Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 .Latar Belakang

Peraktek kerja lapangan merupakan salah satu mata kuliah yang wajib bagi

mahasiswa Program Studi Sarjana Teknik Sipil. Hal ini sesuai dengan kurikulum

pendidikan di Universitas bagi mahasiswa tingkat IV semester VII dan merupakan

salah satu syarat yang harus di penuhi untuk menempuh studi akhir.

Pembekalan bagi seorang calon sarjana teknik sipil tidak cukup dengan

pembekalan teori di bangku kuliah saja. Ada berbagai pengetahuan penting lain

yang hanya bisa didapat dari pengamatan visual di lapangan secara langsung,

seperti pemahaman yang lebih mendalam mengenai proses dan tahapan dalam

kegiatan konstruksi, keterampilan berkomunikasi, dan bekerja sama.

Kerja praktik adalah salah satu matakuliah wajib bagi mahasiswa Fakultas

Teknik Universitas Islam Sumatera Utara selain untuk memenuhi syarat mencapai

derajat S1 (Starata satu) KP ini diharapkan dapat bersinergi antara dunia

pendidikan dengan dunia kerja. Sehingga mahasiswa dapat memiliki pengetahuan,

pengalaman dan dapat mengatasi persaingan di dunia kerja. Pada praktek kerja

lapangan ini kami menganmbil judul “Metode Pelaksanaan Rigid Pavement pada

Proyek Jalan Tol Serbelawan – Pematang Siantar (Seksi 4) (Sta 45+525 –

46+000).

1
1.2 .Maksud dan Tujuan Kerja Praktik

Maksud diadakannya kerja praktek adalah agar dapat mengaplikasikan ilmu

yang diproleh dibangku kuliah dengan penerapan yang ada dilapangan. Adapun

tujuan pelakanaan kerja prakek adalah sebagai berikut :

 Sebagai syarat agar dapat menempuh tugas akhir (TA) yang merupakan

persyaratan tugas sarjana pada Fakultas Teknik Sipil Universitas Islam

Sumatra Utara.

 Untuk mengetahui tindakan yang dapat diambil bila dalam pelaksanaan

dilapangan membutuhkan tindakan secepat mungkin.

 Untuk mengetahui presedur kerja perkerasan kaku yang ada dilapangan.

 Unntuk mengetahui kendala - kendala yang terjadi dilapangan.

 Untuk melatih disiplin dan tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas

yang diberikan

1.3 .Manfaat Kerja Praktek

Kegiatan kerja praktek di proyek pembangunan dalam kurikulum

Jurusan Teknik Sipil adalah salah satu kegiatan wajib, yang harus dilakukan

seluruh mahasiswa untuk memenuhi tahapan dalam jenjang pendidikannya

dibangku perkuliahan. Kerja praktek ini memiliki peranan penting untuk seorang

calon insinyur karena ilmu yang selama ini dipelajari di dalam kelas tentu dapat

dilihat kegunaannya dalam kehidupan nyata yaitu dalam pelaksanaan kegiatan

pembangunan. Dengan adanya kerja praktek ini tentu dapat ditarik ilmu

pelaksanaan yang tidak bisa didapat dibangku kuliah. Melalui kegiatan ini pula

mahasiswa memiliki wawasan yang luas terhadap perkembangan pembangunan

2
dibidang kontruksi serta dapat melihat dan mempelajari proses pekerjaan

diproyek. Sehingga pada akhirnya setelah menyelesaikan pendidikannya di

bangku perkuliahan, lulus dan mendapat gelar sarjana, tidak hanya memiliki teori

literature saja namun telah memiliki pengalaman dan gambaran tentang kehidupan

pembangunan dan pelaksanaan kegiatan diproyek yang dapat dijadikan bekal

untuk mendapatkannya.

1.4 . Tinjauan Umum Proyek

Ruas Serbelawan – Pematang Siantar (Seksi 4) direncanakan dibangun

untuk mengatasi waktu tempuh Trans Sumatra serta sebagai peningkatan

pelayanan distribusi barang dan jasa guna menunjang pertumbuhan Ekonomi.

Secara detail, Tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dari pembangunan
Jalan Ruas Serbelawan – Pematang Siantar (Seksi 4) adalah :

 Mempersingkat waktu antara wilayah Trans Sumatra.

 Meningkatkan pelayanan distribusi barang dan jasa guna

menunjang pertumbuhan ekonomi.

 Meringankan beban dana pemerintah melalui partisipasi pengguna

jalan.

3
1.5 .Metode Plaksanaan

4
1.6 . Lokasi Proyek

Ruas Serbelawan – Pematang Siantar (Seksi 4) Sta. 45+525 – 46+000

Gambar 1.1 Lokasi Proyek (sumber : metode statmen perkerasan)

5
BAB II

LANDASAN TEORI

Struktur Organisasi Proyek

Owner

Konsultan Kontraktor Konsultan


Plaksana Pengawas

 Owner adalah seseorang atau instansi yang memiliki proyck atau

pekerjaan dan memberikanya kepada pihak lain yang mampu

melaksanakannya sesuai dengan perjanjian kontrak kerja untuk

merealisasikan proyek, owner mempunyai kewajiban pokok yaitu

menyediakan dana untuk membiayai proyek.

 Konsultan pelaksana adalah pihak yang diberi tugas oleh owner untuk

merencanakan atau mengawasi pelaksanaan pekerjaan supaya hasil

pekerjaan sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan.

 Kontraktor adalah perorangan yang ditunjuk langsung oleh pemilik

proyek untuk mengerjakan pembangunan, melalui lelang yang

diselenggarakan oleh pemilik proyek dan melaksanakan pekerjaan sesuai

dengan perjanjian kontrak yang di sepakati oleh kedua belah pihak.

 Konsultan pengawas adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik proyek

(owner) atau sebagai wakil dari pemilik proyek ketika dilapangan, untuk

melaksanakan pekerjaan pengawasan.

6
Struktur Organisasi Plaksana Proyek

Project manager
(PM)
Safety, healty and
Quality Control environment (SHE)
(QC)

Staff engineering Site Oprational Site Administration


Manager (SEM) Manager (SOM) Manager (SAM)

Surveyor Ass. Surveyor


Quality Surveyor Monitoring
(QS)
General Surveyor
(GSP)
Engineering Drafter

Supervisor Administrasi
Logistik Gudang

Mandor
Komersial

Wk. Mandor

Tukang

Laden

7
2.1 .Umum

Beton didefinisikan sebagai campuran dari bahan penyusunnya yang terdiri

dari bahan semen hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, dan air

dengan atau tanpa menggunakan bahan tambah (admixture atau additive).

DPULPMB memberikan definisi tentang beton sebagai campuran antara semen

portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air,

dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat (SNI

03-2847-2002). Nugraha, Paul (2007), mengungkapkan bahwa pada beton yang

baik, setiap butir agregat seluruhnya terbungkus dengan mortar. Demikian pula

halnya dengan ruang antar agregat, harus terisi oleh mortar. Jadi kualitas pasta

atau mortar menentukan kualitas beton. Semen adalah unsur kunci dalam beton,

meskipun jumlahnya hanya 7-15% dari campuran. Beton dengan jumlah semen

yang sedikit (sampai 7%) disebut beton kurus (lean concrete), sedangkan beton

dengan jumlah semen yang banyak disebut beton gemuk (rich concrete).

2.2 Beton

Menurut SNI 2847:2013, beton adalah campuran semen Portland atau semen

hidrolis lainnya (admixture). Bahan – bahan dasar beton, yaitu :

1. Air

2. Semen

3. Agregat (pasir dan split)

Yang setelah di campur merata (warnanya seragam) menghasilkan suatu

campuran yang plastis (antara cair dan padat) sehingga dapat dituang ke dalam

cetakan, untuk membentuknya menjadi bentuk yang diinginkan setelah menjadi

keras / padat (Tjokrodimuljo,1992).

8
Karakter Beton memiliki sifat kuat tekan yang tinggi namun kuat tarik yang

lemah

2.3 . Klasifikasi Beton

Beton berdasarkan kelas dan mutu beton. Kelas dan mutu beton ini, di

bedakan menjadi 3 kelas, yaitu :

A. Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan non struktutral.

Untuk pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus. Pengawasan

mutu hanya dibatasi pada pengawasan ringan terhadap mutu

bahanbahan, sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan

pemeriksaan. Mutu kelas I dinyatakan dengan B0. Pemakaian jenis

kelas ini diperuntukkan pada konstruksi jalanan, lantai dasar dan

pondasi kolom.

B. Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural

secara umum. Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan

harus dilakukan di bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Beton kelas II

dibagi dalam mutu-mutu standar B1, K 125, K 175, dan K 225. Pada

mutu B1, pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan terhadap

mutu bahanbahan sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak

disyaratkan pemeriksaan. Pada mutu-mutu K 125 dan K 175 dengan

keharusan untuk memeriksa kekuatan tekan beton secara kontinu dari

hasil-hasil pemeriksaan benda uji. Penggunaan ini dapat berupa

penyusunan rangka pada struktur baja, bekisting, rumah bertingkat,

pasangan bata dan lain sebagainya.

9
C. Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural yang

lebih tinggi dari K 225. Pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus

dan harus dilakukan di bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli.

Disyaratkan adanya laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap

serta dilayani oleh tenaga-tenaga ahli yang dapat melakukan

pengawasan mutu beton secara kontinu . Umumnya, penggunaan jenis

beton ini diperuntukkan pada area saluran air, landasan pesawat, area

truk tronton dan lain sebagainya.

Adapun pembagian kelas dan mutu beton ini, dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut

ini:

F’c = K x 0,083
Mutu Beton Penggunaan
Mpa
Kg/cm²

K 100 Fc 8,3 Konstruksi non struktural

K 125 Fc 10,38 Konstruksi non struktural

K 150 Fc 12,35 Konstruksi non struktural

K 175 Fc 14,53 Konstruksi non struktural

K 200 Fc 16,60 Konstruksi non struktural

Konstruksi structural
K 225 Fc 18,68
(Lantai, Jalan,Kolom)

Konstruksi structural
K 250 Fc 20,75
(Lantai, Jalan,Kolom)

10
Konstruksi structural
K 275 Fc 22,83
(Lantai, Jalan,Kolom)

Konstruksi structural
K 300 Fc 24,90
(Lantai, Jalan,Kolom)

Konstruksi structural
K 325 Fc 26,98
(Jembatan, Balok)

Konstruksi structural
K 350 Fc 29,05
(Jembatan, Balok)

(Sumber : SNI 2052:2017)


2.4. Jenis Beton

Pada umunya beton sering digunakan sebagai struktur dalam konstruksi

suatu bangunan. Dalam teknik sipil, beton digunakan untuk bangunan fondasi,

kolom, balok dan pelat. Berdasarkan berat volumenya, beton dapat dibedakan

menjadi 3 yaitu beton normal, beton ringan dan beton berat (Mulyono,2004).

Berikut ini merupakan ketiga jenis beton:

1. Beton ringan Beton ringan merupakan beton yang dibuat dengn bobot

yang lebih ringan dibandingkan dengan bobot beton normal. Agregat

yang digunakan untuk memproduksi beton ringan pun merupakan

agregat ringan juga. Agregat yang digunakan umumnya merupakan

hasil dari pembakaran shale, lempung, slates, residu slag, residu batu

bara dan banyak lagi hasil pembakaran vulkanik. Berat jenis agregat

ringan sekitar 1900 kg/m3 atau berdasarkan kepentingan penggunaan

11
strukturnya berkisar antara 1440 – 1850 kg/m3 , dengan kekuatan

tekan umur 28 hari lebih besar dari 17,2 Mpa.

2. Beton normal adalah beton yang menggunakan agregat pasir sebagai

agregat halus dan batu pecah sebagai agregat kasar sehingga

mempunyai berat jenis beton antara 2200 kg/m3 – 2400 kg/m3 dengan

kuat tekan sekitar 15 – 40 Mpa

3. Beton berat merupakan beton yang dihasilkan dari agregat yang

mempunyai berat isi lebih besar dari berat beton normal atau lebih dari

2400 kg/. Beton yang mempunyai berat yang tinggi ini biasanya

digunakan untuk kepentingan tertentu seperti menahan radiasi,

menahan benturan dan lainnya (Mulyono, 2004).Hasil ketentuan berat

jenis dari ketiga jenis beton di atas dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Berat jenis beton dari ketiga jenis beton diatas :
Jenis Beton Berat Jenis Pemakaian

Beton Sangat <1,00 Non Struktur

Ringan

Beton Ringan 1,00-2,00 Struktur Ringan

Beton Normal 2,30-2,40 Struktur

Beton Berat >3,00 Perisai sinar X

(Sumber : SNI 2052:2017)

12
2.5. Kelebihan dan Kekurangan Beton

Disamping beton memiliki pengelompokkan, beton pun memiliki kelebihan

dan kekurangan. Berikut ini kelebihan dan kekurangan dari beton, yaitu (Nugraha.

P, 2007) :

1. Kelebihan :

 Dapat denngan mudah mendapatkan material dasarnya

(availability) Agregat dan air pada umumnya bisa didapat dari

lokal setempat. Semen pada umumnya juga dapat dibuat didaerah

setempat, bila tersedia. Dengan demikian, biaya pembuatan relatif

murah karena semua bahan bisa didapat di dalam negeri, bahkan

bisa setempat. Bahan termahal adalah semen, yang bisa diproduksi

di dalam negeri.

 Kemudahan untuk digunakan (versatility)

 Kemampuan beradaptasi (adaptability) sehingga beton dapat

dicetak dengan betuk dan ukuran berapapun

 Tahan terhadap temperatur tinggi

 Biaya pemeliharaan yang kecil.

 Mampu memikul beban yang berat

2. Kekurangan :

 Berat sendiri beton yang besar, sekitar 2400 kg/m3

 Kekuatan tariknya rendah, meskipun kekuatan tekannya besar

 Beton cenderung untuk retak, karena semen nya hidrolis. Baja

tulangan bisa berkarat, meskipun tidak terekspose separah struktur

baja

13
 Kualitasnya sangat tergantung cara pelaksanaan di lapangan. Beton

yang baik maupun yang buruk dapat terbentuk dari rumus dan

campuran yang sama

 Struktur beton sulit untuk dipindahkan. Pemakaian kembali atau

daurulang sulit dan tidak ekonomis. Dalam hal ini struktur baja

lebih unggul, misalnya tinggal melepas sambungannya saja.

2.6.Bahan Penyusun Beton

Susunan beton secara umum, yaitu : 7-15 % semen, 16-12 % air, 25-30 %

pasir, dan 31-50% kerikil. Kekuatan beton terletak pada perbandingan jumlah

semen dan air, rasio perbandingan air terhadap semen (W/C ratio) yang semakin

kecil akan menambah kekuatan (compressive strength) beton.

Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat

halus (pasir), agregat kasar (kerikil), air dengan tambahan adanya rongga-rongga

udara. Campuran bahan-bahan pembentuk beton harus ditetapkan sedimikian

rupa, sehingga menghasilkan beton basah yang mudah dikerjakan, memenuhi

kekuatan tekan rencana setelah mengeras dan cukup ekonomis (Sutikno, 2003:1).

Beton mempunyai karakteristik yang spesifikasi nya terdiri dari beberapa bahan

penyusun sebagai berikut :

1. Agregat adalah butiran mineral yang merupakan hasil disintegrasi

alami batu-batuan atau juga hasil mesin pemecah batu dengan

memecah batu alami. Agregat merupakan salah satu bahan pengisi

pada beton, namun demikian peranan agregat pada beton sangatlah

penting. Kandungan agregat dalam beton kira-kira mencapai 70 % - 75

% dari volume beton. Agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat

14
beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian yang

penting dalam pembuatan beton. Agregat dibedakan menjadi

2. macam, yaitu agregat halus dan agregat kasar yang di dapat secara

alami atau buatan.

2.6.1. Agregat Halus

Agregat Halus sebagai bahan pengisi yang memberikan sifat kaku dan

stabilitas dimensi dari beton. Agregat halus sebaiknya berbentuk bulat dan halus

dikarenakan untuk mengurangi kebutuhan air. Agregat halus yang pipih akan

membutuhkan air yang lebih banyak dikarenakan luas permukaan agregat (surface

area) akan lebih besar. Gradasi agregat halus sebaiknya sesuai dengan spesifikasi

ASTM C-33, yaitu:

a. Mempunyai butiran yang halus.

b. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%.

c. Tidak mengandung zat organik lebih dari 0,5%. Untuk beton mutu

tunggi dianjurkan dengan modulus kehalusan 3,0 atau lebih.

d. Gradasi yang baik dan teratur (diambil dari sumber yang sama)

Tabel 2. 3 Batas Gradasi Agregat Halus


Lubang Persen Butiran yang Lewat Ayakan
Ayakan
Zona I Zona II Zona III Zona IV
(mm)
(Pasir Kasar) (Pasir Agak (Pasir Agak (Pasir Halus)
Kasar) Halus)
10 100 100 100 100

4,8 90-100 90-100 90-100 90-100

2,4 60-95 75-100 85-100 95-100

15
1,2 30-70 55-90 75-100 90-100

0,6 15-34 35-59 60-79 80-100

0,3 5-20 8-30 12-40 5-50

0,15 0-10 0-10 0-10 0-15

(Sumber : SNI 03-2834-1993)

2.6.2 Agregat Kasar

Langkah awal untuk mempersiapkan agregat kasar berupa batu pecah

adalah dengan memisahkan butiran agregat berdasarkan ukuran butiran,

dilakukan dengan pengayakan dengan menggunakan saringan. Setelah pemisahan

butiran agregat kasar selesai, batu pecah dicuci untuk membuang kotoran yang

melekat pada agregat agar dapat meningkatkan kualitas agregat. Adapun kualitas

agregat yang dapat menghasilkan beton mutu tinggi adalah:

a. Agregat kasar harus merupakan butiran keras dan tidak berpori. Agregat

kasar tidak boleh hancur karena adanya pengaruh cuaca. Sifat keras

diperlukan agar dipPeroleh beton yang keras pula, sifat tifak berpori untuk

menghasilkan beton yang tidak mudah tembus oleh air.

b. Agregat kasar harus bersih dari unsur organik.

c. Agregat tidak mengandung lumpur lebih dari 10% berat kering. Lumpur

yang dimaksud adalah agregat yang melalui ayakan diameter 0,063 mm,

bila melebihi 1% berat kering maka kerikil harus dicuci terlebih dahulu.

d. Agregat mempunyai bentuk yang tajam. Dengan bentuk yang tajam maka

timbul gesekan yang lebih besar pula yang menyebabkan ikatan yang lebih

16
baik, selain itu dengan bentuk tajam akan memerlukan pasta semen

sehingga akan mengikat dengan lebih baik.

Tabel 2.4 Batas Gradasi Agregat Kasar


Lubang Persen Berat Butir yang Lewat Ayakan
Ayakan
4,8-38 4,8-19 4,8-9,6
(mm)
38 95-100 100 100
19 35-70 95-100 100
9,6 10-40 30-60 50-85
4,8 0-5 0-10 0-10
(Sumber : SNI 03-2834-1993)

2.6.3 . Semen

Semen merupakan serbuk yang halus yang digunakan sebagai perekat

antara agregat kasar dengan agregat halus. Apabila bubuk halus ini dicampur

dengan air selang beberapa waktu akan menjadi keras dan dapat digunakan

sebagai pengikat hidrolis. Semen jika dicampur dengan air akan membentuk

adukan yang disebut pasta semen, jika dicampur dengan agregat halus (pasir) dan

air, maka akan erbentuk adukan yang disebut mortar, jika ditambah lagi dengan

agregat kasar (kerikil) maka akan terbentuk adukan yang biasa disebut beton.

Semen bersama air sebagai kelompok aktif sedangkan pasir dan kerikil sebagai

kelompok pasif yang berfungsi sebagi pengisi. Sesuai dengan tujuan

pemakaiannya semen portland dibagi menjadi 5 (lima) tipe, yaitu:

 Tipe I : Semen portland untuk penggunaan umum yang tidak

memerlukan persyaratanpersyaratan khusus.

 Tipe II : Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan

ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

17
 Tipe III : Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut

kekuatan awal yang tinggi.

 Tipe IV : Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut

persyaratan panas hidrasi rendah.

 Tipe V : Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut

persyaratan sangat tahan terhadap sulfat.

Fungsi semen ialah bereaksi dengan air menjadi pasta semen. Pasta

semen berfungsi untuk melekatkan butir-butir agregat agar menjadi suatu kesatuan

massa yang kompak/padat. Selain itu pasta semen mengisi rongga-rongga antara

butirbutir agregat. Walaupun volume semen hanya kira-kira 10% saja dari volume

beton, namun karena merupakan bahan perekat yang aktif dan mempunyai harga

yang mahal dari pada bahan dasar beton yang lain perlu diperhatikan/dipelajari

secara baik. (Tjokoridimulyo, 2004, dalam Muhammad Ikhsan Saifuddin, 2012)

2.6.4.Air

Faktor air sangat mempengaruhi dalam pembuatan beton, karena air dapat

bereaksi dengan semen yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Air juga

berpengaruh terhadap kuat tekan beton, karena kelebihan air akan menyebabkan

penurunan kekuatan beton itu sendiri. Selain itu, kelebihan air akan menurunkan

mutu dan mengakibatkan beton mengalami bleding, yaitu air akan bergerak ke

atas permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang. Hal ini akan

menyebabkan kurangnya lekatan antara lapis-lapis beton dan mengakibatkan

beton menjadi lemah. Air pada campuran beton akan berpengaruh pada :

1. Mutu beton.

2. Sifat workability adukan beton.

18
3. Besar kecilnya nilai susut beton.

4. Kelangsungan reaksi hydrasi semen portland.

5. Perawatan keras adukan beton guna menjamin pengerasan yang

baik.

Air adalah bahan untuk mendapatkan kelecakan yang perlu untuk

penggunaan beton. Jumlah air yang digunakan tentu tergantung pada sifat material

yang digunakan. Air yang mengandung kotoran yang cukup banyak akan

mengganggu proses pengerasan atau ketahanan beton. Pengaruh kotoran secara

umum dapat menyebabkan :

1. Gangguan pada hidrasi dan pengikatan.

2. Gangguan pada kekuatan dan ketahanan.

3. Perubahan volume yang dapat menyebabkan keretakan.

4. Korosi pada tulangan baja maupun kehancuran beton.

5. Bercak-bercak pada campuran beton.

Air untuk pembuatan beton minimal memenuhi syarat sebagai air minum

yang tawar, tidak berbau, dan tidak mengandung bahan-bahan yang dapat

merusak beton, seperti minyak, asam, alkali, garam atau bahan-bahan organis

lainnya yang dapat merusak beton atau tulangannya. Air untuk perawatan (curing)

harus memiliki syarat-syarat yang lebih tinggi dari air untuk pembuatan beton.

Keasamannya tidak boleh PH nya > 6, juga tidak dibolehkan terlalu sedikit

mengandung kapur.

2.7 .Bahan Tambah Beton (admixture)

Bahan tambah (admixture) atau yang disebut orang awam sebagai “obat cor

beton” adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam campuran beton pada saat

19
atau selama pencampuran beton berlangsung. Fungsi bahan ini adalah mengubah

sifat-sifat beton agar menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu atau untuk

menghemat biaya.

Menurut ASTM C.125-1995:61,”Standard Definition of Terminology

Relating to Concrete and Concrete Agregates”dan dalam ACI SP-

19,”Cement and Concrete Terminology”, admixture didefinisikan sebagai material

selain air,agregat, dan semen hidrolik yang dicampur dengan beton atau mortar

yang ditambahkan sebelum atau selama pengadukan berlangsung. Bahan tambah

digunakan untuk memodifikasi sifat dan karakteristik dari beton misalnya untuk

kemudahan pengerjaan atau untuk lain yaitu penghematan energi.

Di Indonesia bahan tambah telah banyak digunakan. Bahan tambah yang

digunakan harus memenuhi ketentuan yang diberikan SNI. Untuk bahan

kimia,harus memenuhi ASTM C.494,”Standard Specification for Chemical

Admixture for Concrete”.

2.8 Karakteristik Beton Normal

Beton dibuat dari campuran : semen, pasir, air dan batu pecah. Campuran

beton kemudian dicetak dan dirawat (curing) selama 28 hari. Karakteristik beton

yang diukur meliputi, kuat tekan beton (compressive strength). Selain itu, dalam

pembuatan beton normal ini juga melalui tahap pemeriksaan atau pengujian

material yaitu uji berat jenis dan penyerapan agregat, uji kadar lumpur, uji analisa

saringan, dan uji bobot isi atau berat isi dari agregat baik gembur maupun

padatnya, sedangkan untuk semen portlandnya dilakukan pengujian berat jenis

semen, konsistensi semen dan waktu ikat semen. Lalu semen mendapat perlakuan

20
berupa penyaringan agar terhindar dari gumpalan semen yang terlalu besar dan

berupa butiran.

2.8.1. Kuat Tekan Beton (compressive strength) dan Kuat Lentur Beton

(flexural strength)

a. Kuat Tekan Beton (compressive strength)

Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui secara

pasti akan kekuatan tekan beton ringan pada umur 28 hari yang sebenarnya

apakah sesuai dengan yang telah disyaratkan. Pada mesin uji tekan benda

diletakkan dan diberikan beban sampai benda runtuh, yaitu pada saat

beban maksimum bekerja (Mulyono. T, 2004). Kuat tekan beton dapat di

hitung dengan rumus :

P = F/A

Dengan :

F = gaya maksimum dari mesin tekan, kg


A = luas penampang yang diberi tekanan, cm 2
P = kuat tekan, kg/cm2
Tabel 2.5 Perbandingan Kekuatan Tekan Beton Pada Berbagai-bagai Umur

Umur Beton (hari) 3 7 14 21 28


0,40 0,65 0,88 0,95 1,00
Semen Portland Biasa
Semen Portland dengan 1,20
0,55 0,75 0,90 0,95
Kekuatan Awal Tinggi
(Sumber : PBBI 1971)
Tabel 2.6 Nilai Konversi Kuat Tekan Beton

Bentuk Benda Uji Perbandingan


Balok (15x15x15) cm 1,0
Slinder (15x30) cm 0,83
(Sumber : SNI 03-1973-1990)

21
b. Kuat Lentur Beton (flexural strength)

Kuat tarik lentur adalah kemampuan balok beton yang

diletakkan pada dua perletakan untuk menahan gaya dengan arah tegak

lurus sumbu benda uji, yang diberikan padanya, sampai benda uji

patah dan dinyatakan dalam Mega Pascal (MPa) gaya tiap satuan luas.

Beton lapisan atas menggunakan beton flexure strength 45 yaitu

kekuatan menahan moment lentur yang setara dengan beton K400

(Kelas P).

 Cara pengujian

Rumus – rumus perhitungan yang digunakan adalah :

1. Untuk pengujian dimana bidang patah terletak di

(daerah 1/3 jarak titik perletakakan bagian tengah),

maka kuat lentur beton dihitung menurut persamaan

sebagai berikut

𝑃𝑥𝑎
𝜎ₗ =
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔

Dik :

- 𝜎ₗ = kuat lentur benda uji(Mpa)

- 𝑃 = Beban yang terbaca dalam mesin ( Pembacaan

dalam ton sampai 3 dibelakang koma

- 𝑎 = Jarak rata rata antara tampang lintang patah

dan tumpuan luar yang terdekat

22
2.9. Pemeriksaan Agregat

Pengujian agregat bertujuan untuk mengetahui sifat atau

karakteristik agregat yang diperoleh dari hasil pemecahan stone crusher (mesin

pemecah batu). Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian

butiran (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan mengggunakan saringan.

2.9.1 Pengujian Keausan Agregat kasar

Cara uji ini sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan agregat

kasar terhadap keausan dengan menggunakan mesin abrasi Los Angeles.

Tujuannya untuk mengetahui angka keausan yang dinyatakan dengan

perbandingan antara berat bahan aus terhadap berat semula dalam persen.

Hasilnya dapat digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan bahan perkerasan

jalan atau konstruksi beton. Peralatan yang digunakan adalah mesin abrasi Los

Angeles, saringan No.12, timbangan, bola-bola baja, oven, alat bantu pan dan

kuas.

Pada pekerjaan jalan, agragat akan mengalami proses tambahan seperti

pemecahan, pemgikatan akibat cuaca, pengikisan ketika pencampuran akibat gaya

pada waktu penghamparan dan pemadatan. Setelah jalan di oprasikan akan

mengalami pengausan oleh roda-roda kenderaan (lalu lintas). Oleh karena itu

agregat harus memiliki daya tahan yang cukup terhadap :

 Pemecahan (rusting)

 Penurunan mutu (degredation )

 Penghancuran (disintegration

23
2.9.2 .Pemeriksaan Kadar Lumpur

Pengujian kadar lumpur terhadap agreagat yang digunakan dalam

komposisi pembuatan agregat ringan ini berguna untuk mengetahui seberapa

banyak lumpur yang terdapat pada suatu agregat yang akan digunakan untuk

pembuatan beton ringan, karena kadar lumpur juga mempengaruhi mutu beton

ringan itu sendiri. Untuk agregat kasar, kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil

dari 70 mikron (0,074 mm) maksimum 1%. Sedangkan untuk agregat halus, kadar

lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm atau No.200)

dalam persen maksimum (SK-SNI-T -15-1990-03).

- Untuk beton yang mengalami abrasi sebesar 3%.

- Untuk agregat halus sebesar 5%.

Pengujian ini dilakukan dengan rumus :

KL = x 100%

Dengan :

KL = Kadar Lumpur Agregat, %.

BA = Berat Agregat, gram.

BAK = Berat Agregat Konstan, gram.

2.9.3 . Pemeriksaan Kadar Air Agregat

Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang

dikandung agregat dengan agregat dalam keadaan kering, dinyatakan dalam

persen.

KA = x 100%

Dengan :

KA =Kadar Air (%)

24
WD = Berat agregat (gr)

WK = Berat kering oven sebelum dicuci (gr)

2.9.4 . Gradasi Saringan Agregat Halus dan Agregat Kasar

Anlisa Saringa Agregat Halus dan Agregat Kasar adalah pembagian

butiran (gradasi) agregat. Data distribusi butiran pada agregat diperlukan dalam

perencanaan adukan beton.

Pelaksanaan penentuan gradasi dilakukan pada agregat halus dan kasar.

Alat yang digunakan adalah seperangkat saringan dengan ukuran jaring-jaring

tertentu. Agregat halus harus mempunyai susunan butiran berdasarkan ASTM

C33-57:

Table 2.7 Modulus Kehalusan


Ukuran Lubang Ayakan (mm) Persentase Lolos Komulatif (%)

9,5 100

4,75 95-100

2,36 80-100

1,18 50-85

0,6 25-60

0,3 10-30

0,15 10-20

(Sumber : ASTM C33-57)

25
2.10 Slump Beton dan Waktu Ikat Beton (Setting Time)

Percobaan slump beton adalah suatu cara untuk mengukur kelecekan

adukan beton, yaitu kecairan/kekentalan adukan yang berguna dalam pekerjaan

beton. Slump merupakan besarnya nilai keruntuhan beton secara vertikal yang

diakibatkan karena beton belum memiliki batas yield stress yang cukup untuk

menahan berat sendiri karena ikatan antar partikelnya masih lemah sehingga tidak

mampu untuk mempertahankan ikatan semulanya. Pemeriksaan slump dimaksud

untuk mengetahui konsistensi beton dan sifat mudah dikerjakan (workability)

sesuai dengam syarat yang telah ditetapkan.

Gambar 2.1 Kemungkinan Slump yang terjadi

Table 2.8 Nilai Slump


Slump (mm)
Jenis Pekerjaan
Maksimum Minimum

Dinding, plat pondasi, dan pondasi tapak tulang 125 50

Pondasi telapak tidak bertulang, kaison, dan 90 25

konstruksi dibawah tanah

Plat, balok, kolom, dan dinding 150 50

26
Perkerasan jalan 75 50

Pembetonan missal 75 25

(Sumber : PBBI 1971)

2.11 Penulangan

 Dowel

Dowel adalah material penghubung antara 2 (dua) komponen struktur.

Dowel berupa batang baja polos maupun profil, yang digunakan sebagai sarana

penyambung/pengikat pada perkerasan jalan tipe rigid pavement. Dowel berfungsi

sebagai penyalur beban pada sambungan yang dipasang dengan separuh panjang

terikat dan separuh panjang dilumasi atau dicat untuk memberi kebebasan

bergeser. dowel (besi polos 32 mm)

 Tie Bar

Tie-bar menggunakan batang tulangan baja ulir untuk menjaga agar

tepi/ujung-ujung pelat beton yang berdampingan tetap dalam kontak yang baik

antara satu dengan yang lain dan membantu terjadinya ikatan sempurna antar

sambungan. Jalan raya dengan tipe rigid pavement bisa memakai besi tulangan

atau polos (plain). Dasar desain rigid pavement jalan tol yang dibangun periode

tahun 90 an biasanya diawali dengan lean concrete dengan tebal 10 cm (K-BO),

kemudian untuk lapisan permukaan (surface) tebal 27 cm (K-400) dilengkapi

dowel (besi polos 32 mm) dan tie bar besi ulir berdiameter 16 mm panjang 70 cm

2.12 Besi Tulangan

Besi tulangan atau besi beton (reinforcing bar) adalah batang baja yang

berberntuk menyerupai jala baja yang digunakan sebagai alat penekan pada beton

27
bertulang dan struktur batu bertulang untuk memperkuat dan membantu beton di

bawah tekanan. Besi tulangan secara signifikan meningkatkan kekuatan tarik

struktur. (the civil engineering handbook second edition).

 Jenis Besi Tulangan

Jenis besi tulangan ada 2 macam, sebagai berikut :

a. Baja tulangan beton polos (BjTP) Baja tulangan polos adalah baja

tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan rata tidak

bersirip/berulir. (SNI 2052:2017)

Gambar 2.2 Baja Tulangan Beton Polos (BjTP)

(Sumber : SNI 2052:2017)

Baja tulangan polos (BjTP) terbuat dari billet baja tuang kontinyu dengan

komposisi karbon (C), silikon (Si), mangan (Mn), fosfor (P), belerang (S) dan

karbon ekivalen (Ceq). Seperti pada Tabel 2.8

Tabel 2. 9 Komposisi Kimia Baja Tulangan Polos (BjTP)

28
(Sumber : SNI 2052:2017)
Baja tulangan polos (BjTP) tidak mengandung lipatan, gelombang, retakan,

serpihan hanya diperbolehkan berkarat ringan pada permukaan. Untuk diameter

dan berat per meter baja tulangan polos tercantum pada Tabel 2.9

Tabel 2. 10 Ukuran Baja Tulangan Beton Polos

(Sumber : SNI 2052:2017)

29
Tabel 2.11 - Ukuran baja tulangan beton sirip/ulir

(Sumber : SNI 2052:2017)


Baja tulangan polos (BjTP) memiliki toleransi diameter, seperti pada Tabel 2.12

30
Tabel 2. 12 Ukuran Dan Toleransi Diameter Baja Tulangan Polos (BjTP)

(Sumber : SNI 2052:2017)


Baja tulangan polos (BjTP) memiliki sifat mekanis seperti pada Tabel 2.13

Tabel 2. 13 Sifat Mekanis Baja Tulangan Polos

(Sumber : SNI 2052:2017)


b. Baja tulangan beton sirip/ulir (BjTS)

Baja tulangan beton sirip/ulir adalah baja tulangan beton yang

permukaannya memiliki sirip/ulir melintang dan memanjang yang dimaksud

untuk meningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan membujur dari

belakang secara relatif terhadap beton. (SNI 2052:2017)

31
Gambar 2. 3 Baja Tulangan Beton Sirip/Ulir Bambu

(Sumber : SNI 2052:2017)

Gambar 2. 4 Baja Tulangan Beton Sirip/Ulir Curam

(Sumber : SNI 2052:2017)

32
Gambar 2. 5 Baja Tulangan Beton Sirip/Ulir Tulang

(Sumber : SNI 2052:2017)

Bahan baku baja tulangan beton sirip/ulir (BjTS) terbuat dari billet baja tuang

kontinyu dengan komposisi karbon (C), silikon (Si), mangan (Mn), fosfor (P),

belerang (S) dan karbon ekivalen (Ceq). Seperti pada Tabel 2.5

Tabel 2. 14 Komposisi Kimia Baja Tulangan Sirip/Ulir (Bjts)

33
Baja tulangan sirip/ulir (BjTS) diameter dan berat per meter baja tulangan polos

tercantum pada Tabel 2.15

Tabel 2. 15 Ukuran Baja Tulangan Beton Sirip/Ulir

(Sumber : SNI 2052:2017)

34
2.13 Peralatan yang Digunakan Pada Pekerjaan Rigid Pavement

 Excavator

Excavator adalah sebuah alat berat dengan rangkaian lengan atau

batang atau arm, tongkat atau bahu, bucket atau keranjang yang berfungsi

sebagai alat keruk, serta tenaga penggerak hidrolik. Alat ini digerakkan

oleh mesin diesel yang ada di bagian atas track shoe atau roda rantainya.

Alat berat satu ini adalah yang sangat serbaguna serta sanggup menangani

berbagai pekerjaan alat lain. Tapi pekerjaan utama alat ini adalah

menggali, memuat material ke dalam dump truck atau loading,

menciptakan kemiringan atau sloping, dan juga memecahkan batu atau

breaker.

Gambar 2.6 Excavator

35
 Bulldozer

Bulldozer adalah salah satu jenis alat berat yang dan berfungsi

untuk pemerataan material seperti tanah, pasir, kerikil yang memiliki

kemampuan dorong atau tenaga yang tinggi. Bisa digunakan untuk

menggali, mendorong, menggusur meratakan, menarik beban, menimbun.

Mampu beroperasi di daerah yang lunak sampai daerah yang keras

sekalipun. Dengan swamp dozer(dozer rawa) untuk daerah yang sangat

lunak, dan daerah yang sangat keras perlu dibantu dengan ripper (alat

garu).

Gambar 2.7 Bulldozer

 Vibro Roller

Vibratory roller adalah alat berat yang digunakan untuk pekerjaan

yang berkaitan dengan pemadatan tanah. Alat berat yang satu ini banyak

digunakan untuk menggilas dan juga memadatkan hasil timbunan. Sesuai

36
dengan namanya, alat ini dilengkapi dengan vibrator untuk menjalankan

tugasnya tersebut. Ketika kamu menggunakan vibro roller, maka tanah

yan dipadatkan mejnadi lebih sempurna dan juga permukaan tanah

menjadi lebih dinamis.

Alat ini bermanfaat untuk membuat permukaan tanah menjadi lebih solid

dan optimal dimana butiran-butiran tanah akan saling mengisi bagian yang

kosong. Berbagai pekerjaan yang memerlukan pemadatan biasanya akan

menggunakan vibro roller. Maka dari itu, alat berat ini bisa digunakan baik

untuk konstruksi bersakal besar maupun kecil. Alat ini mampu menggilas

sampai dengan memadatkan seluruh hasil timbunan. Proses pemadatan

tanahnya dilakukan dengan berbagai pemampatan sampai dengan

menggunakan metode getaran sehingga sangat sesuai digunakan pada jenis

tanah berpasir maupun tanah yang berkerikil pasir. Melalui kegunaan

vibro roller ini kita bisa mengetahui seperti apa hasil pemampatan yang

dilakukan sehingga sangat cocok untuk pembuatan jalan.

Gambar 2.8 Vibro Roller

37
 Pad Foot Roller

Pad Foot Roller adalah alat pemadatan tanah dasar dan pasir serta

batuan yang digunakan dalam pembuatan jalan pada tanah dasar (Sub

grade). Permukaan dari drum (roller) tidak rata seperti pada smooth drum,

akan tetapi berlekuk-lekuk segi empat. Alat ini biasanya digunakan pada

tanah dasar sejenis tanah liat (clay).

Gambar 2.9 Pad Foot Roller

 Dump Truck

Dump truck merupakan alat berat yang berfungsi untuk

mengangkut atau memindahkan material pada jarak menengah sampai

jarak jauh (> 500m). Dump Truck biasa digunakan untuk mengangkut

material alam seperti tanah, pasir, batu split, danjugamaterial olahan

seperti beton kering pada proyek konstruksi.

38
Gambar 2.10 Dump Truk

 Motor Greder

Motor grader adalah sebuah mesin sortir, dan juga biasanya dikenal

sebagai mesin dengan mata pisau, adalah suatu sarana (angkut) rancang-

bangun dengan suatu mata pisau besar yang digunakan untuk menciptakan

sebuah permukaan datar. Ciri khasnya yaitu mempunyai tiga poros sumbu,

dengan taxi dan mesin/motor diletakkan di atas poros belakang dari

kendaraan dan dengan mata piasu di tengahnya. Tujuan mesin grader

digunakan sebagai dari proses akhir (meratakan dengan tepat) “permukaan

yang keras/kasar” yang dilakukan oleh alat yang dirancang sebagai alat

yang lebih berat seperti traktor dan pengikis.

Motor grader biasanya digunakan dalam pemeliharaan bangunan

jalan raya dan jalan tak beraspal untuk disiapkan bagian dasar untuk

menciptakan suatu permukaan datar lebar untuk aspal serta untuk tempat

kegunaan lainnya. Motor grader juga digunakan untuk menetapkan

39
pondasi lahan untuk menyelesaikan bagian dasar sebelum konstruksi

sebuah bangunan.

Gambar 2.11Motor Greder

 Concrete Paver

Concrete Pavers adalah alat berat yang biasanya digunakan untuk

pekerjaan beton. Pavers menghampar beton ready mix yang fungsinya

seperti pada pekerjaan asphalt finisher. Alat ini menggunakan sistem

“slipform” dan digunakan dalam proses pengecoran jalan raya beton

(“rigid pavement”) secara menerus dengan jaminan kualitas, kemiringan,

dan kerataan sesuai dengan titik yang ditentukan dengan sangat akurat.

Selain itu Concrete Pavers merupakan alat-alat mesin untuk membuat

rigid jalan beton / rigid lantai beton, lapangan parkir mobil dan pesawat

40
terbang, basement beton, lantai pabrik dan lantai gudang yang

membutuhkan kerataan.

Berbagai tipe dari concrete paver atau nama lainnya Concrete Slip Form

mempunyai ukuran lebar yang bervariasi antara 2 meter sampai dengan 15

meter.

Gambar 2.12 Concrate Paver

41
BAB III

TEKNIK PELAKSANAAN PEKERJAAN RIGID PAVEMENT

3.1. Proses Pekerjaan Rigid

Adapun alur pelaksanaan pekerjaan Rigid Pavement adalah sebagai berikut:

Pekerjaan Tanah
(Top Subgrade Pemasangan
CBR 6 %) & Persiapan & Plastik cor &
Lantai Drainase Pengecoran Lantai Kayu List
Concrate

Proses
Penghamparan Peletakan Dowel Pemasangan String
Cairan Beton Line

Proses
Pemadatan, Peyemprotan
Plaksanaan
Penghalusan Curing Compound
Grooving
dan Peletakan
Tie Bar

Pemasangan
Pekerjaan Joint Cuting Beton
Geotextil
Sealent

Perawatan Beton

42
3.2. Lantai Drainase (LD)

Lantai dasar atau pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak

diatas lapisan tanah dasar dan dibawah Lapisan pondasi atas (Rigid). Lantai dasar

ini menggunakan campuran pasir dan split (sertu). Dengan Lebar 25 m, panjang

300 m, ketebalan 15 cm. Lantai drainase atau Lapisan pondasi bawah berfungsi

sebagai:

 Bagian dari kontruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah

dasar.

 Lapis perserapan, agar air tanah tidak berkumpul dipondasi.

 Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke

pondasi atas.

 Pelindung tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat lemahnya

daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.

3.2.1.Cara pekerjaan

 Pasir dan split (sertu) dari dump truck dihamparkan ditanah dasar.

 Selanjutnya diratakan menggunakan motor Grader.

 Setelah diratakan lalu dipadatkan menggunakan Vibro Roller.

 Pekerjaan selanjutnya LC setelah 3 hari pemadatan LD.

43
Gambar 3.1.Pemadatan LD

3.3. Lean Concrate (LC)

Lean Concrate adalah lantai kerja untuk pekerjaan rigid pavement.

Sehingga lapisan ini bukan termasuk lapisan struktur, namun wajib ada sebelum

pekerjaan beton (Rigid). Lean Concrate ini terbuat dari beton dengan mutu F'c 10,

tebal LC 10cm, lebar total 12.2m perlajur 6.1m, panjang 300 m.

Persiapan dan pekerjaan Lean concrate:

44
3.3.1. Bekisting

 Bekisting ini terbuat dari jidar allumanium dengan tebal 10 cm panjang 6

m.

 Dan disambung dengan jidar lain sampai 300 m. jadi jidar yang di

pergunakan sebanyak 50 jidar allumunium.

 Bekisting diletakkan di bagian kiri kanan pengecoran LC, dengan jarak

6,1m karena pengecoran LC perlajur.

 Selanjutnya mematokkan besi di samping bagian luar bekisting, dengan

jarak antar besi 30 cm, supaya bekisting tidak bergeser saat dilakukan

pengecoran

Gambar 3.2. Bekisting

Setelah persiapan Bekisting dilakukan, beton yang telah di mix ready di

Batching Plant di datangkan kelapangan menggunakan Truck Mixer.

3.3.1. Slump Test

 Sesampainya di lapangan beton di slump test, slump test pada LC yang

45
di butuhkan 6,5 -7,5 cm.

 Beton dituangkan dari Truck Mixer ke gerobak sorong.

 Selanjutnya beton di tuangkan ke alat slump test 1/3 dari alat slump test

lalu dirojok sebanyak 25 kali rojokan.

 Setelah pergerojokan permukaan atas slump diratakan menggunkan

tongkat rojokan

 Selanjutnya diangkat secara perlahan

 Lalu alat slump di letakkan di samping beton yang sudah di slump dan

meletakkan tongkat rojok di atas alat slump dan diatas beton yang

dislump

 Selanjutnya mengukur penyusutan terhadap beton yang di slump

menggunakan meteran, titik nol meteran di bagian atas beton sampai ke

tongkat rojokan

Gambar 3.3. SlumpTest

46
3.3.2. Pekerjaan Pengecoran LC

 Setelah Slump Test, maka beton di hamparkan dari Truck mixer secara

bertahap agar tidak keluar dari area Bekisting.

 Selanjutnya dilakukan pemadatan dan perataan melakukan alat Jidar

Rigid dan dibantu pengerataan manual oleh pekerja menggunakan

raskam.

Gambar 3.4. Pengecoran Lean Concrate

3.3.3. Pembongkaran Bekisting

 Pembongkaran bekisting dilakukan setelah pengecoran LC selama 12

jam

 Dan dilakukan pengecekan ketebalan pada Lean Concreate

menggunakan meteran

47
Gambar 3.5. Pengukuran LC

3.4. String Line

Pemasangan String Lane untuk sensor alat Rigid Pavement (Conrete

Paver). Berfungsi untuk mengontrol ketebalan beton Rigid yang telah

direncanakan yaitu 27 cm. Pemasangan String Line menggunakan waterpass

untuk menentukan titik pematokan tiang String Line dangan sejajar.

3.4.1.Cara pemasangan String Line

 Waterpass di dirikan dibagian yang akan dilakukan pemasangan string

line.

 Selanjutnya waterpass mengarahkan ketitik pertama untuk di patokkan

besi stringline, dan seterusnya hingga titik terakhir yaitu 60 titik, karena

panjang perencanaan Rigid 300 m.

 Jarak anatara besi patok dan string line yaitu 5 m.

 Selanjutnya mengukur ketinggian untuk kabel string line yaitu 27 cm.

 Setelah pengukuran lalu di ikatkan kabel string line di setiap titik patok.

48
Gambar 3.6. String Line

3.5. Plastik Cor

Fungsi pemasangan plastik cor untuk menahan air semen tidak menyerap

ke lantai dasar, dan sehingga air masuk ke dalam pori-pori beton menjadi lebih

kecil, dan tulangan terhindar dari karat. Ketebalan plastik sekitar 0.05-0.1 mm

agar tidak mudah robek bila saat pekerjaan pengecoran Rigid dimulai.

3.5.1.pemasangan Plastik Cor:

 Plastik cor dihamparkan memanjang dan melebar di atas Laen Concrate

sesuai dengan perencanaan pengecoran Rigid, yaitu lebar 6,45 m dan

panjang 300 m.

49
Gambar 3.7. Plastik Cor

3.6. Dowel

Dowel merupakan sarana pengikat pada beberapa jenis sambungan pelat

beton perkerasan jalan. Dowel berfungsi untuk menghambat retakan yang

terjadipada beton. Dowel menggunakan baja polos berdiameter 32 panjang 450

mm, dudukan dowel menggunakan baja ulir berdiameter 10 panjang 400 mm -

530 mm.

3.6.1 Pembuatan Dowel

 Pekerjaan fabrikasi dowel, baja tulangan yang digunakan bersih dari

kotoran, minyak, cat, lemak dan karat yang akan mengganggu kelekatan

baja dengan beton.

 Pertama pembuatan dudukan dowel dengan baja ulir berdiameter 10

panjang 400 mm - 530 mm, di buat menjadi later U.

50
 Pertama mengukur 130 mm dari baja yang panjangnya 400 mm – 530

mm untuk tinggi dudukan dowel, lalu di bengkokan menggunakan alat

penekuk baja. selanjutnya mengukur 100 mm untuk dudukan bawah, dan

sisa 130 mm di bengkokan lagi sejajar dengan bengkokan pertama.

 Selanjutnya pembuatan tulangan melintang di kanan, kiri, dan bawah di

bagian dalam dudukan dowel yang telah di bentuk later U dengan cara

di las, menggunakan baja berdiameter 10 dengan panjang 1,56 m.

 Dan selanjutnya baja berdiameter 32 dan panjang 450 mm diletakkan

diatas tulangan melintang di samping dudukan dowel yang berbentuk

later U, lalu dilas. Harus tegak lurus sumbu jalan.

 Jarak antara dudukan depan dan belakang 120 mm.

 Setelah selesai, setengah dari panjang dowel ditutupi menggunakan

plastic.

Gambar 3.8. Dowel

51
Gambar 3.9. Dowel D32

( Sumber : Metode Statmen Pekerjaan Perkerasan)

Gambar 3.10. Tie Bar θ16

( Sumber : Metode Statmen Pekerjaan Perkerasan)


3.6.2 Pemasangan Dowel

 Pemasangan dowel diletakkan dengan berjarak 5 m.

 Peletakan dowel yang di plastik di arahkan mengarah depan sesuai arus

lalu lintas.

 Selanjutnya dipasang angkur atau pengunci dowel, dengan baja

berdiameter 8 dan panjang 80 mm.

 Dengan cara di patokkan di bagian sudut kiri, kanan, dan tengah dudukan

52
dowel.

 Dowel harus lurus sumbu jalan waktu pemasangan

Gambar 3.11.SkemaPenulanganDowel
(Sumber : Metode Statmen Pekerjaan Perkerasan)

Gambar 3.12. Pemasangan Dowel

53
3.7. Rigid Pavement

Rigid Pavement adalah suatu perkerasan jalan yang terdiri atas plat beton

semen sebagai lapis pondasi dan pondasi bawah di atas tanah dasar. Karena

memakai beton sebagai bahan bakunya, perkerasan jenis ini juga biasa disebut

sebagai jalan beton.

Rigid pavement ini menggunakan alat Concrat Paver, penghamparan 1 sisi

main road dilaksanakan dengan 2 kali cor, cor pertama degan lebar 5,25 m, cor

kedua dengan lebar 6,45 m. Panjang setiap segmen 5 M, kemudian di setiap 300

M di buat delitasi.

Rigid Pavement ini tidak menggunakan bekisting karena menggunakan

alat Concrat Paver yang telah dilengkapi sebagai pengganti bekisting. Setelah

persiapan plastic cor dan pemasangan Dowel, maka beton yang telah di ready mix

di Batching Plant di datangkan menggunakan Dump Truck.

3.7.1 . Slump Test

 Sesampainya Dumb Truck di lapangan beton di slump test,slump test

pada rigid yang dibutuhkan max 5

 Beton diambil secukupnya dari dump truck menggunakan eskavator.

 Selanjutnya beton di tuangkan ke alat slump test 1/3 dari alat Slump

Test lalu dirojok sebanyak 25 kali rojokan.

 Setelah perngerojokan permukaan atas slump diratakan

menggunakan tongkat rojokan.

 Selanjutnya diangkat secara perlahan.

 Lalu alat slump diletakkan disamping beton yang sudah di slump dan

meletakkan tongkat rojok diatas alat slump dan di atas beton yang

54
dislump.

55
 Selanjutnya mengukur penyusutan terhadap beton yang di slump

menggunakan meteran, titik nol meteran di bagian atas beton sampai

ketongkat rojokan.

Gambar 3.13. Slump test

3.7.2. Pekerjaan Rigid Pavement

 Beton diturunkan dari Dump Truck didepan alat Concrate Paver.

 Setelah beton di turunkan, eskavator mini meratakan beton di

depan Concrate Paver.

 Selanjutnya mesin Concrate Paver akan otomatis memadatkan dan

meratakan beton.

 Dan dibantu oleh pekerja untuk meratakan pinggira Rigid menggunakan

raskam.

56
Gambar 3.14. Pekerjaan Rigid Pavement

Gambar 3.15. Pekerjaan Rigid Pavement

3.7.3. Penutupan Rigid Dengan Geotextil

 Setelah pemadatan dan perataan Rigid di buat Penutup dipermukaan

beton menggunkan kain geotextil. Untuk menjaga suhu beton tetap

57
terjaga dan menghindari dehidrasi pada beton.

 Pekerja meletakkan kain geotextil secara melintang dipermukaan beton.

 Lalu ditarik bersamaan secara perlahan agar air yang diserap kain geotex

til rata.

 Tujuan di letakkan kain geotextil dipermukaan beton ini agar suhu beton

terjaga dari suhu luar supaya tidak terjadi retakan pada permukaan beton.

Gambar3.15.Penyerapan air
3.8. Tie Bar

Tie Bar adalah potongan baja yang dipasang pada sambungan lidah alur

dengan maksud untuk mengikat pelat agar tidak bergerak horisontal.

Menggunakan baja ulir berdiameter 16, panjang70 cm.

3.8.1.Pemasangan Tie Bar

 Setelah penghamparan Rigid maka dilakukan pemasangan Tie Bar.

 Baja ulir dicuci terlebih dahulu.

58
 Selanjutnya dipukul menggunakan martil perlahan-lahan sampai

kedalaman 35cm, dan sisa besi diluar 35cm.

 Jarak antara TieBar 70 cm.

Gambar3.16. Pemasangan TieBar

Gambar3.17. Pemasangan TieBar.

59
3.9. Grooving

Setelah sambungan dan tepian telah rapi dan sebelum bahan pengawet

(Curring compound) digunakan, permukaan beton harus dikasarkan dengan

membuat tekstur permukaan pada arah melintang atau memanjang garis sumbu

(center line) jalan. Pembuatan tekstur permukaan jalan ini dimaksudkan untuk

mencegah aqua planning atau hydro planig, yaitu fenomena tidak adanya kontak

antara ban kendaraan dengan permukaan jalan pada waktu adanya lapisan air di

permukaan jalan.

Grooving dilakukan menggunakan alat yang mempunyai batang batang

penggaruk dengan kedalaman 3 – 5 mm dan masing-masing jarak 20 mm.

3.9.1.Pekerjaan Grooving

 Alat grooving diletakkan disudut rigid dan batang batang penggaruk

diluruskan.

 Setelah batang-batang penggaruk dipastikan lurus maka ditarik secara

perlahan.

 Selanjutnya melanjutkan groovingan diletakkan terlebih dahulu jidar di

atas ujung garis yang udah digrooving terlebih daluhu, agar peletakan

batang batang penggaruk lurus.

 Dan kemudian diletakkan kembali batang penggaruk groving lalu ditarik

kembali.

60
Gambar 3.18. Grooving

3.10. Perawatan Beton

Perawatan beton ini menggunakan Curing Compound dan penutupan

Beton menggunakan kain geotextil.

3.10.1. Curing Compound

 Curing compound ini menggunakan masterkure untuk

perawatan permukaan beton, jadi 1 liter sama dengan 1 cm²

 Masterkure dimasukkan ke dalam tangki semprotan atau

yang sering digunakan untuk penyiraman pestisida, tanpa campuran air.

 Selanjutnya di siriamkan di permukaan beton secara merata.

61
Gambar 3.19. Curing Compound

3.10.2. Geotextil

 Kain Geotextil diletakkan dipermukaan beton agar permukaan beton

tidak terkena kotoran dan menjaga suhu beton agar stabil.

Gambar 3.20. Geotextil

62
3.11. Cuting Beton

Cuting beton dilakukan 8 s/d 12 jam, cuting Beton perlemahan plat beton

yang sengaja dibuat agar retak yang timbul pada plat beton baik retak melintang

maupun memanjang, Cuting Beton atau sambungan melintang di buat setiap jarak

5-6 m, sambungan memanjang dibuat maks 4,5 m. Cuting beton ini menggunakan

gergaji bermata intan dan berpendingin air atau dengan abrasi vewheel sesuai

ukuran yang ditentukan. Tujuan beton di cutting agar pada saat terjadi muai dan

susut permukaan beton tetap setabil dan rapi, apabila terjadi retakan retakan tidak

menjalar ke segmen yg lain.

3.11.1.Pekerjaan Cuting

 Pertama beton yang akan di cuting di siram air terlebih dahulu agar

gerjaji cutting mudah digunakan.

 Selanjutnya menarik lurus benang di atas permukaan yang akan dicuting

 Setelah benang dipastikan lurus lalu alat cutting sejajarkan di benang,

lalu gergaji cutting ditekan kepermukaan beton samping kedalam 7-9 cm.

 Selanjutnya gergaji cuting di dorong secara perlahan

Gambar 3.21.Mesin Cuting

63
Gambar 3.22. Mesin Cuting

3.12. Joint Sealent

Joint Sealent digunakan untuk mengisi sambungan perkerasan beton, Joint

Sealent berfungsi mengurangi masuknya air pada perkerasan dan pengaruh dari

kemabang dan susut dari beton akibat siklus perubahan iklim dan temperature

perkerasan. Pelaksanaan pengisian Joint Sealent pada sambungan perkerasan

beton dilakukan pada saat perkerasan beton memenuhi masa cuting, berumur

kurang dari 1 minggu. Joint Sealent terbuat dari campuran aspal dengan bahan

plastomer (plastic daur ulang) dan elastomer (produk karet alam).

3.12.1 Persiapan Joint Sealent

 Pertama dibuat tungku untuk pembakaran sealent dan meletakkan kayu

bakar di bawah tungku.

 Selanjutnya di atas tungku di letakkan sealent (Expansel) beserta

kalengnya.

 Setelah Expansel diletakkan di atas tungku maka kayu bakar dihidupkan.

64
 Pembakaran sealent ini bertujuan agar expansel mencair. Selanjutnya

mengaduk expansel menggunakan kayu, agar mencair rata

65
Gambar 3.23. Pembakaran Sealen

3.12.2. Pengaturan Suhu Sealent

 Menyiapkan kompor gas besar.

 Meletakkan potongan drum yang berisi oli diatas kompor.

 Selanjutnya menghidupkan kompor dan menunggu oli sampai mendidih.

 Setelah mendidih kaleng expansel yang telah cair di

letakkan/direndam didalam oli yang telah mendidih tadi.

 Setelah beberapa menit dicek suhunya menggunakan temperatur.

 Suhu yang di butuhkan oleh sealent 170 - 270 C

3.12.3. Pembersihan

 Setelah pengaturan suhu sealent dilakukan pembersihan

yang telah dicuting, menggunakan compresor.

 Slang compressor di arahkan ke lobang cutting yang akan di

Joint Seanlt, agar debu atau kotoran lainnya keluar.

66
Gambar 3.24.Pembersihan

Gambar 3.25. Pembersihan

3.12.4. Pemasangan Isolasi

 Pemasangan isolasi di pinggiran lobang yang telah di cuting,

agar sealent tidak mengenai permukaan beton.

 Isolasi atau lakban kertas di tarik melintang di pinggiran

lobang yang telah di cuting.

67
Gambar 3.26. Isolasi

3.12.5. Pelaksanaan Joint Sealent

 Setelah pembersihan maka dilakukan pemasangan Joint Sealent yang

telah di atur suhunya.

 Selanjutnya sealent (expansel) di ambil menggunakan alat yang

sederhana yaitu bekas kaleng susu yang dibuat genggamanny

amenggunkan kayu.

 Lalu pekerja menyiramkan sealent secara perlahan ke

lobang yang telah di cutting hingga merata.

Gambar 3.27.Pelaksanaan Joint Sealent

68
Gambar 3.28. Joint Sealent yang telah di tuangkan

3.13. Kendala yang Terjadi diLapangan dan Solusi

Selama proses pekerjaan kontruksi dilapangan, terdapat berbagai macam

masalah yang menghambat progres pengerjaan di proyek pembangunan jalan tol

ini, adapun kendala-kendala tersebut,yaitu :

1. Faktor Alam Permasalahan:

Hujan merupakan salah satu faktor alam yang bisa menghambat pelaksanaan

pekerjaan. Hujan yang terjadi pada siang hari dapat mengganggu proses

pengecoran. Air hujan jika tercampur dengan beton bisa menurunkan kualitas

beton.

Penyelesaian:

Pekerjaan dihentikan karena menghindari penurunan mutu beton.

2. Akses JalanPermasalahan:

Akses jalan sangat di butuhkan, sebagian akses jalan yang kurang padat atau

licin akibat hujan menghambat jalan nya truck mixer atau dump truk yang

membawa beton menuju ke lapangan.

Penyelesaian:

Menimbun ulang akses jalan menggunakan tanah merah dan dipadatkan

69
menggunakan alat berat seperti sheep foot roller dan vibrator roleer.

3.14. Pembahasan

A. Organisasi pelaksanaan proyek

Organisasi proyek sebagai sarana dalam pencapaian tujuan dengan

mengatur dan mengorganisasi sumberdaya, tenagakerja, material, peralatan dan

modal secara efektif dan efesien dengan menerapkan system manajemen sesuai

kebutuhan proyek.

B. Penggunaan alat dan bahan

Penggunaan alat-alat berteknologi sangat berpengaruh terhadap nilai

kontrak kontrak sehingga bobot pekerjaan yang menggunakan ala tcanggih

menjadi besar. Proyek jalan tol mempunyai volume pekerjaan yang besar dan

membutuhkan kecepatan serta hasil yang sempurna dalam setiap item pekerjaan

sehingga membutuhkan alat-alat berat yang berteknologi tinggi untuk menunjang

hasil pekerjaan menjadi lebih baik.

Bahan utama yang dipergunakan dalam pekerjaan rigid pavement ini yaitu

beton, beton merupakan bahan yang tersusun atas material pasir, kerikil, semen

dan air, kualitas dan karakteristik beton akan sangat dipengaruhi oleh material

penyusun nya tersebut.Untuk keperluan tertentu terkadang campuran beton masih

ditambahkan tambahan berupa zat kimia tambahan.

C. Langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan Rigid Pavement

 Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk membuat

perkerasan jalan beton.

 Melaksanakan pemasangan sambungan memanjang, sambungan

ekspasansi melintang atau sambungan kontraksi melintang untuk

70
pekerjaan perkerasan jalan beton.

 .Melaksanakan pengecoran, penghamparan, pemadatan dan

penyelesaian terakhir.

71
BAB IV

KESIMPULAN & SARAN

4.1. Kesimpulan

Setelah melaksanakan kerja praktek pada proyek Jalan tol Serbelawan –

Parapat (Tahap 4) ruas Serbelawan – Siantar (Sta 45+525 – 46+000), telah

banyak memberikan gambaran mengenai keadaan lapangan, serta dapat

membandingkan ilmu penhgetahuan yang diperoleh selama dibangku

perkuliahan dengan keadaan sebenarnya dilapangan.

Maka dapat diambil suatu kesimpulan berdasarkan kegiatan selama dilapangan

antara lain:

 Secara umum pelaksaan dilapangan tidak jauh berbeda dengan teori-teori

perkuliahan Metode Pelaksanaan Kontruksidan Teknologi Bahan.

 Bahan - bahan yang digunakan kualitasnya dalam keadaan baik dan

sesuai dengan peraturan yang di syaratkan dengan ketentuan SNI.

 Mekanisme pekerjaan yang tertera pada perencanaan tidak seluruhnya

bekerja sama dengan perencanaan maupun time shcedule pekerjaan.

 Tanah (subgrade) Per layer 20 cm, Lapisan drainase dengan tebal 15 cm

bahan yg di pakai ialah granular dengan ukuran 1-2,2-3 dan pasir dan Lc

yang di rencanakan dengan tebal 10 cm, rigid yang di rencakanan dengan

tebal 27 cm

72
4.2. Saran

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan selama berlangsungnya kerja

praktek, ada beberapa saran yang dapat kami kemukakan :

 Utamakan keselamatan pekerja, khususnya penggunaan helm keselamatan.

 Koordinasi pekerjaan dilapangan dipertahankan dengan baik mutunya

sehingga tetap mencapai efisiensi kerja yang maksimum.

 Perlunya koordinasi untuk melaksanakan kerja praktek antara mahasiswa

dengan pengawas dilapangan agar diperoleh banyak ilmu pengetahuan

praktis dilapangan.

 Dalam pelaksaan suatu proyek, kerja sama dan koordinasi antar pihak

kontraktor, pihak konsultan,dan pihak pimpinan proyek harus terjalin

dengan baik. Demikian pun dalam tubuh kontraktor, setiap personil harus

menciptakan suasana kerja yang tentram dan menjadi satu team work yang

baik.

73

Anda mungkin juga menyukai