Juli 2010 Cetak
Juli 2010 Cetak
A. Samad
STAI Al-Washliyah
Lam Ara, Rukoh Kota Banda Aceh
Email: abdulsamad@yahoo.com
ABSTRACT
This paper is intended to provide more complete description of why a
policy should be taken after considering various variables that are being
developed. Area of education policy is an important discourse of education in
a country. Education policy is crucial construction and direction of human
development in Indonesia. Education policy is not formulated in a single
process, but it is determined by a variety of important variables, especially if
education policy is to focus on efforts to anticipate the development
aspirations of the community. In the era of free markets currently, education
policy must reflect the demands of modernization and re-contextualization,
so that education policy is relevant to the aspirations of the community,
economic development, and growth or the demands of globalization
Pendahuluan
Belakangan ini muncul perdebatan menarik tentang praktik pen-
didikan. Perdebatan itu mencakup pertanyaan-pertanyaan pokok dalam
penyelenggaraan pendidikan. Di antara pertanyaan itu adalah kemana arah
kebijakan pendidikan kita akan ditujukan? Dimanakah peran dan relevansi
pendidikan dengan pembangunan ekonomi? Apakah kebijakan pendidikan
yang selama ini diambil telah mempertimbangkan tuntutan perubahan yang
disebabkan oleh globalisasi ekonomi? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu
banyak menghantui masyarakat. Tulisan ini ingin memberikan gambaran
yang lebih utuh mengapa sebuah kebijakan harus diambil setelah
memperhatikan berbagai variabel yang sedang berkembang. Di antara
variabel penting untuk dicermati adalah perkembangan proses modernisasi
yang amat dinamis, seiring dengan itu juga munculnya hegemoni kapitalisme
global di dalam kehidupan masyarakat yang membawa konsekuensi inter-
koneksi kebijakan dengan beragam perkembangan aspirasi di dunia
internasional.
Ada kepentingan yang cukup besar untuk membangun suatu arah
kebijakan pendidikan ketika banyak variasi dan analisa kebijakan pendidikan
yang dilansir sebagai antisipasi kebutuhan yang berkembang di tengah
Kebijakan Pendidikan
Jika kita mengamati dengan cermat berbagai perubahan yang disebab-
kan oleh proses globalisasi, terutama yang berkaitan dengan kebijakan sosial
dan kebijakan pendidikan akan banyak model solusi yang dapat dikembang-
kan oleh setiap pengambil atau perumus kebijakan di setiap negara
berdasarkan kepentingan serta kebutuhan mereka sendiri. Respon itu bisa
bermacam-macam, namun, sekurang-kurang dapat diidentifikasi dua tipe
atau model respon penting yang dianggap ideal. Pertama, adalah apa yang
dikatakan oleh Brown dan Lauder (1996) sebagai ‘neo-fordisme’, yakni
penciptaan fleksibilitas pasar yang lebih besar dengan cara membuat
program reduksi dalam pajak sosial, mereduksi kekuatan serikat pekerja, dan
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan dan disarankan bebe-
rapa hal sebabagi berikut: (1) modernisasi pendidikan dapat dilakukan
dengan lebih cepat melalui penentuan kebijakan yang sesuai dengan tuntutan
perubahan, (2) Globalisasi memaksa perumus kebijakan harus melakukan
adaptasi yang terus menerus dalam menetapkan kebijakannya agar selalu
antisipatif dengan perkembangan aspirasi masyarakat, (3) Agar kebijakan
pendidikan bergayut dengan aspirasi masyarakat, maka praktik pendidikan
harus dimodernisasikan melalui proses rekonstektualisasi pendidikan, serta
rekonstruksi pendidikan, (4) ada tiga area penting untuk dilakukan rekons-
truksi pendidikan, yakni rekonstruksi kurikulum pendidikan, rekonstruksi
organisasi pendidikan, dan rekonstruksi kepemimpinan pendidikan.
Hughes, C and Tight, M., 1995. ‘The Myth of Learning Society’. British Journal
of Educational Studies.
Newman, J and Clarke, J., 1994. Going about Our Bisiness?, The
Managerialization of Public Services, In J. Clarke, A Cochrane and E
Mclaughin (Eds): Managing Social Policy. London. Sage.
Abd. Wahid
Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry
Jl. T. Nyak Arief No. 128 Kompleks Asrama Haji
Kota Banda Aceh
Email: wahidarsyad@yahoo.Com
ABSTRACT
College of Tarbiyah PTI. Al-Hilal is one institution that plays an
important role for the development of education in Aceh. Until now the
alumni of the College of Science Tarbiyah has spread to a variety of pen-
interpreter Aceh province, outside Aceh and even abroad. Existence of these
institutions, supported among others by the high interest of young people of
Aceh to become educators in various fields of expertise. Other things, the
maturity of this institution-old is mature enough to be rich in experience so
that it fixes from time to time continue to be made. Given the globalization of
the increasingly stringent, College of Tarbiyah PTI. Al-Hilal are required to
further increase the quality in a variety of its aspects, such as discipline
faculty, student services, employment services and enhance oak-tern
relationship to various agencies in Aceh, outside the region and even
internationally.
Pendahuluan
Secara nasional mutu pendidikan di Aceh tergolong sangat rendah di-
bandingkan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Padahal Provinsi Aceh me-
rupakan provinsi kaya dengan berbagai hasil alam maupun migas. Pada tata-
ran lain, jumlah pendidik yang ada di Aceh tidak terjadi kekurangan yang sig-
nifikan. Perguruan-Perguruan Tinggi yang paling diminati di Aceh adalah fa-
kultas yang mencetak para tenaga pengajar (guru), baik yang berada di ibu-
kota Provinsi maupun di Daerah-daerah Tingkat II. Sekolah Tinggi Ilmu Tar-
biyah merupakan salah satu Fakultas favorit pada lembaga PTI. Al-Hilal Sigli
Banda Aceh. Setiap tahun para calon mahasiswa berduyun-duyun mendaf-
tarkan diri untuk bersaing agar memperoleh kesempatan untuk menjadi ca-
lon pendidik di kemudian hari. Padahal daya tampung yang ada hanya mam-
pu menampung 50% dari calon peserta testing yang mendaftar.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa Daerah Aceh merupakan kawasan yang
selalu diliputi konflik, baik yang melibatkan bangsa Aceh dengan bangsa-
bangsa Eropa di masa kolonial, konflik sesama bangsa Aceh sendiri, maupun
konflik bangsa Aceh dengan pemerintah Pusat. Akibat konflik yang terus me-
Proses Perubahan IAIN Menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ed. Kusmana, (Jakarta: UIN
Press, 2002), hal. 181.
Proses Perubahan IAIN menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ed. Kusmana, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2002), hal. 30.
_____________________________
5 Azyumardi Azra, “Membangun Integrasi …, hal. 184
6 Azyumardi Azra, “Membangun Integrasi …, hal. 186.
_____________________________
7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerinta-
han Aceh.
8 "Banyaknya para Siswa di Nanggroe Aceh Darussalam yang tidak Lewat UAN",
Suara Pembaharuan.com.
Kesimpulan
Nuansa Pendidikan di Aceh memiliki karakteristik yang berbeda den-
gan yang dimiliki oleh daerah lain di Indonesia. Ada tiga hal yang membeda-
kan konsep pendidikan di Aceh, pertama, memiliki landasan syari'at Islam,
karena Aceh telah menetapkan pemberlakuan syari'at Islam. Kedua, landasan
keacehan, karena Aceh memiliki hak yang lebih khusus dalam pelaksanaan
pendidikan. Landasan kedua ini merupakan implementasi dari disahkannya
pemberlakuan Aceh sebagai daerah yang memiliki otonomi khusus, yang di-
bungkus dalam undang-undang Aceh. Ketiga, pengimplementasian undang-
undang Pemerintahan Aceh, sebagai wujud terjadinya perdamaian di Aceh.
Dalam undang-undang pemerintahan Aceh, diatur secara jelas pembagian
Azyumardi Azra, “Membangun Integrasi Ilmu, Iman, Amal dan Akhlak”, dalam
Proses Perubahan Instutut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ed. Kusmana, Jakarta: UIN
Press, 2002.
Tim Penulis, Proses Perubahan Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatul-
lah menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: UIN Jakarta Press,
2002.
Drs. Armia
Kepala Mtsn Beureunuen Kabupaten Pidie
Jl. Medan Banda Aceh, Beureunuen KM 125, Pidie Aceh
Email: armia.thaleb@yahoo.co.id
ABSTRACT
Quality of Improvement of School-Based Management (MPMBS) is
one of management form of school management that applied to improve the
quality of education at a school. Improving the quality of school education
would be realized if the potentials are given with greater authority and
flexibility to manage on their own through a participatory decision-making.
This writing aims to determine the principal efforts for the preparation of
programs, strategies and cooperation with the school committee in the
implementation of school-based management of quality improvement. The
researcher used descriptive method with qualitative approach. Techniques
of data collection were interviews, observation, and study documentation.
The subject of this research is the principal, board of teachers, principals,
administrators and school committees. The results showed that the efforts
made by the headmaster of Junior Islamic High School (MTsN), Sigli Pidie in
preparing the school program accordance with the school vision and mission
that is a compiled program can largely be implemented properly. Strategy
undertaken by the principal in the implementation MPMBS leads to the
formation model of effective school, which puts professionalism and
empowerment of all school personnel for the quality improvement program.
Based on the principal co-operation undertaken by the school committee in
the implementation, the implementation of MPMBS can be categorized good.
It is proved that the school committee involved in budgeting, program
implementation and evaluation of school programs.
PENDAHULUAN
Mutu pendidikan merupakan pilar untuk menghasilkan sumber daya
manusia yang baik dan handal, sehingga usaha-usaha peningkatannya harus
selalu dilakukan secara terus-menerus agar mutu pendidikan semakin baik.
Oleh karena itu, perlu dilakukan kebijakan khusus untuk perbaikan. Salah
satunya adalah melakukan inovasi pengelolaan pendidikan melalui Manajemen
Berbasis Sekolah (School Based Management). Kebijakan ini dipandang seba-
_____________________________
1
Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta: Adicita Karya
Nusa, 2005), hal. 364.
2
Dedi Supriadi, Mengangkat…, hal. 364
3
Wahjusumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bina Rupa Aksara, 2008),
hal. 100.
4
Tilaar, (2004), hal. 23.
Bidang Kurikulum
Dalam menyusun perencanaan kegiatan MTsN Sigli Kabupaten Pidie dila-
kukan pada setiap akhir tahun pelajaran yang meliputi kegiatan intra dan ek-
strakurikuler, perbaikan sarana dan prasarana sekolah, rencana kegiatan ke-
tatausahaan, penerimaan siswa baru, menyusun administrasi/perangkat
pembelajaran oleh guru dan lain-lain yang dianggap perlu, termasuk kebutuhan
dana yang diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar serta pe-
rencanaan kesejahteraan guru dan pegawai sekolah.
Dalam wawancara peneliti dengan kepala sekolah mengatakan: “Dalam
rapat rutin dengan dewan guru dan pegawai telah direncanakan beberapa
agenda yang harus dibahas yaitu kegiatan belajar mengajar termasuk strate-
gi, metode dan evaluasi persiapan guru dalam mengajar, kegiatan ekstrakuri-
kuler siswa, renovasi sarana dan prasarana, program kerja tata usaha, pene-
rimaan siswa baru, kesejahteraan guru dan pegawai, upaya peningkatan mu-
tu sekolah, evaluasi kerja dan penyusunan anggaran biaya tahunan. Semua
masalah yang telah diagendakan dan dicari solusinya secara bersama dengan
jalan musyawarah dan mufakat. Kemudian hasil rapat dewan guru dan pe-
gawai tersebut kami bawa ke dalam rapat komite.”
Selanjutnya dalam wawancara peneliti dengan wakil kepala sekolah bi-
dang kurikulum beliau mengatakan bahwa: “Rapat penyusunan program se-
Pengembangan Ketenagaan
Guru merupakan perancang ulung yang mampu mengkondisikan sua-
sana belajar sesuai dengan materi, keadaan siswa dan waktu yang tersedia
sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan menyenangkan.
Hal ini hanya dapat dilakukan oleh guru yang profesional. Kepala MTsN Sigli
Kabupaten Pidie melaksanakan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Se-
kolah dalam bidang ketenagaan khususnya pengembangan mutu guru yaitu
dengan memberikan kesempatan pada guru untuk melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi guna meningkatkan kualitas sumber daya manu-
sia. Memberikan insentif kepada guru yang mengajar lebih dari 24 jam/
minggu yang dananya dianggarkan dari dana BOS.
Di samping itu kepala sekolah juga memberikan berbagai kemudahan
berupa dispensasi kepada guru yang mengikuti penataran, seminar, loka-
karya, workshop, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan pelatihan
lainnya yang bertujuan meningkatkan kualitas guru tersebut serta memberi
kemudahan bagi guru yang akan naik pangkat sepanjang telah memenuhi
syarat dan kemudahan kepada guru yang akan mengusul gaji berkala.
Bagi guru dan tenaga kependidikan pada MTsN Sigli Kabupaten Pidie
ada beberapa jenis penataran yang sering diikuti mulai penataran/pelatihan
tingkat sekolah, tingkat kabupaten, provinsi dan nasional. Untuk semua jenis
pelatihan/penataran ini sangat didukung oleh kepala sekolah demi peningka-
tan sumber daya guru dan pegawai.
Hasil wawancara peneliti dengan guru matematika yang juga merupa-
kan ketua MGMP Al-Qur’an Hadits MTsN Sigli, beliau mengatakan bahwa:
“Dalam hal pengembangan SDM guru dan pegawai, kepala sekolah memberi-
kan kesempatan seluas-luasnya sepanjang tidak mengganggu jadwal menga-
jar dan tetap bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya. Setiap
guru yang akan mengikuti pelatihan/penataran akan diberi dana tambahan
berupa uang transport yang memang telah diprogramkan dalam RAPBS dana
BOS.” Tidak hanya penataran dan pelatihan, untuk meningkat-kan sumber
daya guru juga dilakukan dengan cara Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) dan kelompok kerja guru. Adapun kegiatan yang dilakukan di sini
adalah melakukan diskusi untuk mempelajari kurikulum dan mengembang-
kannya, mengembangkan metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi yaitu meliputi waktu, materi dan lingkungan sekolah.
Seorang guru pendidikan agama mengatakan bahwa: “Di awal tahun pela-
jaran kami diundang oleh kepala sekolah selama 2 (dua) hari untuk melaku-
kan kegiatan rapat dan dilanjutkan dengan persiapan perangkat mengajar
melalui MGMP menurut rumpun mata pelajaran masing-masing yang telah
ditunjuk seorang instruktur untuk memberi pengarahan terhadap program
kerja yang akan disusun. Dalam hal ini kepala sekolah meng-alokasikan dana
untuk kehadiran guru-guru dan bagi guru yang telah menyerahkan admini-
strasi kelengkapan mengajarnya juga akan diberikan dana tambahan.”
Kesimpulan
Upaya yang dilakukan kepala MTsN Sigli Kabupaten Pidie dalam me-
nyusun program sekolah sesuai dengan visi dan misi sekolah yang dijabarkan
dalam tujuan dan dapat dinyatakan sudah baik, yaitu program yang disusun
sebagian besar dapat dilaksanakan dengan baik.
Strategi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam implementasi MPMBS
mengarah pada pembentukan sekolah model efektif, yaitu menempatkan
profesionalisme dan pemberdayaan semua personil sekolah bagi program
peningkatan mutu. Untuk mewujudkan proses tersebut salah satu upaya ke-
pala sekolah adalah meningkatkan kinerja guru demi keefektifan proses
pembelajaran yang dilakukan.
Ditinjau dari sisi kerjasama yang dilakukan kepala sekolah dengan komite
sekolah dalam pelaksanaan MPMBS sudah dapat dikategorikan baik. Hal ini
terbukti bahwa adanya pelibatan komite sekolah dalam penyusunan angga-
ran, pelaksanaan program sekolah serta evaluasi program. Di samping itu,
seringnya kepala sekolah mengadakan rapat (musyawarah) dengan meli-
batkan komite sekolah dan masyarakat.
_____________________________
9
Uno, Profesi…, hal. 102
Fattah, Nanang, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Seko-
lah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004.
Uno, Hamzah B., Profesi Kependidikan; Problema, Solusi, dan Reformasi Pendi-
dikan di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Masbur
STIT PTI. Al-Hilal
Jl. Lingkar Keunire, Pidie Aceh
Email: masbur@yahoo.com
ABSTRACT
Aceh province has shown its participation in education and one of
Aceh's privilege in the field of education. In several centuries ago, education
in Aceh, especially Islamic education has been implemented in a variety of
channels, types, and levels of education. Boarding Islam education (dayah) is
among the best choice in providing education in Aceh since earlier era till
now, although it is still within the national education system.
Pendahuluan
Lembaga pendidikan berperan sebagai wahana strategis dalam mem-
persiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas bagi pembangunan
bangsa. Pendidikan di Aceh sudah berlangsung sejak berabad-abad yang lam-
pau, hal ini menunjukkan bahwa provinsi NAD memberi perhatian khusus da-
lam bidang pendidikan, baik pendidikan umum maupun pendidikan agama Is-
lam. Dengan demikian, tidak mengherankan jika dalam masyarakat Aceh ter-
dapat lembaga-lembaga pendidikan penting, mulai dari jenjang pendidikan da-
sar, jenjang pendidikan menengah, sampai jenjang pendidikan tinggi.
Lembaga pendidikan di Aceh mengikuti Sistem Pendidikan Nasional,
walaupun Aceh mempunyai landasan yuridis khusus tentang pendidikan yaitu:
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2000 dengan pendidikan yang bernuansa
Islami yang dijabarkan dalam Qanun-qanun, namun tetap tidak terlepas dari
sistem pendidikan secara nasional, yaitu masih memakai Undang-Undang No-
mor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan dalam masyarakat Aceh pada masa silam tidak mengenal
pemisahan antara pendidikan agama (agama Islam) dan pendidikan umum,
walaupun sepanjang sejarah masyarakat Aceh telah menjadikan agama Islam
sebagai pedoman dalam kehidupannya. Penghayatan dan pengamalan ajaran
Islam dalam rentang sejarah telah melahirkan suasana masyarakat dan budaya
Aceh yang Islami, budaya dan adat yang lahir dari ijtihad para ulama,
kemudian dipraktikkan, dikembangkan, dan dilestarikan oleh masyarakat.
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui tentang Lembaga
Pendidikan Islam yang dilaksanakan di Aceh, walaupun mempunyai
kekhususan, namun tetap dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Kesimpulan
Pendidikan merupakan penyangga keistimewaan provinsi Aceh, Dayah
merupakan pendidikan tertua di Aceh. Walaupun Aceh mempunyai landasan
yuridis khusus tentang penyelenggaraan pendidikan dengan pendidikan yang
bernuansa Islami, namun masih tetap dalam bingkai NKRI, ini terbukti dengan
mengikuti Standar Nasional Pendidikan, baik kurikulum maupun standar
kompetensi lulusan.
Al-Qur’anulkarim
Aziz, Syaikh Abdul Qadir, Keutamaan Ilmu dan Ahli Ilmu, Solo: Al- ’Alaq, 2006.
Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional,
Jakarta: Kencana Persada Media Group, 2006.
Gubernur Daerah Istimewa Aceh, Peraturan Daerah Istimewa Aceh Nomor 6
Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pendidikan, Banda Aceh: Pemda
Provinsi Daerah Istimewa Aceh, 2000.
Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1999.
Pemda NAD, Qanun Provinsi Nangroe Aceh Darussalam Nomor 23 Tahun 2003
tentang Penyelenggaraan Penididkan, Banda Aceh: Pemda, 2002.
Pemerintah Provinsi NAD Majelis Pendidikan Daerah, Rencana Strategis
(Renstra) Pendidikan Nanggroe Aceh Darussalam 2007-2012, Banda
Aceh: Pemda Aceh, 2007.
Presiden Republik Indonesia, Penyelenggaraan Keistimewaan Aceh, Jakarta: CV.
Eko Jaya, 1999.
-----, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Na-
sional, Jakarta: Sinar Grafika, 2003.
-----, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Jakarta: CV. Eko Jaya, 2005.
-----, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh,
Jakarta: Yayasan Mata Uroe Nanggroe, 2006.
Thalhas, T. H. dan Choirul Fuad Yusuf (Editor), Pendidikan dan Syariat Islam di
Nanggroe Aceh Darussalam. Jakarta: Galura Pase, 2007.
Ramli Abdullah
Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh
Kopelma Darussalam, Kota Banda Aceh
Email: ramliabdullah@yahoo.com
ABSTRACT
Teachers who have good qualifications and high quality as a subject teacher
will be able to carry out teaching and learning activities as well. The ability of
teachers to teach, which can be seen when teachers make lesson plans,
implement learning activities, and when it conducted an assessment of
student learning outcomes. Various capabilities of teachers in the teaching in
question, among others, is the ability of teachers in subject matter mastery,
the ability of teachers to manage teaching and learning, teacher capability in
managing the classroom, teachers' ability in using the media / methods of
teaching, the ability of teachers to manage teaching and learning interactions,
and the ability of teachers in assessing student learning outcomes. Teaching
and learning activities that teachers who have implemented and are able to
apply various teaching skills to effectively and efficiently will make the
students excited and love the subjects he taught, so students trying to learn
to really master the subject matter presented and in the end the students will
get the results higher learning as well.
Pendahuluan
Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan guru di hadapan siswa
bertujuan untuk tercapaian hasil belajar, baik dalam perencanaan belajar
mengajar, pelaksanaan belajar mengajar, maupun dalam pencapaian hasilnya
akan dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya seperti yang dikemukakan
Suryabrata bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu:
(1) faktor yang berasal dari luar diri siswa, seperti: (a) faktor sosial dan (b)
faktor non sosial, (2) faktor yang berasal dari dalam diri siswa, seperti: (a)
faktor fisiologis dan faktor psikologis.1 Sejalan dengan pendapat di atas,
Rooijakkers menjelaskan bahwa hasil belajar itu dipengaruhi oleh dua hal,
yaitu: (1) sesuatu yang berada dalam diri siswa (proses internal) dan (2)
sesuatu yang berasal dari luar siswa, dalam hal ini guru (proses eksternal).2
Oleh karena proses internal itu tidak langsung, maka seorang guru harus
_____________________________
1 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1990), hal. 249-254.
2 Ad. Rooijakkers, Mengajar dengan Sukses, (Jakarta: Gramedia, 1990), hhal. 15-22.
_____________________________
3 Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hal. 5.
4 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek,
tan Belajar-Mengajar yangEfektif, (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2004), hal.
46-47.
16 Soedijarto, Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Grasindo, 1993),
hal. 60-61.
17 Robert M. Gagne dan Merey Perkins Driscoll, Essential of Leaning for Instruction
_____________________________
23 Abin Syamsuddin, Pedoman Studi Psikologi Kepribadian, (Bandung : IKIP Bandung,
1990), hal. 9.
24 W.S. Winkel, Psikologi Pembelajaran (Jakarta: Grasindo, 1998), hal. 245.
25 E. Muyasa, 2005., Ibid., hal. 13.
26 Richard Dunne dan Ted Wragg, Pembelajaran Efektif, Alih bahasa oleh Anwar
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut di atas, ternyata terdapat
hubungan positif antara kemampuan guru dalam pembelajaran dengan hasil
belajar siswa. Artinya setiap peningkatan kemampuan guru dalam mengajar
mengakibatkan kenaikan hasil belajar yang diraih siswa. Dengan adanya
hubungan positif antara kemampuan guru dalam pembelajaran dengan hasil
belajar yang diraih siswa, maka ini menunjukkan bahwa kemampuan guru
dalam mengajar baik, sehingga hasil belajar yang diraih siswa akan
meningkat pula. Sebaliknya kemampuan guru dalam mengajar kurang baik,
maka hasil belajar yang akan diraih siswa juga kurang baik. Maka dengan
demikian menunjukkan bahwa hasil belajar yang diraih siswa ditentukan
oleh sejauhmana guru menguasai dan menerapkan dengan baik berbagai
kemampuan mengajarnya dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk itu dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dalam suatu mata pelajaran dapat
ditingkatkan melalui peningkatan berbagai kemampuan guru dalam
mengajar.
Sulaiman
STIT PTI. Al-Hilal Sigli
Jl. Lingkar Keuniree, Sigli Pidie
Email: sulaiman@yahoo.com
ABSTRACT
Education is part of the human need for survival. Human needs are
always changing and never satisfied with what he had. Along with the times
and modern life, the need was increasing, and competition becomes more
intense. The development and modern life automatically leads education to
be modernized in order to provide service the students and community and
social needs. Education is basically based upon the philosophy and human
needs. In the philosophy of education, we find the patterns and models of
conservative and liberal education. Both of these educational models have
their respective characteristics and fundamental difference. The fundamental
difference lies in the methodology (basic theory, thinking, curriculum and
other elements associated with it). By his conservative philosophy that is
multicultural, the education tends to preserve the cultural values in order to
improve the cultural side. While liberalism is free-style education and this
philosophy is based on the pragmatism sides. This type of education that
should not be against the norms and values that make certain undemocratic
education. Whatever the thinking model of education (conservative and
liberal) should refer to the fulfillment of needs.
Pendahuluan
Keberhasilan dalam pembelajaran bukanlah karena kaya dan banyak-
nya materi yang diberikan kepada anak didik. Keberhasilan dalam pembela-
jaran merupakan hasil internalisasi beberapa unsur yang saling mengikat
dan berjalan dengan beriringan serta bersama-sama sehingga keberhasilan
tersebut tercapai.
Kemahiran guru dalam mengelola pengajaran merupakan modal ke-
berhasilan dalam proses pengajaran. Pengelolaan tersebut dimulai dari men-
desain bahan materi pengajaran, pendekatan yang digunakan dalam menga-
jar serta mengatur strategi dan trik-trik yang digunakan dalam mengajar.
Disamping keberhasilan dalam dunia pendidikan tidak sedikit dijum-
pai yang mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut juga disebabkan oleh ba-
nyak faktor, seperti guru tidak mampu menggunakan metode-metode yang
Pengertian
Metode pendidikan Islam adalah prosedur umum dalam penyampaian
materi untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tertentu
tentang hakikat Islam sebagai supra sistem. Sedangkan teknik pendidikan
Islam adalah langkah-langkah konkret pada waktu seorang pendidik melak-
sanakan tugas pengajaran di kelas. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi mengarti-
kan metode sebagai jalan yang dilalui untuk memperoleh pemahaman pada
peserta didik. Abd Aziz mengartikan metode dengan cara-cara memperoleh
informasi, pengetahuan, pandangan, kebiasaan berpikir, serta cinta pada il-
mu, guru dan sekolah.2
Metodologi pengajaran (metodik) membicarakan tentang cara-cara
mengajar bidang studi tertentu dimana prinsip-prinsip umum tersebut ber-
laku di dalamnya. Jadi metodik bergerak dalam lingkaran atau dalam suatu
kondisi kegiatan belajar mengajar pada umumnya. Sedangkan metodologi
pengajaran (metodik) bergerak dalam strategi dan teknik yang akan ditem-
puh dalam kegiatan belajar mengajar tersebut. Sehingga dikatakan antara
Didaktik dan metodologi pengajaran tersebut terdapat hubungan yang erat,
terutama dalam kesiapan guru pada saat berlangsung kegiatan belajar men-
gajar.3
Dalam penggunaan metode pendidikan yang perlu diamati adalah ba-
gaimana seorang pendidik dapat memahami hakikat metode dan relevan-
sinya dengan tujuan utama pendidikan. Disamping itu, tujuan diadakan me-
_____________________________
1
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner: Normatif
Perenialis, Sejarah, Filsafat, Psikologi, Sosiologi, Manajemen, Teknologi, Informasi, Kebu-
dayaan, Politik Dan Hukum, Cet I (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hal. 125
2
Abdul Mujib dkk Ilmu Pendidikan Islam, cet. I., (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 165
3
M. Basyiruddun Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Cet. III., (Jakarta:
Ciputat Press, 2002), hal. 6
Idealisme
Idealisme termasuk dalam kelompok filsafat tertua. Tokoh aliran ini
adalah Plato (427-347) yang secara umum dipandang sebagai bapak idea-
lisme di Barat yang hidup kira-kira 2500 tahun yang lalu. Aliran filsafat ini
menurut Poedjawitna memandang dan menganggap yang nyata hanya ide.
Ide tersebut selalu tetap atau tidak mengalami perubahan atau penggeseran.
Aliran filsafat idealisme menekankan pada moral dan realita spiritual sebagai
sumber-sumber utama di alam ini.
Prinsip idealisme bahwa realitas tersusun di atas subtansi sebagai
mana gagasan-gagasan atau ide-ide (spiritual). Menurut penganut idealisme,
dunia beserta bagian-bagiannya suatu sistem yang masing-masing unsurnya
saling berhubungan. Dunia adalah suatu totalitas, suatu kesatuan yang logis
dan bersifat spiritual. Realita atau kenyataan yang tampak di alam ini bukan-
lah kebenaran yang hakiki, melainkan gambaran atau ekspresi dari ide-ide
yang ada dalam jiwa manusia.
Metode pengajaran
Aliran filsafat idealisme lebih mengutamakan metode dialektika, tetapi
metode lain yang efektif dapat juga dimanfaatkan.6 Menurut aliran filsafat ini
metode yang tepat digunakan untuk mendidik adalah metode dialektika dis-
amping juga bisa digunakan metode lain yang dianggap sesuai.
Perenialisme
Perenialisme berasal dari kata diartikan continuing through the whole
year, atau lasting for every long time abadi atau kekal dan baqa berarti pula
tiada akhir. Dengan demikian esensi kepercayaan filsafat perenialisme adalah
berpegang pada nilai-nilai norma-norma yang bersifat abadi. Perennialis se-
suai dengan namanya yang berarti segala sesuatu yang ada sepanjang sejarah
ini akan dianggap sebagai suatu aliran yang ingin kembali kepada nilai-nilai
asasi manusia masa silam untuk menghadapi problematika kehidupan manu-
sia masa sekarang dan bahkan sampai kapanpun dan di manapun.7
Menariknya lagi istilah filsafat perennial ini populer sekali di kalangan
banyak intelektual terutama yang peduli terhadap studi agama-agama dan
filsafat. Sehingga banyak kontribusi pemikiran para ahli tentang filsafat pe-
renialisme ini.
Perenialisme memandang bahwa keadaan sekarang bagaikan zaman
yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kekacauan, kebingungan
dan kesimpang-siuran. Berhubung dengan itu dinilai sebagai zaman yang
membutuhkan usaha untuk mengamankan lapangan moral, intelektual dan
lingkungan sosial kultural yang lain. Ibarat kapal yang akan berlayar, zaman
memerlukan pangkalan dan arah tujuan yang jelas. Perenialisme berpenda-
pat bahwa mencari dan menemukan pangkalan yang demikian itu merupa-
kan tugas yang pertama-tama dari filsafat dan filsafat perenialisme.
Perenialisme mengambil jalan regresif, karena mempunyai pandangan
bahwa tidak ada jalan lain kembali kepada prinsip umum yang telah menjadi
_____________________________
6
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Cet. I., (Bandung: Alfabeta, 2009), hal.
103.
7
Ramayulis dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Cet. III., (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), hal.
21.
Metode pengajaran
Latihan mental dalam bentuk diskusi, analisis buku melalui pemba-
caan buku-buku yang tergolong karya-karya besar tentang peradaban barat.9
Pengkajian bahan dan materi pelajaran dengan cara membaca serta didisku-
sikan secara bersama untuk memperdalam.
Metode diskusi ialah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan
memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi se-
cara rasional dan objektif.10 Cara seperti ini menimbulkan perhatian anak
dan perubahan tingkah laku anak didik dalam belajar. Metode diskusi juga
dimaksudkan untuk dapat merangsang anak didik dalam belajar dan berpikir
secara kritis dan mengeluarkan pendapatnya secara rasional dan objektif.
_____________________________
8
Imam Barnadib Filsafat Pendidikan, Cet. V., (Yogyakarta: Andi Offset, 1988), hal. 59.
9
Redja Mudyahardjo Pengantar Pendidikan, Cet. IV., (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2008), hal. 167.
10
M. Basyiruddun Usman, Metodologi…, hal. 36.
Esensialisme
Essensialisme muncul pada zaman renaisans, dengan ciri-ciri utama
yang berbeda dengan Progresivisme. Perbedaan ini terutama dalam membe-
rikan dasar berpijak mengenai pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana
serba terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterikatan dengan
doktrin tertentu. Bagi Essensialisme, pendidikan yang berpijak pada dasar
pandangan itu mudah goyah dan mudah terarah. Karena itu Essensialisme
memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki
kejelasan dan tahan lama, sehingga memberi kestabilan dan arah yang jelas.11
Essensialisme didasari atas pandangan humanisme yang merupakan
reaksi terhadap hidup yang mengarah pada keduniawian, serba ilmiah dan
materialistik. Selain itu juga diwarnai oleh pandangan-pandangan dari pa-
ham pengikut aliran idealisme dan realisme. Tokoh utama yang berperan da-
lam penyebaran Essensialisme, adalah; Desiderrius Erasmus, humanis Belan-
da yang hidup pada akhir abad 15 dan permulaan abad 16. Johann Amos
Comenius (1592-1670), Jhon Locke (1632-1704), Johann Henrich Pestalozzi
(1746-1827), Johann Friederich Frobel (1782-1852), Johann Friederich Her-
bert (1776-1841), William T. Harris tokoh dari Amerika Serikat hidup pada
tahun (1835-1909).
Dalam rangka mempertahankan pahamnya, khususnya dari persain-
gan dengan paham Progresivisme, tokoh-tokoh Essensialis mendirikan satu
organisasi yang bernama “Essentialist committee for the Advancement of
Education” pada tahun 1930. Melalui organisasi ini pandangan Essensialisme
_____________________________
11
Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Cet. IV., (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hal. 25.
Materialisme
Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi,
bukan rohani, bukan spiritual dan supernatural. Demokritos (460-360 SM),
merupakan pelopor pandangan materialisme klasik, yang disebut juga ‘ato-
misme’ Demokritos beserta pengikutnya beranggapan bahwa segala sesuatu
terdiri dari bagian-bagian kecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi (yang dis-
ebut atom-atom). Atom-atom merupakan bagian terkecil dari yang begitu ke-
cil sehingga mata kita tidak bisa melihatnya. Atom-atom bergerak sehingga
membentuk realitas pada mata kita.
_____________________________
12
Uyoh Sadulloh Pengantar Filsafat Pendidikan…, hal. 160)
13
Redja Mudyahardjo Pengantar…, hal. 163
Metode pengajaran
Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi (SR conditioning), pe-
ran conditioning, reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetensi.15
_____________________________
14
Uyoh Sadulloh Pengantar Filsafat Pendidikan…, hal. 116
15
Uyoh Sadulloh Pengantar Filsafat Pendidikan…, hal. 118
Metode pengajaran
_____________________________
16
Hani’ah. Terj., Experienci & Education Pendidikan Berbasis Pengalaman, Cet. I.,
(Jakarta: Teraju PT. Mizan Publika, 2004), hal. 4.
17
Mahmud Arif. Terj., Tiga Aliran…, hal. 109
18
Ramayulis dkk., Filsafat…, hal. 18.
Fragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata ‘pragma’ (bahasa Yunani) berarti tin-
dakan, perbuatan. Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandan-
gan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu memiliki kegu-
naan bagi kehidupannya.
Pragmatisme berpandangan bahwa subtansi kebenaran adalah jika
segala sesuatu memiliki fungsi dan manfaat bagi kehidupan. Misalnya, bera-
gama sebagai kebenaran, jika agama memberikan kebahagiaan; menjadi do-
sen adalah kebenaran jika memperoleh kenikmatan intelektual, mendapat
gaji atau apapun yang bernilai kuantitatif dan kualitatif. Sebaliknya jika
memberi kemudharatan, tindakan yang dimaksud bukan kebenaran, misal-
nya memperistri wanita yang sakit jiwa adalah perbuatan yang membahaya-
kan dan tidak dapat dikategorikan sebagai serasa dengan tujuan pernikahan-
nya dalam rangka mencapai keluarga sakinah, mawaddah warahmah.21 To-
kohnya William James (1842-1910 M) dan Jhon Dewey (1859 M).
Pragmatisme melihat, pendidikan bukanlah merupakan suatu proses
pembentukan dari luar dan bukan pula merupakan suatu pemerkahan kekua-
tan-kekuatan laten dengan sendirinya (unfolding). Pendidikan menurut
pragmatisme, merupakan suatu proses reorganisasi dan rekonstruksi dari
pengalaman-pengalaman individu. Dalam hal ini dapat dikatakan, anak dan
orang dewasa selalu belajar dari pengalamannya.
Metode pengajaran
Metode pengajaran pragmatisme adalah metode aktif, yaitu learning
by doing (belajar sambil bekerja).22 Metode yang digunakan dalam pengaja-
ran bersifat aplikatif. Kemudian Dewey menerangkan metode pengajaran da-
lam pendidikan sebaiknya digunakan metode disiplin, bukan dengan kekua-
saan. Kekuasaan tidak dapat dijadikan metode dalam pendidikan karena me-
rupakan suatu kekuatan yang datang dari luar, dan didasari oleh suatu asum-
si bahwa ada tujuan yang baik dan benar secara objektif, dan si anak dipaksa
untuk mencapai tujuan tersebut. Kekuasaan tidak sesuai dengan kemauan
dan minat anak, serta gurulah yang menentukan segala-galanya. Guru me-
maksakan bahan pelajaran kepada anak, dan guru pulalah yang berpikir un-
tuk anak. Dengan cara demikian tidak mungkin anak akan mempunyai perha-
tian yang spontan atau minat langsung terhadap bahan pelajaran.23
Aliran pragmatisme tidak memisahkan antara materi pengajaran den-
gan metode pengajaran. Variasi metode yang digunakan berpijak pada de-
mokrasi. Guru tidak boleh menghilangkan keaktifan anak didiknya. Seorang
guru tidak boleh membatasi kegiatan murid dan hanya menerima pikiran
guru. Aliran ini menuntut agar peserta didik diikutsertakan secara demokra-
tis dan dinamis, baik dalam berpikir dan membahas. Dengan demikian anak
didik akan mampu menemukan hakikat kebenaran dengan sendirinya.24
Progresivisme
Aliran progresivisme adalah suatu aliran filsafat pendidikan yang san-
gat berpengaruh dalam abad ke-20 ini. Pengaruh itu terasa di seluruh dunia
terutama di Amerika Serikat. Usaha pembaharuan di dalam lapangan pendi-
dikan pada umumnya terdorong oleh aliran Progresivisme ini.
Biasanya aliran progresivisme ini di hubungkan dengan pandangan
hidup liberal “The liberal road to culture”. Yang di maksudkan dengan ini
adalah pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: fleksi-
bel (tidak kaku, tidak menolak perubahan, tidak terikat oleh suatu doktrin
tertentu), curios (ingin mengetahui, ingin menyelidiki), toleran dan open-
minded (mempunyai hati terbuka).
Sifat-sifat umum aliran progressivisme dapat diklasifikasikan ke da-
lam dua kelompok: (a) sifat-sifat negatif, dan (b) sifat-sifat positif. Sifat itu
dikatakan negative dalam arti bahwa, progressivisme menolak otoritarisme
dan absolutisme dalam segala bentuk, seperti misalnya terdapat dalam aga-
ma, politik, etika dan epistemologi. Sedangkan positif dalam arti, bahwa pro-
gressivisme menaruh kepercayaan terhadap kekuatan alamiah dari manusia,
_____________________________
22
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan…, hal. 133.
23
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan…, hal. 131
24
Ramayulis dkk., Filsafat…, hal. 35.
Metode pengajaran
a. Metode belajar aktif. Metode pendidikan progresif lebih berupaya
menyediakan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan berlang-
sungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk men-
gembangkan bakat dan minatnya.
b. Metode memonitor kegiatan belajar. Mengikuti proses kegiatan-
kegiatan anak belajar sendiri, sambil memberikan bantuan-bantuan
tertentu bila diperlukan yang sifatnya memperlancar proses berlang-
sungnya kegiatan-kegiatan belajar tersebut. Bantuan yang diberikan
sebagai campur tangan dari luar diusahakan sedikit mungkin.
c. Metode penelitian ilmiah. Pendidikan progresif merintis digunakan-
nya metode penelitian ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep,
_____________________________
25
Zuhairini, dkk., Filsafat…, hal. 21
Eksistensialisme
Eksistensialisme berasal dari kata “eksistensi” dari kata “existency”
yaitu “exist” adalah bahasa latin yang berarti “ex” keluar dan “sistare” artinya
berdiri. Jadi, eksistensi adalah berdiri dengan keluar dari diri sendiri. Dalam
membuat definisi eksistensialisme, kaum eksistensialis tidak sama. Namun
demikian ada suatu yang dapat disepakati oleh mereka, yaitu sama-sama
menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral.27
Eksistensialisme sebagai filsafat, sangat menekankan individualitas
dan pemenuhan diri secara pribadi. Setiap individu dipandang sebagai mak-
hluk yang unik, dan secara unik pula ia bertanggungjawab terhadap dirinya.
Dalam hubungan dengan pendidikan, Sikun Pribadi mengemukakan bahwa
eksistensialisme berhubungan erat sekali dengan pendidikan, karena kedua-
nya bersinggungan satu dengan yang lainnya pada masalah-masalah yang
sama, yaitu manusia hidup, hubungan antara manusia, hakikat kepribadian
dan kebebasan. Pusat pembicaraan eksistensialisme adalah ‘keberadaan’
manusia, sedangkan pendidikan hanya dilakukan oleh manusia.
Rekonstruksionisme
Sebagaimana yang dinyatakan Caroline (1984), seorang rekonstruk-
sionisme yang berpengaruh periode itu: “nilai terbesar suatu sekolah harus
menghasilkan manusia-manusia yang dapat berpikir secara efektif dan be-
kerja secara konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat dunia lebih
baik dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya”. Sekolah
tidak hanya harus mentrasmisikan pengetahuan mengenai tatanan sosial
yang ada, melainkan juga harus berusaha merekonstruksinya.
George S. Count sebagai pelopor rekonstruksianisme mengatakan
lembaga pendidikan dan sekolah akan betul-betul berperan jika bila sekolah
menjadi pusat pembangunan masyarakat baru secara keseluruhan, mem-
basmi kemudharatan, kemelaratan, peperangan dan kesukuan (rasialisme).
Masyarakat yang menderita kesulitan ekonomi dan masalah-masalah sosial
yang besar merupakan tantangan bagi pendidik untuk menjalankannya pe-
ran sebagai agen pembaharu dan rekonstruksi sosial, dari pada pendidikan
hanya mempertahankan status quo.
Rekonstruksionalisme dipelopori oleh Jhon Dewey, yang memandang
pendidikan sebagai restruksi pengalaman-pengalaman yang berlangsung te-
rus dalam hidup. Sekolah menjadi tempat utama berlangsungnya pendidikan
haruslah merupakan gambaran kecil dari kehidupan sosial di masyarakat.
Perkembangan lebih lanjut dari rekonstruksionalisme Dewey adalah Rekon-
struksionalisme Radikal, yang memandang pendidikan sebagai alat untuk
membangun masyarakat ke depan.29
Tujuan pendidikan menumbuhkan kesadaran terdidik yang berkaitan
dengan masalah-masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi manusia
dalam skala global, dan memberi keterampilan kepada mereka agar memiliki
kemampuan dalam memecahkan masalah. Kurikulum merupakan subject
matter yang berikan masalah-masalah sosial, ekonomi dan politik yang bera-
gam, yang dihadapi manusia termasuk masalah sosial pribadi si terdidik itu
sendiri. Kurikulum tersebut berguna dalam penyusunan disiplin “sains so-
sial”.
_____________________________
28
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, hal. 141.
29
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, hal. 151
Kesimpulan
Metode pengajaran merupakan salah satu unsur terpenting dalam
pendidikan. Oleh karena itu peserta didik/ guru dituntut mampu mengguna-
kan metode yang bervariatif, serta disesuaikan dengan kondisi rill di lapan-
gan. Kemahiran guru dalam menciptakan strategi dan metode pengajaran
akan mempengaruhi terhadap proses belajar anak didik.
Metode pengajaran filsafat konservatif; idealisme, perenialisme, esen-
sialisme dan materialisme. Aliran-aliran filsafat pendidikan ini lebih bersifat
otoriter, pembelajaran yang berpusat pada guru. Model pembelajaran tradi-
sional, seperti mengkaji bahan dan buku-buku teks yang lama. Serta masih
dominan menggunakan metode hafalan dalam pendidikan.
Sementara metode pengajaran liberalisme, sebagaimana ciri khasnya
yaitu model pendidikan yang bebas tidak berdasarkan dogmatis tertentu. Hal
ini sebagaimana tertuang dalam aliran filsafat; realisme, pragmatisme, pro-
gresivisme, eksistensialisme dan rekonstruksionalisme.
Metode pengajaran filsafat liberalisme, learning by doing dimana anak
didik dituntut mampu melakukannya seiring dengan proses belajar, intinya
dari metode ini anak didik bisa bekerja, praktek sambil belajar. selain ini, me-
tode inkuiri juga termasuk dalam metode pengajaran liberalisme. Metode in-
kuri ini mengajarkan anak didik mencari solusi dan alternatif sehingga bisa
keluar dari masalah.
_____________________________
30
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, hal. 156
31
Uyoh Sadulloh Pengantar Filsafat Pendidikanl…, hal. 171
Abdul Mujib dkk Ilmu Pendidikan Islam, cet. I., Jakarta: Kencana, 2006.
Abuddin Nata Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner:
Normatif Perenialis, Sejarah, Filsafat, Psikologi, Sosiologi, Manaje-
men, Teknologi, Informasi, Kebudayaan, Politik Dan Hukum, Cet. I,
Jakarta: Rajawali Press, 2009.
Atang Abdul Hakim dkk Filsafat Umum, Cet. I., Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Hani’ah. Terj, Experienci & Education Pendidikan Berbasis Pengalaman, Cet. I.,
Jakarta: Teraju PT. Mizan Publika, 2004.
Imam Barnadib Filsafat Pendidikan, Cet. V., Yogyakarta: Andi Offset, 1988.
M. Basyiruddun Usman Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Cet. III., Jakar-
ta: Ciputat Press, 2002.
Mahmud Arif. Terj, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam, Cet. I., Yogya-
karta: Tiara Wacana Yogya, 2002.
Oemar Hamalik Kurikulum dan Pembelajaran, Cet. X., Jakarta: Bumi Aksara,
2010.
Ramayulis dkk Filsafat Pendidikan Islam, Cet. III., Jakarta: Kalam Mulia, 2011.
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, Cet. IV., Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008.
Uyoh Sadulloh Pengantar Filsafat Pendidikan, Cet. I., Bandung: Alfabeta, 2009.
Zuhairini, dkk Filsafat Pendidikan Islam, Cet. IV., Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
'دى#()ب ا
(Syabuddin Gade)
Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry
Kopelma Darussalam, Kota Banda Aceh
Email: syahbudin@yahoo.com
ABSTRAK
Tulisan ini membahas tiga unsur adab (kode etik) guru, yaitu; keikhlasan (al-
ikhlash), keadilan (al-‘adl fi al-mu’amalah) dan keteladanan (al-qudwah al-
shalihah). Ketiga unsur adab ini sejatinya perlu diaktualkan oleh setiap pen-
didik dalam kegiatan proses pendidikan, karena ketiganya bukan hanya men-
jadikan proses pendidikan bernilai di mata manusia, tetapi juga bermakna
dalam pandangan Allah. Keikhlasan dan keadilan merupakan kunci utama
bagi guru untuk memperoleh rida, keberkatan atas segala aktivitas dan kede-
katan (taqqarub) kepada Allah. Begitu juga, keteladanan guru sebagai kompe-
tensi moral akan menjadi contoh bagi para muridnya. Semua itu akan mem-
beri implikasi bagi kesuksesan dan kejayaan proses pembelajaran sesuai
dengan tuntunan pendidikan Islam.
_____________
" ارو ،o5ا رس وEرات ا& .%/0ص43 1
3ا - ،( /آة ا` وا & + '6أدب ا وا &' ،ص 47
4ام ا0وى ،ا 0ع jح ا Eب ،ج ،1ص 30
-2ال /ا
اا +ذا E#I 0': E-أO1ب ا Oت إ )Oا
)O-؛ Oأ Oا
O ،OEل
+
"ِ Oَ9ء وَا ْ ُ ْ ِ Oَ6وَا ْ َِ Oْ,
ا ْ َ* ْ
ن َوإِِ َ&5ء ذِي ا ْ َُْ) َو َِ Oَ( )َEْ 5
َ ِ
ل وَا ْ ِْ v
ن اِ َْ ْ ِ ُ ُ ْg5َ %َ 'F
ِ :)-إ F
\
X O6 A ن ]ا" )O' .[90 :\Oا Oأن O 5وم ا ،\O3,وأن OW5ا"F O @F َ Oَ- ْOُ6'Fَ َ ْOُ6آُو َ َُ ِ 5
h Aآن ..و
+ا<Hم 6ُ5 ، ,3م اV + } و ، fوأن X55ا" F ٍ 4-
)(5
+إ #ه ر( ،وا ~0ل اIول (OE \ درا< ي ٍ W ل ا* * . Vوا:ب +أ X و ُY َ 5
" i5ر<0ل ا
» :آ' 6راع وآ'0~ 6ل ( ر(&.«...% ه 0ا ْ ُ'ً ( X
واا +ا ' ; '( ( ^- 6-اIوا;0& ،\Oار0Ofا إOW5ء ا ْ ُ'O OXل،
وO1 .. %. V5"-ل اOHم ا0Oوي :و +O,5أن XO 5م E O'- +Oإذا ازد 0Oا اA,O<I
،A,<Iو + %X 5أآO6 Ohن درس إ Oqا .(6)1O,وO1ل ا Oا Oا0ز :O5إ F
ن
ا ^:ا &' إذا < VM ،A,إ) ا 9أ (' 5 %م ر< OM Oأن 0O65ن آEO \O
5أ درس .و( ا0"O< Oن ً +O OذO/ O» BOء +OاOل Oا,OWن« ،وأورد %O
<vد ( Vا" 1ل :إذا `301ا ْ ُ' )'( Xا/Iة ' 5ل – EOأي ا,OWن – آُ&^O
ا@' ) .(7و1ل :.l `q0 +و'0 Eاء +ا&' ،ا 85O9وا ،`Oq0وإ
ن BO'-ا&OE/0ت وا O1 5O?0ذآه Oأ?\,O< )O'( E"O O( +اO,ن أ F
آن .ً;.و[ M
\ و ،JO1وإن ا0O? JO*'&.ر Vوٍ OW( O %O- ,:- ا hل ،ل ?0O " *Oدة O0':آX O
.(8).d
و,-و (ا ا ْ ُ' Xآ g:4' %& + Bدا \.ا*5 \Wا AX "5 Vا ،"'OWوأ F
ن
+إ OO #ه OO.l 0OOاOOواء أو .%OOFوّ0O W&# OOر أ F
OO3 \F.OO&5فٌ OO1 ٌiO fر اOO6Hن ،واّ O 6
،OOE( Bو +OO OO?4هOOا ا0OO ،JOO10ف ا 0OOWر وا ٌ *OO? gOO:4زY O*5 OO F'1 ^OO:' ٌ O
&#وز آًhا ا:.Iء ،أو E + E#ا )'( +,:ا .. \1Iو أ(@ أن 0&"5ي
ا ْ ُ' g:. Xا@ ^:ة أو ه أو *& j, Mة ،أو O. i5Oص O.رج ا*.(9)\OW
و,-و (ا ا ْ ُ' Xآ ` %-1( + Bز; %ا ْ ُ' Xو( `O %O-1إدارة ا ر< ،Oو`O
\ ا' ر< إدار 5Xو *FP0و(ُ ل. آX
وآ )'( Bا ْ ُ' Xأن \ُ5ا ^O:آ Ogأ; %O'( }5O ،%Oو('،%', &O )O
_____________
5ا +'( :@#اا W4j ،jا ْ ُ' Xوأداء ،Vص .26-25
6ام ا0وى ،ا 0ع jح ا Eب ،ج ،1ص.33
" 7ا <"0ن ،أدب ا ْ ُ' ، Xص.11
" 8ارو ،o5ا رس وEرات ا& ،%/0صW& ،55ف.
9ا `/ا ،Aص.57-56
84 jب اM 5دى l :داب ا ْ ُ' Xا/H
وEا ،)" %&' +,5وإEPر ا وا *9وا&' ،%&' + 8Y:وإEOjر اOhء
(' %OOإن أOO* ،OOدًا أو OO .. OO( / +OOس OO ' E0OO'1 &OO*ُ-وا& OOوا'،OO
و*5ون E;,:ا*@ Pوا #094وا .. 8و ه آن 01ل ا
O,-رك و: )O-
l] Bل ( ان.[159 : َ ِْ0
^ َ ْ0Y*َ #ا ِْ َ
ا ْ َ ْ' ِ
َ ِ'M
َ @َ J
َوَُ ْ0آ ْ َ
ا
OE / أي 0آ < Jا6م +<1 ،ا '0OY*# EO'( ^Oا ( BOو-آ0Oك ،وF O6
(' ،Bوأن 1 .(10)E0' ً*g- E B,#/ل ا :O( / Oأن ^O"ُ5ا ْ ُ'Y O"5 O %O,: OX
^
+
* %Oآ O/ Oء +Oا" ،i5OوO1 .%O* VO65 O %O VO65ل اO,( Oس :أآOم اOس ('ّ O
` 5اب ('..J'* % +'/اي )F:4&5ر1ب اس إ 0 ،َ+ا<& J:أ F
ن اب ` (' %ذ .(11)«+5و0 5ل ا ( /أ :ً5وآ+,5 B و +روا» :5إ F
أن ,': ^5إذا ،Eو( إ ،%'( E,1و E6ُ5إذا 0'/ا إ ،%و E#5ا( %
أ0OOا Eوأ0OOال OO OOE AOO'F&5 OOر Xد < ،EOOو OO1: E'OOا %OO/0و0OOEPر اOO9,
ن ذ Bأjح Wر Vوأ %OE/0 AO'3وأbO وُ ا 0دة وإ(م ا " ,وإ qر ا *9؛ F I
ا ،%و +O 5=5ذ ،%O )O/ُ5 O BOو .(12)%O? OE@5و0O 5ل ا0Oوي ر %Oا
:
و - % +,5ا ْ ُ' – Xأن ،%'( 0"5و %"W +&5آ(&; %*# W %وو ،Vو%55
ن ا#Hن ى و + Vا %'( *9واه& م %"Wوا %;*/ )'( ,Wو<0ء أدF v ،%
Fض ' ;}).(13
Aا& 10وا&ام وا "=O/ ،,اء 0ا; ها ا A'ُ4أن *"5اF % X'ُ ^:
ن E/0-ت ا ْ ُ' XوO `O - %";W#اHن إ اHن ،وا#Hن ( ,اHن .و Eأ F
ن ا *O< '&OآًOhا OاOروس
ا &' `10 O Xا )O<Iوا " \Oا .) O<Iو OEأ Oً5أ F
وا رات وا&*'6ت ا& \,ِ1 %-g5 +ها ا ْ ُ' ،Xو< 0م 0ا0"# %,/ه O1 O.مٍ *O ،
،9و(? ٍ *3د ،1و" ٍ ,دا.
-3اوة ا
,&ُ-ا وة ا + "Wا& وا&' أ #ا \;O<0ا XfOة +Oإ(Oاد ا Oً 'ُ. 'X&O
ن ا ْ ُ OO'Xه 0OOا \OOhا OO@# +OO )OO'(Iا ،X'&OOوا0OO<Iة
و ًO *# %OO506-وا ،OOً ( &/ذF I BOO
ا0'O< VX' 5ُ ،%( + "Wآً و"ُ5آ O95 iO O Oً 'ُ. %Oأو +O `O,:- \O ،O95
%*#وإ<0? %ر %-ا 0وا*' وا" وا 5 i 50ري أو 5ري.
آً,ا ? +ح ا &' أو دvO ،Vن آOن ا O? +OXدً1 و ه آ J#ا و ُة ( ً
أً آ A'ُ4O OF&5 Oً**( ً(Oj Oً 5اOW؛ gO9#ا )O'( X'&OاOWق وا O#IواAO'ُ4
ً4؛ gO9#ا X'&O
ً # ً#,/
وا6م وا (9وا* ..وإن آن ا +Xآذً ً 'X"& ً;.
(') ا6ب وا #4وا&"' \Yواُ ,واا وا.\4,
و iOO OOا
ر< %0OOا0OO6 5OO6ن ' )OO'( 'OOا&OOاد OO-ر E45ا OOوة ا،"OOW
ن اEدي ا 9,وااج ا ،و AX "ُ5ا NEOا&0Oي ن وٍ 6
\ ز ٍ و065ن ' + 59,آ X
_____________
10ا آ *- ،hا lن ا@ ،ج 1ص.453
11ا - ،( /آة ا` وا & ،'6ص.49
12ا `/ا ،Aص.64
13ام ا0وى ،ا 0ع jح ا Eب ،ج 1ص.30
Jurnal Azkia Vol. 5, No. 1, Juli 2010 85
ٌَ َ O
ل ا'ُ %ِ OFأ<ْ0َ Oةٌ َ ا ً<0" ً "- +<Hوا1 .(14) ً1ل َْ َ} :)-آَ َ
ن ََ +Oِ ُْ6ر<ُِ 0O
َ َ .و َذ َآ َ اَ %َ 'Fآًِhا{ ]ا=Iاب.[21 :
ن َ 0ُ/ْ5ا %َ 'Fوَا ْ ََ ْ0م ا ْ َ ِ
ِ َ ْ آَ َ
VEا 5dأ?\ آ + ,ا&0< +X<gل ا
+أ01ا %وأ %وأ0ا %آ' .(15)EXو 8OW5ا
(@ِ] ٍ Oا '.[4 :O
َ A
ٍ Oُ'.
ُ )O'ََ B
,-رك و A'ُ. )-ا<0ل ا0 Iل ( َ :\O;1 O =Fوِإَ OF#
< J'~OOأم ا OO9;( OOر +OOqا
( AOO'. OO( OOEا<0OOل » :JOO1آOOن %OO '. و(ُ OO
ا lن«.
ُO& 5ى و0 #ذOً/ ن أ( ا &'0 Xدة 4F&5 ،%وً h %# م ا ْ ُ':. Y / X؛ إذ أ F
\ ُ'OX \ \ W5ر ( O@' ،ً""? %آY O ل 45ج 0? %اً ،وآ F \ ٍ 01 &"ُ5ى ،وَ5ون آ F
FO %O ً OFد اO6م آ 'W5اس وآ '& !*5وة أ(@ًfgO- Oا وأ0O1ى ُ
واOO,ن 8OO6 ،إذا آOOن ا* 8OO4ُ5 \OOا 0OOل وا0'OOك OOW5دم ا&%OO/0؟! ..و )OO# OO1ا lOOن
نن َأ َْ ْ6ُ Oَ*ُ #وَأَ 0Oُ'&ْ -َ ْ&ُ Oْ#
س َِ X ,ِ ْ Oو ََ ْ0Oَْ -
ن اَ OF
ا +O )'( 56إ<Oا;\ آ َ :%O01 +O Oأُُ ْgOَ-و َ
" َ ِر\ ا ْ ِ" ِ 'ُ0هَ َآ َ َِ h 0ُ' Xا ا ْ0&Fرَا َة ُْ 5َ َْ F f
ُ \ اَ 5ِF ن ]ا ,ة .[44 :وُ hَ َ :%01 ب َأ َ'َ ََ 0ُ'ِ ْ -
ا ْ َِ َ&6
\ ا ْ َِ ْ0Oم] ...ا [5 :OOا .OO5dوأ )OO'( OO6#ا OOأن 06'OO5ا هOOا
َ َُ Oh
<َ*Oرًا َِ ~ْ O\ َأ ْ " ِ ُ O
َْ 5
(ْ َ Oا'َ %ِ OFأنْ َ0Oُ0ُ -ا َOَ O ن * َآِ Oً&ْ َ َ Oُ, ن َ َ ََ 0Oُ'َ *ْ - َ0َُ lا ِ َ ََ 0ُ0ُ -
ا \,لَ َ5 :أ َE5Yاَ 5ِF
ن ]ا .[3 ،2 :8Wو( أ< ز 5أ ` < %#ر<0ل ا
0 5لُ5» :ء 0O5 \O/م ََ 0ُ'َ *ْ -
ا ُ' ) +ار & Aأ +O %&1اOرO ،ور آ O5 Oور ا" Oر `O & ،VOأه\O
ار ('00 ،%ن :أي نB#gj ،؟ أ
آ O #g- Jوف و O( O#E-ا O6؟!
1ل :آl Jآ وف و ،%-lوأE#آ ( ا 6و.«%-l
ِ' XO6ُ5 O ،%Oب %O' %O01؛
ن ا *P0ا :X'ُ ' hأن 065ن ( ًو5ى ا=ا +أ F
ن ا' ُ5رَك ،;W,وا \ ُ5رَك WIر ،وأرب اWIر أآvO ،hذا 8O.ا'O FI
\ -ول ً~jو1ل 'س &-وBِ'E [ < %#v V0؛ < 4اس ،% ا \ ُ` ا ،jوآ Y
وا ،V0 E-وزاد ?0Eُ# )'( Eا (00 ،%ن 0 :أ %O#أ ^O3اOjIء وأYOه َ OآOن
.(16)!% fg&5
وا &' + Xا ر< 1 % Fو ٍة 5اه ،%O F'&5 O Oً `O& %O X'ُ +OوOى
ن % ^':ُ5ا'0ك ا +hه 0أ وا 6 +1ا&0 ،A,:م "آة ا ْ ُ'X أF ً
و V' -وا&1اء 01g %ا %وأ" 0"# E 95 ٍ *. ٍ ,M ً(0 ،%آة ^O5 O
E + %ا" i5وأ<'0ب ا"آ وا ' وُ@ (دات ا'0ك.
ِ OOأه OOاIدوار ا&0OO 5 +OOم OOEا ْ ُ OO'XدورOO +OO Vء OOW4jت ،VOO-أو~ BOOا5OO
OO@5ون إ )OO'( %OOأ E'hOO %OO#ا X'ُ ْ OO .(17))OO'(IاOOي FO "&5ث OO( %OO:أه OOاOOWة
i
وا "@ ،OOE'( OOو0'OOW5 OOن +OOا ر<5 OOو OO.l +OO %OO#ا0*OOWف! ..أو اOOي Y O"5
)OO'( %OO3ا&=OOام 0ا( OOوأه OOاOO0ء OO"5 OOf ،OOEإ )OOدرو<ً.gOO& %OOا؛ 0OO" 5
&YWف وا (9ات ا01Iال ا&l + EY,Wَ5 +ذا.E#
!1
_____________
)'( 14اا W4j ،jا ْ ُ' Xوأداء ،Vص.22 -21
15ا آ *- ،hا lن ا@ ،ج 3ص.552
16ام ا=ا) ،إء ('0م ا ،5ج 1ص.97
+'(17اا W4j ،jا ْ ُ' Xوأدا; %ص.23
86 jب اM 5دى l :داب ا ْ ُ' Xا/H
ورةOOq أرىOO OOث هOO) أOO# وإ،ل0OO:5 OO'Xُ ْ داب اl OO( i5OO" أن اOO '( OO آ
+O&داب اd اO و.O5داب إl ) O- وOX'ُ ْ اE )F'"&5 أن+,5 +&داب اd اVاد5إ
وةO واO' ) اO لOص واO.) اO ه+OX اX'ُ ْ اE )F'"&5 ا *&ض أن+ه
ك0'O< b,5 ً E ً ( \h - E#'ً إ أ.رًا دا0j E#0 ` آW4 ا اg ."Wا
OOE- ذا+OO OO و اا.OO#I) اOO(5\ وOO & اOO ؛OO'. داOO1 ر%OO'( ضOO*5 و،رسOO ا
OO( ^OO- OO6- OO OO' ا+OO OO واا. )OO-
) اOOت إOO ب اOO1 أOO OOE#I OO0':
+OO مX O 5 أن+OO,5و. %OO. OO V5OO"- و،لOO OO'Xُ ْ ء اOOW5ا إ0OOfار0& ،\OO;واI اOO; '(
. 1OO, اOOq ن درس إOO6 OOh أآ+OO %OOX 5 و،A,OO<I A,OO<Iا ا0OO إذا ازدE OO'-
F وأ،"'OOW اAOOX "5 VاOO5 OO \OOW*\ اOO. داgO:4' %OO& +OO BOO آOO'Xُ ْ اOOو (اO,-و
X'ُ ْ (') اB وآ. %F اواء أو.l 0 ه# إ+ ّ 6 وا،ن6Hر ا1 ٌif ٌف3 \F.&5
،)O" %O&' +O,5 اOE و،%', &O )'( و%'( }5 ،%; أg^ آ:ُ\ ا5 أن
+O دًا أوO* ،O إن أ%O'( ءhر اEj وإ،%&' + 8Y:'&* وا9ر ا واEPوإ
O# أO %Oداg O'& اO' ( + ' " < آWدب وة اg&5 و أ. ( /
\Oh ا0O هOX'ُ ْ ن اF I BO ذ،Oً( &/*ً وا# %506-ُ' ً و. X'& إ(اد ا+ ةXf <;\ ا0ا
iO O Oً 'ُ. %Oُ"آ5آً و0'O< VOX' 5ُ ،%O( +O "Wة ا0<I وا،X'& @ ا# + )'(Iا
O50 واO" وا*' وا0 ا%-ر0? %< وإ%*# + `,:- \ ،95 أو95
،VدO &' أوO ح اO? +O ًا, آ ً ( ا و ُةJ# و ه آ.ري5 ري أو5 i
)OO'( X'&O اgOO9# ؛OW اA'ُ4OO OF&5 Oً**( ً(OOj Oً 5 آOOً ً أ1دO? +OOX ن اOن آvO
ً#,/ ً 'X"& ً;. ً آذ+X وإن آن ا.. *( وا9م وا6 واA'ُ4 وا#Iق واWا
'( وا
ا.\4, واا وا,ُ\ واY'"& وا#4ب وا6 (') اX'& اg9# ً؛4 ً #
Yusri M Daud
Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry
Kopelma Darussalam, Kota Banda Aceh
Email: yusridaud@yahoo.com
ABSTRACT
The criticisms were expressed by various parties about the out put of
Islamic education that have not been able to demonstrate the success in the
midst of society. As Islam is not just the responsibility of education
institutions, but also the responsibility of the Muslim community, then it
becomes a necessity that the society should contribute to promote Islamic
education itself. Empowering potential of community is appropriate. Based
on students come and society needs, the policy direction of the curriculum
must also be oriented to the public interest in all educational activities. So the
education must be clearly and firmly goal of education. In fact, the learning is
not for school but the learning is for life, so the education will be more
meaningful.
Pendahuluan
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses yang berusaha
meningkatkan kualitas hidup individu atau sekelompok masyarakat untuk
beranjak dari kualitas kehidupan sebelumnya menuju pada kualitas hudup
selanjutnya. Oleh karena itu pemaknaan pemberdayaan masyarakat mem-
punyai cakupan yang luas seperti aspek pendidikan, ekonomi, politik, mau-
pun sosial kebudayaan. Dalam hubungannya dengan tema di atas, maka seca-
ra kuat dipahami bahwa proses pemberdayaan masyarakat dalam hal ini di-
fokuskan pada aspek pendidikan terutama Pendidikan Islam. Pendidikan me-
rupakan perkembangan yang terorganisir dan kelengkapan dari semua po-
tensi manusia, moral, intelektual maupun jasmani, oleh dan untuk kepriba-
dian individual dan kegunanan masayarakat yang diarahkan untuk meng-
himpun semua aktivitas tersebut.1. Jika sudah demikian, maka turut kema-
juan suatu institusi pendidikan akan sangat terkait erat dengan potensi ma-
syarakat.
Pendidikan Islam merupakan sub sistem Pendidikan Nasional Indone-
sia. Perjalanan Pendidikan Islam tidak terlepas dari pasang surutnya sistem
_____________________________
1Muhammad Tholhah Hasan, Islam Dalam Perspektif Sosio Cultural, (Jakarta: Lanta-
bora Press, 2005), hal. 95
hal. 131
4 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ke-3, 2004), hal. 153
_____________________________
5Djohar, Pendidikan Strategi Alternatif Untuk Masa Depan, (Yogyakarta: Lesfi, 2003),
hal. 139
6 Abdul Majid, Op. Cit, hal. 162, Ibid., hal. 134-135
_____________________________
7
Abdul Majid, Op. Cit., hal. 165
8Djohar, Pendidikan…, hal. 133-134
_____________________________
9 Nasution, Sosiologi…,, hal. 154
Pedoman Penulisan
Tema Tulisan
Judul bebas, namun harus berkaitan dengan Ilmu Pendidikan Islam.
Jumlah Halaman
Berkisar 12 S/D 15 Halaman Kuarto, Spasi 1,5 Dengan Program Microsoft
Word dengan File doc. atau rtf. Sertakan Naskah Print Out dan Compact Disk
(CD).
Pengutipan Ayat dan Hadits
1. Kutipan ayat al-Qur'an harus menuliskan ayat dan terjemahnya serta
mencantumkan nomor surat dan ayat.
2. Hadits ditulis secara lengkap teks dan terjemahnya serta sumbernya.
Referensi
1. Menggunakan referensi lengkap dengan model footnote bukan endnote.
Contoh:
1
M. Nasir Budiman, Pendidikan Islam, (Semarang: Asy-Syifa’, 1990),
hal. 14.
2. Kutipan dari referensi yang sama, tanpa diselingi dengan referensi lain,
cukup ditulis dengan Ibid. dan menuliskan halaman referensinya, apabila
halaman yang dikutip berbeda. Contoh, Ibid., hal. 17
3. Kutipan dari referensi yang sama, namun diselingi dengan referensi lain,
maka cukup ditulis: nama penulis dan sebagian judul bukunya serta
halamannya saja. Contoh: M. Nasir Budiman, Pendidikan…, hal. 20.
Abstrak dan Kata Kunci
Abstrak dalam bahasa Inggeris, kecuali untuk tulisan yang menggunakan bahasa
asing, abstrak dibuat dengan bahasa Indonesia. Kata kunci harus mewakili
pesan utama tulisan, yang terdiri dari 3 kata.
Identitas Penulis
Identitas penulis harus menyebutkan lembaga yang beralamat (terjangkau Pos),
dan harus disertai alamat email. Contoh:
Khairuddin, Fakultas Syari'ah IAIN Ar-Raniry, Kopelma Darussalam Kota
Banda Aceh, 23111. Email: khairuddin@yahoo.com.
98