Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

UNIT OPERASI

MATERI : PENGERINGAN
Disusun oleh kelompok 2
1. Wildan Maulin ElMina (1803020005)
2. Dian Asykariyah Mauroh (1803020013)
3. Alan Maulana (1803020021)
4. Sheren Liana Saputri (1803020023)
5. Siska Febriani (1803020025)

LABORATORIUM UNIT OPERASI


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020-2021
I. TUJUAN
1. Mampu menyebut dan menjelaskan cara-cara kerja dari alat pengering
2. Mampu menjelaskan variabel-variabel operasi dalam pengeringan
3. Mampu merakit dan mengoperasikan alat percobaan
4. Mampu mengambil data-data secara benar dan mengolahnya
5. Membuat grafik hubungan antara moisture content zat padat dengan kecepatan
pengeringan (drying rate dari zat yang dikeringkan)
6. Dapat menentukan critical moisture content pada zat yang dikeringkan dalam
dryer

II. TEORI
Pengeringan (Drying) adalah suatu proses dimana terjadi perpindahan massa
dan perpindahan panas secara simultan dari suatu bahan ke lingkungannya.
Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan
sebagian air dari suatu bahan dengan penguapan melalui penggunaan energi
panas. Kandungan air tersebut dikurangi sampai batas tertentu sehingga
mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi didalamnya. Pengeringan (drying)
ini sendiri merupakan proses penghilangan sejumlah air dari material suatu
bahan tertentu. Dalam pengeringan ini, air dihilangkan dengan prinsip perbedaan
kelembaban antara udara pengering dengan bahan makanan yang akan dikeringkan.
Material ini biasanya dikontakkan dengan udara kering yang kemudian terjadi
perpindahan massa air dari material ke udara pengering (Winarno, 1993).
Cara pemisahaan air atau zat cair lain dari bahan padatan dapat
dilakukan dengan memeras zat cair tersebut secara mekanik hingga keluar airnya,
dengan pemisahan sentrifugal, atau dengan penguapan secara termal. Pemisahan zat
cair secara mekanik bertujuan untuk menurunkan kandungan air atau zat cair dari
suatu padatan sebelum mengumpankannya ke pengering panas. Kandungan zat
cair di dalam bahan yang dikeringkan berbeda dari satu bahan dengan bahan yang
lainnya. Bahan yang tidak mengandung zat cair / air sama sekali disebut kering
tulang. Namun pada umumnya, zat padat masih mengandung sejumlah kecil zat cair /
air (Krisna Riannanda, 2011).
Dalam beberapa kasus, air dihilangkan secara mekanik dari material padat
dengan cara dipress, sentrifugasi dan lain sebagainya. Cara ini lebih murah
dibandingkan pengeringan dengan menggunakan panas. Kandungan air dari bahan
yang sudah dikeringkan bervariasi bergantung dari produk yang ingin dihasilkan.
Misalnya garam kering mengandung 0,5% air, batu bara mengandung 4% air dan
produk makanan mengandung sekitar 5% air. Drying adalah suatu istilah yang
mengandung arti bahwa terdapat pengurangan kadar zat cair dari suatu nilai awal
menjadi suatu nilai akhir yang dapat diterima. Proses pengeringan terjadi melalui
penguapan air karena perbedaan tekanan dan potensial uap air antara udara dengan
bahan yang dikeringkan.
Penguapan kandungan air yang terdapat dalam bahan juga terjadi
karena adanya panas yang dibawa oleh media pengering itu sendiri yaitu udara. Uap
air tersebut akan dilepaskan dari permukaan bahan ke udara pengering.
Penguapan air dari bahan meliputi empat tahap yaitu :
1. Pelepasan ikatan dari bahan
2. Difusi air dan uap air ke permukaan bahan
3. Perubahan tahap menjadi uap air
4. Perpindahan uap air ke udara
Peristiwa yang terjadi selama proses pengeringan meliputi dua proses, yaitu
perpindahan panas dan perindahan massa. Perpindahan panas adalah suatu proses
pemberian panas pada bahan untuk menguapkan air dari dalam bahan atau proses
perubahan bentuk cair ke bentuk gas. Sedangkan perpindahan massa yaitu
pengeluaran massa uap air dari permukaan bahan ke udara.
Faktor utama yang mempengaruhi kecepatan pengeringan dari suatu bahan
pangan adalah sifat fisik dan sifat kimia suatu bahan, pengaturan
geometris bahan dalam pengering, sifat-sifat fisik dari lingkungan dan
karakteristik alat pengering. Sifat fisik dan kimia bahan meliputi bentuk,
ukuran, komposisi dan kadar airnya. Pengaturan geometris bahan berhubungan
dengan permukaan alat atau media perantara pemindah panas. Sifat-sifat fisik
lingkungan dan karakteristik pengering meliputi suhu, kelembaban, kecepatan udara
dan efisiensi pemindahan panas (Okos, et al, 1992).
Zat padat yang akan dikeringkan biasanya terdapat dalam berbagai bentuk
diantaranya flake, granule, crystal, powder, slab, ayau continuous sheet, dengan sifat
yang berbeda satu sama lain. Zat cair yang akan diuapkan itu mungkin terdapat pada
permukaan zat padat (misalnya drying kristal garam), bisa seluruhnya terdapat
didalam zat padat (pada pemisahan zat pelarut dari lembaran polimer), atau bisa juga
sebagian di luar dan sebagian di dalam zat padat (Christie J. Geankoplis,Transport
Process and Unit Operation, 1992).
III. Alat dan Bahan
Alat percobaan yang digunakan adalah alat pengering (tray dryer), alat
pemanas (electrical heater), timbangan, krus porselin lengkap dengan tutup, sendok
pengambil sampel, dan oven/ furnace.
Bahan atau sampel yang digunakan adalah buah papaya muda.

IV. Gambar Rangkaian Alat

V. Prosedur Percobaan
1. Disiapkan bahan yang akan dikeringkan.
2. Papaya muda dipotong dengan ukuran 10mm x 10mm x 2mm.
3. Bahan dimasukan kedalam tray yang sudah diperiksa dahulu kadar airnya.
4. Blower udara panas disiapkan, dan diukur flow rate udara panas.
5. Blower udara dimatikan terlebih dahulu, kemudian disambungkan kesumber
panas dengan tray dryer.
6. Operasi dilakukan dengan mengamati jumlah air yang menguap setiap
interval 3 menit atau 5 menit (percobaan dilakukan selama 120 menit).
7. Setelah percobaan berakhir hasil dari percobaan dianlisa dan diambil
kesimpulan.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
VII.1. Perhitungan Pengeringan
a. Kalibrasi suhu
T air T air
Temperatur mendidih (°C) es(°C)
T nyata 100 0
T alat 100 5

Kalibrasi suhu
120
100
f(x) = 0.95 x + 5
80 R² = 1
Series2
T nyata

60
Linear (Series2)
40
20
0
0 20 40 60 80 100 120
T terukur

Persamaan kalibrasi suhu yang didapat adalah y = 0.95x+5


b. Kadar air total pada sampel
Massa sampel basah = 0.46 gram
Massa sampel kering = 0.02 gram
( Massa sampel basah−Massa sampel kering)
Kadar air total = ×100%
Massa sampel basah
(0.46−0.02)
= ×100%
0.46
= 96%
c. Berat kering sampel (Wks)
Berat kering sampel (Wks) = massa basah × (1 - kadar air total)
= 0.46×(1-0.96)
= 0.02 gram
d. Kurva massa bahan kering terhadap waktu
(berat bahan kering−Wks)
Xt =
Wks
Berat bahan Xt
Waktu Temperatur Berat bahan kering
basah rata-rata (gr air/bahan
(min) (°C) (gram)
(gram) kering)
0 20 0.46 0.45 21.5
3 35 0.46 0.423 20.15
6 40 0.46 0.4 19
9 45 0.46 0.377 17.85
12 45 0.46 0.37 17.5
15 45 0.46 0.36 17
18 45 0.46 0.34 16
21 45 0.46 0.33 15.5
25 46 0.46 0.33 15.5
30 46 0.46 0.32 15
35 46 0.46 0.29 13.5
40 46 0.46 0.25 11.5
45 46 0.46 0.22 10
50 46 0.46 0.18 8
55 46 0.46 0.17 7.5
60 47 0.46 0.17 7.5
65 47 0.46 0.16 7
70 47 0.46 0.13 5.5
75 47 0.46 0.11 4.5
80 47 0.46 0.1 4
85 48 0.46 0.08 3
90 48 0.46 0.06 2
95 48 0.46 0.05 1.5
100 48 0.46 0.05 1.5
105 48 0.46 0.04 1
110 48 0.46 0.04 1
115 48 0.46 0.04 1
120 48 0.46 0.02 0
Berat bahan kering (gram) vs Waktu (min)
0.5
0.45
0.4
Berat bahan kering (gr)

0.35
0.3
0.25 Berat bahan kering (gram)
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Waktu (min)

Xt vs waktu
25

20
Xt (gr air/gr bahan kering)

15
Xt gr air/bahan kering
10

0
0 20 40 60 80 100 120 140
Waktu (min)

e. Kurva drying rate (Xt) terhadap moisture content


Moisture content (g Laju Pengeringan
waktu
air/g bahan kering) (g air/min)
0 21.5
3 20.15 0.45
6 19 0.416666667
9 17.85 0.405555556
12 17.5 0.333333333
15 17 0.3
18 16 0.305555556
21 15.5 0.285714286
25 15.5 0.24
30 15 0.216666667
35 13.5 0.228571429
40 11.5 0.25
45 10 0.255555556
50 8 0.27
55 7.5 0.254545455
60 7.5 0.233333333
65 7 0.223076923
70 5.5 0.228571429
75 4.5 0.226666667
80 4 0.21875
85 3 0.217647059
90 2 0.216666667
95 1.5 0.210526316
100 1.5 0.2
105 1 0.195238095
110 1 0.186363636
115 1 0.17826087
120 0 0.179166667

Laju Pengeringan (g air/min) vs Xt


0.5
0.45
0.4
0.35
0.3 Laju Pengeringan (g
air/min)
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 5 10 15 20 25
VI.2. Pembahasan
Pada percobaan pengeringan ini, digunakan alat pengeringan dengan tenaga
listrik dan bahan yang akan dikeringkan berupa buah papaya muda. Prinsip proses
pengeringan ini adalah penguapan air dari bahan ke udara yang disebabkan karena
adanya perbedaan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan.
Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat sampel dari buah papaya
muda sebanyak 50 buah sampel dengan ukuran 10mm x 10mm x 2mm. sampel-
sampel tersebut kemudian disusun di atas tray dengan rapi dan tidak bertumpuk.
Sebelum proses pengeringan, dryer tersebut terlebih dahulu di atur suhunya. Prinsip
kerja tray dryer adalah mengalirkan uap panas secara zig-zag ke arah tray atau rak
bertingkat dari bawah ke atas dengan menggunakan blower atau fan. Panas ini berasal
dari listrik , kumparan koil, dan steam.
Setelah suhu sesuai, tray yang berisi sampel dimasukkan ke dalam alat
pengeringan. Sampel diambil satu-persatu dengan selang waktu 3-5 menit hingga
120menit. Kemudian tiap sampel yang diambil ditimbang dengan neraca untuk
dihitung berat bahan kering, laju pengeringan, dan kadar airnya, setelah itu dibuat
grafik.
Dari grafik berat bahan kering vs waktu, dapat diketahui bahwa berat bahan
kering semakin menurun seiring dengan bertambahnya waktu pengeringan. Begitu
pula dengan grafik moisture content vs waktu, kadar air dalam bahan akan terus
menurun dengan bertambahnya waktu pengeringan hingga moisture content = 0
(bahan benar-benar kering). Hal ini menandakan bahwa pada menit ke-120 sudah
tidak ada air yang terkandung dalam sampel.
Sementara untuk grafik drying rate vs moisture content menunjukkan
penurunan yang tidak stabil. Ada kenaikan laju pengeringan saat Xt = 15. Hal ini
disebabkan karena ada beberapa factor kesalahan yaitu ada bahan yang berukuran
tidak seragam. Terlepas dari itu, semua grafik menunjukkan bahwa waktu
mempengaruhi proses pengeringan.
VII. KESIMPULAN
1. Prinsip kerja tray dryer adalah mengalirkan uap panas secara zig-zag ke arah
tray atau rak bertingkat dari bawah ke atas dengan menggunakan blower atau
fan. Panas ini berasal dari listrik , kumparan koil, dan steam.
2. Semakin lama waktu pengeringan, semakin kecil berat bahan sampel dan
kadar air yang terkandung dalam sampel
3. Laju pengeringan cenderung menurun seiring dengan berkurangnya nilai
moisture content.
DAFTAR PUSTAKA

Winarno, F.G. 1993. “Pangan dan Gizi, Teknologi dan Konsumen.” Jakarta : PT
Granedia Pustaka Utama.
Geankoplis, C.I. 1993. “Transport Process and Unit Opertion.” Boston : 2nd ed,
Allyn and Bacon, Inc.
Fadilah, dkk. 2010. “Pengaruh Metode Pengeringan Terhadap Kecepatan
Pengeringan Dan Kualitas Karagenan Dari Rumput Laut Eucheuma
Cottonii”. .” Yogyakarta : Jurusan Teknik Kimia FT Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai