pendidikan.
Kementerian Pendidikan dan
Jakarta: Bumi Aksara.
Kebudayaan RI.
Cresswel, J. W. (2008). Educational
Kementerian Pendidikan dan
Research. New Jersey:
Kebudayaan RI. (2017).
Pearson.
Panduan Gerakan Literasi
Denzin, N. K. (2009). Qualitative Nasional. Jakarta:
Research. USA: Sage Kementerian Pendidikan dan
Publication. Kebudayaan RI.
Fachreinsyah, D. (2018). Kabupaten Lipton, L. D. (2013). Sekolah Kreatif.
Serang dan Kabupaten Bandung: Penerbit Nuansa
Tangerang Raih Anugerah Cendikia.
Literasi Kemendikbud.
Lipton, L., & Hubble, D. (2016).
Retrieved from RRI Online:
Sekolah Literasi. Bandung:
http://rri.co.id/post/berita/37396
Penerbit Nuansa.
4/press_release/kabupaten_se
rang_dan_kabupaten_tangera Madaus, G. (1983). Evaluation
ng_raih_anugerah_literasi_ke Models. Boston: Kluwer-
mendikbud.html Nijhoff.
Fitzpatrick, J., Christie, C., & Mark, M. Mahmudi, I. (2011). CIPP: Suatu
(2009). Evaluation in Action. Model Evaluasi Program
California: Sage. Pendidikan. Journal of
Pesantren Education At-
George F.M, M. Scriven &
Ta'dib, 118.
Stufflebeam, D. (1983).
Evaluation Models. Boston: Mudlofir, A., & Rusyidiyah, E. F.
Kluwer-Nijhoff. (2016). Desain Pembelajaran
Inovatif. Depok: Raja Grafindo
Ibrahim, G. A. (2017). Pisa dan Daya
Persada.
Baca Bangsa. Retrieved from
Kompas: OECD. (2018). Retrieved from
https://nasional.kompas.com/r https://data.oecd.org/pisa/readi
ng-performance-pisa.htm

247
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar,
ISSN Cetak : 2477-2143 ISSN Online : 2548-6950
Volume IV Nomor 2, Desember 2019

P21. (2010). Retrieved from Membangun Literasi Sains


http://www.p21.org/storage/do Peserta Didik. Bandung:
cuments/aacte_p21_whitepap Penerbit Humaniora.
er2010.pdf
Trilling, B., Fadel, C. 21st Century
Priyatni, E. T., & Nurhadi. (2017). Skills: Learning for Life in Our
Membaca Kritis dan Literasi Times.
Kritis. Tangerang: Tira Smart.
Widoyoko, E. P. (2016). Evaluasi
Provus, M. (1971). Discrepancy Program Pembelajaran.
Evaluation. California: Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Brekeley.
Wirawan. (2011). Evaluasi: Teori,
Putra, Y. S. (2016). Theoretical Model, Standar dan Profesi. Jakarta:
Review: Perbedaan Generasi.
Rajawali Press.
Jurnal Ilmiah Among Makarti,
130. Yusuf, F. (2008). Evaluasi Program
dan Instrumen Evaluasi. Jakarta:
Statistik, B. P. (2011-2016). Retrieved
Rineka Cipta.
from Biro Pusat Statistik:
https://www.bps.go.id/dynamict
able/2018/06/29/1503/angka-
partisipasi-kasar-apk-sd-mi-
sederajat-menurut-jenis-
kelamin-2011---2016.html
Stufflebeam, D., & Corryn. (2014).
Evaluation Theory, Models &
Application. San Francisco:
Jossey Bass.
Stufflebeam, D., & Shinkfield. (2007).
Evaluation: Theory, Models
and Application. San
Francisco: Josey Bass.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Pendidikan: Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2015). Evaluasi Program
Kependidikan dan Pelatihan.
Jakarta : Bumi Aksara.
Teguh, M. (2017). Gerakan Literasi
Sekolah Dasar. Seminar
Nasional, (p. 21).
Toharudin, U. Hendrawati, S &
Rustaman, A. (2011).

248

Anda mungkin juga menyukai