Anda di halaman 1dari 9

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL KESATUAN BANGSA DAN POLITIK
JALAN MEDAN MERDEKA UTARA NO. 7 TELP. (021) 3850472
JAKARTA 10110

NOTULENSI
RAPAT PENGENDALIAN DAN MONITORING PENGENDALIAN RAN DAN RAD
DALAM RANGKA PEMBAHASAN PERISTIWA KONFLIK DI INDONESIA

Tanggal 22 Juni 2022 Notulis:


Hari Rabu Achmad Budiarto.
Waktu 13.00 WIB - selesai Melissa N.

Tempat Ruang Rapat Lt. 4, Ditjen Polpum

PEMBUKAAN RAPAT

Sri Handoko Taruna, Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.


S.STP., M.Si (Plt. Selamat pagi menjelang siang semua,
Direktur
Kewaspadaan Rapat hari ini sebagai maksud untuk saling berbagi informasi
Nasional) terkait apa saja kegiatan yang telah dilakukan oleh teman2 subdit
sehingga disaat ada pertanyaan yang berkaitan bidang tugas kita
dapat menjawabnya dengan satau frekuensi dan terupdate dan
cara jawaban kita sudah sama. Hari ini ada hal baru yang bisa kita
jadikan tolak ukur atau perkembangan apa saja yang dilakukan
internal direktorat kita sehingga Kita tidak terbatasi oleh bidang
tugas masing2 dan bergerak fokus dengan potensi besar yang
dapat kita lakukan kedepan.

Tahun 2021 kita telah melakukan uji coba di kota Jogjakarta


termasuk hari ini bagaimana kita mencoba membuat indeks
kewaspadaan nasional bidang penanganan Konflik. dengan
Indakator dan dimensi yang digunakan dalam pengujian validitas
ini mengarah pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang
Penanganan Konflik Sosial, Undang-Undang 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah, serta beberapa isu dan dinamika
bidang kewaspadaan nasional seperti Ormas asing, Tenaga Kerja
Asing (TKA), berita HOAX, Nasionalisme dan wawasan kebangsaan,
serta bebrapa regulasi terkait pelaksanaan Pemilu tahun 2019,
pelaksanaan Pilkada tahun 2020 dan pelaksanaan Pemilu dan
Pilkada tahun 2024.

Tahun 2022 kita Sudah lakukan pengukuran Indeks di provinsi Bali


dan Kalimantan Timur, serta Kabupaten PPU dan Kab Kuta
Kartanegara, dimna untuk 2 Kabupaten di Kaltim dengan maksud
kita lakukan untuk mendapatkan gambaran serta juga menjaga

1
kesiapsiagaan ibu kota negara. Kedepan di Tahun 2023 kita
berharap Indeks ini dapat dilakukan survei secara Opini Publik
sehingga akan keliatan persepsi dan pandangan masyarakat kita
seperti apa.

Sebagai pengingat dan penyemangat kita semua bahwa Direktorat


Wasnas diapresiasi oleh Pimpinan kita (Dirjen Politik dan PUM)
terkait laporan aksi-aksi unjuk rasa yang lengkap dengan diberikan
analisa serta rekomendasi, dan langsung diteruskan oleh Bapak
Dirjen kepada Bapak Menteri Dalam Negeri.

Atas dasar itulah bahwa Rapat Pengendalian dan Monitoring RAN


dan RAD ini tentunya dilakukan dalam rangka menekan angka
peristiwa konflik sosial di daerah, dikarenakan kita akan
menghadapi Pemilu dan Pilkada Serentak 2024. Jalannya
demokrasi diperlukan adanya ketentraman dan keamanan di setiap
daerah. Berdasarkan catatan dari Sekretariat Nasional Tim Terpadu
Penanganan Konflik Sosial masih terdapat 25 Kab/Kota yang belum
membentuk Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial di daerah.
Serta beberapa daerah masih belum menyampaikan dan
melaporkan draft RAD 2022 ke Kementerian Dalam Negeri cq.
Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum.

Mungkin hanya seperti ini sambutan pembukaan dari Saya selaku


Plt. Direktuk Kewaspadaan Nasional. Untuk selanjutnya secara
teknis dan pembahasan akan disampaikan oleh Pak Anug selaku
Kepala Subdit Penanganan Konflik Sosial.

Sekian Bapak/Ibu semuanya. Saya ucapkan terimakasih.

PEMBAHASAN

Anug Kurniawan Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


(Kasubdit Terima kasih pak Direktur atas sambutannya. Baiklah Bapak/Ibu
Penanganan Konflik) semuanya kita langsung saja ke Pembahasan Rapat ini yaitu terkait
Rapat Pengendalian dan Monitoring RAN dan RAD.

Bapak/Ibu semuanya, pada saat ini, masih ada daerah-daerah


yang menunjukkan adanya peristiwa konflik, dapat dilihat
dari rujukan data Sekretariat Tim Terpadu Nasional untuk
dua tahun yang mengalami kenaikan signifikan terhadap
angka peristiwa konflik. Pada tahun 2020 Ditjen Polpum
mencatat terdapat 71 (tujuh puluh satu) peristiwa konflik
sosial yang dilatarbelakangi oleh berbagai sumber konflik,
sedangkan di tahun 2021 sudah tercatat 112 (seratus dua
belas) peristiwa konflik sosial, dengan rincian konflik yang
bersumber dari Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya
(Poleksosbud) berjumlah 95 peristiwa konflik, sementara itu,

2
konflik yang bersumber dari Sengketa Lahan/Batas Wilayah
berjumlah 13 peristiwa, konflik yang bersumber dari
Sengketa Sumber Daya Alam (SDA) terdapat 3 peristiwa
konflik, dan konflik yang bersumber dari Distribusi Sumber
Daya Alam terdapat 1 peristiwa konflik, sedangkan sumber
konflik SARA 0 (tidak ada).

Pada tahun 2022 dari mulai Januari s.d Juni saja sekarang sudah
tercatat sebanyak 51 peristiwa konflik sosial diberbagai daerah.

Selain itu, kita juga memiliki tugas dan tanggungjawab


bersama terhadap permasalahan ancaman ekstrimisme,
radikalisme, separatisme dan terorisme yang juga merupakan
ancaman nyata yang masih terjadi di beberapa daerah.
Perpes No 7 tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional
(RAN) Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme
Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme Tahun
2020 – 2024 lahir sebagai kebijakan negara untuk
menanggulangi ancaman terorisme dan ekstremisme dengan
cara pendekatan yang lebih komprehensif yang tidak hanya
mencangkup langkah-langkah kontra terorisme berbasis
keamanan, akan tetapi juga langkah-langkah pencegahan
sistematis sebagai acuan bagi Kementerian, Lembaga dan
Pemerintah Daerah dalam penanganan dan penanggulangan
ektremisme, radikalisme yang mengarah pada terorisme.
Antisipasi terhadap ATHG juga perlu ditingkatkan, menjelang
tahun 2024, dimana kita akan memasuki pesta demokrasi
yakni Pemilu dan Pilkada Serentak hampir diseluruh daerah
di Indonesia.

Baik lah Bapak/Ibu semuanya, mengingat waktu maka Saya


langsung saja ke pembahasan bahwa dalam rangka melihat
keberhasilan dan target capaian penanganan konflik sosial, salah
satu faktornya adalah melalui monitoring dan evaluasi Rencana
Aksi Daerah (RAD) dan RAN. Untuk tahun 2021 pelaporan evaluasi
terdapat 2 periode yakni B.08 dan B.12, dan Persentase secara
keseluruhan hasil evaluasi nasional B.08 Provinsi tahun 2021
sebesar 61,94 % dari target nasional yang ditetapkan sebesar 62
%. Sedangkan ketika Rakornas penggabungan target B.08 dan
B.12 hasil evaluasi nasional sebesar 64.1%. Terdapat 10 Provinsi
terbaik pada saat itu, yaitu:
1. Jawa Timur;
2. Aceh;
3. Lampung;
4. Kalimantan Selatan;
5. Bengkulu;
6. D.I. Yogyakarta;
7. Jawa Tengah;
8. Sumatera Barat;

3
9. Riau;
10. DKI Jakarta.
Maka dari itu Kementerian Dalam Negeri mengapresiasi terhadap
Provinsi-provinsi yang telah melaporkan rencana aksi daerahnya,
dan untuk target pelaporan di tahun 2022 untuk segera disiapkan
dan dalam waktu dekat. Bapak/Ibu semuanya, pada saat ini
terdapat beberapa daerah yang baru melaporkan Draft RAD 2022
ke Kementerian Dalam Negeri c.q Dirjen Politik dan Pemerintahan
Umum. Daerah yang sudah melaporkan draft RAD tersebut
diantaranya adalah:
1. Aceh
2. Jawa Barat;
3. Kepulauan Riau;
4. Kalimantan Selatan;
5. Jawa Tengah;
6. Papua;
7. DKI Jakarta;
8. Kep. Bangka Belitung;
9. Jawa Timur;
10. Sulawesi Barat;
11. Kalimantan Barat;
12. Maluku;
13. Lampung;
14. Sulawesi Utara;
15. Sumatera Barat;
16. D.I.Yogyakarta;
17. Riau;
18. Jambi;
19. Kaltara;
20. Bengkulu;
21. Sulawesi Selatan;
22. Bali;
23. Banten;
24. Sulawesi Tengah;
25. Sumatera Selatan;
26. Kalimantan Tengah;
27. Maluku Utara;
28. Kalimantan Timur;
29. Papua Barat;
30. Gorontalo;
31. Sulawesi Tenggara.
Saya juga menekankan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) harus
sesegera mungkin menindaklanjuti serta melaporkan draft RAD
2022 ke Kementerian Dalam Negeri. Hal tersebut dalam rangka
upaya pencegahan dan juga penanganannya terutama di daerah-
daerah yang potensi konfliknya rentan terjadi. Selain itu, sekedar
mengingatkan pula kepada Bapak/Ibu bahwa kita pun harus
mengantisipasi situasi dan kondisi aktual dan faktual menjelang

4
Pemilu dan Pilkada Serentak tahun 2024 serta Permasalahan
Ekstremisme, radikalisme yang mengarah kepada terorisme di
daerah. Maka dari itu, Pemerintah Daerah harus mengedepankan
upaya pencegahan serta bersinergi dengan Kementerian/Lembaga
dan melibatkan Forkopimda untuk lebih aktif, mengintensifkan
dialog antar masyarakat, serta membangun rasa saling percaya,
toleransi dan gotong royong.

Disitulah urgensinya Pengendalian dan Monitoring Pengendalian


RAN dan RAD sehingga diharapkan dengan adanya sinergitas
bersama, akan menurunkan angka peristiwa konflik sosial di
daerah.

Terima kasih
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

MASUKAN RAPAT

Eti Rahmawati Terimakasih Pak Kasubdit. Untuk mempersingkat waktu beberapa


(Perundang catatatan yang perlu kami sampaikan rapat pada saat ini apa yang
Undangan) dikehendaki oleh regulasi UU maupun PP dalam negeri No 42.

Oleh karena itu, UU No. 7 tahun 2012 dan PP No. 2 tahun 2015
sudah diarahkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 42,
yang didalamnya diperintahkan adanya peningkatan efektivitas dan
sinergi terkait dengan pencegahan, penghentian, dan pemulihan
konflik yang melalui sitem yang terpadu dan termasuk 4 menko
yang membawahi sebagai pengarah, sehingga Timdu Prov,
Kab/Kota bisa ditransfer sehingga Timdu PKS ini dapat terwujud
secara maksimal (mempercepat pembentukan 25 Kab/Kota yang
belum membentuk). Didalam Timdu PKS Tingkat Provinsi sudah
terbentuk, akan tetapi yang masih disayangkan dari Prov ke
Kab/Kota ini belum optimal.

Masukan Kami adalah bahwa bagi Daerah yang belum membentuk


Timdu 2022 (25 Kab/Kota) perlu dilakukan langkah sebagai
berikut:
1. Perlu dilakukan Supervisi dan Evaluasi lagi terhadap 25
Kab/Kota tersebut;
2. Penekanan kepada Kepala Daerah (Bupati/Walikota) nya
bahwa Timdu ini perlu segera dibentuk sesuai amanat
Permendagri serta antisipasi angka peristiwa konflik
menjelang Pemilu dan Pilkada 2024;
3. Perlu ada perhatian dari KDH terkait anggaran serta Program
yang dilakukan oleh masing-masing instansi.

5
Mungkin sekian saja pak Kasubdit, rekan saya bu Erna mungkin
akan menambahkan. Terimakasih.

Erna Herawati Assalamaualaikum


(Perundang Terimakasih semuanya, barangkali pertemuan ini merupakan
Undangan) pertemuan dalam rangka pengendalian RAD dan RAN. Sepertinya
Provinsi (Kepala Daerah) Gubernur harus memberikan penekanan
kepada Daerahnya Kab/Kota untuk yang 25 belum membentuk
sesegera mungkin membentuknya. Provinsi harus melakukan
evaluasi terhadap Timdu Kab/Kota secara berkala bukan hanya dari
Pelaporan RAD nya saja, tetapi dari SDM nya serta dukungan
anggaran lainnya.
Masukan saya terkait Pengendalian RAN dan RAD ini yang menjadi
kendala adalah sebagai berikut:
1. Belum optimal rencana aksi didaerah terutama di daerah-
daerah Papua.
2. Masih rendahnya tanggung jawab Kepala Daerah, kurangnya
koordinasi antar vertikal terkait.
3. Mutasi pejabat yang membidangi penanganan konflik
khususnya pelaksanaaan Rencana Aksi Daerah.
4. Persoalan anggaran terkait dengan penanagann konflik,
seperti refocusing anggaran, dll.
5. Masih banyak Rencana Aksi Daerah yang tidak fokus dengan
penanganan konflik (tidak sesuai dengan substansi RAD
Kemendagri).
6. Masih banyak juga rencana aksi yang kurang relevan dengan
penanganan konflik.
Mungkin cukup sekian pak Kasubdit. Terimakasih.

Nurminda (Puspen Terimakasi Bapak/Ibu. Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan


Setjen) Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2015 Tentang Pelaksanaan
Koordinasi Pelaksanaan Konflik Sosial, bahwa salah satu tugas Tim
Terpadu Penanganan Konflik Sosial, yaitu menyusun dan
melaksanakan Rencana Aksi Terpadu Penanganan Konflik Sosial.
Pelaksanaan kegiatan Rencana Aksi Terpadu Penanganan Konflik
Sosial berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42
Tahun 2015 Tentang Pelaksanaan Koordinasi Pelaksanaan Konflik
Sosial sebagaimana dimaksud, dilakukan pelaporan secara periodik
dan berjenjang dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi hingga ke
tingkat Pusat, yang selanjutnya dilakukan evaluasi oleh Sekretariat
Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial Tingkat Nasional.
Dalam rangka memaksimalkan penanganan konflik sosial, tentunya
harus didukung dengan komitmen penuh dari Kepala Daerah
selaku Ketua Tim Terpadu Penanganan Konflik di daerah. Untuk itu

6
perlu dukungan alokasi anggaran yang memadai melalui
perencanaan dan penganggaran tahun 2022 serta atensi khusus
kegiatan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pencegahan dan
Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang
Mengarah pada Terorisme Tahun 2020 – 2024, maka sesuai
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 332/5979/SJ tanggal 22
Oktober 2021 tentang Dukungan Perencanaan dan Anggaran
dalam Rangka Optimalisasi Penanganan Konflik Sosial.
Maka dari itu, Kami memberikan masukan sebagai berikut:
1. Agar penanganan konflik sosial menjadi program prioritas di
daerah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Rencana Kerja Pemerintah Daerah, serta
Dokumen Perencanaan dan Penganggaran, dengan
mengalokasikan anggaran yang memadai sesuai dengan
kondisi daerah masing-masing dalam rangka pencapaian
target penanganan konflik sosial pada Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik tahun 2021 – 2024;
2. Nomenklatur Program Penanganan Konflik Sosial sebagaimana
terlampir dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90
Tahun 2019 tentang Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur
Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah serta
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050 – 3708 Tahun
2020 Tentang Hasil Verifikasi dan Validasi Pemutakhiran
Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan
Pembangunan dan Keuangan Daerah.

Andityas Septi Iman Kami akan mengamati pengendalian RAD dan RAN ini sesuai
(BNPT) dengan UU No. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial.

Salah satu tugas dari Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial


adalah menyusun Rencana Aksi Penanganan Konflik Sosial, yang di
di dalamnya meliputi langkah-langkah penanganan konflik sosial
berupa: pencegahan konflik, penghentian konflik, dan pemulihan
pascakonflik. Rencana Aksi tersebut kemudian dilaporkan secara
periodik kepada Menteri Dalam Negeri melalui Sistem Informasi
Penanganan Konflik Sosial yang terintegrasi dalam website Ditjen
Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri.

Pembentukan Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial antara lain


dalam rangka sinkronisasi, harmonisasi, dan integrasi kebijakan
serta penyusunan Rencana Aksi Terpadu sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 12 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun
2015, Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial Tingkat Nasional
memiliki tugas, yakni:
1. Menyusun Rencana Aksi Terpadu Penanganan Konflik Sosial
Tingkat Nasional;

7
2. Mengoordinasikan, mengarahkan, mengendalikan, dan
mengawasi penanganan konflik secara Nasional;
3. Memberikan informasi kepada publik tentang terjadinya
konflik dan upaya penanganannya;
4. Melakukan upaya pencegahan konflik melalui sistem
peringatan dini;
5. Merespon secara cepat dan menyelesaikan secara damai
semua permasalahan yang berpotensi menimbulkan konflik;
dan
6. Membantu upaya penanganan pengungsi dan pemulihan
pascakonflik yang meliputi rekonsiliasi, rehabilitasi, dan
rekonstruksi.

Masukan:

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam


pengendalian RAN dan RAD ini, diantaranya adalah:

1. Setiap langkah dan kebijakan penanganan konflik sosial oleh


Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial Tingkat Nasional agar
tetap terkoordinasi, sinkron, harmonis, dan terintegrasi
sehingga penanganan konflik sosial menjadi lebih efektif,
komprehensif dan menghasilkan solusi yang permanen tidak
terkesan sektoral dan jalan sendiri-sendiri.

2. Agar dapat berperan serta secara aktif dalam proses


penyusunan Rencana Aksi Terpadu Penanganan Konflik Sosial
Tingkat Nasional Tahun 2022.

3. Masing-masing K/L agar dapat mengarahkan proses


penyusunan Rencana Aksi Terpadu Penanganan Konflik Sosial
Tingkat Nasional dari masing-masing Kementerian/Lembaga
yang berada di bawah koordinasinya.

4. Rencana Aksi Terpadu Penanganan Konflik Sosial Tingkat


Nasional yang telah disusun harus memiliki nilai strategis
dalam penanganan konflik sosial, karena akan dijadikan
sebagai pedoman bagi penysusunan Rencana Aksi Terpadu
Penanganan Konflik Sosial tingkat Provinsi dan Rencana Aksi
Terpadu Penanganan Konflik Sosial Kabupaten/Kota.

5. Agar Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial Tingkat Nasional


dapat meningkatkan efektifitas, keterpaduan, dan sinergitas
antar Kementerian/Lembaga, khususnya dalam
mengantisipasi kerawanan konflik sosial baik dalam
pencegahan konflik, penghentian konflik dan pemulihan
pascakonflik.

PENUTUP

8
Anug Kurniawan, Baik Bapak/Ibu semuanya, mengingat keterbatasan waktu, kami
S.STP, M.Si (Kasubdit perlu menyimpulkan rapat ini yakni dari hasil evaluasi yang sudah
Penanganan Konflik) dilaksanakan pada target B.08 dan B.12 Tahun 2022, perlu
dilakukan Pengoptimalan terhadap kinerja Timdu di daerah,
Provinsi perlu melakukan penekanan terhadap Kab/Kota yang
belum membentuk Tim Terpadu serta bisa mendorong instansi
vertikal/SKPD di daerah untuk fokus ke penyelesaian permasalahan
konflik dan potensi konflik; Rencana Aksi Tim Terpadu Nasional
linear dengan Rencana Aksi Daerah dan Program prioritas
Kementerian/Lembaga terkait penanganan konflik sosial menjadi
program prioritas instansi/SKPD terkait penanganan konflik sosial di
daerah. Selain itu, beberapa daerah yang belum mengirimkan draft
RAD 2022 akan kami coba ingatkan kembali.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Semoga kita


selalu diberikan kesehatan dan perlindungan Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai