Anda di halaman 1dari 90

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMAMPUAN

KELUARGA DALAM MENGGUNAKAN FASILITAS PELAYANAN


KESEHATAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UWEN PANTAI
KECAMATAN TANIWEL TIMUR

PROPOSAL

OLEH :

NAMA : KRILYA LIMEHUWEY

NPM : 1420117125

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MALUKU HUSADA

KAIRATU

2020
ABSTRAK

Marice Maran, 2020. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kemampuan


Keluarga Dalam Menggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Uwen Pantai Kecamatan Taniwel Timur. (Dibimbing oleh
Sintia R. Maelissa, Mevi Lilipory).

Meningkatnya derajat kesehatan yang baik tidak terlepas dari peran keluarga.
Salah satu tugas keluarga dalam perawatan kesehatan anggota keluarga adalah
keluarga mampu dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Keluarga yang
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dengan baik akan menurunkan angka
kesakitan ataupun kematian namun jika keluarga tidak memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan dengan baik maka angka kesakitan dan kematian semakin
meningkat. Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahuifaktor-faktor yang
berhubungan dengan kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Uwen Pantai. Desain penelitian ini
menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional.
Dengan hasil penelitian yang dilakukan pada 94 responden yang diteliti, didapatkan
responden yang pengetahuan baik sebagian besar menggunakan fasilitas kesehatan
sebanyak 24 orang (70,6%) sedangkan responden yang pengetahuan kurang baik
sebagain besar tidak menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan sebanyak 51 orang
(85,0%). Responden yang bekerja sebagian besar menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan sebanyak 30 orang (62,5%) sedangkan responden yang tidak bekerja
sebagian besar tidak menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan sebanyak 43 orang
(93,5%). Responden yang motivasi positif semuanya menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan sebanyak 30 orang (100%) dan responden yang motivasi negatif
semuanya tidak menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan sebanyak 61 orang
(100%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan, pekerjaan dan motivasi dengan kemampuan keluarga dalam
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Uwen
Pantai, dengan hasil uji Chi Square masing-masing p=0,000 artinya nilai p<0,05.
Dari penelitian ini disarankan dapat bermanfaat sebagai informasi dan bahan acuan
untuk mengkaji bagaimana meningkatkan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan
di Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai.

Kata Kunci : Pengetahuan, Pekerjaan, Motivasi, Keluarga, Fasilitas Kesehatan

2
ABSTRACT
Marice Maran, 2020. Factors Related to Family's Ability in Using Health Service
Facilities on the Working Area of Uwen Pantai Health Center, East Taniwel
District. (Supervised by Sintia R. Maelissa, Mevi Lilipory).

Families who make good use of health care facilities will reduce morbidity or
even death rate. However, if the family does not use health care facilities properly,
the morbidity and mortality rate will gradually increase. The purpose of this study is
to determine factors related to the ability of families to use health care facilities in the
work area of the Uwen Pantai Health Center. The design of this study is analytic
survey research with cross sectionalapproach. With the results of research conducted
on 94 respondents studied, it was found that 24 respondents (70.6%) who had good
knowledge mostly used health facilities while 51 respondents (85.0%) who lacked of
knowledge were mostly not using health service facilities. 30 respondents (62.5%)
who work mostly use health care facilities while 43 respondents (93.5%) who do not
work mostly do not use health service facilities. 30 respondents (100%) who were
positively motivated all used health care facilities and 61 respondents (100%) who
were negatively motivated all did not use health care facilities. Thus it can be
concluded that there is a significant relationship between knowledge, work and
motivation with the ability of families to use health care facilities in the Work Area of
the Uwen Pantai Health Center, with the Chi Square test results of each p = 0,000
meaning a value of p <0.05. From this research it is suggested that it can be useful as
information and reference material to study on how to increase the utilization of
health service facilities in the Work Area of the Uwen Pantai Health Center.

Keywords: Knowledge, Work, Motivation, Family, Health Facilities

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik. Dengan
mengucap rasa syukur akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kemampuan Keluarga Dalam
Menggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Uwen Pantai Kecamatan Taniwel Timur”. untuk memenuhui tugas metedologi
penelitian.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
penyelesaian skripsi ini tidak akan selesai. Penulis menyadari begitu banyak
rintangan yang menyertai dalam pembuatan skripsi ini karena keterbatasan penulis
sebagai manusia, penulis yakin kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Oleh
karena itu, penulis mohon maaf apabila dalam pembuatan karya ilmiah ini terdapat
kesalahan dan kekurangan. Kritik dan saran yang membangun selalu penulis
harapkan dalam penyempurnaan penulisan skripsi selanjutnya. Penulis mengharapkan
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya.

Kairatu, 28 agustus 2020

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i

ABSTRAK.................................................................................................................viii

ABSTRCAT...............................................................................................................ix

KATA PENGANTAR...............................................................................................v

DAFTAR ISI..............................................................................................................x

DAFTAR TABEL......................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………...xv

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................8
C. Tujuan Penelitian...........................................................................................8
D. Manfaat Penelitian.........................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................11

A. Tinjauan Umum Tentang Keluarga................................................................11


B. Tinjauan Umum Tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan..............................17
C. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian................................................25
D. Kerangka Konsep...........................................................................................43

iii
E. Hipotesis Penelitian........................................................................................44
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................45

A. Rancangan Penelitian.....................................................................................45
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.........................................................................45
C. Populasi dan Sampel......................................................................................45
D. Variabel Penelitian.........................................................................................47
E. Definisi Operasional.......................................................................................48
F. Instrumen Penelitian.......................................................................................49
G. Pengumpulan Data.........................................................................................54
H. Pengolahan Data.............................................................................................55
I. Analisa Data...................................................................................................56
J. Etika Penelitian..............................................................................................56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................58
A. Hasil Penelitian..............................................................................................58
B. Pembahasan....................................................................................................66
BAB V PENUTUP....................................................................................................75
A. Kesimpulan ...................................................................................................75
B. Saran...............................................................................................................76
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Defenisi Operasional 41

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas

Uwen Pantai Kecamatan Taniwel Timur 59

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja

Puskesmas Uwen Pantai Kecamatan Taniwel Timur 59

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Wilayah

Kerja Puskesmas Uwen Pantai Kecamatan Taniwel Timur 60

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Wilayah Kerja

Puskesmas Uwen Pantai Kecamatan Taniwel Timur 60

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja

Puskesmas Uwen Pantai Kecamatan Taniwel Timur 61

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi di Wilayah Kerja

Puskesmas Uwen Pantai Kecamatan Taniwel Timur 61

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Keluarga Dalam

Menggunakan Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Uwen

Pantai Kecamatan Taniwel Timur 62

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Pengetahuan Dengan

Kemampuan Keluarga Dalam Menggunakan Fasilitas Kesehatan di

v
Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai Kecamatan Taniwel

Timur 63

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Pekerjaan Dengan

Kemampuan Keluarga Dalam Menggunakan Fasilitas Kesehatan di

Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai Kecamatan Taniwel

Timur 64

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Motivasi Dengan

Kemampuan Keluarga Dalam Menggunakan Fasilitas Kesehatan di

Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai Kecamatan Taniwel

Timur 65

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi pembangunan

bangsa. Oleh karena itu, pembangunan kesehatan yang menyangkut upaya

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan

penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) harus dilaksanakan

secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Indriaty, 2015).

Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua masyarakat, tidak

hanya oleh per orang tetapi juga oleh keluarga, kelompok bahkan masyarakat.

Dalam rangka mewujudkan status kesehatan masyarakat yang optimal, maka

berbagai upaya harus dilaksanakan, salah satu diantaranya adalah

menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan

untuk masyarakat tingkat dasar di Indonesia adalah melalui Pusat Kesehatan

Masyarakat (Puskesmas) yang merupakan unit organisasi fungsional Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kotamadya dan diberi tanggung jawab sebagai pengelola

kesehatan bagi masyarakat tiap wilayah kecamatan dari kabupaten/kotamadya

setempat (Budianto, 2015).

1
Di Indonesia secara umum fasilitas pelayanan kesehatan dibagi menjadi

tiga, yaitu fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat kedua, dan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat ketiga.

Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama

dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Kemenkes, 2014).

Untuk meningkatkan derajat kesehatan yang baik di puskesmas, maka

keluarga haruslah berperan penting di dalamnya. Keluarga adalah unit terkecil

dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang

berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling

ketergantungan. Keluarga memiliki tugas dalam perawatan kesehatan anggota

keluarga yaitu meliputi kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,

kemampuan keluarga dalam memutuskan atau mengambil tindakan yang tepat,

kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan kepada anggota keluarga,

kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan, dan keluarga mampu

dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan (Setiadi, 2015).

Keluarga yang memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dengan baik

akan menurunkan angka kesakitan ataupun kematian. Namun jika keluarga tidak

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dengan baik maka angka kesakitan

dan kematian semakin meningkat (Setiadi, 2015).

2
Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan penggunaan fasilitas

pelayanan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan

rumah oleh petugas kesehatan ataupun bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan

pelayanan tersebut yang didasarkan pada ketersediaan dan kesinambungan

pelayanan, penerimaan masyarakat dan kewajaran, mudah dicapai oleh

masyarakat, terjangkau, serta bermutu (Azwar A. , 2015).

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2014

menyebutkan, jumlah masyarakat yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di

India adalah 60,4 juta orang. Di China sebanyak 98,5 juta orang yang

memanfaatkan pelayanan kesehatan. Sedangkan di bagian lain ASIA tercatat

sebesar 38,4 juta orang yang memanfaatkan pelayanan kesehatan masih kurang.

Berdasarkan data (Riskesdas, 2018), presentase rumah tangga yang

memanfaatkan unit pelayanan kesehatan pada puskesmas/pustu di Indonesia yaitu

39,2% mudah, 31,8% sulit, dan 29% sangat sulit.

Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memanfaatkan

pelayanan kesehatan yaitu faktor predisposisi (Predisposing factors) seperti:

pengetahuan, sikap, dan pendidikan, faktor enabling (enabling factors) seperti:

status ekonomi, ketercapaian pelayanan, ketersediaan sarana dan komitmen

masyarakat, faktor penguat (reinforcing factors) seperti: sikap dan perilaku tokoh

masyarakat, perilaku petugas kesehatan dan faktor kebutuhan. Selain itu, faktor-

faktor lain juga dapat menyebabkan rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan

3
di puskesmas adalah nilai atau kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat

terhadap pelayanan yang disediakan di puskesmas (Tombi, 2015).

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Disetiap wilayah masyarakat

sudah terdapat berbagai tempat pelayanan kesehatan ataupun tempat berobat dari

mulai bidan desa, posyandu, puskesmas pembantu, puskesmas, klinik dokter dan

rumah sakit. Dalam memilih berbagai pelayanan kesehatan ini masyarakat

memiliki hak ataupun kebebasan untuk sarana berobat mereka, yang mana

disesuaikan dengan keadaan ekonomi dan kebutuhan mereka sendiri. Hal ini

membuat masyarakat termotivasi dalam perubahan perilaku kesehatan melalui

cara pendidikan atau promosi kesehatan diawali dengan cara pemberian

informasi-informasi kesehatan. Dengan memberikan informasi-informasi tentang

cara-cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari

penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal

tersebut. Pengetahuan akan menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya akan

menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu.

Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu lama, tetapi

perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng dan memotivasi masyarakat

karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri (Ni Putu, 2013).

Faktor lain yang menjadi alasan tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan

adalah karena masalah ekonomi yang berhubungan dengan pendapatan

masyarakat yang sangat berhubungan dengan pekerjaan sehari-hari. Masyarakat

4
beranggapan bahwa jikalau pergi ke puskesmas membutuhkan biaya (baik ongkos

dan biaya berobat), sementara tidak memiliki uang yang cukup (Elita, 2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tombi (2012) terhadap 305

responden, mengenai hubungan karakteristik masyarakat Kelurahan Sindulang 1

dengan pemanfaatan Puskesmas Tuminting didapati bahwa pengetahuan memiliki

hubungan dengan pemanfaatan Puskesmas Tuminting, dengan nilai p sebesar

0,009.

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 18 September

2019 di Puskesmas Uwen Pantai. Puskesmas ini merupakan salah satu puskesmas

yang terletak di Desa Uwen Pantai Kecamatan Taniwel Timur, Kabupaten Seram

Bagian Barat. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Uwen Pantai ialah

sebanyak 6.824 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.614 kepala

keluarga yang mencakup 15 desa di Taniwel Timur. Mata pencaharian penduduk

sebagian besar adalah sebagai petani.

Puskesmas Uwen memiliki tenaga kerja berjumlah 38 orang dengan

rincian sebagai berikut dokter umum sebanyak 1 orang, perawat sebanyak 14

orang, bidan sebanyak 12 orang, farmasi sebanyak 1 orang, gizi sebanyak 3

orang, kesehatan lingkungan sebanyak 3 orang, analisis kesehatan sebanyak 1

orang, sarjana kesehatan masyarakat sebanyak 1 orang dan tenaga non kesehatan

sebanyak 2 orang.

Sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Uwen Pantai yaitu 1

puskesmas induk terletak di desa Uwen Pantai, 2 Puskesmas Pembantu (Pustu)

5
dimana 1 pustu terletak di desa Sohuwe dan 1 terletak di desa Sukaraja. Adapun

pembagian wilayah kerja pada Puskesmas pembantu yang terletak di desa

Sohuwe mewakili desa Sohuwe, Maloang, Lumalatal, Hatunuru, dan Matapa.

Sedangkan Puskesmas Pembantu yang terletak di desa Sukaraja mewakili desa

Seakasale, Makububuy, Sukaraja dan Lumapelu. Namun berdasarkan hasil

wawancara dengan petugas kesehatan setempat Pustu jarang dibuka diakibatkan

tidak pernah dikunjungi masyarakat untuk berobat maupun mengontrol

kesehatannya bahkan tenaga kerja di pustu tersebut telah di pindahkan dan

ditugaskan kembali ke puskesmas induk.

Jumlah kunjungan di wilayah kerja Puskesmas Uwen Pantai pada tahun

2017 sebesar 3.171 jiwa. Dan pada tahun 2018 jumlah kunjungan sebesar 3.455

jiwa. Sedangkan pada tahun 2019 jumlah kunjungan sebesar 3.350 jiwa.

Hasil pendataan terdapat beberapa resiko masalah kesehatan yang

ditimbulkan akibat perilaku kesehatan yang minim dari masyarakat diantaranya

adalah pertama konsumsi alkohol yang tinggi mulai dari remaja hingga lansia,

kedua ibu hamil menolak melakukan imunisasi TT. Salah satu faktor yang

mempengaruhi rendahnya imunisasi TT adalah minimnya pengetahuan ibu hamil

tentang imunisasi TT dan sikap yang belum mendukung untuk melaksanakan

imunisasi. Ketika persalinan ditolong oleh dukun bersalin di rumah. Ibu dan

keluarga dalam memilih penolong persalinan masih sangat rendah. Hal ini

disebabkan oleh rendahnya pengetahuan keluarga mengenai pentingnya

melakukan persalinan yang sehat dan aman oleh tenaga kesehatan, jauhnya jarak

6
tempuh dan lingkungan. Bayi balita tidak rutin dibawa untuk mengikuti

imunisasi. Jumlah bayi balita di wilayah kerja Puskesmas Uwen Pantai sebanyak

1.220 orang, yang aktif mengikuti posyandu sebanyak 920 orang.

Jumlah kunjungan yang rendah ini tidak lepas dari peran keluarga yang

baik dalam mengenal masalah kesehatan. Masyarakat menolak dilakukan

imunisasi dasar pada bayi balita mereka karena pengetahuan tentang kesehatan

kurang serta kurangnya dukungan dari keluarga. Posyandu bayi balita diadakan

setiap satu bulan sekali. Kelima lansia juga tidak rutin dibawa untuk mengikuti

posyandu lansia. Jumlah lansia di wilayah kerja Puskesmas Uwen Pantai

sebanyak 900 orang, yang aktif mengikuti posyandu lansia sebulan terakhir

sebanyak 450 orang. Banyak lansia beranggapan bahwa posyandu lansia hanya

mereka yang sakit dan perlu pengobatan saja. Kendala yang dihadapi lansia dalam

mengikuti posyandu lansia ialah kurangnya pengetahuan yang rendah tentang

manfaat posyandu, jarak rumah dengan posyandu lansia terlalu jauh serta

kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar atau mengingatkan lansia untuk

mengikuti kegiatan posyandu. Posyandu lansia diadakan setiap satu bulan sekali.

Pekerjaan masyarkat juga mayoritas adalah petani dan pendapatan masyarakat

dari hasil pertanian. Sehingga terkadang tidak memiliki biaya untuk pengobatan

ke tempat pelayanan kesehatan. Hal tersebut mengakibatkan kunjungan

masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan sangat minim.

Dari hasil wawancara dengan masyarakat setempat, didapatkan bahwa

masyarakat kurang memiliki kesadaran akan pentingnya pemanfaatan pelayanan

7
kesehatan itu sendiri. Masih ada masyarakat memanfaatkan pengobatan

tradisional, membeli obat yang dijual di warung untuk dikonsumsi.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Kemampuan

Keluarga Dalam Menggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Di Wilayah Kerja

Puskesmas Uwen Pantai.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan kemampuan

keluarga dalam menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerja

puskesmas Uwen Pantai?”

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat tujuan umum dan tujuan khusus sebagai

berikut:

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan

keluarga dalam menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerja

Puskesmas Uwen Pantai.

8
2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan kemampuan keluarga dalam

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas

Uwen Pantai.

b. Mengetahui hubungan pekerjaan dengan kemampuan keluarga dalam

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas

Uwen Pantai.

c. Mengetahui hubungan motivasi dengan kemampuan keluarga dalam

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas

Uwen Pantai.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan sebagai bahan referensi

mengenai Hubungan pengetahuan dan motivasi dengan kemampuan keluarga

dalam menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di puskesmas dan juga

dapat digunakan sebagai asuhan keperawatan khususnya keperawatan

keluarga pada masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

9
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan yang ada di puskesmas sebagai tempat untuk berobat

apabila ada anggota keluarga yang sakit.

b. Bagi Puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi dan bahan

acuan untuk mengkaji bagaimana meningkatkan pemanfaatan fasilitas

pelayanan kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi bagi

peneliti lain yang akan mengembangkan penelitian selanjutnya.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung

karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka

hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam

perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayan

(Friedman, 2014).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di

bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan(Setiadi, 2015).

Berdasarkan definisi atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah

sekumpulan orang yang tinggal satu rumah yang terikat oleh ikatan

perkawinan dan mempunyai hubungan darah.

2. Bentuk Keluarga

Bentuk keluarga menurut Friedman (2014) yaitu sebagai berikut :

a. Keluarga inti (nuclear family)

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri serta anak

kandung.

11
b. Keluarga besar (extended family)

Kelurga besar adalah keluarga yang disamping terdiri dari suami, istri dan

anak-anak kandung, juga terdiri dari sanak saudara lainnya baik menurut

garis ventrikel (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit) ataupun

menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang dapat berasal dari pihak

suami atau pihak istri.

c. Keluarga campuran (blended family)

Keluarga campuran adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-

anak kandung serta anak-anak tiri.

d. Keluarga menurut hukum umum (common law family)

Keluarga menurut hukum umum adalah keluarga yang terdiri dari pria dan

wanita yang tidak terikat dalam perkawinan sah serta anak-anak mereka

yang tinggal bersama.

e. Keluarga orang tua tunggal (single parent family)

Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga yang terdiri dari pria dan

wanita, mungkin karena telah bercerai, ditinggal mati atau mungkin tidak

pernah menikah, serta anak-anak mereka tinggal bersama.

f. Keluarga hidup bersama (commune family)

Keluarga hidup bersama adalah keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan

anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hak dan tanggung jawab serta

memiliki kekayaan bersama.

12
g. Keluarga serial (serial family)

Keluarga serial adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang

telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai

dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan

pasangan masing-masing, tetapi semuanya menganggap sebagai satu

keluarga.

h. Keluarga gabungan (composite family)

Keluarga gabungan adalah keluarga yang terdiri dari suami dengan

beberapa istri dan anak-anaknya (poliandri) atau istri dengan beberapa

suami dan anak-anaknya (poligini) yang hidup bersama.

i. Keluarga tinggal bersama (cohabitation family)

Keluarga tinggal bersama adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita

yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.

3. Fungsi Keluarga

Ada beberapa fungsi keluarga yang dapat dijalankan keluarga menurut

Friedman (2014) yaitu :

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang

merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi ini terkait dengan pemenuhan

kebutuhan psikososial sehingga mempersiapkan anggota keluarga

berhubungan dengan orang lain.

13
b. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi merupakan proses perkembangan individu sebagai hasil dari

adanya ‘interaksi sosial dan pembelajaran peran sosial. Fungsi ini melatih

agar dapat beradaptasi dengan kehidupan sosial. Sosialisasi dimulai sejak

lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber

daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain

untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk

membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.

d. Fungsi ekonomi

Adalah fungsi keluarga untu memenuhi kebutuhan keluarga. Fungsi

ekonomi meliputi tersedianya sumber-sumber dari keluarga secara cukup-

financial, ruang gerak, materi dan pengalokasian sumber-sumber tersebut

yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan.

e. Fungsi perawatan keluarga

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek

asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan

dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga

dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan

keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan

dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga

14
yang dapat melaksanakana tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan

masalah kesehatan.

4. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Friedman (1998) dikutip dari Setiadi (2015) membagi tugas keluarga

dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Kesehatan merupakan

kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan

segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh

kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal

keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota

keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara

tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka

apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan

terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat

bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk

mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan

memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan

yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan

dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai

15
keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan sekitar

keluarga.

c. Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak

dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu

muda. Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki

kemampuan melakukan tindakan untuk memperoleh tindakan lanjutan

agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga. Keluarga memainkan peran

yang bersifat mendukung anggota keluarga yang sakit. Dengan kata lain

perlu adanya sesuatu kecocokan yang baik antara kebutuhan keluarga dan

asupan sumber lingkungan bagi pemeliharaan kesehatan anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga

kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada). Hubungan yang

sifatnya positif akan memberi pengaruh yang baik kepada keluarga

mengenai fasilitas kesehatan. Diharapkan dengan hubungan yang positif

terhadap pelayanan kesehatan akan merubah setiap keberhasilan anggota

keluarga mengenai sehat sakit.

16
B. Tinjauan Umum Tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan

1. Pengertian Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan

untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang bermutu, baik

promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh

pemerintah pusat, pemerintah daerah dan/atau masyarakat (Kemenkes, 2014).

Sedangkan pelayanan kesehatan adalah segala kegiatan yang secara

langsung berupaya untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan

atau dituntut oleh masyarakat untuk mengatasi kesehatannya (Wulandari C. ,

2016).

2. Jenis Pelayanan Kesehatan

Jenis pelayanan kesehatan menurut Hodgetts dan cascio (Azwar,

2013) adalah:

a. Pelayanan Kedokteran

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan

kedokteran (medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang

dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam

suatu organisasi dengan tujuan untuk menyembuhkan penyakit dan

memulihkan kesehatan, serta sasarannya perseorangan dan keluarga.

Upaya pelayanan kedokteran tersebut dilaksanakan pada institusi

pelayanan kesehatan yang disebut rumah sakit, klinik bersalin, praktik

mandiri.

17
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat ditandai dengan cara pengorganisasian

secara bersama-sama dan bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan yang mengacu pada tindakan promotif dan preventif serta

mencegah penyakit. Sasaran utamanya adalah kelompok dan masyarakat.

Upaya pelayanan masyarakat tersebut dilaksanakan pada pusat-pusat

kesehatan masyarakat tertentu seperti puskesmas.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 tahun 2013

fasilitas pelayanan kesehatan dibagi menurut tingkatan menjadi 3, yaitu :

a. Fasilitas kesehatan tingkat pertama adalah jenis fasilitas pelayanan

kesehatan yang melayani dan melaksanakan pelayanan kesehatan dasar.

Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan

yang bersifat pokok/primer yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar

masyarakat dan berguna untuk upaya peningkatan derajat kesehatan

masyarakat. Pelayanan ini bersifat rawat jalan. Jenis fasilitas pelayanan

kesehatan antara lain : puskesmas, praktik dokter umum, praktik dokter

gigi, dan klinik utama.

b. Fasilitas kesehatan tingkat kedua adalah jenis fasilitas pelayanan

kesehatan yang melayani dan melaksanakan pelayanan kesehatan dasar

dan pelayanan kesehatan spesialistik.Pelayanan kesehatan tingkat kedua

merupakan pelayanan kesehatan lanjutan dan biasanya bersifat rawat inap

sehingga dalam penyelenggaraannya dibutuhkan tenaga-tenaga spesialis.

18
Jenis fasilitas pelayanan kesehatan antara lain : dokter spesialis atau

dokter gigi spesialis.

c. Fasilitas kesehatan tingkat ketiga adalah jenis pelayanan kesehatan yang

melayani dan melaksanakan pelayanan kesehatan dasar, pelayanan

kesehatan spesialistik, dan pelayanan kesehatan sub spesialistik.

Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan kesehatan yang

bersifat kompleks dan umumnya diselenggarakan oleh tenaga-tenaga sub

spesialisasi. Jenis fasilitas pelayanan kesehatan antara lain : klinik utama

atau yang setara, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.

3. Tujuan Pelayanan Kesehatan

Tujuan pelayanan kesehatan antara lain :

a. Promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), hal ini diperlukan

misalnya untuk peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan.

b. Preventif (pencegahan terhadap orang yang beresiko terhadap penyakit)

terdiri dari :

1) Preventif primer

Terdiri dari program pendidikan, seperti imunisasi, penyediaan nutrisi

yang baik dan kesegaran fisik

2) Preventif sekunder

Terdiri dari pengobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi

kecacatan dengan cara menghindari akibat yang timbul dari

perkembangan penyakit tersebut

19
c. Kuratif (penyembuhan penyakit)

d. Rehabilitasi (pemulihan), usaha pemulihan seseorang untuk mencapai

fungsi normal setelah mengalami sakit fisik atau mental atau cedera.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan

WHO menyebutkan bahwa faktor perilaku yang mempengaruhi

penggunaan pelayanan kesehatan adalah (Asmin, 2015):

a. Pemikiran dan Perasaan (Thoughts and Feeling)

Berupa pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian-penilaian

seseorang terhadap objek, dalam hal ini objek kesehatan.

b. Orang Penting sebagai Referensi (Personal Referensi)

Seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh seseorang yang dianggap

penting atau berpengaruh besar terhadap dorongan penggunaan pelayanan

kesehatan.

c. Sumber-Sumber Daya (Resources)

Mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya. Sumber-sumber

daya juga berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok

masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Pengaruh tersebut

dapat bersifat positif dan negatif.

d. Kebudayaan (Culture)

Berupa norma-norma yang ada di masyarakat dalam kaitannya dengan

konsep sehat sakit.

20
5. Syarat Pelayanan Kesehatan

Syarat pokok pelayanan kesehatan menurut (Roy Weku, 2013) yaitu :

a. Tersedia dan berkesinambungan

Pelayanan yang baik adalah pelayanan kesehatan yang tersedia di

masyarakat (acceptable) serta berkesinambungan (sustainable) artinya

semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat ditemukan

serta keberadaannya dalam masyarakat adalah ada pada tiap saat

dibutuhkan.

b. Dapat diterima dan wajar

Artinya pelayanan kesehatan tidak bertentangan dengan keyakinan dan

kepercayaan masyarakat.

c. Mudah dicapai

Dipandang sudut lokasi mudah dijangkau oleh masyarakat, sehingga

distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting.

d. Mudah dijangkau

Dari sudut biaya untuk mewujudkan keadaan yang harus dapat diupayakan

biaya pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan ekonomi

masyarakat.

e. Bermutu

Mutu (kualitas) yaitu menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan

kesehatan yang diselenggarakan dan menunjukkan kesembuhan penyakit

serta keamanan tindakan yang dapat memuaskan para pemakai jasa

21
pelayanan yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sedangkan

mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai

(yang berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang

diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang

bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan

dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi.

6. Sertifikasi Pelayanan Kesehatan

Sertifikasi pelayanan kesehatan di Indonesia dalam (Kemenkes, 2015)

yang dibedakan menjadi 2 macam, yakni:

a. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang selanjutnya disingkat FKTP

adalah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan perorangan yang

bersifat nonspesialistik untuk keperluan observasi, diagnosis, perawatan,

pengobatan, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya yang meliputi rawat

jalan tingkat pertama dan rawat inap tingkat pertama.Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama berupa puskesmas, dokter praktik, klinik pratama

b. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan yang selanjutnya disingkat

FKRTL adalah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan perorangan

yang bersifat subspesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan,

rawat inap tingkat lanjutan, dan rawat inap di ruang perawatan

khusus.Fasilitas Kesehatan Tingkat rujukan berupa rumah sakit umum dan

rumah sakit khusus

22
7. Puskesmas Sebagai Fasilitas Pelayanan kesehatan

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif

dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya di wilayah kerjanya (Kemenkes, 2014).

Tujuan pembangunan kesehatan yang di selenggarakan puskesmas

yang tertera pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75

tahun 2014 Pasal 2 yang mana tujuan tersebut Untuk mewujudkan masyarakat

yang memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat; untuk mewujudkan masyarakat yang mampu

menjangkau pelayanan kesehatan bermutu;untuk mewujudkan masyarakat

yang hidup dalam lingkungan sehat;untuk mewujudkan masyarakat yang

memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat.

Fungsi Puskesmas menurut Prasetyawati (2015) yaitu:

a. Sebagai pusat pembangunan kesehatan. Puskesmas sebagai pusat

pembangunan kesehatan yaitu sebagai pusat pembangunan wilayah

berwawasan kesehatan. Upaya puskesmas melakukan fungsi ini dilakukan

dengan menjalankan, menggerakkan dan memantau penyelenggaraan

pembangunan lintas sektor masyarakat di wilayah kerjanya sehingga dapat

mendukung pembangunan kesehatan. Fokus upaya yang dilakukan

23
puskesmas terkait pembangunan kesehatan adalah mengutamakan

preventif dan promotif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Puskesmas harus memantau dan melaporkan hasil atau dampak dari

program yang telah diselenggarakan di wilayah kerjanya.

b. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat. Puskesmas sebagai pusat

pemberdayaan masyarakat yaitu suatu upaya yang dilakukan agar

masyarakat mandiri dan mampu mengatasi masalahnya serta mampu

meningkatkan inisiatif yang berhubungan dengan keadaan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat diharapkan mampu meningkatkan pemahaman

dalam mengidentifikasi masalah, merencanakan dan memecahkan masalah

dalam masyarakat dengan memanfaatkan potensi dan fasilitas yang

terdapat di masyarakat. Puskesmas dalam melakukan pemberdayaan

masyarakat bertujuan agar masyarakat dapat meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat.

c. Sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer. Puskesmas sebagai

pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer merupakan pelayanan

kesehatan tingkat pertama yang ditujukan untuk perorangan dan

masyarakat. Puskesmas bertanggungjawab pada pelayanan kesehatan yang

menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.

Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan

tenaga non kesehatan yang jenis dan jumlahnya dihitung berdasarkan analisis

beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang

24
diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah

kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat

pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja (Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014).

C. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian

1. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Nototmodjo, 2016). Pengetahuan adalah hasil tahu manusia

terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu

objek yang dihadapinya, hasil usaha manusia untuk memahami objek

tertentu (Surajiyo, 2017).

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

baik daripada tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup

didalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

25
1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam tingkatan ini adalah mengingat

kembali terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui yang dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan

materi telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4) Analisis (Analysis)

Analisis atau kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

austifikasi atau penilaian terhadap suatu materi objek. Penilaian-

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditemukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Nototmodjo, 2016).

26
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2016), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu :

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung

seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima

informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung

untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media

massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula

pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat

kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan

pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah

pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan

formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek juga mengandung dua

aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang

akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu.

27
Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, akan

menumbuhkan sikap semakin positif terhadap objek tersebut.

2) Media massa/informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)

sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang

dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam

penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa

membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai

sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya

pengetahuan terhadap hal tersebut. Sumber informasi adalah suatu

proses pemberitahuan yang dapat membuat seseorang mengetahui

informasi dengan mendengar atau melihat sesuatu secara langsung

maupun tidak langsung. Semakin banyak informasi yang didapat akan

semakin luas pengetahuan seseorang.

28
3) Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,

sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada

dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi

timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan

oleh setiap individu.

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang

dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang

dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional

serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan

29
kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari

keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah

nyata dalam bidang kerjanya.

6) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap

dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam

masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan

persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua,

selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan waktu

untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan

kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia

ini.

7) Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya

pembuktian terlebih dahulu keyakinan ini bisa mempengaruhi

pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun

negatif.

30
d. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2016), dari berbagai macam cara yang

telah digunakan untuk memperoleh pengetahuan sepanjang sejarah, dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1) Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan

Cara kuno atau tradisional ini dipakai seseorang untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau

metode penemuan secara sistematik dan logis.

Cara-cara ini antara lain :

a) Cara coba-coba (Trial and error)

Melalui cara coba-coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial

and error”. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang

lain.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pada otoritas atau

kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin

agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

31
Dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang

lalu.

d) Melalui jalan pikiran

Kemampuan manusia menggunakan penalarannya dalam

memperoleh pengetahuannya. Dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia menggunakan jalan pikirannya.

2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”, atau lebih popular disebut

metodologi penelitian (research methodology). Menurut Deobol Van

Dalen, mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan pengamatan

dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat

pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubugan dengan objek

yang diamati.

Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok, yaitu :

a) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala yang muncul pada saat

dilakukan pengamatan.

b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak

muncul pada saat dilakukan pengamatan.

c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala

yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.

32
e. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Menurut (Arikunto, 2013)bahwa pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi

yang ingin diukur dari subjek peneliti atau responden. Kedalaman

pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan

dengan tingkat-tingkat tersebut di atas. Menurut (Nursalam, 2015)skor

yang sering digunakan untuk mempermudah dalam mengkategorikan

jenjang dalam penelitian biasanya ditulis dalam persentase pengetahuan

sebagai berikut :

1) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76 – 100 %

2) Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56 – 75 %

3) Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai <56 %.

2. Pekerjaan

Menurut Badan Pusat Statistik (2016), status pekerjaan adalah jenis

kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu unit

usaha/kegiatan. Menurut SAKERNAS dalam survey BPS (Biro Pusat

Statistik), mulai tahun 2001 status pekerjaan dibedakan menjadi 7 kategori

yaitu:

a. Berusaha sendiri, adalah bekerja atau berusaha dengan menanggung resiko

secara ekonomis, yaitu dengan tidak kembalinya ongkos produksi yang

telah dikeluarkan dalam rangka usahanya tersebut, serta tidak

33
menggunakan pekerja dibayar maupun pekerja tak dibayar, termasuk yang

sifat pekerjaannya memerlukan teknologi atau keahlian khusus.

b. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar, adalah bekerja atau

berusaha atas resiko sendiri, dan menggunakan buruh/pekerja tak dibayar

dan atau buruh/pekerja tidak tetap.

c. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar, adalah berusaha atas resiko

sendiri dan mempekerjakan paling sedikit satu orang buruh/pekerja tetap

yang dibayar.

d. Buruh/Karyawan/Pegawai, adalah seseorang yang bekerja pada orang lain

atau instansi/kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima upah/gaji

baik berupa uang maupun barang. Buruh yang tidak mempunyai majikan

tetap, tidak digolongkan sebagai buruh/karyawan, tetapi sebagai pekerja

bebas. Seseorang dianggap memiliki majikan tetap jika memiliki 1 (satu)

majikan (orang/rumah tangga) yang sama dalam sebolan terakhir, khusus

pada sektor bangunan batasannya tiga bolan. Apabila majikannya

instansi/lembaga, boleh lebih dari satu.

e. Pekerja bebas di pertanian, adalah seseorang yang bekerja pada orang

lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari 1 majikan dalam sebolan

terakhir) di usaha pertanian baik berupa usaha rumah tangga maupun

bukan usaha rumah tangga atas dasar balas jasa dengan menerima upah

atau imbalan baik berupa uang maupun barang, dan baik dengan sistem

pembayaran harian maupun borongan. Usaha pertanian meliputi: pertanian

34
tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan

perburuan, termasuk juga jasa pertanian.

f. Pembayaran harian maupun borongan seperti usaha di sector

pertambangan, industri, listrik, gas dan air.

g. Pekerja tak dibayar artinya seseorang yang bekerja dengan membantu

orang lain yang tidak mendapat upah/gaji seperti, anggota keluarga.

3. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni

movere yang berarti “menggerakan” (to move). Motivasi merupakan

proses psikologis yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada

pencapaian tujuan atau goal-directed behavior (Wibowo, 2016). Motivasi

sebagai proses yang menyebabkan insensitas, arah, dan usaha terus

menerus individu menuju pencapaian tujuan. Secara sederhana urgensi

motivasi adalah menciptakan semangat dan gairah kerja sehingga

produktivitas kerja meningkat, jadi motivasi adalah sesuatu yang pokok

yang menjadi dorongan seseorang untuk bekerja (Wibowo, 2016).

Sedangkan menurut (Hasibuan, 2016) motivasi adalah keinginan yang

terdapat pada diri seorang individu yang merangsangnya untuk melakukan

tindakan-tindakan atau suatu yang menjadi dasar atau alasan seseorang

berperilaku.

35
Berdasarkan defenisi para ahli diatas maka dapat disimpulkan

bahwa motivasi adalah dorongan yang muncul dalam diri seseorang untuk

melakukan sesuatu untuk mencapai tujuannya dan untuk memenuhi

kebutuhan.

b. Tujuan Motivasi

Hasibuan (2016) mengemukakan, tujuan motivasi adalah untuk

menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan

kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil

atau mencapai tujuan tertentu.

c. Fungsi Motivasi

Menurut (Sardiman, 2017), tiga fungsi motivasi antara lain :

1) Mendorong manusia untuk melakukan sesuatu

Dalam hal ini motivasi merupakan motor penggerak dari setiap

kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan

Motivasi mengarahkan kita agar bisa mencapai tujuan yang

diinginkan.

3) Menyeleksi perbuatan

Motivasi disini dapat menentukan perbuatan-perbuatan yang harus

dikerjakan yang serasi demi mencapai tujuan dengan menyisihkan

perbuatan yang tidak bermafaat.

36
d. Ciri-Ciri motivasi

Menurut Sardiman (2017), enam ciri motivasi yaitu :

1) Tekun menghadapi tugas

2) Tidak putus asa saat menemukan kesulitan

3) Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah

4) Lebih senang bekerja mandiri

5) Dapat mempertahankan pendapat

6) Berusaha mempertahankan hal yang sudah diyakini

e. Jenis-Jenis Motivasi

Jenis-jenis motivasi menurut Hasibuan (2016)

1) Motivasi positif (insentif positif) artinya manajer memotivasi bawahan

dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik.

Dengan motivasi positif ini, semangat kerja bawahan akan meningkat

karena manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik saja.

2) Motivasi negatif (insentif negatif) artinya manajer memotivasi

bawahannya dengan memberikan hukuman kepada mereka yang

pekerjaannya kurang baik (prestasinya rendah). Dengan motivasi yang

negatif ini semangat kerja bawahaan dalam waktu pendek akan

meningkat karena mereka takut dihukum, namun untuk jangka

panjang dapat berakibat kurang baik.

37
f. Unsur-Unsur Motivasi

Muninjaya (2016) mengemukakan, unsur-unsur motivasi adalah

merupakan suatu tenaga dinamis manusia dan munculnya memerlukan

rangsangan baik dari dalam maupun dari luar, motivasi seringkali ditandai

dengan perilaku yang penuh emosi, motivasi merupakan reaksi pilihan

dari beberapa alternatif pencapaian tujuan, motivasi berhubungan erat

dengan kebutuhan dalam diri.

Nursalam (2015) mengemukakan, unsur-unsur motivasi meliputi

unsur motivasi berasal dari dalam diri seseorang yaitu berupa keadaan

yang tidak puas atau ketegangan psikologis ini bisa timbul oleh karena

keinginan untuk memperoleh penghargaan, pengakuan, serta berbagai

macam kebutuhan lainnya dan motivasi berasal dari luar yaitu tujuan yang

ingin dicapai oleh seseorang, tujuan itu sendiri berada diluar diri seseorang

itu namun mengarahkan tingkah laku orang itu untuk mencapainya.

Berdasarkan urian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi

berasal dari dalam diri manusia yang biasanya timbul dari perilaku yang

dapat memenuhi kebutuhan sehingga manusia menjadi puas dan berasal

dari luar yang merupakan pengaruh dari orang lain atau lingkungan.

g. Teori Motivasi

Beberapa teori motivasi menurut (Muninjaya, 2016)adalah

dijelaskan sebagai berikut :

1) Teori Hedonisme

38
Hedone adalah bahasa yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau

kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang

memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah

mencari kesenangan yang bersifat duniawi. Menurut pandangan faham

ini, manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang mementingkan

kehidupan yang penuh dengan kesenangan dan kenikmatan. Manusia

setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, manusia

cenderung memilih alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan

kesenangan daripada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan,

penderitaan dan sebagainya.

2) Teori naluri

Teori ini mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki tiga

dorongan nafsu pokok, yang dalam hal ini disebut juga dengan naluri

yaitu dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri, dorongan nafsu

(naluri) mengembangkan diri, dan dorongan nafsu (naluri)

mengembangkan/mempertahankan jenis. Dimilikinya ketiga naluri

pokok itu maka kebiasaan-kebiasaan ataupun tindakan dan tingkah

laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau

digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Menurut teori ini, untuk

memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju

dan perlu dikembangkan.

3) Teori reaksi yang dipelajar

39
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak

berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku

yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang

belajar banyak dari lingkungan kebudayaan ditempat ia hidup dan

dibesarkan. Teori ini disebut juga “teori lingkungan kebudayaan”.

4) Teori daya pendorong

Teori ini merupakan perpaduan antara “teori naluri” dengan “teori

reaksi yang dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi

hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang

umum. Menurut teori ini bila ingin memotivasi seseorang harus

berdasarkan atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi

yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya.

5) Teori kebutuhan

Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori

kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh

manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya baik

kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Menurut teori ini apabila

ingin memotivasi seseorang, ia harus berusaha mengetahui terlebih

dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang akan dimotivasinya.

Abraham Maslow mendefinisikan lima tingkatan kebutuhan pokok

manusia. Kelima tingkatan pokok inilah yang kemudian dijadikan

pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia. Adapun

40
kelima tingkatan kebutuhan pokok yang dimaksud adalah : a)

kebutuhan fisiologis; b) kebutuhan rasa aman; c) kebutuhan sosial; d)

kebutuhan penghargaan; e) kebutuhan aktualisasi diri.

h. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Elliot (2014) ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi

seseorang yaitu :

1) Faktor intern (internal) berasal dari dalam diri individu, terdiri dari:

a) Pembawaan individu

b) Tingkat pendidikan

c) Pengalaman masa lampau

d) Keinginan atau harapan masa depan

2) Faktor ekstern (eksternal) yang berasal dari luar diri individu, terdiri

dari :

a) Lingkungan kerja

b) Pemimpin dan kepemimpinannya

c) Tuntutan perkembangan organisasi atau tugas

d) Dorongan atau bimbingan atasan.

i. Pengukuran Motivasi

Motivasi tidak dapat diobservasi secara langsung namun harus

diukur. Ada beberapa cara mengukur motivasi yaitu :

1) Tes proyektif

41
Salah satu teknik proyektif yang banyak dikenal adalah Thematic

Apperception Test (TAT). Dalam tes ini pasien diberikan gambar

untuk diceritakan mengenai gambar yang diamati tersebut.

2) Kuesioner

Salah satu cara untuk mengukur motivasi melalui kuesioner adalah

dengan meminta klien untuk membaca dan mengisi kuesioner yang

diberikan, berisi pertanyaan yang dapat memancing motivasi klien.

3) Observasi perilaku

Cara lain adalah dengan membuat suasana yang berbeda sehingga

klien dapat memunculkan perilaku yang mencerminkan motivasinya.

Perilaku yang diobservasi adalah apakah klien merespon apa yang

diberikan (Notoatmodjo, 2012).

j. Cara Pengukuran Motivasi

Untuk mengukur motivasi responden adalah dengan menggunakan

kuesioner. Pengukuran ini mungkin berisi atau mengatakan hal-hal positif

mengenai objek yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak.

Pernyataan ini disebut dengan pernyataan favourable. Sebaliknya

pernyataan mungkin berisi hal-hal negatif mengenai objek yang bersifat

tidak mendukung. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang

tidak favourable/unfavorable (Azwar, 2015).

Hasil peroleh dengan cara perhitungan di atas kemudian nilai akhir

diasumsikan ke dalam kriteria sikap (motivasi) sebagai berikut :

42
1) Sikap positif : jika jawaban responden lebih besar sama dengan

mean/median

2) Sikap negatif : jika jawaban responden kurang dari nilai mean/median

(Azwar A. , 2015).

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti gambar di bawah

ini:

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan
Kemampuan Keluarga
Pekerjaan Menggunakan
Fasilitas Kesehatan
Motivasi

Keterangan gambar :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Hubungan
E. Hipotesis Penelitian

43
Hipotesis adalah suatu asumsi tentang hubungan dua atau lebih variabel

yang diharapkan dapat memberikan jawaban sementara atas suatu pertanyaan

dalam suatu penelitian (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan kerangka konsep

penelitian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kemampuan keluarga dalam

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.

b. Ada hubungan antara pekerjaan dengan kemampuan keluarga dalam

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.

c. Ada hubungan antara motivasi dengan kemampuan keluarga dalam

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.

2. Hipotesis Nol (Ho)

a. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kemampuan keluarga

dalam menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.

b. Tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kemampuan keluarga dalam

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.

c. Tidak ada hubungan antara motivasi dengan kemampuan keluarga dalam

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.

BAB IV

44
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Survey

analitik dengan menggunakan pendekatan Cross sectional yaitu jenis penelitian

yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan

dependen hanya satu kali pada satu saat (Hidayat, 2014).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai

Kecamatan Taniwel Timur.

2. Waktu Penelitian

Penelitian telah dilakukan pada bulan Februari - Maret 2020.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat yang bertempat di

wilayah kerja Puskesmas Uwen Pantai Kecamatan Taniwel Timur dengan

jumlah Kepala Keluarga sebanyak 1.614 KK.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumlah karekteristik yang dimiliki oleh

populasi yang digunakan untuk penelitian (Nursalam, 2015). Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dimana

45
tujuan pengambilan sampel sebanyak jumlah tertentu yang dianggap dapat

memperoleh ciri tertentu, yang dalam pelaksanaanya tidak dilakukan.

Sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus slovin:

n= N
       1+ N (d)2
n= 1.614
      1 + 1.614 (0,1)2
n = 1.614
       1 + 16,14

n = 1.614
       17,14

n = 94,16 = 94 Responden

Keterangan :

n = Besar sampel

N = Besar populasi

d = Tingkat signifikansi (10%)

Jadi, besar sampel dalam penelitian 94 orang.

Pemilihan sampel berdasarkan kriteria (Dahlan, 2013) sebagai berikut :

a) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria umum subjek penelitian dari suatu populasi

target yang terjangkau dan akan diteliti kriteria inklusi pada sampel

penelitian sebagai berikut :

1) Bersedia menjadi responden

2) Merupakan kepala keluarga yang berusia lebih dari 20 tahun

46
3) Berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Uwen Pantai

4) Kepala keluarga yang dapat berkomunikasi dengan baik dan

kooperatif.

b) Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang tidak

memenuhi kriteri inklusi. Kriteria eksklusi sebagai berikut :

1) Tidak berada di tempat ketika penelitian berlangsung.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik atau ciri yang dimiliki oleh subjek dan

sifatnya bervariasi(Anzwar, 2014) Jenis variabel terbagi 2 yaitu :

a. Variabel Dependen

Variabel Dependen (terikat) adalah variabel yang timbul dan dapat dipengaruhi

variabel bebas. Variabel dependen pada penelitian ini adalah kemampuan

keluarga dalam menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.

b. Variabel Independen

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi variabel

yang lain. Variabel independen pada penelitian ini adalah pengetahuan,

pekerjaan dan motivasi.

E. Defenisi Operasional

47
Defenisi operasional adalah pembatasan ruang lingkup atau pengertian

variabel-variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo, 2015).

Tabel 3.1 Defenisi Operasional


No Variabel/sub Defenisi Alat ukur Hasil ukur Skala
Variabel Operasional
Variabel Independen
1 Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner 1. Baik : jika Ordinal
yang diketahui skor ≥8
responden
tentang 2. Kurang : jika
pengertian skor < 8
puskesmas,
serta fasilitas
dan pelayanan
kesehatan yang
disediakan di
puskesmas.
2 Pekerjaan Suatu usaha Kuesioner 1. Bekerja Ordinal
atau kerja yang
dilakukan 2. Tidak Bekerja
setiap hari
yang
menhasilkan
pendapatan
3 Motivasi Dorongan yang Kuesioner 1. Positif : jika Ordinal
muncul dalam skor ≥ 63
diri seseorang
untuk 2. Negatif : jika
memanfaatkan skor < 63
fasilitas
pelayanan
kesehatan yang
tersedia di
puskesmas.
Variabel Dependen
4 Kemampuan Kegiatan/ Kuesioner 1. Menggunakan Ordinal
Keluarga tindakan yang : jika skor ≥50
Dalam dilakukan
Menggunakan responden 2. Tidak
Fasilitas selama 3 bulan menggunakan

48
Pelayanan terakhir dengan : jika skor < 50
Kesehatan memanfaatkan
fasilitas
pelayanan
kesehatan
dalam rangka
memperoleh
kesembuhan
saat sakit.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah suatu

daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh

responden yang ingin diselidiki (Walgito, 2014).

Alat pengumpul data atau instrument yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan data

karakteristik demografi responden, tingkat pengetahuan, motivasi dan

pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan.

1. Instrument A

Kuesioner ini berisi pertanyaan-pertanyaan terkait karakteristik

demografi responden yang dibuat sendiri oleh peneliti yang terdiri dari 6

pertanyaan dari nomor 1 sampai dengan 5 yang meliputi : nama, umur, jenis

kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan. Data yang diambil merupakan

data primer, dimana responden menjawab pertanyaan yang ada di kuesioner A

dengan mengisi atau memberi tanda check pada isian yang tersedia.

2. Kuesioner B (Kuesioner Pengetahuan)

49
Kuesioner ini terdiri dari 10 pertanyaan tentang pengetahuan mengenai

pengertian puskesmas serta fasilitas dan pelayanan kesehatan yang disediakan

di puskesmas. Instrumen penelitian ini mempunyai dua pilihan jawaban yaitu

“ya dan tidak”. Nilai 1 jawab ya dan nilai 0 jawab tidak.

Kuesioner ini diambil dari skripsi Edelina Samangun yang berjudul

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Puskesmas Oleh

Masyarakat Desa Nania Di Wilayah Kerja Puskesmas Nania Kecamatan

Baguala Kota Ambon Tahun 2017. Kuesioner ini telah diuji

validitasnya.Adapun cara menghitung skoring :

a. Jumlah pertanyaan sebanyak 10 nomor

b. Jumlah pilihan : 2

c. Maka untuk menentukan hasil ukur pengetahuan :

Baik bila nilai : 76-100%

Cukup : 56-75%

Kurang : <55%.

Maka hasil ukur untuk pengetahuan :

Baik : 76% × 10 = 7,6% (digenapkan menjadi 8)

Cukup : 56% × 10 = 5,6% (digenapkan menjadi (6)

Kurang : 0-5.

Dengan demikian, kesimpulannya :

1) Baik : jika total skor responden ≥ 8%

2) Kurang baik : jika total skor responden < 8%.

50
3. Kuesioner C (Kuesioner Motivasi)

Kuesioner ini terdiri dari 10 pernyataan tentang motivasi keluarga

mengenai pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan. Setiap pertanyaan

memiliki skor 1 sampai 4 dengan kategori yaitu :

a. Tidak Pernah : Tidak Pernah memiliki skor 1

b. Jarang : Jarang memiliki skor 2

c. Sering : Sering memiliki skor 3

d. Selalu : Selalu memiliki skor 4

Kuesioner ini diambil dari skripsi Tiorena Hasra Mehida yang

berjudul Motivasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas

Kesatria Di Kecamatan Siantar Timur Kota Pemantang Siantar Tahun 2013.

Kuesioner ini telah diuji validitasnya. Adapun cara menghitung skoring

dengan menggunakan rumusmenurut Sugiyono (2014) :

Nilai objektif (NO)/Hasil Ukur (HU) = Skor Tertinggi (STT) – Interval

STT = Skor tertinggi × Jumlah pertanyaan

= 4 × 10 = 40 100% = 100%

STR = Skor terendah × Jumlah pertanyaan

= 1 × 10 = 10 100% = 25%

Range (R) = Skor tertinggi – Skor Terendah

51
= 100% - 25%

= 75%

Interval (I) = Range ÷ Kategori

= 75% ÷ 2

= 37,5%

NO/HU = STT – I

= 100% - 37,5%

= 62,5% (digenapkan 63)

Dengan demikian, kesimpulannya :

a. Positif : jika total skor responden≥ 63 %

b. Negatif : jika total skor responden <63%.

4. Kuesioner D (Kuesioner Pemanfaatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan)

Kuesioner ini terdiri dari 7 pertanyaan tentang pemanfaatan fasilitas

pelayanan kesehatan. Instrumen penelitian ini mempunyai dua pilihan

jawaban yaitu “ya dan tidak”. Nilai 1 jawab ya dan nilai 0 jawab tidak.

Kuesioner ini dimodifikasi antar 2 skripsi Edelina Samangun dan

Krisna Anaktototy yang berjudul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Pemanfaatan Puskesmas Oleh Masyarakat Desa Nania Di Wilayah Kerja

Puskesmas Nania Kecamatan Baguala Kota Ambon Tahun 2017 dan Faktor-

Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh

Masyarakat Kudamati Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Salobar Kota Ambon

52
Tahun 2017.Kuesioner ini telah diuji validitasnya.Adapun cara menghitung

skoring dengan menggunakan rumus menurut Sugiyono (2014) :


Nilai objektif (NO)/Hasil Ukur (HU) = Skor Tertinggi (STT) – Interval

STT = Skor tertinggi × Jumlah pertanyaan

=1×7=7 100% = 100%

STR = Skor terendah × Jumlah pertanyaan

=0×7=0 100% = 0%

Range (R) = Skor tertinggi – Skor Terendah

= 100% - 0%

= 100%

Interval (I) = Range ÷ Kategori

= 100% ÷ 2

= 50%

NO/HU = STT – I

= 100% - 50%

= 50%

Dengan demikian, kesimpulannya :

a. Memanfaatkan : jika total skor responden ≥ 50%

b. Tidak memanfaatkan : jika total skor responden <50%.

53
G. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan pada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2014).

Pada penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu :

1. Data primer

Data primer adalah data yang mengacu pada informasi yang diperoleh

dari tangan pertama oleh peneliti yag berkaitan dengan variabel minat untuk

tujuan spesifik studi. Sumber data primer adalah responden individu,

kelompok fokus, internet juga dapat menjadi sumber data primer jika

kuesioner disebarkan melalui internet (Sekaran, 2014).

Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data

ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file.

Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya

responden, yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita

jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data (Narimawati,

2014).

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi yang

dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Sumber data sekunder adalah

catatan atau dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah, analisis industry

oleh media, situs web, internet, dan seterusnya (Sekaran, 2014).

54
Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data Data sekunder ini merupakan data yang sifatnya

mendukung keperluan data primer seperti buku-buku, literature dan bacaan

yang berkaitan dengan penelitian.

H. Pengolahan Data

Proses pengolahan data dalam penelitian ini menurut Notoadmodjo

(2015), terdiri dari empat tahap yaitu:

1. Editing

Penyuntingan data dilakukan setelah semua data terkumpul kemudian

dilakukan kelengkapan data.

2. Coding

Untuk memudahkan pengolahan data maka semua jawaban atau data

perlu disederhanakan yaitu memberi simbol-simbol tertentu untuk setiap

jawaban.

3. Tabulation

Untuk memudahkan tabulasi data maka dibuat tabel untuk menganalisis

data tersebut menurut sifat-sifat yang dimiliki. Dimana tabel tersebut dapat

berupa tabel sederhana.

4. Entry

Data entry meupakan proses pemasukan data ke dalam program atau

fasilitas analisis data.

55
I. Analisa Data

Data yang sudah diolah kemudian dianalisis meliputi :

1. Analisa Univariat

Data yang termasuk dalam analisis univariat yaitu data demografi

pasien dan variabel penelitian. Untuk menganalisa data tersebut digunakan

program komputerisasi dan akan ditampilkan dalam distribusi frekuensi dan

persentase.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan uji Chi Square untuk mengetahui

hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Sedangkan jika distribusi data ditemukan terdistribusi tidak normal maka uji

alternatif yang digunakan adalah uji fisher exact test. Dasar pengambilan

hipotesis penelitian berdasarkan pada tingkat signifikan (nilai p), yaitu:

1) Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.

2) Jika nilai p < 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.

J. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2014) dalam melakukan penelitian, peneliti perlu membawa

rekomendasi dari institusi untuk pihak lain dengan cara mengajukan permohonan

izin kepada institusi lembaga tempat penelitian yang diajukan oleh peneliti.

Setelah mendapat persetujuan, barulah peneliti dapat melakukan penelitian dengan

mengedepankan masalah etika meliputi:

56
1. Persetujuan (Informed Consent)

Informed Consent merupakan persetujuan antara peneliti dan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Sebelum melakukan

penelitian, peneliti memberikan penjelasan kepada responden dan meminta

persetujuan terlebih dahulu.

2. Tanpa Nama (Anomity)

Setiap responden dijaga kerahasiaan atas informasi yang diberikan. Peneliti

tidak mencantumkan nama responden tetapi pada lembar tersebut diberi kode.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok

data tertentu dilaporkan sebagai hasil penelitian.

57
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Uwen Pantai merupakan salah satu puskesmas yang berada

di Kecamatan Taniwel Timur Kabupaten Seram Bagian Barat. Lokasinya

bertempat di desa Uwen Pantai Kecamatan Taniwel Timur. Wilayah kerja

Puskesmas Uwen Pantai meliputi 15 desa, yaitu Sohuwe, Maloang, Lumalatal,

Hatunuru, Matapa, Seakasale, Makububui, Sukaraja, Lumahpelu, Uwen

Pantai, Musihuwey, Tounussa, Solea, Warloin, dan Walakone. Secara

geografis luas wilayah ± 7000 km2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut

: Sebelah Utara berbatasan dengan: Laut Seram, sebelah Timur berbatasan

dengan: Desa Warasiwa, sebelah Selatan berbatasan dengan: Pegunungan

Batusole, dan sebelah Barat berbatasan dengan: Desa Pasinalo.

2. Analisa Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik

responden yaitu umur, jenis kelamin dan pendidikan terakhir. Pada penelitian

ini variabel yang dideskripsikan melalui analisis univariat adalah variabel

independen yaitu pengetahuan, pekerjaan, motivasi dan variabel dependen

yaitu kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan. Analisis

univariat akan diuraikan sebagai berikut:

58
a. Karakteristik Responden

1) Umur

Karateristik responden berdasarkan umur di tempat penelitian dapat

dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Wilayah


Kerja Puskesmas Uwen Pantai
Umur n %
15-29 Tahun 32 34,0
30-44 Tahun 40 42,6
45-59 Tahun 18 19,1
≥ 60 Tahun 4 4,3
Total 94 100
Sumber : Data Primer, 2020

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan

umur di Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai sebagian besar berada

pada kelompok umur 30-44 tahun yaitu sebanyak 40 orang (42,6%).

2) Jenis Kelamin

Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin di tempat penelitian

dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di


Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai
Jenis Kelamin n %
Laki-Laki 55 58,5
Perempuan 39 41,5
Total 94 100
Sumber : Data Primer, 2020

59
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan

jenis kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai sebagian besar

laki-laki yaitu sebanyak 55 orang (58,5%).

3) Pendidikan Terakhir

Karateristik responden berdasarkan pendidikan terakhir di tempat

penelitian dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan


Terakhir di Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai
Pendidikan Terakhir n %
SD 9 9,6
SMP 20 21,3
SMA 59 62,7
Perguruan Tinggi 6 6,4
Total 94 100
Sumber : Data Primer, 2020

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan

pendidikan terakhir di Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai sebagian

besar SMA yaitu sebanyak 59 orang (62,7%).

4. Variabel Penelitian

1) Pengetahuan

Karateristik responden berdasarkan pengetahuan di tempat penelitian

dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di


Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai
Pengetahuan n %
Baik 34 36,2
Kurang Baik 60 63,8
Total 94 100

60
Sumber : Data Primer, 2020

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan

pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai sebagian besar

kurang baik yaitu sebanyak 60 orang (63,8%).

2) Pekerjaan

Karateristik responden berdasarkan pekerjaan di tempat penelitian dapat

dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di


Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai
Pekerjaan n %
Bekerja 48 51,1
Tidak Bekerja 46 48,9
Total 94 100
Sumber : Data Primer, 2020

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan

pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai sebagian besar

bekerja yaitu sebanyak 48 orang (51,1%).

3) Motivasi

Karateristik responden berdasarkan motivasi di tempat penelitian dapat

dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi di


Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai
Motivasi n %
Positif 33 35,1
Negatif 61 64,9
Total 94 100
Sumber : Data Primer, 2020

61
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan

motivasi di Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai sebagian besar

negatif yaitu sebanyak 61 orang (64,9%).

4) Kemampuan Keluarga Dalam Menggunakan Fasilitas Pelayanan

Kesehatan

Karateristik responden berdasarkan kemampuan keluarga dalam

menggunakan fasilitas kesehatan di tempat penelitian dapat dilihat pada

tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan


Keluarga Dalam menggunakan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai
Kemampuan Keluarga Dalam n %
Menggunakan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
Menggunakan 33 35,1
Tidak Menggunakan 61 64,9
Total 94 100
Sumber : Data Primer, 2020

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan

kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan di

Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai sebagian besar tidaka

menggunakan fasilitas kesehatan yaitu sebanyak 61 orang (64,9%).

3. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis

hubungan pengetahuan, pekerjaan dan motivasi dengan kemampuan keluarga

dalam menggunakan fasilitas kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Uwen

62
Pantai dengan menggunakan uji Chi Square dengan nilai p < 0,05, dapat

dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.

1). Hubungan Pengetahuan dengan Kemampuan Keluarga

Dalammenggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Tabel 4.8. Hubungan Pengetahuan dengan Kemampuan Keluarga


Dalam Menggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan di
Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai
Kemampuan Keluarga Dalam P
Pengetahauan Menggunakan Fasilitas Total Value
Pelayanan Kesehatan
Menggunakan Tidak
Menggunakan
n % n % n %
Baik 24 70,6 10 29,4 34 100
0,000
Kurang Baik 9 15,0 51 85,0 60 100
Total 33 35,1 61 64,9 94 100
Sumber : Data Primer, 2020

Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa dari 94 responden yang diteliti

didapatkan bahwa responden yang pengetahuan baik dan menggunakan

fasilitas kesehatan sebanyak 24 orang (70,6%) dan responden yang

pengetahuan baik namun tidak menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

sebanyak 10 orang (29,4%). Sedangkan responden yang pengetahuan kurang

baik dan tidak menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan sebanyak 51 orang

(85,0%) dan responden yang pengetahuan kurang baik namun menggunakan

fasilitas pelayanan kesehatan sebanyak 9 orang (35,1%). Dengan demikian,

masyarakat yang pengetahuan baik cenderung keluarga menggunkan fasilitas

63
pelayanan kesehatan dan masyarakat yang pengetahuan kurang baik,

cenderung keluarga tidak menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.

Hal ini didukung dengan hasil uji statistik yang menggunakan uji

Chi-Square menunjukkan Ha diterima dengan nilai p < 0,05 (p = 0,000) yang

berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan

kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di

Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai.

2). Hubungan Pekerjaan dengan Kemampuan Keluarga Dalam menggunakan

Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Tabel 4.9. Hubungan Pekerjaan dengan Kemampuan Keluarga Dalam


Menggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Wilayah
Kerja Puskesmas Uwen Pantai
Kemampuan Keluarga Dalam P
Pekerjaan Menggunakan Fasilitas Total Value
Pelayanan Kesehatan
Menggunakan Tidak
Menggunakan
n % n % n %
Bekerja 30 62,5 18 37,5 48 100
0,000
Tidak Bekerja 3 6,5 43 93,5 46 100
Total 33 35,1 61 64,9 94 100
Sumber : Data Primer, 2020

Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa dari 94 responden yang diteliti

didapatkan bahwa responden yang bekerja dan menggunakan fasilitas

pelayanan kesehatan sebanyak 30 orang (62,5%) dan responden yang bekerja

namun tidak menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan sebanyak 18 orang

64
(37,5%). Sedangkan responden yang tidak bekerja dan tidak menggunakan

fasilitas pelayanan kesehatan sebanyak 43 orang (93,5%) dan responden yang

tidak bekerja namun menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan sebanyak 3

orang (6,5%). Dengan demikian, masyarakat yang bekerja cenderung keluarga

menggunkan fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat yang tidak bekerja,

cenderung keluarga tidak menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.

Hal ini didukung dengan hasil uji statistik yang menggunakan uji

Chi-Square menunjukkan Ha diterima dengan nilai p < 0,05 (p = 0,000) yang

berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan

kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di

Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai.

3). Hubungan Motivasi dengan Kemampuan Keluarga Dalam menggunakan

Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Tabel 4.10. Hubungan Motivasi dengan Kemampuan Keluarga Dalam


Menggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Wilayah
Kerja Puskesmas Uwen Pantai
Kemampuan Keluarga Dalam P
Motivasi Menggunakan Fasilitas Total Value
Pelayanan Kesehatan
Menggunakan Tidak
Menggunakan
n % n % n %
Positif 33 100 0 0 33 100
0,000
Negatif 0 0 61 100 61 100
Total 33 35,1 61 64,9 94 100
Sumber : Data Primer, 2020

65
Tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa dari 94 responden yang

diteliti didapatkan bahwa responden yang motivasi positif semuanya

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan sebanyak 30 orang (100%) dan

responden yang motivasi negatif semuanya tidak menggunakan fasilitas

pelayanan kesehatan sebanyak 61 orang (100%). Dengan demikian,

masyarakat yang motifasi positif cenderung keluarga menggunkan fasilitas

kesehatan dan masyarakat yang motivasi negatif, cenderung keluarga tidak

menggunakan fasilitas kesehatan.

Hal ini didukung dengan hasil uji statistik yang menggunakan uji

Chi-Square menunjukkan Ha diterima dengan nilai p < 0,05 (p = 0,000) yang

berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan

kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di

Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai.

B. Pembahasan

1. Hubungan Pengetahuan dengan Kemampuan Keluarga Dalam

Menggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja

Puskesmas Uwen Pantai

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 94 responden

yang diteliti, didapatkan bahwa responden yang pengetahuan baik

sebanyak 34 orang, sebagian besar menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan sebanyak 24 orang dan responden yang pengetahuan kurang

66
baik sebanyak 60 orang, sebagian besar tidak menggunakan fasilitas

pelayanan kesehatan sebanyak 51 orang.

Hal penelitian ini didukung dengan hasil uji statistik yang

menggunakan uji Chi-Square menunjukkan Ha diterima dengan nilai p <

0,05 (p = 0,000) yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan dengan kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas

pelayanan kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Rumengan, Umbon,

Kandou (2015) mengungkapkan bahwa pengetahuan memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan. Masayarakat

yang memiliki pengatuhuan yang rendah, kurang memiliki kesadaran

yang baik tentang manfaat pelayanan kesehatan. Puskesmas bertujuan

untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional

yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas

(mengajak masyarakat untuk mengutamakan kesehatan dan membantu

masyarakat untuk bisa jadi sehat), sehingga informasi yang diberikan

petugas kesehatan merupakan pengetahuan untuk masyarakat sekitar.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yusinar (2012),

menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan

dengan pemanfaatan pelayanan Puskesmas Liudi Desa Bila Kecamatan

Sabbangparu Kabupaten Wajo karena nilai ρ = 0,000. Tingkat pendidikan

67
memiliki relevansi terhadap pengetahuan seseorang, sehingga hal tersebut

berkontribusi pada persepsi masyarakat terhadap pentingnya kesehatan.

Masyarakat yang berpengetahuan tinggi cenderung menganggap

kesehatan sebagai suatu hal yang penting, sehingga kecenderungan untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan lebih besar dibandingkan masyarakat

yang berpendidikan rendah.

Pada penelitian ini, terdapat kesenjangan yang ditemukan, yakni

dari 34 responden yang pengetahuan baik, terdapat 10 orang yang tidak

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam penelitian yang

dilakukan masyarakat mengatakan bahwa dengan obat kampung atau obat

tradisional sudah dapat menyembuhkan penyakit sehingga tidak perlu

pergi ke tempat fasilitas kesehatan, juga terdapat biang kampung ataupun

orang-orang tua yang sudah dipercayakan untuk menyembuhkan

penyakit. Kurangnya kesadaran dari masyarakat yang sebenarnya

mengetahui tentang pentingnya tenaga kesehatan sehingga membuat

mayarakat tidak menggunakan fasilitas kesehatan dengan baik.

Dari hasil penelitian ini juga ditemukan juga kesenjangan, yakni

dari 60 responden yang pengetahuan kurang baik, terdapat 9 responden

yang menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam penelitian yang

dilakukan, responden mengatakan bahwa menyadari bahwa pentingnya

pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan yang terampil dan professional

sehingga responden lebih menggunakan fasilitas kesehatan sebagai

68
tempat untuk memeriksakan kondisi kesehatannya dan keluarga.

Responden mengtakan juga, di Puskesmas selalu mendapatkan

penyuluhan terkait penyakit-penyakit yang diderita dan cara penanganan

di rumah.

Asumsi penelitian adalah seseorang dengan pengetahuan yang

baik akan menyadari bahwa pentingnya kesehatan dalam kehidupan

bermasyarakat sehingga pemanfaatan terhadap fasilitas kesehatan dalam

hal ini Puskesmas sangat dimanfaatkan. Karena pengobatan pada

Puskesmas dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang penyakit

yang diderita, penyebab dan cara penanggulangan juga mendapatkan obat

untuk dikonsumsi sehingga masyarakat merasa aman dan nyaman karena

ditangani oleh petugas kesehatan yang professional di bidangnya.

Responden yang memilki pengetahuan rendah cendrung tidak

memanfaatkan puskesmas dan sebaliknya responden yang memilki

pengetahuan tinggi cendrung memnafaatkan puskesmas untuk

memperoleh pelayanan kesehatan. Pengetahuan dapat dilihat dari tingkat

pendidikan yang dimiliki oleh responden. Dalam penelitian ini,

karateristik responden berdasarkan pendidikan, sebagian besar SMA,

diikuti SMP dan yang paling sedikit adalah perguruan tinggi. Sehingga

dari tingkat pendidikan dapat terlihat jelas bahwa pengetahuan responden

kurang baik dan akhirnya kurang memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

tersedia. Ketidaktahuan responden tentang manfaat puskesmas, apa saja

69
yang dapat diperoleh dari pelayanan kesehatan di puskesmas dan

program-program serta kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat diperoleh

oleh responden dalam memperoleh pelayanan kesehatan menyebabkan

responden tidak ingin memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas.

2. Hubungan Pekerjaan dengan Kemampuan Keluarga Dalam

Menggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja

Puskesmas Uwen Pantai

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 94 responden

yang diteliti, didapatkan bahwa responden yang bekerja sebanyak 48

orang, sebagian besar menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

sebanyak 30 orang dan responden yang tidak bekerja sebanyak 46 orang,

sebagian besar tidak menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

sebanyak 43 orang.

Hal penelitian ini didukung dengan hasil uji statistik yang

menggunakan uji Chi-Square menunjukkan Ha diterima dengan nilai p <

0,05 (p = 0,000) yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara

pekerjaan dengan kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas

pelayanan kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai.

Hasil penelitain ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh

Indra Karana (2017), adanya kecenderungan seseorang yang bekerja lebih

aktif mencari pelayanan kesehatan dibandingkan dengan yang tidak

70
bekerja, disebabkan karena disamping pengetahuannya yang lebih tinggi

juga karena mereka lebih mandiri secara ekonomi sehingga mereka

mencari pelayanan yang lebih lengkap juga akibat dari keterbatasan

waktu yang dimilikinya untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan di

puskesmas sehingga sebagian besar mereka lebih memilih pusat

pelayanan kesehatan lain yang buka sore atau diluar jam kerja mereka.

Sedangkan masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan tetap seperti ibu

rumah tangga cenderung tidak memanfaakan fasilitas pelayanan

kesehatan.

Hal ini didukung oleh peneitian Indra Karana, dkk (2017), hasil

analisis hubungan pekerjaan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan

diperoleh sebanyak 31 (96.9%) responden yang tidak bekerja namun

pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan dan 49 (77,8%) responden

yang bekerja dan juga pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan di

Puskesmas Pasir Kaliki. Hasil uji statistik didapatkan nilai P=0.034

sehingga keputusan uji adalah H0 ditolak, yang artinya ada hubungan

antara responden yang tidak bekerja dan responden yang bekerja dalam

pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Pasir Kaliki. Hasil

analisis diperoleh nilai OR 0.113 yang artinya responden yang tidak

bekerja mempunyai peluang 0.113 kali lebih tinggi untuk memanfaatkan

pelayanan kesehatan disbanding dengan responden yang bekerja.

71
Hasil penelitian ini terdapat kesenjangan yang ditemukan, yakni

dari 48 responden ynag bekerja, terdapat 18 responden yang tidak

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam penelitian yang

dilakukan, responden mengatakan bahwa jarak ke layanan kesehatan

dalam hal ini Puskesmas sangat jauh dari tempat tinggal responden

sehingga membuat responden tidak menggunakan fasilitas kesehatan

untuk tempat melakukan pemeriksaan dan perawatan terhadap kesehatan

maupun pengobatan terhadap penyakit yang diderita sehingga responden

lebih menggunakan pengobatan kampung sebagai pengobatan sehari-hari.

Dalam penelitian ini juga terdapat kesenjangan, ykni dari 46

responden yang tidak bekerja, terdapat 3 orang yang menggunakan

fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam penelitian yang dilakukan,

responden mengatakan bahwa layanan kesehatan di Puskesmas memiliki

biaya yang dapat dijangkau sehingga responden dan keluarga

menggunakan fasilitas kesehatan untuk proses pemeriksaan dan

pengobatan. Karena responden lebih percaya pada tenaga kesehatan

dalam hal ini perawat dan bidan untuk menangani masalah kesehatan.

Asumsi penelitian adalah seseorang yang bekerja, memiliki

penghasilan atau pendapatan yang dapat dimanfaatkan untuk

mengunjungi dan menggunakan fasilitas layanan kesehatan. Pendapatan

keluarga yang diterima digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Ada hubungan (asosiasi) antara tingginya pendapatan dengan besarnya

72
permintaan akan pemeliharaan kesehatan, terutama dalam hal pelayanan

kesehatan modern. Meskipun pemerintah telah menyediakan subsidi

untuk pengobatan secara gratis dalam bentuk program jaminan kesehatan

nasional, tetapi masyarakat juga masih memerlukan biaya seperti

kebutuhan akan biaya transportasi ke sarana pelayanan kesehatan,

ataupun biaya kebutuhan lain saat menjalani perawatan di Puskesmas.

Orang yang bekerja, akan memiliki pengetahuan yang baik dan

pendapatan yang cukup untuk memeriksakan kesehatan pada fasilitas

layanan kesehatan. Dalam penelitian ini, pekerjaan terbesar pada

penduduk wilayah kerja Puskesmas Uwen Pantai adalah petani dan

sebagian besar tidak bekerja. Adanya kecenderungan seseorang yang

bekerja lebih aktif mencari pelayanan kesehatan dibandingkan dengan

yang tidak bekerja, disebabkan karena disamping pengetahuannya yang

lebih tinggi juga karena mereka lebih mandiri secara ekonomi sehingga

mereka mencari pelayanan yang lebih lengkap juga akibat dari

keterbatasan waktu yang dimilikinya untuk memanfaatkan pelayanan

kesehatan seperti di puskesmas atau pelayanan kesehatan lain yang buka

sore atau diluar jam kerja mereka. Sedangkan masyarakat yang tidak

mempunyai pekerjaan tetap seperti ibu rumah tangga cenderung tidak

memanfaatkan layanan kesehatan karena keterbatasan biaya.

73
3. Hubungan Motivasi dengan Kemampuan Keluarga Dalam

Menggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja

Puskesmas Uwen Pantai

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 94 responden

yang diteliti, didapatkan bahwa responden yang motivasi positif,

semuanya menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 33

orang dan responden yang motivasi negatif, semuanya tidak

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 61 orang.

Hal penelitian ini didukung dengan hasil uji statistik yang

menggunakan uji Chi-Square menunjukkan Ha diterima dengan nilai p <

0,05 (p = 0,000) yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara

motivasi dengan kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas

pelayanan kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai.

Hasil penelitain ini sejalan dengan teori Hasbi (2013) pada saat

masyarakat miskin atau kurang mampu menderita sakit, sementara

kemampuan ekonomi rendah mereka memotivasi diri sendiri untuk

memperoleh pelayanan kesehatan, sehingga motivasi untuk

memanfaatkan fasilitas kesehatan meningkat. Seseorang dengan motivasi

tinggi akan berusaha untuk mencari fasilitas layanan kesehatan untuk

mengutamakan kesehatan agar bisa jadi lebih sehat dan dapat

mempertahankan derajat kesehatan.

74
Hal ini didukung oleh peneitian Sonta Imelda (2017) hasil

penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas ibu tidak ada motivasi

sebanyak 54 responden yaitu 60% , minoritas ibu yang mempunyai

motivasi hanya 36 responden yaitu 40%. Dari hasil uji chi square

diperoleh Pvalue=0,035<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan

motivasi ibu dengan prilaku ibu dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan,

yang artinya HO ditolak dan Ha diterima. Besarnya pengaruh hubungan

dapat dilihat dari nilai OR sebesar 1,648, hal ini berarti ibu motivasi

rendah mempunyai peluang 1,6 kali tidak memanfaatkan fasilitas

kesehatan dibandingkan dengan ibu motivasi tinggi untuk memanfaatkan

fasilitas kesehatan.

Asumsi penelitian adalah tingginya motivasi seseorang bisa

didapat melalui orang lain dan diri sendiri. Dalam pemanfaatan fasilitas

kesehatan, seseorang termotivasi lewat informasi yang didapatkan

terutama dari pihak tenaga kesehatan dan adanya pemulihan yang terjadi

sehingga seseorang memiliki motivasi lebih positif untuk memanfaatkan

layanan fasilitas kesehatan. Selain motivasi yang didapat dari orang lain,

motivasi dari diri sendiri juga merupakan hal yang terutama untuk

menjadi semangat bagi seseorang dalam meningkatkan derajat kesehatan

baik pribadi maupun keluarga. Motivasi responden dalam menggunakan

pelayanan kesehatan tergantung kepada pengetahuan yang dimilikinya.

Dilihat dari tingkat pendidikan responden sebagian besar SMA dan SMP,

75
maka terlihat jelas bahwa pengetahuan yang dimiliki juga kurang baik

sehingga motivasi untuk menggunakan fasilitas kesehatan sangat kurang,

jadi responden yang memilki motivasi negatif tentang pemanfaatan

puskesmas karna kurangnya pengetahuan tersebut tentang manfaat dari

puskesmas tersebut sehingga mereka tidak yakin dan tidak memiliki

minat dalam memanfaatkan puskesmas untuk memperoleh pelayanan

kesehatan mereka. Disamping itu mereka juga tidak bisa setuju atau

menerima untuk memanfaatkan puskesmas untuk memperoleh pelayanan

kesehatan mereka karna mereka tidak mengetahui bagaimana puskesmas

tersebut.

76
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai Kecamatan Taniwel

Timur, maka dapat diambil kesimpulansebagai berikut:

1. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan

kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan di

Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai.. Dengan hasil uji Chi Square

didapat nilai p=0,000 artinya nilap p<0,05.

2. Ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan kemampuan

keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan di Wilayah Kerja

Puskesmas Uwen Pantai.. Dengan hasil uji Chi Square didapat nilai

p=0,000 artinya nilap p<0,05.

3. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan kemampuan

keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan di Wilayah Kerja

Puskesmas Uwen Pantai. Dengan hasil uji Chi Square didapat nilai

p=0,000 artinya nilap p<0,05.

77
B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, adapun saran-saran yang peneliti sampaikan

sebagai berikut:

1. Bagi Masyarakat

Disarankan dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada

di puskesmas sebagai tempat untuk berobat apabila ada anggota keluarga

yang sakit.

2. Bagi Puskesmas

Disarankan dapat bermanfaat sebagai informasi dan bahan acuan untuk

mengkaji bagaimana meningkatkan pemanfaatan fasilitas pelayanan

kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai. Mengacu pada

tingkat pendidikan yang dimiliki masyarakat sebagian besar SMA dan

SMP, sehingga perlu adanya penyuluhan terkait dengan pentingnya

fasilitas kesehatan yaitu Puskesmas bagi masyarakat dengan pelayanan

yang baik dan biaya yang dapat dijangkau dan juga fasilitas jaminan

kesehatan yang dapat digunakan sehingga masyarakat dapat termotivasi

untuk menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia tanpa memikirkan

biaya karena keterbatasan biaya yang dimiliki oleh keluarga.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Disarankan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi bagi peneliti lain

yang akan mengembangkan penelitian selanjutnya.

78
DAFTAR PUSTAKA

Anzwar, S. (2014). Metode Penelitian. Yogjakarta: Pustaka Belajar.


Arikunto. (2013). Manajemen Penelitian . Jakarta : Rineka Cipta.
Asmin, A. (2015). Faktor yang berhubungan dengan pemanfataan pelayanan
kesehatan di puskesmas Benteng kabupaten Kepulauan Selayar provinsi
Sulawesi Selatan. Jurusan akk kesehatan masyarakat Universitas Iindonesia
Timur Makassar.
Azwar. (2013). Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan Aplikasi Prinsip Lingkaran
Pemecahan Masalah . Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Azwar, A. (2015). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.
Budianto. (2015). Kualitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Dahlan, S. (2013). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel . Jakarta: Salemba
Medika.
Darmawansyah. (2014). Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan di puskesmas Tamalanrea kota Makassar. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Elita, F., S. 2013. Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Keluarga Terhadap
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Onan Hasang Kecamatan
Pahae Julu Tapanuli Utara.
Elliot, e. a. (2014). Educational Psychology: Effective Teaching, Effective
Learning.3tn ed. . The Mc. Graw Hill Companies, (pp. 332-336).
Friedman, M. M. (2014). Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori dan
Praktek . Jakarta : EGC.
Hasbi, H. 2013. Analisis Hubungan Persepsi Pasien tentang Mutu Pelayanan dengan
Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Poncol Kota Semarang
Hasibuan, S. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia edisi revisi cetakan ke 19.
Jakarta : PT Bumi Aksara.
Hidayat, A. A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.

79
Indra Karana. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengambilan
Keputusan Keluarga Dalam Pemanfaatan Puskesmas Kelurahan Pasir Kaliki.
Jurnal Kesehatan Prima Vol 12, No 2.
Indriaty. (2015). Analisis Pengaruh Tingkat Kualitas Pelayanan Jasa Puskesmas
Terhadap Kepuasaan Pasien. Skripsi. Fakultas Kesehatan: Universitas
Diponegoro.
Kemenkes, RI. (2014). Permenkes RI No 75 Tahun 2014 tentang puskesmas. Jakarta :
Depkes RI.
Kemenkes, RI. (2015). Buku Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan. Jakarta : Kemenkes.
Muninjaya, A. (2016). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan . Jakarta : EGC.
Napirah, R. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Tambarana kecamatan Poso Pesisir
Utara kabupaten Poso. Fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas
Tadulako.
Narimawati, U. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan
Aplikasi . Bandung : Agung Media .
Ni Putu S. Fratika. 2013. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap
Masyarakat Kelurahan Imandi Dengan Tindakan Pemanfaatan Puskesmas
Imandi.
Notoatmodjo, S. (2012). Teori Pengetahuan Praktis edisi 4. Jakarta : Salemba
Medika.
Notoatmodjo, S. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta.
Nototmodjo, S. (2016). Teori Pengetahuan Praktis Edisi 4. Jakarta : Salemba
Medika.
Nursalam. (2014). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis edisi 3.
Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Professional edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013
TentangKriteria Fasilitas Pelayanan Kesehatan Terpencil, Sangat Terpencil,
Dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Yang Tidak Diminati

80
Prasetyawati, A. E. (2015). Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Kebidanan Holistik.
Yogjakarta: Nuha Medika.
Profil Puskesmas Uwen Pantai Tahun 2019 kecamatan Taniwel Timur.
Riskesdas. (2018). Riset Kesehatan Daerah. Jakarta: Menteri Kesehatan RI.
Roy Weku, J. R. (2013). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan di puskesmas Kema kecamatan Kema Kabupaten
Minahasa Utara. fakultas kesehatan masyarakat Universitas Sam Ratulangi
Manado.
Rumengan, D.S, Umbon & Kandou, J. M. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Pada Peserta BPJS Kesehatan di
Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget Kota Manado. Fakustas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Manado.JIKMU Vol. 5
No.1.
Sardiman, A. (2017). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : CV
Rajawali Pers.
Sekaran, U. (2014). Metodologi Penelitian untuk Bisnis Buku I Edisi 4. Jakarta :
Salemba Medika.
Setiadi. (2015). Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogjakarta: Graha Ilmu.
Sonta Imelda. 2017. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu
Bersalin Dalam Pemanfaatan Bpjs Di Puskesmas Tenayan Raya. Jurnal
Endurance Vol 3 No 1.
Sugiyono. (2014). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Surajiyo. (2017). Teori Pengetahuan (Epistimologi), diakses 2 Agustus 2018.
Tombi. (2012). Hubungan Antara Karakteristik Masyarakat Kelurahan Sindulang I
Dengan Pemanfaatan Puskesmas Tuminting . Manado: Universitas Sam
Ratulangi.
Tombi, H. (2015). Hubungan antara karakteristik masyarakat kelurahan Sindulangi
dengan pemanfaatan puskesmas Tuminting. relationship between.
Walgito, B. (2014). Pengantar Psikologi Umum . Jakarta : Andi.
Wibowo. (2016). Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Press.
Wulandari, C. (2016). Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan di UPTD puskesmas langgara kecamatan wawoni barat kabupaten

81
konawe kepulauan. Fakultas kesehatan masyarakat universitas halu
oleo.email:citrawulandari15@yahoo.com.
Yusniar, S., Ashari. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan
Pelayanan Puskesmas Liu Di Desa Bila Kecamatan Sabbangparu Kabupaten
Wajo.

82

Anda mungkin juga menyukai