SKRIPSI
Oleh :
Disusun oleh :
Nama : Frida Septiarla Pravitasari
NIM : 516188
Program Studi : S1 Teknik Industri
Mengetahui ,
Wakil Ketua Bidang Akademik
Disusun oleh :
Nama : Frida Septiarla Pravitasari
NIM : 516188
Program Studi : S1 Teknik Industri
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji pada tanggal Agustus 2020 dan
dinyatakan :
Dengan Nilai :
1. Bapak Dr. Anas F. Adi, SE, S.Kom, M.KPd, Ketua Sekolah Tinggi
Teknik Malang
2. Bapak Wincoko, ST, MM, MKOM, CCNA selaku Wakil Ketua Bidang
Akademik STT Malang
3. Ibu Dra. Sri Suyani, ST, M.MT, selaku Ketua Program Studi S1 Teknik
Industri STT Malang
5. Bapak Arif Riduwan dan Ibu Aldila Faradila, selaku Orang tua
kesayangan yang telah membantu baik moril maupun materiil
i
8. Nanda Putri Nur Lucyana, yang selalu memberikan tempat untuk
pengerjaan skripsi dan selalu menyemangati
10. Auliyah Nur Izzawatus Sa’diyah, yang selalu memberikan saran untuk
skripsi
14. Diana Oktavia, yang mau membantu dalam pembuatan daftar isi dan
halaman pada skripsi
15. Suci Anggraini, yang mau menemani ketika bimbingan dimana pun
ii
Identifikasi waste dengan Pendekatan Value Stream
Mapping pada Bagian Produksi di Kendang Sentul Blitar
Abstrak
Kendang Sentul Blitar merupakan home industry yang
memproduksi Kendang. Kendang merupakan produk yang lumayan di
minati terbukti dengan permintaan pelanggan tiap bulannya bisa mencapai
1600 kendang. Dan dalam kendang sentul blitar juga terdapat waste pada
denah/tempat divisi dalam proses produksi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi waste, menganalisis faktor penyebab waste, serta
memberikan usulan perbaikan untuk meminimasi waste menggunakan
value stream mapping untuk melakukan pemetaan aliran informasi dan
material yang terjadi dari awal proses produksi hingga produk diterima
oleh customer.
iii
Identifikasi waste dengan Pendekatan Value Stream
Mapping pada Bagian Produksi di Kendang Sentul Blitar
Abstract
Kendang Sentul Blitar is a home industry that produces
Kendang. Kendang is a rather attractive product as evidenced by the
monthly customer demand of up to 1600 kendang. And in the blitar sentul
drums there is also waste in the layout of the division in the production
process. This study aims to identify waste, analyze the causes of waste,
and provide suggestions for improvement to minimize waste using value
stream mapping to map the flow of information and material that occurs
from the beginning of the production process until the product is received
by the customer.
So from the Value Stream Mapping method, several types of
waste can be found in the Kendang Sentul Blitar, namely waiting,
transportation, innapropiate processing and defect products. Proposed
future state mapping improvements, the results of the lead time which was
originally 2.2 days to 2.1 days. And the cycle time that was originally 3.4
hours to 3.3 hours. And from the carving division to the leather tide division
there was a floor plan improvement which resulted in time savings of
229.82s or 3.83 minutes. And also the activity in the raw material checking
division that can be eliminated can make the total time for the checking
division is 364.46 s or 6.1 minutes.
iv
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 7
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Konseptual..................................................................................... 34
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ............................................................................................. 39
v
4.3 Alat Analisis ....................................................................................................... 42
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
orang lain maka akan berbeda nuansanya. Selain Kendang, di Kendang Sentul
Blitar memproduksi lainnya yaitu Kerajinan kayu, Markas, Stempel, Stik drum,
dan Terbang. Dan disana juga terdapat 5 divisi dalam lini produksi yaitu
Pengecekan kualitas bahan baku, Plitur, Pengukiran, Pasang kulit dan yang
terakhir ada Pengecekan pergudangan sebelum dikirim.
Di lini produksi pembuatan Kendang dimana penelitian ini dilakukan.
Terdapat pemborosan yang terjadi baik itu akibat layout yang kurang baik dan
ditambah seringnya terjadi penumpukan barang ccacat. Hal itu mengindikasikan
bahwa masih banyaknya proses tambahan yang memakan waktu sehingga
kurang efisiennya karyawan dalam melakukan pekerjaan utamanya. Ditambah
dengan masih tingginya inventory di beberapa titik proses di lini produksi
pembuatan Kendang yang dapat mengakibatkan penumpukan barang.
Dan mungkin masih terdapat permasalahan lain yang terjadi dan
disebabkan oleh waste. Oleh sebab itu perlu adanya suatu identifikasi lebih detail
pada proses produksi sehingga dapat dilakukan perbaikan yang dapat
meminimalkan waste. Metode Value Stream Mapping adalah metode yang
sangat sesuai, yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasi waste,
menganalisa waste, kemudian mencari solusi untuk melakukan usulan perbaikan
nyata untuk mengurangi waste yang terjadi. Langkah awal Value Stream
Mapping adalah menggambarkan sistem perusahaan secara keseluruhan
dengan current state mapping (CSM) yang berisi aliran informasi dan material
yang terjadi di perusahaan. Aliran infomasi yang dipetakan merupakan pemicu
terjadinya sistem produksi, sedangkan aliran sistem produksi yang dipetakan
menggambarkan proses produksi yang dilalui material mulai dari pengiriman
bahan baku dari pemasok sampai dengan penyerahan produk ke konsumen.
Dengan Value Stream Mapping dapat diidentifikasi aktivitas-aktivitas yang
memiliki nilai tambah (value added activities) maupun yang tidak bernilai tambah
(non-value-added activities) yang merupakan pemborosan. Identifikasi
pemborosan yang terjadi pada current state mapping dapat dijadikan dasar untuk
melakukan perancangan future state mapping didasarkan atas perbaikan yang
dapat diimplementasikan pada perusahaan untuk mengeliminasi pemborosan
yang terjadi.
Semakin banyaknya perusahaan manufaktur lainnya yang bergerak dalam
bidang produksi Kendang, maka Kendang Sentul Blitar terus berusaha
meningkatkan produktifitasnya agar bisa mencapai target yang ditetapkan dan
4
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan
BAB VI PEMBAHASAN
Dalam bab ini memuat deskripsi obyek penulisan laporan dan pembahasan
secara mendalam hasil temuan dan menjelaskan implikasinya. Pembahasan
yang dilakukan adalah pemberian makna lebih mendalam atas data hasil
penelitian. Uraian pembahasan merupakan penafsiran dari peneliti yang dapat
diperkuat, berlawanan atau sesuai dengan hasil penelitian orang lain atau teori
yang ada.
7
8
kerja yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses transformasi input
menjadi output sepanjang value stream (proses untuk membuat, memproduksi,
dan menyerahkan produk baik barang dan atau jasa ke pasar)
Waste dapat diartikan sebagai kehilangan atau kerugian berbagai
sumber daya, yaitu material, waktu (yang berkaitan dengan tenaga kerja dan
peralatan) dan modal, yang diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan yang
membutuhkan biaya secara langsung maupun tidak langsung tetapi tidak
menambah nilai kepada produk akhir bagi pihak penggua jasa konstruksi
(Formoso et al, 2002)
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa waste adalah
segala sesuatu yang tidak memiliki nilai tambah yang menyebabkan kerugian
berbagai sumber daya
2.2.1.2 Jenis-Jenis Waste
Jenis-jenis pemborosan pada dasarnya dibagi menjadi dua kategori
utama yaiyu, Type One Waste dan Type Two Waste (Gaspersz, Fontana, 2011):
1. Type One Waste
Merupakan bagian dari aktivitas keja yang tidak menciptakan nilai tambah
dalam sebuah proses transfomasi input menjadi output sepanjang value
stream, namun aktivitas itu pada saat ini tidak dapat dihindarkan kaena
berbagai laasan. Contohnya, pada aktivitas inspeksi dan penyotiran dari
perspektif lean merupakan aktivitas yang tidak mempunyai nilai tambah
sehiungga tingkat keandalannya berkurang. Adapula aktivitas,
pengaewasan terhdap pegawai, ini dilakukan karena pegawai terdsebut
baru direkrut dan kurang berpengalaman. Dalam konteks ini aktivitas
infeksi, penyortiran, dan pengawasan dikategorikan sebagai Type One
Waste, type ini dalam jangka panjang sebaiknya dihilangkan karena
termasuk kedalam alktivitas tidak bernilai tamabh
2. Type Two waste
Merupakan aktivitas yang tidak bernilai tambah dan dapat dihilangkan
dengan segera. Misalnya dalam menghasilkan produk cacat atau
melkaukan kesalahan yang seharusnya dapat dihilangkan dengan segera.
Type Two Waste sering disebut sebagai waste saja, karena pemborosan
yang benar-benar harus segera diidentifikasi dan dihilangkan. Sumber
suatu pemborosan dalam suatu sistem seacar umum dikenal “seven plus
11
2.2.2 Lean
2.2.2.1 Pengertian Lean
Lean merupakan suatu upaya terus menerus untuk menghilangkan
pemborosan (waste) dan meningkatkan nilai tambah (value added) produk
(barang dan/atau jasa) agar memberikan nilai kepada pelanggan (Gaspersz,
Fontana, 2011). Tujuan Lean adalah untuk mningkatkan customer value mellaui
upaya peningkatan terus menerus rasio antar nilai tambah terhadap waste (the
value to waste ratio). Suatu perusahaan dapat dianggap Lean apabila value to
waste ratio telah menvcapai minimum 30% (Gaspersz, Fontana, 2011). Apabila
perusahaan belum Lean, perusahaan tersebut dapat dikatakan Un-Lean
Enterprise dan dikategorikan sebagai perusahaan tradisional.
Lean adalah teknik untuk mereduksi cycle time, kegiatan, sumber daya,
langkah-langkah, dan lain lain yang non-value added (Taghizadegan, 2014)
Dari pernyataan diatas dapat penulis simpulkan bahwa Lean merupakan suatu
metode untuk menghilangkan non-value added untuk memberikan nilai tambah
14
4. Pull Production
Disebut juga Just-in-Tinme (JIT) yang bertujuan memproduksi produk yang
dibutuhkan dan pada waktu dibutuhkan
5. Quality at the source
Lean bertujuan mengeliminasi sumber kecacatan dan pemeriksaan kualitas
dilakukan pekerja pada lini proses produksi
6. Contionuous Improvment
Lean ditujukan mencapai kesempurnaan dengan perbaikan bertahap untuk
mengeliminasi pemborosan secara terus menerus
Apabila berbicara tentang waste, maka perlu adanya suatu definisi yang
jelas tentang jenis aktivitas yang terjadi di dalam suatu sistem produksi. Berikut
adalah jenis-jenis aktivitas yang sering terjadi di dalam proses produksi (Hines &
Taylor, 2000) :
1. Value Adding activity, yaitu aktivitas yang menurut costumer mampu
memberikan nilai tambah pada suatu produk/jasa sehingga costumer rela
membayar untuk aktivitas tersebut. Contohnya memperbaiki mobil yang
rusak pada jalan tol. Value adding activity sangat mudah ditentukan, kamu
dapat bertanya pada dirimu sendiri apakah pelanggan akan senang dengan
kita melakukan hal itu
2. Non value adding activity, yaitu merupakan aktivitas yang tidak memberikan
nilai tambah pada suatu produk atau jasa di mata customer. Aktivitas ini
merupakan waste yang harus segera dihilangkan dalam suatu sistem
produksi. Contohnya melakukan pemindahan material dari suatu rak ke rak
lainnya sehingga akan membuat operator bergerak mengelilingi lini
produksi
3. Necessary non value adding activity adalah aktivitas yang tidak
memberikan nilai tambah pada produk atau jasa dimata customer, tetapi
dibutuhkan pada prosedur atau sistem operasi yang da. Aktivitas ini tidak
dapat dihilangkan dalam jangka pendek tetapi dapat dibuat lebih efisien.
Untuk menghilangkan aktivitas ini dibutuhkan perubahan yang cukup besar
pada sistem operasi yang memerlukan jangka waktu yang cukup lama.
Contohnya, melakukan aktivitas inspeksi pada setisp produk di setiap
mesin dikarenakan produksi menggunakan mesin yang sudah tua
16
2. Pengelompokan Waste
Untuk langkah kedua yaitu melakukan pengelompokan waste dengan cara
menentukan kegiatan per divisi (Process Activity Mapping).
Process Activity Mapping merupakan pendekatan teknis yang bisa
dipergunakan pada aktivitas-aktivitas di lantai produksi. Perluasan dari
tools ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi lead time dan produktivitas
baik aliran produk fisik maupun aliran informasi, tidak hanya dalam ruang
lingkup perusahan namun juga pada area lain dalam supply chain
Menurut Hines & Taylor (2000) didalam process activity mapping terdapat
empat macam aliran dengan symbol yang berbeda yaitu :
O = Operation
T = Transportation
I = Inspection
22
D = Delay
S = Storage
Konsep dasar dari tools ini adalah memetakan setiap tahap aktivitas
yang terjadi mulai dari operation, inspection, delay, dan storage, kemudian
mengelompokkan ke dalam tipe-tipe aktivitas yang ada mulai dari value
adding activities, necessary non value adding activities, dan non value
adding activities. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pendekatan ini
terbagi menjadi lima tahapan, diantaranya adalah :
a. Memahami aliran proses
b. Mengidentifikasi waste
c. Mempertimbangkan apakah suatu proses dapat diatsai kembali menjadi
urutan yang lebih efisien
d. Mempertimbangkan pola aliran yang lebih baik, yang melinatkan tata
letal alitran yang berbeda atau rute trsnportasi
e. Mempertimbangkan apakah segala sesuatu yang sedang dilakukan
pada setiap tahap benar-benar diperlukan dan apa yang akan terjadi
jika aktivitas yang berlebih dihilangkan
3. Analisa waste
Selanjutnya setelah waste dikelompokan lalu di analisa, agar dapat
mengidentifikasi akar penyebab dari waste. Cara menganalisa waste dapat
menggunakan Fishbone Diagram.
Diagram fishbone merupakan sebuah alat analisis yang pertama kali
diperkenalkan oleh seorang berkebangsaan Jepang yang bernama Dr.
Kaoru Ishikawa, alumnus jurusan teknik kimia dari Universitas Tokyo pada
tahun 1953. Diagram ini juga cukup popular dengan sebutan diagram
Ishikawa, yang diambil dari penggalan nama sang penemu. Cara kerja
fishbone diagram adalah dengan melihat secara sistematis efek dan
penyebab mana yang berkontribusi langsung terhadap efek-efek lain.
Karena fungsi tersebut diagram ini juga dapat dikatakan sebagai
diagram,m sebab-alibat (Cause and Effect Diagram). Diagram sebab-akibat
membantu mengidentifikasi penyebab dari hasil tertentu yang tidak
diinginkan sehingga membantu mengidentifikasi akar penyebab dan
memastikan pemahaman umum dari penyebab tersebut. Bentuknya
23
4. Perbaikan Waste
Langkah terakhir setelah mengetahui waste yang ada, maka diperlukan
perbaikan yaitu dengan dua cara :
a. Future State Mapping
Setelah membuat Current State Mapping, maka langkah selanjutnya
adalah membuat suatu future state mapping. Menurut Daonil (2012)
Future State Mapping merupakan cetak biru untuk transformasi lean
yang diinginkan dimasa yang akan datang. Tujuan dari value stream
mapping adalah untuk mengetahui dengan jelas sumber0sumber
pemborosan dan membantu membuat area target bagi proses
perbaikan yang nyata. Future state mapping tidaklah lebih dari sekedar
pengimplementasian rencana yang menjelaskan jenis tool yang
dibutuhkan dalam proses lean untuk mengeliminasi pemborosan dan
dimana (pada proses apa) tool tersebut diperlukan dalam value stream
suatu produk. Pembuatan suatu future state mapping diawali dengan
menjawab serangkaian pertanyaan terkait masalah yang
26
KERANGKA PEMIKIRAN
waste
VSM
1. Identifikasi
2. Data
lean
34
35
Metode Value Stream Mapping adalah metode yang sangat sesuai, yang
daoat digunakan untuk melakuan identifikasi waste yang kemudian mencari
solusi untuk melakukan usulan perbaikan nyata untuk mengurangi waste yang
terjadi. Langkah-langkah Value Stream Mapping yaitu :
1. Identifikasi ‘
Mengidentifikasi jenis produk apa yang akan diteliti disini penulis akan
mengidentifikasi jenis produk Kendang pada Kendang Sentul Blitar
2. Analisa
3. Data
4. Proses
5. Perbaikan
Mulai
Observasi Lapangan
Perumusan Masalah
Batasan Masalah
Tujuan Penelitian
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
(Value Stream Mapping)
1. Penyusunan Waste
a. Pembuatan Current State Mapping
(CSM)
2. Pengelompokan Waste
a. Metode Process Activity Mapping
(PAM)
3. Analisa Waste
a. Fishbone diagram
Perbaikan
1. Penerapan Kaizen
Selesai
METODE PENELITIAN
39
40
Menurut Hasan (2002.82) data primer adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau
yang bersangkutan yang mmemerlukannya. Data primer biasanya disebut
dengan data asli atau data baru yang mempunyai sifat up to date. Data primer
diperoleh langsung melalui penelitian langsung ke lokasi. Denagn begitu peneliti
mendapaatkan data yang benar-benar riil dalam lapangan. Sumberv data yang
dipakai dalam penelitian ini adalah berupa hasil wawancara langsung dengan
pemilik Kendang Sentul Blitar. Sumber data primer yang dgunakan dalam
penelitian ini adalah :
6. Data produksi
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang
yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan,
2002:58). Data sekunder dalam penelitian ini adalah sumber terrtulis seperti
sumber buku, literature, dan dokumen-dokumen dari pihak terkait mengenai
siklus produksi pada Kendang Sentul Blitar. Data sekunder bermanfaat untuk
memperjelas masalah dan menjadi lebih operasional daalm pnelitian karena
didasarkan pada data sekunder yang tersedia, kita dapat mengetahui komponen-
komponen situasi lingkungan yang mengelilinginya. Hal ini menjadi lebih mudah
bagi peneliti yang lebih baik mengenai pengalaman-pengalaman yng hampir
sama dengan persoalan yang akan diteliti.
41
Data yang ada dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik sebagai berikut :
1. Pengamatan (Observasi)
2. Wawancara (Interview)
c. Analisa Waste
Pada tahap ini dilakukan analisa waste agar dapat mengidentifikasi
akar dari penyebab waste di Kendang Sentul Bitar. Analisa waste
meliputi Fishbone Diagram. Fungsi Fishbone Diagram adalah mencari
penyebab dari waste agar kebih mudah memperbaiki masalah yang
ada. Dengan adanya fishbone diagram peneliti akan lebih mudah
mengidentifikasi waste yang ada. Dan setelah itu dapat memperbaiki
waste yang ada.
5. Tentukan rencana tindakan untuk mewujudkan perbaikan-perbaikan yang
diperlukan untuk mencapai keadaan di masa depan. Rencaan tindakan ini
harus berisi prioritas-prioritas untuk berbagai pengembangan yang
berbeda, tindaakn-tindakan yang berhubungan dengan orang, jalur waktu
yang jelas, dan keterlibatan sponsor
Adapun rencana-rencana perbaikan yaitu :
a. Penerapan Kaizen
Kaizen yaitu melakukan perbaikan cepat aecara terus menerus untuk
menjadi lebih baik dari sebelumny. Dengan adanya kaizen ini adalah
memperbaiki kegiatan-kegiatan yang tidak bernilai. Atau memberikan
perbaikan yang lebih baik. Dan dengan adanya kaizen dapat
memberikan masukan terhadap Kendang Ssentul Blitar
b. Perancangan Future State Mapping
Future State Mapping yaitu perbaikan dari Current State Mapping.
FSM ini dilakukan dengan cara menghilangkan beberapa yang ada di
CSM yang tidak bernilai. Dengan adanya FSM dapat mengubah alur
proses produksi yang ada di Kendang Sentul Blitar. Dengan begitu
memudahkan pemilik agar mengetahui mana saja yang harus
dihilangkan atau diubah alur prosesnya.
6. Pantau kemajuan dan mulai lagi dari langkah 1
Jika pada tahap rancangan perbaikan masih ada kesalahan, dapat
dilakukan pengoreksian kembali pada pengolahan data. Jika tidak ada
kesalahan dapat diambil kesimpulan beserta saran yang membangun
untuk diterapkan pada Kendang Sentul Blitar.
45
BAB V
PENYAJIAN DATA
Data umum adalah data-data yang didapat dari hasil wawancara dengan
pemilik Kendang Sentul Blitar. Berikut adalah data-data umum :
1. Alur Proses
Alur proses adalah jalannya proses dalam Kendang Sentul Blitar.
Sampai
ditangan
PENGIRIMAN konsumen
Keterangan :
a. Setelah bahan setengah jadi sampai maka Divisi pertama adalah
Divisi Pengecekan Bahan Baku. Terdapat aktivitas mulai dari
memisahkan kendang sesuai ukuran dan juga memisahkan kendang
yang cacat
d. Lalu Divisi Pasang kulit. Dalam divisi ini ada 2 aktivitas yaitu Pasang
tali dan Pasang kulit.
Jam Karyawan
3. Jumlah Karyawan
Berikut adalah jumlah karayawan beserta waktu proses setiap divisi:
4. Detail Produk
Berikut adalah ukuran kendang beserta harga nya:
20 cm Rp. 17.000,-
30 cm Rp. 35.000,-
40 cm Rp. 70.000,-
50 cm Rp. 175.000,-
60 cm Rp. 400.000,-
Dapat dilihat dari tabel 5.3 bahwa kendang sentul blitar memiliki 6 ukuran
kendang yang berbeda-beda dengan harga yang bervariatif. Untuk
kendang ukuran 40 cm paling banyak dipesan dan sering diminati oleh
konsumen.
5. Data Produksi
Berikut produksi tiap bulan Kendang sentul Blitar :
Dari table diatas dapat diketahui bahwa dalam 6 bulan terakhir produksi
tetap (konstan) yaitu 9600 kendang. Penulis memakai ukuran kendang
40 cm dengan produksi setiap bulan sebanyak 1600 kendang.
6. Layout Produksi
Berikut tempat masing-masing divisi pada Kendang sentul Blitar :
Gudang
Pengecatan
Kantor Utama
Pengecek
an
Bahan
Jalan Umum Baku
Pemasangan Pengukiran
Kulit
7. Aktivitas Produksi
Aktifitas produksi menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan
dalam pelaksanaan proses produksi. Berikut adalah aktivitas dari proses
produksi kendang :
6 Menghaluskan permukaan B3
yang kasar
7 Mengecat B4
Keterangan :
Keterangan :
Available time diperoleh dari jam kerja yang tersedia per hari yaitu 7
jam x 3600 detik = 25.200 detik
2. Waktu Proses
Waktu proses adalah keselutuhan waktu yang dibutuhkan untuk
mengolah bahan baku dari awal sampai produk jadi. Lead Time adalah
periode waktu atara pemesanan pelanggan dengan waktu pesanana itu
selesai dikerjaan. Lead Time terdiri dari waktu tunggu dan waktu siklus,
sedangkan waktu siklus adalah waktu yang diperukan sebuah stasiun
kerja untuk mengolah material. Pengamatan pada waktu proses
dillakukan 10 kali dengan menggunakan stopwatch. Berikut adalah waktu
proses pada masing-masing alat dan mesin pada stasiun kerja dalam
memproduksi kendang.
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10
Keterangan :
1 A1 152,83
2 A2 154,18 307,01
3 A3 211,63 211,63
4 B1 1168,5
5 B2 1168,3
6 B3 1774,2
7 B4 2930,8 7041,8
8 B5 757,86 757,86
9 C1 1139,4 1139,4
10 C2 472,35 472,35
11 D1 1764,1
12 D2 1768,2 3532,3
13 E1 242,31 242,31
57
Keterangan :
Keterangan :
Aktivitas adalah divisi yang ada Di Kendang Sentul Blitar, dalam aktivitas
terdapat Order Bahan Baku dan Pengiriman karena salah satu aktivitas
dalam perhitungan lead time
Cycle time adalah isi dari tabel 5.9 dari masing-masing divisi dan ada
pengubahan dari detik ke jam karena cycle time menggunakan jam
Keterangan :
Lama digunakan adalah isi data dari waktu siklus pada tabel 5.10
Available time adalah isi data dari tabel 5.6 yang memperhitungkan 7 jam
kerja X 3600detik
1. Proses Pengelompokan
Proccess activity mapping (PAM) digunakan untuk mengetahui
segala aktivitas-aktivitas yang berlangsung selama proses produksi
60
Aktivitas
No Kode Jarak Waktu Keterangan
O T I S D
(m) (s)
1 A1 152,83 O VA
2 A2 154,18 O NVA
3 A3 211,63 T NNVA
4 B1 1168,5 O VA
5 B2 1168,3 O VA
6 B3 1774,2 O VA
7 B4 2930,8 O VA
8 B5 757,86 T NNVA
9 C1 1139,4 O VA
10 C2 472,35 T NNVA
11 D1 1764,1 O VA
12 D2 1768,2 O VA
13 E1 242,31 S VA
2. Rekapitulasi Pengelompokkan
Kemudian dari hasil Process Activity Mapping tersebut diatas di
buat rekapitulasi untuk memudahkan dalam melakukan analisa :
Inspeksi 0 0 0 0
Delay 0 0 0 0
Keterangan :
Aktivitas adalah kumpulan pengelompokan aktivitas pada process activity
mapping yaitu Operasi, Transportasi, Inspeksi, Storage, dan juga Delay.
Jumlah yaitu jumlah pengelompokan aktivitas yang ada pada tabel 5.12
Waktu (s) yaitu total waktu detik dalam tabel 5.12 yang sudah
dikelompokkan.
Waktu (jam) yaitu konversi dari detik ke jam pada tabel 5.13 pada kolom
waktu (s).
Presentase yaitu presentase dari waktu (s)
Contoh : pada aktivitas operasi terdapat jumlah 9 operasi pada tabel 5.12
dengan total waktu (s) 12020,51 detik yang dikonversi menjadi 3,3390
jam dengan presentase 87,71% (waktu detik 12020,51 : total waktu detik
13704,66)
62
BAB VI
PEMBAHASAN
C/T = 307.01 C/T = 7041.8 C/T = 1139.4 C/T = 3532.3 C/T = 242.31
U/T = 2.50% U/T = 57.42% U/T = 9.30% U/T = 28.80% U/T = 1.98%
A/T = 25.200 A/T = 25.200 A/T = 25.200 A/T = 25.200 A/T = 25.200
Gambar 6.1
Sumber : Dokumen Pribadi, 2020
63
6.3 Pengelompokkan Waste (Process Activity Mapping)
64
65
Aktivitas
No Kode Jarak Waktu Keterangan
O T I S D
(m) (s)
1 A1 152,83 O VA
2 A2 154,18 O NVA
3 A3 211,63 T NNVA
4 B1 1168,5 O VA
5 B2 1168,3 O VA
6 B3 1774,2 O VA
7 B4 2930,8 O VA
8 B5 757,86 T NNVA
9 C1 1139,4 O VA
10 C2 472,35 T NNVA
11 D1 1764,1 O VA
12 D2 1768,2 O VA
13 E1 242,31 S VA
Berikut adalah tabel total proses aktivitas Kendang setelah dilakukan eliminasi
waste :
Inspeksi 0 0 0 0
Delay 0 0 0 0
NVA 0 0 0 0
Perubahan lain yang terjadi yaitu pada proses transportasi yang dilakukan
yaitu semula 1441,84s atau 0,4005 jam menjadi 1310s atau 0,3639 jam.
Berkurang sebanyak 131,84s atau 0,0367 jam. Perubahan terjadi akibat
perbaikan layout denah divisi pengukiran ke divisi pasang kulit
MATERIAL
METODE
Memisahkan kendang retak yang belum
dimasukkan ke zat kimia
Kendang sensitive
terhadap suhu (hujan)
Waktu produksi
kurang efektif
Karyawan bisa lelah dalam
pengantaran kendang ke
tiap divisii Tempat pengukiran
ke pasang kulit
kurang efisien
MANUSIA ENVIRONMENT
nada proses pemisahan kendang retak atau cacat agar bisa di tambal
menggunakan dempul. Dalam hal ini juga mengakibatkan karyawan melakukan
pekerjaan 2 kali karena harus melakukan pemisahan kendang secara berulang.
Karena jika melewati jalan umum, maka kemungkinan yang terjadi adalah
waktu akan lebih lama karena harus memutar melewati depan jalan umum. Yang
kedua jika hujan, maka karyawan tidak bisa membawa kendang dari pengukiran
ke divisi pasang kulit yang mengakibatkan keterlambatan dalam waktu produksi.
Dan jika kendang terkena hujan maka kendang akan bisa menimbulkan
kerusakan seperti menjamur atau bahkan cat bisa mengelupas.
1. Menunggu (waiting)
Pemborosan menunngu terjadi pada divisi pengecatan. Dalam divisi
pengecatan ada aktiviitas memasukkan semua kendang ke dalam zat
kimia, setelah itu ada aktivitas lain yaitu proses pengeringan. Pada
69
Dibawah ini adalah data data yang dibutuhkan untuk future state
mapping:
Pada bagian ini yang berubah adalah pada aktivitas pengecekan bahan
baku yang semula 307,01s atau 2,50% menjadi 152,83s atau 1,26%. Aktivitas
pengecatan/pelitur yang semula 7041,8s atau 57,42% menjadi 7041,8s atau
58,16%. Aktivitas pengukiran yang semula 1139,4s atau 9,30% menjadi 1139,4s
atau 9,41%. Aktivitas pemasangan kulit yang semula 3532,3s atau 28,80%
menjadi 3532,3s atau 29,17%. Dan aktivitas pengecekan sebelum dikirim yang
semula 242,31s atau 1,98% menjadi 242,31s atau 2%.
1. Menunggu (Waiting)
Perbaikan dalam pemborosan menunggu adalah dalam
memasukkan ke dalam zat kimia maka harus dilakukan secara
bergantian agar seetelah kendang selesai masuk ke dalam zat
maka bisa dilanjutkan ke proses selanjutnya. Agar waktu menunggu
tidak terlalu lama.
2. Transportasi (Transportation)
Pengantaran kendanga dari divisi pengukiran ke divisi pasang kulit.
Pada pengantaran kendang terdapat pemborosan waktu dan
kurang efisien dikarenakan perlunya memutar untuk menuju divisi
pasang kulit padahal divisi pengukiran dan divisi pasang kulit
bersebelahan.
Denah awal pengantaran kendang :
Gudang
Pengecatan
Kantor Utama
Pengecek
an
Bahan
Jalan Umum
Baku
Pemasangan Pengukiran
Kulit
Gudang Pengecatan
Kantor Utama
Pengecek
an
TOTAL 459,63
RATA-RATA 340,51
Jadi dengan adanya perubahan denah pada divisi ukir dan divisi
pasang kulit maka waktu awal 472,35s atau 7,87 menit menjadi
340,51s atau 5,68 menit. Dan Kendang Sentul Blitar dapat
menghemat waktu sebesar 229,82s atau 3,83 menit.
TOTAL 518,64s
Menjadi :
TOTAL 364,46s
BAB VII
PENUTUP
7.1 Simpulan
7.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Tomy Perdana, Fernianda Rahayu, Ajeng Sesy, & Tetep Ginanjar. 2018. Lean
Production on Chili Pepper Supply Chain Using Value Stream Mapping. PP
311-320. Department of Agro Socio Economic, Fculty of Agriculture,
Universitas Padjajaran Vol 34 No 2
Trismi Ristyowati, Ahmad Muhsin, & Putri Puji Nurani. 2017. Minimasi Waste
Pada Aktivitas Proses produksi dengan Konsep Lean Manufacturing. ISSN
1693-2102. Jurnal OPSI Vol 10 No 1.
Vinodh, S., Selvaraj, T., Chintha, S. K. & Vimal, K., 2015. Development Of Value
Stream Map For An Indian Automotive Components Manufacturing
Organization. Journal of Engineering, Design and Technology, 13(3), pp. 380
- 399
78
Lampiran 1
- Terbang
14. Apa saja jenis cacat yang terjadi selama proses produksi?
- Bahan Baku : pecah, bentuk tidak sesuai
- Plitur : Perbatasan tipis
- Kayu masih basah mengakibatkan jamur
- Kulit berkutu mengakibatkan lubang
- Cat tidak rata
Mengurangi 1 Mengurangi 1
proses waktu aktivitas
81
Lampiran 3
82
83