Anda di halaman 1dari 5

PERJALANAN KPK DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN PERATURAN PERUNDANG

UNDANGAN NOMOR 30 TAHUN 2002

Essay ini di buat untuk menyelesaikan tugas ospek yang di berikan oleh Fakultas Hukum,
Universitas Jember. Dalam rangka PPMB (Pengenalan dan Pengembangan Mahasiswa Baru)

OLEH:

NAMA&KELOMPOK: HARI SUGIANTO_HUKUM 1.1

NIM: 190710101012

UNIVERSITAS JEMBER, FAKULTAS HUKUM

PROGRAM S1 ILMU HUKUM

Komisi Pemberantasan Korupsi adalah suatu lembaga yang di buat untuk memberantas
tindak pidana korupsi, yang dilakukan oleh pejabat tinggi negara yang melakukan penggelapan
uang guna kepentingan pribadi. Korupsi merupakan kejahatan yang merusak mental bangsa, tak
hanya merusak akan tetapi juga merugikan orang lain seperti yang idi kutip dalam Pusat Edukasi
Antikorupsi banyak sekali dampak korupsi di antaranya yaitu dari segi ekonomi, sosial dan
kemiskinan, birokrasi pemerintahan, politik dan penegakan hukum. Transparansi Internasional
(TI) mencatat kalau uang rakyat dalam praktek Anggran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) menguap oleh perilaku korupsi.
Sekitar 30 sampai 40 persen dana menguap karena di korupsi, dan korupsi terjadi 70 persennya
pada pengadaan barang dan jasa oleh pemerintahan. Hal ini memberikan dampak buruk terhadap
masyrakat Indonesia di berbagai kehidupannya.

ii
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pada Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 5, dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya, Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan pada:
Kepastian Hukum, Keterbukaan, Akuntabilitas, Kepentingan Umum Dan Proporsionalitas.
Hampir setiap saat Korupsi sudah menjadi topik pembicaraan yang tak kunjung selesai. Tiap hari
pasti kita mendengar dan melihat acara tv, media elektronik dan berita online mengenai kasus
korupsi yang pastinya di lakukan oleh pejabat tinggi negara. Berdasarkan catatan Biro Hukum
Komisi Pemberantasan Korupsi menilai ada upaya pelemahan Pemberantasan Korupsi, menurut
kepala bagian perancangan Peraturan dan Produk Hukum pada Biro Hukum Komisi
Pemberantasan Korupsi Rasamala Aritonang. Beliau menilai bahwa terdapat upaya yang
sistematis dalam melemahkan Pemberantasan Korupsi di Indonesia.

Salah satu bentuk pelemahan itu tampak dari rencana Revisi Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Kasus Tindak Pidana Korupsi. Akhir-akhir ini upaya
Pemberantasan Kasus Tindak Pidana Korupsi di Indonesia kembali di uji. Revisi Undang-
Undang Komisi Pemberantasan Korupsi kembali menjadi trending topic di berbagai media cetak
maupun elektronik. Revisi Undang-Undang KPK sebenarnya sudah beberapa kali di ajukan pada
tahun 2012. Upaya pelemahan Korupsi melalui Revisi Undang-Undang bukan yang pertama kali
muncul. Patut kita curigai bahwa dalam merevisi Undang-Undang KPK telah menjadi agenda
dari pihak-pihak yang tidak suka terhadap keberhasilan KPK dalam memburu dan menangkap
para koruptor yang berkeliaran di Indonesia. Mungkin saja usulan Revisi Undang-Undang KPK
merupakan titipan para koruptor atau pihal-pihak yang menjadi tersangka KPK.

Apa yang terjadi belakangan ini adalah bagian dari sistematis pelemahan Komisi
Pemberantasan Korupsi, yang nantinya akan berdampak pada pelemahan yang sistematis
terhapad KPK. Adapun upaya yang Sistematis dalam pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi
adalah pertama belum terungkapnya dalang dibalik penyerangan terhadap penyidik KPK Novel
Baswedan. Kedua terkait proses seleksi calon pimpinan KPK yang banyak di kritik oleh
kalangan masyarakat. Ketiga akan di selesaikannya RKUHP (Rancangan Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana) dengan terburu-buru dan yang terakhir adalah di lakukakannya kembali dalam
merevisi Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002. Tidak hanya ini saja yang dapat melumpuhkan
atau melemahkan sistem kerja Komisi Pemberantasan Korupsi di Indonesia, akan tetapi juga
tidak adanya kriteria perhatian publik sebagai perkara yang dapat ditangani oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi.

Jika ditelusuri lebih lanjut masih banyak beberapa masalah yang dapat melumpuhkan
atau melemahkan sistem Kerja Komisi Pemberantasan Korupsi di Indonesia. Seperti halnya
Rancangan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002. Berikut adalah iiidraf dari Rancangan
Undang-undang yang nyatanya berisiko melumpuhkan Kerja Komisi Pemberantasan Korupsi,
yaitu:
1. Idependensi Komisi Pemberantasan Koeupsi Terancan, dalam halnya seperti Komisi
Pemberantasan Korupsi dijadikan lembaga pemerintahan pusat.
2. Penyadapan dipersulit dan dibatasi, penyadapan hanya dilakukan setelah ada izin dari Dewan
Pengawas.
3. Pembentukan Dewan Pengawas dipilih oleh DPR.
4. Sumber penyelidik dan penyidik dibatasi, Penyelidik KPK hanya berasal dari Polri sedangkan
Penyidik KPK berasal dari Polri dan PPNS.
5. Penutupan perkara korupsi harus koordinasi dengan kejaksaan Agung, KPK harus
berkoordinasi dengan kejaksaan Agung dalam melakukan penuntutan korupsi.
6. Perkara yang mendapat perhatian masyarakat tidak lagi menjadi kriteria, ketentuan yang
sebelumnya diatur di pasal 11 huruf berdasarkan Undang-Undang KPK tidak lagi tercantum.
7. Kewenangan pengambil alihan perkara di penuntutan dipangkas, pengambilan perkara hanya
bisa dilakukan untuk proses penyelidikan.
8. Kewenangan-kewenangan strategis pada proses penuntutan dihilangkan.
9. Kewenangan KPK untuk mengelola pelaporan dan pemeriksaan LHKPN di pangkas, posisi
KPK di reduksi hanya melakukann koordinasi dan supervisi.

Sehingga dengan adanya draf rancangan Undang-Undang, DPR akan segera merevisi UU
NO 30 Tahun 2002 mengingat draf revisi sudah masuk ke badan Legislatif dan hanya pada
sidang paripurna lah yang dapat menolak usulan merevisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2002.iv Pembahasan draf revisi kewenangan KPK selama ini sifatnya hanya menghabiskan
tenaga dan pikiran yang tidak artinya yang diduga disidang paripurna akan ditolak, di mana sejak
dulu hingga saat ini pemerintah dan masyarakat menentang pelemahan KPK mengungkap kasus
korupsi. Dalam merevisi kewenangan KPK baik untuk melemahkan maupun memperkuat saat
ini tidak tepat, mengingat situasinya belum kondusif terutama KPK sedang berseteru dengan
Polri. Sehingga dalam merevisi Kewenangan KPK baik sifatnya positif maupun negatif, harus
dalam kondisi yang baik. Baik di dalam masyarakat maupun anggota DPR dalam kondisi berfikir
tenang dan sebagai masyarakat umum harus tidak ada yang menentang. Jika kondisi dalam
keadaan tenang maka dalam halnya merevisi kewenangan KPK dapat di terima oleh semua pihak
aparat pemerintah maupun lapisan masyarakat.
i
“Pusat Edukasi Antikorupsi”, diakses dari https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-korupsi/infografis, pada
tanggal 11 September 2019 pukul 12:27
ii
“UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2002, TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI, diakses dari
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ved=2ahUKEwis8dSuks3kAhVOAXIKHWYrCIAQFjADegQIARAC&url=https%3A
%2F%2Fwww.kpk.go.id%2Fimages%2Fpdf%2FUndang-undang%2Fuu302002.pdf&usg=AOvVaw1GNYwOQIqzhzEygt5RsJ8v,
pada tanggal 11 September 2019 pukul 1:16
iii
“Biro Hukum KPK beberkan 4 Peristiwa Upaya Pelemahan KPK, Satu Di Antaranya Revisi UU KPK”, diakses dari
https://www.tribunnews.com/nasional/2019/09/08/biro-hukum-kpk-beberkan-4-peristiwa-upaya-pelemahan-kpk-satu-di-
antaranya-revisi-uu-kpk, pada tanggal 13 September 2019 pukul 1:13
iv
Monag Siahaan,SH,MM, PERJALANAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI ONAK DURI,(Jakarta:Elex Media
Komputindo,2014),hlm.115.

Anda mungkin juga menyukai