Anda di halaman 1dari 9

1

ARTIKEL ILMIAH

EVALUASI PEMBELAJARAN INTELEKTUAL ANAK TUNAGRAHITA MELALUI


MEDIA PEMBELAJARAN BUSSY BOOK

Disusun oleh:

AULIYA FITRIYANI (2287200041)

SAYIDATUL MASLAHAH M.Pd.

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SULTANG AGENG TIRTAYASA

2022

Auliya Fitriyani, Sayidatul Maslahah M.Pd. || Evaluasi Pembelajaran Intelektual Anak Tunagrahita
Melalui Media Pembelajaran Busy book
2

EVALUASI PEMBELAJARAN INTELEKTUAL ANAK TUNAGRAHITA MELALUI


MEDIA PEMBELAJARAN BUSSY BOOK

Auliya Fitriyani, Sayidatul Maslahah M.Pd.


Jurusan Pendidikan Khusus
Universitas Sultan Ageng Tritayasa
auliyafitriyani088@gmail.com

Abstrak

Anak dengan hambatan intelektual atau yang disebut dengan tunagrahita adalah kondisi dimana
anak memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Kondisi ini tidak lagi diartikan
sebagai keterbelakangan mental, maka dari itu, kini disebut sebagai distabilitas intelektual.
Anak yang mengalami hambatan tunagrahita ini umumnya punya kesulitan fungsi intelektual.
Sebagai contoh, sulit berkomunikasi, belajar, hingga memecahkan suatu masalah. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan jenis penelitian dan pengembangan yang
disebut juga Research and Development.. Subjek dalam penelitian ini adalah anak Tunagrahita
usia 5-8 tahun berjumlah 1 anak yang kemampuan Intelektual nya masih perlu dikembangkan.
Teknik analisis data dengan menggunakan analisis deskriptif.

Kata kunci : Evaluasi Pembelajaran, Anak Tunagrahita, dan Permainan Bussy Book.

Abstrack

Children with intellectual disabilities or what is called mental retardation are conditions where
children have intellectual abilities below average. This condition is no longer defined as mental
retardation, therefore, it is now referred to as intellectual disability. Children who experience
mental retardation generally have intellectual function difficulties. For example, it is difficult
to communicate, learn, to solve a problem. This study uses a quantitative approach, with a type
of research and development called Research and Development. The subjects in this study were

Auliya Fitriyani, Sayidatul Maslahah M.Pd. || Evaluasi Pembelajaran Intelektual Anak Tunagrahita
Melalui Media Pembelajaran Busy book
3

mentally retarded children aged 5-8 years, totaling 1 child whose intellectual abilities still
needed to be developed. Data analysis technique using descriptive analysis.
Keywords: Learning Evaluation, Children with Intellectual Disorders, and Bussy Book
Games.

Pendahuluan

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mempunyai kelainan/penyimpangan dari kondisi
rata-rata anak normal baik secara fisik, mental, intelektual, sosial maupun emosional.
Berdasarkan pengertian tersebut anak yang dikategorikan berkebutuhan khusus dalam aspek
fisik meliputi kelainan seperti tunanetra, tuna rungu, tuna wicara, tuna daksa, dan tunagrahita.
Masalah tersebut perlu diselesaikan dengan memberikan layanan pendidikan, bimbingan serta
latihan dari guru maupun orang tua untuk memahami kebutuhan dan potensi anak agar dapat
berkembang secara maksimal sesuai kekhususannya.

Salah satu kekhususan itu adalah anak dengan hambatan intelektual atau yang biasa di sebut
dengan Tunagrahita. IQ atau singkatan dari intelligence quotient dianggap sebagai patokan
kecerdasan seseorang yang berkaitan dengan logika kognitif. Seorang anak biasanya memiliki
IQ yang berbeda-beda, beberapa diantaranya memiliki IQ yang terlalu rendah sehingga
dianggap sebagai tunagrahita.

Anak Tunagrahita adalah anak yang memiliki kemampuan intelektual atau IQ dan memiliki
keterampilan yang penyesuaiannya di bawah rata-rata pada anak seusianya. sedangkan
Bambang Putranto mengemukakan, anak Tunagrahita adalah anak yang memiliki kekurangan
atau keterbatasan dari segi mental intelektualnya di bawah rata-rata normal, sehingga
mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas akademik, menjalin komunikasi serta
hubungan sosial (Nur’aeni, 2004). Menurut Jati Rinakri, Tunagrahita adalah suatu kondisi anak
yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan ke
tidak cakapan dalam komunikasi sosial. Anak berkebutuhan khusus ini juga sering dikenal
dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya. Akibatnya anak
berkebutuhan khusus tunagrahita ini sukar untuk mengikuti pendidikan disekolah biasa (Jati
Rinakri Atmaja, M.Pd. 2018)

Auliya Fitriyani, Sayidatul Maslahah M.Pd. || Evaluasi Pembelajaran Intelektual Anak Tunagrahita
Melalui Media Pembelajaran Busy book
4

Dalam klasifikasinya anak tunagrahita mengarah kepada aspek Index mental inteligensinya,
indikasinya dapat dilihat angka hasil tes kecerdasan, seperti IQ 0-25 dikategorikan idiot, IQ
25-50 dikategorikan Imbesil, dan IQ 50-75 kategori debil atau moron, dalam kasus ini dari
hasil observasi mengambil penilaian terhadap kelompok anak tunagrahita mampu didik. Anak
tunagrahita mampu didik IQ 68-52 adalah anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada
program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan
melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal. Kemampuan yang dapat dikembangkan
pada anak tunagrahita mampu didik, antara lain :

1. Membaca, menulis, mengeja, berhitung.


2. Menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain
3. Keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja dikemudian hari.

Untuk membantu meningkatkan kecerdasan anak dengan hambatan intelektual di perlukan


pelatihan ringan untuk melatih intelektual anak tersebut, salah satunya dengan cara
pengaplikasian media pembelajaran bussy book yang telah di modifikasi dengan kemampuan
anak. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengevaluasi mengenai
pembelajaran intelektual anak tunagrahita melalui media pembelajaran bussy book di Kp. Pari,
Mandalawangi, Pandeglang, Banten.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pari, Kec. Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, Banten
dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan atau disebut juga Researchand
Development. Melalui pendekatan kuantitatif peneliti mengambil jarak yang diteliti, dengan
pengambilan jarak tersebut akan mendapatkan objektivitas yang tinggi.

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian Research and Development. Peneliti
pengembangan yang berorientasi pada produk dalam bidang pendidikan. Penelitian
pengembangan yaitu suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi
produk pendidikan. Metode penelitian dan pengembangan ini juga didefinisikan sebagai suatu
metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji
keefektifan produk tersebut.

Auliya Fitriyani, Sayidatul Maslahah M.Pd. || Evaluasi Pembelajaran Intelektual Anak Tunagrahita
Melalui Media Pembelajaran Busy book
5

Dalam bidang pendidikan R&D merupakan suatu proses pengembangan perangkat pendidikan
yang dilakukan melalui serangkaian riset yang menggunakan berbagai metode dalam suatu
siklus yang melewati berbagai tahapan.

Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini membahas tentang evaluasi pembelajaran anak tunagrahita melalui media
pembelajaran busy book dalam meningkatkan kemampuan intelektual anak tunagrahita di Desa
Pari, Kec. Mandalawangi, Pandeglang Banten. Pada latar belakang masalah telah dijelaskan
tentang kemampuan intelektual atau IQ anak dengan hambatan tunagrahita yang memiliki
keterampilan yang penyesuaiannya di bawah rata-rata dan memiliki gangguan pada proses
belajarnya. Dalam proses belajar, seorang guru hanya menggunakan metode langsung pada
anak tunagrahita, metode ini peneliti anggap belum lengkap jika tidak dibarengi dengan media
yang bisa menarik minat siswa.

Peneliti tertarik dengan pembelajaran yang di sertakan media Busy Book. Penggunaan media
Busy Book yang digunakan pada saat penelitian adalah berupa alat yang dapat
mempertunjukkan dan menjelaskan bagaimana langkah-langkah dalam melatih kemampuan
intelektual dan sangat aman bagi anak. Karena Busy Book merupakan sebuah media yang
terbuat dari kain berbahan dasar flanel yang dibentuk menjadi sebuah buku dengan warna-
warna cerah yang dapat menarik perhatian anak, di dalamnya berisi aktivitas permainan
sederhana yang mampu merangsang kemampuan intelektual sang anak. Selanjutnya, penelitian
ini di lakukan sebanyak 4 kali pengamatan kepada sang anak.

1. Pengamatan pertama

Pada pengamatan pertama, awalnya anak masih tidak tahu harus melakukan apa dari media
pembelajaran busy book tersebut, hanya Mengamati dan membuka balik bagian buku. Setelah
di berikan arahan bahwa buku tersebut bisa menjadi bahan belajar, peneliti membantu anak
melakukan pembelajaran di lembar pertama berupa memindahkan masing-masing apel yang
berwarna hijau dan merah di pohon, untuk di masukkan ke dalam keranjang yang sudah di

Auliya Fitriyani, Sayidatul Maslahah M.Pd. || Evaluasi Pembelajaran Intelektual Anak Tunagrahita
Melalui Media Pembelajaran Busy book
6

sediakan sesuai dengan warnanya. Pada pengamatan pertama, anak masih keliru dan salah
dalam menaruh apel ke dalam keranjang sesuai warnanya.

Lalu di bagian selanjutnya yaitu belajar berhitung melalui semangka, yang di mana di sana
terdapat 6 buah semangka berbentuk bulat yang sudah di bagi menjadi enak bagian, di setiap
bagiannya terdapat biji sesuai urutan satu sampai enam. Peneliti menyuruh anak untuk
melepaskan semua bagian semangka yang masih tertempel di bagian buku, lalu peneliti
memerintahkan anak untuk kembali memasang buah semangka yang sudah di lepas sesuai
dengan urutan biji yang tertera mulai dari 1 sampai enam. Pada pengamatan pertama, anak
masih menaruh semangka dengan sembarangan dan tidak beraturan sesuai angkanya.

Selanjutnya, kegiatan edukasi menggosok gigi kedelai. Peneliti memerintahkan anak


bagaimana cara menggosok gigi kedelai, mulai dari cara mengambil sikat dan pasta gigi yang
terdapat buku, sampai dengan menyikatkan nya di gigi kedelai. Pada pengamatan pertama,
anak masih bingung untuk menaruh pasta gigi di sikat gigi terlebih dahulu atau langsung di
gigi kedelai nya. Lalu yang keempat adalah aktivitas mencocokkan warna bunga, bunga
sebelumnya masih di letakkan di bawah, dan belum terpasang di tangkai bunga. Peneliti lalu
memerintahkan anak untuk mencocokkan warna bunga seusai dengan warna kancing yang
terdapat di tangkai. Pada pengamatan pertama, anak masih keliru antara warna bunga dengan
warna kancing yang terdapat di tangkai, jadi anak meletakkan Bunga secara tidak teratur dan
berantakan.

Selanjutnya yaitu kegiatan edukasi puzzle wajah manusia, pertama, peneliti melepaskan semua
atribut muka seperti mata, alis, hidung, bibir ke pinggir wajah. Lalu peneliti memerintahkan
anak untuk memasang kembali wajah yang sudah di lepaskan itu ke wajah yang terdapat di
buku. Pada pengamatan awal, sang anak bingung harus meletakkan alis itu di mana, mata itu
di mana, hidung di mana, dan bibir itu di mana, alhasil wajah yang terdapat di puzzle menjadi
tidak beraturan.

Kegiatan yang terakhir yaitu, edukasi mengenal sayuran. Pada buku terdapat 4 buah keranjang
yang masing-masing tertera angka sesuai dengan buah yang ada di dalam keranjang, pada
keranjang pertama terdapat 1 buah tomat, pada keranjang kedua dapat 2 buah wortel,
selanjutnya pada keranjang ke tiga terdapat 3 buah terong ungu, dan pada keranjang terakhir,

Auliya Fitriyani, Sayidatul Maslahah M.Pd. || Evaluasi Pembelajaran Intelektual Anak Tunagrahita
Melalui Media Pembelajaran Busy book
7

terdapat 4 buah lobak. Mulanya, peneliti memerintahkan anak untuk mengeluarkan semua
sayur yang berada di dalam keranjang. Lalu menyuruh kembali anak untuk menaruh sayur yang
sudah di keluarkan sesuai dengan angka yang terdapat di keranjang. Pada pengamatan pertama,
anak masih terlihat bingung harus meletakkan tomat di mana, wortel di mana, terong di mana,
dan lobak di mana, serta bingung harus meletakkan berapa sayur di dalam keranjangnya.
Hasilnya, sayur yang terdapat di keranjang tidak sesuai dengan angka yang terdapat di
keranjang dan tidak sesuai dengan temannya sebelumnya.

2. Pengamatan Kedua dan Ketiga

Pada pengamatan kedua dan ketiga, peneliti membantu anak mulai dari awal pembelajaran
seperti memindahkan apel sesuai warnanya, belajar berhitung melalui semangka, kegiatan
edukasi menggosok gigi kedelai, mencocokkan warna bunga, lalu permainan edukasi puzzle
wajah, dan yang terakhir kegiatan mengenal sayur. Peneliti benar-benar membantu sang anak
mulai dari awal sampai akhir, proses belajar itu berlangsung sekitar 1 jam selama 2 kali
pengamatan.

Pada pengamatan kedua, anak masih kesulitan dalam belajar, terlebih di bagian belajar
berhitung melalui semangka, karena anak harus letakkan angka sesuai dengan urutannya, lalu
anak juga mengalami kesulitan di bagian mencocokkan warna bunga, anak masih meletakkan
bunga tidak sesuai dengan warna kancing yang terdapat di bagian batangnya. Dan yang
terakhir, anak masih kesulitan dalam mengenal sayuran, hambatan yang terjadi pada anak
adalah, pengelompokan sayur untuk di jadikan satu dalam keranjangnya. Anak terkadang,
masih menaruh wortel bersamaan dengan lobak, atau terong yang di letakkan di keranjang
tomat.

Pada pengamatan ketiga, anak sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran yang berlangsung,
anak sudah mulai bisa mencocokkan warna bunga dengan kancing yang terdapat di tangkainya,
lalu meletakkan semangka sesuai dengan urutannya yaitu dari satu sampai enam. Hanya saja,
sekali lagi pada pengamatan ketiga ini, anak masih keliru dalam kegiatan edukasi mengenal
sayuran. Anak sudah tepat harus menaruh berapa sayur di dalam keranjang, hanya saja sayur
yang di letakkan itu tidak sesuai dengan semestinya.

Auliya Fitriyani, Sayidatul Maslahah M.Pd. || Evaluasi Pembelajaran Intelektual Anak Tunagrahita
Melalui Media Pembelajaran Busy book
8

3. Pengamatan Keempat atau Pengamatan Terakhir

Setelah melakukan 3 kali pengamatan terhadap anak, peneliti akhirnya melakukan pengamatan
yang ke empat juga sebagai pengamatan terakhir yang di lakukan oleh peneliti. Pada
pengamatan ini, anak sudah mulai lancar menaruh apel yang terdapat di pohon ke dalam
keranjang yang terdapat di bawah pohon sesuai dengan warna apel nya. Lalu anak juga sudah
mulai lancar dalam mengurutkan semangka sesuai dengan angka-angka nya, yaitu dari angka
1 sampai dengan angka 6. Selanjutnya, anak sangat lancar melakukan edukasi menggosok gigi
kedelai, mulai dari mengambil pasta gigi dan di letakkan di sikat gigi lalu baru setelah itu
menyikatkan nya kepada gigi kedelai. Lalu anak juga sudah mulai mahir dalam meletakkan
warna bunga sesuai dengan kancing yang terdapat di tangkai bunga, mulai dari merah, kuning,
hijau dan biru.

Dalam permainan edukasi puzzle wajah manusia juga anak sudah paham di mana seharusnya
meletakkan alis, mata, hidung dan juga bibir. Anak sama sekali tidak keliru, dan memasangkan
nya dengan sangat lihai. Dan yang terakhir adalah anak juga sudah mulai bisa untuk
mengelompokkan jenis sayur-sayuran sesuai dengan angka yang terdapat di keranjang, seperti
tomat itu seharusnya di letakkan di keranjang 1, wortel di letakkan di keranjang 2, terong ungu
di letakkan di keranjang 3 dan terakhir lobak di letakkan di keranjang 4. Kendala yang terjadi
di edukasi mengenal sayuran ini adalah anak masih sedikit bingung, namun jika di beri sedikit
arahan anak langsung paham tidak seperti pengamatan pertama dan kedua, anak benar-benar
kebingungan dan tidak paham apa yang di maksud oleh peneliti.

Kesimpulan

Penelitian ini dilaksanakan di Kp. Pari, Kec. Mandalawangi, Pandeglang Banten yang
bertujuan untuk mengevaluasi bagaimana pembelajaran melalui Media Busy Book Untuk
meningkatkan intelektual anak dengan hambatan tunagrahita.

Berdasarkan hasil uraian pada hasil dan pembahasan media Busy Book Efektif dalam
meningkatkan kemampuan intelektual anak tunagrahita, hal yang menjadi bahan evaluasi
adalah anak tunagrahita tidak bisa di ajarkan dengan sekali pengajaran, namun dengan
berulang. Dan anak tersebut mengalami kesulitan di bagian berhitung dan mengelompokkan

Auliya Fitriyani, Sayidatul Maslahah M.Pd. || Evaluasi Pembelajaran Intelektual Anak Tunagrahita
Melalui Media Pembelajaran Busy book
9

warna. Hal ini terbukti dari hasil pengamatan yang di lakukan oleh peneliti langsung terhadap
anak tunagrahita ringan.

Daftar Pustaka

Asrul, Ananda, R., & Rosnita. (2015). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Citapustaka Media
Mufliharsi, R.(2017). Pemanfaatan Busy Book pada kosakata Anak Usia Dini di PAUD
Swidaya PKK. Jurnal metamorfosa, V,146-155
Zulmiyetri, (2004). Bahan Ajar Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Anak Berkebutuhan
Khusus. Padang: PLB FIP UNP.
dr. Andika pawitri, (2022). Di tulis dalam web sehatq.com
https://www.alodokter.com/berbagai-kemungkinan-penyebab-anak-tunagrahita-dan-ciri-
cirinya#:~:text=Tunagrahita%20adalah%20sebutan%20bagi%20orang,rata%20dibandingkan
%20orang%20pada%20umumnya.

Auliya Fitriyani, Sayidatul Maslahah M.Pd. || Evaluasi Pembelajaran Intelektual Anak Tunagrahita
Melalui Media Pembelajaran Busy book

Anda mungkin juga menyukai