Anda di halaman 1dari 10

Implementasi Metode Takrir dalam Menghafal Al Quran Bagi

Santri…
Oleh: Mughni Najib

IMPLEMENTASI METODE TAKRIR DALAM MENGHAFALKAN AL QURAN BAGI SANTRI


PONDOK PESANTREN PUNGGUL NGANJUK

Mughni Najib
Program Studi Pendidikan Agama Islam Pascasarjana IAIT Kediri
mugnin@gmail.com

Abstrak.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya keluhan dari teman-teman baik
yang sedang menghafal Al-Qur’an maupun yang sudah hatam Al-Qur’an.
Mereka merasa kesulitan dalam menghafal dan melancarkan Al-Qur’an. Oleh
karena itu perlu penerapan metode Takrir dalam menghafal Al-Qur’an yang
mana metode ini adalah sebagai upaya memperbaiki, menjaga hafalan yang
sudah pernah dihafal agar tetap melekat dalam hati. Berdasarkan latar
belakang di atas ,maka dapat di ambil rumusan masalah, bagaimana proses
implementasi metode Takrir dalam menghafal Al-Qur’an dan apa hasil Yang di
capai dalam implementasi metode Takrir dalam menghafal Al-Qur’an dan
bagaimana praktek evaluasinya. Dalam peneliti ini menggunakan metode
diskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Sementara teknik
pengumpulan data penggunaan metode interview, observasi dan dokumentasi.
Sedangkan dalam menganalisis data penulis menggunakan tiga tahapan
diantaranya, reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Hasil
penelitian menunjukkan: Pertama, Secara keseluruhan Proses implementasi
metode Takrir dalam menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren Punggul Bagor
Nganjuk sudah berjalan dengan baik, hal ini berdasarkan pada adanya realita
bahwa seluruh proses penerapan menghafal Al-Qur’an telah dilaksanakan
dengan menggunakan metode Takrir. Namun masih belum sempurna, terlihat
dengan adanya beberapa problem-problem yang di hadapi. Kedua, Hasil yang
telah di capai dari penerapan metode Takrir terbilang baik dan berhasil,
indikasinya adalah sebagian besar santri tahfidz dapat menghafal setengah Juz
ayat- ayat Al-Qur’an perbulan, itu telah memenuhi target lembaga. Adapun
kaitannya dengan mengevaluasi pengimplementasian metode Takrir akan di
lakukan musyawarah yang berjenjang yaitu setiap 2 atau 3 bulan sekali sesuai
dengan kebutuhan,hal tersebut di lakukan untuk mengetahui tarjet – tarjet
pondok yang telah di dapat dan target-target pondok yang belum tercapai
sehingga untuk memecahkannya membutuhkan musyawarah yang berkala dan
konsisten selain itu musyawarah ini bertujuan untuk menemukan gagasan-
gagasan baru untuk kemajuan pondok.

Kata Kunci : Implementasi Metode Takrir, Menghafal Al-Qur’an

Pendahuluan yang mungkin dapat disisipkan oleh siapa


Al-Qur'an sebagai kitab suci yang pun kedalamnya.
menjadi pedoman hidup bagi setiap Sebagaimana masalah rizqi,
muslim. Berbeda dengan kitab suci yang kedudukan dan pangkat adalah dari Allah
lain, maka Al-Qur'an adalah kitab suci yang SWT. Demikian juga kemurnian Al-Qur'an
keaslian dan kemurniannya telah dijamin adalah telah menjadi Sunnatullah, bahwa
oleh Allah SWT, yang tidak akan Allah telah memberikan rizqi, pangkat
mengalami perubahan, penambahan kepada seseorang biasanya melalui
Page333

maupun pengurangan, tidak ada satu manusia, maka demikian juga Allah SWT,
hurufpun bergeser atau berubah dari memelihara dan menjaga kemurnian Al-
tempatnya, tidak satu huruf atau katapun Qur'an ini pun melalui manusia yaitu

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman


Volume 8, Nomor 3, November 2018
Implementasi Metode Takrir dalam Menghafal Al Quran Bagi
Santri…
Oleh: Mughni Najib

dengan cara memberikan kemudahan ُ ‫اس قَا َل يَ ْق َرأ‬ ٍ َ‫ش ْعبَة ُ َحدَّثَنَا أَبُو ِإي‬ ُ ‫اس َحدَّثَنَا‬ ٍ َ‫َحدَّثَنَا آدَ ُم بْنُ أ َ ِبي ِإي‬
kepada orang-orang yang dikehendaki ‫ح ِق َرا َءة ً لَ ِينَةً يَ ْق َرأ ُ َوه َُو ي َُر ِج ُع‬
ِ ْ ‫ت‬َ ‫ف‬ ْ ‫ور ِة‬
‫ال‬ َ ‫س‬ ُ ‫ح أ َ ْو ِم ْن‬ ْ َ ‫س‬
ِ ْ‫ورة َ الفَت‬ ُ
untuk menghafal Al-Qur'an.1Sebagaimana Artinya: Aku pernah melihat Nabi
Firman Allah SWT membaca saat beliau berada di atas
)‫َولَقَ ْد يَس َّْرنَا ْالقُ ْرآنَ ِل ِلذ ْك ِر فَ َه ْل ِم ْن ُمد َّ ِك ٍر(القمر‬ Untanya yg berjalan, ketika itu beliau
Terjemahanya: Dan Sesungguhnya membaca surat Al Fath atau bagian dari
telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk surat Al Fath, yakni dgn bacaan yg pelan
pelajaran, Maka Adakah orang yang seraya mengulang-ngulangnya. (HR.
mengambil pelajaran ( Al-Qomar : 17 ).2 Bukhari.)”.4
Dengan demikian orang-orang yang Dalam dunia proses belajar mengajar
hafal Al-Qur'an pada hakikatnya (PBM), metode jauh lebih penting dari
adalahorang – orang pilihan yang sengaja materi. Demikian urgennya metode dalam
dipilih oleh Allah untuk menjaga dan proses pendidikan dan pengajaran. Sebuah
memeliharakemurnian Al-Qur'an, dalam proses belajar mengajar bisa dikatakan
hubungan ini Allah berfirman: kemudian tidak berhasil bila dalam proses tersebut
kitab itu Kami wariskan kepada orang- tidak menggunakan metode. Karena
orang yang Kami pilih di antara hamba- metode menempati posisi kedua
hamba Kami, lalu di antara mereka ada terpenting setelah tujuan dari sederetan
yang Menganiaya diri mereka sendiri dan komponen-komponen pembelajaran:
di antara mereka ada yang pertengahan tujuan, metode, materi, media dan
dan diantara mereka ada (pula) yang lebih evaluasi.5
dahulu berbuat kebaikan [1260] dengan Sebuah metode dikatakan baik dan
izin Allah. yang demikian itu adalah efektif manakala bisa mengantar kepada
karunia yang Amat besar. (QS. Fathir : 32 ). tujuan yang dimaksud. Begitupun dalam
Menghafal Al-Qur’an merupakan menghafal Al-Qur’an, metode yang baik
suatu pekerjaan yang sangat mulia. Baik akan berpengaruh kuat terhadap proses
dihadapan manusia, terutama di hadapan hifzhulQur’an, sehingga tercipta
Allah SWT. Banyak keutamaan maupun keberhasilan dalam menghafal Al-Qur’an.
manfaat yang dapat diperoleh dari sang Metode Takrir adalah salah suatu
penghafal, baik itu keutamaan yang cara agar informasi - informasi yang masuk
diperolehnya di dunia maupun di akhirat ke memori jangka pendek dapat langsung
kelak. Disamping itu pula sang penghafal ke memori jangka panjang adalah dengan
Al-Qur’an sangat memegang peranan pengulangan (rehearsal atau takrir), dan
penting dalam menjaga kemurnian dan merupakan salah satu metode dalam
keaslian Al-Qur’an hingga akhir zaman.3 menghafal Al-Qur'an. Peneliti
Jadi pada dasarnya menghafal itu berkeyakinan bahwa metode Takrir sangat
mudah, yang susah adalah menjaga dan penting dalam menghafal Al-Qur'an, karena
mempertahankan hafalan yang sudah kita tanpa proses Takrir (mengulang ulang
miliki agar jangan sampai hilang atau lupa, bacaan) mustahil dapat langsung
karena inilah tantangan yang terbesar yang menghafal Al-Qur'an. Oleh karena itu
dihadapi dan dialami semua penghafal Al- semakin seringmentakrir bacaan akan
Qur’an. Sebagaimana hadist Nabi semakin mudah menghafalnya.6
Muhammad SAW: Metode ini dilatar belakangi oleh
banyaknya keluhan dari teman-teman, baik
‫صلَّى ِب ِه‬َ ‫ي‬ َّ ‫ع ْبدَ اللَّ ِه بْنَ ُمغَفَّ ٍل قَا َل َرأَيْتُ النَّ ِب‬ َ ُ‫س ِم ْعت‬ َ
‫ِير‬
ُ ‫س‬َ ‫ت‬ ‫ي‬ ‫ه‬ِ ‫و‬ ‫ه‬ ِ ‫ل‬ِ ‫م‬ ‫ج‬ ‫و‬َ ‫أ‬ ‫ه‬
ِ ‫ت‬
ِ َ ‫ق‬ ‫َا‬ ‫ن‬ ‫ى‬َ ‫ل‬‫ع‬ ‫ُو‬
‫ه‬ ‫و‬ ُ
َ َ َ َ َ َ َ َ َ ُ‫َوه َُو اللَّه‬
‫أ‬‫ر‬ ْ
‫ق‬ ‫ي‬ ‫م‬ َّ ‫ل‬‫س‬ ‫و‬ ‫ه‬
ِ ‫ي‬
ْ َ ‫ل‬‫ع‬
َ َ َ َ ْ 4Departemen Penerjemah Hadist(2004),
Metode Praktis Menghafal Al-Qur'an, Pustaka Azzam.
1Syakir Ridwan (2000), Study Al-Qur'an, Jakarta, h. 178
Unit Tahfid Madrasatul Qur'an, Tebuireng-Jombang, 5Armai Arief (2002) Pengantar Ilmu dan

h. 1 Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat Press, Jakarta,


Page334

2Muhammad Syaifudin, dkk (2003), Al- h109


Qur’an penyejuk kehidupan, Putra Jaya, Surabaya h.50 6Muhammad Subhan (2004) .metode ilmu
3Ilham Agus Sugianto (2004) Kiat Praktis pendidikan Islam, Biro penerbit dan penegembangan
Menghafal Al-Qur'an, Mujahid Press, Bandung,h. 31 ilmiah, Gresik, h.60

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman


Volume 8, Nomor 3, November 2018
Implementasi Metode Takrir dalam Menghafal Al Quran Bagi
Santri…
Oleh: Mughni Najib

yang sedang manghafalAl-Quran maupun hafalannya pada kyai,kepada


yang sudah hatamAl-Quran, mereka mudhir,mustahik atau kepada seseorang
merasa kesulitan dalam menghafal dan yang telah di otoritas untuk
melancarkan Al-Qur’an. Pondok pesantren menyimaknya,maka penghafal harus
Punggul Bagor Nganjuk adalah suatu melafalkan sebelum disimakkan pada
lembaga pendidikan yang menjadi pusat kyai,mudhir dan lain-lain, sebagaimana
pendidkan,salah satunya untuk menghafal penjelasan berikut:
Al-Qur'an, mendalami dan mengamalkan a. Terlebih dahulu penghafal melihat
isi kandungan Al-Qur'an. mushaf (bin nadzar) sebelum
Pondok Pesantren Punggul Bagor disetorkan pada kyai tentang materi
Nganjuk merupakan salah satu pondok hafalannya.
pesantren di wilayah nganjuk yang b. Setelah di baca dengan melihat pada
membuka kesempatan bagi generasi muda mushaf dan terus ada
Islam untuk belajar tahfidzul Qur’an.Untuk bayangan,kemudian di baca dengan
mencapai suatu tujuan teresebut tanpa melihat mushaf minimal 3 kali
diperlukan strategi atau cara yang jitu dan dalam satu kalimat, dan maksimal tidak
sesuai dengan yang di butuhkan,Sehingga terbatas. Apabila tidak ada bayangan
tujuan yang diinginkan dapat tercapai. maka harus ditingkatkan sampai
Demikian pula menjadi hafal betul.
denganpelaksanaanmenghafal Al-Qur’an, c. Apabila dalam satu kalimat itu sudah
diperlukanstrategiataumetode yang ada bayangan,maka di tambah lagi
memudahkanuntukmencapaihasildenganm hafalannya sehingga sempurna menjadi
aksimal.Pondok pesantren Punggul Bagor satu ayat. Materi-materi baru ini selalu
Nganjuk dalam mengahafal Al-Qur’an dihafalkan sebagaimana penghafal
menggunakan metode takrir,metode ini di dalam materi pertama tadi, kemudian
rasa amat gampang dan memudahkan mengulang-ualng kembali pada hafalan
santri untuk menggunakannya, karena yang udah terlewati, minimal empat
dilakukan bersama-sama sehingga kali maksimal tidak terbatas sampai
semangat santri akan meningkat. benar-benar hafal.Apabila dalam satu
Penulis telah melakukan observasi materi itu tidak hafal,maka tidak boleh
terhadap santri-santri yang belajar pindah pada meteri berikutnya.
tahfidzdi Pondok Pesantren Punggul Bagor d. Setelah materi satu ayat ini dikuasai
Nganjukdan memperoleh hasil bahwa,para hafalannya dengan hafalan yang benar-
santri telah menggunakan metode tersebut benar lancar, maka diteruskan dengan
dalam pelaksanaan hafalan mereka. menambah materi baru dengan
Berdasarkan latar belakang tersebut, membaca atau melihat(bin nadzar)
penulis menyusun sebuah Tesis dengan terlebih dahulu dan mengulang seperti
judul: ”Implementasi Metode Takrir dalam pada materi pertama. Setelah ada
Menghafalkan Al-Quran bagi Santri bayangan lalu dilanjutkan dengan
Pondok Pesantren Punggul Nganjuk.” membaca tanpa melihat sampai benar-
benar hafal sebagaimana menghafal
Metode–metode dalam menghafal Al- ayat pertama.
Qur’an e. Sesudah mendapat hafalan ayat dengan
Dibawah ini akan di uraikan baik dan lancar tidak terdapat
tentang metode –metode yang kesalahan lagi, maka hafalan tersebut
familier,metodeyangsecara khusus sering diulang-ulang mulai dari ayat pertama
diterapkan dan lazim digunakan dalam ditingkatkan ke-2 minimal 3 kali dan
menghafal Al-Qur’an yaitu: maksimal tidak terbatas. Begitu pula
ketika menginjak ayat-ayat berikutnya
Page335

Metode Tahfidz sampai ke batas waktu yang telah


Yang dimaksud metode ini,dimana ditargetkan.
sebelum penghafal menyetorkan

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman


Volume 8, Nomor 3, November 2018
Implementasi Metode Takrir dalam Menghafal Al Quran Bagi
Santri…
Oleh: Mughni Najib

f. Setelah materi yang ditentukan memperhatikan dan sambil menghafalnya


menjadi hafal dengan baik dan lancar, dalamhati.9
kemudian disetorkan pada kyai atau
kepada orang yang di beri otoritas Metode Gabungan
untuk disimakkan hafalannya serta Metodeinimerupakangabunganantar
mendapatksn petunjuk-petunjuk dan a metode pertama dan kedua,
bimbingan seperlunya. yaknimetodewahdahdanmetodekitabah.H
g. Pada hari kedua,penghafal mengajukan anyasajakitabah(manulis)di sini lebih
hafalan barunya kepada kyai atau memiliki fungsional sebagai uji coba
kepada orang yang di beri terhadap ayat-ayatyang telah dihafalnya.
wewenang dan seterusnya.7 Maka dalamhal ini, setelah penghafal
selesai menghafal ayat yangdihafalnya,
Metode Wahdah kemudian iamencoba menulisnya di atas
Yang dimaksud dengan metode kertas yang telah disediakan untuknya
ini,yaitu menghafal satu persatu terhadap dengan hafalan pula.
ayat-ayat yang hendak dihafalkannya. Setelah ia telah mampu
Sebagai awal, setiap ayat dibaca sepuluh mereproduksi kembali ayat-ayat yang
kali atau lebih,sehingga proses ini mampu dihafalnyadalam bentuktulisan,
membentuk pola dalam bayangannya. makaiamelanjutkan kembali
Setelah benar-benar hafal barulah untukmenghafalayat-ayatberikutnya,
dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya tetapi jika penghafal belum mampu,
dengan cara yang sama,demikian mereproduksi hafalannya kedalam tulisan
seterusnya hingga mencapai satu muka secara baik, makaiakembali
dengan gerak reflek pada lisannya. Setelah menghafalkannya sehingga ia benar-benar
itu dilanjutkan membaca dan mengulang- mencapai nilai hafalan yang valid.10
ulang lembar tersebut hingga benar-
benarlisan mampu memproduksi ayat- Metode Jama’
ayat dalam satu muka tersebut secara Yang dimaksud dengan metode ini,
alami,atau reflek dan akhirnya akan ialah caramenghafal yang
membentuk hafalan yang representatif.8 dilakukansecarakolektif,yakniayat-ayat
yang dihafaldibacasecara kolektif, atau
Metode Kitabah bersama-sama, dipimpin oleh seorang
Kitabah artinya menulis. Metode ini instruktur/ guru.11
memberikan alternatif lain daripada
metode yang pertama. Pada metode ini Metode Talaqqi
penulis terlebih dahulu menulis ayat-ayat Talaqqi artinya belajar secara
yang akan dihafalnya pada secarik kertas langsung kepada seseorang yang ahli
yang telah disediakan untuknya. dalammembacaAl-
Kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya Qur’an.Metodeiniyanglebihseringdipakaio
sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu rang untuk menghafal Al-Qur’an, karena
dihafalkannya.Menghafalnya bisa juga metode ini mencakup dua faktor yang
dengan sangat menentukan yaitu adanya
metodewahdahataudenganberkali- kerjasama yang maksimal antara guru dan
kalimenuliskannya sehingga dengan murid12
berkali-kalimenuliskannya iadapat sambil .

9Ibid h.41
10http://matahari

ppg.blogspot.com/2013/10/metode menghafal Al-


7Metode Menghafal Al-Qur’an (2009), Qur’an.html
Page336

Strategi Belajar Mengajar ,Teras, Yogyakarta, hal. 1 11Heri Syaifullah (2005) metode menghafal
8 Muhaimin Zubaid (1996), bimbingan Al-Qur;an, Pekalongan, h.57
praktis menghafal al-qur’an, pustaka al-husna baru. 12Hasan Langgulung (1988), Asas-asas
Jakarta, h. 249 pendidikan Islam, Pustaka Al-Husna, Jakarta, h.54

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman


Volume 8, Nomor 3, November 2018
Implementasi Metode Takrir dalam Menghafal Al Quran Bagi
Santri…
Oleh: Mughni Najib

Metode Jibril kepala. Metode yang digunakan Nabi


Pada dasarnya, istilah metode mengajar para sahabat tersebut, dikenal
Jibril adalah latarbelakangi perintah Allah dengan metode belajar kattab. Disamping
SWTkepada Nabi Muhammad SAW menyuruh menghafalkan, Nabi menyuruh
untukmengikuti bacaan Al- Qur’an yang kattab (penulis wahyu) untuk menuliskan
telah dibacakan oleh malaikat Jibril, ayat-ayat yang baru diterimanya itu.14
sebagai penyampai wahyu, Allah SWT
berfirman Alloh: Artinya: Apabila Kami Metode Isyarat
telah selesai membacakannya Maka Prinsip dasar metode ini ialah
ikutilah bacaannya itu. (Q.S. Al-Qiyamah: seorang guru, pembimbing dan orang tua
18). Berdasarkan ayat diatas, maka intisari memberikan gambaran tentang ayat-ayat
teknik dari Metode Jibril adalah taqlid- Al-Qur'an. Setiap kata dalam setiap ayat Al-
taqlid(menirukan), yaitu santri menirukan Qur'an memiliki sebuah isyarat. Makna
bacaan gurunya. Dengan demikian metode ayat dipindahkan melalui gerakan-gerakan
Jibril bersifat teacher-centris, dimana tangan yang sangat sederhana, dengan cara
posisi guru sebagai sumber belajar atau ini anak dengan mudah memahami setiap
pusat informasi dalam proses ayat Al-Qur'an, bahkan dengan mudah
pembelajaran. Selain itu praktek Malaikat menggunakan ayat-ayat tersebut dalam
Jibril dalam membacakan ayat- ayat Al- percakapan sehari-hari. Misalnya, untuk
Qur’an kepada Nabi MuhammadSAW menghafal QS. Al-Ikhlas ayat 1 yaitu
adalah dengan tartil (berdasarkan tajwid dengan gerakan tangan kanan dijulurkan
yang baikdan benar). Karena itu, metode ke atas dan membuka jari penunjuk
Jibril juga diilhami oleh kewajiban dengan menelangkupkan jari lain (selain
membaca Al-Qur’an secara tartil, Allah jari penunjuk). Dan itu sebagai isyaroh atau
SWT berfirman: petunjuk bahwasannya Tuhan itu hanya
satu yaitu Allah SWT.
‫اوزدعليه ورتل القران ترتيال‬ Menghafal Al-Qur’ah adalah sebuah
Artinya:Atau lebih dari seperdua upaya untuk memudahkan seseorang
itu.dan bacalah Al-Quran itu dengan didalam memahami dan mengingat isi-isi
perlahan-lahan. (QS.Muzammil : 4) Al-Qur’an dan untuk menjaga keotenti-
Dan metode Jibril juga di ilhami kannya serta menjadi sebuah amal saleh,
oleh peristiwa turunnya wahyu secara tentunya dalam hal ini perlu metode yang
bertahap yang memberikan kemudahan tepat sehingga file hafalan yang disimpan
kepada para sahabat untuk menghafalnya dalam otak manusia bisa tersimpan dengan
dan memaknai makna-makna yang bagus sehingga hafalannya sangat kuat15
terkandung didalamnya.13
Inti sari teknik dari metode Jibril Metode Takrir
adalah taqlid-taqlid (menirukan), yaitu Metode ini merupakan suatu
murid menirukan bacaan gurunya. Dengan metode untuk mengulang-ulang hafalan,
demikianmetode Jibril bersifat teacher- Jadi metode takrir ini sangat penting sekali
centris, dimana posisi guru sebagai sumber diterapkan, karena menghafalkan serta
belajar atau pusat. menjaga hafalan merupakan suatu kegiatan
Informasi dalam proses pem- yang sulit dan kadangkala terjadi
belajaran. Metode ini sudah dipakai pada kebosanan. Sangat dimungkinkan sekali
zaman Rasulullah dan para sahabat. Setiap suatu hafalan yang sudah baik dan lancar
kali Rasulullah SAW menerima wahyu menjadi tidak lancar atau bahkan menjadi
yang berupa ayat-ayat Al-Qur’an, beliau hilang sama sekali. Sewaktu takrir, materi
membacanya di depan para sahabat,
kemudian para sahabat menghafalkan 14Amanah (1991), Pengantar Ilmu Al-Qur’an
Page337

ayat-ayat tersebut sampai hafal di luar & Tafsir , As-Syifa, Semarang, h. 104
15Anissatul Mufarrokah (2009), Strategi
13Ahsin WAl-hafidz (2005), Al-Qur'an di Belajar Mengajar dengan cepat, Teras, Yogyakarta, h.
hati, PT. Bumi Aksara, Jakarta, h. 5-6 1

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman


Volume 8, Nomor 3, November 2018
Implementasi Metode Takrir dalam Menghafal Al Quran Bagi
Santri…
Oleh: Mughni Najib

yang diperdengarkan kehadapan hubunganya sehingga menjadi sesuatu


instruktur harus selalu seimbang dengan yang bermakna.
tahfidz yang sudah dikuasainya. Jadi tidak Penerapan metode taqrir ini
boleh terjadi bahwa tahfidz yang telah di berarti penyimpanan informasi di dalam
hafalkan, jauh ketinggalan dari yang gudang memori atau brain dan seberapa
dihafalnya dengan metode Takrir. lama kekuatanya juga tergantung pada
Tepatnya materi tahfidz satu juz yang individu. Ada orang yang memiliki daya
terdiri dari dua puluh halaman, maka ingat kuat,sehingga menyimpan infomasi
dalam menghafalkan dengan metode dalam waktu lama,meskipun tidak atau
Takrir harus mendapat imbangan sekira jarang diulang, sementara yang lain
tidak memberatkan bagi seorang hafidz, memerlukan pengulangan secara berkala
demikian seterusnya. Dan apabila materi bahkan cenderung terus-menerus. Perlu di
satu juz itu sudah mendapat imbangan, tegaskan bahwa gudang memori itu tidak
umpama tahfidznya sudah mendapat dua akan penuh dengan informasi – infornasi
puluh halaman, maka kesempatan untuk yang di masukan ke dalamnya walaupun
menghafal Al-Qur’an dengan metode Takrir disimpan berulang-ulang, kerena
bisa ditambahkan sesuai dengan kemampuanya menurut para pakar
kebutuhan. psikologi nyaris tanpa batas. Hanya perlu
Takrir sebagian dari proses di ketahui bahwa belahan otak (otak
menghafalkan Al-Qur`an yang juga sebagai kanan dan otaak kiri) mempunyai fungsi
kunci keberhasilan dari semua yang yang berbeda. Fungsi belahan otak kiri
diusahakan dalam menghafalkan dan terutama untuk menangkap persepsi
menjaga hafalan Al-Qur`an pada diri kognitif, menghafal, berpikir linier dan
seseorang. Menghafalkan Al-Qur’an dengan teratur. Sedangkan belahan otak kanan
metode Takrir itu mudah dan efisien, itu lebih terkait dengan persepsi imajinatif,
harus imbangi dengan usaha pengulangan dan kreatif .
secara ketat, karena kalau hafalan yang Metode takrir menjadi solusi yang
sudah ada tidak akan bertahan lama dan paling tepat untuk di terapkan di pondok
akan sia-sia jikalau pemelihara’an tidak pesantren Punggul karena sesuai dengan
dilaksanakan. Karena hal yang telah keadaan santri yang ada di
dihafalkan tadi akan tertimbun dengan sana,kebanyakan santri tahfidz pondok
hafalan yang baru dan begitu seterusnya. Punggul masih bersekolah formal
Sedangkan kunci keberhasilan menghafal diantaranya masih ada yang SMP dan
Al-Qur`an adalah mengulang-ulang hafalan sederajat, SMA, SMK dan lain-lain.
yang dihafalkannya yang disebut “takrir”16 Sehingga dalam kaitannya dengan waktu
maka hampir setengah harian penuh
Hasil Penelitian waktu mereka dihabiskan di sekolahan
Implemenentasi Metode Takrir di Pondok mereka masing-masing, yaitu mulai pukul
Pesantren Punggul 07.00 pagi sampai pukul 14.00 siang.
Implenetasi metode Takrir Dengan fenomena itulah maka menghafal
menggunakan beberapa langkah antara Al-Qur’an di pondok pesantren Punggul
lain: a) Maintenance rehearsal, yaitu dengan menggunakan metode Takrir
pengulangan untuk memperbarui ingatan sangatlah efektif dan efisien. Adapun hal-
tanpa mengubah struktur (sekedar hal yang dipaparkan yang berkaitan
pengulangan biasa) atau disebut juga dengan implementasi metode Takrir
pengulangan tanpa berpikir. b) Elaborative untuk menghafal Al-Qur’an bagi santri di
rehearsal, yaitu pengulangan yang pondok pesantren Punggul ,ini merupakan
diorganisasikan dan di proses secara aktif, hasil penelitian selama kurang lebih 3
serta dikembangkan hubungan– bulan.
Page338

Adapun Keunggulan implementasi


Metode Takrir di pondok pesantren
16Mohammad Irwansyah (2009), Strategi Punggul adalah sebagai berikut:
menghafal cepat, Pustaka Amani, Yogyakarta, h.1

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman


Volume 8, Nomor 3, November 2018
Implementasi Metode Takrir dalam Menghafal Al Quran Bagi
Santri…
Oleh: Mughni Najib

a) metode yang efektif untuk klasikal dan yang kedua adalah sistem
semua santri hal itu di buktikan dengan, modern. Adapun yang dimaksud sistem
ntusiasnya para santri dalam Klasikal adalah sebuah sistem yang yang
mengikutinya,walaupun belum mana dalam pembelajarannya masih
keseluruhan.b) Metode sangat simpel dan menggunakan cara-cara yang natural atau
praktis bisa dipahami semua santri, c) alami dan manual,tidak dengan alat-alat
Waktu belajar yang singkat, dengan teman yang menggunakan teknologi yang
banyak sehingga lebih semangat dan canggih. Sedangkan yang dimaksud dengan
kompetitif, d) Proses belajar yang sistem modern adalah sebuah sistem KBM
memastikan setiap peserta lancar dan yang dalam pembelajarannya
benar membaca Al-Qur’an. menggunakan alat atau sarana prasarana
Menurut Yai bahwa metode taqrir yang canggih. Maka dari itu dalam
merupakan Metode sangat penelitian ini ditemukan implementasi
mudah,cepat,dan menyenangkan dalam metode takrir untuk menghafal Al-Qur’an
menghafal Al-Qur’an, dan hampir semua di pondok pesantren Punggul, dalam
siswa mampu mengafalkan Al-Qur’an proses menghafal Al-Qur’an di pondok
secara maksimal. pesantren Punggul ini, masih
Dengan demikian maka metode menggunakan sistem dan cara tradisional,
Takrir ini sesuai dengan pendapat yang hal tersebut tidak bisa di pungkiri karena
telah di sampaikan oleh seorang pakar kebanyakan para ustadz yang ada di
pendidik dan seorang sosilog dari prencis pondok Punggul ini adalah lulusan atau
yaitu Jacques Barzun berkata”Dalam alumni dari pondok salaf seperti lulusan
mengajar, Anda tidak bisa melihat hasilnya dari pon-pes Lirboyo, Mojosari, Kremyang,
dalam satu hari kerja. Mungkin hasilnya Perak (Jombang) dan lain-lain. Sehingga
baru kelihatan 20 tahun kemudian.” Maka para ustadz dalam mengajar para santri di
dengan demikian dalam upaya pon-pes Punggul juga menggunakan
menghafalkan Al-Qur’an maka harus metode-metode yang meraka dapatkan
dengan cara kesabaran dan kesungguhan dari pondok mereka masing-masing,
serta niat yang kuat. kemudian mereka terapkan di pon-pes
Dari berbagai informasi yang telah Punggul. Saya selaku peneliti setuju
dipaparkan secara lugas oleh para dengan cara mereka hal tersebut
informan,maka dapat di analisis bahwa ada bertujuan untuk tetap menjaga tradisi
dua temuan, temuan yang pertama terkait pondok-pondok salaf di Nusantara agar
jalan akses untuk menuju pon-pes Punggul tetap eksis dan survive dalam perubahan
masih berupa tanah liat (belum aspal) zaman, selain itu untuk menangkal
sehingga untuk menuju ke sana di menepis dan menyanggah sebuah
butuhkan ekstra konsentrasi karena anggapan bahwa pondok pesantren adalah
medan yang di tempuh merupakan jalan bukan gudangnya paham radikal yang
persawahan yang banyak genangan- semakin marak di tahun-tahun ini, hal ini
genangan air dan berlumpur ketika musim sesuai dengan pernyataan yang telah di
penghujan atau ketika saat para petani ungkapkan oleh al-mukarom KH.Hasyim
memulai bercocok tanam dan saat panen, Muzadi,”pondok pesantren tidak mengenal
karena intensitas penggunaan jalan akan istilah radikal dan bukan pula sarang
meningkat sehingga jalan akan mudah teroris” Dan untuk menyangkal anggapan
rusak karena kelebihan muatan (over kebanyakan orang yang menilai bahwa
kapasitas). pon-pes adalah sebuah lembaga yang
Dan temuan yang kedua adalah termaginalkan maka seyogyanya pon-pes
terkait sistem yang berjalan di pondok dalam pembelajarannya juga menggunakan
pesantren Punggul khususnya pada perangkat elektronik seperti menggunakan
Page339

program Tahfidznya,dalam sebuah upaya perangkat komputer dan lain-lain, agar


kegiatan KBM itu terdiri dari 2 komponen lulusan pondok bisa bersaing secara
sistem, yaitu pertama adalah sistem kompetitif dengan lulusan-lulusan sekolah

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman


Volume 8, Nomor 3, November 2018
Implementasi Metode Takrir dalam Menghafal Al Quran Bagi
Santri…
Oleh: Mughni Najib

formal/sekolah modern ,dengan demikian Dari beberapa Nara sumber di atas


maka di satu sisi pon-pes tetap maka bisa disimpulkan, semua santri
mempertahankan kesalafannya dan di satu tahfidz setelah selesai membaca Al-Qur’an
sisi pon-pes tidak ketinggalan zaman, tidak bersama-sama selama waktu yang telah
gaptek dan tidak termaginalkan. ditentukan dan jumlah pengulangan yang
Dari wawancara dari berbagai telah ditentukan maka oleh ustadz Nadzir
narasumber mengenai menghafal Al- atau ustadz Nasrudin santri disuruh untuk
Qur’an dengan cara dibaca bersama-sama mengulang hafalnnya dengan bergiliran
dan diulang-ulang sesuai dengan batasan setra tanpa melihat Al-Qur’annya, dan bagi
yang ditentukan sesuai dengan keterangan santri yang sudah lancar maka dia tidak
di atas,maka dapat diambil kesimpulan mengulang hafalannya akan tetapi bagi
bahwasanya terkait menghafalkan Al- santri yang belum lancar maka akan
Qur’an di pon-pes Punggul benar dengan disuruh mengulang oleh ustadznya, sampai
menggunakan cara dibaca bersama-sama dirasa semua lancar. Dengan demikian
dan diulang-ulang sesuai dengan batasan maka menghafal Al-Qur’an di pondok
yang telah ditentukan oleh seorang ustadz, pesantren Punggul termasuk pendidikan
saya selaku penulis setuju dengan metode otoriter, yang dimaksud dengan
membaca bersama yang di laukukan oleh pendidikan otoriter menurut Mahfudh
ustadz –ustadz tahfidz yang ada di pondok Shalahuddin ”Pendidikan yang mana anak
pesantren Punggul, hal itu akan senantiasa mengikuti apa yang disuruh oleh
mendatangkan beberapa manfaat dan seorang guru.”18
keunggulan diantaranya, yang pertama Dari berbagai keterang dari
adalah santri akan menjadi lebih semangat informan di atas maka dapat di simpulkan
karena mengingat teman-temannya bahwa para santri melakukan murajaah
banyak, kedua ustadz akan menjadi mudah hafalannya setiap hari kecuali hari jum’at
untuk mengamati bacaan para santri- dilakukan setelah jamaah shalat subuh
santrinya, hal tersebut sesuai dengan kemudian para santri melakukan tahfidz bil
landasan pendidikan yang telah dicetuskan goib dalam satu majlis yang dilakuakan
oleh Ki Hajjar Dewantara, yang dinyatakan sekiar jam 04.00 sore, dengan demikian
dengan ungkapan ”ing ngarso sung thulodo, maka ada tiga hal pokok yang rutin
ing madyo mangun karso, tut wuri dilakukan oleh para santri tahfidz, pertama
handayani”17, yang artinya adalah di depan para santri melakukan tahfidz dengan
memberi contoh, di tengah membimbing metode Takrir, kedua para santri
dan di belakang memberi semangat. melakukan murajaah seusai shalat Subuh,
Dengan demikian maka apa yang telah di dan yang ketiga para santri melakukan
lakukan oleh para ustadz di pondok tahfidz bil goib dalam satu majlis. Menurut
pesantren Punggul itu, jika di lihat dari Confucius seorang filosof dan seorang
sudut pandang pendidikan maka mereka psaikolg dari China berkata ”Saya
telah mengamalkan nilai-nilai luhur yang mendengar dan saya lupa. Saya melihat dan
telah ditanamkan oleh Ki Hajjar Dewantara saya ingat. Saya lakukan dan saya
yaitu para ustadz pertama memberikan paham.”19 dengan itu maka murajaah
contoh kemudian membimbing dan sangatlah diperlukan untuk mengingat-
memberikan semangat kepada para santri. ingat hafalan yang telah dihafalkannya.
Dan menurut Colin Powel” Tidak ada
rahasia untuk sukses. Ini adalah hasil Hasil yang telah di Capai
sebuah persiapan, kerja keras, dan belajar Dari ulasan keterang yang diambil
dari kesalahan.” Jadi dengan demikian dari beberapa informan di atas maka dapat
maka bisa disimpulkan tidak ada kata tidak di simpulkan bahwa kegiatan tahfidzul
bisa, tidak ada kesuksesan tanpa kerja
Page340

keras. 18Mahfudh Shalahuddin (1986), Pengantar

Psikologi Umum, Sinar Wijaya, Surabaya, h. 49


17Gunarsa dkk (2008), Psikologi Remaja, 19David Smith (1983), Remambering
Raja Wali Press, Jakarta, h. 124-125 Pustaka, Indah, Jakarta, h. 122

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman


Volume 8, Nomor 3, November 2018
Implementasi Metode Takrir dalam Menghafal Al Quran Bagi
Santri…
Oleh: Mughni Najib

qur’an di pondok pesantren Punggul secara tidak cukup untuk dipecahkan oleh
keseluruhan telah berhasil, mengingat perseorangan atau hanya dengan
kegiatan santri padat yaitu selain para kelompok kecil melainkan harus dilakukan
santri menghafal Al-Qur’an, mereka dengan musyawarah yang sifatnya besar
sebagian besar juga sekolah formal, sebagai dan menyeluruh, merangkul semua
indikasi keberhasilan santri adalah para komponen serta tidak ada intimidasi, oleh
santri bisa mengulang hafalannya setengah karena itu saya sebagai penulis setuju
juz setiap bulan, sesuai dengan tarjet yang dengan gagasan yang telah disodorkan
telah ditentukan oleh lembaga, dan bagi oleh bapak Masdar, jadi untuk
para santri yang bisa hafal Al-Qur’an 5 juz musyawarahnya dilakukan 2 bulan atau 3
ke atas akan diikutkan event-event yang bulan sekali sesuai kebutuhan dan untuk
berkenaan dengan kegiatan tahfidzul semua santri diberikan kartu prestasi hal
qur’an, sperti mengikuti semaan Al-Qur’an itu bertujuan untuk mengetahui dan
di kecamatan Wilangan yang rutin di memonitor tingkat prestasi para santri
lakukan setiap selapan sekali dan acara baik santri tahfidz atau santri diniyah.
rutinann Al-Qur’an malam 29 Ramadhan di
masjid Baiturrahim Manggarejo, dengan Kesimpulan
indikasi-indikasi di atas maka Berdasarkan hasil analisis di atas
menghafalkan Al-Qur’an dengan metode yang telah diuraikan yaitu yang berkenaan
Takrir bisa dilakukan secara beriringan tentang implementasi metode Takrir
dengan kegiatan lainnya seperti sekolah dalam menghafalkan Al-Qur’an bagi santri
formal, dan itu terbukti efektif. di pondok pesantren Punggul Nganjuk
Dari berbagai keterangan yang tahun 2017, maka dapat kita ambil
telah dipaparkan oleh para informan maka kesimpulan: 1) Implemenentasi Metode
dapat disimpulkan bahwa praktek Takrir di Pondok Pesantren Punggul, 2)
evaluasi implementasi metode Takrir hasil penerpan metode taqriri pondok
untuk menghafalkan Al-Qur’an tetap pesantren Punggul Bagor Nganjuk, dapat
dilakukan kendati tarafnya masih kecil, dengan dengan mudah santri mengingat
artinya dalam musyawarah masih kembali, artinya dapat mempertajam
dilakukan secara individual yaitu antara ingantan santri dalam menghafal Al
ustadz satu dengan ustadz yang lainnya Qur’an.
atau ustadz dengan duriyah saja sehingga
dalam musyarah itu, belum melibatkan
semua elemen kayak banyak seperti Daftar Pustaka
melibatkan santri, tokoh masyarakat,
masyarakat, wali santri, dan lain-lain, Shihab, Quraish (1998), Wawasan Al-
selain itu jika ada musyawarah itupun Qur'an, Bandung: Mizan Press
dirasa terlalu lama dan terlalu jarang Sa'dulloh (2008), 9 Cara Praktis Menghafal
dilakukan yaitu satu tahun hanya 2 kali, Al-Qur'an, Jakarta: Gema Insani
yang dilakukan tiap 6 bulan sekali, hal Ridwan, Syakir (2000), Study Al-Qur'an,
tersebut menurut saya sebagai penulis, Jombang: Unit Tahfid Madrasatul
kurang efektif dan efisien alasanya jeda Qur'an
waktunya terlalu lama sehingga hal Muhammad Syaifudin, dkk (2003), Al-
tersebut akan menyebabkan intensitas Qur’an penyejuk kehidupan,
pertemnuan untuk membahas, Surabaya : Putra Jaya,.
memaparkan hal-hal yang sudah tercapai, Basthul B, Maftuh (2010), 100 tanya jawab
yang belum tercapai, gagasan-gagasan Al-Qur’an,MMQ Kediri: Lirboyo,
untuk mencapai tujuan yang belum Sugianto, Agus, Ilham (2004) Kiat Praktis
tercapai, bagaimana penerapannya, Menghafal Al-Qur'an, Bandung:
Mujahid Press,
Page341

kendala-kendala yang dihadapi baik dari


santri maupun ustadz, dan lain-lainnya,
yang mana untuk memecahkan semua itu

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman


Volume 8, Nomor 3, November 2018
Implementasi Metode Takrir dalam Menghafal Al Quran Bagi
Santri…
Oleh: Mughni Najib

Departemen Penerjemah Hadist (2004), Siregar, Suryadi (1996) Pondok Pesantren


Metode Praktis Menghafal Al- Sebagai Model Pendidikan Tinggi.
Qur'an, Jakarta: Pustaka Azzam. Bandung.: Kampus STMIK
Armai, Arief (2002) Pengantar Ilmu dan Al-Fairuz abadi (2015), Al-Qamus Al-
Metodologi Pendidikan Islam muhith, Surakarta. Al-qowam,
Jakarta: Ciputat Press Az-Zarqani, Abdul (2013), Manahil Al-Irfan,
Subhan, Muhammad (2004). metode ilmu j. I, Surabaya. Al-alam,
pendidikan Islam, Gresik: Biro Al-asom, Aziz (1997), ullumul kalam,
penerbit dan pengembangan Yogyakarta. Pustaka ilmu,
ilmiah, Ilham, Saiful (2002), Al-Qur’an gemilang,
Rochidin, Wahab (2004). Sejarah Citra galery, Bandung.
Pendidikan Islam di Indonesia, Al-Qaisi (1998), Lentera Al-Qur’an, Jakarta.
Bandung: Alfabeta Puspa merdeka,
Irfan, Hielmy (2000) Wancana Islam, Zen, Muhaimin (1996), bimbingan praktis
Ciamis: Pusat Informasi Pesantren menghafal al-qur’an Jakarta:
Fatah, H, Rohadi Abdul (2005), Rekontruksi Pustakaal-husna baru.
Pesantren Masa Depan, Jakarta: PT. Ramayulis (2006), bimbingan praktis
Listafariska Putra menghafal al-qur’an, Jakarta: Kalam
HS, Mastuki, El-sha, M. Ishom (2006) Mulia
Intelektualisme Pesantren, Jakarta: Shalahuddin, Mahfudh (1996), Kiat-kiat
Diva Pustaka seorang Hafidz, Sinar Wijaya,
Haedari, H. Amin (2007), Transformasi Surabaya.
Pesantren, Jakarta: Media Metode Menghafal Al-Qur’an (2009),
Nusantara Strategi Belajar Mengajar Teras,
Fuad, Anwar (2009) Majalah Tajdid Ciamis: Yogyakarta.
Lembaga Penelitian dan Zubaid, Muhaimin (1996), bimbingan
Pengembangan, praktis menghafal al-qur’an,
Subhan, dkk (2012) Potret Pesantren Pena Jakarta. Pustaka al-husna baru.
Santri, Kediri, Al-hafidz, Ahsan (2005), Al-Qur'an di hati,
Dhofier Zamakhsyari (1983) Tradisi Jakarta. PT. Bumi Aksara,
Pesantren, LP3ES, Jakarta. Amanah (1991), Pengantar Ilmu Al-Qur’an
Subhan, Muhammad (2014), menelusuri & Tafsir , Semarang. As-Syifa,
sudut-sudut dan peran pesantren Langgulung, Hasan (1988), Asas-asas
sebagai lembaga pendidikan tertua, pendidikan Islam, Jakarta. Pustaka
Surakarta: Pena Santri. Al-Husna,
Hasbullah (2001) Sejarah Pendidikan Islam Mufarrokah, Anissatul (2009), Strategi
Di Indonesia, PT Raja Grafindo, Belajar Mengajar dengan cepat,
Jakarta. Yogyakarta. Teras,
Harahab,Husain (2004) Perjuangan Santri, Irwansyah, Muhammad (2009), Strategi
Bandung: Bina Karya, menghafal cepat, Yogyakarta.
Shaleh, Abdurrahman (2009), Pustaka Amani,
Menggerakkan Tradisi, Esai Arifin Ilham, Muhammad (1996), Ilmu
Pesantren, Pendidikan Al-Qur’an, Jakarta. Bumi
Amin, Rais (9999 ) Cakrawala Islam Antara Aksara,
Cita Dan Fakta, Bandung: Mizan,. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Abas, Ibnu (1988)Pondok Cemerlang, (1995), Kamus Besar Bahasa
Yogyakarta: Menara Agama, Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
Ahmadi, Abu (2006), Ilmu pendidikan Bahri Djamarah, Saiful (2002), Ulummul
Islam, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Qur’an, Jakarta: PT. Rajawali Press,
Page342

Uhbiyati, Nur (2006), Pesantren Munawir (1984) Al-Munawi bil kaifiyahr,


Tradisional, Pustaka Jaya, Jakarta. Bandung: Pustaka mandar maju,

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman


Volume 8, Nomor 3, November 2018

Anda mungkin juga menyukai