Pembimbing Akademik
Disusun oleh :
22020119220120
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
PRE PLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) SESI III
(MENGONTROL HALUSINASI DENGAN MINUM OBAT DENGAN PRINSIP
ENAM BENAR) PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN STIMULASI PERSEPSI
SENSORI: HALUSINASI AUDITORI
1. Latar Belakang
Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa yang mana seseorang
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, perabaan ataupun penciuman. Seseorang merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada (Yusuf, Rizki & Hanik, 2015). Klien dengan skizofrenia
mengalami halusinasi, meskipun halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar klien
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa mengalami halusinasi dengar diperkirakan 90%
(Fresa, 2014). Halusinasi harus menjadi fokus perhatian oleh tim kesehatan karena
apabila halusinasi tidak ditangani secara baik, maka dapat menimbulkan resiko
terhadap keamanan diri klien sendiri, orang lain dan juga lingkungan sekitar. Hal ini
dikarenakan halusinasi dengar klien sering berisikan perintah melukai dirinya sendiri
maupun orang lain (Rogers, et al., 1990 dalam Dunn & Birchwood, 2009).
Secara klinik dan evidence base, halusinasi dengar tersebut telah terbukti dapat
menyebabkan distress pada individu (Garety & Hemsley, 1987 dalam Dunn &
Birchwood, 2009). Distress disebabkan karena frekuensi halusinasi yang sering
muncul pada individu setiap harinya, kekerasan dari suara-suara yang didengarnya, isi
dari halusinasi dan juga keyakinan klien terhadap isi dari halusinasinya (Dunn &
Birchwood, 2009). Selain itu, halusinasi juga sering menyebabkan ketakutan/
kecemasan bahkan depresi pada klien gangguan jiwa. Dunn dan Birchwood (2009)
juga menyebutkan 40% klien skizofrenia mengalami depresi akibat halusinasi dengar
yang dialaminya. Pinikahana, Happell, dan Keks (2003, dalam Stuart & Laraia, 2005)
menyebutkan bahwa sembilan sampai dengan 13% klien skizofrenia mengalami
suicide (bunuh diri). Selain itu, 20 – 50% klien skizofrenia melakukan percobaan
bunuh diri. Hal tersebutlah yang menyebabkan halusinasi harus ditangani sesegera
mungkin karena dampaknya akan menimbulkan masalah yang lebih besar bagi klien
maupun oranglain.
Upaya yang dilakukan untuk menangani klien halusinasi adalah dengan
memberikan tidakan keperawatan yaitu membantu pasien mengenali halusinasi, isi
halusinasi, waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusinasi muncul dan respon klien saat halusinasi muncul. Kemuadian
dengan melatih klien mengontrol halusinasi dengan menggunakan strategi
pelaksanaanya itu dengan cara menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang
lain, melakukan aktivitas yang terjadwal dan menggunakan obat secara teratur
(Aristina Halawa, 2015). Tindakan keperawatan lanjutan perlu diberikan kepada klien
adalah dengan memberikan terapi aktivitas kelompok (TAK). Terapi Aktivitas
kelompok (TAK) adalah terapi non farmakologi yang diberikan oleh perawat terlatih
terhadap pasien dengan masalah keperawatan yang sama. Tindakan dengan
memberikan terapi modalitas yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sensori, upaya memusatkan perhatian,
kesegaran jasmani dan mengekspresikan perasaan. Terapi ini menggunakan aktivitas
sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dalam kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok (Handayani, Sriati, & Widianti, 2013). Penggunaan terapi kelompok
dalam praktik keperawatan jiwa akan memberikan dampak positif dalam upaya
pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan. Terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi ini sebagai upaya untuk memotivasi proses berpikir,
mengenal halusinasi, melatih pasien mengontrol halusinasi serta mengurangi perilaku
mal adaptif (Ningsih & Ilyas, 2013). Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan, di dalam kelompok terjadi dinamika
interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium
tempat pasien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama
yang maladaptif (Keliat & Akemat, 2005).
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) diberikan secara berkelompok dan
berkesinambungan (Keliat, dkk, 2012 ). Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Halusinasi
meliputi 5 sesi yaitu mengenal halusinasi, mengontrol halusinasi dengan menghardaik
halusinasi, mengonsumsi obat dengan teratur (6 benar obat), bercakap cakap /
berbincang bincang, melakukan aktifitas yang terjadwal (Muhith, 2015). Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK) Halusinasi dapat dilakukan setiap dua kali dalam
seminggu. Kemampuan persepsi pasien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi.
Dengan proses ini diharapkan respons pasien terhadap berbagai stimulus dalam
kehidupan menjadi adaptif (Sustrami& Sundari, 2014).
Hasil penelitian Purba, Nauli, Utami (2014) tentang “Pengaruh Terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Persepsi terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi di
Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau” menyimpulkan bahwa dengan terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi dapat menurunkan tingkat halusinasi pasien dan
meningkatkan kemampuan pasien mengontrol halusinasi. Hal ini juga didukung
dengan penelitian dari Hidayah (2015) dengan judul “Pengaruh Terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Sensori-Persepsi terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi
pada Pasien Halusinasi di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang” yaitu terdapat
pengaruh yang signifikan pada pengaruh TAK stimulasi persepsi-sensori terhadap
kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi.
Pengkajian yang dilakukan di Ruang Mawar RSJD X, menunjukkan bahwa 3
dari 5 pasien mengalami halusinasi pendengaran. Responden 1 sering mendengar
suara kekasihnya yang sudah meninggal memanggil namanya, respoden 2 sering
mendengar suara-suara yang mengejeknya, responden 3 mendengar suara orang yang
ingin mengajaknya berkelahi.
2. Topik
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) sesi III (mengontrol halusinasi dengan minum obat
dengan prinsip enam benar) pada klien dengan gangguan stimulasi persepsi sensori:
halusinasi auditori dengan permainan bola estafet
3. Tujuan
a. Umum:
Setelah dilakukan TAK sesi III selama 45 menit, diharapkan klien mampu
mengontrol halusinasi dengan minum obat dengan prinsip enam benar
b. Khusus:
Setelah dilakukan TAK sesi III selama 45 menit, diharapkan:
1) Klien mampu menyebutkan langkah-langkah mengontrol halusinasi dengan
minum obat dengan prinsip enam benar (benar obat, benar pasien, benar cara,
benar waktu, benar dosis, kontinuitas)
2) Klien mampu menyebutkan manfaat minum obat
3) Klien mampu menjelaskan akibat minum obat tidak teratur atau putus obat
4. Kriteria Klien
a. Klien yang tenang dan kooperatif
b. Klien yang tidak mengalami proses fikir
c. Klien dengan halusinasi pendengaran
d. Klien yang mempunyai emosi yang terkontrol
e. Klien dengan kondisi fisik yang dalam keadaan sehat (tidak sedang mengidap
penyakit fisik tertentu seperti diare, thypoid dan lain-lain).
f. Klien yang berada pada tahap pekembangan dewasa.
g. Klien yang sudah mampu mengenal halusinasi (isi, durasi, frekuensi, situasi dan
respon)
5. Struktur Kegiatan
a. Tempat : Ruang Mawar RSJD Y
b. Hari/Tanggal : 17 Oktober 2020
c. Waktu : Pukul 10.00 WIB
d. Jumlah Klien : 3 orang
e. Setting Tempat :
Keterangan :
f. Metode TAK :
Metode TAK dilakukan dengan permainan bola estafet
Permainan : Melakukan permainan dengan mengedarkan satu bola secara bergilir
dari peserta satu kepada peserta lainnya dengan diiringi dengan musik.
Kegiatan menghardik halusinasi : Klien/ peserta TAK yang mendapatkan bola
yang bergulir saat musik permainan berhenti, mendapatkan kesempatan untuk
menjelaskan Langkah-langkah menghardik halusinasi dan mempraktikan
mengontrol halusinasi dengan menghardik.
g. Pembagian Tugas
1) Leader : Putri Erlina Febrianti
2) Fasilitator
Fasilitator 1 : Angelina Widya
Fasilitator 2 : Cici Melati Nur Khanifa
Fasilitator 3 : Grahya Febriella
3) Observer : Astarika Ciputri
h. Uraian Pembagian Tugas
1) Peran Leader
a) Memimpin jalannya kegiatan
b) Menyampaikan tujuan dan waktu permainan
c) Menjelaskan cara dan peraturan kegiatan
d) Memberi respon yang sesuai dengan perilaku klien
e) Meminta tanggapan dari klien atas permainan yang telah dilakukan
f) Memberi reinforcement positif pada klien
g) Menyimpulkan kegiatan
2) Peran Observer
a.) Mengobservasi jalannya acara
b.) Mencatat jumlah klien yang hadir
c.) Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung
d.) Mencatat tanggapan-tanggapan yang dikemukakan klien
e.) Mencatat penyimpangan acara terapi aktivitas kelompok
f.) Membuat laporan hasil kegiatan
3) Peran Fasilitator
a.) Memfasilitasi jalannya kegiatan
b.) Memfasilitasi klien yang kurang aktif
c.) Mampu memotivasi klien untuk kesuksesan acara
d.) Dapat mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dari dalam / luar
kelompok perilaku yang diharapkan dari kelompok
e.) Mengupayakan agar klien dapat mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir
f.) Mengupayakan agar klien dapat ikut serta dalam seluruh kegiatan TAK
6. Alat/Media yang digunakan
Musik campursari, bola kecil, alat tulis, buku tulis.
7. Tahap Pelaksanaan
a. Persiapan
1) Pre-interaksi
a.) Memilih klien sesuai dengan kriteria klien yang telah ditetapkan
b.) Membuat janji atau kesepakatan terkait waktu dan tempat dengan klien H-1
sebelum pelaksanaan kegiatan TAK
1) Pre planning dibuat sesuai dengan masalah keperawatan yang ada dalam
ruangan.
2) Topik dan tujuan TAK sesuai dengan masalah yang ada dalam ruangan.
2) Pelaksanaan TAK berjalan sesuai tempat dan waktu yang telah ditentukan.
5) Terdapat evaluasi, rencana tindak lanjut dan kontrak yang akan datang
untuk sesi TAK selanjutnya
c. Hasil
1) Semua (100%) klien mampu menyebutkan manfaat minum obat
2) Semua (100%) klien mampu menjelaskan akibat minum obat tidak teratur
atau putus obat
3) Semua (100%) klien mampu menyebutkan langkah-langkah mengontrol
halusinasi dengan minum obat dengan prinsip 6 benar (benar obat, benar
pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis dan kontinuitas)
SESI III: TAK
Nama klien
No Aspek yang dinilai
Ismaya Nisa Gilang
Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (×) jika klien tidak mampu.
DAFTAR PUSTAKA
Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati, 2015, Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa, Salemba Medika, Jakarta.
Aristina Halawa. (2015). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Persepsi Sesi 1-2
Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada Pasienskizofrenia
Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwamenur Surabaya. Jurnal Keperawatan, 4(1),
30–37.
Dunn, G., & Birchwood, M. (2009). Improving psychological adjustment following a first
episode of psychosis: A randomised controlled trial of cognitive therapy to reduce
post psychotic trauma symptoms. Behaviour Research and Therapy, 47, 454–462.
Handayani, D., Sriati, A., & Widianti, E. (2013). Tingkat Kemandirian Pasien Mengontrol
Halusinasi setelah Terapi Aktivitas Kelompok The. Jurnal Keperawatan Unpad, 1(1),
56–62.
Keliat dan Akemat (2016). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa( Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Andi.
Ningsih, P., & Ilyas, M. (2013). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pada Pasien Halusinasi Di Ruang
Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Propinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis, 2(4), 1–7.
Purba, T., Fathra A.N., Sri U. (2014). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi Terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa
Tampan Provinsi Riau.Jurnal Keperawatan. D
Tahap Orientasi
Salam Terapeutik
Leader: “Assalamualaikum. Selamat pagi semuanya”
Seluruh peserta : “Waalaikum salam. Selamat pagi mbak”
Leader: “Haloooo semuanyaaa.. apakah masih ingat dengan saya?”
Fasil 1: “Hayooo.. pada masih ingat siapa nama mbaknya?”
Klien 1: “Emmm.. mbak Putri kan yaa?”
Klien 2: “Iya, mbak Putri sepertinya.”
Klien 3: “Mbak Putri.”
Leader: “Betul sekali.. bagus.. semuanya masih ingat dengan saya. Sekarang saya tanya
lagi..kalau mbak yang berjilbab merah itu siapa? Masih ingat?”
Klien 3: “Saya ingat.. Namanya kemarin mbak Cici ya.”
Leader: “Betul sekaliii.. Namanya mbak Cici. Nah, kalau yang berjilbab abu-abu masih
ingat juga ndak, namanya siapa?”
Fasil 2: “Haiiii semua.”
Klien 2: “Emmm… mbak.. mbak Bella bukan ya?”
Leader: “Iya betul Namanya mbak Bella yang berjilbab abu-abu.”
Fasil 3: “Haloooo.. “
Leader: “Nah, yang terkahir, yang di samping kanan saya, ada yang masih ingat namanya?”
Klien 1,2,3: “Mbak Widyaaaa.”
Laeder: “Betul, kompak sekaliii…tepuk tangan..”
Validasi
Leader : “Selanjutnya,, untuk kabar mbak Ismaya, mbak Annisa dan Mas Gilang bagaimana
hari ini?”
Leader: “Alhamdulillah ya, semuanya kabarnya baik.. terus untuk masalah halusinya apakah
masih sering muncul?”
Klien 2: “Masih mbak..tapi sudah berkurang mbak… yang tadinya bisa 4 kali dalam sehari
jadi 3x saja mbak, karena sudah saya usir.”
Klien 1: “Iya mbak.. saya juga halusinasinya jadi berkurang, ngga sampe 5 menit sudah
hilang..”
Klien 3: “Masih masih mbak… tadi pagi saya terakhir mendengar suara-suara palsu lagi,
tapi sama juga dengan teman-teman, halusinasinya jadi berkurang, jadi Cuma 5 menit
saja.”
Klien 1: “Saya mau mempraktikan mbak… kemarin caranya itu waktu ada suara-suara
palsu muncul harus meyakinkan hati kita jika itu adalah suara palsu, karena orang lain tidak
mendengar apa yang kita dengar habis itu tutup kedua telinga, memejamkan mata dan
mengucapkan pergi pergi kamu suara palsu.. saya tidak mau mendengar kamu suara palsu.”
Leader: “Bagus sekali mbak Ismaya.. benar caranya seperti itu.. Kalau yang lain
bagaimana?“
Klien 2: “Iyaaa seperti yang dipraktikan mbak Ismaya. Saya juga begitu.”
Laeder: “Bagus sekali ya.. semuanya dapat mengingat dengan baik dan sudah mempraktikan
sendiri apa yang sudah kita pelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu mengontrol
halusinasi dengan menghardik. Tepuk tangan mbak-mbak dan mas.”
Leader: “Oke mbak-mbak dan mas.. seperti kesepakatan kemarin, hari ini kita akan belajar
sambil bermain tentang mengontrol halusinasi dengan cara yang kedua yaitu dengan cara
minum obat dengan cara yang benar.. cara minum obat dengan benar itu ada 6 prinsip..
minum obat dengan benar ini bertujuan agar halusinasi yang dialami mbak Ismaya, mbak
Nisa dan kak Gilang ngga muncul lagi atau munculnya menjadi berkurang.. Apakah
semuanya bersedia?”
Perawat : “Berapa lama mbak dan mas mau belajar dan bermain terkait cara
mengontrol halusinasi dengan minum obat? Ada yang ingin usul?”
Leader : “Mbak Nisa usul waktunya 30 menit buat bermain dan belajar mengontrol
halusinasi dengan minum obat, ada yang mau usul lagi atau setuju jika belajar sambal
bermainya selama 30 menit?”
Leader : “Oke.. waktunya sudah pada sepakat 30 menit yaaaa.. kalau temoatnya
bagaimana… kalau di ruangan ini sudah nyaman?”
Leader : “Okee mbak-mbak dan mas jika sudah nyaman di sini, kita akan belajar dan
bermain di sini saja ya.”
Leader : “Mbak-mbak dan mas.. sebelum kita mulai kegiatan TAK nya.. saya akan
menyampaikan tata tertib dalam kegiatan TAK hari ini.. yang pertama, kegiatan TAK ini
akan dilaksanakan selama 45 menit, jadi selama 45 menit ke depan, mbak-mbak dan mas
tidak boleh meninggalkan kegiatan TAK tanpa izin dari kami ya, jadi jika ingin izin missal ke
kamar mandi, harus izin terlebih dahulu, yang kedua, jika ingin bertanya maka mas-mas
atau mbak harus mengangkat tangan kanan ya. Jadi sudah saya sampaikan tata tertib
kegiatan TAK, apakah tata tertib yang saya sampaikan bisa dipahami?”
Fase Kerja
Leader : “Oke mbak Ismaya, mbak Nisa sama mas Gilang.. seperti yang saya
sampaikan kemarin, ada 4 cara mengontrol halusinasi yaitu dengan cara menghardik,
minum obat dengan prinsip 6 benar, bercakap-cakap dan melakukan aktivitas. Nah, kemarin
kita sudah belajar mengontrol atau mengusir halusinasi dengan menghardik, jadi hari ini
kita belajar cara yang kedua yaitu mengontrol halusinasi dengan minum obat, tetapi minum
obatnya harus dengan cara yang benar, dan cara minum obat denga cara yang benar itu ada
6 cara. Kalau cara minum obatnya benar, maka halusinasi yang mbak-mbak dan mas alami
akan berkurang dan bisa sembuh..”
Leader : “Wah...pertanyaanya mbak Ismaya bagus sekalii…6 cara itu adalah benar
pasien, benar obat, benar jumlah atau dosis obat, benar waktu minum obat, benar cara
pemakaian obat, dan harus diminum secara teratur. Nah jadi yang harus dilakukan pertama
sebelum minum obat, harus mengecek dulu label nama yang terdapat pada wadah/plastic
obat yang diberikan kepada kita, apakah nama yang tertera pada labelnya itu sama dengan
nama kita, Apakah cara pertama dapat dipahami?”
Leader : “Bagus sekali... saya lanjut ke cara yang kedua, kita harus lihat.. obat yang
diberikan apa sajaa.. nah jenis obat yang harus diminum mbak dan mas itu ada 3 jenis, yang
pertama Namanya CPZ atau chlorpromazine, obat ini warnanya orange, obat ini fungsinya
agar mbak mbak dan mas lebih merasa tenang, yang kedua obatnya namanya Haloperidol
atau disingkat HLP, obatnya warnanya pink atau merah jambu ya mbak-mbak dan mas…
yang ini fungsinya untuk mengurangi halusinasi yang muncul dan yang ketiga obatnya
namanaya trihexyphenidyl atau disingkat THP, obatnya warnanya putih.. obat ini fungsinya
untuk mengurangi efek samping dari obat HLP tadi, yaitu agar lebih relaks, tidak kaku atau
tegang..apakah cara kedua yang saya sampaikan dapat dipahami mbak-mbak dan mas?”
Leader : “Bagus sekali ya.. nah cara selanjutnya yang ketiga, mengecek, yang
diresepkan oleh dokter itu dalam sehari, minum obatnya berapa kali, dan apakah harus di
minum setelah makan atau sebelum makan,, begitu.. nah di sini di tulis minum obatnya 3x
dan diminum setelah makan ya… Apakah bisa dipahami?”
Leader : “Bagus mbak-mbak dan mas… saya lanjut cara yang keempat, dilihat juga,
dosisnya berapa atau berapa butir obat yang harus dikonsumsi, nah kalau mas dan mbak, di
sini keterangan obatnya itu masing-masing satu butir minumnya, ini kan ada 3 obat, berarti
msal siang ini jadwalnya minum obat, mbak-mbak dan mas harus minum yang kuning 1
butir, yang putih 1 butir dan yang pink 1 butir.. apakah cara keempat bisa dipahami?”
Leader : “Bagus kalau sudah jelass.. jadi.. sekarang kita mulai permainanya ya..
seperti kemarin, saya akan memutar lagu campursari, dan bola ini nanti diestafetkan, jadi
kalau lagunya berhenti, berarti yang memegang bola harus menjawab pertanyaan dari saya
yaaa.. ”
Leader : “Wahhh mas Gilang ya.. berarti mas Gilang yang mendapat giliran untuk
menyampaikan kembali langkah-langkah minum obat dengan benar.”
Leader : “Mas Gilang bisa menyebutkan.. Langkah Langkah minum obat dengan
enam benar?”
Klien 3 : “Bisa mbak.. yang pertama liat label obat, cocokan label nama obat dengan
nama kita, kedua liat obatnya, yang benar ada 3 jenis, yang berwarna orange itu CPZ
fungsinya biar tenang, yang warna pink itu HLP ya tadi fungsinya buat mengurangi
halusinasi, yang putih Namanya THP fungsinya buat mengatasi efek samping dari HLP,
fungsinya biar relaks atau ngga kaku..cara selanjutnya dicek minumnya berapa kali dan
sesudah atau sebelum makan, terus diminumnya berapa kali sehari, dosisnya berapa butir,
cara mengkonsumsinya dipastikan, apakah benar untuk diminum lewat mulut, terus minum
obatnya harus teratur, ngga boleh putus tanpa izin dari dokter karena kalau putus
halusinasinya akan muncul terus dan lama sembunya.”
Leader : “Wawwww.. bagus sekaliiii.. mas Gilang sudah dapat menyebutkan
langkah-langkah minum obat dengan prinsip enam benar. Mari tepuk tangan buat mas
Gilang….”
Fasilitator memutar musik kembali dan setelah beberapa menit, menghentikan music, bola
dipegang oleh mbak Ismaya
Klien 1 : “Iya mbak, cara yang pertama itu tadi.. emmmm..memastikan bahwa itu
obat kita, kedua liat obatnya, ada 3 jenis, orange, putih sama pink, yang orange biar merasa
lebih tenang ya, yang pink buat mengurangi halusinasi, yang putih buat mengatasi efek dari
yang pink ya, yaitu biar ga kaku ototnya.. terus apalagi ya tadi.. emm.. liat juga berapa kali
minum obatnya sehari, jamnya kapan, sebelum atau sesudah makan, berapa butir obatnya,
apalagi mbak saya lupa”
Leader : “Tadi yang mbak Ismaya sampaikan sudah benar, yang belum disebutkan
aturan pemakaian obatnya sama efek jika tidak diminum secara teratur.”
Klien 1 : “Oh Iya mbak,cara pemakaian obatnya, dipastikan,,kalo obat tiga tadi kan
cara pemakaianya diminum.. terus ngga boleh putus obat tanpa izin dari dokter, minumnya
harus teratur soalnya nanti halusinasinya muncul dan ga sembuh-sembuh”
Leader : “Mas Gilang dan Mbak Ismaya sudah mendapat giliran menyebutkan
Langkah minum obat dengan enam benar, jadi sekarang giliran mbak Nisa ya yang
menyebutkan Langkah-langkah minum obat dengan prinsip enam benar. Mbak Nisa
dipersilakan.”
Klien 2 : “Baik mbak, cara yang pertama itu tadi.. mengecek apakah obat itu milik
saya, kedua liat obatnya, ada 3 jenis, orange, putih sama pink, yang orange atau CPZ
fungsinya biar merasa lebih tenang, yang pink atau HLP buat mengurangi halusinasi, yang
putih tadi THP. fungsinya buat mengatasi efek dari yang pink ya, yaitu biar ngga merasa
kaku ototnya, terus dipastikan, cara pemakaianya, obat tiga tadi cara pemakaianya
diminum.. terus ngga boleh putus obat tanpa izin dari dokter, minumnya harus teratur
soalnya nanti halusinasinya muncul dan ga sembuh-sembuh.”
Leader : “Oke,untuk jadwal minum obatnya yaitu pukul 07.00, 13.00 dan pukul 19.00
WIB, jadi mbak Ismaya mbak Nisa sama mas Gilang harus minum obat secara teratur sesuai
jadwal yang sudah kita buat ya.”
Tahap Terminasi
Evaluasi Subjektif
Leader : “Nah, tadi kan kita sudah belajar sambal bermain tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara minum obat dengan prinsip 6 benar. Kalau boleh saya tau.. gimana
perasaanya mbak Ismaya, mbak Nisa dan mas Gilang setelah bermain dan belajar hari ini?”
Klien 1: “Saya seneng, seruuu.. jadi paham cara minum obat dengan benar mbak.”
Evaluasi Objektif
Leader : “Baik.. oke mas mbak.. masih ingat tadi kita belajar apa saja?
Klien 1: “Tadi, belajar cara minum obat dengan benar, caranya ada 6, tujuanya biar
obatnya efektif menghilangkan halusinasi.”
Leader : “Bagus,, benar sekali mbak Ismayaa…ada yang mau menyampaikan lagi tadi sudah
belajar apa saja?
Klien 3: “Enam cara itu ada mencocokan obat dengan nama kita, benar obat, benar waktu,
benar cara pemakaian, benar jumlah sama harus diminum teratur ”
Leader: “Baik teman-teman, jadi sekarang mbak Ciput akan menyampaikan catatan kegiatan
dan hasil kegiatan terapi aktivitas kelompok hari ini. Monggo mbak Ciput silakan.”
Observer: “Izin menyampaikan catatan keberlangsungan kegiatan dan hasil kegiatan TAK
hari ini. Kegiatan terapi aktivitas kelompok hari ini berlangsung lancar, tepat waktu, yaitu
selama 45 menit, peserta ada 3 orang, peserta TAK aktif dan mematuhi tata tertib, semua
peserta mampu untuk menjelaskan Langkah-langkah mengontrol halusinasi dengan minum
obat dengan benar yaitu dengan 6 prinsip. Sekian catatan dari kegiatan TAK pagi hari ini.
Terima kasih.”
Leader: “Oke mbak mas,, jadi.. nanti jika mas dan mbak-mbak minum obatnya sendiri tanpa
diingatkan oleh perawat atau teman maka di catatan diisi dengan M, jika meminum obatnya
diingatkan oleh perawat atau oleh teman maka di isi B, jika tidak meminum obatnya maka di
isi T. Apakah bisa dipahami?”
Leader: “Oke bagus sekali jika sudah paham. Mungkin ada yang ingin mengulangi cara
mengisi catatan harianya?”
Klien 1: “Jika saya minum obatnya sendiri tanpa diingatkan oleh perawat atau teman maka
di catatan diisi dengan M, jika meminum obatnya diingatkan oleh perawat atau oleh teman
maka di isi B, jika tidak meminum obatnya maka di isi T”
Leader: “Benar sekali mbak Ismayaa.. tepuk tangan buat mbak Ismayaa.”
Leader: “Baik, untuk pertemuan selanjutnya,, saya akan mengajak mbak dan mas melakukan
terapi aktivitas kelompok lagi tentang cara mengontrol halusinasi dengan cara yang ketiga,
yaitu dengan bercakap-cakap. Apakah mbak-mbak dan mas bersedia?”
Leader: “Untuk TAK selanjutnya ada yang mau usul di mana kita akan bermain dan belajar
tentang mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap?”
Leader: “Ini mbak Nisa usul tak selanjutnya hari Selasa, pukul 10.00 dan di taman? Ada
yang kurang setuju atau setuju?”
Klien 1,2: “Saya setuju mbak Selasa saja jam 10.00 di taman.”
Leader: “Oke teman-teman semua. Sampai bertemu Kembali ya.. Hari Selasa, pukul 10.00
WIB kita bertemu lagi untuk melakukan kegiatan TAK mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap, kami pamit dulu. Mbak mas bisa melanjutkan aktivitas mas dan mbak lagi.
Wassalamualaikum.”