Anda di halaman 1dari 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan suatu proses belajar yang diulang-ulang


sehingga menghasilkan suatu perubahan pada perilaku siswa dengan sadar
diri dan bersifat tetap (Thobroni dan Muusthofa, 2013:21). Dimyati dan
Mudjiono (2013:297) pembelajaran yaitu aktivitas guru yang tersusun secara
terancang dalam desain instruksional, akan membuat siswa belajar secara
aktif dan menekan pada tersedianya bahan belajar. Dalam Undang-Undang
No.20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 20 dijelaskan bahwa, pembelajaran
merupakan proses timbal balik siswa dengan guru dan bahan ajar dalam suatu
lingkungan belajar.

Dari beberapa pendapat diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa


pembelajaran merupakan proses timbal balik siswa dan guru yang telah
tersusun rapi sehingga membuat siswa dapat belajar secara aktif dan dapat
memaksimalkan bahan ajar dalam lingkungan belajar.

Pembelajaran memiliki tujuan yaitu untuk mengajarkan beberapa


konsep dari mata pelajaran, salah satunya adalah matematika. Matematika
adalah ilmu abstrak, dedukatif yang mendalami hubungan bentuk, struktuk
dan pola (Rahmah,2013). Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran
yang penting untuk diberikan kepada siswa dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi saat ini, yaitu sebagai alat bantu dalam penerapan
ilmu lain maupun dalam matematika sendiri (Siagian,2016).

Jadi dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa


pembelajaran matematika adalah metode dalam pemberian suatu pengalaman
belajar oleh guru untuk siswa secara terencana agar mendapatkan
pengetahuan mengenai matematika yang memiliki tujuan untuk pemahaman
suatu konsep secara di dalam memecahkan masalah yang dilakukan dalam
lingkungan belajar.

3
B. Kemampuan Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah yakni suatu aktivitas intelektual untuk


menemukan penyelsaian dari suatu masalah yang telah melibatkan
pengalaman serta pengetahuan siswa Maimunah (2016). Sedangkan menurut
Ulya (2016) pemecahan masalah merupakan kemampuan siswa dalam
menggunakan pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya dan
menyelesaikan masalah dengan cara yang baru. Menurut Trizulianto
kemampuan pemecahan masalah perlu diberikan kepada siswa, hal ini karena
dengan kemampuan pemecahan masalah dapat bermanfaat bagi kehidupan
sehari-hari siswa untuk mendapatkan pengetahuan baru yang dapat digunakan
dalam kehidupan nantinya. Suherman (2003) menjelaskan bahwa pemecahan
masalah itu harus dikembangkan pada kondisi yang bersifat masalah dalam
kehidupan sehari-hari atau bersifat nyata dekat dengan kehidupan siswa,
dimana masalah yang dipakai memerlukan proses berpikir tingkat tinggi
dalam penyelesaiannya.

Polya (1973) menjelaskan terdapat beberapa tahapan dalam


menyenyelesaikan suatu permasalahan yaitu; 1) memahami masalah, dimana
siswa dituntut untuk menentukan apa yang telah diketahui, ditanyakan, serta
dipersyaratkan dari soal; 2) memakai startegi dalam penyelesaian dimana
siswa dapat menyelesaikan suatu permasalahan dengan rencana yang telah
ditentukan; 3) melakukan penyelesaian, dimana siswa menyelesaikan
masalah sesuai dengan rencana telah ditentukan oleh siswa; 4) siswa
memeriksa ulang hasil sesuai dengan lagkah-lagkah yang sudah ada, dimana
siswa memeriksa jawaban sesuai dengan langkah-langkah apa tidak, sehingga
menemukan hasil yang dianggap benar.

C. Pemodelan Matematika

Menurut Lingefjard (2006) mengemukakan bahwa pemodelan


matematika adalah suatu proses matematika yang berhubungan dengan
fenomena sehari-hari, menerapkan analisis matematika seperti persamaan,
simbolik, dan lain-lain untuk mendapatkan hasil matematika. Menurut Ang
(2001) pemodelan matematika ialah suatu proses dimana mengubah
permasalahan yang ada pada kehidupan sehari-hari diubah menjadi model
4
matematika guna memperoleh solusi dari suatu permasalahan. Menurut
Suryani (2016) pemodelan matematika adalah suatu proses yang dijalani
seseorang agar seseorang tersebut mendapatkan suatu bentuk model
matematika dari suatu masalah dunia nyata.

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa


pemodelan matematika merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa
dalam memecahkan suatu permasalahan secara nyata yang kemudian untuk
mengerjakannya biar lebih mudah dirubah menggunakan model matematika.
Menurut Wijaya (2012) Pemodelan matematika adalah hal yang utama dalam
proses pembelajaran matematika, dikarenakan; 1) pemodelan matematika
memiliki kegunaan yang penting dimana siswa dapat mengembangkan
kemampuan matematikanya sehingga dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari; 2) pemodelan matematika yaitu kegiatan yang dapat
membantu dunia matematika dengan dunia nyata; 3) pemodelan matematika
dapat mengembangkan sikap positif siswa. Suryani mengatakan
pembelajaran dengan menggunakan pemodelan matematika diyakini bisa
meningkatkan penalaran matematika pada siswa, dimana cara belajar yang
digunakan mendorong siswa untuk lebih aktif mencari sendiri pengetahuan
matematis menggunakan model matematika dari soal.

Pembelajaran matematika dengan pemodelan matematis memiliki


beberapa langkah-langkah yang dikemukakan oleh CCSSM(NGACBP &
CCSSO, 2010) yaitu; 1) mengidentifikasi variabel, dimana siswa memilih
variabel yang dianggap penting; 2) merumuskan model, dimana siswa
membuat dan memilih grafis, aljabar, geometris yang menjelaskann
hubungan sesuai dengan variabel; 3) menganalisis, yaitu siswa melakukan
operasi pada variabel untuk menarik kesimpulan, apabila masih belum sesuai
dengan benar maka merevisi variabel untuk merumuskan model; 4)
menafsirkan hasil matematika dalam keadaan yang sebenarnya; 5)
memvalidasi kesimpulan, yaitu dengan membandingkan variabel dengan
kondisi yang ada kemudian memperbaiki model jika diterima; 6) melaporkan
kesimpulan dan alasannya.

Anda mungkin juga menyukai