Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PERTEMUAN X-XII

“Pengaruh Metode _Operant Conditioning_ untuk Meningkatkan Perilaku Mandiri


pada Anak Usia 7-8 Tahun “

“Untuk memenuhi tugas mata kuliah Modifikasi Perilaku ”

DISUSUN OLEH :

1. David Bakri (20011012)


2. Muhammad Bartoniv (20011233)
3. Muhammad Dikri Arbya (20011131)
4. Muhammad Farhan Alfarizki. (20011238)
5. Muhammad Ibnu Asfy (20011122)
6. Rasyd Alam Syah (20011260)

DOSEN PENGAMPUH :

Gumi Lagerya Rizal, S.Psi., M.Psi., Psikolog

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2022

BAB I

A. Latar Belakang
Kemandirian berasal dari kata dasar diri yang mendapatkan awalan “ke”
dan akhiran “an” yang kemudian kata tersebut dapat menjadi makna sebuah
keadaan. Karena berasal dari kata diri, artinya kemandirian tidak dapat
dipisahkan dari pembahasan perkembangan diri yang berkaitan dengan konsep
Carl Rogers yang diberi istilah self oleh Brammer dan Shostrom (1982) Karena
diri itu merupakan inti dari kemandirian (Ali, 2006)

Kemandirian (Self-reliance) adalah kemampuan individu untuk


mengelola semua yang dimilikinya sendiri seperti bagaimana mengelola waktu,
berjalan dan berfikir secara mandiri, disertai dengan kemampuan dalam
mengambil resiko dan memecahkan masalah. Dengan kemandirian, seseorang
tidak bergantung kepada orang lain dalam mengambil keputusan dan melakukan
sesuatu.

Menurut Erikson kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari


orang tua dengan maksud untuk melepaskan dirinya dengan proses mencari
identitas ego yaitu perkembangan kearah individualitas yang mantap untuk
berdiri sendiri (dalam Monks, 2006)

Menurut Gea(2006) mandiri adalah kemampuan seseorang untuk


mewujudkan keinginan dan kebutuhan hidupnya dengan kekuatan sendiri.
Menurut Parker kemandirian merupakan adanya kepercayaan terhadap ide pada
diri sendiri (Parker,2006).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kemandirian adalah suatu proses dimana keadaan seseorang berusaha berdiri
sendiri dalam artian tidak bergantung pada orang lain dalam mengambil
keputusan, bertindak atau melakukan aktivitas.

Usia 7-8 tahun adalah momen di mana anak-anak sudah mulai


menunjukkan kemandiriannya. Salah satu contohnya adalah keinginan untuk
menginap di rumah teman. Meski begitu, sebagian dari mereka umumnya akan
minta dijemput kembali untuk pulang. Sebab, banyak anak masih terikat dengan
orang tuanya dan rumah mereka pada usia 8 tahun. Hal tersebut menunjukan
bahwa ada rasa ingin untuk mandiri pada anak. Menurut Ratih Zulhaqqi (2014)
anak rentang usia 7 tahun mulai mengembangkan kemandirian untuk memilih
sesuatu dan mengemukakan inisiatif. Rentang usia 7-8 tahun juga merupakan
usia ideal seorang anak masuk sekolah dasar maka dari itu orang tua harus mulai
memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih dan berinisiatif. Pada usia
7 tahun anak sudah mulai mengalami perkembangan kognitif operasional
konkrit. Pada tahap ini anak lebih mudah mengingat dan mencontoh berbagai hal
menarik yang mereka lihat. Disamping itu, pada saat usia 7 tahun orang tua juga
perlu memperkenalkan pada anak soal konsekuensi positif dan negatif. Maka
dari itu penerapan operant conditioning dalam meningkatkan kemandirian anak
dapat menjadi salah satu metodenya.
Operant conditioning adalah suatu metode pembelajaran yang
menggunakan hadiah dan hukuman sebagai konsekuensi dari sebuah perilaku.
Dengan metode ini, orang yang mempelajarinya akan mengerti hubungan yang
dibuat antara perilaku dan konsekuensi. Dengan menggunakan meotde ini
diharapkan ketika anak mulai terbiasa mandiri dan diberikan reward
kemandirian si anak dapat konsisten.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah metode operant conditioning dapat melatih kemandirian pada anak
rentang usia 7-8 tahun?
2. Bagaimana metode operant conditioning dapat mempengaruhi kemandirian
anak?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat diketahui tujuan dari penelitian
ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah metode operant conditioning efektif dalam
melatih kemandirian pada anak usia 7-8 tahun
2. Untuk mengetahui bagaimana metode operant conditioning dapat
mempengaruhi kemandirian anak
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini :
1. Bagi Subjek penelitian
Dapat melatih kemandirian pada anak sejak usia 7-8 tahun sehingga
perkembangan pada anak dapat berjalan sesuai dengan noemalnya
2. Bagi orang tua subjek
Dapat menjadi acuan bagi orang tua untuk mendidik anaknya supaya mandiri
3. Bagi peneliti sendiri
Untuk mengetahui implementasi dari teori operant conditioning itu sendiri
4. Bagi peneliti lainnya
Dapat menjadi seumber referensi dalam melakukan penelitian yang terkait.
BAB ll
Landasan Teori

A. Teori Operant Conditioning


Teori operant conditioning adalah teori belajar yang dipelopori oleh B. F.
Skinner. Teori ini termasuk dalam aliran behaviorisme, yaitu sebuah aliran
atau pemahaman yang meyakini bahwa proses belajar manusia dipengaruhi
oleh perilaku sebagai hasil dari pengalaman hidupnya (Widodo & Utami,
2018). Aliran behaviorisme menekankan fenomena fisik, yaitu perilaku
sebagai sesuatu yang dapat diamati dan mengesampingkan hal-hal yang
berkaitan dengan aspek mental. Sehingga, seseorang dapat dikatakan sudah
"belajar" apabila telah mampu merubah perilakunya, terutama dalam
merubah perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif.
Dalam proses belajar, teori _operant conditioning_ ini memberikan
perlakuan terhadap subjek, sehingga dapat mempengaruhi perilaku yang
akan ditampilkan. Berdasarkan teori ini, pemberian perlakuan terhadap
perilaku yang akan diubah dapat dilakukan dengan cara memperkuat
_reinforcement_ maupun memberikan _punishment_ (hukuman). Dalam
memperkuat _reinforcement_, subjek dapat diberikan perlakuan berupa
pemberian hadiah atau _reward_ maupun pujian untuk memperkuat perilaku
yang diinginkan. Sedangkan, pemberian hukuman atau _punishment_ serta
menghilangkan _reinforcement_ dapat mengurangi intensitas terjadinya
perilaku yang tidak diinginkan atau maladaptif.
Berikut adalah penjelasan mengenai perlakuan yang dapat diterapkan
dalam teori _operant conditioning_.

1. Pemberian Reward
Rewardatau hadiah merupakan sesuatu yang kita sukai. Suatu
individu akan senang dan lebih bersemangat jika mendapatkan hadiah. Hal
tersebut sama dengan mekanisme dalam memperkuat perilaku seseorang.
Perilaku yang diharapkan tampil pada diri seseorang dapat dimanipulasi
dengan cara memberikan hadiah. Hadiah tersebut nantinya akan diberikan
apabila seseorang telah mampu merubah perilakunya dari maladaptif
menjadi adaptif. Selain itu, pemberian pujian dapat juga berlaku berdasarkan
prinsip ini. Dengan adanya hadiah maupun pujian, maka suatu individu akan
lebih bersemangat dalam merubah perilakunya. Sehingga, perubahan
perilaku yang diharapkan dapat lebih sering ditampilkan bahkan perilaku
tersebut dapat melekat pada diri individu tersebut.

2. Pemberian Punishment dan Extinction


Berbeda dengan pemberian hadiah, pemberian _punishment_ atau
hukuman merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh suatu individu. Kita
tidak akan senang jika diberi hukuman dan akan berusaha untuk tidak
melakukan suatu hal yang sama agar terhindar dari hukuman tersebut.
Mekanisme ini juga dapat diterapkan untuk mengurangi bahkan
menghilangkan perilaku yang tidak diharapkan. Dengan memberikan
hukuman jika seseorang telah melakukan suatu perilaku yang maladaptif,
maka di kemudian hari individu tersebut perlahan akan menghindari untuk
tidak melakukan perilaku yang sama. Selain pemberian hukuman,
mengurangi atau menghilangkan & _reinforcement_ dapat juga mengurangi
perilaku yang tidak diinginkan. Hal ini disebut dengan _extinction_.
_Reinforcement_ merupakan faktor suatu perilaku dapat diperkuat atau dapat
meningkatkan intensitas terjadinya perilaku tersebut. Ketika _reinforcement_
dikurangi atau dihilangkan, maka intensitas terjadinya suatu perilaku dapat
dikurangi bahkan dihilangkan.
B. Teori Kemandirian
Isitilah “Kemandirian” berasal dari kata dasar “diri” yang mendapat
awalan “Ke” dan akhiran “an” kemudian membentuk satu kata keadaan atau
kata benda. Kareana kemandirian berasal dari kata “diri” , maka pembahasan
tentang kemandirian anak tidak bisa lepas dari pembahasan perkembangan
diri itu sendiri , yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah self,
karena diri itu merupakan inti dari kemandirian. Konsep yang sering
digunakan atau didekatkan dengan kemandirian adalah autonomy.
Menurut Chaplin (2002) autonomi merupakan kebebasan individu
manusia untuk memilih, untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah,
menguasai dan menentukan dirinya sendiri. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa kemandirian atau autonomi adalah kemampuan untuk
mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara
bebas dan berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan malu dan keraguan.
Erikson (dalam Monks, dkk, 1989) , menyatakan bahwa kemandirian
adalah usaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksut untuk
menemukan dirinya melalui proses mencari identitas atau ego, yaitu
merupakan perkembangan kearah individualitas yang mantap dan berdiri
sendiri . kemandirian biasanya dintandai dengan kemampuan menentukan
nasib sendiri, kreatif dan inisiatif,mengatur tingkah laku, bertanggung jawab,
mampu menahan diri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh
orang lain.
Dengan otonomi tersebut, peserta didik dapat diharapkan akan lebih
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Secara singkat dapat
disimpulkan bahwa kemandirian mengandung pengertian :
1. Suatu kondisi dimana seorang memiliki hasrat bersaing untuk maju
demi kebaikan dirinya sendiri.
2. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah
yang dihadapi.
3. Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya.
4. Bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.

a) Tahapan perkembangan kemandirian


Kemandirian semakin berkembang pada setiap masa perkembangan
seiring pertambahan usia dan pertambahan kemampuan. Perkembangan
kemandirian tersebut diidentifikasikan pada usia 0-2 tahun ; usia 2-6 tahun ;
usia 6-12 tahun ; usia 12-15 tahun dan pada usia 15-18 tahun.
1. Usia 0 sampai 12 tahun :
Sampai usia 2 tahun, anak masih dalam tahap mengenal
lingkungannya, mengembangkan gerak gerik fisik dan memulai proses
bicara. Pada tahap ini anak masi bergantung pada orang tua atau orang
dewasa lainnya dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan nya .
2. Usia 2 sampai 6 tahun .
Pada masa ini anak mulai belajar untuk menjadi manusia sosial dan
belajar bergaul . mereka mengembangkan otonominya seiring dengan
bertambahnya kemampuan dan ketrampilan berlari,
memegang,melompat,memasang dan berkata-kata . pada masa ini pula anak
dikenalkan pada toilet training, yaitu melatih anak dalam buang air kecil atau
besar.
3. Usia 6 sampai 12 tahun.
Pada masa ini anak belajar untuk menjalankan kehidupan sehari-
harinya secara mandiri secara mandiri dan bertanggung jawab. Pada masa ini
anak belajar di jenjang sekolah dasar . beban pelajaran merupakan tuntutan
agar anak belajar bertanggung jawab dan mandiri .
4. Usia 12 sampai 15 tahun.
Pada usia ini anak menempuh pendidikan ditingkat menengah
pertama (SMP). Masa ini merupakan masa remaja awal dimana mereka
sedang mengembangkan jati diri dan melalui proses pencarian identitas diri.
Sehubungan dengan itu pula rasa tanggung jawab dan kemandirian
mengalami proses pertumbuhan.
5. Usia 15-18 tahun.
Pada usia ini anak sekolah tingkat SMA. Mereka sedang
mempersiapkan diri menuju proses pendewasaan diri. Setelah melewati masa
pendidikan dasar dan menengahnya mereka akan melangkah menuju dunia
perguruan tinggi atau meniti karier, atau justru menikah. Banyak sekali
pilihan bagi mereka. Pada masa ini mereka diharapkan dapat membuat
pilihan sendiri sesuai baginya tanpa tergantung pada orangtuanya. Pada masa
ini orang tua hanya perlu mengarahkan dan membimbing anak untuk
mempersiapkan diri dalam meniti perjalanan menuju masa depan.

b) Bentuk-bentuk kemandirian.
Menurut Robert Havighurt (1972) membedakan atas kemandirian
menjadi empat bentuk kemandirian kemandirian yaitu :
1. Kemandirian emosi Kemampuan mengontrol emosi sendiri dan
tidak ketergantungannya kebutuhan emosi kepada orang lain.
2. Kemandirian ekonomi Kemampuan mengatur ekonomi sendiri
dan tidak ketergantungan nya kebutuhan ekonomi pada orang
lain.
3. Kemandirian intelektual, Kemampuan untuk mengatasi berbagai
masalah yang dihadapi.
4. Kemandirian sosial, Kemampuan untuk mengadakan interaksi
kepada orang lain yang tidak tergantung pada aksi orang lain.
BAB III

METODE PENELITIAN

A.Tarket perilaku

Target perilaku dalam penelitian ini adalah meningkatkan perilaku mandiri pada anak
dengan menggunakan teknik Operant conditioning

-Tujuan jangka pendek : Membuat anak berperilaku disiplin di rumah maupun di


sekolah

-Tujuan jangka panjang : Membuat anak berperilaku disiplin tanpa adanya


reinforcement dan punishment yang diberikan

A.Metode

Metode yang digunakanadalah metode studi kasus. Metode studi kasus adalah
salah satu jenis pendekatan deskriptif, adalah penelitian yang dilakukan secara intensif,
terperinci dan mendalam terhadap Page 2 suatu organisme (individu), lembaga atau
gejala tertentu dengan daerah atau subjek yang sempit”. metode studi kasus adalah
metode yang bertujuan untuk mempelajari dan menyelidiki suatu kejadian atau
fenomena mengenai individu, seperti riwayat hidup seseorang yang menjadi objek
penelitian. (Bimo Walgito 2010) 

B.Rancangan Pelaksanaan

1. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di rumah subjek. Tempat ini dipilih dengan alasan anak yang
belum sekolah banyak menghabiskan waktu di rumah. Dengan melakukan intervensi di
rumah dirasa akan lebih efektif dalam meningkatkan perilaku mandiri pada subjek.
2. Waktu penelitian

a. Intake

waktu yang digunakan adalah satu hari. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berupa
data pribadi subjek. Adapun metode yang digunakan adalah wawancara dan observasi
subjek.

b. Baseline

Pada fase ini waktu yang digunakan adalah empat hari. Tahapan ini dilakukan untuk
memperoleh gambaran mengenai perilaku mandiri yang dimiliki oleh subjek. Proses
pengambilan data dilakukan dengan mewawancarai orang tua dan juga mengobservasi
subjek.

c. Treatment

Pada fase ini dilaksanakan modifikasi prilaku berupa teknik extinction dan punishment .
Dalam hal ini extinction dn punishment akan diterapkan jika subjek berprilaku mandiri.

3. Subjek Penelitian

Subjek dipilih dengan cara purposive sampling. Menurut Sugiyono, (2016) purposive
sampling merupakan teknik pemilihan sampel dengan pertimbangan tertentu. Subjek
pada penelitian adalah anak berumur 7 tahun yang memiliki masalah pada perilaku
mandiri.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Metode Observasi

Menurut Arikunto (2006) observasi adalah mengumpulkan data atau keterangan yang
harus dijalankan dengan melakukan usaha-usaha pengamatan secara langsung ke tempat
yang akan diselidiki. Sedangkan menurut Kamus Ilmiah Populer (dalam Suardeyasasri,
2010) kata observasi berarti suatu pengamatan yang teliti dan sistematis, dilakukan
secara berulang-ulang.

Observasi yang dilakukan peneliti adalah melihat dan meninjau kemampuan subjek
dalam berperilaku mandiri.
b. Metode Wawancara

Menurtu P. Joko Subagyo (2011) wawancara adalah “Suatu kegiatan dilakukan untuk
mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaanpertanyaan
pada para responden. wawancara bermakna berhadapan langsung antara interview
dengan responden, dan kegiatannya dilakukan secara lisan.” wawancara menurut
Esterberg yang diterjemahkan oleh Sugiyono (2009) adalah sebagai berikut :“Pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.”

Wawancara ini dilakukan peneliti dengan orang tua subjek ataupun keluarga subjek
yang mana hal itu berhubungan untuk mendapatkan data tentang kemampuan subjek
dalam berperilaku mandiri.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan ketika proses penelitian ataupun proses intervensi sedang


berlangsung yang berguna untuk melihat sejauh mana perkembangan perilaku mandiri
pada subjek.

5. Pengembangan Instrumen Penelitian

a. Pedoman Observasi
Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa lembar observasi
behavior checklist

No Instrumen Kriteria Penilian


Selalu Kadang Tidak Pernah
1. Anak Mencuci piring
sesudah makan
2 Anak mengerjakan tugas
sekolah sendiri
3 Anak membantu orang
tua membersihakan
rumah
4. Anak mencuci baju
sendiri

b. Pedoman Wawancara
Instrumen pengumpulan data yang akan digunakan untuk
menunjang data-data observasi yaitu wawancara.
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah biasanya
subjek membantu
ibu dirmah?
2 Apakah subjek
membuat jadwal
sekolahnya sendiri?
3 Apakah subjek
dapat menjaga adik-
adiknya jikalau ibu
sedang diluar?
4 Apakah subjek
membuat PR nya
sendiri?

Anda mungkin juga menyukai