Anda di halaman 1dari 13

Critical Journal Review

ANALISIS SEMIOTIKA DALAM IKLAN “FAIR AND


LOVELY” VERSI NIKAH ATAU S2
&
TINJAUAN TEORITIK TENTANG SEMIOTIK
Tugas ini dikerjakan guna memenuhi syarat pembelajaran mata kuliah
semiotika yang diampu oleh dosen “Dr. Zulkifli, M.Sn.”

OLEH :
NAMIRA ANNISA NASUTION
2173151014
KELAS C 2017

JURUSAN SENI RUPA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas critical journal review yang
dibimbing oleh bapak Dr. Zulkifli, M.Sn

Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis
dalam penyelesaian tugas critical journal review ini. Penulis menyadari bahwa critical
journal review ini masih banyak kekurangan dalam segi penyampaiannya. Oleh
karena itu, sangat diharapkan kepada para pembaca untuk menyampaikan saran dan
kritik yang membangun demi tercapainya critical journal review yang baik untuk
kedepannya.

Medan, 28 April 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

LATAR BELAKANG DAN TUJUAN PENELITIAN................................................3

METODE.......................................................................................................................5

HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................................5

REVIEW JURNAL UTAMA........................................................................................6

REVIEW JURNAL PEMBANDING..........................................................................10

3
LATAR BELAKANG DAN TUJUAN PENELITIAN
Latar belakang pada jurnal utama ialah perbincangan mengenai perempuan
dan media menjadi dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Kita pun tidak bisa
memungkiri hal ini, apalagi mengingat berbagai fakta yang sering disajikan di media
massa yang mayoritas berhubungan dengan perempuan. Media massa dan perempuan
ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan, keduanya memiliki kaitan erat
yang berjalan, berkeliling, dan saling melengkapi.

Perempuan banyak yang memanfaatkan jasa media massa demi untuk


meningkatkan popularitasnya, sebaliknya media massa butuh sebuah nuansa khas dari
seorang perempuan, mulai dari sisi keberhasilan karir dan jabatannya, ketegarannya
menyikapi sebuah persoalan besar, kenekatannya dalam melakukan sesuatu dan
terakhir adalah keberaniannya untuk memperlihatkan auratnya. Setiap perempuan
sebenarnya secara umum memiliki rasa yang sama dengan laki-laki yakni keinginan
untuk terkenal, untuk mendapatkan banyak uang serta untuk menjadi terhormat.

Latar belakang pada jurnal pembanding ialah sebagai makhluk yang hidup di
dalam masyarakat dan selalu melakukan interaksi dengan masyarakat lainnya tentu
membutuhkan suatu alat komunikasi agar bisa saling memahami tentang suatu hal.
Apa yang perlu dipahami? Banyak hal salah satunya adalah tanda.

Supaya tanda itu bisa dipahami secara benar dan sama mem-butuhkan konsep
yang sama supaya tidak terjadi misunderstanding atau salah pengertian. Namun pada
kenyataannya tanda itu tidak selamanya bisa dipahami secara benar dan sama di
antara masyara -kat. Setiap orang memiliki interpretasi makna tersendiri dan tentu
saja dengan berbagai alasan yang melatar -belakangi-nya.

Ilmu yang membahas tentang tanda disebut semiotik ( the study of signs).
Semiotik meliputi studi seluruh tanda-tanda tersebut sehingga masyarakat
berasumsi bahwa semiotik hanya meliputi tanda-tanda visual (visual sign). Untuk

4
memahami semiotik lebih jauh ada baiknya kita membahas beberapa tokoh semiotik
dan pemikiran -pemikirannya dalam semiotik.

METODE
Pada jurnal utama penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sebagai
landasannya. Sedangkan terkait paradigma, penelitian ini menggunakan paradigma
kualitatif.

Pada jurnal pembanding, penelitian ini ialah metode teori dasar dan metode
simulasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil dan pembahasan pada jurnal pertama ialah dalam metodenya, Barthes
memperkenalkan sistem dua tahap penandaan. Dalam dua tahap penandaan, Barthes
menjelaskan makna denotasi dan konotasi. Makna denotasi merupakan makna yang
dapat langsung dilihat ketika kita mengamati suatu tanda. Sedangkan makna konotasi
adalah makna implisit yang diperoleh dari suatu tanda, Bila dikaitkan dengan
penelitian ini, maka dalam menganalisis teks iklan, terlebih dahulu akan dilihat
penanda dan petanda yang membentuk makna denotatif.

Dalam proses siginifikasi ini, pertama-tama peneliti menentukan penanda dan


petanda untuk mencari makna denotasi. Makna denotasi termasuk ke dalam
penandaan tahap pertama. Kemudian, makna denotasi yang telah dihasilkan tersebut
menjadi penanda konotatif. Sama halnya dengan pada proses pembentukan makna
denotatif, penanda konotatif juga menghasilkan petanda, yaitu petanda konotatif.

Penanda dan petanda konotatif ini memunculkan makna konotatif. Makna


konotatif merupakan signifikasi tingkat kedua dalam sistem penandaan dua tahap
Barthes. Pada signifikasi tahap kedua tersebut, tanda bekerja melalui mitos, sebagai
produk kelas sosial yang sudah memiliki dominasi. Dengan pendekatan semiotik,

5
Barthes memeriksa bebagai bentuk bahasa yang dipakai untuk menghadirkan ideologi
kedalam masyarakat, terutama bentuk-bentukyang dijumpai dalam budaya media.

Kehadirannya tidak abstrak, tetapi sudah menjadi bagian dari kehidupan


seharihari. Untuk itu, peneliti juga meneliti makna konotatif yang beroperasi pada
tahap kedua pada sistem dua tahap penandaan Barthes.Sehingga diketahui mitos yang
munculmengenai penggambaran perempuan dalam teks yang diteliti. Proses analisis
makna konotasi hingga menemukan mitos yang dilakukan peneliti sesuai dengan teori
tanda Barthes.

Hasil dan pembahasan pada jurnal pembanding bahwa strukturalisme adalah


sebuah metode yang telah diacu oleh banyak ahli semiotik, hal i tu didasarkan pada
model linguistik struktural de Saussure. Semiotik sosial kontemporer telah bergerak
di luar perhatian struktural yaitu menganalisis hubungan hubungan internal bagian-
bagian dengan a self contained system, dan mencoba mengembangkan penggunaan
tanda dalam situasi sosial yang spesifik.

Bagi de Saussure, bahasa terdiri atas sejumlah tanda yang terdapat dalam
suatu jaringan sistem dan dapat disusun dalam sejumlah struktur. Setiap tanda dalam
jaringan itu memiliki dua sisi yang tak terpisahkan seperti dua halaman pada
selembar kertas. de Saussure memberikan contoh kata arbor dalam bahasa Latin yang
maknanya ‘pohon’.

6
REVIEW JURNAL UTAMA

Judul “ANALISIS SEMIOTIKA DALAM IKLAN “FAIR


AND LOVELY” VERSI NIKAH ATAU S2”
Jurnal Jurnal Egaliter
Download file:///C:/Users/HP/Downloads/904-1780-1-SM.pdf
Volume dan Volume 1 Nomor 2
halaman
Tahun Maret 2018
Penulis Ika Malika dan Sinta Petri Lestari
Reviewer Namira Annisa Nasution
Tanggal 28 April 2019

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini ialah menganalisis kajian


semiotika yang terdapat dalam iklan fair and lovely.
Subjek Penelitian Subjek penelitian ialah iklan fair and lovely.
Assessment Data Melalui penelitian ini, peneliti berupaya membongkar mitos
mengenai perempuan yang ada dibalik iklan produk
perawatan kecantikan Fair and Lovely.Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
semiotika, yaitu metode semiotika yang dikembangkan oleh
Roland Barthes.
Metode Penelitian Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode
pendekatan kualitatif.
Langkah Penelitian Pertama-tama peneliti menentukan penanda dan petanda
untuk mencari makna denotasi. Pada signifikasi tahap kedua
tersebut, tanda bekerja melalui mitos, sebagai produk kelas

7
sosial yang sudah memiliki dominasi.
Dalam proses level ideologi, peristiwa-peristiwa
dihubungkan dan diorganisasikan ke dalam
konvensikonvensi yang diterima secara ideologis.
Bagaimana kode-kode representasi dihubungkan dan
diorganisasikan ke dalam koherensi sosial atau kepercayaan
dominan yang ada dalam masyarakat.
Hasil Penelitian Makna denotasi merupakan makna yang dapat langsung
dilihat ketika kita mengamati suatu tanda. Sedangkan makna
konotasi adalah makna implisit yang diperoleh dari suatu
tanda, Bila dikaitkan dengan penelitian ini, maka dalam
menganalisis teks iklan, terlebih dahulu akan dilihat
penanda dan petanda yang membentuk makna denotatif.
Penanda dan petanda konotatif ini memunculkan makna
konotatif. Makna konotatif merupakan signifikasi tingkat
kedua dalam sistem penandaan dua tahap Barthes.
Kecantikan pada level ideologi dalam iklan produk
perawatan kecantikan Fair and Lovely merupakan
kecantikan yang ditampilkan dari luar (outer) dan dari dalam
(inner).
Kekuatan Penelitian Kekuatan dari penelitian ini menurut saya sesuai dengan
iklan fair and lovely. Peneliti membuat dengan jelas
mengenai semiotika yang terdapat dalam iklan fair and
lovely dan ditulis secara jelas ke dalam jurnal.
Kelemahan Sejauh dari yang saya baca, saya belum menemukan
Penelitian kelemahan dari penelitian yang terdapat di dalam jurnal ini.
Kesimpulan Setelah mengamati dan menganalisa dapat ditarik simpulan
yang mengacu pada permasalahan yang ada, yakni

8
representasi perempuan dalam iklan produk perawatan
kecantikan Fair andLovely versi nikah atau S2 bahwa
makna denotasi terdapat pada gambar satu dan gambar dua
di ceritakan sang ayah dan ibu telah menemukan jodoh yang
tepat untuk sang anak perempuannya.
Jodoh yang tepat menurut sang ayah dan ibu yaitu laki-laki
yang terpelajar dan memiliki karir yang bagus. Namun sang
anak perempuan tidak langsung menjawab pertanyaan yang
dilontarkan oleh sang ayah kepadanya, sang anak
perempuan itu masih mempertimbangkan perihal pertanyaan
sang ayah dan ibunya itu karena sang anak perempuan saat
ini juga sedang merencanakan untuk meneruskan
pendidikannya ke jenjang S2.
Pada gambar ke delapan sang anak perempuan menjawab
pertanyaan sang ayah pada gambar pertama, kalau sang
anak perempuan itu memilih menikah namun setelah ia
selesai menempuh pendidikan S2-nya. Sedangkan makna
konotasi yang diperoleh dari adeganadegan yang terdapat
dalam iklan Fair and Lovely ini yaitu:
1. Perempuan diatur terkait pasangan hidup yang tepat
sesuai standar tertentu.
2. Perempuan membutuhkan bantuan orang lain untuk
mengambil suatu keputusan yang sangat penting
untuk masa depannya.
3. Perempuan dituntut untuk terlihat cantik sesuai
standar tertentu dengan cara mencerahkan kulit
wajahnya.
4. Perempuan ingin setara dengan laki-laki dari sisi

9
pendidikannya maupun karirnya.
Sedangkan mitos yang muncul dari hasil analisis pada iklan
perawatan kecantikan Fair and Lovely versi nikah atau S2
adalah adanya representasi perempuan dalam keluarga
menengah, dimana sang anak perempuan tidak diutamakan
oleh orangtuanya untuk berpendidikan setinggi mungkin,
namun sang anak perempuan lebih dituntut orangtuanya
untuk segera menikah agar kewajiban orangtua pun untuk
menikahkan anaknya segera terselesaikan.

10
REVIEW JURNAL PEMBANDING

Judul “TINJAUAN TEORITIK TENTANG SEMIOTIK”


Jurnal -
Download file:///C:/Users/HP/Downloads/Tinjauan%20Teoritik
%20tentang%20Semiotik.pdf
Volume dan -
halaman
Tahun -
Penulis Ni Wayan Sartini
Reviewer Namira Annisa Nasution
Tanggal 28 April 2019

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini ialah memberitahu kepada orang
banyak melalui jurnal mengenai semiotika.
Subjek Penelitian Subjek yang digunakan dalam penelitian ini ialah kajian
semiotika.
Assessment Data Melalui jurnal ini, orang-orang bisa melihat dan
mendapatkan informasi yang sangat jelas mengenai apa
saja yang termasuk dalam semiotika.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
teori dasar dan metode simulasi.
Langkah Penelitian Langkah penelitian ini sesuai dengan metode yang
digunakan. Penelitian ini diawali dengan menggunakan
teori-teori yang diambil kemudian dari teori tersebut
diambil suatu gambaran dari fakta yang sebenarnya untuk
melihat pengaruh dan sebab akibatnya.

11
Hasil Penelitian Dapat dikatakan bahwa pembicaraan tentang strukturalisme
dalam konteks perkem-bangan kajian budaya harus
dilakukan dalam konteks perkembangannya ke semiotik
yang seolah-olah lahir sesu-dahnya. Sebenarnya bibitnya
telah lahir bersama dalam kuliah-kuliah Ferdinad de
Saussure yang sekaligus melahirkan strukturalisme dan
semiotik (oleh de Saussure disebut semiologi yaitu ilmu
tentang kehidupan tanda-tanda dalam masyarakat).
Perkembangan dari strukturalis ke semiotik dapat dibagi dua
yakni yang sifatnya melanjutkan sehingga ciri-ciri
strukturalismenya masih sangat kelihatan (kontinuitas) dan
yang sifatnya mulai meninggalkan sifat strukturalisme untuk
lebih menonjolkan ke -budayaan sebagai sistem tanda
(evolusi).
Bahasa sebagai sebuah sistem dapat dikatakan lahir dari
kemu -fakatan (konvensi) di atas dasar yang tak beralasan
(unreasonable) atau sewenang-wenang.
Peirce selain seorang filsuf juga seorang ahli logika dan
Peirce memahami bagaimana manusia itu bernalar. Peirce
akhirnya sampai pada keyakinan bahwa manusia ber pikir
dalam tanda. Maka diciptakannyalah ilmu tanda yang ia
sebut semiotik. Semiotika baginya sinonim dengan logika.
Secara harafiah ia mengatakan “Kita hanya berpikir dalam
tanda”. Di samping itu ia juga melihat tanda sebagai unsur
dalam komunikasi.
Kekuatan Penelitian Kekuatan penelitian dalam jurnal ini menurut saya ialah
langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian sudah
baik. Sesuai dengan metode yang digunakan bahwa

12
penelitian ini menggunakan teori-teori dasar lalu
menggunakan metode simulasi yang mana langsung
menyambungkan dengan masalah yang terjadi di kehidupan
nyata.
Kelemahan Sejauh dari yang saya baca, saya belum menemukan
Penelitian kelemahan dari penelitian yang terdapat di dalam jurnal ini.
Kesimpulan Sampai saat ini, sekurang-kurangnya terdapat sembilan
macam semiotik yang kita kenal sekarang (Pateda, dalam
Sobur, 2004). Jenis-jenis semiotik ini antara lain semiotik
analitik, diskriptif, faunal zoosemiotic, kultural, naratif,
natural, normatif, sosial, struktural.
Bahasa dalam pemakaiannya bersifat bidimensional.
Disebut dengan demikian, karena keberadaan makna selain
ditentu-kan oleh kehadiran dan hubungan antar-lambang
kebahasaan itu sendiri, juga ditentukan oleh pemeran serta
konteks sosial dan situasional yang melatarinya.
Dihubungkan dengan fungsi yang dimiliki, bahasa memiliki
fungsi eksternal juga fungsi internal. Oleh sebab itu selain
dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dan
menciptakan komunikasi, juga untuk mengolah informasi
dan dialog antar -diri sendiri.

13

Anda mungkin juga menyukai