Anda di halaman 1dari 71

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang harus
diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) sebagai penyedia
sarana pelayanan kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
cepat, tepat dan akurat. Salah Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 43 tahun 2019 tentang Puskesmas sebagai Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.

Covid 19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus severe respiratory


syndrome coronavirus 2 (SARS-COV-2). COVID 19 dapat menyebabkan
gangguan sistem pernapasan mulai dari gejala ringan seperti flu, hingga infeksi
paru-paru seperti pneumonia. COVID 19 telah menjadi sebuah pandemik yang
terjadi di negara di seluruh dunia (WHO, 2020). Berdasarkan data yang di himpun
dari WHO pada 2 April 2021 secara global tercatat 192.215.179 kasus yang
terkonfirmasi positif dan 2.820.098 kasus diantaranya dinyatakan meninggal.
Pada tanggal 2 april 2021, angka konfirmasi positif Indonesia sebanyak 1.517.854
orang dan 41.054 orang dinyatakan meninggal dunia.

Penanganan dan pencegahan kasus pandemik ini sudah dilakukan dengan


berbagai cara, baik secara global maupun nasional atau wilayah. Adapun strategi
yang selama ini sudah dijalankan untuk penanganan cocid 19 yaitu penerapan 3M
bagi seluruh masyarakat (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air
mengalir dan menjaga jarak), 3T ( testing / pemeriksaan dini, tracking / pelacak,
treat /perawatan) serta vaksinasi Covid-19.
2

Implementasi protokol kesehatan diatas tidak akan maksimal apabila tidak di


dukung dengan partisipasi masyarakat, sehingga diperlukan suatu usaha untuk
meningkatkan kepatuhan masyarakat dalam mendukung berjalannya protokol-
protokol yang ada.

Banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepatuhan seseorang,


diantaranya pengetahuan, motivasi, dan dukungan keluarga. Selain itu, kepatuhan
dapat ditingkatkan melalui peningkatkan kesadaran masyarakat dengan
komunikasi efektif melalui berbagai media dan metode yang sesuai dengan
keragaman masyarakat, kampanye yang lebih jelas dan terarah, mempermudah
akses kesehatan dengan informasi yang jelas. Menurut Atiqoh & Devi (2020)
terdapat hubungan antara pengetahuan masyarakat dengan kepatuhan penggunaan
masker sebagai upaya pencegahan penyakit Covid 19.

Pada awal pandemik masyarakat di wilayah kerja puskesmas Fuata tertib


dalam melakukan protokol kesehatan, namun seiring berjalan waktu kesadaran
masyarakat untuk penerapan protokol kesehatan semakin menurun padahal angka
kejadian dan kematian akibat terinfeksi Covid-19 semakin bertambah setiap hari.
Jika tidak dilakukan penerapan protokol kesehatan secara baik hal ini akan
menyulitkan untuk upaya pengendalian penularan Covid-19.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin melakukan intervensi untuk


meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penerapan protokol kesehatan
sebagai upaya pengendalian untuk memutus rantai penularan Covid-19. Intervensi
yang dilakukan berupa penerapan kembali gerakan KACO (Kampung Anti
Corona). Gerakan KACO ini merupakan gerakan inofatif yang dilakukan
sosialisasi protokol kesehatan yakni menggunakan masker, mencuci tangan dan
menjaga jarak selama pandemik, mengaktifkan kembali tempat cuci tangan
sederhana di depan jalan dan depan rumah warga, penyemprotan area publik yang
pada akhirnya diharapkan masyarakat secara sadar dapat menerapkan kembali
protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari di desa fuata.
3

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan penjabaran penetapan isu di atas, rumusan masalah dalam
rancangan aktualisasi ini adalah
1. Bagaimana upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
penerapan protokol kesehatan sebagai upaya pengendalian untuk
memutus rantai penularan Covid-19 di desa Fuata?
2. Bagaimana cara mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS yang
terkandung dalam akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen
mutu dan anti korupsi (ANEKA) dalam upaya peningkatan kesadaran
masyarakat terhadap penerapan protokol kesehatan?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari aktualisasi yaitu :
1. Mampu mengidentifikasi nilai-nilai dasar ANEKA, peran dan
kedudukan PNS dalam NKRI serta mengimplementasikannya.
2. Membentuk pegawai negeri sipil (PNS) professional yang karakternya
dibentuk oleh nilai-nilai dasar ANEKA
3. Mampu melakukan upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
terhadap penerapan protokol kesehatan sebagai upaya pengendalian
untuk memutuskan rantai penularan Covid-19 dengan gerakan KACO
(Kampung anti corona) di desa fuata.

D. MANFAAT
Kegiatan ini akan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat untuk peserta latsar
a. Dapat menerapkan nilai-nilai dasar PNS (ANEKA) pada saat
menjalankan tugas di puskesmas Fuata
b. Dapat merubah pola piker sehingga menjadi individu yang lebih
professional, berkomitmen, beretika dan berintegritas.
4

c. Sebagai tempat belajar untuk mengemban tanggung jawab penuh


sebagai Abdi Negara pada khususnya dan pengabdi masyarakat
pada umumnya.
d. Mampu melakukan upaya untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap penerapan protokol kesehatan selama
pandemik Covid-19

2. Manfaat bagi unit kerja


a. Terwujudnya visi dan misi, serta tata nilai pada puskesmas fuata.
b. Meningkatkan kualitas puskesmas dalam melaksanakan fungsi
promotif, dan preventif selama pandemik Covid-19

3. Manfaat bagi masyarakat


a. Terwujudnya gerakatan KACO (kampong anti corona) di desa
fuata
b. Meningkatkan pengetahuan mengenai protokol kesehatan
c. Masyarakat dapat menggunakan tempat cuci tangan sederhana
yang lebih murah dan terjangkau
d. Fasilitas publik yang telah didesinfeksi memiliki resiko penularan
lebih rendah sehingga resiko penularan Covid-19 di masyarakat
lebih rendah
5

E. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN


1. Tempat
Tempat pelaksanaan aktualisasi dilakukan sesuai unit kerja penugasan
yaitu di UPTD puskesmas fuata kecamatan sulabesi selatan.
2. Waktu
Pelaksanaan aktualisasidilaksanakan selama 30 hari berdasarkan
kalender latihan dasar CPNS oleh badan pengembangan sumber daya
manusia provinsi Maluku utara
6

BAB II

LANTADAN TEORI

A. SIKAP PERILAKU BELA NEGARA


1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-nilai Bela Negara
Pemahaman dan pemaknaan wawasan kebangsaan dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bagi aparatur, pada
hakikatnya terkait dengan pembangunan kesadaran berbangsa dan
bernegara yang berarti sikap dan tingkah laku PNS harus sesuai
dengan kepribadian bangsa dan selalu mengaitkan dirinya dengan cita-
cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia.
Kesadaran bela negara merupakan upaya untuk mempertahankan
negara dari ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan hidup
bermasyarakat yang berdasarkan atas cinta tanah air. Selain itu
menumbuhkan rasa patriotism dan nasionalisme di dalam diri PNS.
Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar juga merupakan
kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh
kesadaran, penuh tanggung jawab dan rela berkorban dalam
pengabdian kepada negara dan bangsa.
2. Analisa Perubahan Lingkungan Strategis
Lingkungan strategis adalah situasi internal dan eksternal baik
yang statis (trigatra) maupun dinamis (pancagatra) yang memberikan
pengaruh pada pencapaian tujuan nasional. Analisa perubahan
lingkungan strategis ini bertujuan membekali peserta dengan
kemampuan memahami konsepsi perubahan lingkungan strategis
sebagai wawasan strategis PNS. Sehingga PNS dapat memahami
modal insani dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis, dapat
mengidentifikasi isu-isu kritikal, dan dapan melakukan analisis isu-isu
kritikal dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis. Dengan
begitu PNS dapat mengambil keputusan yang terbaik dalam tindakat
profesionalnya.
7

3. Kesiapsiagaan Bela Negara


Pasal 27 dan pPasal 30 UUD Negara RI 1945 mengamanatkan
kepada semua komponen bangsa berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara dan syarat-syarat tentang pembelaan negara.
Dalam hal ini setiap PNS sebagai bagian dari warga masyarakat
tertentu memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk melakukan bela
negara sebagaimana diamanatkan dalaam UUD Negara RI 1945
tersebut.
Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai-nilai bela
negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
sasuai peran dan profesi warga negara , demi menjaga kedaulatan
negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala
bentuk ancaman.
Kesiapsiagaan bela negara merupakan kondisi warga negara yang
secara fisik memiliki kondisi kesehatan, keterampilan dan jasmani
yang prima serta secara kondisi psikis yang memiliki kecerdasan
intelektual, dan spiritual yang baik, senantiasa memelihara jiwa dan
raganya, memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja keras, dan tahan uji,
merupakan sikap mental dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaan kepada NKRI yang berdasarkan pancasila dan UUD NRI
1945 dalam menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Eleh sebab itu dalam pelaksanaan latihan dasar bagi CPNS dibekali
dengan latihan-latihan seperti :
1. Kegiatan olah raga dan kesehatan fisik;
2. Kesiapsiagaan dan kecerdasan mental;
3. Kegiatan baris-berbaris, apel, dan tata upacara;
4. Keprotokolan;
5. Fungsi-fungsi intelijen dan badan pengumpul keterangan;
6. Kegiatan ketangkasan dan permainan.
8

B. NILAI DASAR CPNS


Aparatul sipil negara (ASN) dituntuk untuk memiliki nilai-nilai
dasar sebagai seperangkat prinsip yang menjadi landasan dalam
menjalankan profesi dan tugasnya sebagai ASN. Adapun nilai-nilai dasar
yang dimaksud adalah akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu dan Anti Korupsi (ANEKA).
Berdasarkan dari kelima nilai dasar ANEKA yaitu Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi yang harus
ditanamkan kepada setiap ASN maka perlu di ketahui indikator-indikator
dari kelima kata tersebut, yairu :
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kata yang sudah tidak asing lagi kita dengar,
namun seringkali kita susah untuk membedakannya dengan
responsibilitas. Namun dua konsep tersebut memiliki arti yang
berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab,
sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang
harus di capai. Lebih lanjut akuntabilitas merujuk pada kewajiban
setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung
jawab yang menjadi amanahnya.
Adapun indikator dari nilai akuntabilitas adalah :
a. Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana
pimpinan memainkan peran yang penting dalam menciptakan hal
tersebut.
b. Transparansi
Transparansi dapat diartikan sebagai keterbukaan atas semua
tindakan dan kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok / institusi.
9

c. Integritas
Integritas mempunyai makna konsistensi dan keteguhan yang tak
tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan
keyakinan
d. Tanggungjawab
Tanggungjawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku
atau perbuatannya yang di sengaja maupun tidak disengaja.
Tanggung jawab juga dapat berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban.
e. Keadilan
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai
sesuatu hal, baik menyangkut benda maupun orang.
f. Kepercayaan
Rasa keadilan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan
ini akan melahirkan akuntabilitas.
g. Keseimbangan
Pencapaian akuntabilitas dalam lingkungan kerja, diperlukan
adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta
harapan dan kapasitas. Selain itu, adanya harapan dalam
mewujudkan kinerja yang baik juga harus disertai dengan
keseimbangan kapasitas sumber daya dan keahlian (skill) yang
dimiliki.
h. Kejelasan
Fokus utama untuk kejelasan adalah mengetahui kewenangan,
peran dan tanggung jawab, misi organisasi, kinerja yang
diharapkan organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik individu
maupun organisasi.
i. Konsistensi
Konsistensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapainya tujuan akhir.
10

2. Nasionalisme
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang
meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa
lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai beraikan
bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Sedang dalam arti luas,
nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar
terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai
pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa
menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau kepentingan
golongan; menunjukan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa
dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air
Indonesia serta tidak merasa rendah diri; mengakui persamaan derajat,
persamaan hak dan kewajiban antara sesame manusia dan sesame
bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai sesame manusia;
mengembangkan sikap senggang rasa.

3. Etika Publik
Etika lebih difahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah
yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar,
sedangkan moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik
atau apa yang seharusnya dilakukan.dalam kaitannya dengan
pelayanan publik, etika publik adalah refleksi tentang standar/norma
yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan
keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang ASN, yakni sebagai berikut :
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideology pancasila;
b. Setia dalam mempertahankan UUD 1945;
11

c. Menjalankan tugas secara professional dan tidak memihak;


d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
e. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur;
g. Mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerja publik;
h. Memiliki kemampuan menjalankan kebijakan pemerintah;
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.

4. Komitmen Mutu
Komitmen Mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik dengan
berorientasi pada kualitas hasil. Adapun nilai-nilai komitmen mutu
antara lain :
a. Efektif, yaitu berhasil guna dapat mencapai hasil sesuai dengan
target;
b. Efesien, yaitu berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan
mencapai hasil tanpa menimbulkan pemborosan;
c. Inovasi, yaitu penemuan sesuatu yang baru atau mengandung
kebaruan;
d. Berorientasi mutu, yaitu ukuran baik buruk yang di persepsi
individu terhadap produk atau jasa
12

5. Anti Korupsi
Anti Korupsi adalah tindakan atau gerakan yang dilakukan untuk
memberantas segala tingkah laku atau tindakan yang melawan norma-
norma dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi, merugikan
negara atau masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tindak pidana korupsi yang terdiri dari kerugian keuangan negara,
suap-menyuap, pemerasan, perbuatan curang, penggelapan dalam
jabatan, benturan kepentingan dalam pengadaan dan gratifikasi.
Indikator yang ada pada nilai dasar anti korupsi meliputi :
a. Mandiri yang dapat membentuk karakter yang kuat pada diri
seseorang sehingga menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada
orang lain. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin hubungan
dengan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab demi mencapai
keuntungan sesaat;
b. Kerja keras merupakan hal yang penting dalam rangka tercapainya
target dari suatu pekerjaan. Jika target dapat tercapai, peluang
untuk korupsi secara materiil maupun non materiil (waktu) menjadi
lebih kecil;
c. Berani untuk mengatakan atau melaporkan pada atasan atau pihak
yang berwenang jika mengetahui ada pegawai yang melakukan
kesalahan;
d. Disiplin berkegiatan dalan aturan bekerja sesuai dengan undang-
undang yang mengatur;
e. Peduli yang berarti ikut merasakan dan menolong apa yang
dirasakan orang lain;
f. Jujur yaitu berkata dan bertindak sesuai dengan kebenaran
(dharma);
g. Tanggung jawab yaitu berani dalam menanggung resiko atas apa
yang kita kerjakan dalam bentuk apapun;
h. Sederhana yang dapat diartikan menerima dengan tulus dan iklas
terhadap apa yang telah ada dan diberikan oleh tuhan kepada kita;
13

i. Adil yaitu memandang kebenaran sebagai tindakan dalam


perkataan maupun perbuatan saat memutuskan peristiwa yang
terjadi.

C. KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI


Untuk mewujudkan birokrasi yang professional dalam menghadapi
tantangan-tantangan global, pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara telah bertekat untuk mengelola aparatur
sipil negara menjadi semakin professional. Undang-undang ini merupakan
dasar dalam manajemen aparatur sipil negara yang bertujuan untuk
membangun aparat sipil negara yang memiliki integritas, professional dan
netral serta bebas dari intervensi politik, juga bebas dari praktek KKN,
serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas bagi
masyarakat.

1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi,
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepo tisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan
profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya
aparatur sipil negara yang unggul selaras denan perkembangan jaman.
Adapun asas-asas manajemen ASN, antara lain :
a. Kepastian Hukum;
b. Profesionalitas;
c. Proporsionalitas;
d. Keterpaduan;
e. Delegasi;
f. Netralitas;
g. Akuntabilitas;
h. Efektif dan efesien
14

i. Keterbukaan;
j. Non Diskriminatif;
k. Persatuan;
l. Kesetaraan;
m. Keadilan;
n. Kesejahteraan.

2. Pelayanan Publik
Pelayanan publik menurut lembaga administrasi negara adalah
segala bentuk pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah di pusat dan daerah dan dilingkungan BUMN/BUMD
dalam bentuk barang atau jasa baik dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat.
Adapun prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan
pelayanan prima adalah :
a. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan
masyarakat pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
b. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah
sebagai penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses
bagi warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait
dengan pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut.
c. Responsive
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya
terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka
butuhkan, mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan,
prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.
15

d. Tidak Diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah
tidak boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga
negara yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara.
e. Mudah dan Murah
Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat
karus memenuhi berbagai persyaratan dan membayar fee untuk
memperoleh layanan yang mereka butuhkan harus diterapkan
prinsip mudah dan murah. Hal ini perlu ditekankan karena
pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak
dimaksudkan untuk mencari keuntungan melainkan untuk
memenuhi mandate kanstitusi.
f. Efektif dan Efesien
Penyelenggaraan pelayanan publik harus mampu
mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya dan cara
mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang
sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah.
g. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah
harus dapat dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan
dalam arti fisik dan dapat dijangkau dalam arti non fisik yang
terkait dengan biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh
masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.
h. Akuntabel
Semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus
dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka kepada masyarakat.
Pertanggungjawaban disini tidak hanya secara formal kepada
atasan akan tetapi yang lebih penting harus
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat luas
melalui media publik.
i. Berkeadilan
16

Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan


sebagai alat melindungi kelompok rentan dan mampu
menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika
berhadapan dengan kelompok yang kuat.

3. Whole Of Government
Whole Of Government (WoG) adalah sebuah pendekatan
penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sector dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan
kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.
Pendekatan WoG dapat dilihan dan dibedakan berdasarkan perbedaan
kategori hubungan antara kelembagaan yang terlibat sebagai berikut :
a. Koordinasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi :
 Penyertaan, yaitu pengembangan strategi dengan
mempertimbangkan dampak;
 Dialog atau pertukaran informasi;
 Joint planning, yaitu perencaan bersama untuk kerjasama
sementara.
b. Integrasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi :
 Joint working, atau kolaborasi sementara;
 Joint ventrure, yaitu perencanaan jangka panjang, kerja sama
pada pekerjaan besar yang menjadi urusan utama salah satu
peserta kerjasama;
 Satelit, yaitu entitas yang terpisah, dimiliki bersama, dibentuk
sebagai mekanisme integrative.
c. Kedekatan dan pelibatan, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi
menjadi :
 Aliansi strategis, yaitu perencanaan jangka panjang, kerjasama
pada isu besar yang menjadi urusan utama salah satu peserta
kerjasama;
17

 Union, berupa Unifikasi resmi, identitas masing-masing masih


Nampak; merger, yaitu penggabungan ke dalam struktur baru.

D. KACO (KAMPONG ANTI CORONA)


Covid 19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh jenis
corona virus yang baru ditemukan pada tahun 2019 dan menjadi sebuah
pandemik yang terjadi di negara di seluruh dunia (WHO, 2020).
Penanganan dan pencegahan kasus pandemik ini sudah dilakukan dengan
berbagai cara, baik secara global maupun nasional atau wilayah. Adapun
strategi yang selama ini sudah dijalankan untuk penanganan covid 19 yaitu
melalui 4 (empat) strategi yaitu gerakan memakai masker, penelusuran
kontak (tracing) dari kasus positif yang dirawat dengan menggunakan
rapid test atau tes cepat, edukasi dan penyiapan isolasi secara mandiri pada
sebagian hasil tracing yang menunjukan hasil positif dari rapid test atau
negative dengan gejala untuk melakukan isolasi mandiri, serta strategi
isolasi rumah sakit yang dilakukan kala isolasi mandiri tidak mungkin
dilakukan, seperti karena ada tanda klinis yang butuh layanan definitive di
rumah sakit.
Upaya prventif dalam protokol kesehatan yang diterapkan
masyarakat dalam memutuskan mata rantai penularan covid 19 pada masa
new normal yaitu dengan membiasakan diri memakai masker, mencuci
tangan pakai sabun (hand sanitanizer), menjaga jarak (sosial distancing),
menjauhi keramaian dan menghindari bepergian keluar daerah, terutama
daerah-daerah yang sudah dinyatakan sebagai zona merah.
KACO (Kampung Anti Corona) merupakan gerakan inovatif yang
dilakukan di puskesmas fuata yang merupakan langkah promotif preventif
untuk mencegah penyebaran Covid 19 diwilayah kerja puskesmas fuata.
Gerakan kaco terdiri dari beberapa kegiatan yang fokusnya adalah
bagaimana masyarakat desa mampu membiasakan gerakan ini dalam
kehidupan sehari-hari. Gerakan KACO meliputi sosialisasi dan penerapan
18

protokol kesehatan dimasyarakat desa, tersedianya tempat cuci tangan di


depan rumah warga dan penyemprotan desinfektan pada area pub;lik
secara berkala.
Cuci tangan pakai sabun terbukti efektif mencegah penularan virus
corona karena tangan yang bersih setelah dicuci pakai sabun dapat
mengurangi resiko masuknya virus kedalam tubuh mangingat tanpa
disadari, orang sering menyentuh mata, hidung dan mulut sehingga dapat
menyebabkan virus masuk kedalam tubuh dan virus corona dari tangan
yang tidak dicuci dapat berpindah kebenda lain atau permukaan yang
sering disntuh seperti pegangan tangan atau escalator, ganggang pintu,
permukaan meja, atau mainan sehingga menimbulkan resiko penyebaran
virus kepada orang lain.mencuci tangan dengan benar mesti dilakukan
menggunakan sabun dan air bersih mengalir. Bila tidak ada keran, dapat
menggunakan timba atau wadah lain untuk mengalirkan air.
Kebiasaan mencuci tangan sangat penting untuk dipraktikan secara
terus menerus agar memberikan dampak yang efektif khususnya dalam
rangka pencegah penyakit. Pada masa pandemik Covid 19 orang
termotivasi untuk CTPS dengan tujuan mencegah penularan Covid 19.
Momentum ini harus dimanfaatkan untuk dapat membuat praktik CTPS
menjadi suatu kebiasaan.
Masker berfungsi melindungi diri sendiri masker mencegah
masuknya droplet yang keluar saat kita batuk/bersin/berbicara sehingga
kita tidak tertular dan melindungi orang lain. Masker menahan droplet
yang keluat saat kita batu/bersin/berbicara sehingga tidak menularkan
virus kepada orang lain.
Menjaga jarak merupakan hal penting dikarenakan droplet yang
keluar saat kita batuk, jika tanpa masker bisa meluncur sampai 2 meter.
Saat berbicara tanpa masker, aerosol (uap air) bisa meluncur sejauh 2
meter. Saat bersin tanpa masker, droplet bisa meluncur sejauh 6 meter.
Dengan menjaga jarak, kita bisa mengurangi resiko tertular/menulari.
19

Selain penerapan protokol kesehatan 3M (memakai


masker,menjaga jarak, menghindari kerumunan) perlu dilakukan
desinfeksi lingkungan untuk menghindari tertempelnya droplet
dipermukaan.

E. GAMBARAN ORGANISASI

1. Letak Geografis

Kecamatan Sulabesi Selatan adalah salah satu Kecamatan yang


terletak diwilayah Kabupatn Kepulauan Sula dengan luas Wilayah
total 80,23 km2.Kecamatan Sulabesi Selatan dengan ibu kota
Kecamatan di Desa Fuata dan Waitamua dengan memiliki wilayah
kerja 5 Desa.

Kecamatan Sulabesi Selatan hamper sama pada umumnya dengan


daerah lain di Kabupaten Kepulauan Sula mempunyai Tipe Iklim
Tropis, yang kadang-kadang cuaca dan musim yang tidak menentu.
Keadaan topografi Kecamatan Sulabesi Selatan berbukit dan
bergunung-gunung yang terletak pada kawasan pesisir pantai.

Kecamatan Sulabesi Selatan terletak pada Daratan Pulau Sulabesi


bagian selatan dengan batas-bats sebagai berikut :
 Bagian utara berbatasan dengan dengan Kecamatan Sulabesi Barat
 Bagian selatan berbatasan dengan Laut Seram
 Bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Sulabesi Timur
 Bagian Barat berbatasan dengan Laut Seram
20

 Lokasi puskesmas terletak di Jln. Raya Waitamua Desa


WaitamuaKecamatan Sulabesi Selatan Kabupaten Kepulauan Sula

Wilayah kerja puskesmas Fuata terdiri dari 5 (lima) Desa yaitu :

1. Desa Waigay
2. Desa Fuata
3. Desa Waitamua
4. Desa Wainib
5. Desa Sekom

Yang masing-masing desa bisa di tempuh dengan menggunakan roda


dua dan kendaraan roda empat.

2. Kependudukan
Jumlah penduduk dalam wilayah kerja puskesmas fuata tahun 2020
adalah 5.979 jiwa yang terdiri dari 1.327 KK.
21

Tabel 1 : Penyebaran Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala


Keluarga Disetiap Desa

Nama Desa Jumlah Jumlah Jiwa Total Jumlah


KK Jiwa

L P

1 Waigay 387 1040 1031 2071

2 Fuata 218 560 548 1108

3 Waitamua 275 425 460 885

4 Wainib 179 395 452 847

5 Sekom 268 536 532 1068

JUMLAH 1.327 2.956 3.023 5.979

Tabel I : menggambarkan jumlah desa aiu 5 desa, jumlah kepala keluarga yaitu
1.030 jiwa, jumlah jiwa per jenis kelamin yaitu laki-laki 2.470 jiwa perempuan
2.553 jiwa dan jumlah penduduk yaitu 5.023 jiwa selanjutnya bila dilihat dari
penyebaran penduduk di tiap desa maka desa waigay merupakan yang terbanyak
penduduknya dengan jumlah penduduk sebanyak 1.540 jiwa dan desa dengan
penduduk paling rendah adalah desa waitamua dengan jumlah penduduk 615
jiwa.

Masyarakat diwilayah puskesmas fuata terdiri dari berbagai suku : Falahu,


Fagudu, Fatcey, Mangon dan ditambah masyarakat pendatang dari luar wilayah
yang telah menetap diwilayah Kecamatan Sulabesi Selatan, dan dan sumber mata
pencaharian masyarakat sebagian besar adalah petani.
22

3. Keadaan Tenaga dan Fasilitas Kesehatan

Pelayanan kesehatan dinilai berkualitas dan dapat berjalan dengan baik


apabila didukung dengan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan
bidangnya masing-masing dan didukung dengan fasilitas yang memadai. Adapun
jumlah tenaga kesehatan di puskesmas fuata sebagai berikut :

No TENAGA JUMLAH STATUS KETENAGAAN

PNS NS Kontrak Honda Sukarela

1 Dokter Umum 1 - - 1 - -

2 S1 Kesmas 6 2 1 3 - -

3 S1 Keperawatan 3 3 - - - -
Ners

4 S1 Keperawatan 1 - - - 1 -

5 D3 Keperawatan 9 3 1 - 4 1

6 D3 Kebidanan 11 2 1 - 4 4

7 D3 Farmasi 1 - - - 1 -

8 S1 Farmasi 1 - 1 - - -

9 SPK - - - - - -

10 Analis 2 - 1 - 1 -

11 D3 Gizi 2 - 1 - 1 -

12 Kesling 1 - - 1 - -

13 Jumlah 38 10 6 5 12 5
23

Sumber : Data Kepegawaian UPTD Puskesmas Fuata Tahun 2020

Berdasarkan distribusi tenaga kesehatan diatas bahwa jumlah tenaga yang


ada di UPTD puskesmas Fuata masih kurang dibandingkan dengan banyaknya
program puskesmas yang harus dijalankan dengan baik agar bisa memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas kepada masyarakat dan
kebanyakan tenaga yang ada adalah pegawai honorer / sukarela.

4. Distribusi Sarana Kesehatan Dasar

No FASILITAS JUMLAH KET


KESEHATAN

1 Pustu 3 Sekom, Wainib, Waigay

2 Posyandu 5 Sekom, Wainib, Waigay,


Fuata, Waitamua

3 Poskesdes 5 Sekom, Wainib,


Waigay,Fuata, Waitamua

4 Posbindu 5 Sekom, Wainib, Waigay,


Fuata,Waitamua

Selain sarana puskesmas yang terletak di pusat ibu kota Kecamatan


Sulabesi Selatan, didukung juga dengan jaringan pelayanan kesehatan lainnya
yang tersebar di 5 (lima) desa wilayah kerja UPTD Puskesmas Fuata, sebagai
penunjang pelayanan kesehatan dasar di wilayah kerja.
24

5. Distribusi Tenaga Kesehatan

No FASILITAS JUMLAH TENAGA KET


KESEHATAN KESEHATAN

1 Puskesmas 36 Aktif

2 Pustu Sekom 2 Aktif

3 Pustu Wainib 0 Tidak Ada

4 Pustu Waigay 0 Tidak Ada

Jumlah 38 Aktif

6. Distribusi Sarana Penunjang

No SARANA PENUNJANG JUMLAH KET

1 Poskesdes Kit 2 Lengkap

2 Polindes Kit 2 Lengkap

3 Bidan Kit 4 Lengkap

4 Partus Set 1 Lengkap

5 Kendaraan Roda 2 2 Berfungsi

6 Kendaraan Roda 4 2 Berfungsi

7 Pusling Laut 0 -

8 Genset 3 KVA 4 Aktif

9 Mesin Ketik 0 -

10 Laptop 1 Baik
25

7. Fasilitas Kesehatan

Sumber daya fisik yang dimiliki oleh UPTD Peskesmas Fuata Meliputi
:
1. Puskesmas induk
Terdapat 3 buah bangunan terpisah di puskesmas induk, yaitu :
1. Bangunan Utama Puskesmas
2. Bangunan Laboratorium
3. Bangunan Ruang Persalinan Dan Ruang Pertemua

Fasilitas yang ada meliputi :


a. Ruang Pemeriksaan Umum
b. Ruang Farmasi
c. Ruang P2P
d. Ruang tindakan
e. Ruang KIA
f. Ruang Kepala Puskesmas
g. Ruang KTU
h. Kamar mandi/Wc Petugas dan Pasien
i. Ruang Tunggu
j. Ruang Promosi
k. Ruang Gizi
l. Ruang MTBS
m. Ruang Imunisasi
n. Ruang Loket
o. Ruang persalinan
p. Ruang konseling
q. Ruang Penyimpanan Obat
r. Ruang Pemeriksaan LAB
26

8. Iklim
Iklim di Sulabesi Selatan yaitu beriklim tropis, iklim tersebut tidak
berpengaruh pada kegiatan pelayanan kesehatan di wilayah kecamatan
sulabesi selatan.

9. Visi dan Misi Organisasi


Visi
Mewujudkan masyarakat sulabesi selatan yang sehat secara mandiri
dan partisipatif

Misi
 Mendorong kemandirian dan peran aktif masyarakat untuk hidup
sehat dalam setiap program dan kegiatan kesehatan
 Menjalin kerja sama yang baik dengan lintas sector untuk
mendukung peningkatan derajad kesehatan masyarakat
 Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan secara
gratis dan merata
 Meningkatkan sumber daya manusia kesehatan yang merata
disemua fasilitas kesehatan berdasarkan disiplin profesi
27

10. Tata Nilai Organisasi


F : fokus pada tugas dan fungsi profesi
O : optimis dalam bekerja
K : kerja iklas, aktif tanpa harus diawasi
A : antusias menerima perubahan
A : aturan tidak boleh diabaikan
H : hasil akhir adalah harapan
A : amanah dalam bertugas

11. Motto Puskesmas Fuata

Melayani dengan 5S : Senyum, Salam, Sapa, Sopan,Santun.


28

BAB III

CAPAIAN AKTUALISASI

A. Laporan Capaian Aktualisasi

Pelaksanaan aktualisasi ini peserta melaksanakannya dengan mengikuti


tahapan-tahapan sesuai dengan rancangan aktualisasi yang telah peserta
seminarkan dan disetujui oleh coach dan mentor. Adapun kegiatan dan tahapan-
tahapan kegiatan yang peserta laksanakan pada saat aktualisasi adalah sebagai
berikut:

1. Melapor diri dan melakukan konsultasi dengan kepala Puskesmas


terkait rencana kegiatan
Kamis, 15 April 2021
Kegiatan pertama yang peserta lakukan pada saat pelaksanaan
aktualisasi ini adalah datang ke Puskesmas tepat waktu yakni pukul 07:58
WIT, kemudian menandatangani daftar hadir sebagai bukti kehadiran.
Selanjutnya peserta mengikuti kegiatan apel pagi bersama para staff
puskesmas di halaman Puskesmas Fuata, kemudian peserta menghadap
kepala Puskesmas untuk melapor diri sekaligus konsultasi terkait
rancangan aktualisasi dan habituasi yang akan dilakukan. Dari pertemuan
tersebut peserta mendapatkan arahan dan masukan serta dukungan dari
kepala puskesmas dan pada akhir pertemuan peserta mengucapkan
terimakasih dengan pimpinan sebagai bentuk diterimanya rancangan
kegiatan aktualisasi dan habituasi peserta.
Hasil dari konsultasi dengan pimpinan, peserta mendapatkan
masukan dan saran dari yaitu :
 Pelaksanaan kegiatan revisi SOP dilaksanakan bersama tim mutu.
 Sosialisasi kepada masyarakat dilaksanakan dengan menerapkan
protokol kesehatan.
29

 Penyemprotan desinfektan diharapkan dapat dilaksanakan berkala


dan berkelanjutan
 Hasil evaluasi penerapan KACO dilaporkan kepada pimpinan
sebagai bahan evaluasi dan mengambil keputusan pada masa
pandemik Covid-19

Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan :

 Peserta datang ke Puskesmas tepat waktu merupakan implementasi dari


perilaku anti korupsi (disiplin) dan akuntabilitas (tanggung jawab)
dengan menggunakan pakaian yang rapi, serta sesuai dengan ketentuan
yang ada, merupakan implementasi dari nilai etika publik (berperilaku
baik).
 Peserta mengisi daftar hadir dilakukan dengan jujur dan mandiri,
merupakan implementasi dari nilai anti korupsi, mengisi daftar hadir
juga menunjukan sikap disiplin dan taat aturan, merupakan
implementasi dan nilai akuntabilitas dan nasionalisme
 Peserta mengikuti apel pagi setiap hari di puskesmas dengan penuh
tanggung jawab dan konsisten (akuntabilitas). Apel pagi dilakukan
dengan tertib (etika publik) sehingga setiap arahan yang diberikan dapat
terlaksana dengan efektif. mengikuti apel pagi dilakukan setiap hari yang
berorientasi mutu (komitmen mutu)
 Peserta mengetuk pintu dengan sopan (etika publik) dan mengucapkan
salam sebagai bentuk ketaqwaan kepada tuhan yang maha esa/patuh
terhadap ajaran agama (nasionalisme)serta bentuk saling menghargai
dan menghormati antar sesama (nasionalisme).peserta mengutarakan
maksud dan tujuan dengan bahasa yang sopan dan santun serta
menyampaikan tahapan aktualisasi dan habituasi secara jelas dan
transparan (akuntabilitas).
 Peserta mendengarkan arahan dari kepala puskesmas dengan sopan (etika
publik) dan mencatat secara cermat dan teliti (etika publik), dengan
30

penuh tanggung jawab (nasionalisme dan akuntabilitas)peserta menulis


sesuai dengan apa yang disampaiakan oleh kepala puskesmas
 Peserta meminta izin persetujuan pelaksanaan aktualisasi dilakukan
sebagai bentuk kerja sama (nasionalisme) dengan atasan agar kegiatan
bisa berjalan dengan lancar. peserta meminta izin dengan bahasa yang
sopan dan penuh hormat. (etika publik)
 Peserta mengakhiri Pertemuan dengan kepala Puskesmas dengan
berakhirnya pertemuan itu, peserta telah mendapatkan persetujuan
pelaksanaan aktualisasi dilakukan sebagai bentuk kerjasama dengan
pimpinan unit kerja agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar, maka
peserta telah mengimplementasikan nilai dasar dari Akuntabilitas
(Kejelasan target), Nasionalisme (Hormat Menghormati), serta Whole Of
Government.

Dengan melakukan konsultasi dengan kepala puskesmas tentang


pelaksanaan aktualisasi maka peserta telah berkontribusi dengan MISI Puskesmas
Fuata yaitu:

 MISI “meningkatkan sumber daya manusia kesehatan yang merata di


semua fasilitas kesehatan berdasarkan disiplin profesi.” juga memperkuat
Tata nilai organisasi peserta yaitu (FOKAAHA) yang terkait pada kegiatan
ini yaitu fokus pada tugas dan fungsi profesi serta aturan tidak boleh
diabaikan.
31

Dokumentasi Foto Kegiatan I

Gambar 1.1 : datang ke Puskesmas tepat waktu, Bertempat di Puskesmas


Fuata Pukul 07:58 WIT

Dokumentasi Foto Kegiatan I

Gambar 1.2 : Menandatangani Absen, bertempat di ruang loket Puskesmas


Fuata
32

Dokumentasi Foto Kegiatan I

Gambar 1.3 : Mengikuti Apel Pagi di halaman Puskesmas Fuata Pukul: 08:00
WIT

Dokumentasi Foto Kegiatan I


Gambar 1.4: menghadap kepala Puskemas untuk melaporkan diri sekaligus
konsultasi terkait rancangan aktualisasi yang akan dilakukan
pukul 08:15 WIT
33

Dokumentasi Foto Kegiatan I

Gambar 1.5: Mendengarkan danMencatat Arahan dari Kepala Puskemas,


bertempat di ruang kepala puskesmas pukul: 08.20WIT

Dokumentasi Foto Kegiatan I


34

Gambar 1.6: meminta dukungan kepala puskesmas terkait pelaksanaan


rancangan aktualisasi : 08.30 WIT

2. Merevisi SOP alur pelayanan selama masa pandemik


senin, 19 april 2021
Setelah melakukan konsultasi dengan kepala Puskesmas, tahapan
selanjutnya peserta melakukan revisi SOP alur pelayanan selama masa
pandemik. Pelaksanaan pembahasan revisi SOP dilakukan setelah selesai
jam pelayanan agar tidak mengganggu pelayanan pasien. Sebelumnya
peserta telah membuat jadwal rapat bersama dengan Tim mutu, tim UKP,
tim PPI untuk membahas revisi SOP dan diberitahukan melalui grup
WhatsApp Puskesmas, kemudian peserta menyiapkan daftar hadir dan
notulen yang mencatat kritik dan saran dalam pembahasan revisi SOP.
Hasil pembahasan berupa :
o Pasien yang datang berkunjung menerapkan protokol kesehatan
berupa mencuci tangan menggunakan sabun/ menggunakan
handrub, memakai masker dan menjaga jarak
o Petugas pelayanan menggunakan APD level 1
o Hasil revisi SOP disosialisasikan ke seluruh staff puskesmas
35

Hasil pembahasan revisi SOP alur pelayanan selama pandemik


dibuatkan rancangan SOP yang baru dan diserahkan kepada kepala
puskesmas untuk disetujui, lalu terbentuklah SOP Alur pelayanan selama
masa pandemik yang baru dan dilakukan sosialisasi kepada staff
puskesmas.

Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan

 Peserta dengan penuh tanggung jawab (akuntabilitas)


menyampaikan pemberitahuan dengan menggunakan bahasa yang
sopan (etika publik)untuk menghormati (nasionalisme) kepala
puskesmas dan tim yang terkait untuk rapat membahas revisi SOP
untuk meningkatkan pelayanan (orientasi mutu/komitmen
mutu)melalui media whatsapp grup puskesmas fuata.
 Peserta dengan sopan dan hormat berdiskusi (nasionalisme)dan
berkoordinasi (whole of government)dengan masing-masing tim
yang terlibat untuk merevisi SOP untuk meningkatkan pelayanan
(orientasi mutu/komitmen mutu)
 Peserta secara bertanggung jawab (akuntabilitas) sesuai dengan
latar belakang profesi (manajemen ASN) membuat rancangan alur
pelayanan dimasa pandemik dengan menambahkan penerapan
protokol kesehatan yang berorientasi pada mutu pelayanan
(komitmen mutu) agar pelayanan puskesmaas bisa menyesuaikan
dengan kondisi pandemik (kejelasan target/akuntabilitas)
 Peserta dengan sopan dan bertaanggung jawab (etika publikdan
akuntabilitas)mengusulkan rancangan revisi SOP didalam rapat
sebagai langkah untuk meningkatkan kualitas layanan selama masa
pandemik (komitmen mutu/orientasi mutu dan efektif)
 Setelah berdiskusi, dengan cermat dan teliti (nasionalisme)
menambahkan beberapa langkah pada revisi SOP yang telah
disepakati yaitu penggunaan masker, jaga jarak dan mencuci
tangan pada pasien yang berkunjung pada masa pandemik.
36

 Dengan tanggung jawab (akuntabilitas)meminta persetujuan


kepala puskesmas mengenai rancangan SOP alur pelayanan yang
baru dan mulai menerapkan SOP alur pelayanan sebagai langkah
untuk meningkatkan kualitas layanan selama pandemik
(komitmen mutu)

Dengan melakukan revisi SOP alur pelayanan selama masa pandemik di


Puskesmas Fuata telah sejalan dengan MISI Puskesmas Fuata yaitu :

MISI “puskesmas yaitu memelihara meningkatkan mutu pelayanan kesehatan


secara gratis dan merata.” juga memperkuat tata nilai organisasi fokus
pada tugas dan fungsi profesi, optimis dalam bekerja amanah dalam
bertugas, kerja iklas aktif tanpa harus diawasi dan antuasias menerima
perubahan

Dokumentasi Foto Kegiatan II

Gambar 2.1 : membuat jadwal rapat dengan Kepala Puskesmas bersama tim
mutu, tim UKP, Tim PPI untuk melakukan rapat membahas SOP, pukul 13:00
WIT
37

Dokumentasi Foto Kegiatan II

Gambar 2.2 : melakukan konsultasi dengan tim mutu, tim UKP, Tim PPI untuk
melakukan rapat membahas SOP, Pukul 13:00 WIT

Dokumentasi Foto Kegiatan II

Gambar 2.3 : membuat rancangan SOP alur pelayanan, Pukul13:30 WIT.

Dokumentasi Foto Kegiatan II


38

Gambar 2.4 : meminta persetujuan kepala puskesmas mengenai rancangan SOP alur
pelayanan yang baru

Dokumentasi Foto Kegiatan II

Gambar 2.5 menyusun SOP alur pelayanan masa pandemic yang baru
39

Dokumentasi Foto Kegiatan II

Gambar 2.6 kepala puskesmas mengesahkan SOP alur pelayanan yang baru dan
melakukan sosialisasi kepada staff PKMpada hari selasa tanggal 20 april 2021
40

3. Melakukan sosialisasi protokol kesehatan dengan perangkat desa dan


masyarakat
Senin, 26 april 2021
41

Tahap selanjutnya peserta melaksanakan sosialisasi protokol


kesehatan di perangkat desa dan masyarakat desa Fuata. Peserta membuat
jadwal sosialisasi dan membuat surat undangan. Sosialisasi dilakukan di
gedung serbaguna desa Waitamua, alasan digunakan gedung desa
waitamua karena memiliki kapasitas yang lebih luas sehingga
memungkinkan audiens yang datang tetap menjaga jarak. Materi
sosialisasi yang dibuat dengan bahasa yang mudah dipahami dan berisi
gambar ilustasi yang menarik. Setelah sosialisasi diadakan sesi Tanya
jawab dan meminta dukungan serta kerjasama dari masyarakat
.Output yang dihasilkan dari kegiatan ini yakni penigkatan
pengetahuan mengenai protokol kesehatan dimasyarakat, sehingga
masyarakat secara sadar dapat menerapkan protokol kesehatan selama
masa pandemik secara maksimal.

Keterkaitan Subtansi Mata Pelatihan :

 Peserta membuat jadwal sosialisasi secara mandiri dengan


cermat (etika publik) dan penuh tanggung jawab
(akuntabilitas)
 Peserta dengan penuh tanggung jawab (akuntabilitas)
menyampaikan pemberitahuan secara berani dan jujur (anti
korupsi), dengan menggunakan bahasa yang sopan (etika publik)
untuk menghormati (nasionalisme) masyarakat sebagai partisipan
dalam sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
(orientasi mutu/ komitmen mutu)
 Peserta menyiapkan tempat sosialisasi dengan rapi dan penuh
tanggung jawab (akuntabilitas) agar partisipan nyaman sehingga
sosialisasi bisa terlaksana dengan lancar sesuai dengan hasil yang
diharapkan (komitmen mutu/berorientasi mutu)
 Peserta membuat materi sosialisasi dengan rasa tanggung jawab
untuk kepentingan publik (akuntabilitas) (pelayanan publik),
isi materi sosialisasi menggunakan bahasa yang ringan dan mudah
42

dimengerti oleh masyarakat umum agar lebih efektif dan efesien


(komitmen mutu)
 Peserta memakai pakaian rapi saat melaksanakan sosialisasi kepada
masyarakat. Peserta mengucapkan salam dengan sopan yang
diucapkan sesuai dengan agama masyarakat (etika publik) dan
dengan bertanggung jawab (akuntabilitas) menyampaikan
sosialisasi dengan bahasa yang sopan dan mudah dimengerti.
(pelayanan publik) Peserta meminta partisipasi masyarakat agar
kegiatan berjalan dengan efektif (komitmen mutu)

Dengan Melakukan sosialisasi protokol kesehatan dengan


perangkat desa dan masyarakatmaka peserta telah berkontribusi dengan
VISI & MISI Puskesmas Fuata yakni :

VISI “mewujudkan masyarakat yang sehat secara mandiri dan


partisipasif”

MISI “mendorong kemadirian dan peran aktif masyarakat untuk hidup


sehat dalam setiap program dan kegiatan kesehatan, menjalin kerjasama
dengan lintas sektor untuk mendukung peningkatan derajat kesehatan
masyarakat serta memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan secara gratis dan merata”

kegiatan inijuga memperkuat tata nilai organisasi peserta yaitu


fokus pada tugas dan fungsi profesi, optimis dalam bekerja, kerja iklas
aktif tanpa harus diawasi dan antuasias menerima perubahan

Dokumentasi Foto Kegiatan III

Gambar 3.1 membuat jadwal sosialisasi


43

Dokumentasi Kegiatan III

Gambar 3.2 : membuat pemberitahuan waktu pelaksanaan sosialisasi dengan


surat undangan

Dokumentasi Foto Kegiatan III

Gambar 3.3 : menyiapkan tempat sosialisasi


44

Dokumentasi Foto Kegiatan III

Gambar3.4 : membuat materi sosialisasi

Dokumentasi Foto Kegiatan III

Gambar3.5: melaksanakan sosialisasi sekaligus meminta dukungan dan kerja


sama dari masyarakat
45

4. Mengaktifkan kembali tampat cuci tangan sederhana yang berada di


depan rumah warga
Selasa, 27 april 2021
46

Setelah melakukan sosialisasi mengenai penerapan protokol


kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat, selanjutnya
masuk pada tahapan selanjutnya yaitu mengaktifkan kembali tempat cuci
tangan sederhana di depan rumah warga, tersedianya air bersih untuk cuci
tangan dan tersedianya sabun untuk cuci tangan.
Hasil yang dicapai setelah melakukan kegiatan ini yakni
tersedianya fasilitas dimasyarakat yang menunjang agar masyarakat dapat
melaksanakan protokol kesehatan yang maksimal
Keterkaitan Subtansi Mata Pelatihan :
 Peserta dengan penuh tanggung jawab
(akuntabilitas)berkoordinasi (whole of government) secara
berani dan jujur (anti korupsi), dengan menggunakan bahasa
yang sopan (etika publik) kepada aparat desa mengenai gerakan
cuci tangan didesa
 Peserta secara cermat (etika publik) dan bertanggung jawab
(akuntabilitas) mengelilingi desa bersama 1 orang petugas
puskesmas lalu mulai mengidentifikasi jumlah tempat cuci tangan
yang masih dapat digunakan.
 Pesertabekerja sama (nasionalisme) petugas puskesmas mulai
melakukan pemantauan terkait ketersediaan air digalon tempat cuci
tangan (mendahulukan kepentingan publik : akuntabilitas)
 Peserta menyediakan sabun cuci tangan untuk tempat cuci tangan
yang belum memiliki sabun (mendahulukan kepentingan
publik :akuntabilitas) (pelayanan publik)
 Peserta secara aktif mengajak masyarakat untuk membiasakan
untuk mencuci tangan (partisipatif:akuntabilitas)
47

Dengan kegiatan Mengaktifkan kembali tampat cuci tangan sederhana yang


berada di depan rumah warga peserta telah berkontribusi dengan VISI & MISI
Puskesmas yaitu :

VISI “mewujudkan masyarakat yang sehat secara mandiri dan partisipatif”

MISI “untuk mendorong kemandirian dan peran aktif masyarakat untuk hidup
sehat dalam setiap program dan kegiatan kesehatan,menjalin kerjasama
dengan lintas sektor untuk mendukung peningkatan derajat kesehatan
masyarakat serta memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan secara gratis dan merata”

kegiatan ini juga memperkuat tata nilai organisasi peserta yaitu fokus pada
tugas dan fungsi profesi, optimis dalam bekerja, kerja iklas aktif tanpa harus
diawasi dan antusias menerima perubahan
48

Dokumentasi Foto Kegiatan IV

Gambar 4.1 : koordinasi dengan aparat desa untuk menggerakkan gerakan cuci
tangan didesa hari selasa tanggal 27 april 2021 setelah selesai
melakukan pelayanan di puskesmas

Dokumentasi Foto Kegiatan IV

Gambar 4.2 : mengidentifikasi jumlah gallon tempat cuci tangan sederhana


didesa fuata

Dokumentasi Foto Kegiatan IV


49

Gambar 4.3 : memastikan ketersediaan air bersih untuk cuci tangan

Dokumentasi FotoKegiatan IV

Gambar 4.4 : menyediakan sabun cuci tangan

Dokumentasi Foto Kegiatan IV

Gambar 4.5 : penerapan gerakan cuci tangan didesa fuata


50

5. Penyemprotan desinfektan pada fasilitas publik secara berkala


Selasa 04 mei 2021
51

Kegiatan selanjutnya yang dilakukan adalah penyemprotan


desinfektan pada fasilitas publik yang meliputi area kantor desa Fuata,
masjid dan kendaraan publik. Hal pertama yang dilakukan adalah mendata
jumlah tempat dan fasilitas publik. Di fuata sendiri terdapat 1 kantor desa,
1 surau, 1 mesjid, 1 paud dan 3 angkutan umum (oto gemkaubaren).
Setelah itu, peserta mempersiapkan larutan desinfektan dan alat semprot
yang digunakan. Penyemprotan di area gedung dilakukan dilakukan saat
siang hingga sore hari saat tidak digunakan. Penyemprotan oto
gemkaubaren dilakukan saat sore setelah kembali dari kota dan tidak
memiliki penumpang.
Hasil yang dicapai setelah melakukan kegiatan ini yakni untuk
mencegah penyebaran covid 19 didesa Fuata.
Keterkaitan Subtansi Mata Pelatihan :
 Peserta bersama petugas puskesmas mendata jumlah fasilitas
publik yang ada di fuata (bekerja sama:nasionalisme)(whole of
government)
 Peserta dengan bertanggung jawab (akuntabilitas)mempersiapkan
alat dan larutan desinfektan untuk penyemprotan secara cermat dan
teliti (etika publik)
 Peserta secara cermat (etika publik)menjadwalkan penyeprotan
yang dilakukan di fasilitas publik (pelayanan publik)
 Peserta meminta bantuan petugas puskesmas untuk membantu
melakukan penyemprotan (kerjasama:nasionalisme).petugas
penyeprotan menggunakan masker, baju dan celana panjang serta
sarung tangan (efektif dan efesien :komitmen mutu)

Dengan pelaksanaan kegiatan Penyemprotan desinfektan pada fasilitas publik


secara berkalapeserta telah berkontribusi dengan VISI & MISI Puskesmas yaitu :

VISI “mewujudkan masyarakat yang sehat secara mandiri dan partisipatif”


52

MISI “untuk mendorong kemandirian dan peran aktif masyarakat untuk hidup
sehat dalam setiap program dan kegiatan sehat, menjalin kerja sama dengan
lintas sector untuk mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta
memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan secara gratis dan
merata” kegiatan ini juga memperkuat tata nilai organisasi peserta yaitu fokus
pada tugas dan fungsi profesi, optimis dalam bekerja, kerja ikhlas aktif tanpa
diawasi dan antusias menerima perubahan.

Dokumentasi Foto Kegiatan V


53

Gambar 5.1 : mendata jumlah fasilitas publik didesa fuata (oto gem kau baren,
tempat ibadah, kantor desa)

Dokumentasi Foto Kegiatan V

Gambar 5.2 : Mempersiapkan alat dan larutan desinfektan

Dokumentasi Foto Kegiatan V


54

Gambar 5.3 : menjadwalkan penyemprotan desinfektan

Dokumentasi FotoKegiatan V

Gambar 5.4 : melakukan penyemprotan desinfektan


55
56

6. Evaluasi tingkat kesadaran pasien yang berkunjung di puskesmas


terhadap penerapan gerakan KACO di desa fuata

Rabu, 17 mei 2021

Setelah melaksanakan kegiatan penerapan KACO (kampong anti corona),


maka tahapan selanjutnya yang merupakan tahapan akhir kegiatan
aktualisasi ini yaitu evaluasi kegiatan. Hasil dari kegiatan ini yaitu dapat
mengetahui sejauh mana masyarakat secara sadar menerapkan protokol
kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.

Keterkaitan Subtansi Mata Pelatihan :

 Peserta dengan sopan dan hormat berkonsultasi (nasionalisme)


dengan kepala puskesmas dan meminta persetujuan untuk melakukan
evaluasi penerapan gerakan KACO didesa fuata
 Peserta secara bertanggung jawab (akuntabilitas) membuat
instrument penilaian untuk evaluasi penerapan KACO didesa fuata
(orientasi mutu:komitmen mutu) yang dapat diukur dan
dipertanggungjawabkan
 Peserta membuat jadwal evaluasi dilakukan 1 minggu setelah
penerapan gerakan KACO didesa fuata (disiplin : etika publik)
 Peserta melakukan penilaian dilakukan secara acak pada warga dsa
yang datang untuk berobat di puskesmas, warga desa yang diminta
untuk mengisi intrumen penilaian secara jujur (orientasi
mutu:komitmen mutu)(whole of government)
 Peserta menyampaikan laporan hasil evaluasi kepada kepala
puskesmas secara jujur dan transparan(akuntabilitas dan
antikorupsi)denganmenggunakan bahasa yangsopan dan teliti(etika
publik).laporan yang disampaikan menjadi tolak ukur memperbaiki
mutu pelayanan di puskesmas (komitmen mutu)(whole of
government)
57

Dengan melakukan evaluasi kegiatan gerakan KACO maka peserta telah


berkontribusi dengan VISI & MISI Puskesmas Fuata yaitu:

VISI “mewujudkan masyarakat yang sehat secara mandiri dan partisipatif”

MISI “mendorong kemandirian dan peran aktif masyarakat untuk hidup sehat
dalam setiap program dan kegiatan kesehatan, menjalin kerja sama
dengan lintas sektor untuk mendukung peningkatan derajat kesehatan
masyarakat serta memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan secara gratis dan merata” juga telah memperkuat tata nilai
organisasi yakni fokus pada tugas dn fungsi profesi, optimis dalam
bekerja, kerja ikhlas aktif tanpa diawasi, hasil akhir adalah harapan dan
antusias menerima perubahan.
58

Dokumentasi Foto Kegiatan VI

Gambar6.1 konsultasi dan meminta persetujuan mentor.

Dokumentasi Foto Kegiatan VI

Gambar 6.2 : membuat instrument penilaian

Dokumentasi Foto Kegiatan VI


59

Gambar 6.3 menjadwalkan evaluasi

Dokumentasi Foto Kegiatan VI

Gambar 6.4: evaluasi penerapan KACO terhadap tingkat kesadaran pasien untuk
menerapkan protokol kesehatan dimasa pandemik (memakai masker,menjaga
jarak dan mencuci tangan)

Dokumentasi Foto Kegiatan VI


60

Gambar 6.5 : menyampaikan hasil evaluasi kegiatan kepada kepala puskesmas

B. Analsis Dampak
61

Analisis dampak merupakan kegiatan menganalisis dampak yang


ditimbulkan jika aktualisasi ini tidak dilakukan. Kegiatan aktualisasi merupakan
kegiatan untuk menangani isu atau permasalahan yang muncul di Puskesmas
Fuata kecamatan sulabesi selatan. Untuk mengatasi isu tersebut peserta
merumuskan solusi berupa penerapan gerakan KACO (Kampung Anti Corona)
dengan mengimplementasi nilai-nilai ANEKA. Dalam analisis dampak ini akan
disampaikan. Dua inti dampak yang bisa terjadi jika hal tersebut tidak diterapkan
yaitu :

1. Optimalisasi pemahaman dan penerapan protokol kesehatan selama masa


Pandemik di masyarakat desa Fuata tidak tercapai
2. Tidak terciptanya Pelayanan Kesehatan yang aman dan nyaman

kedua dampak yang dijabarkan diatas merupakan sesuatu yang harus


segera ditangani. Hal ini tidak hanya merugikan petugas, namun juga seluruh
masyarakat karena meningkatkan kemungkinan resiko penularan covid1-19.
Peserta melalui kegiatan aktualisasi telah melakukan kegiatan-kegiatan yang
dapat meminimalisir sekaligus menghilangkan dampak-dampak yang akan terjadi
di kemudian hari

Analisis dapak nilai-nilai ANEKA dari kegiatan aktualisasi habituasi ini yaitu :

 Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus
dicapai. Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja
PNS dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Proses setiap
individu/kelompok/institusi akan diminta pertanggungjawaban secara aktif
yang terlibat dalam proses evaluasi dan berfokus peningkatan kinerja.
Nilai-nilai dasar akuntabilitas antara lain : 1. kesesuaian; 2. dapat
dipertanggungjawabkan; 3. terkontrol; 4. integritas; 5. relevan; 6.
informatif; dan 7. transparan.
62

Apabila nilai akuntabilitas ini tidak peserta terapkan pada kegiatan


aktualisasi dan habituasi di Puskesmas Fuata, maka akan memeliki
beberapa dampak, yaitu:
 Jika datang ke puskesmas tidak tepat waktu kemudian tidak
mengikuti apel pagi, maka akan berdampak pada diri
peserta yaitu berkurangnya rasa tanggung jawab untuk
menjadi dokter yang profesional, mengakibatkan mutu
pelayanan dan menurunnya tingkat kepuasan pasien
terhadap pelayanan yang diberikan.
 Jika tidak merasa bertanggung jawab dalam mencatat
arahan dan masukan kepala puskesmas, rancangan
aktualisasi memiliki banyak kelemahan
 Jika tidak memiliki kejelasan target, tidak akan terbentuk
revisi SOP alur pelayanan selama masa pandemik dan jika
tidak bertanggung jawab sesuai dengan latar belakang
profesi untuk memberikan masukan pada revisi SOP, maka
rancangan Revisi SOP yang terbentuk tidak maksimal. Jika
tidak bertanggung jawab untuk menerapkan Revisi SOP
alur pelayanan yang baru maka kualitas layanan selama
pandemik menurun dan beresiko untuk terjadinya
peningkatan penularan Covid 19 di wilayah kerja
puskesmas.
 Jika tidak memiliki rasa tanggung jawab dan tidak
mendahulukan kepentingan publik, kegiatan sosialisasi
kepada masyarakat, kegiatan cuci tangan dan penyemprotan
tidak bisa dijadikan cara untuk meningkatkan pemahaman
dan kesadaran masyarakat untuk penerapan protokol
kesehatan selama pandemik
 Nasionalisme
Indikator dari nilai nasionalisme yang menonjol dalam kegiatan
aktualisasi habituasi peserta adalah hormat menghormati, relegius, dan
63

kerjasama. Apabila nilai nasionalisme tidak peserta terapkan dalam


kegiatan aktualisasi habituasi ini maka
 Tidak harmonis hubungan dengan pimpinan dengan
bawahan serta sesama staff di puskesmas fuata
 Apabila nilai bekerjasama dan berdiskusi tidak
diaplikasikan dalam kegiatan ini maka akan berdampak
semua kegiatan yang dilakukan tidak bisa berjalan dengan
baik.

 Etika Publik

Indikator dari nilai etika publik yang termuat pada kegiatan


aktualisasi dan habituasi ini yaitu cermat,disiplin, sopan dan taat
peraturan. Apabila nilai etika publik ini tidak diaplikasikan, maka akan
memeliki beberapa dampak yaitu :

 Jika tidak menggunakan bahasa yang sopan saat berkonsultasi


dengan kepala puskesmas, maka peserta akan dinilai tidak
beretika, sehingga memungkinakan bagi kepala puskesmas
untuk tidak memberikan izin untuk menjalankan kegiatan
aktualisasi di wilayah kerja puskesmas Fuata.
 Tidak adanya komunikasi yang baik untuk mencapai
kesepakatan dalam penyusunan rancangan revisi SOP yang
baru saat berdiskusi dengan tim mutu, tim PPI, tim UKM dan
tim UKP.
 Jika tidak menggunakan bahasa yang sopan dan mudah
dimengerti, pemahaman masyarakat desa Fuata mengenai
protokol kesehatan saat sosialisasi tidak maksimal
 Tidak ada komunikasi yang baik dengan aparat desa untuk
melaksanakan kegiatan penyemprotan dan desinfeksi fasilitas
dan tempat publik
64

 Dapat terjadi bias data saat menyampaikan hasil evaluasi


gerakan KACO dengan pimpinan.

 Komitmen Mutu
Komitmen mutu merupakan tindakan untuk menghargai efektifitas,
efisiensi, dan kinerja yang berorientasi mutu dalam penyelenggaraan
pemerintah dan pelayanan publik. Apabila nilai komitmen mutu tidak
peserta terapkan dalam aktualisasi habituasi ini, maka akan berdampak
pada:
 Jika tidak melakukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat
dengan berorientasi mutu, maka pemahaman masyarakat mengenai
pentingnya pelaksanaan penerapan protokol kesehatan dimasa
pandemik ini tidak dapat meningkat.
 Jika kegiatan evaluasi gerakan KACO (Kampung Anti Corona)
tidak dilakukan atau dilakukan asal asalan, maka kita tidak punya
output dari hasil evaluasi sehingga tidak punya tolak ukur baru
untuk mengambil suatu kebijakan yang bertujuan untuk
peningkatan kualitas pelayanan dan kepuasan pasien dimasa
pandemic ini.

 Anti Korupsi
Di dalam kegiatan ini, termuat nilai jujur, disiplin, dan mandiri. Apabila
nilai anti korupsi tidak peserta terapkan dalam kegiatan aktualisasi
habituasi ini, maka akan memiliki dampak :
 Jika peserta tidak disiplin dan datang terlambat pelayanan kepada
pasien tidak maksimal.
 Jika tidak jujur dan transparan dalam mengolah dan melaporkan
hasil evaluasi gerakan KACO maka bias terjadi bias data dan bisa
keliru dalam mengambil kebijakan selanjutnya.
65

 Manajemen ASN

Manajemen ASN merupakan pengelolaan ASN untuk


menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika
profesi, bebas dari interfensi politik, bersih dari praktik KKN. Apabila
nilai manajemen ASN ini tidak peserta terapkan dalam kegiatan aktualisasi
habituasi ini di Puskesmas Fuata, maka peserta tidak akan menjadi dokter
yang profesional yang mengakibatkan mutu pelayanan dan menurunnya
tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan dan peserta
melanggar kode etik ASN serta kode etik profesi.

 Pelayanan Publik
Pelayanan publik merupakan segala bentuk pelayanan umum yang
dilaksanakan yang bertujuan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Prinsip pelayanan publik yang ditekankan pada pelaksanaan aktualisasi
habituasi ini untuk mewujudkan pelayanan prima ditekankan pada nilai
partisipatif, mudah dan murah, efektif dan efisien dan aksesibel.
Apabila peserta tidak menerapkan nilai pelayanan publik dalam kegiatan
aktualisasi habituasi ini pada tempat peserta bertugas di Puskesmas Fuata,
maka akan memilik dampak yaitu :
 Jika masyarakat sebagai ujung tombak untuk memutus mata rantai
penularan covid1- 19 tidak dilibatkan, maka tidak akan terbentuk
gerakan KACO (kampong anti corona)
 Jika dalam pelaksanaan gerakan cuci tangan tidak
mempertimbangkan asas efektif dan efisien, yaitu dengan
menyediakan fasilitas dengan prosedur yang sederhana,
membutuhkan biaya yang murah dan tenaga kerja yang sedikit
maka fasilitas cuci tangan sederhana di depan rumah warga tidak
akan tersedia.
66

 Whole Of Government (WOG)


Whole of govermmentmerupakan sebuah pendekatan
penyelenggaraan pemerintah yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintah dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang
lebih luas untuk mencapai tujuan pembangunan kebijakan, manajemen
program dan pelayanan publik.
pendekatan WOG yang sangat ditonjolkan dalam melakukan
aktualisasi ini adalah nilai koordinasi. Apabila nilai WOG tidak peserta
terapkan dalam kegiatan aktualisasi habituasi ini, maka akan memiliki
dampak yaitu :
 Tidak adanya koordinasi dengan kepala puskesmas mengenai
rancangan aktualisasi dan habituasi sehingga kegiatan ini tidak
berjalan optimal
 Tidak adanya koordinasi dan kerjasama antar tim mutu tim PPI, tim
UKM, dan tim UKP dalam pembahasan revisi SOP alur pelayanan
selama masa pandemik mengakibatkan tidak ada SOP alur pelayanan
yang baru
 Jika tidak melakukan koordinasi dengan aparat desa dan masyarakat
maka penerapan gerakan KACO (kampong anti corona) tidak akan
terlaksana dan meningkatkan resiko penularan covid-19.
67

C. Role Model

ROLE MODEL

NAMA : JUMADI JULKIFLI, S.KM

JABATAN : KEPALA UPTD PUSKESMAS FUATA

Peserta mengangkat bapak jumadi julkifli, S.KM sebagai role model,


karena beliau merupakan seorang kepala puskesmas yang berdedikasi dan patut
menjadi contoh atau teladan bagi staff lainnya.. Mempunyai jiwa pekerja keras,
disiplin, mampu mengayomi seluruh staff tanpa membeda-bedakan dan orientasi
bekerja selalu mengutamakan keselamatan dan kepuasan pasien. bapak jumadi
julkifliadalah sosok pegawai yang disenangi para staff serta masyarakat di
tempatnya bertugas.
68

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelaksanaan aktualisasi adalah kegiatan yang pada intinya
bertujuan untuk menindaklanjuti isu atau masalah dengan memberikan
tindakan berupa solusi Isu yang diangkat “menurunnya penerapan protokol
kesehatan masyarakat selama pandemik covid-19”. Isu ini sedang diatasi
dengan meningkatkan kesadaran penerapan protokol kesehatan oleh
masyarakat Melalui gerakan KACO (kampong anti corona) yang memuat
beberapa kegiatan diantanya sosialisasi penerapan protokol kesehatan di
masyarakat, pengaktifan kembali tembat cuci tangan sederhana di depan
rumah warga dan penyemprotan desinfektan di fasilitas publik. Nilai nilai
dasar PNS yaitu Akuntabilitas, Etika Publik, Komitmen mutu, dan Anti
korupsi (ANEKA) yang berprinsip pada Manajemen ASN, Pelayanan
Publik dan Whole Of Government juga telah diaktualisasikan dalam setiap
kegiatan dan tahapan kegiatan. Kegiatan yang telah dilakukan melibatkan
banyak pihak diataranya dokter, tim Mutu, tim PPI, tim UKP, tim UKM,
perangkat desa serta masyarakat desa Fuata.
Hasil evaluasi penerapan KACO ini adalah tingkat pemahaman
responden terhadap protokol kesehatan 100% kategori baik, penggunaan
masker oleh masyarakat yang berkunjung ke puskesmas 68,75 %, menjaga
jarak 100 %, dan mencuci tangan 27, 5 %. Hasil mencuci tangan rendah
dikarenakan tidak tersedianya air di tempat fasilitas cuci tangan di
puskesmas (mesin air yang rusak) sehingga pasien menggunakan handrub.
Gerakan KACO (kampong anti corona) dapat menjadi suatu
gagasan pemecahan isu jika diterapkan secara terus menerus dimasyarakat.
Dengan terlaksananya kegiatan aktualisasi ini diharapkan dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada Puskesmas, Petugas,
dan Pengunjung / pasien serta masyarakat dalam memerangi pandemic
covid-19 ini
69

B. Saran

Untuk kepala UPTD Puskesmas Fuata

 diharapkan untuk mengoptimalkan upaya cuci tangan di


puskesmas dengan menyediakan air ditempat cuci tangan.
 Menjaga jarak sudah dilakukan namun belum optimal
karena terbatasnya kursi di ruang tunggu pasien, sehingga
diharapkan menambah jumlah kursi diruang tunggu pasien.
Untuk perangkat desa
 menjaga fasilitas cuci tangan sederhana yang sudah tersedia
dan selalu mengajak warga untuk mencuci tangan
 pelaksanaan penyemprotan desinfektan diharapkan dapat
terus dilakukan secara berkelanjutan untuk mengendalikan
penyebaran covid-19
70

Lampiran 1

BIODATA PESERTA

dr. Siti Fathiyah Sapsuha lahir di Sanana pada tanggal 07 November 1994.

Anak dari ayahanda tercinta Alm. Dr. M. Taher Sapsuha, M.Ag, dan Ibunda

tercinta Nurmala Kharie, S.Ag, M.Pd.

Jenjang pendidikan yang di tempuh :

1. TK Aisyiah Ternate 1998-1999

2. SD N Salero 1 Ternate, pada tahun 1999-2005

3. Mts N 427 Ternate, pada tahun 2005-2008

4. SMA Negeri 8 Ternate, pada tahun 2008-2011

5. Universitas Muhammadiyah Makassar, pada tahun 2011-2018

6. Pada tahun 2019pesertamengikuti tes online CPNS (Calon Pegawai Negeri

Sipil) yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sula.

Saat ini tercatat sebagai dokter ahli pertama CPNS di unit kerja UPTD

Puskesmas Fuata kecamatan Sulabesi Selatan.


71

Lampiran II

TESTIMONI TERKAIT KEGIATAN AKTUALISASI DAN HABITUASI


PENERAPAN KACO (KAMPUNG ANTI KORONA)

“Assalamualaikum wr, wb , nama saya susianti fokaaya, saya masyarakat desa


fuata , saya sangat senang ada gerakan cuci tangan dan penyemprotan
desinfektan di desa kami, kegiatan ini sangat bermanfaat, semoga dapat
diteruskan untuk mencegah corona didesa kami, terima kasih” – susianti
fokaaya“masyarakat desa fuata”

“Assalamualaikum wr, wb , saya jumadi julkifli S.KM selaku kepala puskesmas


fuata kecamatan sulabesi selatan dan sebagai mentor dari saudari dr. siti
fathiyah sapsuha, saya sangat mengapresiasi kegiatan aktualisasi habituasi
gerakan kampong antikorona atau yang disingkat KACO , yang telah
dilaksanakan dan berjalan dengan baik dan berdampak pada kesadaran
masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan dimasa pandemic. Harapan
saya dengan adanya kegiatan KACO ini dapat mengendalikan penyebaran virus
corona diwilayah kerja puskesmas fuata. Selamat dan sukses untuk dr. siti
fathiyah sapsuha, semoga menjadi ASN yang handal dan berintegritas. Sekian
wassalamualaikum wr. Wb” – jumadi julkifli (kepala puskesmas Fuata)

Anda mungkin juga menyukai