Anda di halaman 1dari 121

KINERJA PEGAWAI PENGAWAS KETENAGAKERJAAN DI DINAS

TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI


PROVINSI SULAWESI UTARA

TESIS

Oleh
Donald Adolf Kolly
NIM. 19202101046

UNIVERSITAS SAM
RATULANGI PASCASARJANA
MANADO
2021
KINERJA PEGAWAI PENGAWAS KETENAGAKERJAAN DI DINAS
TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
PROVINSI SULAWESI UTARA

TESIS

Oleh
Donald Adolf Kolly
NIM. 19202101046

UNIVERSITAS SAM
RATULANGI PASCASARJANA
MANADO
2021

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Komisi Pembimbing TESIS menyetujui rencana


Pelaksanaan kegiatan dari mahasiswa berikut ini:

Nama Mahasiswa : Donald Adolf Kolly


NIM : 19202101046
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan
Jenis kegiatan yang : Komprehensif
disetujui dilaksanakan
Judul : Kinerja Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Di
Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi
Sulawesi Utara

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya.

Manado, Mei 2021

KOMISI PEMBIMBING KOORDINATOR


PROGRAM STUDI
Pembimbing I

Stefanus Sampe, S.Sos., Dr. Deysi Tampongangoy, S.Sos., M.Si


GradDipPubAdmin., MPubPol., PhD NIP. 198012102006042003
NIP. 197309122006041018

Pembimbing II

Dr. Johny P. Lengkong, SIP., MSi


NIP. 196905111995121001

ii
RINGKASAN
Kolly, Donald Adolf. 19202101046. Kinerja Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Di
Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara. Dibimbing oleh
Stefanus Sampe, S.Sos., GradDipPubAdmin., MPubPol., PhD dan Dr. Johny P.
Lengkong, SIP., MSi

Kinerja dapat diketahui dan diukur jika individu atau sekelompok karyawan
atau pegawai telah mempunyai kriteria atau standar keberhasilan tolak ukur yang
telah ditetapkan oleh organisasi. Oleh karena itu, jika tanpa tujuan dan target yang
ditetapkan dalam pengukuran, maka kinerja pada seseorang atau kinerja organisasi
tidak mungkin dapat diketahui bila tidak ada tolak ukur keberhasilannya. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisa dan mendeskripsikan kinerja pegawai pengawas di
Disnakertrasn Provinsi Sulawesi Utara. Metode yang digunakan yaitu deskriptif
kualitatif dengan fokus penelitian menggunakan indikator kualitas, kuantitas,
penggunaan waktu dan kerjasama. Analisis menggunakan reduksi data, display dan
verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja pegawai pengawas
Disnakertrans Provinsi Sulawesi Utara sangat baik meskipun terdapat beberapa
kendala dalam pelaksanaan tugas masing – masing yang diberikan.
Kata Kunci : Kinerja, Pengawas, Disnakertrans, Sulawesi Utara

ii
i
ABSTRACT
Kolly, Donald Adolf. 19202101046. Performance of Labor Inspector Employees at
the Office of Manpower and Transmigration of North Sulawesi Province.
Supervised by Stefanus Sampe, S.Sos., GradDipPubAdmin., MPubPol., PhD and Dr.
Johny P. Lengkong, SIP., MSi

Performance can be known and measured if an individual or group of


employees has criteria or benchmarks of success that have been established by the
organization. Therefore, if there are no goals and targets set in the measurement, it is
impossible for a person's performance or organizational performance to be known if
there is no measure of success. This study aims to analyze and describe the
performance of supervisory employees at the North Sulawesi Provincial
Disnakertrasn. The method used is descriptive qualitative with a research focus using
indicators of quality, quantity, use of time and cooperation. Analysis using data
reduction, display and data verification. The results showed that the performance of
the supervisory staff of the Department of Manpower and Transmigration of North
Sulawesi Province was very good even though there were several obstacles in the
implementation of each assigned task.

Keywords: Performance, Supervisors, Disnakertrans, North Sulawesi

i
v
PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini menyatakan bahwa:


1. Karya tulis ini (Tesis) adalah ASLI dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik magister, baik di universitas Sam Ratulangi
Manado maupun diperguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan merupakan penelitian saya
sendiri, tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan Tim Komisi Pembimbing dan
masukan Komisi Penguji.
3. Dalam karya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang di tulis/publikasikan
orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan
naskah disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, yang telah
diperoleh karena karya tulis ini, saya bersedia untuk menerima sanksi
akademik serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan
tinggi Universitas Sam Ratulangi.

Manado, Mei 2021

Donald Adolf Kolly

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Donald Adolf Kolly, lahir di Tondano Kabupaten


Minahasa pada tanggal 7 Januari 1973 yang merupakan anak kedua dari 3 bersaudara.
Penulis lahir dari pasangan suami istri Engelbert Kolly (Alm) dan Fietje Manuwus.
Penulis sekarang berdomisili di Kelurahan Ranowangko Lingkungan 2 Kecamatan
Tondano Timur Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri VI Tondano pada
tahun 1985 selanjutnya melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri I
Tondano lulus pada tahun 1988, Tahun 1991 lulus dari Sekolah Menengah Atas
Negeri Tondano selanjutnya melanjutkan pendidikan Strata Satu (S1) di Universitas
Sam Ratulangi Manado pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan lulus pada
tahun 2000 dan melanjutkan Strata Dua (S2) di Pascasarjana Universitas Sam
Ratulangi Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan peminatan Ilmu
Pemerintahan pada Tahun 2019.

Manado, Mei 2021

Donald Adolf Kolly

v
i
KATA PENGANTAR

Puji Tuhan, segala puji syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, atas segala karunia, kasih kemurahan dan kesempatan yang diberikan sehingga
tesis dengan judul “Kinerja Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan di Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara” dapat terselesaikan sebagai tugas
akhir dalam penyelesaian studi strata dua pada Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Pembangunan peminatan Manajemen Sumberdaya Pascasarjana
Universitas Sam Ratulangi Manado.
Oleh sebab itu, pada kesempatan ini, dengan penuh rasa hormat dan hati yang
tulus, penulis menyampaikan terima kasih pada komisi pembimbing Stefanus Sampe,
S.Sos., GradDipPubAdmin., MPubPol., PhD sebagai ketua komisi pembimbing dan
Dr. Jhony P. Lengkong, SIP., MSi sebagai anggota komisi pembimbing yang selalu
setia dan tulus membimbing penulis dan memberikan masukan serta arahan yang
sangat berguna dalam penulisan tesis ini. Serta kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, baik secara moral, material dan fasilitas kepada penulis.
Pada kesempatan ini pula dengan segala ketulusan dan kerendahan hati
disampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Ellen J. Kumaat, MSc, DEA sebagai Rektor Universitas Sam
Ratulangi Manado.
2. Prof. Dr. Ir. Markus T. Lasut, MSc sebagai Direktur Pascasarjana Universitas
Sam Ratulangi Manado.
3. Arthur Pinaria PhD selaku Wakil Direktur I Bidang Akademik
Kemahasiswaan dan Perencanaan Program Pascasarjana Universitas Sam
Ratulangi.
4. Dr. Ir. Eng. Pingkan Peggy Egam, ST., MT selaku Wakil Direktur II Bidang
Administrasi Umum dan Keuangan Program Pascasarjana Universitas Sam
Ratulangi Manado.
5. Dr. Deysi L. N. Tampongangoy, S.Sos., MSi selaku Koordinator Program
Studi Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan Pascasarjana Universitas Sam
Ratulangi.

v
ii
6. Dr. Drs. Burhan Niode, MA dan Dr. Daud M. Liando, S.IP, MSi selaku
komisi penguji.
7. Stefanus Sampe, S.Sos., GradDipPubAdmin., MpubPol., PhD selaku
Pembimbing Akademik
8. Seluruh dosen pengajar di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya
Pembangunan yang banyak membantu penulis selama kuliah dan dalam
penelitian.
9. Staf Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan, Ireyne O. Eman,
SE., MSi yang membantu penulis dalam pengurusan berkas-berkas untuk
penyelesaian studi.
10. Orang Tua, Istri dan Anak tersayang yang selalu memberikan dukungan doa
serta semangat dalam menyelesaikan studi.
11. Kepada semua teman- teman Angkatan 2019, khususnya bidang minat Ilmu
Pemerintahan terima kasih atas kebersamaan dan persaudaraan yang sudah
terjalin selama ini.
12. Civitas Akademika Universitas Sam Ratulangi dan semua pihak yang telah
membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak luput dari kekurangan dan kekeliruan
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan waktu. Oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang membangun dari
segala pihak untuk penyempurnaan tesis ini kedepan. Akhir kata penulis berharap
tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Pembangunan.

Manado, Mei 2021


Penulis

Donald Adolf Kolly

v
ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................................ii
RINGKASAN............................................................................................................iii
ABSTRACT.................................................................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN...................................................................................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................................................vi
KATA PENGANTAR…...........................................................................................vii
DAFTAR ISI..............................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar belakang Masalah.................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................5
C. Tujuan Penelitian...........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6
A. Penelitian Terdahulu......................................................................................6
B. Konsep Pengawasan.......................................................................................8
1. Definisi Pengawasan................................................................................8
2. Jenis - Jenis Pengawasan.........................................................................10
3. Fungsi Pengawasan.................................................................................12
C. Konsep Kinerja Pegawai................................................................................12
1. Pengertian Kinerja...................................................................................12
2. Standar Kinerja........................................................................................14
3. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai..............................15
4. Indikator Kinerja Pegawai.......................................................................18
5. Tujuan dan Sasaran Kinerja.....................................................................22
6. Langkah-Langkah Peningkatan Kinerja..................................................23
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................25
A. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................25
B. Desain Penelitian...........................................................................................25
C. Fokus Penelitian.............................................................................................25

i
x
D. Informan Penelitian........................................................................................26
E. Teknik Pengumpulan Data.............................................................................27
F. Teknik Analisis Data......................................................................................28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................29
A. Hasil Penelitian..............................................................................................29
1. Gambaran Umum Disnakertrans Provinsi Sulawesi Utara.....................29
2. Hasil wawncara........................................................................................68
B. Pembahasan...................................................................................................74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................82
A. Kesimpulan....................................................................................................82
B. Saran..............................................................................................................83
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................85
Lampiran – Lampiran
 Pedoman Wawancara

 Nota Pemeriksaan

 Daftar Informan

 Dokumentasi

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menjamin dan

menjaga terlaksananya suatu program agar dapat terwujud dengan efektif. Setiap

instansi baik pemerintah maupun swasta memiliki program – program untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dimana agar tujuan tercapai harus dilakukan

pengawasan yang berfungsi agar seluruh program yang ditetapkan berjalan searah

sesuai dengan yang telah ditentukan. Proses pengawasan pada dasarnya menjadi

strategi yang difokuskan pada perbaikan proses dengan kualitas kinerja masing –

masing pekerja pada suatu instansi yang ingin memajukan dan suksesnya tugas yang

diberikan dimana berusaha agar setiap langkah yang diambil dapat berjalan.

Pengawasan menjadi suatu proses monitoring yang dilaksanakan agar supaya apa

yang dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Apabila tidak maka harus

dilakukan perbaikan dan penyesuain agar mencapai hasil maksimal.

Dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan maka diperlukan kelompok

ataupun perorangan yang dapat menjalan program pengawasan tersebut, dalam

pengawasan dibutuhkan pengawas, dimana menjadi pengawas, memiliki tugas yang

diembankan kepada kelompok ataupun individu tersebut. Proses pengawasan yang

dilakukan oleh pengawas di berbagai instansi, dimaksudkan untuk memperbaiki

ataupun meningkatkan kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan berhubungan erat

dengan kinerja pegawai dalam hal ini kinerja pengawas. Kinerja pengawas yang

merupakan pegawai ditunjukkan menjalankan tugas dengan kualitas pelayanan yang

1
diberikan kepada pelanggan dimana kinerja menjadi suatu kemampuan pegawai

dalam melakukan keahlian tertentu. Kinerja sangat dibutuhkan dikarenakan dengan

kinerja akan diketahui seberapa besar kemampuan pegawai dalam melaksanakan

tugas yang dibebankan kepadanya. Kinerja pegawai merupakan suatu wujud kerja

yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian kerja yang dilakukan oleh pegawai

atau karyawan dalam suatu perusahaan ataupun organisasi. Kinerja merupakan suatu

hal yang penting dimana kinerja mencakup sikap mental dan perilaku seseorang yang

memandang pekerjaan sebagai suatu hal yang istimewa yang dalam pelaksanaan

harus berkualitas dan lebih baik dari sebelumnya. Kinerja pegawai atau karyawan

sangat membantu organisasi atau perusahaan dalam meraih tujuan jangka pendek

maupun jangka panjang dan sebagai tujuan akhir dan merupakan cara berbagai

pemimpin untuk memastikan bahwa aktivitas pegawai dan output yang dihasilkan

sesuai dengan tujuan organisasi. Kinerja pegawai atau karyawan merupakan hasil

kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan

kepadanya untuk mencapai target kerja. Pegawai atau karyawan dapat bekerja dengan

baik bila memiliki kinerja yang tinggi sehingga dapat menghasilkan kerja yang baik.

Kinerja pegawai merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perusahaan atau

organisasi dalam mencapai tujuannya. Untuk itu kinerja dari para pegawai atau

karyawan harus mendapat perhatian dari para pimpinan organisasi atau perusahaan,

sebab menurunnya kinerja dari pegawai atau karyawan dapat mempengaruhi kinerja

organisasi atau perusahaan secara keseluruhan.

Kinerja pegawai berpengaruh pada instansi dalam melaksanakan melaksanakan

tugas dan mencapai tujuannya, dikarenakan pegawai merupakan penggerak instansi.

2
Baik buruknya kinerja pegawai gambaran baik buruknya pelayanan suatu instansi

ataupun lembaga. Instansi atau lembaga pemerintah, ketika kinerja pegawai dalam hal

menunjukkan tingkat respon terhadap kebutuhan dan keluhan masyarakat rendah

maupun tinggi, maka hal tersebut menjadi penilaian terhadap kinerja pegawai

pengawas dan instansi secara keseluruhan. Salah satu instansi yang melaksanakan

pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan kinerja yang tinggi yaitu Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara.

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara merupakan

lembaga pemerintah yang berfungsi untuk membina, mengendalikan dan mengawasi

bidang ketenagakerjaan dan memberikan pelatihan bagi calon – calon pekerja agar

memiliki keahlian khusus sesuai dengan permintaan para pencari kerja dan

memberikan kesempatan kerja secara luas serta meningkatkan pelayanan penempatan

tenaga kerja serta memberikan informasi pasar kerja dan bursa kerja.

Salah satu tugas yaitu mengawasi program ketenagakerjaan dan transmigrasi,

tentunya Disnakertrans Provinsi Sulawesi Utara memerlukan pengawas – pengawas

yang nantinya akan melaporkan hasil pengawasan kepada pimpinan Disnakertrans

Provinsi Sulawesi Utara. Untuk menunjang hal tersebut, maka melalui Undang-

Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah maka semua urusan

pengawasan ketenagakerjaan yang ada di kabupaten kota ditarik menjadi urusan

pemerintah provinsi dan sejak tahun 2017 semua pengawas ketenagakerjaan yang ada

di kabupaten/kota ditarik menjadi pegawai pengawas ketenagakejaan provinsi.

Melalui bidang pengawasan tersebut, maka secara otomatis satuan pengawas yang

terdiri dari pegawai – pegawai yang memiliki komptensi dalam bidang pengawasan.

3
Para pengawas dituntut untuk melaksanakan tugas yang telah diembankan

kepada para pengawas, Hal tersebut tentunya berpengaruh pada kinerja para

pengawas tersebut. Pengawas ketenagakerjaan tentunya memiliki tantangan

tersendiri dalam menjalankan tugas, selain berhubungan dengan baru bergabungnya

pegawai pengawas ketenagakerjaan di kabupaten/kota tetapi bagaimana

mengupayakan agar kinerja dalam hal ini kualitas pelayanan kepada masyarakat

semakin baik dalam pelayanan. Dimana pelayanan yang dilakukan para pengawas

tersebut berkaitan dengan kualitas pengawas dalam menjalankan tugas. Kualitas para

pengawas menjadi tumpuan dalam pelayanan disnakertrans khususnya bidang

pengawasan. Tidak dapat dipungkiri juga, dengan baru bergabungnya pegawai

pengawasan ketenagakerjaan, tentunya bayak pekerjaan yang lebih harus difokuskan.

Hal tersebut tentunya mempengaruhi beban pekerjaan yang harus dijalankan. Dalam

menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan tidak lepas dari jumlah beban

pekerjaan serta bagaimana para pengawas memanfaatkan waktu yang tersedia harus

dieksekusi secara cepat dan tepat. Untuk menjalankan jumlah pekerjaan yang

banyak, maka perlu dilakukan secara bersama yang bertujuan untuk mempercepat

tujuan yang ditetapkan tentunya dengan tetap menjaga kualitas pekerjaan.

Berdasarkan pemaparan permasalahan yang dihadapi oleh pegawai pengawas

yang berada di Disnakertrans Provinsi Sulawesi Utara, diketahui bahwa kinerja

pegawai pengawas akan mempengaruhi pekerjaan yang akan dijalankan. Oleh sebab

itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

kinerja pegawai pengawas yang ke dalam tesis yang berjudul “Kinerja Pegawai

Pengawas Ketenagakerjaan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi

Sulawesi Utara”.
4
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kinerja pegawai

pengawas ketenagakerjaan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi

Sulawesi Utara?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah diuraikan

diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisa kualitas kerja Pengawas Ketenagakerjaan di Dinas Tenaga Terja

dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara.

2. Menganalisa kuantitas kerja Pengawas Ketenagakerjaan di Dinas Tenaga

Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara.

3. Menganalisa pemanfaatan waktu pekerjaan Pengawas Ketenagakerjaan di

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara.

4. Menganalisa kerjasama tim pengawas ketenagakerjaan di Dinas Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik

secara teoritis keilmuan maupun secara praktis yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya tentang kinerja pegawai.

b. Menambah literature bahan kajian dalam meningkatkan kinerja pegawai.

5
2. Secara Praktis

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan untuk meningkatkan

kinerja pegawai khususnya di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi

Sulawesi Utara.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi acuan penulis dalam melaksanakan penelitian

yang bertujuan untuk memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian

yang dilakukan.

No Penulis Judul
Hasil Penelitian
1 Gunawan P, Kinerja Relawan Penelitian ini bertujuan menganalisa
Pati B, Demokrasi Dalam kinerja relawan demokrasi dalam
Sampe S. Pendidikan memberikan pendidikan pemilih.
2019 Pemilihan Umum Menggunakan deskriptif kualitatif
Legislatif Di Informan relawan demokrasi dipilih
Kabupaten Bolaang secara random sampling atau secara
Mongondow Tahun acak di masing-masing basis pemilih.
2019 Hasil penelitian ini menunjukkan
kinerja belum optimal di tinjau dari
aspek Kualitas, Kuantitas, Efektivitas
Biaya, Ketepatan Waktu, Kebutuhan
akan Pengawasan, dan Hubungan antar
Personal karena faktor ketrampilan,
pengetahuan, pengalaman yang dimiliki
relawan demokrasi mempengaruhi
kinerja relawan demokrasi ketika
memberikan edukasi atau pendidikan
kepada pemilih.
PERSAMAAN : Kedua penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi kinerja
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan hasil penelitian menunjukkan
bahwa kinerja masih belum optimal.

PERBEDAAN : Informan penelitian penelitian yang dahulu yang dipakai


menggunakan random sampling sedangkan penelitiaan saat ini menggunakan
purposive sampling. Penelitian ssat ini tidak menggunakan indikator efektivitas
biaya, kebutuhan pengawasan dan hubungan antar personal.

7
2 Kolomban Kinerja Komisi
Tujuan penelitian untuk mengetahui
G.A, Pemilihan Umum
kinerja KPUD dalam penyususnan
Liando D, Daerah Dalamdaftar pemilih tetap di Kabupaten
Sampe S, Penyususnan Daftar
Minahasa menggunakan metode
2019 Pemilih Teap Pada
deskriptif kualitatif yang menunjukkan
Pemilihan Kepala
hasil bahwa dari empat indikator
Daerah Kabupaten
penelitian, indikator penggunaan waktu
Minahasa Tahun
yang dilakukan oleh KPUD dapat
2018 dimanfaatkan sebaik mungkin yaitu
dalam kurun waktu enam bulan.
PERSAMAAN : Kedua penelitian menganalisa kinerja menggunakan metode
deskriptif kualitatif.

PERBEDAAN : Informan yang digunakan pada penelitian terdahulu berbeda


jumlah dengan penelitian yang sekarang. Selanjutnya penelitian difokuskan pada
kinerja KPUD (instansi) sedagkan penelitian saat ini di fokuskan pada kinerja
individu pegawai dalam hal ini pengawas.

3 Kadir SY, Efektifitas Kinerja


Tujuan penelitian untuk melihat
Kaawoan J, Pegawai Di Badan
seberapa efektif kinerja pegawai di
Lengkong J Kesatuan Bangsa
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
2017 dan Politik Provinsi
Provinsi Maluku Utara. Metode yang
Maluku Utara digunakan metode deskriptif kualitatif
dimana hasil penelitian menunjukkan
bahwa kinerja pegawai memili hasil
pencapaian yang baik, yaitu mencapai
target yang ditentukan.
PERSAMAAN : Kedua menggunakan metode deskriptif kualitatif.

PERBEDAAN : Penelitian terdahulu difokuskan tentang seberapa eketif kinerja


pegawai sedangkan pada penelitian difokuskan pada kinerja pegawai dalam hal ini
pegawai pengawas.

B. Konsep Pengawasan

1. Definisi Pengawasan

Pengawasan adalah segenap kegiatan untuk meyakinkan dan menjamin bahwa

tugas/pekerjaan telah dilakukan sesuai dengan rencana yang telah

8
ditetapkan.Kebijaksanaan yang telah digariskan dan perintah (aturan) yang diberikan

(Siagian, 2003). Untuk menjamin agar semua pekerjaan yang telah diberikan oleh

pimpinan kepada bawahannya dapat berjalan sesuai menurut rencana, maka seorang

pimpinan tersebut harus memiliki kemampuan untuk memandu, menuntut,

membimbing, memotivasi, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi

yang baik, sumber pengawasan yang baik, serta membawa pengikutnya kepada

sasaran yang hendak dituju sesuai ketentuan, waktu dan perencanaan (Kartono,

2002).

Dengan kata lain pengawasan adalah suatu kegiatan yang harus dilaksanakan

untuk menilai dan mengetahui apakah suatu kegiatan yang dilaksanakan sesuai

dengan prosedur yang telah ditetapkan. Kadarman (2001), pengawasan adalah suatu

upaya yang sistematis untuk menetapkan kinerja standar pada rencana untuk

merancang sistem umpan balik informasi untuk menetapkan apakah telah terjadi

suatu penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan tersebut, serta untuk

mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua

sumber daya yang telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai

tujuan organisasi. Jadi dalam setiap kegiatan yang akan diselenggarakan, pengawasan

selalu dibutuhkan. Dengan adanya pengawasan yang baik diharapkan rencana atau

tujuan yang telah ditetapkan akan dapat terjadi dengan cara yang efektif dan efisien.

Karena melalui pengawasan diusahakan agar setiap tindakan atau perbuatan tidak

menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang ada.

Selanjutnya Handoko (2003), mengatakan bahwa pengawasan adalah proses

untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai.

9
Pengawasan merupakan elemen tugas-tugas manajerial dan ia mencakup tindakan

pengukuran dan perbaikan (koreksi) performa pihak yang diawasi guna memastikan

bahwa sasaran-sasaran, instruksi yang dikeluarkan dilaksanakan secara efisien dan

berjalan lancar. Manullang (2002), menegaskan bahwa pengawasan diartikan sebagai

suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya

dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai

dengan rencana semula.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan pengawasan adalah proses untuk

memperoleh informasi tentang permasalahan – permasalahan yang terjadi dalam

suatu organisasi yang bertujuan untuk diperbaiki sebagai tugas dan tanggungjawab

pemimpin organisasi serta melaksanakan tindakan untuk memperbaiki agar organisasi

berjalan sesuai dengan visi dan misi secara efektif dan efisisen seperti sebagaimana

semeststinya.

2. Jenis-jenis Pengawasan

Jenis – jenis pengawasan terdiri dari beberapa jenis disesuaikan dengan

pelaksanaannya.

1) Menurut Waktu Pelaksanaan

1. Setelah kegiatan

Pengawasan ini disebut juga evaluasi. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui

hasil kerja dari setiap anggota kelompok dan untuk mengetahui kesalahan

yang terjadi agar kesalahan-kesalahan itu tidak berulang dimasa yang akan

datang.

10
2. Pada saat kegiatan
Pengawasan ini lebih bersifat kontrol. Pengawasan ini lebih bertujuan untuk

memberikan pengarahan-pengarahan untuk memperbaiki kinerja para

anggota.

2) Menurut Cara Pelaksanaan

1) Secara Langsung

a) Melakukan pemeriksaan atau vervikasi

b) Dengan latar belakang tertentu, seperti ada dugaan penyimpangan atau

karena ada kejadian penting seperti pergantian kepengurusan

2) Secara tidak langsung

a) Melakukan review, yaitu mengawasi apa saja yang telah terjadi pada satu

organisasi

b) Rutin, yaitu pelaksanaan pengawasan itu sendiri sudah diagendakan

sebelumnya.

3) Menurut Subyek Pelaksanaannya

1) Pengawasan melekat. Yaitu pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung

yang memiliki kekuatan (power) dilakukan secara terus menerus agar tugas-

tugas bawahan dapat dilaksanakan efektif dan efisien.

2) Pengawasan Fungsional. Pengawasan yang dilaksanakan oleh pihak yang

memahami substansi kerja objek yang diawasi dan ditunjuk khusus untuk

melakukan audit independent terhadap objek yang diawasi.

3) Pengawasan Masyarakat. Yaitu pengawasan yang dilakukan masyarakat pada

negara sebagai bentuk social control terhadap penyelenggaraan pemerintahan

11
yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan masyakat negara yang

demokratis.

4) Pengawasan Legislatif. Pengawasan ini dilakukan oleh DPR/DPRD sebagai

lembaga legislatif yang bertugas mengawasi kinerja pemerintah.

3. Fungsi Pengawasan

Menurut Belkoui, yang dikutip oleh Harahap (2000), adapun fungsi pengawasan

pada dasarnya mencakup 4 unsur, yaitu :

1) Penetapan standar pelaksana.

2) Penentuan ukuran-ukuran pelaksana.

3) Pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingkan dengan standar yang

telah ditetapkan.

4) Mengambil tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang

dari standar.

Pada hakekatnya fungsi pengawasan adalah mengontrol jalannya suatu prosedur

kegiatan, dan menjadi pengarah agar tidak terjadi kekeliruan dan berjalan sesuai

rencana yang telah ditetapkan.

C. Konsep Kinerja Pegawai

1. Pengertian Kinerja

Kinerja (Performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,

misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.

Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan

individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau

12
kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.

Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujaun atau target-target tertentu yang hendak

dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin

dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya (Mahsun 2006).

Mangkunegara (2012) kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut Wibowo (2011) Kinerja

berasal dari pengertian performance. Ada pula yang memberikan pengertian

performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja

mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk

bagaimana proses pekerjaan berlangsung. Riani (2013) kinerja adalah job

performance / kinerja adalah tingkat produktivitas seorang karyawan, relatif pada

rekan kerjanya, pada beberapa hasil dan perilaku yang terkait dengan tugas. Kinerja

dipengaruhi oleh variabel yang terkait dengan pekerjaan meliputi role-stress dan

konflik kerja / non-kerja.

Menurut Afandi (2018) Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh

seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan

tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan organisasi secara illegal,

tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral dan etika. Sementara

menurut Simanjuntak (2010), kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan

tugas tertuntu.Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka

mewujudkan tujuan perusahaan. Manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang

dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja

13
masing-masing individu dan kelompok kerja perusahaan tersebut. Konsep kinerja

merupakan singkatan dari kinetika energi kerja yang padanannya dalam bahasa inggris

performance. Istilah performance sering di Indonesiakan sebagai performa. Kinerja

adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu profesi

dalam waktu tertentu.

Berdasarkan definisi – definisi yang dijelaskan diatas, ditarik kesimpulan bahwa

kinerja merupakan hasil kerja berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya dalam

mencapai hasil kerja baik dari segi kualitas maupun kuantitas yang didasarkan pada

kecerdasan spiritual, intelegensia dan emosional dapat juga dikatakan bahwa kinerja

merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seseorang pegawai sesuai dengan pekerjaan

yang diberikan kepadanya dalam waktu tertentu. Kinerja juga merupakan perwujudan

kerja yang dilakukan oleh pegawai yang biasanya digunakan sebagai dasar penilaian

terhadap pegawai atau organisasi.Kinerja yang baik merupakan suatu langkah utama

untuk menuju tercapainya suatu tujuan organisasi.

2. Standar Kinerja

Standar kinerja yang baik menurut Sedarmayanti (2016) memiliki kriteria yaitu:

1) Dapat dicapai: sesuai dengan usaha yang dilakukan pada kondisi yang

diharapkan.

2) Ekonomis: biaya rendah/wajar, dikaitkan dengan kegiatan yang dicakup.

3) Dapat diterapkan: sesuai kondisi yang ada. Jika terjadi perubahan kondisi,

harus dibangun standar yang setiap saat dapat disesuaikan dengan kondisi

yang ada.

14
4) Konsisten: akan membantu keseragaman komunikasi dan operesi

keseluruhann fungsi organisasi.

5) Menyeluruh: menckup semua aktivitas yang saling berkaitan.

6) Dapat dimengerti: diekspresikan dengan mudah jelas untuk menghindari

kesalahan komunikasi/kekaburan, instruksi yang digunakan harus spesifik dan

lengkap.

7) Dapat diukur: harus dapat dikomunikasikan dengan presisi.

8) Stabil: harus memiliki jangka waktu cukup untuk memprediksi dan

menyediakan usaha yang akan dilakukan.

9) Dapat diadaptasi: harus didesain sehingga elemen dapat ditambah, dirubah,

dan dibuat terkini tanpa melakukan perubahan pada seluruh struktur.

10) Legitimasi: secara resmi disetujui.

3. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai

Menurut William Stern (Mangkunegara, 2009) mengatakan bahwa faktor yang

mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor

motivasi (motivation), yaitu :

1) Faktor Kemampuan (Ability). Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri

dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill).

Artinya, pimpinan dan pegawai yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-

120) apalagi IQ superior, very superior, gifted dan genius dengan pendidikan

yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan

sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.

15
2) Faktor Motivasi (Motivation). Motivasi diartikan suatu sikap (attitude)

pimpinan dan pegawai terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan organ

isasinya. Mereka yang bersikap positif (pro) terhadap situasi kerjanya akan

menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap

negatif (kontra) terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja

yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan

kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan

kerja dan kondisi kerja.

Sepenndapat dengan Stern, Mahmudi (2005) menjelaskan bahwa faktor – faktor

yang mempengaruhi kinerja pegawai, yaitu :

1) Faktor personal (Individu), meliputi: Pengetahuan, kemampuan, kepercayaan

diri, motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.

2) Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan,

semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan pimpinan atau team leader.

3) Faktor team, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh

rekan satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, keserataan dan

kekompakan anggota tim.

4) Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja, atau infrastruktur yang

diberikan organisasi, proses organisasi dan kultur kerja dalam organisasi.

Terdapat beberapa pendapat yang mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja pegawai. Menurut Moorhead dan Chung/Megginson, dalam Sugiono (2009)

kinerja pegawai dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ;

16
1) Kualitas Pekerjaan (Quality of Work)

Merupakan tingkat baik atau buruknya sesuatu pekerjaan yang diterima bagi

seorang pegawai yang dapat dilihat dari segi ketelitian dan kerapihan kerja,

keterampilan dan kecakapan.

2) Kuantitas Pekerjaan (Quantity of Work)

Merupakan seberapa besarnya beban kerja atau sejumlah pekerjaan yang

harus diselesaikan oleh seorang pegawai. Diukur dari kemampuan secara

kuantitatif didalam mencapai target atau hasil kerja atas pekerjaan-pekerjaan

baru.

3) Pengetahuan Pekerjaan (Job Knowledge)

Merupakan proses penempatan seorang pegawai yang sesuai dengan

background pendidikan atau keahlian dalam suatu pekerjaan. Hal ini ditinjau

dari kemampuan pegawai dalam memahami hal-hal yang berkaitan dengan

tugas yang mereka lakukan.

4) Kerjasama Tim (Teamwork)

Melihat bagaimana seorang pegawai bekerja dengan orang lain dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan. Kerjasama tidak hanya sebatas secara vertikal

ataupun kerjasama antar pegawai, tetapi kerjasama secara horizontal

merupakan faktor penting dalam suatu kehidupan organisasi yaitu dimana

antar pimpinan organisasi dengan para pegawainya terjalin suatu hubungan

yang kondusif dan timbal balik yang saling menguntungkan.

5) Kreatifitas (Creativity)

Merupakan kemampuan seorang pegawai dalam menyelesaikan pekerjaannya

17
dengan cara atau inisiatif sendiri yang dianggap mampu secara efektif dan

efisien serta mampu menciptakan perubahan-perubahan baru guna perbaikan

dan kemajuan organisasi.

6) Inovasi (Inovation)

Kemampuan menciptakan perubahan-perubahan baru guna perbaikan dan

kemajuan organisasi.Hal ini ditinjau dari ide-ide cemerlang dalam mengatasi

permasalahan organisasi.

7) Inisiatif (initiative)

Melingkupi beberapa aspek seperti kemampuan untuk mengambil langkah

yang tepat dalam menghadapi kesulitan, kemampuan untuk melakukan

sesuatu pekerjaan tanpa bantuan, kemampuan untuk mengambil tahapan

pertama dalam kegiatan.

4. Indikator Kinerja Pegawai

Menurut Pasolong (2010) pengukuran kinerja pegawai penting dilakukan oleh

instansi pelayanan publik.Dengan mengetahui kelemahan dan kelebihan, hambatan

dan dorongan, atau berbagai faktor sukses bagi kinerja pegawai serta institusi maka

terbukalah jalan menuju profesionalisasi, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan

yang dilakukan selama ini. Mahsun (2006) adalah indikator masukan (input) adalah

segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan agar dapat berjalan untuk

menghasilkan keluaran. Indikator ini dapat berupa dana, sumber daya manusia,

informasi, dan kebijakan, atau peraturan perundang-undangan. Indikator keluaran

(outputs) adalah sesuatu yang dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan

atau non fisik. Indikator hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya pengeluaran kegiatan pada jangaka menengah (efek langsung).


18
Indikator manfaat (benefits) adalah sesuatu yang yang terkait dengan tujuan akhir dari

pelaksanaan kegiatan. Indikator dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan

baik positif maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang

ditetapkan. Terdapat berbagai teori mengenai indikator kinerja pegawai. Salah

satunya indikator kinerja pegawai Fadel (2009) mengemukakan beberapa indikator

yang digunakan untuk mengukur kinerja pegawai yaitu :

1) Pemahaman atas tupoksi

Dalam menjalankan tupoksi, bawahan harus terlebih dahulu paham tentang

tugas pokok dan fungsi masing-masing serta mengerjakan tugas sesuai dengan

apa yang menjadi tanggung jawabnya.

2) Inovasi

Memiliki inovasi yang positif dan menyampaikan pada atasan serta

mendiskusikanya pada rekan kerja tentang pekerjaan.

3) Kecepatan kerja

Dalam menjalankan tugas kecepatan kerja harus diperhatikan dengan

menggunakan mengikuti metode kerja yang ada.

4) Keakuratan kerja

Tidak hanya cepat, namun dalam menyelesaikan tugas karyawan juga harus

disiplin dalam mengerjakan tugas dengan teliti dalam bekerja dan melakukan

pengecekan ulang

5) Kerjasama

Kemampuan dalam bekerjasama dengan rekan kerja lainya seperti bisa

menerima dan menghargai pendapat orang lain.

19
Menurut T.R. Michel dalam Rizky (2001) indikator kinerja meliputi :

1) Kualitas pelayanan (Quality of work), yaitu kualitas pekerjaan yang dihasilkan

dapat memuaskan bagi penggunanya atau tidak, sehingga hal ini dijadikan

sebagai standar kerja.

2) Komunikasi (Communication), yaitu kemampuan pegawai dalam

berkomunikasi dengan baik kepada konsumen.

3) Kecepatan (Promptness), yaitu kecepatan bekerja yang diukur oleh tingkat

waktu, sehingga pegawai dituntut untuk bekerja cepat dalam mencapai

kepuasan dan peningkatan kerja.

4) Kemampuan (Capability), yaitu kemampuan dalam melakukan pekerjaan

semaksimal mungkin.

5) Inisiatif (Intiative), yaitu setiap pegawai mampu menyelesaikan masalah

pekerjaannya sendiri agar tidak terjadi kemandulan dalam pekerjaan.

Menurut Afandi (2008), indikator – indikator kinerja pegawai adalah sebagai

berikut:

1) Kuantitas hasil kerja

Segala macam bentuk satuan ukuran yang berhubungan dengan jumlah hasil

kerja yang bisa dinyatakan dalam ukuran angka atau padanan angka lainnya.

2) Kualitas hasil kerja

Segala macam bentuk satuan ukuran yang berhubungan dengan kualitas atau

mutu hasil kerja yang dapat dinyatakan dalam ukuran angka atau padanan

angka lainnya.

3) Efesiensi dalam melaksanakan tugas

Berbagai sumber daya secara bijaksana dan dengan cara yang hemat biaya.
20
4) Disiplin kerja

Taat kepada hokum dan peraturan yang berlaku .

5) Inisiatif

Kemampuan untuk memutuskan dan melakukan sesuatu yang benar tanpa

harus diberi tahu, mampu menemukan apa yang seharusnya dikerjakan

terhadap sesuatu yang ada di sekitar, berusaha untuk terus bergerak untuk

melakukan beberapa hal walau keadaan terasa semakin sulit.

6) Ketelitian

Tingkat kesesuaian hasil pengukuran kerja apakah kerja itu udah mencapai

tujuan apa belum.

7) Kepemimpinan

Proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada

pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

8) Kejujuran

Salah satu sifat manusia yang cukup sulit untuk diterapkan.

9) Kreativitas

Proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau yang melibatkan

pemunculan gagasan.

Indikaor kinerja pegawai menurut John Miner (1998), menyampaikan bahwa

kinerja pegawai dapat dilihat dari beberapa aspek yang terdiri dari:

1) Kualitas kerja, menerangkan tentang jumlah kesalahan, waktu dan ketepatan

dalam melaksanakan tugas

2) Kuantitas yang dihasilkan, berkenaan dengan jumlah produk atau jasa yang

21
dihasilkan.

3) Waktu kerja, menerangkan tentang jumlah absen, keterlambatan sertalama

pekerjaan yang dilaksanakan.

4) Kerjasama, yaitu tentang hubungan individu saling membantu atau

menghambat pekerjaan rekan sekerja.

Terdapat berbagai teori dalam Indikator kinerja dan yang digunakan dalam dalam

penelitian ini adalah ndicator menurut John Miner. Pemilihan ini dipertimbangkan

karena ndicator kinerja sangat beragam tergantung dari aspek tertentu yang diukur,

kualitas dan kuantitas produk, barang atau jasa yang dihasilkan, kinerja organisasi

ataupun kinerja proses dan cara pengukuran sehingga peneliti menganggap bahwa

ndicator kinerja menurut John Miner adalah teori yang paling cocok digunakan dalam

penelitian ini.

5. Tujuan dan Sasaran Kinerja

Tujuan kinerja menurut Wibowo (2011) adalah menyesuaikan harapan kinerja

individual dengan tujuan organisasi. Kesesuaian antara upaya pencapaian tujuan

individu dengan tujuan organisasi akan mampu mewujudkan kinerja yang baik.

Menurut Wibowo (2010) ada beberapa tingkatan tujuan antara lain:

1) Corporate level merupakan tingkatan dimana tujuan dihubungkan dengan

maksud dan nilai-nilai dan rencana strategis dari organisasi secara menyeluruh

untuk di capai.

2) Senior manajemen level merupakan tingkatan dimana tujuan pada tingkat ini

mendefinisikan kontribusi yang diharapkan dari tingkat manajemen senior

untuk mencapai tujuan organisasi.

22
3) Business-unit, functional atau departement level merupakan tingkatan dimana

tujuan pada tingkatan ini dihubungkan dengan tujuan organisasi, target dan

proyek yang harus diselesaikan oleh unit bisnis, fungsi atau depertemen.

4) Team level merupakan tingkatan dimana tujuan tingkat tim dihubungkan

dengan maksud dan akuntabilitas tim, dan kontribusi yang diharapkan dari

tim.

5) Individual level yaitu tingkatan dimana tujuan dihubungkan pada akuntabilitas

pelaku, hasil utama, atau tugas pokok yang mencerminkan pekerjaan

individual dan fokus pada hasil yang diharapkan untuk dicapai dan

kontribusinya pada kinerja tim, depertemen atau organisasi.

Menurut Mangkunegara (2009:20), adapun bagi para pegawai, tujuan

pelaksanaan manajemen kinerja adalah:

1) Membantu para pegawai untuk mengerti apa yang seharusnya mereka

kerjakan dan mengapa hal tersebur dikerjakan serta memberikan kewenangan

dalam mengambil keputusan.

2) Memberikan kesempatan bagi para pegawai untuk mengembangkan keahlian

dan kemampuan baru.

3) Pegawai memperoleh pemahaman yang baik mengenai pekerjaan dan

yanggung jawab kerja mereka.

6. Langkah-Langkah Peningkatan Kinerja

Dalam rangka peningkatan kinerja, menurut Mangkunegara (2009) adapun

langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut :

1) Mengetahui adanya kekurangan dalam kinerja. Dapat dilakukan melalui 3

cara yaitu:
23
a) Mengidentifikasi masalah melalui data dan informasi yang dikumpulkan

terus-menerus mengenai fungsi-fungsi organisasi /bisnis.

b) Mengidentifikasikan masalah melalui pegawai/karyawan.

c) Memperhatikan masalah yang ada.

2) Mengenai kekurangan dan tingkat keseriusan

Untuk memperbaiki keadaan tersebut, diperlukan beberapa informasi, antara

lain:

a) Mengidentifikasikan masalah secepat mungkin.

b) Menentukan tingkat keseriusan masalah dengan mempertimbangkan.

3) Harga yang harus dibayar bila tidak ada kegiatan

4) Harga yang harus dibayar bila ada campur tangan dan penghematan yang

diperoleh apabila ada penutupan kekurangan kinerja

5) Mengidentifikasikan hal-hal yangn mungkin menjadi penyebab kekurangan,

baik yang berhubungan dengan sistem maupun yang berhubungan dengan

pegawai itu sendiri.

6) Mengembangkan rencana tindakan untuk menanggulangi penyebab

kekurangan tersebut.

7) Melakukan rencana tindakan tersebut.

8) Melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah teratasi atau belum.

9) Mulai dari awal apabila diperlukan

24
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi

Sulawesi Utara.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama 3 bulan yang dimulai pada Bulan November 2020 –

Januari 2021.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu data yang

dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka-angka. Menurut Bogdan

dan Taylor, sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (2000), penelitian

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian ini

dilakukan dengan cara peneliti melakukan observasi langsung serta melakukan

wawancara.

C. Fokus Penelitian

Penelitian ini lebih difokuskan pada kinerja pegawai pengawas ketenagakerjaan

di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara yang dilihat dari

kualitas pekerjaan, kuantitas pekerjaan, pengetahuan pekerjaan, kerjasama tim,

kreativitas, inovasi dan insiatif. Fokus penelitian ini didasarkan pada faktor – faktor

25
yang mempengaruhi kinerja pegawai yang disampaikan oleh John Miner (1998) yang

terdiri dari:

1. Kualitas kerja; kecermatan serta ketelitian, hasil yang dicapai pada saat dalam

melaksanakan tugas yang diberikan.

2. Kuantitas kerja; jumlah pekerjaan yang diemban dan harus diselesaikan sesuai

dengan rencana target yang ditetapkan.

3. Waktu kerja; pemanfaatan waktu kerja dalam menyelesaikan pekerjaan yang

telah direncanakan sebelumnya.

4. Kerjasama; dalam penyelesaikan pekerjaan, sesama pengawas saling

membantu dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan.

D. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini yaitu informan penelitian yang memahami

informasi tentang objek penelitian. Informan yang dipilih memiliki kriteria agar

informasi yang didapatkan bermanfaat untuk penelitian yang dilakukan. Terdapat

kriteria-kriteria untuk menentukan informan penelitian yang dikatakan oleh para ahli.

Oleh sebab itu informan yang dipakai dalam penelitian ini ialah informan yang

diambil menggunakan teknik purposive sampling yang berjumlah 10 orang yang

terdiri dari :

1. Kepala Disnakertrans Provinsi Sulut 1 orang

2. Kepala Bidang Pengawasan 1 Orang

3. Pegawai Pengawas 5 orang

4. Masyarakat (Tenaga Kerja) 3 orang

26
E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara mendalam (Indepth Interview) yaitu teknik mengumpulkan data

yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab langsung kepada subjek atau

informan penelitian. Peneliti dalam hal ini mempersiapkan daftar pertanyaan yang

relevan dengan tujuan penelitian yang berkaitan dengan penyelaman dan komunikasi

nonverbal penyelam. Wawancara dilakukan kepada beberapa informan yang telah

ditentukan dengan menggunakan daftar pertanyaan. Dalam proses wawancara,

peneliti merekam atau dan mencatat hasil jawaban yang diberikan oleh informan.

2. Observasi

Observasi yaitu pengumpulan data dengan menggunakan pengamatan secara

langsung ke tempat penelitian. Observasi dalam penelitian ini dilakukan langsung di

Disnakertrans Provinsi Sulut. Kegiatan yang diamati secara langsung oleh peneliti

sesuai dengan pokok tujuan penelitian selanjutnya, peneliti merekam dan mengambil

gambar hal-hal yang relevan dengan tujuan penelitian.

3. Dokumentasi

Studi dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data yang berhubungan

dengan penelitian ini, diantaranya sumber data yang diperoleh melalui foto-foto dari

lokasi penelitian.

27
F. Teknis Analisis Data

Teknik analisis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini, Analisis

data menurut Patton 1980 (Moleong, 2000) adalah proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar. Adapun teknik

analisis data kualitatif dilakukan dengan tahap sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian dan penyederhanaan,

pengabstrakkan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis

di lapangan. Di mana setelah penulis memperoleh data, harus lebih dulu dikaji

kelayakannya dengan memilih data mana yang benar-benar dibutuhkan dalam

penelitian ini.

2. Display (Penyajian Data)

Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang

disesuaikan dan diklarifikasi untuk mempermudah peneliti dalam menguasai data dan

tidak terbenam dalam setumpuk data.

3. Verifikasi (Menarik Kesimpulan)

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cermat dengan melakukan verifikasi

berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan sehingga data-data yang ada

telah diuji validitasnya. Sehingga diperoleh kesimpulan yang jelas kebenaran dan

kegunaannya.

28
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Disnakertrans Provinsi Sulawesi Utara

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara memiliki tugas

melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan

tugas pembantuan di bidang Tenaga Kerja, Pemberdayaan Masyarakat dan

Transmigrasi. Untuk melaksanakan tugas tersebut, tenaga kerja dan

transmigrasi memiliki fungsi sebagai berikut :

a Perumusan kebijakan teknis bidang ketenagakerjaan, pemberdayaan masyarakat

dan transmigrasi;

b Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang

ketenagakerjaan pemberdayaan masyarakat dan transmigrasi;

c Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang ketenagakerjaan ,pemberdayaan

masyarakat dan transmigrasi ;

d Penyelenggaraan pembinaan, pengawasan, pengelolaan unit pelaksana teknis

(UPT) dinas;

e Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai tugas dan fungsinya.

Berdasarkan tugas dan fugsi, berdasarkan struktur, maka tugas dan fungsi oleh

masing – masing bagian dibagi sebagai berikut:

a) Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas :

1) Perumusan kebijakan teknis di bidang tenaga kerja dan transmigrasi.

29
2) Penyusunan perencanaan, pengorganisasian, pembinaan dan pengendalian

pelaksanaan tugas.

3) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

tenaga kerja dan transmigrasi.

4) Penyelenggaraan urusan administrasi kesekretariatan.

5) Penyelenggaraan urusan di bidang pelatihan dan penempatan tenaga kerja.

6) Penyelenggaraan urusan di bidang hubungan industrial dan jaminan sosial

tenaga kerja.

7) Penyelenggaraan urusan di bidang pengawasan ketenagakerjaan.

8) Penyelenggaraan urusan di bidang ketransmigrasian.

9) Penyelenggaraan urusan unit pelaksana teknis dinas dan kelompok jabatan

fungsional.

10) Pelaporan pelaksanaan tugas kepada gubernur melalui Sekretaris Daerah.

11) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan pimpinan.

b) Sekretaris

Sekretariat mempunyai tugas penyelenggarakan pelayanan administrasi

umum, kepegawaian dan hukum, perencanaan dan keuangan serta tugas lain

yang diberikan pimpinan untuk melaksanakan tersebut sekretaris mempunyai

fungsi :

1) Pengorganisasian, singkronisasi, dan integrasi pelayanan administrasi.

2) Penyusunan perencanaan oprasional dan pelaporan kegiatan.

3) Penyelenggaraan urusan kepegawaian dan hukum.

30
4) Penyelengaraan urusan perencanaan dan keuangan.

5) Penyusunan penyelenggaraan umum dan,

6) Pelaporan pelaksanaan tugas kepada pimpinan

a) Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan.

Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan mempunyai tugas melaksanakan

penyusunan, pelaporan dan penatausahaan keuangan dengan penjabaran tugas

sebagai berikut :

1) Mengkoordinasikan penyusunan program dan keuangan.

2) Menganalisa dan menyusun rumusan penyelengaraan perencanaan

program dan anggaran.

3) Menyiapkan, menyusun, mengelola, meneliti laporan akuntabilitas

capaian kinerja dan keuangan.

4) Melaksanakan administrasi keuangan meliputi verifikasi,

pembukuan, perbendaharaan dan gaji.

5) Menyusun dan melalukan usul perubahan anggaran.

6) Melaksanakan pengendalian anggaran, penerimaan kas,

pengeluaran kas, investasi dan utang piutang.

7) Menyiapkan evaluasi dan menitoring penatausahaan perencanaan dan

keuangan.

8) Menyiapkan pengembangan sistim dan prosedur akuntansi.

9) Melaksanakan tugas lainnya yang diberikanoleh atasan.

31
b) Sub Bagian Kepegawaian dan Hukum

Sub Bagian Kepegawaian dan Hukum mempunyai tugas menyelenggarakan

urusan kepegawaian dan Hukum, dengan penjabaran tugas berikut :

1) Menyiapkan, menyusun meneliti dan mengkoordinasikan bahan

penyusunan peraturan perundang-undangan.

2) Menyiapkan bahan kebijakandalam rangka penegakan hukum.

3) Melaksanakan sosialsisasi dan dokumentasi hukum.

4) Menyiapkan dan menyusun formulir isian database kepegawaian.

5) Menyelengarakan administrasi kenaikan pangkat, pemindahan,

pemberhentian, gaji berkala kartu pegawai, KARIS / KARSU,

ASKES, TASPEN, NPWP, sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

6) Melaksanakan evaluasi kehadiran dan administrasi kinerja dalam

meberi tunjangan.

7) Mengusulkan penerima penghargaaan, cuti sumpah/janji,

pengembangan dan kesejahtraan PNS.

8) Membuat daftar nominatif dan daftar urut kepangkatan (DUK).

9) Fasilitasi pemberian bahan pembuatan SKP .

10) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

c) Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum mempunyai tugas menyelenggarakan umum, dengan

penjabaran tugas berikut :

1) Mengkoordinasikan rencana kegiatan ketatausahaan umum.

2) Menyiapkan, menyusun, meneliti dan melaksanakan administrasi surat


32
menyurat sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang- undangan

yang berlaku

3) Mengadakan dan mendistribusikan surat menyurat.

4) Melaksanakan dan mengatur fasilitas rapat, pertemuan dan upacara serta

melakukan kegiatan keprotokolan dan administrasi perjalanan dinas.

5) Mengumpukan, menyusun dan mengelola bahan data informasi untuk

kepentingan masyarakat.

6) Melaksanakan pemeliharaan kebersihan, keindahan, keamanan dan

ketertipan kantor.

7) Menyiapkan dan menyusun daftar inventaris, arsip dan dokumentasi.

8) Melasanakan pengawasan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan

kegiatan

9) Melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan.

c) Bidang Pelatihan dan Penempatan Tenaga Kerja

Melaksanakan urusan di bidang pelatihan danproduktivitas kerja dalam

negerivdan menggunakan tenaga kerja asing, perlindungan tenaga kerja

indonesia ke luar negeri dan perluasan kesempatan kerja serta tugas lain yang

diberikan pimpinan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Bidang

Pelatihan dan Penempatan Tenaga Kerja mempunyai fungsi :

1) Menyebarluaskan / promosi informasi akreditasi kepada lembaga

Pelatihan tenaga Kerja (LPK).

2) Melaksanakan akreditasi lembaga pelatihan dan evaluasi status

akreditasi lembaga pelatihan.

33
3) Pengorganisasian pelaksanaan analisa kebutuhan pelatihan dan pelatihan

berbasis kopetensi (PBK).

4) Pengorganisasian penyiapan sarana dan prasarana serta peserta pelatihan

kerja berbasis kopetensi.

5) Pengorganisasian pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pelatihan

berbasis kopetensi.

6) Penyiapan program pelatihan dan pemagangan dalam negeri dan luar

negeri.

7) Penyiapan instruktur dan tenaga pelatihan.

8) Pengorganisasian promosi peningkatan produktifitas dan pengukuran

produktifitas di tingkat provinsi.

9) Promosi informasi pasar kerja (IPK) dalam pelayanan antar kerja kepada

pencari kerja dan pemberi kerja serta perluasan kesempatan kerja kepada

masyarakat.

10) Pengordinasian penyuluhan dan bimbingan jabatan (PJB) dalam

pelayanan antar kerja serta perluasan kesempatan kerja kepada

masyarakat.

11) Pengordinasian perantaraan kerja dalam pelayanan antar kerja serta

perluasan kesempatan kerja kepada masyarakat.

12) Verifikasi penerbitan izin LPTKS kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah

Provinsi.

13) Koordinasi penyiapan sarana dan prasarana terkait penyebarluasan

informasi syarat dan mekanisme bekerja di luar negeri kepada

pemerintah kabupaten/kota.
34
14) Koordinasi pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penyebarluasan

informasi syarat dan mekanisme bekerja di luar negeri kepada

pemerintah kabupaten/kota.

15) Penyiapan sumberdaya manusia untuk melakukan pelayanan

pemulangan dan kepulangan TKI.

16) Koordinasi penyiapan sarana dan parsarana untuk pemberdayaan TKI

purna.

17) Verifikasi dokumen pengesahan rencana penggunaan tenaga kerja asing

(RPTKA) perpanjangan kepada pemberi kerja yang tidak mengandung

perubahan jabatan, jumlah TKA dan lokasi kerja dalam 1 (satu) Daerah

Provinsi.

18) Verifikasi penerbitan perpanjangan izin mempekerjakan Tenaga Kerja

Asing (IMTA) yang lokasi kerja lebih dari 1 (satu) daerah

Kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi.

19) Kordinasi pemantauan dan evaluasi hasil pengesahan RPTKA

perpanjangan dan penerbitan perpanjangan IMTA.

20) Melaksanakan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan.

a) Seksi Pelatihan dan Produktifitas Kerja

Seksi Pelatihan dan Produktifitas Kerja mempunyai fungsi :

1) Merancang promosi informasi akreditasi kepada Lembaga

Pelatihan Kerja (LPK).

2) Merencanakan pembentukan komite akreditasi LPK dan

melaksanakan akreditasi LPK.

3) Merencanakan penyiapan assesor akreditasi.


35
4) Melaksanakan akreditasi LPK dan pemantauan serta evaluasi

status akreditasi LPK.

5) Merencanakan pelaksanaan analisa kebutuhan pelatihan dan

pelatihan berbasis kopetensi.

6) Merencanakan penyiapan sarana dan prasarana serta penyiapan

calon peserta pelatihan berbasis kopetensi.

7) Merencanakan dan melaksanakan program pemagangan dalam

negeri dan pemagangan luar negeri.

8) Memverifikasi penerbitan rekomendasi izin penyelenggaraan

pemagangan luar negeri.

9) Merencanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pelatihan

berbasis kopetensi.

10) Merencanakan penyiapan instruktur dan tenaga pelatihan.

11) Merencanakan promosi peningkatan produktifitas dan

pengukuran produktifitas tingkat daerah provinsi.

12) Menyiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam

pengukuran produktifitas tingkat daerah provinsi.

13) Melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan.

b) Seksi Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri dan pengunaan

Tenaga Kerja Asing

Seksi Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri dan pengunaan

Tenaga Kerja Asing mempunyai fungsi :

1) Merencanakan promosi pasar kerja dalam pelayanan antar kerja

kepada pencari kerja dan pemberi kerja.


36
2) Merencanakan penyuluhan dan bimbingan jabatan dalam

pelayanan antar kerja.

3) Merencanakan perantaraan kerja dalam pelayanan antar kerja

kepada mayarakat.

4) Mengklarifikasi kelengkapan persyaratan penerbitan izin LPTKS

kabupetan/kota dalam 1 (satu) daerah provinsi.

5) Merencanakan promosi informasi pasar kepada pencari kerja

dalam pemberian kerja di dalam dan luar negeri.

6) Memverifikasi dokumen pengesahan rencana pengunaan tenaga

kerja asing (RPTKA) perpanjangan kepada pemberi kerja yang

tidak mengandung pemidahan jabatan, jumlah TKA dan lokasi

kerja dalam 1 (satu) daerah provinsi.

7) Mengverifikasi penerbitan perpanjangan izin mempekerjakan

tenaga kerja asing (IMTA) yang lokasi kerja lebih dari 1 (satu)

daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah provinsi.

8) Merencanakan pemantauan dan evaluasi hasil pengesahan

RPTKA perpanjangan dan penerbitan perpanjangan IMTA.

9) Merencanakan dan melaksanakan pameran bursa kerja (job fair)

tingkat provinsi.

10) Melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan.

c) Seksi Perlindungan Tenaga Kerja ke Luar Negeri dan Perluasan

Kesempatan Kerja

Seksi Perlindungan Tenaga Kerja ke Luar Negeri dan Perluasan

37
Kesempatan Kerja mempunyai fungsi :

1) Merencanakan penyiapan sarana dan prasarana terkait

penyebarluasan informasi syarat dan mekanisme kerja ke luar

negeri kepada pemerintah daerah Kabupaten/kota.

2) Merencanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan

penyebarluasan informasisyarat dan mekanisme kerja ke luar

negeri kepada pemerintah daerah Kabupaten/kota.

3) Merencanakan penyiapan sumber daya manusia untuk

melaksanakan pelayanan pemulangan dan kepulangan Tenaga

Kerja Indonesi (TKI).

4) Melaksanakan perlindungan tenaga kerja indonesia di luar negeri

(pra dan purna penempatan) di daerah provinsi.

5) Merencanakan penyiapan sarana dan prasarana untuk

pemberdayaan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) purna penempatan.

6) Merancang kegiatan promosi perluasan kesempatan kerja kepada

masyarakat seperti pemberdayaan Tenaga Kerja Sarjana (TKS),

pemberdayaan masyarakat melalui padat karya, Teknologi Tepat

Guna (TTG), Tenaga Kerja Mandiri (TKM).

7) Mengelola penyelenggaraan penyuluhan dan bimbingan jabatan

dalam perluasan kesempatan kerja kepada masyarakat.

8) Merencanakan pelaksanan perantaraan kerja kepada masyarakat.

9) Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pengembangan dan

perluasan kesempatan kerja.

38
10) Mengverifikasi penerbitan Izin oprasional kantor cabang

Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta

(PPTKIS).

11) Melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan.

d) Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja mempunyai

tugas melaksanakan penyelenggaraan urusan di bidang persyaratan kerja,

pengupahan dan jaminan sosial tenaga kerja, penyelesaian perselisihan

hubungan industrial untuk menjalankan tugas sebagaimana tugas dimaksud

Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja mempunyai

fungsi :

1) Verifikasi pengesahan Peraturan Perusahaan (PP) dan pendaftaran

Perjanjian Kerja Bersama(PKB) daerah provinsi.

2) Koordinasi, pemantauan evaluasi dan pelaporan pengesahan peraturan

perusahaan dan pendaftaran perjanjian kerja bersama.

3) Koordinasi deteksi dini terhadap potensi perselisihan di perusahaan.

Pelaksanaan mogok kerja dan penutupan perusahaan.

4) Koordinasi pembentukan dan pemberdayaan lembaga kerja sama bipartit

di perusahaan.

5) Koordinasi pemberdayaan lembaga kerja sama tripartit.

6) Pemberian fasilitasi dan / atau mediasi terhadap potensi perselisihan di

perusahaan, mogok kerja dan penutupan perusahaan

7) Koordinasi pembinaan, penyuluhan bimbingan dan monitoring Hubungan

Industrial.
39
8) Koordinasi penetapan Upah Minimum Propinsi (UMP), Upah Minimum

Sektoral Privinsi (UMSP), Upah Minimum Kabupaten/ Kota (UMK) dan

Upah Minimum Sektor Kabupaten/ Kota (UMSK).

9) Koordinasi penyiapan sumber daya manusia yang memahami ketentuan

pengupahan dan fasilitasi pembinaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

10) Koordinasi pembinaaan organisasi pekerja/buruh dan Organisasi

pengusaha.

11) Koordinasi pemberdayaan dan pembinaaan dewan pengupahan daerah

12) Melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan.

a) Seksi Persyaratan Kerja

Seksi Persyaratan Kerja mempunyai tugas:

1) Merencanakan pembinaaan, penyuluhan, bimbingan dan

monitoring hubungan industrial.

2) Menganalisis dokumen pengesahan Peraturan Perusahaan (PP) dan

pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama(PKB) daerah provinsi.

3) Merencanakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan Peraturan

Perusahaan dan pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama.

4) Merencanakan pembentukan dan pemberdayaaan lembaga kerja

sama bipartit di perusahaan.

5) Merencanakan pembentukan dan pemberdayaaan lembaga kerja

sama tripartit.

6) Merencanakan dan melasakaan pembinaaan organisasi pekerja /

buruh dan organisasi pengusaha.

7) Melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan.


40
b) Seksi Pengpahan dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Seksi Pengpahan dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja mempunyai tugas:

1) Menyiapkan sumber daya manusi yang memahami ketentuan

pengupahan dan fasilitasi pembinaan jaminan sosial tenaga kerja.

2) Menyiapakan bahan pengembangan sistim pengupahan dan

fasilitasi pembinaan jaminan sosial tenaga kerja.

3) Melaksnakan pembinaan dan pengembangan kepesertaan jaminan

sosial tenaga kerja.

4) Melaksanakan pemberdayaan dewan pengupahan daerah.

5) Merencanakan bimbingan teknis penerapan struktur dan skala

upah, Upah Minimum provinsi (UMP), Upah Minimum

Kabupaten / Kota (UMK).

6) Melaksnakan sosialisasi upah minimum provinsi.

7) Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan kegiatan fasilitasi

perumusan pengupahan dan fasilitasi pembinaan jaminan sosial

tenaga kerja.

8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan.

c) Seksi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

Seksi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial mempunyai

tugas :

1) Menyiapkan bahan pelaksanaa deteksi dini terhadap potensi

perselisihan di perusahaan, pelaksanaan mogok kerja.

2) Merencanakan pemberian fasilitasi dan / atau mediasi terhadap

41
potensi perselisihan di perusahaan, pelaksanaan mogok kerja dan

penutupan perusahaan.

3) Melakukan pencatatan perselisihan hubungan industrial.

4) Melasanakan mediasi terhadap perselisihan hubungan industrial

dan mogok kerja.

5) Menyusun laporan penyelesaian perselisihan hubungan industrial

dan mogok kerja.

6) Melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan.

e) Bidang Ketransmigrasian

Bidang Ketransmigrasian mempunyai tugas melaksanakan urusan di bidang

pemukiman, penempatan transmigrasi dan pembinaan ekonomi sosial budaya

serta tugas lain yang diberikan pimpinan untuk melaksanakan tugas tersebut

bidang ketransmigrasian mempunyai fungsi :

1) Memberikan pelayanan administrasi dilingkungannya.

2) Menyusun rencana dan pelaporan kegiatan.

3) Pengordinasian, pembagian dan pengaturan pelaksanaan tugas.

4) Penyelenggaraan urusan penyiapan pemukiman.

5) Penyelenggaraan urusan penempatan transmigrasi.

6) Penyelenggaraan urusan pembinaan usaha ekonomi sosial budaya.

a) Seksi Penyiapan Pemukiman

Seksi penyiapan pemukimamenyelenggarakan fungsi :

1) Melaksanakan pelayanan administrasi dan pengoordinasian

pelaksanaan tugas.
42
2) Melaksanakan urusan penyediaan areal, penyusunan rencana teknis

satuan pemukiman.

3) Menyiapkan lahan dan prasarana, penyelesaian hak atas tanah,

sertifikasi, pembuatan dan pemeliharaan pembangunan dan sarana

serta pembinaaan lingkungan pemukiman.

4) Melaksanakan urusan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

5) Melaksanakan urusan penyiapan bangunan dan sarana pemukiman

transmigrasi.

6) Membuat dan menyusun laporan kegiatan.

7) Melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan.

b) Seksi Penempatan Transmigrasi

Seksi penempatan transmigrasi menyelenggarakan fungsi :

1) Melaksanakan pelayanan administrasi dan mengoordinasikan

pelaksanaan tugas.

2) Melaksanakan pengerahan dan penempatan transmigrasi.

3) Memberikan penyuluhan, pendaftaran dan seleksi masyarakat di

daerah transmigrasi.

4) Melakukan pemantauan kelayakan lokasi dan penyiapan

pelaksanaan penempatan transmigrasi.

5) Melakukan urusan peningkatan partisipasi masyarakat.

6) Melaksanakan penyiapan penempatan dan pembekalan

transmigrasi.

7) Membuat dan menyusun laporan kegiatan.

8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan.


43
c) Seksi Pembinaan Usaha Ekonomi Sosial Budaya

Seksi Pembinaan Usaha Ekonomi Sosial Budaya mempunyai fungsi :

1) Melaksanakan pelayanan adminstrasi dan mengoordinasikan

pelaksanaan tugas.

2) Mendistribusikan tugas kepada bawahan di lingkungan seksi

pembinaan usaha ekonomi sosial budaya sesuai dengan bidang

tugasnya.

3) Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesesuaian dan

tindak lanjutnya.

4) Melaksanakan pembinaaan ekonomi dan sosial budaya masyarakat

transmigran serta penyiapan pengakhiran status UTP.

5) Memberikan pembinaan ekonomi masyarakat transmigrasi.

6) Memberikan pelayanan dan bimbingan usaha kelembagaan

ekonomi, pemasaran hasil produksi, dan kerja sama swasta.

7) Memberikan pembinaaan sosial budaya masyarakat transmigran.

8) Melakukan urusan penyiapan pemerintahan desa dan pengakhiran

status UTP.

9) Membuat dan menyusun laporan kegiatan.

10) Melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan.

f) Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Pengaturan mengenai Unit Pelaksana Teknis (UPT) akan dilakukan lebih

lanjut dengan peraturan Gubernur.

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara, membawahi 11


44
(sebelas) Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Kota yang terdiri dari:

1) Disnakertrans Kabupaten Bolaang Mongondow.

2) Kantor DisNaker Kabupaten Kepulauan Sangihe.

3) Kantor DisNakertransKependukcapil Kab Kep Talaud.

4) Kantor Dinas Tenaga kerja Kabupaten Minahasa.

5) Kantor DinSosNakertrans Kabupaten Minahasa Selatan.

6) Disnakertrans Kabupaten Minahasa Utara Kantor Disnaker Kota Bitung.

7) Disnaker Kota Manado.

8) Disnaker Kota Tomohon.

9) Kantor Dis KependukCapil & Naker Kota Kotamobagu.

10) Kantor Dinas Kependukkan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

Siau.

Sasaran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Utara

merupakan sasaran strategis bidang ketenagakerjaan yang hendak dicapai

yang menjadi dasar untuk mengukur sejauhmana hasil pembangunan

ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Utara untuk selanjutnya dijadikan

evaluasi dan penyusunan kebijakan dan program pembangunan

ketenagakerjaan.

Ada 9 (sembilan) Indikator Utama Capaian dalam mengukur Indeks

Pembangunan Ketenagakerjaan, yaitu :

1) Perencanaan Tenaga Kerja;

2) Penduduk dan Tenaga Kerja;

3) Kesempatan Kerja;

4) Pelatihan dan Kompetensi Kerja;


45
5) Produktivitas Tenaga Kerja;

6) Hubungan Industrial;

7) Kondisi Lingkungan Kerja;

8) Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja;

9) Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Indikator kinerja program dan kegiatan ini sebanyak 7 (tujuh) indikator

kinerja yakni : Persentase Kabupaten/Kota yang telah menyusun Perencanaan

Tenaga Kerja Daerah dengan target 40%, Persentase Peningkatan

Kesempatan Kerja Formal dengan target 43%, Persentase Tenaga Kerja yang

memiliki Sertifikasi Kompetensi dengan target 55%, Persentase Peningkatan

Produktivitas Tenaga Kerja dengan target 9,5%, Persentase Peningkatan

sarana Hubungan Industrial di perusahaan dengan target 18%, Persentase

Peningkatan Kondisi Lingkungan Kerja di perusahaan dengan target 30%

serta Persentase peningkatan pekerja yang mendapatkan Program Jaminan

Sosial Tenaga Kerja dengan target 37%

Hasil capaian kinerja atas pelaksanaan Rencana Kinerja yang telah

ditetapkan Tahun 2019 di lingkungan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Provinsi Sulawesi Utara maupun hasil Pencapaian Sasaran atas Kinerja

Kegiatan sebagaimana yang dijabarkan dalam Akuntabilitas Kinerja tersebut,

walaupun demikian masih ditemukan adanya beberapa permasalahan dalam

pelaksanaan kinerja

46
Pengukuran Kinerja
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Daerah Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2019
NO SASARAN INDIKATOR TARGET REALISASI
STRATEGIS KINERJA
(1) (2) (3) (4) (5)
Meningkatnya Jumlah tenaga kerja yang 1000 1408 orang
pembangunan mendapatkan pelatihan orang
ketenagakerjaan dan berbasis
ketransmigrasian di kompetensi
provinsi sulawesi utara Jumlah tenaga kerja yang 500 orang 1325 orang
mendapatkan pelatihan
kewirausahaan
Jumlah pencari kerja 1.000 21.000 orang
yang terdaftar yang orang
ditempatkan
Persentase kasus 65% 71,25% (yg masuk 80,
Hubungan Industrial yang yang diselesaikan PB
diselesaikan 35, Anjuran 15,
Pengawasan 7)
Jumlah pekerja/buruh yang 375.000 384.956 pekerja
menjadi peserta pekerja
program Jamsostek
Persentase 47% 52% (2217
pemeriksaan di perusahaan yang
perusahaan diperiksa dari 4246
perusahaan
wajib lapor)
Tersedianya data 4 lokasi 5 lokasi (3
pengembangan kawasan pengukuran
transmigrasi pembagianlahan
usaha; 2 Inventaris
Pemilikan Lahan)

47
2. Struktur Organisasi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi

Utara

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara dalam menjalan

tugas dan fungsi pelayananmemiliki struktur organisasi, sebagai berikut:

Bagan 1. Struktur Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara

3. Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi mempuyai visi dan misi. Dimana visi-nya

adalah “Terwujudnya Sulawesi Utara Berdikari dalam Ekonomi, Berdaulat dalam

Politik, dan Berkepribadian dalam Budaya melalui Pembangunan Ketenagakerjaan

dan Ketransmigrasian yang mandiri, Berdaya Saing, dan Sejahtera”.

Visi ini dirumuskan sebagai suatu harapan yang hendak dicapai untuk

mendukung kebijakan pemerintah daerah dalam bidang ketenagakerjaan dan

48
ketransmigrasian Provinsi Sulawesi Utara.

Berdasarkan Visi tersebut di atas telah ditetapkan Misi Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Daerah Provinsi Sulawesi Utara yang mengacu pada Misi RPJMD

Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2016-2021 sebagai berikut:

1) Meningkatkan kompetensi, kemandirian dan produktivitastenaga kerja

mengacu pada Misi IV “Mewujudkan Pemerataan Kesejahteraan Masyarakat

yang Adil, Mandiri dan Maju” RPJMD Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2016-

2021;

2) Memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pelayanan penempatan dan

pemberdayaan tenaga kerja mengacu pada Misi IV “Mewujudkan

Pemerataan Kesejahteraan Masyarakat yang Adil, Mandiri dan Maju”

RPJMD Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2016-2021;

3) Meningkatkan pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial tenaga

kerja mengacu pada Misi II “Memantapkan Pembangunan Sumberdaya

Manusia Yang Berkepribadian Dan Berdaya Saing” RPJMD Provinsi

Sulawesi Utara Tahun 2016-2021;

4) Meningkatkan perlindungan dan pengawasan ketenagakerjaan mengacu

pada Misi II “Memantapkan Pembangunan Sumberdaya Manusia Yang

Berkepribadian Dan Berdaya Saing” RPJMD Provinsi Sulawesi Utara Tahun

2016-2021;

5) Meningkatkan kualitas masyarakat dan permukiman transmigrasi mengacu

pada Misi IV “Mewujudkan Pemerataan Kesejahteraan Masyarakat yang

Adil, Mandiri dan Maju” RPJMD Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2016-2021.

4. Sumber Daya Manusia Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi
49
Utara

Jumlah sumber daya manusia yang mendukung urusan Ketenagakerjaan dan

Ketrasmigrasian pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara

sampai dengan Desember 2019 berjumlah 135 pegawai, yang terdiri dari:

a. Pejabat Struktural

1) Eselon II : 1 Orang

2) Eselon III : 7 Orang

3) Eselon IV : 12 Orang

Jumlah : 19 Orang

b. Pendidikan Jumlah

1) S3 : - Orang

2) Pasca Sarjana (S2) : 10 Orang

3) Sarjana (S1) : 98 Orang

4) Sarjana Muda/Akademi/DIII : 4 Orang

5) DII : 1 Orang

6) S L T A / SMK : 20 Orang

7) S L T P : 1 Orang

8) SD : 1 Orang

Jumlah : 135 Orang

c. Kepangkatan

1) Golongan IV : 24 Orang

2) Golongan III : 102 Orang

3) Golongan II : 9 Orang

50
4) Golongan I : - Orang

Jumlah : 135 Orang

Pegawai pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Daerah Provinsi Sulawesi

Utara berdasarkan pendidikan dan kepangkatan tersebar pada 7 (tujuh) unit kerja

Eselon III, yakni :

1) Sekretariat : 20 Orang

2) Bidang Pelatihan dan Penempatan Tenaga Kerja : 15 Orang

3) Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial : 11 Orang

Tenaga Kerja

4) Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan : 26 Orang

5) Bidang Ketransmigrasian : 11 Orang

6) UPTD Balai Pengawasan Tenaga Kerja : 24 Orang

7) UPTD Balai Pelatihan Tenaga Kerja : 28 Orang

Jumlah : 135 Orang

5. Bidang Pengawasan

Bidang Pengawasan yang berada pada Dinsnakertrans Provinsi Sulawesi Utara.

Pengawas Ketenagakerjaan adalah pejabat fungsional tertentu berdasarkan keahlian

dan spesifikasi yang dibutuhkan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku

jabatan fungsional pengawas ketenagakerjaan mempunyai tugas melaksanakan

sebagian tugas pemerintah daerah sesuai dengan keahlian dan kebutuhan pegawai

pengawas bernaung di bidang pengawas ketenagakerjaaan.

Berdasarkan pergub 59 tahun 2016 tanggal 14 November 2016 bidang

pengawasan mempunyai tugas dan fungsi terdiri dari :

1) Bidang pengawasan ketenagakerjaan mempunyai tugas melaksanakan


51
penyelenggaraan urusan di bidang pengawasan Norma Kerja, Jaminan Sosial,

Perempuan dan anak, pengawasan norma Keselamatan dan kesehatan kerja,

penegakan hukum ketenagakerjaan serta tugas lain yang diberikan pimpinan dan

untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut.

bidang pengawasan mempunyai fungsi :

a. Pengorganisasian penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang

pengawasan ketenagakerjaaan;

b. Pengoordinasian bahan pelayanan di bidang pengawasan ketenagakerjaan;

c. Pengoordinasian bahan evaluasi di bidang pengawasan ketenagakerjaan;

d. Pengoordinasian penyiapan bahan pelaporan di bidang pengawasan

ketenagakerjaan;

e. Pengoordinasian pelaksanaan penindakan hukum di bidang ketenagakerjaan.


2) Seksi Pengawasan Norma Kerja, Jaminan Sosial, Perempuan dan Anak

mempunyai tugas :

a. Merencanakan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan

norma kerja, jaminan sosial, perempuan dan anak;

b. Mengelola pelayanan di bidang pengawasan norma kerja, jaminan sosial,

perempuan dan anak;

c. Memeriksa bahan evaluasi di bidang pengawasan norma kerja, jaminan sosial,

perempuan dan anak;

d. Menyusun bahan pelaporan di bidang pengawasan norma kerja, jaminan

sosial, perempuan dan anak;

e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

3) Seksi Penegakan Hukum mempunyai tugas :


52
a. Merencanakan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang penegakan

hukum ketenagakerjaan;

b. Merencanakan penyiapan bahan pelayanan di bidang penegakan hukum

ketenagakerjaan;

c. Merencanakan penyiapan bahan evaluasi bidang penegakan hukum

ketenagakerjaan;

d. Melakukan serangkaian tindakan kepastian hukum berupa penyelidikan dan

penyidikan tindak pidanadi bidang ketenagakerjaan;

e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Bidang pengawasan sendirinya di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Provinsi Sulawesi Utara memiliki jumlah pegawai 26 0rang dan 2 Orang honorer

yang terbagi sesuai jabatannya

- Pejabat struktural 4 Orang

- Pengawas ketenagakerjaan 19 Orang

- Staff 3 Orang

- Honorer 2 Orang

Dalam pelaksanaan tugas bidang pengawasan memiliki standart pelayanan

1) Jenis pelayanan pemeriksaan kasus ketenagakerjaan :

a. Prosedur pelayanan

Kepala bidang menerima permohonan/pemeriksaan kasus

ketenagakerjaan dari pekerja buruh; serikat dan perusahaan sesuai dengan

kewenangan memeriksa terkait norma ketenagakerjaan, Pegawai pengawas

atau pegawai front office memberikan bukti tanda terima permohonan

53
pemeriksaan kasus ketenagakerjaan; Kepala dinas mendisposisi permohonan

pemeriksaan ke bidang pengawasan ketenagakerjaan; Penelitian dan

pengkajian oleh kepala seksi; Kepala bidang menunjuk pegawai

pengawasyang akan melakukan pemeriksaan norma ketenagakerjaan;

Pembuatan Surat Perintah Tugas untuk melakukan pemeriksaan perusahaan

atau badan usaha; Pegawai pengawas melaporkan hasil pemeriksaan norma

ketenagakerjaan kepada kepala dinas; Kepala seksi dan pegawai pengawas

melakukan eksplore penanganan kasus ketenagakerjaan; Pembuatan nota

pemeriksaan dan atau penetapan pegawai pengawas ketenagakerjaan;

Panggilan kepada pekerja dan atau buruh, serikat dari perusahaan pemohon

dan terperiksa; Penyampaian nota pemeriksaan dan atau penetapan pegawai

pengawas ketenagakerjaan

b. Produk Layanan

Bukti tanda terima permohonan pemeriksaan kasus norma

ketenagakerjaan, surat pemberitahuan hasil pemeriksaan, nota pemeriksaan

pegawai pengawas dan penetapan pegawai pengawas

c. Persyaratan Administrasi

Identitas terlapor, identitas terlapor, laporan hasil pemeriksaan dan hasil

ekspose

d. Dasar Hukum

Undang-Undang nomor 13 tahun 2013 tentang ketenagakerjaan;

Undang-Undang nomor 21 tahun tentang pengawasan ketenagakerjaan di

bidang industri dan perdagangan; Undang-Undang nomor 7 tahun 1981

tentang wajib Lapor Ketenagakerjaan; Undang-Undang nomor 1 tahun 1970


54
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja; peraturan Menteri ketenagakerjaan

Republik Indonesia nomor 33 tahun 2016 tentang tata cara pengawasan

ketenagakerjaaan

2) Jenis pemeriksaan, penyelidikan dan penyidikan kasus norma ketenagakerjaan

a. Prosedur pelayanan
Kepala bidang menerima surat disposisi atas pemeriksaan, penyidikan

dan penyelidikan kasus norma ketenagakerjaan dari kepala dinas, kepala

bidang lewat kepala seksi penegakan hukum menerima penyampaian hasil

pemeriksaan dari pegawai pengawas tentang terjadinya suatu tindak pidana

norma ketenagakerjaaanmelalui laporan kejadian, kepala bidang

memerintahkan kepada seksi penegakan hukum untuk membuat tim

penanganan pelaksanaan pemeriksaan, penyidikan dan penyelidikan norma

kerja yang terdiri dari pegawai pengawas dan Pegawai Penyidik Pegawai

Negeri Sipil (PPNS) ketenagakerjaan, kasie penegakan hukum membuat surat

perintah tugas kepala dinas, PPNS dan atau pegawai pengawas melakukan

penyelidikan dan penyidikan di tempat kerja, perusahaan dan atau tempat-

tempat di mana terjadinya kasus ketenagakerjaan; menyampaikan surat

pemberitahuan dimulainya penyidikan (SPDP) kepada kejaksaan lewat

korwas polda, PPNS membuat laporan hasil penyelidikan dan penyidikan;

melakuka gelar perkara atau kasus yang sedang ditangani, menyampaikan

laporan kemajuan penyidikan dan penyelidikan kepada dinas, meminta

bantuan secara teknis dan taktis kepada korwas PPNS, membuat administrasi

penyidikan

b. Produk Layanan

55
Surat tanda terima laporan; surat pemberitahuan hasil pelaksanaan

pemeriksaan dan surat pemberitahuan perkembangan penyidikan dan

penyelidikan.

c. Persyaratan Administrasi

Surat pengaduan dan laporan, rencana kerja pegawai pengawas, surat

perintah tugas, laporan hasil pemeriksaan dan gelar perkara / ekspose

d. Dasar Hukum

Undang-Undang nomor 3 tahun 1951 tentang pengawasan perburuhan,

Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja, Undang-Undang nomor 13 tahun 2013 tentang ketenagakerjaan;

Undang-Undang nomor 21 tahun tentang pengawasan ketenagakerjaan di

bidang industri dan perdagangan; Undang-Undang nomor 7 tahun 1981

tentang wajib Lapor Ketenagakerjaan; peraturan Menteri ketenagakerjaan

Republik Indonesia nomor 33 tahun 2016 tentang tata cara pengawasan

ketenagakerjaaan

Pelaksanaan Pengawasan ketenagakerjaan diatur lebih jelas di dalam Peraturan

Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor : 33 Tahun 2016 tentang Tata

Cara Pengawasan Ketenagakerjaan dalam ketentuan umum membahas tentang

pengertian antara lain tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau

terbuka, bergerak atau tetap di mana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki

tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber-

sumber bahaya. Diantaranya perusahaan, dimana perusahalah merupakan:

a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang

perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta
56
maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar

upah atau imbalan dalam bentuk lain

b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan

mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam

bentuk lain

57
Pengawasan ketenagakerjaan merupakan kegiatan mengawasi dan menegakkan

pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan. Dalam

pengawasan tersebut tentunya dilaksanakan oleh pengawas yang yang bertugas.

Pegawai pengawas ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut pengawas

petenagakerjaan adalah pegawai negeri sipil yang diangkat dan ditugaskan dalam

jabatan fungsional, pengawas ketenagakerjaan tugasnya untuk mengawasi dan

menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan

pengawasan ketenagakerjaan bertujuan untuk memastikan dilaksanakannya norma

ketenagakerjaan di perusahaan atau tempat kerja.

Pembinaan ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut pembinaan adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan untuk

meningkatkan kemampuan dan pemahaman pekerja/buruh, pengusaha, pengurus, atau

anggota kelembagaan ketenagakerjaan tentang peraturan perundang-undangan

ketenagakerjaan. pemeriksaan ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut Pemeriksaan

adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan untuk

memastikan ditaatinya pelaksanaan peraturan perundang - undangan ketenagakerjaan

di perusahaan atau tempat kerja.

E. Fungsi, Prinsip dan Tahapan Pengawasan Ketenagakerjaan

1. Fungsi Pengawasan

Pengawasan ketenagakerjaan merupakan fungsi negara dalam penegakan

hukum ketenagakerjaan. Pengawasan ketenagakerjaan dilaksanakan berdasarkan

prinsip:

58
a. Layanan publik, yaitu menangani masalah dan tantangan yang dihadapi oleh

pekerja/buruh dan pengusaha

b. Akuntabilitas, yaitu pengawas ketenagakerjaan harus pegawai negeri sipil

yang bebas dari pengaruh dari luar dan tindakan serta kinerjanya dapat

dipertanggungjawabkan;

c. Efisiensi dan efektifitas, yaitu pengawasan ketenagakerjaan harus menetapkan

prioritas untuk memaksimalkan kinerja

d. Universalitas, yaitu layanan pengawasan ketenagakerjaan bersifat universal

yang menjangkau seluruh sektor aktivitas ekonomi

e. Transparansi, yaitu pekerja/buruh, pengusaha dan pemangku kepentingan

lainnya diberikan informasi tentang kewenangan, tugas dan fungsi dari

layanan pengawasan ketenagakerjaan

f. Konsistensi dan koheren, yaitu pengawas ketenagakerjaan diberikan panduan

yang sama, koheren dan konsisten dalam melaksanakan tugasnya

g. Proporsionalitas, yaitu penegakan hukum sebanding dengan keseriusan

pelanggaran dan risiko potensial terhadap keselamatan dan kesehatan kerja

h. Kesetaraan, yaitu perlindungan yang setara untuk semua pekerja/buruh

dijamin oleh undang- undang

i. Kerjasama, yaitu pengawas ketenagakerjaan bekerja sama dengan organisasi

dan lembaga lain untuk menjamin pelaksanaan hukum ketenagakerjaan di

perusahaan; dan

j. Kolaborasi, yaitu pengawas ketenagakerjaan harus berkolaborasi dengan

pengusaha, pekerja/buruh dan organisasinya di tingkat nasional, regional, dan

59
perusahaan

2. Fungsi Pengawasan Ketenagakerjaan

a. Menjamin penegakan hukum ketenagakerjaan

b. Memberikan penerangan dan penasihatan teknis kepada pengusaha dan

pekerja/buruh mengenai hal-hal yang dapat menjamin efektifitas pelaksanaan

peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan

c. Mengumpulkan bahan keterangan mengenai hubungan kerja dan keadaan

ketenagakerjaan dalam arti yang seluas-luasnya sebagai bahan penyusunan

atau penyempurnaan peraturan perundang- undangan ketenagakerjaan

3. Tahapan Pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan

a. Preventif edukatif, yaitu merupakan kegiatan pembinaan sebagai upaya

pencegahan melalui penyebarluasan norma ketenagakerjaan, penasihatan

teknis, dan pendampingan

b. Represif non yustisial, yaitu merupakan upaya paksa diluar lembaga

pengadilan untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan

ketenagakerjaan dalam bentuk nota pemeriksaan sebagai peringatan atau surat

pernyataan kesanggupan pemenuhan peraturan perundang- undangan

ketenagakerjaan berdasarkan pemeriksaan dan/atau pengujian

c. Represif yustisial, yaitu merupakan upaya paksa melalui lembaga pengadilan

dengan melakukan proses penyidikan oleh pengawas ketenagakerjaan selaku

Pegawai Penyidik Negeri Sipil (PPNS) ketenagakerjaan dalam hal pengawas

60
melakukan pembinaan maka pengawas ketenagakerjaan berhak memasuki

seluruh perusahaan atau tempat kerja atau tempat- tempat yang diduga

dilakukannya pekerjaan. Pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan dilakukan

melalui kegiatan pembinaan, pemeriksaan pengujian; dan/atau penyidikan

tindak pidana ketenagakerjaan. pengawas ketenagakerjaan wajib menyusun

dan melaksanakan rencana kerja pemeriksaan paling sedikit 5 (lima)

Perusahaan setiap bulan Pemeriksaan terdiri atas:

• Pemeriksaan Pertama

Pemeriksaan Pertama dilakukan dengan cara pemeriksaan dokumen,

pemeriksaan tata letak perusahaan dan alur proses produksi, pemeriksaan

lapangan dan pengambilan keterangan

• Pemeriksaan Berkala

Merupakan pemeriksaan yang dilakukan setelah pemeriksaan pertama

sesuai periode tertentu yang ditetapkan dilakukan dengan cara

pemeriksaan dokumen, Pemeriksaan tata letak Perusahaan dan alur proses

produksi, pemeriksaan lapangan dan pengambilan keterangan

• Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan khusus merupakan pemeriksaan norma ketenagakerjaan atas

pengaduan masyarakat, permintaan perusahaan dan/atau perintah

pimpinan unit kerja pengawasan ketenagakerjaan dalam hal pengawas

ketenagakerjaan melakukan pemeriksaan khusus yang didasarkan atas

laporan atau pengaduan masyarakat, unit kerja kengawasan

ketenagakerjaan wajib menginformasikan perkembangan penanganannya

61
kepada pelapor dan/atau pihak pengadu dilakukan dengan cara

pemeriksaan dokumen, pemeriksaan lapangan dan pengambilan

keterangan

• Pemeriksaan ulang

Pemeriksaan ulang merupakan pemeriksaan kembali oleh pengawas

ketenagakerjaan dengan jabatan yang lebih tinggi dan/atau pengawas

ketenagakerjaan pusat pemeriksaan ulang dilakukan berdasarkan hasil

evaluasi atas laporan pemeriksaan oleh pimpinan unit kerja pengawasan

ketenagakerjaan. Pemeriksaan ulang dilaksanakan setelah dilakukan gelar

kasus dan dilakukan dengan cara sebagaimana pemeriksaan sebelumnya

dalam melakukan pemeriksaan, apabila ditemukan adanya kekurangan

pemenuhan hak pekerja/buruh, pengawas ketenagakerjaan wajib

melakukan perhitungan dan penetapan terlebih dahulu dilakukan oleh

pengawas ketenagakerjaan pada unit kerja pengawasan ketenagakerjaan

daerah.

F. Penetapan Pengawas Ketenagakerjaan

Dalam penetapan pengawas ketenagakerjaan, khususnya di Dinas Tenaga Kerja

dan Transmigrasi di Provinsi Sulawesi Utara, hal tersebut dilakukan karena perlunya

penanganan beberapa program yang bersangkutpaut dengan tanggungjawab

Disnakertrans, diantaranya dengan memperhatikan tentang penyelenggaraan Program

Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian berdasarkan pasal 45 Ayat 2

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2015 dimana berdasarkan

peraturan tersebut, ditetapkanlah pegawai pengawas ketenagakerjaan.

62
Penetapan pegawai pengawas dalam pelaksanaan program Jaminan Kecelakaan

Kerja dan Jaminan kematian ini untuk memverifikasi data tentang tenaga kerja yang

mengalami kecelakaan kerja bahkan sampai menyebabkan kematian. Pegawai

pengawas bertugas untuk menetapkan kelayakan tentang jaminan apakah dapat

diberikan atau tidak.

G. Alur Pemeriksaan Pengawasan Berdasarkan Laporan Pengaduan/Temuan

Pengawas Ketenaga Kerjaan

Dalam proses pemeriksaan sebagai suatu langkah pengawasan, Disnakertrans

memiliki alur pemeriksaan yang telah ditetapkan. Alur tersebut terdiri dari laporan

pengaduan ataupun temuan yang bersangkut paut dengan kekurangan pembayaran

upah, upah lembur, kecelakaan kerja serta status tenaga kerja. Selanjutnya dibuatkan

surat perintah tugas, kemudian pengawas ketenagakerjaan melakukan pemeriksaan ke

lokasi. Berdasarkan hasil pemeriksaan pengawas ketenagakerjaan, pengawas

mengeluarkan penetapan sebagai pemenuhan ketentuan dengan jangka waktu 14 hari.

Oleh pengawas menginfokan kepada pengusaha, badan usaha/ pengguna tenaga kerja

yang apabila mereka menolak dengan cara melakukan upaya banding, maka melalui

kementerian tenaga kerja dilakukan penetapan kembali. Apabila disetujui, maka

pengusaha, badan usaha/ pengguna tenaga kerja harus pelaksanakan penetapan yang

dilakukan. Namun apabila penetapan ulang yang dilakukan oleh kementerian tenaga

kerja di tolak, maka dilakukan PHI yang pada akhirnya pengusaha, badan usaha/

pengguna tenaga kerja akan melaksanakan penetapan yang telah dikeluarkan. Agar

lebih jelas, alur pemeriksaan pengawasan berdasarkan laporan pengaduan ataupun

temuan pengawas ketenagakerjaan dapat dilihat pada bagan 2.

63
Bagan 2. Alur Pemeriksaan Pengawasan Berdasarkan Laporan Pengaduan ataupun
temuan Pengawas ketenagakerjaan

Setelah dilaksanakan tugas pengawasan, setiap pengawas ketenagakerjaan wajib

membuat nota pemeriksaan setelah melakukan pemeriksaan, nota pemeriksaan adalah

peringatan dan/atau perintah tertulis Pengawas Ketenagakerjaan yang ditujukan

kepada pengusaha atau pengurus untuk memperbaiki ketidakpatuhan terhadap norma

ketenagakerjaan berdasarkan hasil pemeriksaan pengawas ketenagakerjaan. Nota

pemeriksaan yang dimaksud ternagi dalam tiga (3) jenis nota, yaitu:

64
1) Nota Pemeriksaan I (Dapat lihat pada lampiran 2)

Jangka waktu pelaksanaan nota pemeriksaan I diberikan batas waktu yang patut

dan wajar paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak nota pemeriksaan I diterima

dalam hal nota pemeriksaan I tidak dilaksanakan dalam batas waktu yang telah

ditentukan, pengawas ketenagakerjaan yang melakukan pemeriksaan wajib

menerbitkan nota pemeriksaan II.

2) Nota Pemeriksaan II (Dapat lihat pada lampiran 3)

Jangka waktu pelaksanaan nota pemeriksaan II diberikan batas waktu yang patut

dan wajar paling lama 14 (empat belas) hari sejak nota pemeriksaan II diterima.

Dalam memberikan nota pemeriksaan II harus memuat hal-hal sebagai berikut :

- Peringatan untuk melaksanakan isi nota pemeriksaan I

- Jangka waktu pelaksanaan nota pemeriksaan II

- Akibat hukum tidak dilaksanakannya nota pemeriksaan II

- Tempat dan tanggal pembuatan nota pemeriksaan II

- Tanda tangan pengawas ketenagakerjaan yang melakukan pemeriksaan dan

diketahui oleh pimpinan unit kerja pengawasan ketenagakerjaan.

Dalam proses pemeriksaan, pegawai pengawas menerima laporan

pengaduan, kemudian disusun rencana kerja serta dilakukan pemeriksaan awal,

berkala dan ulang. Selanjutnya dikeluarkan surat perintah tugas pengawas

ketenagakerjaan untuk melakukan pemeriksaan ke lokasi. Berdasarkan hasil

pemeriksaan, pengawas ketenagakerjaan mengeluarkan nota pemeriksaan I

dengan pemenuhan ketentuan paling lama 14 hari yang selanjutnya dilaksanakan

oleh subyek pemeriksaan. Apabila tidak dilaksanakan maka pengawas

65
ketenagakerjaan mengeluarkan nota pemeriksaan II dengan pemenuhan ketentuan

paling lama 14 hari. Apbila masih tidak dilaksanakan maka pengawas

ketenagakerjaan membuat laporan kejadian dan diserahkan kepada pimpinan yang

selanjutnya diproses sidik/lidik. Untu jelasnya, alur pemeriksaan yang dilakukan

oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan dapat dilihat pada bagan 3.

Bagan 3. Alur Pemeriksaan Pengawasan Dalam Mengeluarkan Nota Pemeriksaan

66
3) Nota Pemeriksaan Khusus

Pengawas ketenagakerjaan dapat membuat nota pemeriksaan khusus yang hanya

memuat perjanjian kerja waktu tertentu dan/atau penyerahan sebagian

pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain nota pemeriksaan khusus dibuat

berdasarkan pemeriksaan khusus terhadap norma kerja perjanjian kerja waktu

tertentu dan/atau penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada Perusahaan

lain. Dalam hal nota pemeriksaan khusus yang memuat pelaksanaan penerapan

perjanjian kerja waktu tertentu dan/atau penyerahan sebagian pelaksanaan

pekerjaan kepada perusahaan lain telah mendapatkan pengesahan dari pengadilan

negeri setempat, pengawas ketenagakerjaan wajib untuk memastikan

pelaksanaannya.

Matriks pemeriksaan pengawas ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara :

No. Uraian 2018 2019 2020

1. Jumlah objek yang diperiksa 2.158 2.217 1.630

2. Jumlah perusahaan terdata 3.991 4.246 3.585

No. Jenis pemeriksaan 2018 2019 2020

1. Pemeriksaan awal 797 267 181

2. Pemeriksaan berkala 1.248 1.851 1.196

3. Pemeriksaan khusus 113 97 253

Jumlah 2.158 2.217 1.630

67
2. Hasil Wawancara

Proses pengawasan ketenagakerjaan, lebih banyak dilakukan dengan

mendatangi langsung obyek yang akan dilakukan pengawasan, dimana pelaksanaan

pengawasan dilakukan berdasarkan laporan ataupun aduan yang masuk di

Disnakertrans Provinsi Sulawesi Utara. Untuk spesifikasi pengawasan tersebut, maka

dibutuhkan pengawas – pengawas yang bertugas untuk mengunjungi langsung ke

lokasi. Dalam rangka mempermudah proses pengawasan di Disnakertrans Provinsi

Sulawesi Utara, tersebutlah seluruh bidang pengawasan termasuk pengawas sebagai

implementor pengawasan.

Tabel Informan

Karakteristik Persentase
No Kriteria Jumlah
Informan Informan
1. Umur / Usia 17 – 27 Tahun - 0%
28 – 38 Tahun - 0%
39 – 49 Tahun 6 60%
50 – 60 Tahun 4 40%
Lebih dari 61 tahun - 0%
2. Pendidikan SD - 0%
SMP - 0%
SMA 1 10%
S1 8 80%
S2 1 10%
S3 - 0%
3. Pekerjaan ASN 7
BUMN - 0%
Swasta 3
Perempuan 4 40%
Laki-laki 6 60%

68
Proses wawancara dengan daftar pertanyaan Bagaimana tugas dan fungsi

pengawasan ketenagakerjaan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi

Sulawesi Utara?; Bagaimana sejauh ini pelayanan yang dilakukan oleh pengawasan

ketenagakerjaan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi

Utara?;Bagaimana pembagian tugas bagi pegawai pengawas di Dinas Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara? Dan Hasil wawancara yang dilakukan

dengan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara

(diwawancara Rabu 02 Desember 2020 jam 10:00 Wita), sebagai informan ET

mengatakan bahwa :

“Untuk bidang pengawasan sendiri, sudah ada unit-nya yaitu Bidang


pengawasan. Nah, disitu sudah dicantumkan tentang tugas dan fungsi bidang
pengawasan sesuai arahan. Kalau untuk tugas – tugas pengawasan, seperti
yang bapak (peneliti) ketahui di Sulawesi Utara jumlah perusahaan yang
masuk semakin banyak tentunya dibarengi dengan jumlah tenaga kerja yang
ikut meningkat. Tentunya hal ini juga mempengaruhi kinerja pegawai,
khususnya di bidang pengawasan dan secara spesifik akan memberi
pengaruh pada petugas pengawas. Mulai dari jumlah pekerjaan serta kualitas
pekerjaan itu sendiri”.

Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Bidang Pengawasan, informan SK

mengatakan bahwa :

“Jumlah petugas pengawas jika dibandingkan dengan jumlah


perusahaan dan tenaga kerja tentunya tidak sesuai. Namun hal itu menjadi
tantangan tersendiri. Permasalahan atau aduan – aduan yang masuk
tentunya sedapat mungkin sudah harus ditangani yang sebelumnya dikaji
terlebih dahulu. Kita bandingkan saja pada masa pandemic, sekarang sudah
di masa new normal, tahun lalu (2020) sektor ketenagakerjaan itu paling
banyak memberi dampak, banyak pegawai yang di PHK, 2.083 tenaga kerja
sedangkan yang dirumahkan sekitar 3.190 orang. Disini, petugas pengawas
tentunya menghadapi banyak aduan, mereka akan melakukan proses
pendataan dan pelaporan. Inilah kinerja pegawai pengawas untuk
memferivikasi aduan dan memberikan laporan.

Berdasarkan hasil wawancara kepada Kepala Dinas dan Kepala Bidang

Pengawasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa Bidang Pengawasan di Disnakertrans


69
untuk mempermudah dalam arti menspesifikasikan tugas dalam bidang pengawasan

ketenagakerjaan meskipun jumlah pengawas yang tersedia tidak berimbang dengan

jumlah perusahaan atau pelaku usaha yang tersedia.

Berdasarkan pendekatan yang digunakan dalam menganalisis kinerja pegawai

pengawas di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Provinsi Sulawesi Utara

menggunakan indikator – indikator kinerja menurut John Miner (1998) yang terdiri

dari kualitas kerja, kuantitas kerja, pemanfaatan waktu dan kerja sama, diperoleh

hasil penelitian melalui wawancara kepada para informan, yang diperoleh hasil

sebagai berikut:

a) Kualitas Pekerjaan

Kualitas kerja berhubungan dengan kemampuan pegawai dalam melaksanakan

pekerjaan yang diberikan oleh atasan, hal tersebut dinilai dari baik buruknya hasil

pekerjaan yang dijalankan yang dilihat dari sudut pandang ketelitian serta kerapihan,

keterampilan dan kecakapan dalam melaksanakan pekerjaan. Pegawai pengawas di

Disnakertrans Provinsi Sulawesi Utara memiliki peran dan tugas masing – masing

yang dikontrol melalui Kepala Bidang Pengawasan yang bertugas dalam proses

penyusunan kebijakan serta melaksanakan perencanaan, koordinasi, pengendalian

serta pembinaan tugas. Selain itu sebagai penyelenggara kegiatan teknis yang

berhubungan dengan pelayanan kepada masyarakat dan melaksanakan tugas dinas

yang diberikan oleh pimpinan.

Pengamatan yang dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwa, tugas pegawai

pengawas yang kebanyakan turun kelapangan untuk bertemu langsung dengan

sumber yang menjadi obyek terlebih dari aduan masyarakat membutuhkan

konsentrasi dan tenaga ekstra, hal tersebut dikarenakan proses pemecahan masalah
70
yang terjadi lapangan, harus disusun untuk membuat kebijakan untuk menyelesaikan

permasalahan yang ada. Hasil wawancara bersama kepala bidang (diwawancara Rabu

02 Desember 2020 jam 10:00 Wita) bapak SK mengatakan bahwa :

“Fokus utama kami tentunya melaksanakan pengawasan. Jadi kami


harus turun ke lapangan dan menghadapi berbagai karakater tenaga kerja
yang harus disamakan persepsi dengan perusahaan. Sekembalinya dari tugas
pengawasan itu, petugas harus menyusun data menjadi laporan yang
diperoleh dilapangan yang selanjutnya akan dirapatkan dan disusun
kebijakan yang akan diambil. Dan itu kebanyakan laporan itu dikejar untuk
segera diselesaikan. Kemampuan pengawas dalam menyusun laporan sangat
dibutuhkan, karena akan menjadi acuan”.

Pernyataan yang disampaikan tersebut, sama seperti yang diungkapkan oleh

petugas pengawas, bapak TM yang mengatakan bahwa:

“Kalau kami ditugaskan untuk turun ke lapangan, ya kami harus turun.


Setelah balik, kami akan menyusun laporan dimana laporan itu akan menjadi
panduan untuk menyusun rencana sebagai langkah – langkah apa yang akan
diambil. Berbeda lagi kalau misalnya ada tenaga kerja yang datang langsung
ke kantor, untuk membuat aduan atau mencari informasi, kami juga harus
segera merespon. Kami sering kewalahan, karena kadang kalau datang ramai
– ramai, dan ternyata harus langsung direspon, tentunya harus juga segera
dieksekusi. Disitu kadang kadang terjadi kesalahan komunikasi. Pada
akhirnya begitu menyusun laporan jujur agak kelimpungan. Kadang membuat
kepala pusing”.

Hasil wawancara bersama pengawas SM,SK, dan WK menyampaikan bahwa :

“Kami bersemangat dalam melaksanakan pekerjaan kami. Hal tersebut


dikarenakan sudah menjadi tugas dan tanggungjawab kami sesuai dengan
bidang yang dianut. Kami memiliki tupoksi masing – masing tergantung
peintah atasan apa yang akan dilakukan. Tentunya harus kami
menyelesaikannya dengan baik termasuk menyusun laporan pekerjaan”

Hasil wawancara bersama dengan masyarakat yang pada saat penelitian

dilakukan, berada di kantor Disnakertrans. Peneliti menanyakan tentang bagaimana

pelayanan yang anda terima pada saat datang mengurus keperluan di kantor

Disnakertrans, dari 3 informan yang diwawancarai secara terpisah, informan RS dan

PK menyampaikan pendapat yang sama yaitu :


71
“Kebetulan kami datang untuk mengurus kebutuhan sebagai tenaga
kerja. Saya menyampaikan keluhan. Tadi pas sampai, langsung dilayani,
ditanyakan berkas – berkas dan ada beberapa pertanyaan yang harus kami
jawab. Dan tadi bapak yang disana sudah mencatat dan menyiapkan
keperluan, sekarang tinggal menunggu”.

Wawancara dengan informan NM dan RM mengatakan bahwa:

“Pelayanannya baik, bapak yang mengurus memberi respon cepat. Data


– data yang dibutuhkan langsung saya berikan. Diurus dan ini saya sudah
dapat surat yang saya perlu. Kalau menurut saya kualitas bapak yang
melayani saya itu bagus, cepat dan teliti. Dan murah senyum. Kalau semua
seperti itu, mungkin siapapun yang datang mengurus pasti. Apalagi pengawas
ternyata, jadi memang lebih jeli. Intinya bagus pelayanannya”.

Berdasarkan hasil wawancara yang dijelaskan diatas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa pelayanan petugas dapat dikatakan hasil kerjanya baik terlebih dapat

menyelesaikan pekerjaan dengan teliti yang dibuktikan dengan masyarakat yang

merasa dilayani dengan baik.

b) Kuantitas Pekerjaan

Kuantitas pekerjaan berhubungan dengan besarnya atau jumlah pekerjaan yang

harus ditangani oleh pegawai dalam hal pegawai pengawas ketenagakerjaan. Proses

wawancara dengan daftar pertanyaan Apa saja yang dilakukan pegawai pengawas

tenaga kerja?;dan menurut anda, bagaimana hasil kerja dan atau laporan pekerjaan

yang dilakukan oleh pegawai pengawas di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Provinsi Sulawesi Utara? Hasil wawancara dengan kepala Disnakertrans ET dan SK

Kepala Bidang Pengawasan, keduanya mengatakan bahwa :

“Seorang petugas pengawas, memang memiliki beban kerja yang lebih


banyak dibandingkan staf atau pegawai lainnya yang berada di
Disnakertrans. Mereka harus selain melayani aduan yang langsung di terima
di dinas, mereka juga harus turun ke lokasi dan kembalinya harus segera
membuat laporan. Tentunya itu membutuhkan waktu yang lebih. Dan,
terkadang mereka harus menyelesaikan beberapa aduan, laporan dan
membuat laporan untuk nantinya dijadikan sebagai panduan untuk diambil
keputusan untuk membuat perencanaan sebagai bentuk kebijakan apa yang
72
akan diambil. Intinya banyak pekerjaan”
Hasil wawancara bersama pengawas SM,SK, dan WK menyampaikan bahwa :

“Kalau ada aduan, sebagai petugas pengawasan, kami harus


mengunjungi lokasi kemudian mengambil atau mendata pokok –pokok
permasalahan yang selanjutnya kembali untuk membuat laporan. Kalau
misalnya kami turun lapangan biasanya, kami sudah tidak kembali ke kantor,
karena terkadang kami sampai malam di lapangan. Kalau sudah kelelahan,
langsung pulang kerumah. Besoknya kami kembali ke kantor atau kalau ada
tugas lapangan lainnya kami langsung koordinasikan dengan kantor untuk
melanjutkan tugas pengawasan. Kalau meurut saya, memang petugas
pengawas masih kurang, kadang tidak cukup waktu untuk langsung
mengeksekusi tugas. Tapi kami jalankan dengan senang hati.”

Hasil wawancara bersama pengawas TM dan GP menyampaikan bahwa :

“Untuk banyaknya pekerjaan yang dikerjakan itu tergantung tugas


masing – masing. Tentunya makin tinggi jabatan, makin tinggi pula jumlah
pekerjaan yang dibebankan. Namun, memang kadang kami mengerjakan
tugas bersama apabila sudah selesai tugas masing-masing”.

Secara keseluruhan, jumlah pekerjaan yang diemban petugas pengawas dapat

dieksekusi dengan baik namun, kekurang sumber daya manusia atau petugas

pengawas menjadi kuantitas kerja terkadang tidak dapat diselesaikan tepat pada

waktunya.

c) Pemanfaatan Waktu

Pemanfaatan waktu yang dimaksud yaitu yaitu waktu jam kerja di mulai serta

selesainya jam kantor. Proses wawancara dengan daftar pertanyaan : Bagaimana

peraturan jam kerja Di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi

Utara?dan Rata – rata pekerjaan yang diselesikan oleh pegawai pengawas di Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara? Hasil wawancara dengan

petugas pengawas, SM,SK, dan WK mengatakan bahwa :

“Kami datang ke kantor tepat waktu, jam 7.30 kami sudah dikantor.
Tetapi kalau misalnya kami ada tugas lapangan, kami tidak langsung ke
73
kantor kami langsung menuju lokasi. Itu kalau ada tugas lapangan. Kalau
misalnya tidak, atau kebetulan kebagian tugas hanya di kantor, kami datang
sesuai prosedur jam kantor”.

Hasil wawancara dengan petugas pengawas, TM, dan GP mengatakan bahwa:

“Kebanyakan jumlah pekerjaan yang harus dilaksanakan terkadang


menumpuk yang secara otomatis kami tdak mdapat menyelesakannya dalam
waktu sehari. Kan kami juga dibatasi dengan waktu jam kantor. Masih
sementara kerja tetapi sudah jam pulang secara otomatis kami harus
menyiapkan diri mengatur pekerjaan dan pulang untuk dilanjutkan esok hari.
Tapi kadang juga kalau memang ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda, mau
tidk mau kami harus lembur”.

Senada dengan para pegawai pengawas ketenagakerjaan, Kadis Disnakertrans

ET dan Kepala Bidang SK membenarkan hal tersebut dimana mereka menyampaikan

bahwa:

“Kalau jam kantor, semua sama seluruh instansi. Namun untuk saat ini,
kami melaksanakan protocol kesehatan jadi tidak semua pegawai ada di
kantor. Terlebih untuk pegawai pengawas ketenagakerjaan mereka banyak
dilapangan. Kalau misalya tidak ada tugas lapangan, mereka masuk sama
seperti yang lainnya dan sesuai dengan waktu yang ditentukan”.

Hasil wawancara bersama dengan masyarakat yang pada saat penelitian

dilakukan, bagaimana penerimaan aduan dilihat dari jam pelayanan di kantor

Disnakertrans. Peneliti menanyakan tentang mengurus keperluan di kantor

Disnakertrans, dari 3 informan yang diwawancarai secara terpisah, informan RS dan

PK menyampaikan pendapat yang sama yaitu :

“Kami datang untuk mengurus kebutuhan sebagai tenaga kerja. Saya


menyampaikan keluhan. Jam kami datang 8:15, langsung dilayani,
ditanyakan keperluan apa yang datang ke kantor dinas. Dan selesai 9:30”.

Wawancara dengan informan NM dan RM mengatakan bahwa:

“bapak yang mengurus memberi respon cepat. Pengaduan kami


langsung dilayani dengan baik hanya kisaran satu jam permasalahan aduan
kami langsung dicatat dan direspon”

74
Pemanfaatan waktu dalam melaksanakan pekerjaan, kebanyakan melebihi batas

waktu yang telah ditentukan. Hal tersebut merupakan dampak dari kurangnya jumlah

tenaga pengawas yang tersedia.

d) Kerjasama

Secara keseluruhan petugas pengawas ketenagakerjaan di Disnakertrans

Provinsi Sulawesi Utara saling peduli dan saling membantu dalam menyelesaikan

pekerjaan karena dalam melaksanakan pekerjaan saling berkaitan antara bidang satu

dengan bidang yang lainnnya. Kerjasama antar petugas pengawas bersama pimpinan

dan staf lainnya dapat dikatakan terjalin dengan baik. Hal tersebut dibuktikan

dengan hasil wawancara dengan daftar pertanyaan yaitu ; Bagaimana tanggapan anda

tentang solidaritas antar sesama pegawai pengawas di Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara?; Hasil wawancara dengan petugas pengawas,

WK dan GP mengatakan bahwa :

“Kalau untuk kerjasama kami yakin kami solid. Karena kadang kalau
misalnya saja ada teman yang berhalangan dan tidak masuk. Kadang tanpa
intruksi pimpinan kami biasanya langsung mengeksekusi tugas tersebut.
Meski setiap orang memiliki tugas masing-masing sesuai delegasi yang
dibagikan oleh atasan, semuanya akan saling melengkapi untuk mencapai
tujuan bersama. Enaknya memiliki tim, bisa membagikan beban kerja dan
juga memberikan bantuan pada anggota tim lainnya. Semua orang akan
saling tolong-menolong dan belajar untuk tidak memperhatikan kepentingan
pribadi, tetapi mengutamakan kepentingan bersama. Itu yang terjadi di kami
disini. Kami teamwork”.

Hasil wawancara TM, SM dan SK, menyatakan bahwa


“soal kerjasama ya tentunya sama seperti yang bapak peneliti lihat
bahwa kami bekerja sama dalam arti, dari teman – teman pengawas
memasukkan laporan kepada kami dan kami melanjutnkan kepada pimpinan.
Untuk sesame rekan pengawas sendiri lebih banyak melaksanakan tugas secara
bersama. Hal tersebut dapat dilihat dari kalau turun ke lapangan kami
berkelompok dan pada saat membuat laporan kami lakukan secara bersama –
sama”

75
dengan SK sebagai Kepala Bidang Pengawasan menyampaikan bahwa:

“Kerjasama yang kami utamakan untuk menjalankan pekerjaan. Karena


dapat saling memberi solusi dan masukan. Baik itu sebagai pimpinan maupun
staf/pegawai. Dan itu akan membantu, apalagi kalau saat tugas menumpuk,
kerjasama akan sangat membantu. Masing-masing orang dalam tim mungkin
memiliki pemikiran yang berbeda-beda. Namun, setiap orang harus sepakat
dalam hubungan kerja. Tim kerja harus memahami target dalam kelompok dan
memiliki satu visi yang sama dalam bekerja. Karena jika kita bekerja sendirian,
pikiran kita akan lama berkembang. Saat pikiran kita buntu, kita tidak akan
bisa menemukan ide yang kreatif dan inovatif. Berbeda jika Anda bekerja
dalam tim, kita dapat saling berkomunikasi untuk bertukar pikiran. Kreativitas
pun akan terbangun karena terdapat diskusi untuk membahas berbagai
gagasan yang menarik. Kita bisa mendapatkan ide terbaik dan akhirnya
menciptakan solusi yang optimal secara bersama-sama. Jika terjalin kerja
sama yang baik, efisiensi kerja jadi meningkat. Setiap orang akan menjalankan
fungsinya secara bersamaan sesuai tanggung jawab masing- masing, sehingga
pekerjaan yang menumpuk dapat cepat dibereskan.”

Kerja sama dalam tim (teamwork) terkadang dihindari oleh beberapa orang di

lingkungan kerja. Ada yang merasa sanggup bekerja secara independen, sehingga

tidak terlalu mengandalkan orang lain. Padahal, teamwork memberikan sejumlah

manfaat bagi diri Anda sendiri dan organisasi. Anda harus menurunkan ego dan

menjaga kekompakan hubungan dalam tim. Hindari sikap yang merasa bisa bekerja

sendiri-sendiri.

B. Pembahasan

1. Kinerja Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Di Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara

Kinerja pegawai merupakan hasil pekerjaan yang dilaksanakan oleh pegawai

sebagai suatu fokus pencapaian yang menunjukkan hasil tentang kemampuan kerja,

kemampuan menyelesaikan jumlah pekerjaan, serta penyelesaian pekerjaan sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan dan proses penyelesaian pekerjaan dikerjakan

76
secara bersama – sama. Kinerja pada dasarnya tentang kemampuan seseorang dalam

mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan yang menyebabkan pegawai

dituntut untuk dapat memberikan yang terbaik dalam menjalankan pekerjaannya.

Tanpa terkecuali kinerja pegawai pengawas dalam hal ini pengawas dalam bidang

pengawasan ketenagakerjaan. Hal ini sama halnya dengan pendapat yang disampikan

oleh Anwar (2015) yang menjelaskan bahwa kinerja pegawai yang merupakan hasil

kerja seseorang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai atau

karyawan dalam mencapai tugas – tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang

diberikan kepadanya. Kinerja pegawai merupakan perilaku organisasi atau instansi

yang secara langsung berhubungan dengan produksi barang atau penyampaian jasa.

Informasi tentang kinerja merupakan suatu hal yang sangat penting dikarenakan dapat

digunakan untuk mengevaluasi. Untuk mengukur kinerja pegawai pengawas

ketenagakerjaan Dinsnakertrans Provinsi Sulawesi Utara menggunakan indikator

kualitas, kuantitas, penggunaan waktu dan kerjasama, yaitu:

a. Kualitas Kerja

Di dalam pelayanan, kualitas merupakan unsur yang paling penting, karena

dapat mempengaruhi kinerja karyawan yang melayani produk pembiayaan. Kualitas

yaitu seberapa baik seseorang karyawan dalam mengerjakan apa yang seharusnya ia

kerjakan dan bisa diukur melalui ketepatan, ketelitian, keterampilan, dan keberhasilan

hasil kerja (Anwar, 2000). Pengawas ketenagakerjaan dipercayakan untuk dapat

menjamin penegakan ketentuan hukum terkait yang bersangkutpaut dengan kondisi –

kondisi kerja dan perlindungan pekerja ketika melakukan pekerjaan, seperti ketentuan

terkait jam kerja, upah, keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan, hubungan kerja

dengan anak – anak dan kaum muda dan hal – hal terkait lainnya, sejauh ketentuan
77
tersebut dapat ditegakkan oleh pengawas ketenagakerjaan; ketentuan hukum yang

dimaksud termasuk keputusan arbitrase dan perjanjian bersama dimana kekuatan

hukum diberikan dan bisa ditegakkan oleh pengawas ketenagakerjaan. Selain itu

pengawas ketenagakerjaan menyediakan informasi serta saran teknis kepada

pengusaha dan pekerja mengenai cara yang paling efektif untuk memenuhi ketentuan

hukum serta pegawai pengawas meinfokan tentang otoritas yang kompeten mengenai

pelanggaran atau penyalahgunaan yang khususnya tidak dilindungi oleh ketentuan

yang ada. Hal ini sesuai dengan keputusan konvensi – konvensi ILO terutama nomor

81 dan nomor 129 yang merupakan jalan masuk untuk pengawasan etenagakerjaan

yang efektis menurut standar universal.

Oleh sebab itu pengawasan harus diselenggarakan sebagai suatu sistem yang

berlaku pada semua tempat kerja dimana ketentuan – ketentuan hukum yang terkait

dengan kondisi kerja dan perlindungan pekerja ditegakkan. Pengawasan

ketenagakerjaan harus ditempatkan dibawah pengawasan dan kontrol kekuasaan

pusat sejauh hal tersebut sesuai dengan praktik administrasi yang berlaku.

Dengan demikian proses pengawasan harus dijalankan oleh orang yang

berkompeten dalam hal ini pegawai pengawas ketenagakerjaan. Kualitas pegawai

pengawas ketenagakerjaan di Disnakertrans Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan

hasil yang baik. Dapat dikatakan telah menjalankan pekerjaan pengawasan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Para pengawas melakukan kunjungan langsung ke

lokasi – lokasi ataupun pada obyek terlapor yang mengarahkan pada terjadinya

pelanggaran. Kualitas kerja pegawai pengawas dapat dilihat dari pelaksanan

pekerjaan yang melakukan pemerinsaan sesuai dengan surat perintah yang

78
dikeluarkan yang selanjutnya melakukan pelaporan sebagai bentuk rekomendasi

untuk penangan permasalahan yang terjadi. Hal ini sesuai dengan pendapat Gomez

(2001) yang mengatakan bahwa kinerja pegawai salah satunya berfokus hasil yang

dimaknai melalui pendekatan hasil yaitu dalam salah satunya kemampuan

menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Kualitas kerja

merupakan cerminan kinerja pegawai yang sejalan dengan kinerja yang dikemukan

oleh Berry (2009) melalui dimensi kehandalan, kompetensi dan pengetahuan. Hal

tersebut dikarenakan kinerja dideskripsikan sebagai suatu konsistensi kerja dan

ehandalan pegawai dalam pelayanan, keakuratan menyelesaikan pekerjaan serta benar

dan tepat tidak dapat dipisahkan dari kompetensi yang merupakan keahlian dan

pengetahuan dalam memberi pelayanan sehingga melalui pengetahuan yang dimiliki

pegawai pengawas maka keluhan masyarakat dalam hal ini tenaga kerja dapat

dilayani dan terpenuhi dengan baik seluruh aduan atau keluhan mereka.

b. Kuantitas Kerja

Kuantitas kerja diukur dari jumlah hasil pekerjaan yang diselesaikan dimana

kuantitas kerja dapat dilihat dari dimensi produktivitas yang dipahami pada efisiensi,

efektivitas pelayanan serta tingkat pelayanan yang bertujuan mencapai hasil yang

diharapkan. Sudarmanto (2009) mengatakan bahwa kuantitas kerja berkaitan erat

dengan produktivitas yaitu kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan atau

menghasilkan produk atau jasa yang telah ditetapkan sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan. Sama seperti halnya dengan yang disampaikan Miner (1998) yang

menjelaskan bahwa kuantitas pekerjaan berkaitan dengan jumlah pekerjaan yang

dihasilkan bila dibandingkan dengan rencana atau target.

79
Pegawai pengawas ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan

pekerjaan sesuai dengan alur yang telah ditetapkan. Dimana pengawas akan

menangani laporan atau aduan masyarakat berdasarkan surat perintah yang

selanjutnya dibuatkan laporan untuk dilaksanan. Pekerjaan tersebut akan dianggap

selesai apabila peengusaha atau badan usaha atau yang menggunakan pekerja

langsung menerima dan menjalankan laporan yang diberikan oleh pengawas

ketenagakerjaan. Tetapi, bila hal tersebut ditolak oleh pengusaha atau badan usaha,

maka secara otomatis akan menambah beban kerja pegawai pengawas dikarenakan

harus mengubah atau memperbaiki laporan pekerjaan yang dalam hal ini

mengeluarkan nota pemeriksaan lanjutan agar dapat diterima oleh pengusaha, badan

usaha yang yang menggunakan tenaga kerja sebagai aduan dari pekerja.

c. Penggunaan waktu

Penggunaan waktu merupakan tingkat aktivitas yang diselesaikan di awal waktu

yang dinyatakan dan dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil otuput serta

memaksimalkan waktu yang tersedia untuk melaksanakan aktivitas lainnya. Dalam

dunia pekerjaan, produktivitas perkerja memiliki hubungan yang erat tentang

menejemen waktu kerja para pegawai atau karyawan.

Dalam ketepatan penggunaan waktu kerja, pegawai pengawas ketenagakerjaan

Disnakertrans Provinsi Sulawesi Utara menggunakan waktu sebaik mungkin. Dilihat

dari waktu kerja, dikarenakan pegawai pengawas merupakan petugas lapangan,

pegawai pengawas dalam menjalankan pekerjaan selalu langsung menuju ke lokasi

yang ditentukan sesuai dengan surat perintah yang diberikan. Para pegawai pengawas

ketenagakerjaan menjalankan tugas tersebut dan menyelesaikan dalam waktu

telah telah ditentukan termasuk laporan sudah dimasukkan terlepas akan adanya
80
perbaikan akibat ditolaknya laporan oleh pengusaha yang mengharuskan pegawai

pengawas mengeluarkan nota pemeriksaan sampai beberapa kali namun intinya

mereka menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penggunaan

waktu ini sendiri juga bergantung pada hasil pelaporan yang diberikan kepada

pengusaha yang memiliki batas waktu 14 hari yang apabila langsung dieksekusi oleh

para pengusaha, itu berarti waktu yang digunakan akan lebih singkat dari yang telah

ditetapkan.

d. Kerjasama

Kerjasama dalam menyelesaikan pekerjaan menjadi hal yang penting untuk

dapat mewujudkan kinerja baik secara individu maupun organisasi dalam hal ini

instansi pemerintah. Kerja sama akan tercipta dalam suatu kelompok kerja apabila

terjalin hubungan kerja yang baik dalam hal ini kerj sama antar sesama pegawai

pengawas ketenagakerjaan di Disnakertrans Provinsi Sulawesi Utara.

Hasi pengamatan dan wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa kerja

sama pegawai pengawas ketenagakerjaan berjalan dengan baik dimana secara

individu mereka saling membantu dalam menangani aduan yang diterima apabila

terdapat salah satu pengawas yang berhalangan untuk mengeksekusi laporan atau

aduan yang diterima. Hal tersebut tentunya membantu dalam penyelesaian pekerjaan

yang ditugaskan. Pembuktian atas hubungan kerja yang baik nyata terlihat dari

aktivitas kerja yang saling mendukung satu dengan yang lain. Hubungan dengan

sesama pegawai pengawas terjalin bukan hanya di saat penyelesaian pekerjaan, akan

tetapi juga dalam kebersamaan sosial dan saling membantu. Demikian pula halnya

81
pada hubungan dengan mitra kerja terjalin baik yang dibuktikan pada kegiatan turun

lapangan. Menyikapi hal ini maka dapat dikatakan bahwa pendapat dari

Prawirosentono (1999) yang mengatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat

dicapai oleh pegawai atau sekelompok pegawai dalam suatu organisasi, sesuai dengan

wewenang dan tanggungjawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan

organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan

moral dan etika merupakan hal yang penting untuk dipahami. Sebab hubungan kerja

yang terbentuk sebagai bagian dari proses kerja sama dalam menyelesaikan pekerjaan

sebagai capaian hasil kerja individu maupun kelompok yang juga sesuai dengan etika

dan moral yang dimiliki. Tidak mungkin orang akan bersedia bekerja sama ketika

dari sikap dan tingkah laku yang ada tidak mencerminkan moral dan etika yang baik

dalam bekerja, bersikap dan bertindak.

2. Kendala – Kendala Dalam Proses Pengawasan Ketenagakerjaan

Dalam pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan, terdapat beberapa kendala

yang dihadapi oleh Disnakrtrans Provinsi Sulawesi Utara secara umumnya, dan

secara khusus oleh Bidang Pengawasan, diantaranya:

1. Kurangnya sumberdaya pegawai pengawas ketenagakerjaan yang

menyebabkan tumpang tindih jumlah pekerjaan yang harus dilaksanakan yang

berdampak pada batas waktu yang telah ditentukan yang dapat menyebabkan

laporan pekerjaan terhambat dan dapat mempengaruhi kualitas kerja.

2. Sering terjadinya penolakan terhadap laporan nota pemeriksaan oleh

pengusaha/badan usaha yang menyebakan pegawai pengawas harus membuat

laporan kembali dengan melampirkan dalam bentuk nota pemeriksaan II yang

82
pada akhirnya membuat jumlah pekerjaan bertambah yang semestinya sudah

selesai.

3. Data mayarakat terlebih pada saat pengurusan jaminan kecelakaan kerja dan

kematian, terkadang tidak sesuai dengan semestinya, yang menyebabkan

kuantitas kerja bertambah yang tentunya juga mempengaruhi batas waktu

pengerjaan.

83
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa kinerja

pegawai pengawas ketenagakerjaan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi

Sulawesi Utara yang dilihat dari indikator kualitas, kuantitas, penggunaan waktu dan

kerjasama dalam menyelesaikan pekerjaan adalah sebagai berikut:

1. Kualitas kerja pegawai pengawas ketenagakerjaan menunjukkan kualitas yang

baik dimana para pegawai pengawas langsung turun ke lapangan pada saat

menerima surat perintah sebagai bentuk penanganan terhadap pengaduan atau

pelaporan masyarakat dalam hal ini permasalahan tentang ketenagakerjaan.

2. Kuantitas kerja pegawai pengawas secara keseluruhan dapat ditangani dengan

baik. Tetapi hal tersebut dapat berpengaruh apabila laporan hasil pemeriksaan

dalam bentuk nota pemeriksaan yang disampaikan kepada para pengusaha atau

badan usaha dan pengguna tenaga kerja, melakukan penolakan maka pegawai

pengawas harus melakukan peninjauan kembali atau membuat laporan kembali

sampai dengan laporan tersebut diterima oleh pengusaha atau badan usaha atau

pengguna tenaga kerja.

3. Penggunaan waktu kerja oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan sama seperti

pegawai Disnaketrans yang tidak melaksanakan kegiatan yang turun ke lapangan

secara lanngsung. Pabila tidak melakukan pengawasan langsung kelokasi maka,

para pegawai pengawas masuk kantor sesuai dengan waktu yang ditentukan

84
tepai apabila ada tugas yang mengharuskan turun ke lapangan, maka mereka akan

langsung menuju ke lokasi pemeriksaan dan kembali ke kantor apabila masih

pada jam kantor.

4. Kerjasama para pegawai pengawas ketenagakerjaan berjalan dengan baik. Hal

tersebut terlihat dari apabila ada teman yang tidak dapat menjalankan tugas turun

lapangan maka akan ada pengawas lainnya yang akan menggantikan demikian

juga dikantor, apabila terdapat teman pengawas yang memilki banyak laporan

pemeriksaan yang akan dibuat, maka mereka akan saling membantu terutama

pada saat ada pengawas yang telah menyelesakan pekerjaannya.

5. Jumlah sumber daya manusia atau pegawai pengawas masih sangat kurang

apabila dibandingkan dengan jumlah perusahaan yang ada di Sulawesi Utara yang

harus ditangani.

B. Saran

Sesuai dengan pembahasan dan kesimpulan penelitian yang telah diuraikan

serta untuk mengatasi / memperbaiki kendala – kendala yang terjadi pada

pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan oleh pegawai pengawas di Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara, peneliti memberi masukan dalam

hal ini berupa saran yang terdiri dari:

1. Kualitas kerja pegawai pengawas dipengaruhi oleh kemampuan dirinya sendiri,

oleh sebab itu perlu untuk meningkatkan kualitas kerja dengan cara mempelajari

hal – hal yang baru dengan mengikuti pelatihan tentang peningkatan kualitas

kerja.

85
2. Kuantitas kerja tidak terlepas dari kualitas kerja. Apabila kualitas kerja baik maka

jumlah kerja yang akan dilaksanakan secara otomatis berpengaruh pada kuantitas

kerja oleh sebab itu dengan meningkatkan kemampuan pegawai pengawas dalam

hal kualitas kerja secara otomatis kuantitas pekerjaan dapat teratasi.

3. Penggunaan waktu kerja sangat dibutuhkan agar tidak terjadinya penumpukan

pekerjaan yang juga akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas kerja. Masing –

masing indikator kinerja saling bergantung, oleh sebab itu penitngnya pembagian

waktu kerja dan ketepatan waktu kerja akan sangat membantu meningkatkan

kinerja pegawai.

4. Keterbukaan dan saling percaya antar sesama rekan pegawai pengawas dan

pimpinan akan menghasilkan kinerja yang baik, oeh sebab itu kerjasama perlu

untuk dipelihara dan ditingkatkan salah satunya dengan memberikan waktu

kebersamaan untuk pegawai untuk saling berinteraksi misalnya dengan

refreshing.

5. Disnakertrans Provinsi Sulawesi Utara dalam hal ini Bidang Pengawasan perlu

meningkatkan kualitas sumberdaya pegawai pengawas diantaranya dengan

menambah jumlah pegawai pengawas ketenagakerjaan, serta perlu dilakukan

pelatihan – pelatihan yang lebih intens dalam bidang pengawasan yang bertujuan

agar pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan dapat tercapai sesuai dengan yang

ditargetkan.

86
DAFTAR PUSTAKA

Bernardin, H. John, dan Joyce E.A Russel. (2003). Human resource management (An
Experimental Approach International Edition). Mc. Graw-Hill Inc. Singapore.
Fadel, Muhammad. 2009. Reinventing Government (Pengalaman Dari Daerah).
Gomes, Faustino Cardoso, 2013, Manajemen Sumber Daya Manusia, Andi,
Yogyakarta.
Handoko TH. 2003. MAnajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta,
BPFE-Yogyakarta.
Harahap 2001. Sistem Pengawasan. Maj. Jakarta
Juffri Al. 2013. Analisis Kinerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Dinas Pendidikan
Kabupaten Karimun. UIN. Riau.
Kadarman, 2001. Sistem Pengawasan Managament. Pustaka Quantum. Jakar
Kartono, Kartini, 2002. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Kalangi, R., 2005, Pengmbangan Sumber Daya Manusia dengan Kinerja Aparat Sipil
Negara di Kabupaten Kepulauan Sangihe Provinsi Sulawesi Utara, Jurnal
Bidang EkoSosBudKum (Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Hukum), Vol. 2, No.
1, Institut Pmerintahan dalam Negeri (IDPN) Kampus Sulawesi Utara.
Mahmudi, 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Mahsun, Mohamad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik: Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Penerbit BPFE-Yogyakarta
Mangkunegara P. A. 2005, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Penerbit Refika
Aditama, Bandung.
Mangkunegara PA. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mangkunegara PA. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Manulang, 2002, Manajemen Personalia, Jakarta ; Ghalia Indonesia.
Moeheriono. 2012. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Moleong, Lexy. 2006. Metode Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Pasolong, Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Alfabeta, Bandung

87
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. No. 33 tahun 2016

Riani. Asri Laksmi, 2013, Manajemen Sumber Daya Manusia Masa Kini, Graha
Ilmu, Yogyakarta.
Rizky, Achmad S. 2001. Manajemen Pengganjian dan Pengupahan Karyawan
Perusahaan, Cetakan pertama. Gramedia Utama. Jakarta
Sedarmayanti. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi Dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT. Refika Aditama.
Setiadi, N. J., Miftah, G. R., & Nugraha, K. S. W. 2016. Stres Kerja Dan Motivasi
Karyawan Lini Depan Serta Pengaruhnya Terhadap Kepuasan Kerja: Kajian
Empiris Pada Beberapa Perusahaan Jasa Sub Sektor Industri Kreatif. UNEJ e-
Proceeding, 231-243.
Siagian, SP, 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Sigiresu S. Rao, John Wiley dan Sons, 2009. Engineering Optimalization: Theory
and Pratice, Forth Edition.
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung :
Alfabeta.
Tambajong S, 2014. Kinerja Aparatur Sipil Negara Dalam Pelayanan Publik Di Dinas
Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Minahasa Selatan. Journal
Administrasi Publik. Unsrat.
Taty Salmiaty dan Basir Muhammad. 2016. The Effect Of Leadership Style, Work
Environment, and Organization Culture on Employee Performance:A Case
Study at Kawasan Industri Makasar Indonesia, IOSR Journal of Business and
Management, Vol 18, Issue 10.
Undang-undang Nomor 1 tahun 1951 tentang Pengawasan Perburuhan
Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaaan
Wibowo. 2011. Manajemen Kinerja. Jakarta: Raja Grafindo Persada

88
Lampiran 1.
PEDOMAN WAWANCARA

A. Identitas Informan

1. Nama informan :

2. Jabatan :

3. Masa Kerja :

4. Jenis Kelamin :

5. Pendidikan :

B. Materi Wawancara

1. Bagaimana tugas dan fungsi pengawasan ketenagakerjaan di Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara?

2. Bagaimana sejauh ini pelayanan yang dilakukan oleh pengawasan

ketenagakerjaan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi

Utara?

3. Bagaimana pembagian tugas bagi pegawai pengawas di Dinas Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara?

4. Apa saja yang dilakukan pegawai pengawas tenaga kerja?

5. Menurut anda, bagaimana hasil kerja dan atau laporan pekerjaan yang

dilakukan oleh pegawai pengawas di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Provinsi Sulawesi Utara?

6. Bagaimana peraturan jam kerja Di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Provinsi Sulawesi Utara?

89
7. Rata – rata pekerjaan yang diselesikan oleh pegawai pengawas di Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara?

8. Bagaimana tanggapan anda tentang solidaritas antar sesama pegawai

pengawas di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara?

9. Menurut anda (pimpinan) bagaimaa kualitas, jumlah pekerjaan, waktu

menyelesaikan pekerja serta kerjasama (koordinasi) pegawai yang ada di

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara?

90
Lampiran 2

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA


DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DAERAH
JL. 17 Agustus Rike Telp. 0431-852833, Fax. 0431-864309 Manado 95119
HOME PAGE : http/www.sulut.go.id, E-MAIL : <disnakertrans.sulut@gmail.com>

Manado, 15 Januari 2020

Kepada
Nomor : 560/DTKT.V/ /2020 Yth. Pimpinan Perusahaan
Lampiran : -- ......(PJ)........
Perihal : Nota Pemeriksaan di –
MANADO
`
Berdasarkan hasil pemeriksaan ketenagakerjaan yang telah dilakukan pada
perusahaan Saudara pada tanggal 09 s/d 12 Januari 2020, dengan Surat Perintah
Tugas dari Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Daerah Provinsi Sulawesi
Utara yang pertama, Nomor 560/DTKT.V/17/2020 tanggal 09 Januari 2020, dengan
ini diminta agar Saudara memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Perusahaan belum melaksanakan Wajib Lapor Ketenagakerjaan kepada Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Daerah Provinsi Sulawesi Utara.
Berdasarkan ketentuan pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No. 7 Tahun 1981
tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan menyatakan bahwa :
“Setelah menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,
pengusaha atau pengurus wajib melaporkan setiap tahun secara tertulis mengenai
ketenagakerjaan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk.”
Oleh karena itu, Saudara diwajibkan untuk segera menyampaikan laporan
keadaan ketenagakerjaan di perusahaan ke Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Daerah Provinsi Sulawesi Utara.
2. Buku Akte Pengawasan :
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 3/Men/1984 :
Bahwa saudara selaku pimpinan/pengurus agar segera mengajukan persyaratan
guna memiliki Buku Akte Pengawasan ke kantor kami dengan membawa

91
Denah/lay out perusahaan data perusahaan (Photo Copy Wajib Lapor
Ketenagakerjaan), proses produksi, data mesin/pesawat tenaga yang disertai
jumlah kekuatan tenaga kuda (TK) per mesin
3. Di perusahaan saudara didapati bahwa perhitungan upah lembur pekerja yang
bekerja pada hari istirahat atau hari libur resmi tidak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Berdasarkan pasal 78 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan Jo. pasal 11 huruf b Kepmenaker No. KEP.102/MEN/VI/2004
tentang waktu kerja lembur dan upah kerja lembur dinyatakan bahwa “apabila
kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari libur resmi
untuk waktu kerja 6 (enam) hari kerja 40 (empat puluh) jam seminggu maka :
b.1. perhitungan upah kerja lembur untuk 7 (tujuh) jam pertama dibayar 2 (dua)
kali upah sejam, dan jam kedelapan dibayar 3 (tiga) kali upah sejam dan jam
lembur kesembilan dan kesepuluh 4 (empat) kali upah sejam;
b.2. apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek perhitungan upah
lembur 5 (lima) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam, jam keenam 3 (tiga)
kali upah sejam dan lembur ketujuh dan kedelapan 4 (empat) kali upah sejam”.
Atas ketentuan tersebut, diwajibkan kepada saudara untuk memberikan upah
lembur bagi pekerja yang bekerja pada hari istirahat atau pada hari libur resmi
dengan perhitungan sesuai ketentuan diatas selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
setelah Nota Pemeriksaan ini diterima.
4. Perusahaan belum memiliki Peraturan Perusahaan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 108 ayat (1) UU No 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan menyatakan bahwa :
“Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) orang wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah
disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk “
Oleh karena itu saudara wajib segera membuat Peraturan Perusahaan selanjutnya
mengajukan pengesahan ke Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Daerah
Provinsi Sulawesi Utara.

92
5. Pengusaha belum mengikutsertakan sebagian Tenaga Kerja dalam Program BPJS
Ketenagakerjaan
Berdasarkan ketentuan pasal 15 UU no 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Jo. Peraturan Presiden no. 109 Tahun 2013 tentang
Penahapan Kepesertaan Program Jaminan Sosial pasal 6 Ayat (2) dan ayat (3)
menyatakan bahwa:
Ayat (2) Pemberi kerja selain penyelenggara negara sesuai dengan skala
usahanya mulai tanggal 1 Juli 2015 wajib mendaftarkan pekerjanya kepada
BPJS Ketenagakerjaan untuk mengikuti program jaminan kecelakaan kerja,
program jaminan hari tua, program jaminan pensiun, dan program jaminan
kematian secara bertahap. Ayat (3) Penahapan pendaftaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) untuk:
a. usaha besar dan usaha menengah wajib mengikuti program jaminan
kecelakaan kerja, program jaminan hari tua, program jaminan pensiun, dan
program jaminan kematian.
b. usaha kecil wajib mengikuti program jaminan kecelakaan kerja, program
jaminan hari tua, dan program jaminan kematian.
c. usaha mikro wajib mengikuti program jaminan kecelakaan kerja dan program
jaminan kematian.
Oleh karena itu, saudara wajib segera mendaftarkan pekerjanya dalam program
BPJS Ketenagakerjaan sesuai skala usaha perusahaan saudara.
6. Perusahaan belum melaksanakan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga kerja secara
komprehensif yakni pemeriksaan kesehatan awal, pemeriksaan kesehatan berkala
dan pemeriksaan kesehatan khusus. bagi tenaga kerja.
Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf h dan Pasal 8 ayat (1) dan (2) UU No. 1 tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja, Jo. Pasal 2 ayat (1) Permenakertrans no.
Per.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam
Penyelenggaraan Keselamatan kerja, menyebutkan bahwa “pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja ditujukan agar tenaga kerja yang diterima berada
dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit

93
menular yang akan mengenai tenaga kerja lainnya dan cocok untuk pekerjaan
yang dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang
bersangkutan dan tenaga kerja lainnya dapat dijamin.” Pasal 3 ayat (2) “Semua
perusahaan sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (2) tersebut di atas harus
melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya
1 tahun sekali kecuali ditentukan lain oleh Direktur Jenderal Pembinaan
Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja.” Pasal 5 ayat (1)
“Pemeriksaan Kesehatan khusus dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh
pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan
tenaga kerja tertentu.”
Saat ini perusahaan bergerak dibidang sarana hiburan/wisata yang berhubungan
dengan masyarakat luas, untuk itu disarankan kepada pimpinan/pengurus
perusahaan agar melaksanakan pemeriksaan kesehatan kerja secara
komprehensif yakni pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan
kesehatan secara berkala 1 tahun sekali serta pemeriksaan kesehatan khusus.
7. Bahwa Instalasi Listrik di perusahaan saudara belum bernah dilakukan
Pemeriksaan dan Pengujian oleh Ahli K3 Listrik ataupun dari Perusahaan Jasa
dan Keselamatan Kerja (PJK3).
Berdasarkan pasal 2 ayat (2) point a,b. pasal 3 ayat (1) Point a.b,c,d,q Undang
undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, Jo pasal 4 ayat (1),
pasal 9 ayat (1), Permenaker Nomor 12 tahun 2015 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Listrik di tempat Kerja, jo Pasal 10 ayat (1) Permenaker RI
Nomor 33 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan No 12 tahun 2015 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di
tempat Kerja bahwa” Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud dalam
pasal 9 ayat 1 dan 2 dilakukan oleh Pengawas K3 Spesialis Listrik, Ahli K3
bidang Listrik dan Ahli K3 pada PJK3. Untuk itu diwajibkan kepada Pengurus
perusahaan agar segera mengajukan permohonan untuk dapat dilakukan
Pemeriksaan dan pengujian Instalasi listrik di perusahaan saudara ke
Disnakertrans Prov.Sulut

94
8. Perusahan memakai 1 (satu) unit Genset yang tidak memiliki keterangan
memenuhi syarat-syarat K3 dari Dinas Tenaga Kerja.
Bedasarkan Ketentuan UU no. 1 Tahun 1970 pasal 3 ayat (1) huruf a dan g, Pasal
4 ayat (1), jo Permenaker No. 38 Tahun 2016 Pasal 2 ayat (1) menyatakan bahwa
“Pengurus dan/atau Pengusaha wajib menerapkan syarat-syarat K3 Pesawat
Tenaga dan Produksi”. Pasal 4 Pelaksanaan syarat-syarat K3 Pesawat Tenaga dan
Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi kegiatan perencanaan,
pembuatan, pemasangan, pengisian, pengangkutan, pemakaian, pemeliharaan,
perbaikan, modifikasi, penyimpanan, dan pemeriksaan serta pengujian. Pasal 141
Hasil pemeriksaan dan/atau pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dituangkan dalam Surat Keterangan yang diterbitkan oleh unit kerja pengawasan
ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Oleh karena itu saudara wajib segera melaksanakan riksa uji 1 Unit Genset
tersebut kepada Pengawas KK Spesialis pesawat tenaga dan produksi atau AK3
spesialis pesawat tenaga dan produksi dari PJK3 yang berwenang, untuk
mendapatkan keterangan memenuhi syarat-syarat K3 Genset dari Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Daerah Provinsi Sulawesi Utara.
9. Operator Motor bakar Genset belum memiliki Lisensi K3 dari Dirjen
Binwasnaker dan K3.
Berdasarkan ketentuan UU no. 1 Tahun 1970 pasal 3 ayat (1) huruf a dan g, Pasal
4 ayat (1), jo Permenaker No. 38 Tahun 2016 Pasal 110 menyatakan bahwa
Pengoperasian Pesawat Tenaga dan Produksi harus dilakukan oleh operator K3
bidang pesawat tenaga dan Produksi yang memiliki kompentensi dan kewenangan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
Oleh karena itu saudara wajib segera mengajukan permohonan untuk memperoleh
Lisensi K3 operator Motor Bakar (genset) ke Dirjen Binwasnaker dan K3.
10. Instalasi penyalur petir di perusahaan saudara tidak memiliki sertifikat.
Berdasarkan ketentuan pasal 3 ayat (1) huruf a, o, q UU No. 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja Jo. Kepmennaker No.02/MEN/1989 Pasal 57 Ayat (1)
menyatakan bahwa:

95
“Setiap instalasi penyalur petir harus mendapatkan sertifikat dari menteri atau
Pejabat yang ditunjuknya.”
Untuk itu saudara wajib segera mengirimkan berkas permohonan untuk
sertifikasi/pengesahan pemakaian instalasi penyalur petir secara lengkap ke
Disnakertrans daerah Provinsi Sulawesi Utara guna pemeriksaan dan pengujian
serta proses sertifikasi/pengesahan pemakaian instalasi penyalur petir tersebut.
11. Di tempat kerja tidak tersedia Sarana Pemadam Kebakaran.
Berdasarkan ketentuan Pasal 3 dan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja Jo. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik
Indonesia no. : kep.186/men/1999 tentang unit penanggulangan kebakaran di
tempat kerja Pasal 2 menyatakan bahwa “Pengurus atau pengusaha wajib
mencegah, mengurangi dan memadamkan Kebakaran di tempat kerja diantaranya
kewajiban menyediakan sarana Pemadam Kebakaran di tempat kerja.”
Untuk itu diwajibkan segera menyediakan sarana Pemadam Kebakaran di tempat
kerja.
12. Alat Pelindung Diri (APD)
Saudara belum menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan sesuai
dengan potensi bahaya yang ada.
Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 pasal 2 ayat(1),ayat (2) huruf c,
pasal 3 ayat (1) huruf f, Pasal (12) huruf b, Pasal (13), pasal (14) huruf c ; Jo.
Permenaker No.Per.01/Men/1980 Pasal 99 ayat (1) yang berbunyi “alat-alat
penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuai kan dengan sifat pekerjaan
yang dilakukan oleh masing masing tenaga kerja harus disediakan dalam jumlah
yang cukup” , ayat (3) “alat alat tersebut ayat 1 pasal ini harus digunakan sesuai
dengan kegunaannya oleh setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki
tempat kerja” dan ayat (4) “Tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat
kerja diwajibkan menggunakan alat alat termaksud pada ayat 1 pasal ini”
Untuk itu saudara diminta agar melakukan identifikasi potensi bahaya serta
menyediakan APD dengan jumlah yang cukup dan sesuai dengan potensi bahaya,
sifat dan jenis pekerjaan

96
Demikian Nota Pemeriksaan ini dibuat sebagai peringatan, dan kepada Saudara
diwajibkan memenuhi dan melaporkan segala sesuatunya secara tertulis kepada kami
dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak diterimanya Nota Pemeriksaan ini.

Pada hari ini, ………………. tanggal,...................................................nota


pemeriksaan II ini telah diterima oleh yang bersangkutan.

97
Lampiran 3.

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA


DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DAERAH
JL. 17 Agustus Rike Telp. 0431-852833, Fax. 0431-864309 Manado 95119
HOME PAGE : http/www.sulut.go.id, E-MAIL : <disnakertrans.sulut@gmail.com>

Manado, 29 Januari 2020


Kepada
Nomor : 560/DTKT.V/ /2020 Yth. Pimpinan Perusahaan
Lampiran : -- ......(PJ)........
Perihal : Nota Pemeriksaan II di –
MANADO
`

Menindaklanjuti Nota Pemeriksaan I Nomor R.560/DTKT.V/NP/43/2020,


Tanggal 15 Januari 2020, diminta kepada Saudara untuk melaksanakan isi Nota
Pemeriksaan I tersebut dan melaporkan segala sesuatunya secara tertulis kepada kami
dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak diterimanya Nota Pemeriksaan II ini.
Apabila dalam waktu yang telah ditentukan, Saudara tetap tidak
melaksanakan Nota Pemeriksaan ini dan tidak melaporkan segala sesuatunya secara
tertulis kepada kami, akan diproses hukum lebih lanjut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Nota Pemeriksaan II ini dibuat sebagai peringatan terakhir atas
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan bidang ketenagakerjaan.
Demikian, atas perhatianya diucapkan terima kasih.

Pada hari ini, ………………. tanggal,...................................................nota


pemeriksaan II ini telah diterima oleh yang bersangkutan.
Yang menerima Yang menyerahkan

98
Lampiran 4.

Daftar Informan

No Nama Informan Pekerjaan / Jabatan Umur Pendidikan


1. Ir. Erny B. Tumundo, M.Si ASN / Kepala Dinas 59 S2

2. Pebri Sandi Kaunang, SH ASN / Kepala Bidang 45 S1

3. Tommy B. Mandagi, S.Sos ASN / PPF Madya 51 S1

4. Rorong Martinus Sem, A.Md,S.Pd ASN / PPF Madya 50 S1

5. Selfie A. Kaawoan, S.SOS ASN / PPF Madya 58 S1

6. Wiclif Y. Karinda, ST ASN / PPF Madya 47 S1

7. Gerty A. Pinaria, SE ASN / PPF Pertama 40 S1

8. Nanamaolany I. Mekel, SE karyawan / masyarakat 39 S1

9. Rommy Sampouw karyawan / masyarakat 40 SMA

10. Patris Ventje, SE karyawan / masyarakat 41 SMA

99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
Karakteristik Persentase
No Kriteria Jumlah
Responden Responden
1. Umur / Usia 17 – 27 Tahun - 0%
28 – 38 Tahun - 0%
39 – 49 Tahun 6 60%
50 – 60 Tahun 4 40%
Lebih dari 61 tahun - 0%
2. Pendidikan SD - 0%
SMP - 0%
SMA 1 10%
S1 8 80%
S2 1 10%
S3 - 0%
3. Pekerjaan ASN 7
BUMN - 0%
Swasta 3
Perempuan 4 40%
Laki-laki 6 60%

110

Anda mungkin juga menyukai