Anda di halaman 1dari 8

Matematika erat kaitannya dengan fakta dan prosedur.

Oleh sebab itu, perlu adanya proses


konstruksi konsep matematika yang dapat berhasil salah satunya dengan menggunakan media
pembelajaran manipulatif di kelas (Hidayah, 2018). dalam ummah 2020

Analogi memungkinkan seseorang untuk dapat memahami konsep matematika agar dapat
merelasikan, meningkatkan pemahaman konsep, dan kepercayaan dirinya. Analogi juga dapat
membentuk koneksi seseorang dengan aplikasi matematika di dunia nyata (Supardan, 2016).
dalama ummah 2020

AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print) Volume 9, No. 1, 2020,
43-52 ISSN 2442-5419 (Online) DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v9i1.2653

Copyright © 2020, Universitas Muhammadiyah Metro | 43

KONSTRUKSI KONSEP MATEMATIKA MELALUI PEMBUATAN MEDIA MANIPULATIF


TERINTEGRASI TEKNOLOGI

Pengetahuan matematika akan lebih baik


jika siswa mampu mengkonstruksi melalui
pengalaman yang telah mereka miliki
sebelumnya. Untuk itu, keterlibatan siswa
secara aktif sangat penting dalam kegiatan
pembelajaran. Dalam hal ini pembelajaran
matematika merupakan pembentukan pola
pikir dalam penalaran suatu hubungan antara
suatu konsep dengan konsep yang lainnya.
Dalam proses mengonstruksi, asimilasi

Edudikara: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol 3 (2), 2018 ISSN 2541-0261
162
KESALAHAN KONSTRUKSI KONSEP MATEMATIKA
DAN SCAFFOLDING-NYA
Rivatul Ni’mah1, Sunismi2, Abdul Halim Fathani
Prosedur penelitian yang dilakukan yaitu:
1. Analisis permasalahan

Analisis permasalahan yaitu mengidentifikasi kekurangan media pembelajaran matematika


manipulatif berdasar perkuliahan sebelumnya.
2. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan cara menentukan referensi yang relevan dengan penelitian.
Hal ini akan berkaitan dengan melacak studi terdahulu kemudian menganalisis perbandingannya,
studi tentang media pembelajaran manipulatif matematika, dan teori konstruktivistik. Studi
kepustakaan dilaksanakan dengan cara mencari atau membeli jurnal penelitian, dan buku
referensi yang relevan.
3. Pemilihan Subyek Penelitian

Pemilihan subyek penelitian dilakukan dengan cara random purposive sampling. Hal ini
dikarenakan mahasiswa akan diambil secara acak dari mahasiswa semester III
sebanyak 38 mahasiswa dengan fokus pada setiap jenis media pembelajaran manipulatifnya.
Pemilihan subyek penelitian didasarkan pada hasil media pembelajaran manipulatif yang dibuat
dan sesuai dengan prinsip konstruktivistik.
4. Pengambilan data

Data dikumpulkan melalui berbagai media pembelajaran manipulatif yang dibuat dan memuat
proses abstraksi konsep matematika, dan konstruksi konsep matematika. Media tersebut dipilih
dengan menggunakan pertimbangan dari pemenuhan prinsip konstruktivistik.
5. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara mendeskripsikan emdia pembelajaran matematika


manipulatif yang sesuai prinsip konstruktivistik melalui paparan pembuatan dan penggunaan
media. Analisis dilanjutkan dengan mengkomparasikan media pembelajaran matematika
manipulatif yang dibuat mahasiswa yang dipilih dengan referensi yang ditentukan sebelumnya
tentang teori konstruksi konsep matematika. Selanjutnya dilakukan proses penyajian hasil
analisis yang dipaparkan dalam bentuk tabel klasifikasi media pembelajaran berdasarkan jenis
konstruksi konsep matematik
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print) Volume 10, No. 3, 2021,
1776-1786 ISSN 2442-5419 (Online) DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v10i3.3993

1776|

KESALAHAN KONSTRUKSI KONSEP MATEMATIS DALAM PROSES


REPRESENTASI VISUAL MAHASISWA
Siti Inganah1, Arini Isma Nabila2, Octavina Rizky Utami Putri3*
1,2,3* Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, Indonesia
*Corresponding author. Jl Raya Tlogomas No 246, 65144, Malang, Indonesia

Untuk mengonstruksi konsep matematika seseorang harus mampu

AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print) Volume 10, No. 3, 2021,
1776-1786 ISSN 2442-5419 (Online) DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v10i3.3993
| 1777

mengaitkan konsep sebelumnya dengan konsep yang sedang dipelajari (Hanifah & Abadi, 2018).
Ketika mengonstruksi konsep matematika, terdapat dua kemungkinan hasil yaitu berhasil atau
gagal (Anggraini et al., 2018).
Kegagalan dalam mengonstruksi konsep matematika mengindikasikan adanya kesulitan dalam
membangun konsep tersebut. Kesulitan ini seringkali tercermin dalam bentuk kesalahan yang
dilakukan ketika mengerjakan soal matematika (Subanji & Nusantara, 2013). Subanji (2015)
menglasifikasi-kan kesalahan mengonstruksi konsep matematika dalam empat bentuk, yaitu
pseudo construction, lubang konstruksi, mis-analogical construction dan mis-logical
construction.
Berdasarkan kesalahan yang ada, sangat memungkinkan bagi individu untuk menggunakan
representasi dalam mengonstruksi konsep matematis, sehingga untuk menuangkan konsep yang
ada di pikiran dapat dilakukan melalui representasi (penyajian ide) seseorang dalam berbagai
bentuk representasi matematika. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Dahlan & Juandi (2011)
yang mengatakan bahwa representasi berguna untuk memudah-kan membangun ide matematis
yang konkret dan nyata.
Representasi merupakan bentuk interpretasi pemikiran seseorang tentang suatu masalah yang
digunakan untuk membantu menemukan solusi dari suatu masalah (Sabirin, 2014). Representasi
secara umum digolongkan menjadi representasi visual (gambar, tabel, diagram atau grafik),
representasi simbolik (notasi matematik, pernyataan matematik atau simbol numerik), dan
representasi verbal (teks tertulis atau kata-kata) (Khairunnisa et al., 2018; Fuad, 2016).

DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, D., Kusmayadi, T. A., Azizah, N. R., Masykuri, M., & Prayitno, B. A. (2018).
Construction of the mathematical concept of pseudo thinking students Construction of the
mathematical concept of pseudo thinking students. Journal of Physics: Conference Series.
https://doi.org/10.1088/1742-6596/1022/1/012010

Jayanti, M. D., Irawan, E. B., & Irawati, S. (2018). Kemampuan Pemecahan Masalah Kontekstual
Siswa SMA pada Materi Barisan dan Deret. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan
Pengembangan, 3(5), 671–678.
Khairunnisa, G. F., As’ari, A. R., & Susanto, H. (2018). Keberhasilan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Berdasarkan Kemampuan Membuat Berbagai Representasi
Matematis. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian Dan Pengembangan, 3(6), 723–730.
Mataheru, W., Huwaa, N. C., & Matitaputty, C. (2021). Analisis Kesalahan Mahasiswa Dalam
Perkuliahan Matematika Dasar Secara Daring. Jurnal Magister Pendidikan Matematika
(JUMADIKA), 3(1), 45–50. https://doi.org/10.30598/jumadikavol3iss1year2021page45-50

Ni’mah, R., Sunismi, & Fathani, A. H. (2018). Kesalahan Konstruksi Konsep Matematika Dan
Scaffolding-nya. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 3(2), 162–171.

Nuraini, Maimunah, & Roza, Y. (2019). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII
SMPN 1 Rambah Samo Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar. Numerical: Jurnal Matematika
Dan Pendidikan Matematika, 3(1), 63–76.
Konsep adalah ide abstrak yang digunakan untuk menggolongkan atau
mengklasifikasikan sekumpulan objek. “Segitiga” adalah nama suatu konsep yang abstrak.
Dengan konsep itu, sekumpulan objek dapat digolongkan sebagai contoh segitiga atau bukan
contoh. Konsep berhubungan dengan definisi. Definisi adalah ungkapan yang
membatasi suatu konsep. Dengan definisi dapat dibuat illustrasi atau gambar atau
lambang dari konsep yang didefinisikan sehingga maksud dari konsep menjadi jelas.
Operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar, dan pengerjaan matematika
yang lain. Pada dasarnya operasi dalam matematika adalah suatu fungsi yaitu relasi
yang khusus karena operasi adalah aturan untuk memperoleh elemen tunggal dari satu
atau lebih elemen yang diketahui.

c. Relasi-Operasi Relasi merupakan suatu aturan yang memasangkan aturan untuk mengawankan
anggota suatu himpunan dengan anggota himpunan lain, yang dapat sama dengan himpunan
semula. Operasi adalah aturan untuk mendapatkan elemen tunggal dari satu atau lebih elemen yang
diketahui. Elemen tunggal disebut elemen yang dioperasikan.
D. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pemecahan masalah adalah sebuah keadaan
dimana seseorang berusaha mencari solusi terhadap sebuah masalah dengan mencari sumber dari
masalah 39 Dr. H. Hobri, M.Pd., Model-model Pembelajaran Inovatif, (Jember:Center for Society
Studies (CSS), 2009), hlm. 170 tersebut dan disertai niat untuk menyelesaikannya. Hal ini juga
termasuk dalam pendidikan diantaranya matematika. Rusffendi mengemukakan bahwa masalah
dalam matematika adalah suatu persoalan yang ia sendiri mampu menyelesaikannya tanpa
menggunakan cara atau algoritma yang rutin.

Suatu persoalan merupakan masalah bagi siswa bila: 1. Siswa belum mempunyai prosedur atau
algoritma tertentu untuk menyelesaikan. 2. Siswa mampu menyelesaikan, 3. Siswa memiliki niat
menyelesaikannya.40 Hayes mengemukakan bahwa problem atau masalah bagi seseorang adalah
suatu kesenjangan antara dua pengertian yang dimilikinya dan iapun tak tahu cara
mengatasinya.41Polya mengemukakan dua macam masalah dalam matematika, yaitu: 1. Masalah
untuk menemukan. Masalah ini dapat berupa masalah teoritis atau praktis, abstrak atau konkrit,
teka-teki. 2. Masalah untuk membuktikan. Masalah untuk membuktikan adalah untuk menunjukkan
bahwa suatu masalah itu benar atau salah, tidak keduanya.42 Suherman menyatakan di dalam
bukunya bahwa suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk
menyelesaikan akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan.43 Sedangkan
menurut 40Rusffendi, E.T.Pengajaran Matematika Modern untuk Orang Tua Murid, Guru, dan SPG.
(Bandung: Tarsito, 1998), hal : 216 41Veragawati,PendidikanBagiAnakKesulitanBelajar, (Jakarta:
RinekaCipta, 2009:11) 42Ibid,hal : 12 43Erman Suherman,dkk,Strategi Pembelajaran Matematika
Kotemporer,(Bandung: JICA Universitas Pendidik Indonesia, 2003) hal:92-93 Polya dan Rusffendi
suatu persoalan atau soal matematikaakan menjadi masalah bagi seorang siswa apabila: 1.
Mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan, ditinjau dari segi kematangan mentalnya dan
ilmunya. 2. Belum mempunyai algoritmaatau pendapat juga prosedur untuk menyelesaikan dan
berlainan yang sebarang letaknya. 3. Berkeinginan untuk menyelesaikannya.44 Terdapat banyak
interpretasi tentang pemecahan masalah dalam matematika, diantaranya adalah Polya
mengemukakan ada empat aspek atau langkah yang dapat ditempuh dalam pemecahan masalah,
yaitu: 1. Memahami masalah 2. Membuat rencana 3. Melakukan perhitungan 4. Memeriksa kembali
hasil yang diperoleh.45 Sedangkan menurut Wuan, dkk langkah-langkah dalam memecahkan
masalah secara umum adalah: 1. Memahami masalah 2. Membuat rencana 3. Melakukan
perhitungan 4. Mengecek jawaban 5. Memeriksa hasil46
E. Kajian Penelitian Terdahulu

Berikut ini beberapa hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian sekarang:

a) Effie Efrida Muchlis yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI) Terhadap Perkembangan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas II
SD Kartika1.10 Padang ” didapatkan hasil bahwa dari hasil analisis deskriptif diperoleh
kemampuann pemecahan masalah siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan
matematika realistik lebih baik dibanding dengan kelas kontrol. Karena p < 0,0013 dan
0,0013

b) Harahap, Elvira Riska, dan Edy Surya. (2017). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa Kelas VII Dalam Menyelesaikan Persamaan Linear Satu Variabel. Jurnal Semnastika. Hal
268-279.

Anda mungkin juga menyukai