Anda di halaman 1dari 51

Memetik Pelajaran

dari Peristiwa Kebakaran dan


Penyelamatan

Prof. Yulianto S Nugroho


Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Rapat Koordinasi dan Evaluasi Lintas Sektoral Operasi Pemadaman dan Penyelamatan
di Kota Bandung

Bandung, 29 Maret 2022

Yulianto S Nugroho 1
Curriculum Vitae
Nama : Yulianto S Nugroho

Instansi: Universitas Indonesia


Head of Thermodynamics Laboratory Departemen
Teknik Mesin FTUI
GB dalam bidang Teknik Keselamatan Kebakaran

Pendidikan:
S1 (UI), S2 & S3 (Leeds University, UK)
Bebagai pendidikan profesi dan workshop

Pengalaman dan keanggotaan profesi:


TPIB – TABG ME DKI Jakarta
Komtek 13-04 BSN
Professional Member SFPE
Life-time Member IAFSS
Scientific committee AOSFST

Publikasi ilmiah:
69 publikasi internasional terindex Scopus,
h-index 8.
Peran Pemadam Kebakaran
dan Penyelamat

3
Visi Pemadam Kebakaran:

Menyelamatkan jiwa dan harta benda

(To safe life and property)

4
Misi Pemadam Kebakaran
Misi Pemadam Kebakaran adalah mewujudkan Visi menyelamatkan
jiwa dan harta benda, yang dilaksanakan melalui Tugas Pokok dan
Fungsi Pemadam Kebakaran yang disebut sebagai Panca Dharma
Pemadam Kebakaran, yaitu:

1. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran


2. Pemadaman Kebakaran
3. Penyelamatan
4. Pemberdayaan masyarakat
5. Penanganan bahan berbahaya

Pancadarma Pemadam Kebakaran 5


1. Pencegahan dan pengendalian kebakaran, Pemadam
Kebakaran siap melaksanakan tugas Pencegahan dan pengendalian
kebakaran, dengan kegiatan mitigasi, pemetaan risiko kebakaran,
penyusunan rencana induksistem proteksi kebakaran, pengembangan
wilayah manajemen kebakaran, penyuluhan, pendidikan dan pelatihan,
inspeksi, kesiapsiagaan;

2. Pemadaman kebakaran, Pemadam Kebakaran siap


melaksanakan tugas Pemadaman kebakaran, dengan kegiatan
penerimaan informasi kejadian kebakaran, pelaksanaan operasi
pemadaman dan atau mengomandokan operasi pemadaman,
pemberian perintah dan atau komando operasi, penyiapan peralatan
unit operasional kebakaran dan penyelamatan, pengamanan
lingkungan tempat kejadian kebakaran, pengendalian dan
pengawasan operasi pemadaman;

6
3. Penyelamatan, Pemadam Kebakaran siap melaksanakan tugas
Penyelamatan, dengan melakukan pembentukan tim penyelamat,
penyusunan strategi penyelamatan, penyiapan peralatan unit
penyelamatan, termasuk paramedik, pelaksanaan operasi
penyelamatan, penyelamatan korban jiwa dan cidera, penyelamatan
harta benda dan pemindahan korban, penyelamatan properti, harta
benda, penyelamatan petugas pemadam kebakaran dan penyelamat
dan identifikasi korban;

4. Pemberdayaan masyarakat, Pemadam Kebakaran siap


melaksanakan tugas Pemberdayaan masyarakat, dengan kegiatan
membentuk suatu sistem kesiagaan atau ketahanan masyarakat
dalam menghadapi bahaya kebakaran dan bencana lainnya,
sedemikian sehingga masyarakat dapat secara efektif mampu
melakukan upaya pemadaman dini dan upaya penyelamatan,
meskipun tanpa kehadiran petugas pemadam kebakaran (Damkar) di
lokasi, serta mampu bersama dengan IPK (Institusi Pemadam
Kebakaran) mencegah dan menanggulangai bahaya kebakaran;
7
5. Penanganan bahan berbahaya dan beracun, Pemadam
Kebakaran siap melaksanakan tugas Penanganan bahan berbahaya
dan beracun, dengan kegiatan dan segala upaya yang harus
dilakukan untuk mencegah serta menanggulangi kebakaran yang
ditimbulkan oleh reaksi bahan B3 baik pada kegiatan eksplorasi,
pengolahan/pemrosesan, penyimpanan, pengiriman dan
penggunaannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku

8
Gambaran Kebijakan Umum Penyelenggaraan
Pemadaman Kebakaran dan Penyelamatan

1. Urusan Pemerintahan Wajib . Penyelenggaraan Urusan Kebakaran dan


Penyelamatan (sebagai bagian dari ketenteraman, ketertiban umum, dan
pelindungan masyarakat) merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan
dengan Pelayanan Dasar (UU Nomor 23 Tahun 2014 tentangan Pemerintahan
Daerah),
2. Standard Pelayanan Minimal. Konsekuensi dari urusan wajib ini diantaranya
adalah pemerintah daerah wajib memberikan prioritas, penyelenggaraan urusan
berdasarkan Standard Pelayanan Minimal, memedomani Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 114 Tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan dasar pada
Standar Pelayanan Minimal sub Urusan Kebakaran daerah Kabupaten/Kota.
3. Kelembagaan. Pada pasal 208 dan pasal 232 - UU 23 Tahun 2014
mengamanatkan pembentukan Lembaga yang mengurus sub urusan kebakaran di
daerah diatur dalam peraturan pemerintah nomor 18 tahun 2016 tentang
perangkat daerah pasal 53 mengatur kriteria perangkat daerah. Permendagri
Nomor 16 Tahun 2020 tentang Pedoman Nomenklatur Dinas Pemadam
Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
9
Gambaran Kebijakan Umum Penyelenggaraan
Pemadaman Kebakaran dan Penyelamatan (lanjutan)

4. Sumber Daya Manusia. Masyarakat di berbagai negeri mengenal


petugas pemadam kebakaran sebagai sahabat dan pelindung masyarakat.
Pembentukan Jabatan Fungsional Pemadam Kebakaran (Permen PAN-
RB Nomor 16 Tahun 2019) dan Jabatan Fungsional Analis Kebakaran
(Permen PAN-RB Nomor 17 Tahun 2019) merupakan upaya penting
Pemerintah untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam Urusan
Kebakaran di seluruh wilayah Indonesia.
5. Sarana Prasarana. Bahwa untuk melakukan pencegahan,
penanggulangan kebakaran dan penyelamatan, pemerintah daerah wajib
menyediakan sarana dan prasarana pemadam kebakaran; bahwa untuk
mendukung penyelenggaraan sub urusan kebakaran agar dapat
melaksanakan tugas fungsi secara optimal diperlukan standardisasi
sarana dan prasarana (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 122 Tahun
2018 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Pemadam Kebakaran di
Daerah) 10
Gambaran Kebijakan Umum Penyelenggaraan
Pemadaman Kebakaran dan Penyelamatan (lanjutan)

6. Standar Operasional dan Prosedur (SOP). Melalui penyusunan SOP


kegiatan Pemadam Kebakaran dan Penyelamat
7. Perencanaan dan Pengkajian Risiko Kebakaran. Melalui
pengembangan pedoman penyusunan RISPKP
8. Penganggaran. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-3708
Tahun 2020 Tentang Hasil Verifkasi Dan Validasi Pemutakhiran
Klarifikasi, Kodefikasi Dan Nomeklatur Perencanaan Pembangunan Dan
Keuangan Daerah.
9. Penilaian Kinerja.

11
Keselamatan Petugas
Pemadam Kebakaran

12
Bahaya pada TKP Kebakaran
• Kondisi lokasi kebakaran yang berbahaya, gas beracun,
asap tebal, dsb.
• Bahaya Listrik, radiasi panas, keracunan gas
• Bahaya Flashover, Rollover, Backdraft, Ledakan
• Terperosok/Terjatuh
• Bangunan Runtuh
• Putus Komunikasi
• Kehilangan peralatan/kekurangan suplai SCBA
• Bahaya fisik saat mengangkat dan memindahkan objek
• Keterbatasan kemampuan APD 13 / APK
Dinamika Kebakaran

Yulianto S Nugroho 14
Segi tiga Api
The fire triangle

Fuel + Oxidant = Combustion products


CH4 + O2 => CO2 + 2H20
Heat

Reaction occurs
when
Oxygen/fuel
mixture hot
enough

Fuel Oxygen
Yulianto S Nugroho 15
Perubahan Fase Zat
akibat Pemanasan
Flaming Combustion

 Batas nyala (flammable limits)


 Minimum Ignition Energy
Combustion in
Diffusion Flame

Vapour

[Gambar dari Drysdale, D., 1985]


Yulianto S Nugroho Liquid fuels
https://www.youtube.com/watch?v=08R0Q0CHDQI

Yulianto S Nugroho
Titik panas (hot spot)
dalam bara api
Smoldering combustion
Temperatur terukur di dalam rokok yang sedang
membara, dapat mencapai kisaran 650 s.d. 700 oC

Yulianto S Nugroho 18
Transisi dari Smoldering ke Flaming

Ilustrasi fenomena transisi dari pembakaran membara Yulianto


menuju pembakaran
S Nugroho menyala pada potongan poliuretan. [Rein, G., 2016]. 19
Potensi bahan mudah terbakar

Yulianto S Nugroho 20
[Gambar dari Björn Karlsson, James G. Quintiere, 2000]
It is important to gain a feeling for the size of
typical fires

• Light bulb 60-100 W


• Wastebasket 50-100 kW
• Wood chair with foam seat 200–500 kW
• Upholstered chair 500 – 1500 kW
• Upholstered couch 1000 – 3000 kW
• 1 m2 pool of gasoline 2.5 MW
• 3m high stack of wood pallets 7 MW
• 2 m2 plastic commodity 4.9 m high 30-40 MW

Yulianto S Nugroho [Gambar dari Björn Karlsson, James G. Quintiere, 2000]


21
HRR for furniture

Yulianto S Nugroho [Gambar dari Björn Karlsson, James G. Quintiere, 2000]


22
Pertumbuhan nyala api dan asap pada
kebakaran ruangan

Pertumbuhan /
kepekatan asap di
dalam ruangan

Perubahan
temperatur di
dalam ruangan

[Gambar dari Björn Karlsson,


James G. Quintiere, 2000]

Yulianto S Nugroho 23
Ilustrations were taken from Dougal Drysdale, An Introduction to Fire Dynamics,
3rd Edition, Wiley, 2012.
Yulianto S Nugroho 24
Peristiwa Kebakaran di Perkotaan

25
Yulianto S Nugroho The 2017 fire of the Grenfell Tower, London
Kebakaran gedung yang
melibatkan terbakarnya
selubung bangunan di
bagian eksternal bangunan
gedung.

[Ref. SFPE]
Yulianto S Nugroho 26
Ref. LFB Tall Building Facades, 13 July 2016 Yulianto S Nugroho 27
Fire behaviour of modern façade materials – understanding the Grenfell Tower fire

Sean T. McKenna, Nicola Jones, Gabrielle Peck, Kathryn Dickens, Weronika Pawelec,
Stefano Oradei, Stephen Harris, Anna A Stec and T Richard Hull*

Journal of Hazardous Materials (2018), https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2018.12.077


Abstract
The 2017 Grenfell Tower fire spread rapidly around the combustible façade system on the
outside of the building, killing 72 people. We used a range of micro- and bench-scale methods
to understand the fire behaviour of different types of façade product, including those used on
the Tower, in order to explain the speed, ferocity and lethality of the fire. Compared to the least
flammable panels, polyethylene-aluminium composites showed 55x greater peak heat release
rates (pHRR) and 70x greater total heat release (THR), while widely-used high-pressure
laminate panels showed 25x greater pHRR and 115x greater THR. Compared to the least
combustible insulation products, polyisocyanurate foam showed 16x greater pHRR and 35x
greater THR, while phenolic foam showed 9x greater pHRR and 48x greater THR. A few
burning drips of polyethylene from the panelling are enough to ignite the foam insulation,
providing a novel explanation for rapid flame-spread within the facade. Smoke from
polyisocyanurates was 15x, and phenolics 5x more toxic than from mineral wool insulation. 1kg
of burning polyisocyanurate insulation is sufficient to fill a 50m3 room with an incapacitating
and ultimately lethal effluent. Simple, additive models are proposed, which provide the same
rank order as BS8414 large-scale regulatory tests.

Yulianto S Nugroho 28
Building Safety Detailed
Engineering
Design
Life Cycle Material
Conceptual Selection
Design

Demolition
Construction

Operation & Commissioning


Maintenance Tests
Basic features:

1. Life safety and means of egress)


2. Passive fire protection
3. Active fire protection
4. Building fire safety management
5. Fireman and fire engine access Yulianto S Nugroho 29
Persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung
dan lingkungan meliputi [Permen PU No. 26 Tahun 2008]:

a. akses dan pasokan air untuk pemadaman kebakaran;


b. sarana penyelamatan;
c. sistem proteksi kebakaran pasif;
d. sistem proteksi kebakaran aktif;
e. utilitas bangunan gedung;
f. pengelolaan sistem proteksi kebakaran bangunan gedung; dan
gkungan.

Yulianto S Nugroho 30
Sarana penyelamatan jiwa

31
Sistem deteksi kebakaran

32
Tekanan

Reference:
Fire Service Manual Volume 1 Fire
Service Technology, Equipment and
Media Hydraulics, Pumps and Water
Supplies, HM Fire Service
Inspectorate Publications Section
London (2001).

33
Sistem sprinkler kebakaran

34
Sistem Hidran
Hidran merupakan sebuah sumber/terminal air untuk bantuan darurat
ketika terjadi kebakaran. Hidran ini juga berfungsi untuk mempermudah
proses penanggulangan ketika kebakaran terjadi. Sistem hidran
merupakan sebuah fasilitas wajib bagi bangunan-bangunan publik
seperti pasar tradisional maupun modern, pertokoan, bahkan
semestinya lingkungan perumahan pun harusnya ada fasilitas hidran.

(> 94,5
Liter/detik)

35
Commissioning

Adalah proses sistematis yang memberikan konfirmasi


terdokumentasi bahwa sistem kebakaran dan
keselamatan jiwa yang spesifik dan saling berhubungan
berfungsi sesuai dengan kriteria desain yang dimaksudkan
yang ditetapkan dalam dokumen proyek dan memenuhi
kebutuhan operasional pemilik, termasuk persyaratan
kepatuhan pada hukum, peraturan, code, dan standar
yang berlaku untuk memenuhi keselamatan jiwa dan
proteksi kebakaran.

Yulianto S Nugroho 36
Commissioning (lanjutan)
Commisioning dimulai dalam fase desain dengan
mendokumentasikan maksud desain dan berlanjut
selama konstruksi, penerimaan, dan periode
penggunaan bangunan gedung.

Commissioning tidak dimaksudkan untuk memodifikasi


atau menggantikan persyaratan standar pengujian
yang ada (individual), melainkan dimaksudkan untuk
melengkapi persyaratan-persyaratan tersebut dengan
menekankan pengujian terintegrasi untuk memastikan
fungsionalitas yang andal.

Yulianto S Nugroho 37
Pengujian Terintegrasi
Adalah penilaian fungsi dan pengoperasian
sistem proteksi kebakaran dan keselamatan
jiwa, dengan menggunakan observasi
langsung atau metode pemantauan lainnya
untuk memverifikasi interaksi dan koordinasi
yang benar dari beberapa sistem terintegrasi
sesuai dengan tujuan proteksi kebakaran dan
keselamatan jiwa.

Yulianto S Nugroho 38
Tunnel inferno

Margarine acted as fuel


Seconds From Disaster Tunnel Inferno

https://youtu.be/e-9Wt3Xe3A4

Yulianto S Nugroho 39
Informal settlement fire experiment

https://www.youtube.com/watch?v=kkXr6ueakAU

Yulianto S Nugroho 40
Kings Cross Underground Station
Fire

https://www.youtube.com/watch?v=qgzC4wYn_3g

Yulianto S Nugroho 41
Kings Cross Underground Station Fire

https://www.youtube.com/watch?v=qgzC4wYn_3g

Yulianto S Nugroho 42
Model Penyebab dan Investigasi Accidents

Reason, J, 1997 Yulianto S Nugroho 43


Peristiwa
Kebakaran

Apa yang kita lakukan Investigasi


untuk meningkatkan Kebakaran
keselamatan publik

Laporan fakta dan


Apa yang kita ketahui
temuan-temuan terkait
(scientific evidence)
Konsultasi
dengan The moral cycle of fire
para pihak investigation

Penelitian / Riset
Usul perubahan/penyempurnaan lebih lanjut
panduan / standar

Rekomendasi
44
Yulianto S Nugroho
Penyelidikan / investigasi kebakaran

Memahami akar
permasalahan untuk
What – Why - How
meningkatkan
keselamatan publlik
Yulianto S Nugroho 45
Pembelajaran yang dipetik dari
sebuah peristiwa kebakaran…

 kegiatan investigasi dimulai segera mungkin untuk mendapatkan


fakta sebelum bukti-bukti rusak (decaying evidence)
 mengkaji kinerja bangunan gedung
 mengkaji perilaku material, peralatan dan isi bangunan/ruangan
pada saat terjadi kebakaran (patterns/trends)
 mengkaji kinerja sistem keselamatan kebakaran
 mempelajari perilaku penghuni dan first reponders
 memperbaiki regulasi dan panduan
 meningkatkan pengetahuan, informasi dan data yang relevan
dengan keselamatan kebakaran
 menilai/mengkaji efektivitas metode/strategi pemadaman
kebakaran dan penyelamatan.
Yulianto S Nugroho 46
Pembelajaran dari peristiwa kebakaran bangunan tinggi
[SFPE - Fire Safety for Very Tall Buildings Engineering Guide 2 nd Edition, 2022]

 Bukaan vertikal yang tidak terlindungi


 Ketahanan api struktural yang tidak memadai
 Mudah terbakar di ruang tersembunyi
 Operasi elevator yang tidak memadai
 Pengendalian kebakaran yang tidak memadai (akibat kegagalan dalam sistem
springkler otomatis, penghalang api)
 Perlindungan yang tidak memadai dari tangga keluar
 Lapisan interior yang mudah terbakar
 Sistem dinding luar yang mudah terbakar
 Redundansi sistem kritis
 Pemeliharaan sistem proteksi kebakaran dan komponen jalan keluar yang tidak
memadai
 Rencana darurat yang tidak memadai
 Notifikasi alarm kebakaran tidak memadai

Yulianto S Nugroho 47
Langkah ke depan…

Perlu dilakukan pengukuran Ketangguhan dari terjadinya peristiwa kebakaran (Fire Resilience)

Berdasarkan kajian risiko kebakaran, maka sebuah


peristiwa kebakaran dapat berakibat hilangnya fungsi (lost
of functionality).

Dalam peristiwa kebakaran, maka ketangguhan dapat


menggambarkan kemampuan sistem bangunan gedung
untuk mempertahankan fungsi dari dampak kebakaran,
dan masyarakat secara umum untuk memulihkan diri.

Yulianto S Nugroho 48
Ilustrasi pengukuran Ketangguhan Kebakaran
(Fire Resilience)

Tingkat Risiko Kebakaran, pada: Ketangguhan : kemampuan suatu sistem, komunitas


(a) Keselamatan Jiwa, dan atau masyarakat yang terpapar bahaya kebakaran untuk
mencegah, mengatasi, dan memulihkan diri dari efek
(b) Kerusakan Bangunan/harta benda bahaya secara tepat waktu dan efisien.

Peristiwa
kebakaran

Yulianto S Nugroho 49
“Saya tidak memiliki ambisi di dunia ini, kecuali satu, yaitu
menjadi pemadam kebakaran. Sebuah tugas, yang
mungkin di mata sebagian orang tidaklah penting, tetapi
bagi kami yang mengetahui pekerjaan pemadam
kebakaran, haruslah menyakini bahwa menjadi pemadam
kebakaran adalah suatu panggilan mulia. Saat yang paling
membanggakan bagi kami adalah untuk menyelamatkan
jiwa”.

Edward F. Croker, Chief of the Fire Department of New York City (1899-
1911)

50
Korespondensi :

Prof. Yulianto S Nugroho


Fire Safety Engineering Research Group,
Departemen Teknik Mesin
Universitas Indonesia
Kampus UI Depok 16424
E-mail: fserc.ui@gmail.com

Yulianto S Nugroho 51

Anda mungkin juga menyukai