Anda di halaman 1dari 12

NAMA : SURIANA.

L
NIM : 859414472
POKJAR : SIDRAP

Referensi Rujukan Yang Digunakan Di Laporan PKP

1. Judul : Matematika menurut para ahli


Penulis : Irfan Ely, 2017
Penerbit :Mathirfanely
https://mathirfanely.w 2017ordpress.com/matematika-menurut-para-ahli/
Di akses 03/05/2023 (5.49)
Pengertian Matematika Menurut Para Ahli
Matematika adalah ilmu tentang kuantitas, struktur, ruang, dan perubahan.
Matematikawan menemukan pola, merumuskan Dugaan baru, dan membangun kebenaran
melalui metode deduksi ketat yang berasal dari aksioma dan definisi bertepatan. Seorang
ahli matematika Benjamin Peirce disebut matematika sebagai “ilmu yang Menjelaskan
Kesimpulan penting”.
Berikut ini pengertian matematika menurut para ahli antara lain :
a. Johnson dan Rising (1972) :
“Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik,
matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan
cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa
bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.”
b. Yansen Marpaung :
“Matematika adalah ilmu yang dalam perkembangannya penggunaanya menganut
metode deduksi.”
c. Kline (1973) :
“Matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena
dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia
dalam memahami dan mengatasi permasalahan sosial, ekonomi dan alam.
Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh karena itu logika
adalah dasar untuk terbentuknya matematika.”
d. Suwarsono :
“Matematika adalah ilmu yang memiliki sifat khas yaitu; objek bersifat abstrak,
menggunakan lambang-lambang yang tidak banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, dan proses berpikir yang dibatasi oleh aturan-aturan yang ketat.”
e. James dan james (1976) :
“Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan
konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang
banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.”
f. Susilo:
“Matematika bukanlah bukanlah sekedar kumpulan angka, simbol, dan rumus yang
tidak ada kaitannya dengan dunia nyata. Justru sebaliknya, matematika tumbuh dan
berakar dari dunia nyata.”
g. Suherman (2003) :
“Matematika adalah disiplin ilmu tentang tata cara berfikir dan mengolah logika,
baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.”
h. Abdurrahman (2002) :
“Matematika adalah bahasa simbiolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan
hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah
untuk memudahkan berfikir.”
i. Andi Hakim Nasution:
“Matematika adalah ilmu struktur, urutan (order), dan hubungan yang meliputi
dasar-dasar perhitungan, pengukuran, dan penggambaran bentuk objek.”

2. Judul : Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar


Penulis : Herman Firdaus, 2017
Penerbit :Blog Barabai
http://www.blogbarabai.com/2017/09/tujuan-pembelajaran-matematika-di.html
Diakses 03/05/2023 (5.59)
Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar secara umum adalah agar siswa
mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu pembelajaran matematika
dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan matematika. Menurut
Depdiknas (2001:9), kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran matematika di
sekolah dasar sebagai berikut:
a. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian beserta
operasi hitung campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan.
b. Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang sederhana,
termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume.
c. Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat.
d. Menggunakan pengukuran: Satuan, kesetaraan antar satuan, dan penaksiran
pengukuran.
e. Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: Ukuran tertinggi, terendah,
rata-rata, modus, mengumpulkan dan menyajikannya.
f. Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan gagasan secara
matematika.
Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar secara khusus menurut Depdiknas,
sebagai berikut:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan
mengaplikasikan konsep atau algoritme.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
menjelaskan keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Cara mencapai tujuan pembelajaran matematika tersebut, seorang guru hendaknya
dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif
membentuk, menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya. Kemudian siswa dapat
membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan
mengkonstruksinya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan
lebih lanjut. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Jean Piaget, bahwa pengetahuan atau
pemahaman siswa itu ditemukan, dibentuk dan dikembangkan oleh siswa itu sendiri.

3. Judul : Model pembelajaran STAD: Penjelasan Lengkap Menurut Ahli


Penulis : Gamal Thabroni, 2021
Penerbit : Serupa.id
https://serupa.id/model-pembelajaran-stad/
Di akses 02/05/2023 (10.04)
Model pembelajaran STAD adalah salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang
dilakukan dengan cara membagi peserta didik dalam beberapa kelompok kecil dengan
kemampuan akademik yang berbeda-beda agar saling bekerjasama untuk menyelesaikan
tujuan pembelajaran (Huda, 2015, hlm. 201).
Intinya model STAD ini adalah aplikasi paling sederhana dari pembelajaran
kooperatif. Seperti yang diutarakan Slavin (2015, hlm. 143) STAD merupakan salah satu
model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling
baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.
STAD merupakan singkatan dari Student Teams Achievement Division yang berarti divisi
prestasi tim siswa. Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan rekan-rekannya di
Universitas John Hopkins. Gagasan utama STAD adalah memacu siswa agar saling
mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan
guru (Slavin dalam Rusman, 2018, hlm. 214).
Dapat disimpulkan bahwa STAD adalah model pembelajaran kooperatif yang
memacu kerja sama siswa melalui belajar dalam kelompok yang anggotanya beragam,
baik dalam kemampuan akademik maupun latar belakang etnis, dan sebagainya agar
tercipta keadaan saling mendorong dan membantu satu sama lain dalam suasana sosial
yang beragam untuk menguasai keterampilan yang sedang dipelajari.
Pengertian Model Pembelajaran STAD menurut para Ahli
Untuk memastikan kesahihan pengertian model pembelajaran STAD di atas, ada baiknya
kita juga menelaah pendapat-pendapat para ahli mengenai pengertian STAD. Berikut
adalah beberapa pengertian model pembelajaran STAD menurut para ahli termasuk dari
pengembangnya sendiri, yakni Robert Slavin.
a. Robert Slavin
Slavin mengungkapkan bahwa model pembelajaran STAD adalah strategi
pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suatu tim berkemampuan
majemuk berlatih untuk mempelajari konsep dan keahlian secara bersama-sama
(Slavin dalam Suherti dan Rohimah, 2016, hlm. 83).
b. Rusman
Model pembelajaran STAD adalah model yang dalam pembelajarannya siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 orang yang mempunyai
keragaman dalam kemampuan, jenis kelamin, hingga sukunya (Rusman, 2018).
c. Anas
Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran yang terdiri dari
lima komponen utama dalam pembelajaran yaitu penyajian kelas, belajar dalam
kelompok, pengerjaan kuis, skor pengembangan dan penghargaan terhadap kelompok
(Anas, 2014, hlm. 57).
d. Trianto
Menurut Trianto (2017, hlm. 68) Student Team Achievement Division
(STAD) merupakan salah satu model dari pembelajaran kooperatif yang
menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5
peserta didik secara heterogen.
e. Endang Mulyatiningsih
STAD merupakan strategi pembelajaran kooperatif yang memadukan
penggunaan metode ceramah, questioning dan diskusi. (Mulyatiningsih, 2012).
Prinsip/Komponen Utama STAD
Menurut Slavin (2015, hlm. 143) yang merupakan pencipta model STAD, pembelajaran
ini terdiri atas lima komponen utama, yakni: presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan
individual dan rekognisi tim yang akan dijelaskan pada pemaparan di bawah ini.
1) Presentasi kelas (Class presentation)
Merupakan penyajian materi yang dilakukan oleh guru secara klasikal dengan cara
presentasi verbal atau teks yang fokus terhadap konsep-konsep dari materi yang
dibahas. Melalui cara ini, siswa diharapkan akan menyadari pentingnyar memberi
perhatian penuh selama presentasi kelas, karena akan membantu dalam mengerjakan
kuis-kuis. Setelah penyajian materi siswa bekerja pada kelompok untuk menuntaskan
materi pelajaran melalui tutorial, kuis atau diskusi.
2) Kerja Tim (Team Works)
Komponen ini adalah bagian yang sangat penting dalam STAD karena dalam tim atau
kelompok harus tercipta suatu kerjasama antar siswa yang beragam untuk mencapai
kemampuan akademik yang diharapkan. Tim terdiri dari 4-5 orang siswa yang
memprioritaskan heterogenitas (keberagaman) kelas dalam prestasi akademik,
gender/jenis kelamin, ras atau etnik.
3) Kuis atau Tes (Quiz)
Tes individual diberikan kepada siswa setelah melaksanakan satu atau dua kali
penyajian kelas dan bekerja serta berlatih dalam kelompok. Siswa harus menyadari
bahwa skor yang diperoleh setiap individu akan diakumulasikan menjadi skor
kelompok.
4) Skor Kemajuan Individual (Individual improvement score)
Penilaian individual berguna untuk memberikan motivasi kepada siswa untuk bekerja
keras memperoleh hasil yang lebih baik dari hasil skor yang sebelumnya. Skor
kemajuan individual dihitung berdasarkan skor dasar dan skor tes. Skor dasar adalah
nilai dari skor tes terakhir siswa yaitu nilai pretest yang dilakukan oleh guru sebelum
melaksanakan pembelajaran STAD.
5) Rekognisi Tim (Team recognition)
Rekognisi tim atau pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan penghargaan
atas usaha yang dilakukan oleh kelompok selama proses pembelajaran. Tim akan
mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata
kelompok mencapai kriteria tertentu melalui penghitungan skor individu dan skor
kelompok.

4. Judul : Mengenal STAD, Metode pembelajaran interaktif dan komunikatif


Penulis : Redaksi Guru Inovatif, 2022
Penerbit : Guru Inovatif
https://guruinovatif.id/@redaksiguruinovatif/mengenal-stad-metode-pembelajaran-
interaktif-dan-komunikatif
Diakses 03/05/2023 (3.25)
Istilah STAD pertama kali dipelopori oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Jhon
Hopkins University pada tahun 1970-an. Dalam pengertian Slavin, STAD adalah strategi
pembelajaran kooperatif dimana siswa dengan gender, etnis, dan kemampuan akademik
tertentu dibagi ke dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4—5 orang. Secara
keseluruhan, sederhananya metode pembelajaran STAD merupakan salah satu strategi
pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan cara membagi peserta didik dalam
beberapa kelompok kecil dengan kemampuan akademik yang berbeda-beda agar saling
bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran.
Langkah-Langkah Penerapan Pembelajaran STAD
Sebelum mengetahui langkah-langkah penerapan model pembelajaran STAD, Bapak/Ibu
perlu mengetahui terlebih komponen-komponen utama metode tersebut. Menurut Slavin
(2005:143),ada lima komponen utama dalam metode STAD, yaitu presentasi kelas, kerja
sama tim, kuis, tinjauan skor individu, dan rekognisi tim. Dengan berlandaskan kepada
lima komponen tersebut maka langkah-langkah pembelajaran yang dapat Bapak/Ibu
tempuh adalah sebagai berikut.
1) Menyampaikan tujuan pembelajaran
Pertama-tama, Bapak/Ibu perlu menyampaikan tujuan pembelajaran umum
dan khusus serta memotivasi siswa mengenai topik/materi ajar. Sebagai contoh,
sebelum memulai pembelajaran materi „Majas dalam Bahasa Indonesia”, Bapak/Ibu
perlu menyampaikan terlebih dahulu bahwa tujuan dari pembelajaran tersebut adalah
untuk memberikan pemahaman siswa terhadap majas dan pengaplikasiannya dalam
kepenulisan. Setelahnya, siswa diberikan motivasi-motivasi seperti karya-karya,
tokoh-tokoh, dan lain-lain berkaitan dengan materi ajar.
2) Menyajikan informasi
Langkah kedua ialah, Bapak/Ibu perlu menyajikan informasi-informasi perihal
metode STAD kepada siswa. Hal tersebut diperlukan karena masing-masing siswa
akan bekerja sama dalam satu kesatuan. Apabila ada detail informasi yang tidak
tersampaikan maka akan terjadi miss komunikasi antar siswa. Sebagai contoh, siswa
diberi gambaran secara keseluruhan mengenai capaian-capaian apa yang harus
mereka penuhi, agenda apa saja yang akan mereka lakukan, dan informasi lainnya.
Penyajian informasi dapat Bapak/Ibu sampaikan dalam bentuk demonstrasi atau lewat
bacaan.
3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Selanjutnya, setelah siswa mendapatkan gambaran kegiatan pembelajaran,
Bapak/Ibu perlu menjelaskan kepada siswa perihal bagaimana cara membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi dan kerja
sama secara efisien.
4) Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar
Keempat, Bapak/Ibu perlu melakukan pendampingan kepada siswa selama
jalannya diskusi agar kelas tetap kondusif. Selain itu, siswa juga perlu dibimbing agar
terjadi pemerataan pemahaman terhadap materi ajar. Perlu diketahui bahwa fokus
dalam pembelajaran STAD adalah bagaimana antar siswa saling berbagi pendapat dan
berdiskusi, tetapi pemerolehan nilai terhadap materi ajar tetap berfokus pada individu
masing-masing.
5) Evaluasi
Selanjutnya, Bapak/Ibu perlu melakukan evaluasi terhadap masing-masing
kelompok. Hasil evaluasi diperoleh berdasarkan hasil pengerjaan penugasan secara
individu maupun kelompok. Selain itu, evaluasi juga diperlukan berkaitan dengan
perencanaan pembelajaran selanjutnya.
6) Memberikan penghargaan
Tahap akhir dari metode pembelajaran ini adalah pemberian penghargaan
terhadap masing-masing kelompok. Penghargaan tersebut diperoleh berdasarkan hasil
penugasan yang telah diberikan sebelumnya. Dengan adanya penghargaan dan hadiah
maka dapat memberikan semangat kompetisi yang sehat antar kelompok. Semangat
tersebutlah yang memicu kepekaan antar siswa dalam kerja sama tim.

5. Judul : Model Pembelajan STAD


Oleh : Ginanjar Adhi, 2020
Penerbit : Tripven
https://www.tripven.com/model-pembelajaran-stad/
diakses 03/05/2023 (3.27)
Kelebihan dan Kekurangan
Seperti pada umumnya dari sebuah sistem, pasti ada sisi positif dan negatif. Begitu juga
dengan pembelajaran STAD. Sisi kelebihan dan kekurangan pembelajaran ini
berlandaskan pada pernyatan Slavin dalam Hartati (1997:21) yakni:
Kelebihan Pembelajaran STAD
Berikut merupakan keuntungan jangka pendek yang bisa didapat
 Bisa meningkatkan hasil belajar siswa dan cakupan peningkatan bisa dilihat pada nilai
kuis.
 Siswa bisa memotivasi diri dalam belajar, sebab model pembelajaran STAD bisa
menambah percaya diri siswa.
 Salah satu pembelajaran kooperatif ini bisa membuat siswa luwes dalam bersosial dan
meningkatkan hubungan setiap siswa dalam satu kelas.
Sementara untuk keuntungan atau kelebihan jangka panjang yang bisa diperoleh dalam
model STAD adalah:
 Menambah kehalusan perasaan dan bisa menjadi pribadi yang supel dalam bersosial.
 Siswa bisa mengerti tentang arti perbedaan dan bisa mengelola perilaku, sikap,
keterampilan, pengetahuan dan memaklumi sudut pandangan orang lain yang
berbeda.
 Siswa bisa cepat adaptasi dengan lingkungan baru.
 Siswa memiliki sistem nilai (moral) yang tinggi tentang sosial dan perbedaan.
 Siswa bisa mengurangi perilaku egois.
 Persahabatan antar siswa akan terlahir dan berlanjut hingga masa depan.
 Social skill siswa akan meningkat dan bisa membina jalinan persahabatan dengan
baik.
 Membuat siswa bisa memiliki rasa percaya terhadap sesama manusia.
 Kemampuan menghadapi dan mengatasi masalah berkembang
 Mampu menerima pendapat orang lain yang dirasa lebih bagus.
 Siswa memiliki jiwa adil dalam memandang pertemanan dan tidak membeda-bedakan
teman berdasarkan gender, sosial, kemampuan, suku dan agama.
Kekurangan Model STAD
Kekurangan ini didasarkan pada pendapat Slavin dan Hartati:
 Jika guru lalai meminta siswa untuk selalu proaktif dan saling bekerja sama dalam
grup, maka bisa menyebabkan kepasifan dalam kelas dan grup.
 Pastikan bahwa grup memiliki 4 hingga 5 orang karena bila kurang dari 4 maka akan
ada siswa yang bisa terabaikan dan bila lebih dari 5 maka akan ada siswa yang
menganggur.
 Jika ketua grup belum mampu menanggulangi masalah yang timbul dalam grup
secara solutif, maka kerja grup akan tersendat.

6. Judul : Bilangan Cacah Adalah: Apa Itu, Contoh, dan Bedanya dengan Bilangan Asli
Penulis : Debora Danisa Kurniasih Perdana Sitanggang
Penerbit : DetikJabar
https://www.detik.com/jabar/berita/d-6234413/bilangan-cacah-adalah-apa-itu-contoh-
dan-bedanya-dengan-bilangan-asli
diakses 11/05/2023
Bilangan Cacah Adalah: Apa Itu, Contoh, dan Bedanya dengan Bilangan Asli
penulis Debora Danisa Kurniasih Perdana Sitanggang - detikJabar
Senin, 15 Agu 2022 04:45 WIB
Bilangan cacah adalah bilangan mulai dari angka nol yang bernilai positif dan punya sifat
selalu bertambah dengan bilangan setelahnya. Namun, hasil penghitungannya tidak selalu
bernilai positif, tergantung operasi penghitungan yang digunakan.
Yuk kita pelajari lebih lengkap mengenai bilangan cacah, contohnya, operasi
penghitungan, dan perbedaannya dengan bilangan asli.
Pengertian Bilangan Cacah
Bilangan cacah adalah himpunan bilangan bulat yang nilainya tidak negatif, mengutip
Nurlev Avana dan kawan-kawan dalam buku Pembelajaran Matematika SD Kelas Tinggi.
Misalnya angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya. Bilangan cacah juga didefinisikan sebagai
bilangan yang dimulai dari angka nol.
Dalam bilangan cacah, terdapat himpunan bilangan bulat berupa angka positif dan
himpunan bilangan asli yang berupa angka positif ditambah 0. Menurut Nurlev, jika suatu
himpunan tidak memiliki anggota sama sekali karena alasan tertentu, maka cacah anggota
himpunan tersebut adalah nol dan dinyatakan dengan angka 0.
Bilangan cacah biasanya dilambangkan dengan huruf C di depan atau W (diambil dari
kata whole). Sehingga penulisannya menjadi C = (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, ...) dan seterusnya.
Contoh Bilangan Cacah
Seperti dijelaskan di atas, contoh bilangan cacah adalah: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10.
Bilangan cacah adalah semua bilangan yang berada di sebelah kanan angka 0 pada garis
bilangan. Semua bilangan positif ini juga disebut bilangan asli. Namun, bilangan cacah
dan bilangan asli memiliki pengertian berbeda yang nanti akan kita bahas pada bagian
selanjutnya.

Operasi pada Bilangan Cacah


Bilangan cacah dapat dihitung dengan beberapa operasi hitung. Berikut macam-macam
operasi pada bilangan cacah mengutip Nurlev Avana dan kawan-kawan.
a. Operasi Penjumlahan
Bilangan cacah pada penjumlahan digambarkan dengan prinsip: Jika himpunan R
memiliki r elemen, kemudian himpunan S merupakan himpunan saling lepas, maka
penjumlahan r dan s dinyatakan dengan r+s yang merupakan elemen gabungan dari
himpunan R dan himpunan S.
Penjumlahan dipahami sebagai ide mengambil dua hal yang sama secara bersamaan
dan menggabungkannya. Biasanya siswa mulai berlatih penjumlahan dengan
menggunakan objek, contohnya 2 apel dan 3 apel diambil dari dua keranjang berbeda
dan disatukan dalam keranjang baru. Maka penjumlahannya adalah 2+3.

Dalam operasi penjumlahan, bilangan cacah memiliki beberapa sifat, yakni:


Bilangan cacah bersifat tertutup terhadap operasi penjumlahan, artinya jika suatu
bilangan cacah dijumlahkan dengan bilangan cacah lain, maka hasilnya adalah
bilangan cacah. Dia tidak akan menjadi bilangan negatif.
Memiliki identitas penjumlahan nol, yakni jika suatu bilangan cacah dioperasikan
dengan bilangan nol, maka hasilnya adalah bilangan cacah itu sendiri.
Contoh: 4+0 = 4.
Bilangan cacah bersifat komulatif pada penjumlahan.
Di sini berlaku prinsip a+b = b+a.
Bilangan cacah bersifat asosiatif pada operasi penjumlahan untuk sembarang bilangan
cacah. Contoh pada bilangan a, b, dan c berlaku: a + (b+c) = (a+b) + c. Keduanya
terlihat berbeda tetapi hasil akhir akan tetap sama.
b. Operasi Pengurangan
Pengurangan adalah pengambilan suatu objek dari kumpulan objek. Jika suatu
bilangan cacah a dikurangi dengan b, maka akan menghasilkan c. Operasinya
dilambangkan dengan a-b = c. Dalam hal ini, operasi yang berlaku berkebalikan
dengan penjumlahan. Bisa dikatakan bahwa jika a-b = c, maka b+c = a.

Bilangan cacah pada operasi pengurangan memiliki sifat-sifat yakni:


Tidak memenuhi sifat tertutup, karena tidak setiap pengurangan a dan b menghasilkan
bilangan cacah juga. Hasilnya bisa berupa bilangan negatif.
Tidak memenuhi sifat pertukaran, artinya a-b tidak sama dengan b - a. Sifat
pertukaran hanya berlaku jika a dan b memiliki nilai sama, dan hasilnya akan 0.
Tidak memenuhi sifat identitas, artinya a - 0 ≠ 0 - a. Contohnya 4 - 0 ≠ 0 - 4.
Tidak memenuhi sifat pengelompokkan atau komulatif. Jika ada tiga bilangan cacah
a, b, dan c, maka a - (b-c) ≠ (a-b) - c. Contohnya 5 - (2-1) ≠ (5-2) - 1.
Dalam operasi pengurangan bilangan cacah, dikenal beberapa konsep. Yakni:
 Konsep Mengambil
Ada 6 donat di dalam kotak. Nina memakannya sebanyak 2 donat. Berapa
banyak donat yang tersisa di dalam kotak? Jawabannya 6 - 2 = 4 donat.
 Konsep Membandingkan
Contoh: Mario membeli 150 permen. Rifai mempunyai 123 permen. Berapa
selisih permen yang dimiliki Mario dan Rifai? Jawabannya adalah 150 - 123 =
27.
 Konsep Menambahkan Bilangan yang Sesuai
Contoh: Hana memiliki 86 buah bolpoin. Kemudian Hana memberikan 10
buah bolpoin kepada Risma. Berapa bolpoin yang tersisa pada Hana? Jika 10
+ b = 86, maka b = 86 - 10 = 76.
c. Operasi Perkalian
Pada operasi perkalian bilangan cacah, berlaku prinsip sebagai berikut:
Jika terdapat bilangan cacah r dan s, maka hasil dari r dikali s adalah jumlah s yang
ditambahkan sebagai r kali. Misalnya r = 4 dan s =5, maka 4 x 5 = 5 + 5 + 5 + 5
(penambahan hingga 4 kali).
Bilangan cacah pada operasi perkalian memiliki sifat yang mirip dengan operasi
penjumlahan, yakni:
 Bersifat tertutup, artinya hasil perkalian bilangan cacah adalah bilangan cacah
juga
Ada unsur identitas pada perkalian, artinya semua bilangan cacah yang dikali 0
akan menghasilkan 0. Contoh: 5 x 0 = 0.
 Berlaku sifat komutatif, artinya a x b = b x a.
 Bersifat asosiatif, artinya (a x b) x c = a x (b x c).
d. Operasi Pembagian
Operasi pembagian merupakan kebalikan dari operasi perkalian. Pada operasi ini
berlaku prinsip:
Jika a x b = c, maka a = c : b atau b = c : a.
Contohnya 3 x 4 = 12, maka 12 : 4 = 3 atau 12 : 3 = 4
Pembagian biasanya digunakan mencari bilangan cacah yang belum diketahui.
Operasi pembagian bilangan cacah memiliki sifat-sifat yang sama dengan operasi
pengurangan. Dalam operasi pembagian juga dikenal dua konsep, yakni:
 Konsep Partisi
Contoh: 22 : 2 = 11 dengan cara membagi 22 ke dalam 2 kelompok. Setelah
dibagi sama banyak, ternyata masing-masing kelompok bernilai 11.
 Konsep Pengukuran atau Pengurangan Berulang
Contoh: 20 : 4 = 20 - 4 - 4 - 4 - 4 - 4
Untuk mencapai angka 0, 20 harus dikurangi angka 4 hingga lima kali.
Jadi, hasil dari 20 : 4 = 5.
Perbedaan Bilangan Cacah dan Bilangan Asli
Bilangan cacah berbeda dengan bilangan asli, seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Untuk memahami perbedaan keduanya, kita perlu memahami pengertian bilangan
asli dan bilangan cacah, mengutip buku Siap Menghadapi UASBN SD 2011
terbitan Grasindo.

Bilangan asli adalah bilangan bulat positif yang bukan nol. Jadi, bilangan asli
dimulai dari angka 1 sampai tak terhingga. Sedangkan bilangan cacah adalah
bilangan bulat positif yang dimulai dari nol. Jadi, bilangan cacah dimulai dari
angka 0 sampai tak terhingga.

7. Judul : Pengertian dan Definisi Hasil Belajar Menurut Para Ahli


Penulis : Amman Firdaus Muqarrobin, 2017
Penerbit : Wawasan Edukasi
Menurut pengertian secara psikologis , belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkunganya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akannyata dalam seluruh
aspek tingkah laku ( Slameto, 2010:2 ).
Bila merujuk pada definisi belajar diatas, maka sudah dapat dipastikan bahwa bagi
siapasaja yang melakukan kegiatan belajar, pastilah dituntut untuk memperoleh hasil atau
perubahan kegiatan belajarnya. Perubahan atau hasi tersebut digunakan sebagai bukti
bahwa dirinya telah berhasil dan mampu menguasai apa yang sedang dipelajari.
Sanjaya (2010: 13) mengemukakan bahwa hasil belajar berkaitan dengan pencapaian
dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan
demikian, tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrumen yang dapat
mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan data tersebut guru dapat mengembangkan dan memperbaiki program
pembelajaran.
Hasil belajar menurut Sudjana (2010:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Gagne mengungkapkan ada lima kategori
hasil belajar, yakni : informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan
keterampilan.
Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan
seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan
dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang
lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental
tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari
sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Hasil juga bisa
diartikan adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada
orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi
mengerti.
Berdasarkan pendapat diatas hasil belajar adalah merupakan hasil dari suatu proses
belajar mengajar yang memberikan informasi tentang sejauh mana ia menguasai materi
pelajaran, bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan

Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu

a. Faktor dari dalam diri siswa


Slameto (2010:56) Faktor dari dalam diri siswa yaitu kemampuan yang dimiliki oleh
siswa tersebut. Faktor kemampuan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
hasil belaajr siswa. Selain faktor kemampuan yang dimiliki siswa, terdapat juga
faktor-faktor lain, seperti:
 Perhatian
Perhatian adalah keaktifan yang tertuju pada objek. Untuk mendapatkan hasil
yang baik, maka diperlukan perhatian siswa terhadap pelajaran. Jika siswa tidak
tertarik terhadap pelajaran, maka tumbuhlah rasa bosan sehingga siswa tidak
memperhatikan pelajaran. Agar siswa dapat memperhatikan pelajaran dengan
baik, maka diperlukan cara penyajian pelajaran yang baik sesuai hobi dan bakat
siswa.
 Minat
Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan. Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap hasil belajar,
apabila pelajaran tersebut diminati oleh siswa, maka siswa akan belajar dengan
baik. Begitu juga sebaliknya apabila pelajaran ini tidak diminati oleh siswa.
Apabila hal ini terjadi maka seharusnya pelajaran dihubungkan dengan hal sehari-
hari yang menarik minat siswa.
 Bakat
Bakat adalah kemampuan dalam belajar yang dapat dilihat setelah belajar dan
berlatih. Setiap siswa memiliki bakat yang berbeda-beda.
 Motifasi
Motifasi merupakan pendorong atau penggerak dalam mencapai suatu tujuan.
Dalam proses belajar perlu diperhatikan apa saja yang dapat mendorong siswa
agar dapat belajar dengan baik atau mempunyai motif untuk berpikir dan
memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang dapat
menunjang hasil belajar siswa.
 Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana
alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Belaajr akan
lebih berhasil jika anak sudah siap. Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan
itu tergantung dari kematangan dan belajar.
 Kesiapan
Kesiapan adalah kesedian untuk untuk memberi respons atau bereaksi. Kesedian
itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan,
karena kematanagn berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan
perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan sudah ada
kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
b. Faktor dari luar
Faktor dari luar yang lebih dominan mempengaruhi hasil belajar adalah metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode
belajar dan tugas rumah.
Faktor eksternal merupakan faktor yang ada di luar individu. Faktor intern yang
berpengaruh terhadap belajar menurut Slameto (2010:60) dikelompokan menjadi 3
faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
 Faktor keluarga: Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa: cara orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah
tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
 Faktor sekolah: Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan guru, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, pengajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung,
metode belajar, dan tugas rumah.
 Faktor masyarakat: Faktor masyarakat yang mempengaruhi belajar yaitu berupa
kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk
kehidupan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai