Anda di halaman 1dari 55

Workshop Implementasi Manajemen Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung,

Jakarta, 20 Oktober 2016

Sinerji dalam Upaya Keselamatan Kebakaran


Bangunan Gedung dan Lingkungan

Disampaikan oleh:

Prof. Ir. Yulianto S Nugroho, PhD


Fire Safety Engineering Research Group
Departemen Teknik Mesin
Universitas Indonesia 1

Universitas Indonesia Indonesia Chapter


Outline
❑ Memahami terjadinya Kebakaran
❑ Tahap Penyelenggaraan Bangunan Gedung
❑ Dinamika Api dalam Kebakaran Ruangan
❑ Fitur Dasar Sistem Keselamatan dan Proteksi
Kebakaran Bangunan Gedung
❑ Implementasi Peraturan Gubernur No. 143 Tahun
2016 tentang Manajemen Keselamatan Kebakaran
Gedung dan MKK Lingkungan
❑ Sinerji Keselamatan Kebakaran di Bangunan Gedung
dan Lingkungan
YULIANTO S NUGROHO 2
Memahami terjadinya Kebakaran, dan
Dinamika Api dalam Kebakaran
Ruangan (Compartment fires)

YULIANTO S NUGROHO 3
Tipologi Kebakaran
Penyebab Lingkungan Lokasi Kebakaran Contoh industri
Kebakaran Kebakaran
Kebakaran lahan dan
hutan
Industri Minyak dan Gas
Kebakaran gambut

Kebakaran tidak
Kebakaran
Kebakaran Industri Industri pembangkit listrik
ada kesengajaan terbuka
(Open Fires) Kebakaran
Transportasi Industri pengolahan
minyak, gas, batubara dan
Kebakaran mineral lainnya
Rumah dan
perumahan
Kebakaran
dalam Perkantoran
Kebakaran ada
kesengajaan ruangan Perhotelan dan apartemen
(Arson) tertutup
Pusat perbelanjaan
(Compart-
ment Fires) Rumah sakit
Bangunan industri

[Diadaptasi dari paparan Prof. Soeprapto, 2005 dan


Prof. Yulianto Nugroho, 2014]
Memahami terjadinya Kebakaran

[H.E. Mitier et al, 1993] [in B.Karlsson, 2000]

YULIANTO S NUGROHO 5
Fase kebakaran dalam Bangunan
T [oC]
1000 Flashover

500 Incipient Growth Burning Decay

30
Time [minutes]
Stage Incipient Growth Burning Decay
Fire behavior Heating of fuel Fuel-controlled burning Ventilation controlled Fuel-controlled burning
Human behavior Prevent fire Extinguish by hand, escape Death
Detection Smoke detectors Smoke/heat detectors External smoke and flame
Active control - Extinguish by sprinklers or
Control by Fire Service
Fire Services, Smoke control
Passive control Control of materials Flammability, spread of flame Fire resistance, containment, prevent collapse
Pengaruh ukuran ruangan (kompartemen)
terhadap pertumbuhan api

[Björn Karlsson, James G. Quintiere, 2000]


Pertumbuhan api

[Björn Karlsson, James G. Quintiere, 2000]


Pertumbuhan api (lanjutan)

[Björn Karlsson, James G. Quintiere, 2000]


Peraturan Perundangan-undangan dan
Standar Nasional tentang Kebakaran

YULIANTO S NUGROHO 10
Pengaturan tentang Kebakaran dalam UU RI
UU No. 4/2009
tentang UU No. 23/2014,
Pertambangan Pemerintahan
Mineral dan Daerah
Batubara
UU No. 41/1999
UU No. 1/2009
ttg Penerbangan tentang
Kehutanan

UU No. 24/2007
UU No. 28/2002
tentang
ttg Bangunan
Penanggulangan
Gedung
Bencana

Kebakaran
dan
UU No 1/1970 ttg
Kesehatan &
Bencana UU No. 30/2009
tentang
Keselamatan
Ketenagalistrikan
Kerja (K3)

Pencegahan dan Penanganan Kebakaran dan Bencana adalah Urusan Wajib

11
a. UU No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan peraturan
turunannya
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 26/PRT/2008
Tentang Persyaratan Teknis Sistem proteksi Kebakaran Pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan.
c. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor:
11/Kpts/2000 Tentang Ketentuan Teknis Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan.
d. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Bahaya Kebakaran
e. SNI terkait
f. Referensi : National Fire Protection Association (NFPA) 101 Life
Safety Code, dan peraturan internasional setara lainnya.

YULIANTO S NUGROHO 12
Tahap Penyelenggaraan Bangunan Gedung
(UU No. 28 Tahun 2002 tentangBangunan Gedung)

➢ Perencanaan /design,
➢ Konstruksi,
➢ Operasi dan Pemeliharaan,
➢ Pembongkaran

YULIANTO S NUGROHO 13
Persyaratan Keandalan Bangunan Gedung
[UU No. 28 Tahun 2002]

1. Persyaratan Keselamatan
2. Persyaratan Kesehatan
3. Persyaratan Kenyamanan
4. Persyaratan Kemudahan

YULIANTO S NUGROHO 14
Tahapan Perencanaan

1. Conceptual Design

2. Basic Engineering Design

3. Detailed Engineering Design

YULIANTO S NUGROHO 15
No Construction
Architectural
Concept

Structural Consulta Fire Safety


Design tion with •Authorities
•Fire Brigades
Parties
Design of
Services Yes

Construction

Design of
Fire Safety Fire Safety
Systems Inspection •Authorities
•Fire Brigades

Yes
No
Acceptance
The Cost of Error
Rp
Architecture Design Construction

£ Unlimited

Acceptance

£1 £2
Proteksi
kebakaran

[A.K. Gupta, 2001] 18


• Smoke Management

Architecture • Evacuation
• Access for Fire Brigade

Mechanical
Structures Engineering
• HVAC systems
• Hydraulic Systems

Civil • Detection & Alarm


• Smoke Management
Engineering Fire Safety • Suppression & Control
• Fire Resistance
• Fire Resistance Engineering • Evacuation
• Access for F.B.
•Security
Fitur Dasar Sistem Keselamatan dan
Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung

1. Keselamatan Jiwa dan Sarana Jalan Keluar


(Life safety and Means of Egress)
2. Proteksi Kebakaran Pasif (Passive fire protection)
3. Proteksi Kebakaran Aktif (Active fire protection)
4. Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung
(Building Fire Safety Management)
5. Akses Petugas Pemadam dan Kendaraan Pemadam
Kebakaran
(Fireman and Fire Engine access)

YULIANTO S NUGROHO 20
Keselamatan Jiwa dan Sarana Jalan Keluar

[ARUP]

YULIANTO S NUGROHO 21
Jumlah EXITs
3.13.1.4.1 Tangga yang saling menyambung (interlock) atau tangga gunting yang
baru, diperkenankan dihitung hanya sebagai eksit tunggal.
[Permen PU No. 26 Tahun 2008]

YULIANTO S NUGROHO 22
Faktor Beban
hunian
Contoh desain
tangga
darurat

SNI 03 – 1746
- 2000

Tabel lengkap lihat Permen PU


No. 26 Tahun 2008

YULIANTO S NUGROHO 23
Kapasitas jalan keluar
[SNI 03 – 1746 – 2000]

[Permen PU No. 26 tahun 2008]


Lebar minimum 3.10.3.3.1 Lebar sarana jalan ke luar selain memenuhi ketentuan
tersebut dalam 3.10.3.3.1.1 sampai dengan 3.10.3.3.1.3 harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut: (1) Tidak kurang dari yang disyaratkan untuk komponen sarana jalan
keluar yang diberikan oleh bab ini atau seluruh klasifikasi hunian bangunan gedung.(2)
Tidak lebih kecil dari 915 mm.

YULIANTO S NUGROHO 24
Proteksi jalan keluar
Ruang tertutup.
Suatu ruang tertutup kedap asap harus terdiri dari suatu tangga menerus yang ditutup dari
titik tertinggi ke titik terendah oleh penghalang yang mempunyai tingkat ketahanan api
120/120/120 atau sesuai SNI 03-1736-2000 tentang tata cara perencanaan sistem proteksi
pasif untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
Rancangan kinerja
Ruang tertutup kedap asap harus diijinkan untuk dibuat dengan menggunakan ventilasi
alam, oleh ventilasi mekanik yang bergabung dengan suatu ruang antara, atau ruang tangga
tertutup yang di-presurisasi.
Presurisasi tangga.
5.3.9.1. Ruang tertutup kedap asap oleh presurisasi tangga harus menggunakan sistem
keteknikan yang disetujui dengan rancangan perbedaan tekanan diseberang penghalang
12,5 Pa ( 0,05 inci kolom air ) untuk bangunan berspringkler atau 25 Pa ( 0,10 inci kolom air)
untuk bangunan tak berspringkler, dan harus mampu menjaga perbedaan tekanan ini
dibawah kondisi efek cerobong atau angin. Perbedaan tekanan seberang pintu harus tidak
lebih dari pintu yang diijinkan untuk mulai dibuka oleh gaya 133 N ( 30 lbf) sesuai butir
5.1.4.5.

YULIANTO S NUGROHO 25
Proteksi jalan keluar
❑Khusus untuk kondisi yang jalur akses koridor yang
terpisah dari bagian lain bangunan gedung, juga harus
memiliki konstruksi yang memadai seperti :

❖Pemisah harus memiliki dinding tahan api sekurang-kurangnya 1


jam, khusus untuk bangunan 3 lantai atau kurang
❖Pemisah harus memiliki dinding tahan api sekurang-kurangnya 2
jam, khusus untuk bangunan 4 lantai atau lebih
❖Jalur proteksi yang menghubungkan hingga menuju eksit
pelepasan, maka harus terlindung dan menyediakan jalur lintasan
menerus terproteksi

YULIANTO S NUGROHO 26
Proteksi Kebakaran Pasif
Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem
proteksi kebakaran yang terbentuk atau
terbangun melalui pengaturan penggunaan
bahan dan komponen struktur bangunan,
kompartemenisasi atau pemisahan bangunan
berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api,
serta perlindungan terhadap bukaan.

[N. Rowan, ASFP, 2011]

YULIANTO S NUGROHO 27
Kompartemenisasi

Compartmentation:

✓ Prevent spread of fire and


smoke
✓ Subdivide buildings into
manageable areas of risk
✓ Provide adequate
✓ Means of Escape
✓ Provisions in statutory
guidance documents
[N. Rowan, ASFP, 2011]

YULIANTO S NUGROHO 28
Penetrasi asap kebakaran

Waktu yang diperlukan untuk memenuhi ruangan 6m x 6m x 3m dengan asap kebakaran


melalui lubang pensil, sehingga jarak pandang kurang dari 50 cm adalah < 4 menit
[N. Rowan, ASFP, 2011]

YULIANTO S NUGROHO 29
Proteksi terhadap penetrasi asap

[N. Rowan, ASFP, 2011]

YULIANTO S NUGROHO 30
Pengendalian asap

Tanpa sistem manajemen / ekstraksi asap Dengan sistem manajemen / ekstraksi asap
[A.H. Buchanan, 2001]

YULIANTO S NUGROHO 31
Elemen dari sistem proteksi
kebakaran aktif
❑ Sistem deteksi dan alarm kebakaran
❑ Sistem ventilasi dan pengendalian asap kebakaran
(smoke extraction system, smoke-stop lobby, and fire fighting lobby)
❑ Sistem pipa tegak dan slang kebakaran
❑ Sistem sprinkler otomatis
❑ Pompa kebakaran
❑ APAR
❑ Sistem komunikasi

YULIANTO S NUGROHO 32
Access to Fire Pump and Control
center
Fire pump room should be
located on the ground floor or
basement one
Placement should pay attention
to access, ventilation and
maintenance

◼ Fire control center should be easily accessed with a


fire resistant structure of minimum 2 hours.

YULIANTO S NUGROHO 33
Penilaian kinerja desain sistem
proteksi kebakaran

YULIANTO S NUGROHO 34
Batasan …

Setiap bangunan gedung harus dilengkapi


dengan sarana jalan ke luar yang dapat
digunakan oleh penghuni bangunan
gedung, sehingga memiliki waktu yang
cukup untuk menyelamatkan diri dengan
aman tanpa terhambat hal-hal yang
diakibatkan oleh keadaan darurat.

YULIANTO S NUGROHO 35
Can occupants egress the area of threat before
conditions become untenable?
ASET > RSET

(Proulx, 2008)

YULIANTO S NUGROHO 36
Fire Safety Strategies
Evacuation
◦ Detection
◦ Alarm
◦ Displacement away from the fire
◦ Crowd management
Compartmentation
◦ Slows fire growth
◦ Minimizes smoke spread
Response
◦ Automatic (fire suppression)
◦ External
◦ Internal
Structural Integrity
YULIANTO S NUGROHO 37
Time Lines [J. Torero, 2013] Evacuation
Completed
Untenable Structural
% Conditions Failure
100%

YULIANTO S NUGROHO 38 t
Untenable
Conditions
Solution [J. Torero, 2013] Evacuation
Completed
% Structural
100%
Failure

YULIANTO S NUGROHO 39 t
Jalur evakuasi

UCSC
Pengendalian Stack Effect pada bangunan tinggi

YULIANTO S NUGROHO 41
Tempat berhimpun

Leeds University
Peraturan Daerah DKI Jakarta
No. 8 Tahun 2008
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Objek dan Potensi Bahaya Kebakaran

Obyek pencegahan dan penanggulangan kebakaran meliputi:


a. bangunan gedung;
b. bangunan perumahan;
c. kendaraan bermotor dan;
d. bahan berbahaya

Potensi bahaya kebakaran pada bangunan gedung didasarkan pada :


a. ketinggian;
b. fungsi;
c. luas bangunan gedung;dan
d. isi bangunan gedung.

YULIANTO S NUGROHO 43
Pencegahan Kebakaran Bangunan Gedung
Paragraf 1
Kewajiban Pemilik,Pengguna dan/atau Badan pengelola

Pasal 7
(1) Setiap pemilik, pengguna dan/atau badan pengelola
bangunan gedung dan lingkungan gedung yang mempunyai potensi
bahaya kebakaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)
wajib berperan aktif dalam mencegah kebakaran.
(2) Untuk mencegah kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pemilik, pengguna dan/atau badan pengelola bangunan gedung
wajib menyediakan :
a. sarana penyelamatan jiwa (Rancangan PerGub sedang dibahas);
b. akses pemadam kebakaran (PerGub #200/2015);
c. proteksi kebakaran ; dan
d. manajemen keselamatan kebakaran gedung (PerGub #143/2016).

YULIANTO S NUGROHO 44
Paragraf 5
Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung
Pasal 28

(1) Pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung yang


mengelola bangunan gedung yang mempunyai potensi
bahaya kebakaran ringan dan sedang I dengan jumlah
penghuni paling sedikit 500 (lima ratus)orang wajib
membentuk Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung.
(2) Manajemen keselamatan kebakaran gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh kepala dan wakil kepala
manajemen keselamatan kebakaran gedung.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, tugas dan
fungsi manajemen penanggulangan kebakaran gedung
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan
Gubernur.
YULIANTO S NUGROHO 45
Paragraf 6
Manajemen Keselamatan Kebakaran Lingkungan
Pasal 29

(1) Badan pengelola yang mengelola beberapa bangunan dalam


satu Lingkungan yang mempunyai potensi bahaya kebakaran
sedang II, sedang III dan berat dengan jumlah penghuni paling
sedikit 50 (lima puluh)orang wajib membentuk Manajemen
Keselamatan Kebakaran Lingkungan.
(2) Manajemen keselamatan kebakaran Lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh kepala dan wakil kepala
manajemen keselamatan kebakaran Lingkungan.
(3) Badan pengelola Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib menyediakan prasarana dan sarana penanggulangan
kebakaran sesuai dengan potensi bahaya kebakaran.

YULIANTO S NUGROHO 46
Paragraf 6
Manajemen Keselamatan Kebakaran Lingkungan
Pasal 29

(4) Prasarana dan sarana penanggulangan kebakaran sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) meliputi antara lain:
a. sistem pemadaman;
b. akses pemadaman;
c. sistem komunikasi;
d. sumber daya listrik darurat;
e. jalan ke luar;
f. proteksi terhadap api,asap,racun,korosif dan ledakan;dan
g. pos pemadam dan mobil pemadam.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan,tugas dan fungsi
manajemen penanggulangan kebakaran Lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Gubernur.

YULIANTO S NUGROHO 47
Peraturan Gubernur DKI Jakarta
No. 143 Tahun 2016
MKKG dan MMKL
MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
Maksud dari Peraturan Gubernur ini adalah sebagai panduan baik administrasi maupun teknis
terkait dengan pelaksanaan MKKG dan MKKL dalam rangka pencegahan dan penanggulangan
kebakaran.

Pasal 3
Peraturan Gubernur ini bertujuan untuk mendayagunakan peran pemilik, pengguna dan/atau
badan pengelola bangunan gedung dan lingkungan dalam rangka pencegahan dan
penanggulangan kebakaran.

Pasal 4
Ruang lingkup Peraturan Gubernur ini terdiri dari:
a. pembentukan;
b. tahapan program kerja;
c. struktur organisasi;
d. tugas dan fungsi;
e. koordinasi; dan
f. sarana prasarana.

YULIANTO S NUGROHO 48
YULIANTO S NUGROHO 49
Permasalahan dalam penggulangan bahaya
kebakaran pada bangunan gedung
Aspek-aspek yg perlu mendapat perhatian:

a.Aksesibilitas, Rescue dan Pemadaman Kebakaran


a. Sulit melakukan evakuasi total
b. Keterbatasan jangkauan mobil tangga
c. Keterbatasan Kinerja Pompa Kebakaran
d. Keterbatasan akses petugas pemadam kebakaran

b.Perubahan Fungsi pada Saat Penggunaan Bangunan


b. Perubahan konfigurasi ruangan dan permasalahan arsitektur lainnya →
efektivitas proteksi aktif dan pasif turun
c. Perubahan fungsi/peruntukan bangunan → Potensi Ancaman Bahaya
Kebakaran Semakin Tinggi
d. Penyewa bangunan dgn alasan sekuritas merubah sistim Sarana Keselamatan
Jiwa existing → Safety v.s. Security
e. Faktor Pemilihan design berubah dari perancanaan → Pemilihan design yang
lebih murah oleh pemilik bangunan (a.l. Pompa kebakaran non listed, sistim
alarm kebakaran lebih memilih yg konvensional)
c. Masalah House Keeping
Pada bangunan yang multi ownership masing-masing pemilik saling melempar
tanggung jawab pemeliharaan, akibatnya:
▪ Terhambatnya sarana jalan keluar, tangga kebakaran dengan sejumlah peralatan
perkantoran
▪ Tidak berfungsinya proteksi kebakaran karena tidak dilaksanakannya preventive
maintenance
▪ Adanya resistensi para pemilik/pengelola/penguna terhadap pengawasan /
pemeriksaan berkala oleh Inspektur Dinas Pemadam Kebakaran.
▪ Masih sangat kurangnya kesadaran pemilik/pengelola/penyewa untuk
membentuk organisasi khusus penanggulangan kebakaran (MKKG / Manajemen
Keselamatan Kebakaran Gedung)

d. Hal-hal Lain yang Sangat Perlu Mendapat Perhatian:


Akses bagi Mobil Kebakaran (Mobil tangga, mobil pompa, mobil rescue dan mobil
lainnya)
Penyediaan tempat berhimpun sementara dan assembly point
Sarana Jalan Keluar bagi Penghuni dan Akses Petugas Pemadam Kebakaran
Pembentukan dan Penatalaksanaan Manajemen Keselamatan
Kebakaran Gedung (MKKG)

SEBELUM KEBAKARAN
◦ Pembentukan tim emergency
◦ Program pelatihan
◦ Penyusunan FEP dan POSKO
◦ Pre-fire plan
◦ Pemeriksaan berkala dan audit keselamatan
⚫ Penyusunan SOP dan code (prevention & suppression)
⚫ Fire and evacuation drill
⚫ Memastikan keandalan sarana (APAR, Pompa Kebakaran,
Pillar Hydrant, slang kebakaran dan nosel, pakaian petugas,
kendaraan pemadam mandiri)
⚫ Log book dan dokumentasi
Pembentukandan Penatalaksanaan MKKG di bangunan gedung

SELAMA KEBAKARAN
◦ Tindakan awal (first action)
◦ Pemberitahuan penghuni dan manajemen
◦ Menghubungi Dinas Pemadam
◦ Konsolidasi di Posko
◦ Pelaksanaan protap tindakan
◦ Komunikasi dengan DPK di Posko gedung
▪ Tindakan bersama untuk penyelamatan
▪ Pelaporan dan evaluasi
▪ Pendataan dan dokumentasi
Pembentukan dan Penatalaksanaan MKKG di lingkungan
perusahaan
SETELAH KEBAKARAN
◦ Administrasi dan pengurusan
◦ Pendataan dan pelaporan
◦ Penataan sementara
◦ Penelitian kelaikan pasca kebakaran

– Perencanaan izin
– Pengecekan akhir sebelum dioperasikan kembali
– Pemanfaatan kembali bangunan
– Dokumentasi
Terima kasih
Alamat korespondensi:

Prof. Ir. Yulianto S. Nugroho, MSc., PhD


Department of Mechanical Engineering
Fire Safety Engineering Research Group
Universitas Indonesia
Kampus UI Depok 16424, Indonesia
E-mail : yuliantosnugroho@gmail.com

YULIANTO S NUGROHO 55

Anda mungkin juga menyukai