Pembelajaran merupakan suatu proses belajar yang diulang-ulang
sehingga menghasilkan suatu perubahan pada perilaku siswa dengan sadar diri dan bersifat tetap (Thobroni dan Muusthofa, 2013:21). Dimyati dan Mudjiono (2013:297) pembelajaran yaitu aktivitas guru yang tersusun secara terancang dalam desain instruksional, akan membuat siswa belajar secara aktif dan menekan pada tersedianya bahan belajar. Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 20 dijelaskan bahwa, pembelajaran merupakan proses timbal balik siswa dengan guru dan bahan ajar dalam suatu lingkungan belajar.
Dari beberapa pendapat diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran merupakan proses timbal balik siswa dan guru yang telah tersusun rapi sehingga membuat siswa dapat belajar secara aktif dan dapat memaksimalkan bahan ajar dalam lingkungan belajar.
Pembelajaran memiliki tujuan yaitu untuk mengajarkan beberapa
konsep dari mata pelajaran, salah satunya adalah matematika. Matematika adalah ilmu abstrak, dedukatif yang mendalami hubungan bentuk, struktuk dan pola (Rahmah,2013). Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang penting untuk diberikan kepada siswa dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, yaitu sebagai alat bantu dalam penerapan ilmu lain maupun dalam matematika sendiri (Siagian,2016).
Jadi dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran matematika adalah metode dalam pemberian suatu pengalaman belajar oleh guru untuk siswa secara terencana agar mendapatkan pengetahuan mengenai matematika yang memiliki tujuan untuk pemahaman suatu konsep secara di dalam memecahkan masalah yang dilakukan dalam lingkungan belajar.
3 B. Kemampuan Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah yakni suatu aktivitas intelektual untuk
menemukan penyelsaian dari suatu masalah yang telah melibatkan pengalaman serta pengetahuan siswa Maimunah (2016). Sedangkan menurut Ulya (2016) pemecahan masalah merupakan kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya dan menyelesaikan masalah dengan cara yang baru. Menurut Trizulianto kemampuan pemecahan masalah perlu diberikan kepada siswa, hal ini karena dengan kemampuan pemecahan masalah dapat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari siswa untuk mendapatkan pengetahuan baru yang dapat digunakan dalam kehidupan nantinya. Suherman (2003) menjelaskan bahwa pemecahan masalah itu harus dikembangkan pada kondisi yang bersifat masalah dalam kehidupan sehari-hari atau bersifat nyata dekat dengan kehidupan siswa, dimana masalah yang dipakai memerlukan proses berpikir tingkat tinggi dalam penyelesaiannya.
Polya (1973) menjelaskan terdapat beberapa tahapan dalam
menyenyelesaikan suatu permasalahan yaitu; 1) memahami masalah, dimana siswa dituntut untuk menentukan apa yang telah diketahui, ditanyakan, serta dipersyaratkan dari soal; 2) memakai startegi dalam penyelesaian dimana siswa dapat menyelesaikan suatu permasalahan dengan rencana yang telah ditentukan; 3) melakukan penyelesaian, dimana siswa menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana telah ditentukan oleh siswa; 4) siswa memeriksa ulang hasil sesuai dengan lagkah-lagkah yang sudah ada, dimana siswa memeriksa jawaban sesuai dengan langkah-langkah apa tidak, sehingga menemukan hasil yang dianggap benar.
C. Pemodelan Matematika
Menurut Lingefjard (2006) mengemukakan bahwa pemodelan
matematika adalah suatu proses matematika yang berhubungan dengan fenomena sehari-hari, menerapkan analisis matematika seperti persamaan, simbolik, dan lain-lain untuk mendapatkan hasil matematika. Menurut Ang (2001) pemodelan matematika ialah suatu proses dimana mengubah permasalahan yang ada pada kehidupan sehari-hari diubah menjadi model 4 matematika guna memperoleh solusi dari suatu permasalahan. Menurut Suryani (2016) pemodelan matematika adalah suatu proses yang dijalani seseorang agar seseorang tersebut mendapatkan suatu bentuk model matematika dari suatu masalah dunia nyata.
Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemodelan matematika merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa dalam memecahkan suatu permasalahan secara nyata yang kemudian untuk mengerjakannya biar lebih mudah dirubah menggunakan model matematika. Menurut Wijaya (2012) Pemodelan matematika adalah hal yang utama dalam proses pembelajaran matematika, dikarenakan; 1) pemodelan matematika memiliki kegunaan yang penting dimana siswa dapat mengembangkan kemampuan matematikanya sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari; 2) pemodelan matematika yaitu kegiatan yang dapat membantu dunia matematika dengan dunia nyata; 3) pemodelan matematika dapat mengembangkan sikap positif siswa. Suryani mengatakan pembelajaran dengan menggunakan pemodelan matematika diyakini bisa meningkatkan penalaran matematika pada siswa, dimana cara belajar yang digunakan mendorong siswa untuk lebih aktif mencari sendiri pengetahuan matematis menggunakan model matematika dari soal.
Pembelajaran matematika dengan pemodelan matematis memiliki
beberapa langkah-langkah yang dikemukakan oleh CCSSM(NGACBP & CCSSO, 2010) yaitu; 1) mengidentifikasi variabel, dimana siswa memilih variabel yang dianggap penting; 2) merumuskan model, dimana siswa membuat dan memilih grafis, aljabar, geometris yang menjelaskann hubungan sesuai dengan variabel; 3) menganalisis, yaitu siswa melakukan operasi pada variabel untuk menarik kesimpulan, apabila masih belum sesuai dengan benar maka merevisi variabel untuk merumuskan model; 4) menafsirkan hasil matematika dalam keadaan yang sebenarnya; 5) memvalidasi kesimpulan, yaitu dengan membandingkan variabel dengan kondisi yang ada kemudian memperbaiki model jika diterima; 6) melaporkan kesimpulan dan alasannya.