Anda di halaman 1dari 32

MENGEMBANGKAN BAHAN BELAJAR

VIDEO PEMBELAJARAN
Cecep Kustandi, M.Pd.

Kompetensi
Dalam bahan belajar ini Anda akan mengkaji beberapa hal yang berkaitan
dengan mengembangkan bahan belajar video pembelajaran. Setelah mempelajari
bahan belajar ini Anda diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan
mengembangkan bahan belajar video pembelajaran. Oleh karena itu seyogianya Anda
mempelajari uraian pada bahan belajar ini dengan cermat, kerjakan latihan dan
diskusikan dengan teman sejawat. Kedisiplinan Anda dalam mengerjakan latihan
yang terintegrasi dalam materi ini akan sangat membantu keberhasilan Anda dalam
mempelajari bahan belajar ini.

Setelah mempelajari secara komprehensif bahan belajar ini, diharapkan Anda


akan dapat:

1. Menjelaskan Pengertian dan Karakteristik Video Pembelajaran


2. Menguraikan Tahap Pra Produksi Video Pembelajaran
3. Menguraikan Tahap Produksi Video Pembelajaran
4. Menguraikan Tahap Pasca Produksi Video Pembelajaran

Uraian Materi

A. PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK VIDEO PEMBELAJARAN


Dengan perkembangan IPTEK yang begitu pesat banyak bahan belajar
yang bermunculan untuk membantu pemelajar dalam membelajarkan peserta
didiknya. Bahan belajar tersebut berfungsi sebagai sumber pembelajaran yang
dapat dipergunakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Selain itu dengan
bahan belajar para peserta didik ataupun pemelajar dapat memperoleh informasi
untuk dijadikan sebagai sumber belajar penunjang dalam proses pembelajaran
di kelas yang nantinya dapat didiskusikan bersama. Salah satu sumber belajar
tersebut adalah program video. Secara umum bahan belajar video adalah bahan
belajar yang dalam penyampaiannya terdapat gambar dan suara. Bahan belajar
video dapat juga disebut dengan bahan belajar audio visual, ini dikarenakan
penggabungan dari gambar dan suara dalam penggunaannya.
Menurut Briggs dikutip dari Ahmad Rohani, 1997, bahan belajar video
adalah suatu alat fisik yang dapat menyajikan pesan yang merangsang yang
sesuai untuk belajar. Jadi, dengan segala keunggulannya video bisa dijadikan
sebuah alternative dalam pembelajaran dan juga berguna untuk merangsang
siswa dalam menerima pesan atau materi bahan belajar. Dari pengertian di atas,
bahan belajar video dapat diartikan yaitu alat atau perangkat lunak yang dapat
menyajikan pesan atau informasi audio visual yang merangsang serta sesuai
untuk belajar dan dalam penyajiannya ditayangkan melalui medium tertentu
televisi, VCD/ DVD player. Dengan berkembangnya teknologi informasi dan
komunikasi, video juga dapat ditayangkan melalui komputer/laptop/tablet
(gadget) dan LCD proyektor, bahkan ditonton secara online (streaming).
Menurut pengertian dasarnya, video merupakan sebuah bahan belajar
audio visual yang dapat menampilkan gambar, suara, dan gerak sekaligus.
Menurut Heinich (1996), video merupakan salah satu bahan belajar yang berisi
gambar gerak yang memiliki sifat khusus dalam memanipulasi waktu dan
tempat.
Video sebagai bahan belajar yang memiliki sifat memanipulasi waktu
dapat menghemat dan menambah waktu pengamatan. Untuk menghemat waktu
siswa yang sedang mengamati objek yang sama dengan durasi yang lebih
singkat dibanding melakukan pengamatan secara langsung. Misalnya untuk
mengamati kejadian metamorfosis kupu-kupu, siswa tidak perlu bersusah payah
menghabiskan waktu menyaksikan setiap detik kejadian tersebut. Dengan
bantuan video kejadian metamorfosis tersebut dapat direkam terlebih dahulu
kemudian diedit sehingga proses metamorfosis tersebut berlangsung lebih cepat.
Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengamati objek dapat dipersingkat.
Selain untuk menghemat waktu, video juga dapat menambah waktu
pengamatan yaitu ketika siswa ingin mengamati objek yang terlalu cepat.
Misalnya ketika siswa ingin melihat efek dari suatu tabrakan atau tumbrukan
yang dihasilkan oleh mobil yang menabrak tembok. Tentunya apabila melihat
langsung hal itu tidak memungkinkan karena betapa cepatnya benda tersebut
dan juga berbahaya bagi siswa.
Sifat lain yang memiliki video yaitu memanipulasi tempat. Video berguna
ketika siswa ingin mempelajari objek yang sangat jauh lokasinya atau ingin
melihat dari jarak dekat fenomena berbahaya. Misalnya saja pengamatan
terhadap perang, pengamatan terhadap benda-benda luar angkasa, pengamatan
terhadap kutub utara, pengamatan video mampu menampilkan hal-hal yang sulit
jika diamati secara langsung.
Bahan belajar video atau bahan belajar audio visual yang menampilkan
gerak saat ini semakin dikenal di kalangan masyarakat. Bahan belajar ini berupa
rekaman pada pita magnetik melalui kamera video. Meskipun bahan belajar
video hampir sama dengan bahan belajar film dalam karakteristiknya, tetapi
baik video maupun film mempunyai kelebihan dan kelemahannya.
 Kelebihan bahan belajar video antara lain :
1. Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa
ketika mereka membaca, berdiskusi, praktik, dan lain-lain.
2. Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat dan dapat
disaksikan secara berulang jika diperlukan.
3. Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, video
menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya.
4. Video yang mengandung nilai-nilai positif, dapat mengundang
pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa.
5. Video dapat menyajikan peristiwa kepada kelompok besar atau
kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun perorangan.
6. Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar frame demi
frame, video yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu
minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit.
 Kelemahan Bahan belajar Video antara lain :
1. Pengadaan video umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu
yang banyak.
2. Pada saat dipertunjukan, gambar-gambar bergerak terus, sehingga
tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin
disampaikan melalui video tersebut.
3. Video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
belajar yang dinginkan.
Menurut Cepi Riyana (2007) Untuk menghasilkan bahan belajar video
pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dan efektifitas
penggunaannya, pengembangan bahan belajar video memperhatikan
karakteristik sebagai berikut:
a. Video mampu memperbesar objek yang kecil, terlalu kecil bahkan tidak
dapat dilihat secara kasat mata/ mata telanjang,
b. Dengan teknik editing objek yang dihasilkan dengan pengambilan gambar
oleh kamera dapat di perbanyak (cloning),
c. Video juga mampu memanipulasi tampilan gambar, sesekali objek perlu
diberikan manipulasi tertentu sesuai dengan tuntutan pesan yang ingin di
sampaikan sebagai contoh objek-objek yang terjadi pada masa lampau
dapat dimanipulasi digabungkan dengan masa sekarang,
d. Video mampu membuat objek menjadi still picture artinya gambar/objek
yang ditampilkan dapat disimpan dalam durasi tertentu dalam keadaan
diam,
e. Daya tariknya yang luar biasa video mampu mempertahankan perhatian
siswa yang melihat video tersebut. Hasil penelitian menunjukan siswa bisa
bertahan lebih lama hingga 1-2 jam untuk menyimak televisi/ video dengan
baik dibandingkan dengan mendengarkan saja yang hanya mampu bertahah
dalam waktu 25-30 menit saja,
f. Video mampu menampilkan objek gambar dan informasi yang paling baru,
hangat dan aktual (imbahan belajarcy) atau terkini.

B. TAHAP PRA PRODUKSI

Tahap pra prduksi adalah tahap perencanaan dan persiapan, hasil akhir
yang diharapkan dari tahap ini adalah tersusunnya naskah (script) bahan belajar
yang telah divalidasi dan disetujui oleh tim ahli, sehingga naskah tersebut
dianggap layak untuk diproduksi.
Dalam tahap ini meliputi beberapa kegiatan, yaitu:
1) Penetapan/Identifikasi Program Media
Untuk bahan belajar video, pencarian ide dan penetapan bentuk dan
jenisnya sebaiknya didasarkan pada haasil telaah kurikulum yang berlaku dan
disesuaikan dengan kebutuhan sasaran yang dituju. Penelaahan kurikulum
harus dilakukan secara hati-hati dan teliti agar video yang akan dihasilkan
cocok dengan materi pembelajaran dan sesuai dengan sasaran. Dalam hal ini,
diperlukan bantuan ahli media dan ahli materi yang sesuai dengan topik yang
dibahas. Ahli materi harus memberikan informasi tentang perkembangan
terkini ilmu tersebut. Sementara ahli media diperlukan untuk mengkaji
kesuaian antara materi yang diangkat dengan karakteristik media tersebut.
2) Penyusunan Garis Besar Isi Media Video (GBIMV)
Penyusunan GBIMV juga harus didasarkan pada hasil analisis
kebutuhan, indikator, kompetensi, dan topik materi. GBIMV digunakan
sebagai pedoman bagi penulis naskah dalam penulisan naskah bahan belajar.
Dalam penyusunan GBIMV diperlukan bantuan dari ahli materi dan ahli
media. Ahli materi mengkaji kebenaran dan kecukupan materi, sedangkan
ahli media mengkaji kemenarikan, performansi, dan kesesuaian media
tersebut dengan materi. Berdasarkan hasil telaah yang dilakukan, dapat
diindentifikasi topik-topik materi sesuai indikator pembelajaran.
Penyusunan GBIMV dapat pula digunakan dalam menetapkan jumlah
topik dan subtopik yang saling berhubungan dalam program video yang
dibuat. Disamping itu juga bisa digunakan dalam memperkirakan durasi
video. Perlu diperhatikan disini bahwa untuk setiap topik materi yang akan
dibahas pada media yang diproduksi perlu dicarikan buku refrensi dan sumber
informasi pendukung lainnya termasuk observasi ke lokasi sumber.

CONTOH GARIS BESAR ISI MEDIA VIDEO (GBIMV)

Mata Kuliah : Fotografi


Sasaran : Mahasiswa S1
Judul : Teknik Dasar Fotografi Sebagai Sumber Belajar

TIK/
Pokok
No Kompetensi Sub Pokok Bahasan Tes Akhir Pustaka
Bahasan
Dasar
1 Siswa dapat Kamera 1. Pengertian kamera 1. Mempraktekan Buku Pintar
mengenal DSLR DSLR penggunaan Fotografi
kamera DSLR 2. Bagian-bagian kamera kamera DSLR dengan
DSLR Kamera DSLR
3. Mengenal fungsi (Indonesia
tombol-tombol yang Tera, 2011)
ada di kamera DSLR
2 Siswa dapat Lensa 1. Pengengalan lensa 1. Mampu mengerti
mengenal 2. Pengenalan berbagai jenis-jenis lensa
lensa jenis lensa 2. Mampu
3. Pengenalan bagian- menunjukan
bagian lensa beberapa bagian
lensa
3 Siswa dapat Filter 1. Mengenal filter 1. Menjelaskan jenis
mengenal filter 2. Mengenal beberapa filter
jenis filter 2. Menjelaskan
3. Mengetahui fungsi fungsi filter dari
filter berbagai jenis
...dan seterusnya

3) Penyusunan Jabaran Materi (JM)


Penyusunan JM bertujuan untuk mempermudah penulisan naskah,
perkiraan durasi, topik materi, dan biaya produksi media. Topik-topik yang
sudah dirumuskan kemudian dilakukan penjabaran. Jabaran topik ini
diperlukan sebagai dasar untuk merencanakan ilustrasi visual dan audio untuk
media. Di dalam JM harus dituliskan secara lengkap topik-topik atau butir
materi yang akan diangkat dalam media. Penjabaran materi ini perlu
dilakukan secara hati-hati dan cermat agar tidak terjadi kesalahan fatal yang
bisa menyebabkan miskonsepsi bagi pengguna media nantinya.
Dalam memilih aplikasi, disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan
kesukaan peserta didik agar materinya lebih mudah mereka pahami. Salah
dalam pemilihan aplikasi akan menyebabkan sulit dimengerti oleh para
peserta didik. Misalnya mereka akan sulit memahami dan membayangkan
sesuatu yang belum pernah mereka lihat, dengar, dan alami.
Dalam penyusunan GBIMV dan JM untuk bahan belajar audio dan video,
Cepi Riyana (2006) memberika beberapa tips praktis sebagai berikut:
a) Topik program dipilih salah satu bagian dari topik materi. Satu topik
materi dapat dikembangkan ke dalam beberapa topik program. Topik-
topik ini biasanya juga dapat kita jumpai dalam kurikulum.
b) Judul program ditentukan dari topik yang telah ditelaah. Sedapat
mungkin judul dibuat menarik, namun juga tidak menyimpang dari materi
yang ada didalamnya. Dengan judul yang menarik maka timbul rasa ingin
tahu calon pemirsa/sasaran program tentang isi program didalamnya.
c) Sasaran adalah mereka yang menjadi target dari program yang disajikan.
Pengembangan program yang baik didasarkan pada kesuaian kebutuhan
dari yang memanfaatkan program dengan materi yang disajikan. Oleh
karenanya materi yang disajikan harus sesuia dengan tingkat pemahaman
sasaran.
d) Kompetensi dan indikator dirumuskan sesuai dengan pengembangan,
pendalaman, ataupun pengayaan materi di di dalam GBIMV. Kata-kata
yang digunakan dalam merumuskan indikator harus bersifat oprasional
dan bisa diukur, misalnya menjelaskan, menghubungkan, menyebutkan,
membuat, mendemonstrasikan, dan lain-lain. Perumusan idikator bisa
mengacu pada taxonomi tujuan pembelajaran yang dibuat oleh Benjamin
S Bloom atau taxonomi hasil revisi oleh Anderson dan Krathwohl
e) Topik-topik materi merupakan hasil jabaran dari kompetensi dan
indikator.
f) Format sajian. Penentuan format sajian berdasarkan jumlah materi yang
disajikan, yang mengacu pada daya tarik sasaran. Apabila materinya
banyak dan waktunya terbatas, maka program dengan narasi adalah
pilihan terbaik. Namun dengan materi yang tidak terlalu banyak, sedang
waktunya relatif panjang maka format drama akan lebih menarik. Melalui
pengulangan-pengulangan materi, program dapat disajikan lebih jelas.
g) Durasi. Lama putar program terbatas dan tidak terlalu panjang. Umunya
untuk program bahan belajar jenis video/TV berlangsung sekitar15-20
menit. Lebih dari itu perhatian penonton sudah tidak terfokus pada isi
sajian.
CONTOH JABARAN MATERI (JM)

Mata Kuliah : Fotografi


Topik Program : Teknik Dasar Fotografi
Judul Program Video Teknik Dasar Fotografi sebagai
Sumber Belajar
Siswa : Mahasiswa S1
Format Sajian : Tutorial
Durasi : 7 Menit

TIK/
KB Judul Uraian Materi Latihan
Kompetensi
1 Kamera Siswa dapat  Pengertian kamera DSLR  Mempraktekan
DSLR mengenal  Bagian-bagian kamera penggunaan kamera
kamera DSLR DSLR DSLR
 Mengenal fungsi tombol-
tombol yang ada di kamera
DSLR
2 Lensa Siswa dapat  Pengengalan lensa  Mampu menngerti
mengenal lensa  Pengenalan berbagai jenis jenis-jenis lensa
lensa  Mampu menunjukan
 Pengenalan bagian-bagian beberapa bagian lensa
lensa
3 Filter Siswa dapat  Mengenal filter  Menjelaskan jenis
mengenal filter  Mengenal beberapa jenis filter
filter  Menjelaskan fungsi
 Mengetahui fungsi filter filter dari berbagai
jenis
...dan seterusnya

4) Penulisan Naskah
a) Persiapan Naskah
Naskah dalam perencanaan media diartikan sebagai pedoman tertulis
yang berisi informasi dalam bentuk visual, grafis, dan audio yang
dijadikan acuan dalam pembuatan bahan belajar tertentu, sesuai dengan
tujuan dan kompetensi tertentu. Naskah juga dapat dikatakan sebagai
outline media yang akan dibuat. Naskah diperlukan karena bahan belajar
yang mengandung materi dan kompetensi yang diharapkan tercapai.
Melalui naskan inilah tujuan dan materi tersebut dituangkan dengan
kemasan sesuai dengan jenis bahan belajar, sehingga bahan belajar yang
dibuat benar-benar akan memiliki kesesuaian dengan harapan. Yang pasti,
apapun jenis bahan belajar yang akan dibuat sudah pasti membutuhkan
naskah, karena fungsi naskah adlaah pedoman bagi pengguna dan
terutama pengembang.
Dilihat dari formatnya naskah memiliki bermacam-macam jenis, dan
tiap jenis memiliki bentuk yang berbeda-beda, namun fungsinya sama,
yaitu sebagai penuntun dalam memproduksi bahan belajar. Unsur-unsur
audio, teks, dan visual yang harus ditampilkan dalam media berserta
urutannya dengan jelas tertera didalam naskah.
Naskah yang baik tidak dibuat secara spontanitas, langsung jadi, tetapi
meliputi beberapa tahapan. Proses penysunan naskah media melalui
beberapa tahapan ,yaitu:
 Tahap Pertama
Dimulai dari pencarian ide/gagasan mengenai format sajian yang
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Seringkali, untuk satu topik
pembelajaran banyak ide yang muncul untuk format sajiannya (drama,
dokumenter, feature, presenter, naratif, dan lain-lain), sehingga kita
perlu memilih yang paling cocok. Dalam pencarian ide diperlukan
kreativitas dan pertimbangan, kira-kira format seperti apa yang
menarik, namun tetap memiliki subtansi materi yang jelas.
Setiap format sajian bisa dibuat dalam berbagai alternatif dan setting
yang lain. Kita tinggal mempertimbangkan dan memilih mana yang
paling mungkin diproduksi didasarkan berbagai pertimbangan. Yang
perlu diperhatikan naskah video pembelajaran sebaiknya ditulis
dengan memperhatikan metode pembelajaran dan faktor kemenarikan
program. Istilah umum untuk program pembelajaran penyajiannya
yaitu secara edutaiment, artinya mendidik dan menghibur (perlu dan
menarik). Untuk membuat menarik ada beberapa cara, misalnya
adanya konflik, lucu, human interest (menyentuh perasaan), bintang
terkenal, berbeda, mutakhir, dan sebagainya.
 Tahap Kedua
Pengumpulan data dan informasi untuk membuat, melengkapi, dan
memperkaya naskah bahan belajar tersebut. Mengumpulkan bahan ini
dapat dilakukan dengan cara mengkaji literatur, melakukan survey
sederhana atau juga terlebih dahulu dilakukan penelitian secara
mendalam, di samping mengumpulkan refrensi terkait mungkin perlu
pengamatan langsung ke lokasi agar benar-benar sesuai dengan fakta
yang sesungguhnya sebagai bahan untuk membuat naskah.
 Tahap Ketiga
Menyusun sinopis dan treatment. Sinopsis secara singkat dapat
diartikan sebagai ringkasan program atau ringkasan cerita, sinopsis ini
diperlukan untuk memberikan gambaran secara ringkas dan padat
tentang tema atau pokok materi yang akan digarap dalam bahan
belajar. Dalam istilah yang lebih sederhana sinopsis dapat diartikan
sebagai ringkasan cerita. Dalam penulisannya, sinopsis dapat diuraikan
dengan kalimat yang panjang tetapi cukup beberapa kalimat saja,
namun tercakup di dalamnya seperti tema, event, dan alur yang
dikemas dengan kalimat yang sederhana dan mudah dipahami.
Sedangkan treatment merupakan pengembangan dari sinopsis.
Sinopsis dan treatment khususnya dibuat untuk media sound slide,
film, video, dan program media audio. Sedangkan bahan belajar cetak
tidak membutuhkan treatment. Setiap bahan belajar sebaiknya
memiliki sinopsis, namun untuk treatment perlu semua media, terbatas
pada bahan belajar yang membutuhkan gambaran alur cerita atau plot
program dari awal hingga akhir penayangan. Misalnya pada program
video, film, slide, film strip, dan lain-lain. Agak berbeda dengan
dengan sinopsis, treatment mencoba memberikan uraian ringkas secara
deskriptif (bukan tematis) tentang bagaimana suatu episode cerita atau
rangkaian peristiwa pembelajaran (instructional event) nantinya akan
digarap.
Kalau sinopsis penulisannya dibuat sedemikian singkat, akan tetapi
dalam treatment semua alur cerita yang akan ada dalam video tersebut
diuraikan dari awal kemunculan gambar, sampai program berakhir
diuraikan secara deskriptif. Secara sederhana yang dimaksudkan
dengan treatment seperti halnya seorang anak menceriatakan kembali
film yang dia tonton kepada temannya dari mulai hingga film berakhir.
Namun demikian dalam pembuatan storyboard belum menggunakan
istilah-istilah teknis dalam teknik video, penggunaan istilah teknis baru
dilkuakan pada pembuatan skenario (shooting script).

CONTOH SINOPSIS
VIDEO PEMBELAJARAN TEKNIK DASAR FOTOGRAFI
Program Video Pembelajaran teknik dasar fotografi sebagai sumber
belajar ini menampilkan tentang pengenalan dan beberapa teknik dasar
fotografi beserta dengan alat-alat fotografi yang ditujukan dan
disesuaikan kepada peserta didik agar dapat dipelajari dengan mudah
dan peserta didik yang belum pernah mengerti tentang fotografi dapat
mengerti dengan mudah.
Video ini berupa video tutorial yang menampilkan beberapa
adegan yang menjelaskan tentang pengenalan kamera DSLR beserta
dengan tombol-tombol fungsinya. Pengenalan lensa, bagian-bagiannya,
dan beberapa jenisnya. Pengenalan filter pada lensa. Pengenalan
lighting dan berbagai macam flash yang digunakan dalam fotografi.
Pengenalan tripod dan bagian-bagiannya. Selanjutnya akan menjelaskan
beberapa teknik dasar fotografi seperti speed action, low speed,
panning, zooming, bulb, DOF.
Video Pembelajaran ini dilengkapi dengan animasi hasil gambar, untuk
memudahkan peserta didik dalam melihat hasil yang akan mereka
hasilkan pada saat melakukan fotografi.
...dan seterusnya.

CONTOH TREATMENT
VIDEO PEMBELAJARAN FOTOGRAFI
“Teknik Dasar Fotografi”

Video ini diawali dengan gambar logo dari UNJ, Teknologi


Pendidikan, dan dosphot production, kemudian dilanjutkan dengan
judul dari video ini yaitu Teknik Dasar Fotografi sebagai Sumber
Belajar.
Video ini diawali dengan medium shot presenter meneruskan
pembicaraanya untuk memandu program tayangan Video Pembelajaran
ini hingga berakhir. Setelahnya yaitu Medium Shot presenter
menyebutkan tujuan dari program tayangan video ini. Kemudian Full
Shot presenter mengajak audience untuk menyaksikan tayangan
program ini.
Video Tutorial ini diawali dengan establish shot pemandangan
sekitar dan kemudian sang tutor datang menghampiri dan menyapa
audience. Close up shot tutor yang memperkenalkan identitas dirinya
dan tujuan dia dalam video ini. Setelah itu medium shot ke tutor yang
membawa dua brand kamera DSLR untuk dijelaskan kepada audience
yaitu yang bermerk Nikon dan canon. Yang pertama, tutor menjelaskan
tentang apa itu kamera DSLR disertai dengan animasi tulisan sebagai
penjelas. Setelah dijelaskan, close up shot kea rah kamera Nikon untuk
dijelaskan bagian-bagian dan tombol-tombol fungsi dari kamera
tersebut disertai dengan gambar dan tulisan penjelas. Begitu pula
dengan kamera bermerk Canon.
Setelah dijelaskan kamera DSLR dan bagian-bagian beserta
fungsi dari tombol kamera DSLR, kemudian tutor mengeluarkan
beberapa lensa yaitu lensa fix dan lensa vario. Kamera zooming ke
lensa fix terlebih dahulu untuk dijelaskan lensa tersebut ke audience.
Dengan close up ke lensa tersebut, tutor menjelaskan apa itu lensa fix
beserta bagian-bagian lensa tersebut yang disertai dengan animasi
tulisan sebagai penjelas. Kemudian dilanjutkan dengan lanse vario
dengan teknik pengambilan gambar yang sama yaitu zooming ke lensa
vario tersebut, dijelaskan apa itu lensa vario beserta bagian-bagiannya
disertai dengan animasi tulisan sebagai penjelas. Setelah dijelaskan
tentang lensa, dengan medium shot dan zooming tutor menjelaskan
bagaimana memasang dan melepaskan lensa pada kamera DLSR yang
benar.
Dilanjutkan dengan menjelaskan filter pada lensa. Pada saat
menjelaskan, muncul gambar-gambar jenis filter lensa tersebut dengan
disertai fungsi dari filter-filter tersebut.
...dan seterusnya.

b) Skenario (Shooting Script)


Bila di atas disebutkan bahwa skrip terutama ditujukan untuk bahan
pegangan sutradara dan pemain, skenario lebih merupakan petunjuk
oprasional dalam produksi atau pembuatan programnya. Jadi skenario
bermanfaat bagi teknisi dan kerabat produksi yang akan melaksanakannya
dengan penuh tanggung jawab teknis oprasional. Petugas yang
membutuhkan diantaranya, editor/penyunting gambar, kameramen,
pencatat adegan, sound man, dan lain-lain. Dalam skenario inilah beda
antara film dan video akan tampak karena video memiliki efek visual
tertentu yang tidak dimiliki oleh film, misalnya dissolve, wipe,
superimpose, split image, dan sebagainya.
Pengaruh lain yang juga akan tercermin dalam penulisan skenario
adalah beda dalam pendekatannya. Bila dalam pendekatan film
perpindahan umumnya bersifat “cut-to-cut´ dan pengambilannya boleh
meloncat-loncatdengan pengelompokan menurut keadaan waktu, cuaca,
lokasi maupun sifatnya (di dalam atau diluar ruangan studio),
perpindahan dalam pedekatan video dapat transisional dan bersifat
sekuensial. Dengan singkat, skenario untuk program video untuk
menggunakan lebih banyak istilah-isltilah atau bahasa “produksi” dan
petunjuk-petunjuk teknis oprasional bagi kerabat dan teknis produksi.

CONTOH SKENARIO VIDEO PEMBELAJARAN


Mata Kuliah : Fotografi
Sasaran : Mahasiswa S1 awal semester
Judul Program : Video Pembelajaran Teknik Fotografi Dasar
Tujuan Program : Sebagai sumber belajar untuk mahasiswa fotografi
 Judul : Video Pembelajaran Teknik Fotografi Dasar Sebagai Sumber Belajar
 Durasi : +7 menit
 Penulis : Dody Swastiko

Model 1
Visual Audio

SEKUENS 1 MUSIK:
SCENE 1 : OPENING Instrumental (UP FULL)

S/I. GOT PRODUCTION


_____________________________________/ PRESENTER : Selamat datang dalam pogram
S/I. Video Pembelajaran Teknik Fotografi Video Pembelajaran teknik dasar fotografi
Dasar Sebagai Sumber Belajar sebagai sumber belajar.

FADE IN
_____________________________________/ Perkenalkan nama saya Dini Saya yang akan
Time Lapse Studio memandu kalian dalam mempelajari teknik dasar
CAPTION. “Tujuan pembelajaran: fotografi sebagai sumber belajar.
”Mahasiswa mampu mengetahui alat-alat
fotografi yang umum digunakan dan Fotografi saat ini sangat digemari oleh oleh
mempraktekan teknik dasar fotografi” banyak kalangan, maka dari itu video ini
Sasaran: Mahasiswa S1 bertujuan agar kalian dapat mempraktekan teknik
_____________________________________/ dasar fotografi dengan baik dan dengan cara yang
mudah.

PRESENTER FRAME OUT Bagaimana?


Kalian sudah siap mempelajarinya?
Kalau begitu mari kita saksikan tayangan berikut
SCENE 2 : Instruktur ini!
CU. PROPERTI KAMERA
_____________________________________/
ZO. INSTRUKTUR INSTRUKTUR : Hai, nama saya Andi, saya di
_____________________________________/ Video Pembelajaran ini sebagai instruktur
MS. INSTRUKTUR fotografi kawan-kawan.
_____________________________________/
Saya akan membagi ilmu fotografi dengan kalian
Disini saya sudah memegang 2 kamera dengan
ZOOM IN. Kamera yang dibawa instruktur brand Nikon dan Canon. Kenapa saya membawa
_____________________________________/ dua brand ini, karena dua brand ini adalah yang
MS. Instruktur paling sering digunakan oleh teman teman
fotografer yang baru mengenal fotografi maupun
professional

Model 2
No. VIDEO AUDIO
Scene
1  OPENING: OPENING MUSIC.
 PENAYANGAN F-In F-Up F-Under
LAMBANG/LOGO GOT
PRODUCTION
 CAPTION: Video Pembelajaran
Teknik Fotografi Dasar Sebagai
Sumber Belajar
 CAPTION: Tujuan
Pembelajaran: Mahasiswa
Mampu Mengetahui Alat-alat
Fotografi Yang Umum
Digunakan Dan Mempraktekan
Teknik Dasar Fotografi
 CAPTION: Sasaran: Mahasiswa
S1

2 ESTABLISHING SHOOT SEBUAH MUSIC.


TAMAN CUT TO PRESENTER F-Under
MENGHADAP KAMERA

EXT: TAMAN
MLS CU PRESENTER PRESENTER : Selamat datang dalam
pogram Video Pembelajaran teknik dasar
fotografi sebagai sumber belajar.
CAPTION:
NAMA PRESENTER Perkenalkan nama saya Dini Saya yang akan
memandu kalian dalam mempelajari teknik
dasar fotografi sebagai sumber belajar.

Fotografi saat ini sangat digemari oleh oleh


banyak kalangan, maka dari itu video ini
bertujuan agar kalian dapat mempraktekan
teknik dasar fotografi dengan baik dan
dengan cara yang mudah.
Bagaimana?
Kalian sudah siap mempelajarinya?
Kalau begitu mari kita saksikan tayangan
berikut ini!

...dan seterusnya

c) Pengkajian/Validasi Naskah
Setiap naskah harus dikaji oleh ahli materi, ahli media, dan ahli
bahasa. Ahli materi mengkaji aspek sajian materi dan aspek
pembelajaran. Dari aspek materi misalnya kesesuaian materi dengan
kurikulum (standar isi) kebenaran, kecukupan, dan ketepatan pemilihan
aplikasi atau contohnya.
Ahli media mengkaji dari aspek penyajian (media), misalnya
kemenarikan penyampaian materi tersebut sesuai dengan karakteristik
media video, karakteristik pemain, perwatakan, animasi, adegan, konflik,
musik, sound effect, format program, alur program, dan lain-lain.
Sedangkan ahli bahasa mengkaji kaidah dan pilihan kata sesuai dengan
karakteristik sasaran. Ahli bahasa mengkaji dari aspek kebahasaan. Aspek
ini meliputi pilihan kata, penggunaan kalimat, hubungan antar paragraf,
tanda baca, ejaan, dan sebagainya. Khusus naskah bagi pendidikan
informal misalnya berupa sinetron, kartun, dan sebagainya, perlu juga
dikaji oleh ahli psikologi.

C. TAHAP PRODUKSI VIDEO PEMBELAJARAN

Produksi merupakan tahap selajutnya setelah naskah diterima oleh Produser


dan Sutradara. Untuk menghasilkan gambar dan suara sesuai dengan keinginan
penulis naskah, maka pada tahap ini harus dilakukan berbagai kegiatan, meliputi:
1) Rembuk Naskah
2) Penentuan Tim Produksi
3) Casting (Pencarian Pemain)
4) Hunting (Pencarian Lokasi Shooting)
5) Cru Metting (Rapat Tim Produksi)
6) Pengambilan Gambar
Setelah naskah divalidasi dan disetujui, naskah tersebut diserahkan pada
Sutradara untuk memulai kegiatan produksi. Setelah menerima naskah, sutradara
biasanya akan melakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:
1) Rembuk Naskah (Script Conference)
Setelah sutradara menerima dan mempelajari naskah, maka sang sutradara
meminta kepada produser untuk dilakukan rembuk naskah dengan penulis
naskah, ahli materi, dan ahli media. Rembuk naskah diperlukan untuk
menyamakan persepsi pemahaman terhadap naskah, sehingga apabila
diproduksi diharapkan tidak terjadi kesalahan yang fatal yang menyebabkan
miskonsepsi pengguna media. Hasil dari rembuk naskah adalah sutradara
mamahami naskah dengan baik sesuai dengan kemauan penulis, pengkaji
materi, media, dan bahasa. Dengan demikian sutradara akan mengubah naskah
menjadi bahasa visual dan audio yang terintegrasi sehingga menjadi sebuah
bahan belajar yang mudah dipahami, enak ditonton, menyenangkan, dan
bermanfaat.
2) Pembentukan Tim Produksi (Production Crew)
Setelah sutradara memahami naskah dengan baik, langkah selanjutnya
adalah membentuk tim produksi. Tim produksi atau kru produksi, biasa juga
disebut kerabat kerja merupakan sekumpulan orang yang mempunyai profesi
atau keahlian berbeda-beda tetapi setelah disatukan menjadi sebuah tim yang
kompak, sehingga menghasilakn sebuah karya yang luar biasa.tim produksi
yang berjumlah besar dan dapat juga kecil, hal ini tergantung dari seberapa
kompleks naskah yang akan diproduksi. Apabila kompleks, rumit, dan besar,
maka tim produksinya besar dan lengkap, sedangkan apabila sederhana dan
hanya sedikit yang diproduksi, maka tim produksinya kecil. Tim produksi
yang besar terdiri dari produser, sutradara + asisten, teknisi + asisten, VTRman
(juru rekam), switcherman (pemandu gambar), floor manager, unit
manager/pimpinan unti, editor + asisten, animator, penata musik, penata
artistik + asisten, penata rias + asisten, pembantu umum, dan lain-lain.
Kolaborasi tersebut adalah kondisi ideal dalam sebuah produksi program
video/televisi, hal tersebut sifatnya kondisional. Mereka meiliki tugas yang
berbeda namun harus terintegrasi satu dengan lainnya. Oleh karena itu mereka
harus memiliki kekompakan yang baik, saling melengkapi dan bekerjasama,
mengingat semua saling ketergantungan agar mendapat produk yang
berkualitas. Jika terjadi kekurangan personel maka kadang kala seorang kru
bisa memiliki profesi ganda agar pekerjaan dapat tertangani. Kondisi seperti
ini memang dapat diklakukan selama profesi rangkap tersebut tidak berjalan
pada waktu yang bersamaan. Selain itu pula pemegang rangkap profesi
tersebut benar-benar memiliki kapabilitas yang memadai dari sisi kemampuan
maupun kondisi fisik. Prinsipnya jumlah tim dalam produksi cukup fleksibel,
tergantung kondisi pekerjaan yang dihadapi.
3) Membuat Story Board/Shooting Script
Setelah tim produksi media terbentuk, maka tugas pertama yang
dilakukan adalah setiap anggota harus mempelajari dan memahami naskah.
Setelah itu diadakan rapat tim untuk menuyusun story board/shooting script,
yaitu petunjuk oprasional dalam kegiatan produksi, pembuatan program, dan
pengambilan gambar. Di dalam story board ini sudah tergambar secara
lengkap dan sistematis setiap adegan bahkan shot (gambar) yang akan
diambil, misalnya siapa yang muncul, bagaimana gerakan, di mana posisi
obyek, melakukan apa, kemudian dimana posisi kamera dan angle kamera
serta bagaimana cara pengambilan gambarnya, apakah secara till up, till down,
follow, atau yang lain, kemudian dimana lampu dan bagaimana suasana yang
ingin dicipatakan, dan masih banyak lagi lainnya. Hal ini dilakukan sesuai
dengan tuntutan naskah. Skenario sangat bermanfaat bagi teknisi dan kerabat
produksi yang bertanggung jawab pada pekerjaan teknis oprasional, seperti
editor, kameramen, sound man, dan pencata adegan. Skenario biasanya
menggunakan banyak istilah atau petunjuk teknis berkaitan dengan bahasa
produksi.

CONTOH FORMAT SCRIPT BREAKDOWN SHEET


Production Company : Scene Name :
Project Title : Int/Ext – Day/Night :
Scene No : Location to Shoot :
Description :
Cast Wardrobe Make-up/ Vihicles/Animal Extras/
Hairdo Atmosphere
-
-

Set Artistic Properties Special Special Effect Sound Effect


Equipment

Est. Set Up Est. Prod.


Time
CONTOH FORMAT STORY BOARD
Scene: Shoot : Judul :

Setting : Ext/Int :

Pengambilan Gambar: Musik :

Visualisasi : Narasi :

Pemain :

Properti :
4) Penghitungan dan Penyusunan Anggaran
Anggaran disusun adalah total biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan
media tesebut, mulai dari perencanaan hingga kegiata pasca produksi.
Penuyusunan anggaran harus mempertimbangkan berbagai faktor seperti
lamanya syuting, jumlah tim produksi, lokasi, biaya editing baik di studio
maupun di luar studio, jauh dekatnya dan berapa tempat, pemain dan
jumlahnya, peralatan yang dipakai, setting dan properti yang diperlukan,
faktor kesulitan, dan lain sebagainya.
5) Pemilihan Pemain (Casting)
Jika suatu program memerlukan pemain, maka pemain juga harus dipilih
sesuai dengan tuntutan naskah. Kesalahan pemilihan pemain, atau karakter
pemain menyebabkan kesalahan penyampaian materi atau menjadi tidak
menarik. Pemain merupakan salah satu kunci keberhasilan, memakai bintang
atau tidak harus dipertimbangkan dengan matang, sebab ada untung ruginya.
Untungnya yaitu sajian lebih menarik dan orang suka menonton bintang,
kerugiannya biayanya tentu lebih mahal. Kalau menggunakan yang bukan
bintang, maka yang harus dipertimbangkan adalah bahwa mereka harus betul-
betul dapat menjiwai karakter yang dituntut dalam naskah.
6) Pencarian Lokasi (Hunting)
Pemilihan lokasi untuk pengambilan gambar harus dilaksanakan sesuai
dengan tuntutan naskah. Kalau ingin mengubah lokasi syuting demi
pertimbangan penghematan, perlu dibicarakan ketika rembuk naskah. Lokasi
syuting dapat di luar atau di studio tergantung dari kemudahan dan efektifitas
dari pengambilan gambar dan tuntutan naskah. Sebab semua yang ada di
naskah sudah dipertimbangkan efektifitas untuk penyampaian pesan.
7) Rapat Tim Produksi (Production Meeting)
Di dalam pertemuan ini dilakukan diskusi teknis pelaksanaan produksi,
masing-masing profesi menyampaikan persiapan yang sudah dan sedang
dilakukan serta mencari solusi permasalahan yang belum terselesaikan.
Didalam pertemuan ini harus ditemukan, jadwal syuting, dana, lokasi, pemain,
perizinan, kostum dan make up, kamera, jenis lampu, alat pendukung,
transportasi, konsumsi, akomodasi, keamanan, properti, musik, dan lain
sebagainya.
8) Setting Lokasi (Blocking Area/Location Set)
Sebelum melakukan pengambilan gambar sutradara bersama-sama tim
produksi mengadakan penataan lokasi dan setting properti sesuai yang
dibutuhkan dalam naskah. Prosedur berlaku dengan perencanaan shoting baik
didalam maupun luar studio. Disamping itu pula penempatan camera (camera
blocking) sudah harus ditentukan.
CONTOH FORMAT RUN DOWN–SHOOTING SCHEDULE
Production Company : Date of Production :

Project Title : First Take :

Producer : Est. Warp :

Director :

No Scene Shoot Location to Shoot D/N Est. Prod. Description Notes


Time
9) Pengambilan Gambar dan Suara
Setelah semua persiapan telah selesai dilakukan, langkah selanjutnya
yaitu produksi atau pengambilan gambar. Kegiatan produksi merupakan
kegiatan untuk merubah ide dalam bentuk naskah kedalam bentuk gambar dan
suara. Kegiatan produksi harus mencari dan mendapatkan gambar dan suara
dengan kualitas prima sesuai yang diinginkan (naskah, shooting script, story
board). Jika yang disaksikan hanya gambar saja maka dapat dipastikan
tayangan itu tidak menarik oleh karena itu diperlukan microphone dan
peralatan audio lainnya untuk melengkapi gambar tayangan dengan suara atau
audio, selanjutnya gambar yang dihasilakan dari video camera dan suara yang
dihasilkan microphone digabungkan dalam suatu media penimpana dengan
menggunakan recorder.

D. TAHAP PASCA PRODUKSI VIDEO PEMBELAJARAN

Tahap pasca produksi semua bahan mentah produksi dikumpulkan untuk


diolah. Analoginya, ialah seorang koki yang membawa semua bahan masakan dan
bumbu ke dapur, untuk diolah sesuai resep yang telah ada. Berikut ini merupakan
beberapa fungsi dalam tahapan editing video.
1. Fungsi Editing Video
Editing video merupakan proses menggerakan dan menata video shoot atau
hasil rekaman gambar menjadi suatu rekaman gambar yang baru dan enak
untuk dilihat. Secara umum pekerjaan editing adalah berkaitan dengan
proses pasca produksi, seperti, colour correction, sound mixing,
dan capture video.
2. Fungsi Sound
Fungsi sound meliputi sejumlah keperluan seperti, pembuatan
musik ilustrasi, pembuatan sound efek, dan sound recording (untuk
keperluan dubbing narasi).
3. Fungsi Image Editing
Merupakan penunjang elemen grafis untuk keperluan editing video yang
dipergunakan dalam pembuatan judul dan ilustrasi.
4. Fungsi Animasi dan Visual Efek
Merupakan bagian video yang berupa animasi atau visual efek merupakan
klip video berdurasi tertentu yang ditambahkan pada proyek video editing.
5. Fungsi Distribusi
Produk video yang telah dibuat mungkin selanjutnya akan didistribusikan
kepada pemirsa yang merupakan target komunikasi dari
produk video tersebut. Setelah proses editing video menghasilkan
format file tertentu, file ini kemudian dapat diproses lanjut dalam usaha
pembuatan vcd/dvd agar kelak dapat digandakan atau didistribusikan
secara massal.
Setelah produksi (pengambilan gambar) sudah selesai dilakukan tahap
selanjutnya yaitu pasca produksi. Kegiatan pasca produksi langkah-langkah yang
sebaiknya dilakukan yaitu:
1) Video Editing
Editing adalah merangkai gambar dengan gambar, gambar dan suara
dengan gambar, suara dengan suara menjadi satu rangkaian yang kronologis
sehingga mampu menyampaikan pesan sesuai dengan naskah, enak ditonton,
dan menghibur. Kegiatan ini adalah penggabungan seni dan teknik dari bahan
dasar berupa potongan potongan gambar dan suara atau populer dengan nama
clip, yang dipadukan dan diolah serta mempunyai arti dan makna yang jelas.
Proses seni dalam video editing terdiri dari apa saja bagian yang diambil,
dihapus atu digabungkan dari berbagai sumber agar menjadi satu, masuk akal
dan enak untuk dilihat. Sementara proses tenik meliputi kemampuan untuk
mewujudkan ide dari seni itu sendiri, bagaimana hasil seni itu bisa dinikmati
oleh orang lain, bisa berupa film, casset video maupun piringan cakram
(VCD/DVD) dan video online/streaming, bahkan tersimpan dalam media
penyimpan lain. Pada dasaranya pengertian editing adalah menghubungkan
antara shot/visual atau suara dengan shot/visual atau suara yang lain dengan
mengguanakan bentuk transisi tertentu agar menjadi kesatuan informasi yang
berkesinambungan.
Tiga bentuk edit atau penyambungan gambar yaitu: cut, mix, dan fade.
Cut dipergunakan untuk kontinyuitas gerak/action yang relatif cepat,
menunjukan sesuatu yang berkaitan (impact,) perubahan informasi atau
tempat, dan lain-lain. Mix/disolving dimaksudkan untuk perubahan waktu,
menyampaikan dua informasi dalam satu frame, perubahan waktu setempat
secara peralahan, flashback, bayangan pikiran, dan lain-lain. Fade in (from
black screen fo full image) dipergunakan untuk permulaan program,
permulaan scene, perubahan waktu, perubahan lokasi. Fade out (from full
image to black screen) dipergunakan untuk ending program, ending scene,
perpindahan waktu, dan perpindahan lokasi.
2) Preview
Setelah editing selesai dilakukan maka video siap dipreview. Preview
melibatkan sutradara, ahli materi, ahli media, dan penulis. Kegiatan preview
atau expert judgement digunakan untuk melihat apakah media yang dibuat
sesuai dengan perencanaan (naskah).
Aspek yang dinilai dalam preview media video yaitu:
a) Ahli materi, meliputi materi dan pemelajaran (pedagogik)
b) Ahli media, meliputi media (sesuai dengan karakteristik video), teknis
(gambar, suara, pemain, tulisan, sudut pengambilan gambar, komposisi,
seting propertis, kostum, musik, animasi, dan lain-lain)
c) Ahli bahasa, berkaitan dengan pilihan kata, penggunaan kalimat, dan
hubungan antar paragraf.
d) Ahli psikologi, menilai kesuaian dengan sasaran dan dampak/ efek
psikologi tayangan.
Apabila ada kekeliruan atau kekurangan, maka disarankan untuk direvisi.
Semua ahli bertanggung jawab sesuai dengan keahliannya.
Selain langkah-langkah produksi, kita juga harus tahu beberapa petunjuk yang
harus diperhatikan jika mempertimbangkan untuk memproduksi sebuah video:
a) Bahan belajar ini didesain untuk memperlihatkan gerak bukan gambar
diam, kecuali jika diperlukan untuk memperjelas sebuah hal penting.
b) Jika digarap dengan baik, gambar bergerak amat baik untuk tujuan afektif
(mempengaruhi peserta didik untuk mengubah sikap).
c) Untuk kepentingan pembelajaran, sebaiknya gambar bergerak digunakan
berdasarkan hubungan langsung dengan pribadi penonton, berapapun
besarnya kelompok peserta didik yang menonton.
d) Suara yang mengiringi gambar harus sesuai dengan isi gambar.
e) Narasi tidak boleh menceritakan apa yang terlihat di layar, kecuali kalau
untuk menginterpretasikan atau untuk memperjelas, atau untuk
menekankan hal yang penting.
f) Semua media gambar bergerak harus mengandung isi yang sudah
dibakukan, serta harus disunting dan diuji cobakan sebelum dipergunakan
dalam kegiatan pembelajaran. Konsultasikan materinya pada orang yang
ahli pada bidang itu, dan juga mencobakan media ini kesejumlah peserta
didik.
g) Karena video adalah gambar bergerak, narasinya hendaklah dibuat
berdasarkan naskah visual (storyboardi) yang telah dibuat.
h) Dalam perencanaan naskah, penulis juga harus mempertibangkan
karakteristik penonton, seperti latar belakang budaya, umur, jenis
kelamin, dan latar belakang pendidikan.
i) Gambar yang diambil hendaknya lebih bervariatif, begitu juga dengan
sudut pengambilannya.
j) Karena memproduksi media video cukup sulit, diharapkan ada
pemimpinnya dan anggota bekerja secara tim.
Tapi poin-poin yang di atas ini bukanlah sesuatu yang mutlak dalam
memproduksi video, mungkin ada beberapa hal yang tidak diperlukan dalam usaha
seseorang membuat bahan belajar video pembelajaran ini.
Kriteria video pembelajaran dikatakan baik, jika isi pesan di dalam video
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dalam hal ini tujuan
pembelajarannya tepat sasaran, yaitu untuk peserta didik. Sehingga pembuatan video
pembelajaran harus mengikuti prosedur atau langkah-langkah yang sistematis. Proses
pembuatannya pun harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu harus
melibatkan berbagai sumber seperti ahli media, ahli Teknologi Pendidikan, ahli
materi dan teknisi.
Kegiatan pascaproduksi pada dasarnya adalah kegiatan editing. Editing
video merupakan proses menyusun dan menata hasil rekaman gambar menjadi satu
keutuhan berdasakan naskah. Pekerjaan editing meliputi capturing/importing,
pemotongan, penggabungan, penyisipan gambar, transisi dan gambar pendukung
lainnya serta pemaduan suara.
a) Capturing/Importing
Proses memindahkan hasil rekaman gambar dari kamera ke
perangkat editing dapat dilakukan dengan
cara capturing/importing. Capturing dilakukan bila hasil rekaman tidak berupa
file video, sedangkan importing dilakukan bila hasil rekaman berupa file video
yang dapat dibaca oleh perangkat editing.
b) Pemotongan
Proses memotong hasil rekaman gambar untuk mendapatkan hasil potongan video
yang lebih baik.
c) Penggabungan
Penggabungan antar potongan gambar.
d) Penyisipan
e) Pengaturan Transisi
Transisi merupakan bentuk perpindahan antar potongan gambar untuk menjaga
kontinuitas gambar, membentuk suasana, pembeda waktu dan tempat.
Jenis-jenis transisi adalah sebagai berikut.
a) Cut/Cut To
Cut berfungsi sebagai perpindahan atau transisi dari satu gambar atau adegan
ke adegan yang lain secara langsung. Cut digunakan untuk:
 menyatakan kesinambungan cerita;
 menggambarkan detail objek;
 menciptakan suasana kejadian tegas, tegang, semangat.
b) DISSOLVE
Dissolve berfungsi sebagai jembatan potongan gambar yang secara berangsur
– angsur terjadi perpindahan gambar. Dissolve digunakan untuk:
 menciptakan suasana kejadian romantis, halus, mengalir, sedih;
 menyatakan waktu lampau atau lamunan masa depan.
c) WIPE
Wipe berfungsi sebagai transisi yang menggantikan gambar dengan gambar
berikutnya dengan cara bergerak dari sisi ke sisi lain menggunakan pola
bentuk tertentu. Wipe digunakan untuk:
 menciptakan suasana ceria, bahagia, glamour;
 memberikan kesan retro.
d) FADE/Fading 
Fading berfungsi sebagai transisi yang menggantikan gambar dari
gelap perlahan-lahan menjadi tampak gambarnya (fade in) atau dari gambar
berubah secara berangsur-angsur menjadi gelap (fade out). Fade berfungsi
untuk:
 sebagai awal dari sebuah adegan;
 membedakan perubahan waktu.
e) Pemaduan Suara
f) Rendering
Proses akhir penyatuan hasil editing menjadi satu kesatuan video yang utuh.
Pada tahap pascaproduksi semua bahan mentah produksi dikumpulkan untuk
diolah.

Latihan

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi Mengembangkan Bahan


Ajar Video Pembelajaran, kerjakanlah latihan berikut!

Coba Anda kembangkan GBIMV, JM, Sinopsis, dan Treathment sebuah bahan
belajar video pembelajaran sesuai dengan apa yang anda kuasai berdasarkan uraian
materi yang anda pelajari!

Daftar Rujukan

Anderson, Ronald H. (1987). Pemilihan dan Pengembangan Media untuk


Pembelajaran. Jakarta : CV. Rajawali.
Arsyad, Azhar. (2008). Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
Heinich, Robert. (1996). Instructional media and technologies for learning. New
Jersey : Merrill Prentice Hall,
Kustandi, Cecep dan Sutjipto, Bambang. (2011). Media Pembelajaran: Manual dan
Digital. Bogor: Ghalia Indonesia,
Riyana, Cepi. (2007). Pedoman Pengembangan Media Video. Bandung : Program
P3AI Universitas Pendidikan Indonesia.
Rohani, Ahmad. (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta : Rieneka Cipta.
Sadiman, Arief dkk. Media. (2006). Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatanya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Seels, Barbara dan Richey, Rita. (1994). Teknologi Pembelajaran: Definisi dan
Kawasannya. Washington DC : AECT
Sulaiman, Amir H. (1988). Media Audio Visual Untuk Pengajaran, Penerangan, dan
Penyuluhan. Jakarta : PT Gramedia.
Sumber lain:
Pedoman Pengembangan Video Interaktif Proses Pembelajaran, Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan
Pejaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK–PMP) Pusat Pengembangan
Profesi Pendidik

Glosarium

1. Bahan belajar video dapat diartikan yaitu alat atau perangkat lunak yang dapat
menyajikan pesan atau informasi audio visual yang merangsang serta sesuai
untuk belajar dan dalam penyajiannya ditayangkan melalui televisi dan VCD/
DVD player.
2. Video pembelajaran adalah program pembelajaran yang secara fisik dikemas
dalam lempengan/ piringan CD (Compact Disc) disajikan dengan menggunakan
VCD (Video Compact Disc) player serta televisi monitor.
3. Tahap Pengembangan Bahan belajar Video Pembelajaran terdiri dari: Tahap Pra
Produksi, Tahap Produksi dan Tahap Pasca Produksi
4. Tahap pra prduksi adalah tahap perencanaan dan persiapan, hasil akhir yang
diharapkan dari tahap ini adalah tersusunnya naskah (script) bahan belajar yang
telah divalidasi dan disetujui oleh tim ahli, sehingga naskah tersebut dianggap
layak untuk diproduksi.
5. GBIMV singkatan dari Garis Besar Isi Media Video
6. JM singkatan dari Jabaran Materi
7. Video Editing adalah merangkai gambar dengan gambar, gambar dan suara
dengan gambar, suara dengan suara menjadi satu rangkaian yang kronologis
sehingga mampu menyampaikan

Anda mungkin juga menyukai