TUGAS AKHIR
Diajukan oleh:
AFRIZAL WAHIDDIN
NIT. 30318028
TUGAS AKHIR
Diajukan oleh:
AFRIZAL WAHIDDIN
NIT. 30318028
Panitia Penguji:
i
ABSTRAK
PERLUNYA PEMBENTUKAN ATS ROUTE ANTARA PKN VOR DAN POIN SUMDI
UNTUK EFFISIENSI DAN OPTIMALISASI PEMBERIAN PELAYANAN LALU
LINTAS PENERBANGAN DI PANGKALAN BUN CONTROL ZONE (CTR)
DAN TERMINAL CONTROL AREA (TMA)
Oleh :
ATS route adalah sebuah rute khusus yang dirancang untuk memfasilitasi
arus lalu lintas penerbangan sebagaimana yang diperlukan dalam pemberian
pelayanan pemanduan lalu lintas penerbangan. Dengan adanya ATS route
keberadaan jalur penerbangan akan lebih teratur dan lebih mudah untuk diatur.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ATS route antara Pangkalan Bun,
Surabaya dan Semarang sering terjadi konflik maka ATS route tersebut diperlukan
untuk memudahkan pemandu lalu lintas penerbangan dalam memberikan
ii
pelayanan sehingga pelayanan lalu lintas penerbangan di Pangkalan Bun CTR dan
TMA bisa lebih optimal.
Kata kunci: ATS Route, PKN VOR, poin SUMDI, Control Zone, Terminal
Control Area, Optimalisasi
iii
ABSTRACT
THE NEED OF ATS ROUTE BETWEEN PKN VOR AND SUMDI POIN
IN ORDER TO OPTIMALIZE THE AIR TRAFFIC SEVICE ON
PANGKALAN BUN CONTROL ZONE (CTR) AND TERMINAL CONTROL
AREA (TMA)
Written by:
AFRIZAL WAHIDDIN S TENGKU IDRIS
ATS route is a special route designed to facilitate air traffic flow as needed in
providing air traffic control services. With the ATS flight route, flights will be
more organized and easier to manage.
This study aims to provide input regarding the need for the Pangkalan Bun
ATS route to Semarang and Surabaya in order to optimize the provision of air
traffic services in the Pangkalan Bun Control Zone (CTR) and Terminal Control
Area (TMA).
The research method used in this research is descriptive qualitative using
data collection techniques in the form of interviews, observations and literature
studies. The source of data and research was obtained from Perum AirNav
Indonesia LPPNPI KCP Pangkalan Bun, and addressed to ATC personnel stored
at Perum AirNav LPPNPI KCP Pangkalan Bun.
The results showed that the ATS route between Pangkalan Bun, Surabaya and
Semarang often conflicted, so the ATS route was needed to facilitate flight traffic
guides in providing services so that flight traffic services at CTR and TMA
Pangkalan Bun could be more optimal.
Keywords: ATS route, PKN VOR, poin SUMDI, Control Zone, Terminal
Control Area, optimalize
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “PERLUNYA
PEMBENTUKAN ATS ROUTE ANTARA PKN VOR DAN POIN SUMDI
UNTUK EFFISIENSI DAN OPTIMALISASI PEMBERIAN PELAYANAN
LALU LINTAS PENERBANGAN DI PANGKALAN BUN CONTROL ZONE
(CTR) DAN TERMINAL CONTROL AREA (TMA)” dengan baik dan tepat waktu.
Tugas Akhir ini ditulis untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
pendidikan Program Studi Diploma III Lalu Lintas Udara di Politeknik Penerbangan
Surabaya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir
ini, terutama kepada:
1. Orang Tua penulis yang senantiasa memberikan doa dan dukungan kepada
penulis.
2. Bapak M.Andra Aditiyawarman, S.T.,M.T. selaku Direktur Politeknik
Penerbangan Surabaya.
3. Meita Maharani, M.Pd selaku Ketua Program Studi Keselamatan
Penerbangan Politeknik Penerbangan Surabaya.
4. Bapak Imam Sonhaji, S.ST, MM selaku pembimbing materi.
5. Bapak Dhani Chandra selaku pembimbing TA
6. Bapak Abdul Mu’ti Sazali S.Pd, MBA selaku pembimbing penulisan.
7. Seluruh Dosen dan Instruktur Program Studi Lalu Lintas Udara Angkatan
XI Alpha dan Bravo.
8. Seluruh staf dan ATC Perum LPPNPI KCP Pangkalan Bun.
9. Teman-teman dari Diploma III Lalu Lintas Udara Angkatan VII Alpha dan
Bravo yang selalu memberikan semangat kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran serta kritik yang bersifat
v
membangun agar dalam penulisan selanjutnya dapat menjadi lebih baik lagi. Atas
saran dan kritiknya penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta
dunia penerbangan di Indonesia.
Surabaya, 2021
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN
ABSTRAK................................................................................................................i
ABSTRACT.............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR BAGAN..................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi
PENDAHULUAN...................................................................................................1
vii
TINJAUAN TEORI...............................................................................................12
METODE PENELITIAN.......................................................................................40
ANALISA PERMASALAHAN............................................................................48
5.1 Kesimpulan.................................................................................................68
5.2 Saran............................................................................................................68
DAFTAR ISI..........................................................................................................70
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
1
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.3 Rute penerbangan terjadwal yang terdapat di Bandar Udara Iskandar 6
2
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Penerbangan terjadwal Bandar Udara Iskandar dari dan menuju Bandar
3
DAFTAR BAGAN
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
Gambar 1.1 Layout Aerodrome Bandar Udara Iskandar Pangkalan Bun
Sumber: (Direktorat Jendral Perhubungan Udara, AIPVol. III AMDT 50
2016).
6
Gambar 1.2 Airspace Pangkalan Bun CTR dan TMA
Sumber : (Royhan,2020 Standard Operating Procedures, Pangkalan Bun).
Ruang udara Pangkalan Bun TMA telah memiliki ATS route yang
terhubung dengan PKN VOR yang masing-masing memiliki Standard
Instrumen Departure(SID) dan Standard Instrumen Arrival (STAR) untuk
dapat mengakomodasi penerbangan yang ada yang berjumlah 26 penerbangan
terjadwal setiap harinya dan 30 penerbangan terjadwal pada hari Rabu, Jumat,
dan Sabtu. Akan tetapi masih terdapat jalur penerbangan yang menggunakan
instruksi direct, salah satunya adalah jalur penerbangan terjadwal menuju
Bandar Udara Ahmad Yani Semarang yang menggunakan instruksi direct
poin SUMDI, padahal jumlah penerbangan terjadwal dari dan menuju
Bandar Udara Ahmad Yani Semarang yang melalui poin SUMDI merupakan
jalur udara paling padat dengan jumlah 10 penerbangan terjadwal per hari
dari total 30 penerbangan terjadwal yang ada di Bandar Udara Iskandar
(Royhan, 2020).
7
Tabel 1.1 Ringkasan rute penerbangan terjadwal di Bandar Udara Iskandar
Rute dari/ Frekuensi ATS
SID/STAR
menuju per hari route
Jakarta 4 TAVIP 1A,1B/ 1C,1D W15N
Semarang 10 - -
Sampit 2 PALANGKARAYA 1A,1B/ 1C,1D W15N
Palangkaraya 2 PALANGKARAYA 1A,1B/ 1C,1D W15N
Surabaya 4 - -
Gambar 1.3 Rute penerbangan terjadwal yang terdapat di Bandar Udara Iskandar
Sumber: SOP Perum LPPNPI KCP Pangkalan Bun, 2020
Keterangan:
ATS route
Rute penerbangan yang telah memiliki ATS route
Rute penerbangan yang belum memiliki ATS route (direct)
8
Standard Operating Procedure (SOP) yang dimiliki oleh Perum
LPPNPI KCP Pangkalan Bun tidak menyebutkan peraturan menyangkut
penerbangan yang tidak memiliki ATS route maupun SID dan STAR
sehingga dalam praktek pelayanan pemanduan lalu lintas penerbangan yang
diberikan pesawat yang akan berangkat menuju Bandar Udara Ahmad Yani
Semarang akan menerima instruksi untuk direct atau terbang langsung
menuju poin SUMDI. Begitu pula sebaliknya. Instruksi untuk direct tersebut
diberikan karena memang untuk jalur menuju dan dari Bandar Udara Ahmad
Yani Semarang poin SUMDI terletak di tengah sehingga instruksi direct
tersebut dapat memberikan jarak dan waktu tempuh yang paling efisien untuk
pesawat. Akan tetapi dari 10 penerbangan terjadwal jalur Pangkalan Bun-
Semarang terdapat beberapa penerbangan yang memiliki waktu terbang
berdekatan yang membuat jalur penerbangan direct dari dan menuju Bandar
Udara Ahmad Yani Semarang yang melalui poin SUMDI sering
konflik.Selain itu, pemberian instruksi direct dari PKN VOR menuju poin
SUMDI maupun sebaliknya memotong ATS route W15 yang memiliki traffic
yang cukup ramai. Pada peak hour, traffic yang terbang direct antara PKN
VOR dan poin SUMDI sehingga dapat mengalami konflik dengan traffic
yang berada pada W15. Hal tersebut menyulitkan petugas ATC dalam
memberikan pelayanan pemanduan lalu lintas penerbangan dikarenakan tidak
terdapat acuan jalur dan radial yang pasti untuk dapat memberikan separasi
sehingga dibutuhkan banyak komunikasi untuk mengetahui posisi dari
masing-masing pesawat, berikut adalah bukti gambar FPS departure dari
PangkalanBun menuju Semarang yang menggunakan route direct poin
SUMDI :
9
PKN VOR DAN POIN SUMDI DALAM RANGKA OPTIMALISASI
PEMBERIAN PELAYANAN LALU LINTAS PENERBANGAN DI
PANGKALAN BUN CONTROL ZONE (CTR) DAN TERMINAL
CONTROL AREA (TMA)”
Penelitian ini dilakukan pada bulan desember 2020 hingga maret 2021.
10
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis merumuskan masalah
yang saat ini terjadi yaitu:
1. Apakah ATS route antara PKN VOR dan poin SUMDI diperlukan dalam
rangka optimalisasi pemberian pelayanan lalu lintas penerbangan di
Pangkalan Bun Control Zone (CTR) dan Terminal Control Area (TMA)?
2. Apakah ATS route antara PKN VOR dan poin SUMDI dapat membantu
memudahkan ATC dalam pemberian separasi?
3. Apakah tidak adanya ATS route antara PKN VOR dan poin SUMDI dapat
mempengaruhi keselamatan penerbangan?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan dari penulisan Tugas Akhir adalah:
1. Untuk mengetahui apakah ATS route antara PKN VOR diperlukan atau
tidak.
2. Untuk mengetahui apakah adanya ATS route antara PKN VOR dan poin
SUMDI dapat membantu memudahkan ATC dalam pemberian pelayanan
lalu lintas penerbangan.
3. Untuk mengetahui pengaruh tidak adanya ATS route Antara PKN VOR
dan poin SUMDI.
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis ialah manfaat penelitian dari aspek teoritis, yaitu
manfaat penelitian bagi pengembangan ilmu.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai Perlunya ATS route antara PKN VOR dan Poin Sumdi dalam
rangka optimalisasi pemberian pelayanan lalu lintas penerbangan di
Pangkalan Bun Control Zone (CTR) dan Terminal Control Area (TMA, serta
11
juga diharapkan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan yang secara
teoritis dipelajari di bangku perkuliahan.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis ialah manfaat penelitian dari aspek praktis atau
aplikatif, yaitu manfaat penelitian bagi program.
1. Memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam
bidang penerbangan untuk dapat digunakan sebagai dasar dalam
mengadakan penelitian lebih lanjut.
2. Memberikan masukan atau sumbangan pemikiran berupa saran
sehingga bisa dijadikan bahan pertimbangan oleh manajemen Perum
LPPNPI Cabang PangkalanBun dengan lebih mengetahui bagaimana
pengaruh terhadap tidak adanya ATS route antara poin SUMDI dan
PKN VOR.
3. Sebagai masukan guna meningkatkan pemberian pelayanan lalu lintas
penerbangan di Perum LPPNPI KCP Pangkalan Bun Bandar Udara
Iskandar.
12
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan mengenai metode yang dipakai oleh penulis
yaitu metode penelitian deskriptif kualitatif dengan beberapa
metodenya adalah pengumpulan data, observasi, wawancara,
studi kepustakaan, menentukan objek penelitian, flow chart,
metode analisa data, serta lokasi dan waktu penelitian.
Bab IV : Analisa dan Pemecahan Masalah
Pada bab ini penulis memaparkan analisa permasalahan dan
memberikan alternatif pemecahan masalah berdasarkan hasil
pengumpulan data dan penelitian.
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini penulis memaparkan kesimpulan dari hasil analisa
yang penulis lakukan disertai saran dari penulis.
13
BAB II
TINJAUAN TEORI
ATS route adalah rute yang ditunjuk untuk menyalurkan arus lalu
lintas yang diperlukan untuk penyediaan layanan lalu lintas udara. Ini
termasuk rute jet, rute navigasi area (RNAV), dan rute kedatangan dan
keberangkatan. Rute dapat ditentukan dengan penunjuk; jalur ke dan dari
14
titik-titik penting, jarak antara titik-titik penting; persyaratan
pelaporan; dan ketinggian aman terendah (Kresna, 2019).
2.1.2 ICAO Annex 11 Air Traffic Services 13th Edition Chapter 2 Point 2.2
dan DGCA CASR Part 170 Point 170.002
Dalam dokumen tersebut dijelaskan bahwa tugas dari pelayanan
lalu lintas penerbangan adalah:
1. Mencegah terjadinya tabrakan antar pesawat udara di udara ;
2. Mencegah terjadinya tabrakan antar pesawat udara atau pesawat
udara dengan halangan (obstruction) di manoeuvring area;
3. Memperlancar dan menjaga keteraturan arus lalu lintas
penerbangan;
4. Memberikan petunjuk dan informasi yang berguna untuk
keselamatan dan efisiensi penerbangan; dan
5. Memberikan notifikasi (informasi) kepada organisasi terkait
untuk bantuan pencarian dan pertolongan (search and rescue) dan
membantu organisasi tersebut bila diperlukan.
2.1.3 ICAO Annex 11 Air Traffic Services 13th Edition Chapter 2 Point
2.3 dan DGCA CASR Part 170 Point 170.003
Approach control service: pelayanan pengendalian lalu lintas
penerbangan untuk penerbangan yang terkait dengan kedatangan atau
keberangkatan,
a) Mencegah terjadinya tabrakan antar pesawat udara di udara dan
b) Memperlancar dan menjaga keteraturan arus lalu lintas
penerbangan.
15
2.1.4 Standard Operating Procedure (SOP) Perum LPPNPI KCP
Pangkalan Bun Tahun 2016 Bab 1 Poin 4.1.1.3
Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan di Airnav KPNP Pangkalan
Bun sebagaimana disebutkan pada butir 4.1.1.2 diatas terdiri dari:
a. Pelayanan Pemanduan Ruang Udara bandar udara (Aerodrome
Control Tower);
b. Pelayanan Pemanduan Ruang Udara pendekatan (Approach
Control Service) didalam pelaksanaannya dilakukan combine
service.
c. Pelayanan Informasi Aeronautika
Unit-unit yang melaksanakan pelayanan tersebut pada butir
4.1.1.3 diatas adalah:
a. Combine Unit untuk melayani jenis pelayanan butir 4.1.1.3 poin a
dan 4.1.1.3 poin b.
b. Unit Bantuan Operasi Penerbangan dan Penerangan Aeronautika
(BOP RANGTIKA) untuk jenis pelayanan 4.1.1.3 poin c.
16
udara yang dikendalikan, pesawat hanya dapat terbang di dalamnya
setelah menerima izin khusus dari kontrol lalu lintas udara. Ini berarti
bahwa kontrol lalu lintas udara di bandara tahu persis pesawat mana
yang berada di wilayah udara itu, dan dapat mengambil langkah-
langkah untuk memastikan pesawat saling mengetahui, baik
menggunakan pemisahan atau dengan melewatkan informasi lalu
lintas. (Ade Patra Mangko. 2013)
17
Operating Hours : 23.00-10.00 UTC
Airspace Limitation
Lateral Limit : 00 41 28 S 112 07 59 E 03 00 S110 22 59
E 04 57 21.69 S 110 23 E 04 57 21.69 S 112
47 37.7 E 03 58 S 113 08 30 E 02 20 57 S
113 27 22 E 00 55 39 S 113 27 21 E
Vertical Limit : 4000 ft/ FL 245
Airspace Class :B
2. Pangkalan Bun Control Zone ( CTR )
Ruang udara kelas C adalah ruang udara dimana
penerbangan yang diizinkan VFR dan IFR, antara pesawat
terbang harus diberikan separasi /pemisahan, kecuali antara
VFR dan VFR hanya diberikan informasi.
Controlling Unit : Pangkalan Bun Approach Control Unit
(APP) (Combined with Tower)
Callsign : Iskandar Tower
Frequency : 122,2 Mhz
Operating Hours : 23.00-10.00 UTC
Airspace Limitation
Lateral Limit : A circle with radius of 30 NM centerered at
PKN VOR/
DME(00°50’27.24”N127°22’28.10”E)
Vertical Limit : SFC/ 4.000 ft
Airspace Class :C
3. Aerodrome Traffic Zone ( ATZ )
Lateral Limit : A circle with radius of 10 NM centered at
“PKN” VOR/ DME.
Vertical Limit : SFC / 4.000 FT
Airspace Class :C
(AIP Indonesia Vol III amandemen 33 tahun 2012)
18
2.1.8 Separasi
1. ICAO Doc. 9689 Airspace Planning Methodology for the
Determination of Separation Minima 1st Edition Chapter 1 Point
1.1
Separasi adalah istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan tindakan dalam pelayanan lalu lintas penerbangan
(ATS) untuk menjaga agar pesawat udara yang beroperasi pada area
yang sama berada pada jarak yang jauh antara satu sama lain sehingga
risiko kemungkinan terjadinya tabrakan dapat berada pada tingkat yang
rendah. Separasi dapat diterapkan baik secara horizontal dan vertikal.
Pemisahan pada bidang horizontal dapat dicapai secara longitudinal
(dengan menjauhkan pesawat yang berada dibelakang pesawat yang
lain pada jarak tertentu, yang dapat dilaksanakan dengan penyesuaian
waktu terbang) atau secara lateral (dengan mensejajarkan pesawat
terbang berdampingan pada jarak yang ditentukan antara satu sama lain,
atau dengan menentukan lebar wilayah udara yang terlindungi di kedua
sisi garis tengah sebuah ATS route). Separasi vertikal dicapai dengan
meminta pesawat terbang menggunakan prosedur pengaturan altimeter
yang ditentukan untuk beroperasi pada ketinggian yang berbeda (ICAO,
1998).
19
2) Ketinggian yang dimodifikasi, seperti yang dijelaskan pada
Annex 2 Appendix 3 untuk ketinggian diatas FL 410, jika
tidak ada hubungan antara ketinggian dan track sebaiknya
tidak diberlakukan, terkecuali yang telah dijelaskan dalam
AIP atau dalam ATC clearance;
b) separasi horizontal, diperoleh dengan memberikan:
1) separasi longitudinal, dengan mempertahankan selang
waktu antara pesawat yang beroperasi sepanjang jalur yang
sama, konvergen atau timbal balik, dinyatakan dalam waktu
atau jarak; atau
2) pemisahan lateral, dengan membuat pesawat terbang pada
rute yang berbeda atau di wilayah geografis yang berbeda;
c) separasi komposit, yang terdiri dari kombinasi separasi vertikal
dan salah satu bentuk separasi lainnya yang terkandung dalam
poin b) di atas, menggunakan batasan minim. Pemisahan
komposit hanya dilakukan berdasarkan perjanjian navigasi udara
regional (ICAO, 2001)..
3. ICAO Doc. 9689 Airspace Planning Methodology for the
Determination of Separation Minima 1st Edition Chapter 1
Point1.5
Dalam memberikan separasi, ATC memiliki dua bentuk: secara
prosedural dan radar. Pengendalian secara prosedural adalah
pengaplikasian separasi hanya berdasarkan pada informasi posisi yang
diterima dari pesawat melalu komunikasi air-groun. (ICAO, 1993).
20
lalu lintas penerbangan dan kompleksitas traffic dapat menimbulkan
risiko signifikan terhadap keselamatan penerbangan. Frekuensi
kepadatan udara, kejadian near-miss di udara, runway incursion,
kerugian teknis demi terpenuhinya separasi, dll. merupakan indikasi
potensi kecelakaan yang terus berlanjut dalam penyediaan ATS. (ICAO,
2006).
21
kinerja manusia yang secara umum yang dapat mengganggu proses
komunikasi, sehingga dapat membuat hilangnya separasi antar pesawat.
a) Bahasa. Banyak masalah yang berkaitan dengan kendala bahasa.
Pemahaman yang tidak memadai tentang bahasa yang digunakan
dalam pengendalian lalu lintas udara dapat diperparah oleh
kecepatan berbicara dan pengucapan yang buruk pada saat-saat
sibuk, R / T yang buruk, dan penggunaan ungkapan nonstandar.
b) Readback / masalah pendengaran. Informasi yang tidak
tersampaikan dengan baik sering kali disebabkan oleh readback
yang tidak akurat. Kebutuhan readback bervariasi pada tiap
Negara yang menyebabkan dapat frustrasi bagi kedua pihak, baik
bagi pengendali, dan oleh pilot yang terbiasa atau tidak terbiasa
memberikan readback. Meskipun kesalahan readback dapat
dikaitkan dengan penerimaan radio yang buruk, faktor beban
kerja, gangguan kebisingan eksternal, pengalihan, dll. Kesalahan
yang paling sering terjadi adalah karena ekspektasi di mana pilot
dan controller hanya mendengar apa yang ingin mereka dengar.
c) Frekuensi macet. Meningkatnya lalu lintas penerbangan dalam
sistem ATC dengan kapasitas yang relatif terbatas dapat
menyebabkan frekuensi macet. Pada saat seperti itu, kecepatan
berbicara meningkat, penyampaian pesan dapat tertunda,
kebingungan akan callsign dapat terjadi, readback dilakukan
tanpa memperdulikan ketepatan informasi yang diterima, dan
kesulitan bahasa dapat memperburuk pemahaman yang
mengakibatkan pengulangan pesan, dll (ICAO, 1993).
22
navigasi di sepanjang jalur penerbangan, penghindaran terhadap
rintangan dan separasi standar yang dapat mengakomodasi kapasitas
dan keamanan yang dibutuhkan oleh sistem (ICAO, 1998).
23
2. ICAO Doc. 9426 ATS Planning Manual 1st Edition Part 1 Chapter
4 “ATS Route”
Jumlah lalu lintas udara yang banyak pada umumnya hanya
dapat diatur jika telah memiliki pola yang telah ditentukan yang
dirancang bukan hanya untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya
konflik dari awal, tetapi juga untuk menyediakan penyelesaian terhadap
konflik yang ada. Pada saat yang bersamaan, pola yang telah ditentukan
juga harus memiliki rute langsung yang paling efisien untuk sebagian
besar lalu lintas penerbangan, asalkan hal tersebut tidak bertentangan
dengan kebutuhan dari segi ekonomis dan efisiensi dari operasi
penerbangan (ICAO, 1984).
24
(1) Penyelenggara pelayanan lalu lintas udara wajib memelihara
pedoman pengoperasian sesuai dengan standar operasi manual
(MOS) sesuai PKPS sub bagian 172.022. CASR Edisi
172-1/November 2008 Halaman 5
(2) Penyedia Layanan Lalu Lintas Udara:
(a) Harus memiliki standar operasional prosedur (SOP) agar
mudah dipahami untuk kesiapan; Dan
(b) Personil pelayanan lalu lintas udara harus memahami standar
operasional prosedur (SOP) dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya
(3) Penyedia harus mengubah manual setiap kali diperlukan untuk
menjaganya agar tetap dalam bentuk yang terbaru.
(4) Harus melakukan penyelesaian SOP berdasarkan instruksi dari
Ditjen Perhubungan Udara sesuai CASR sub bagian 172.300
(5) Penyempurnaan SOP angka 3 dan 4 harus:
(a) masukan ke dalam manual operasi sebagai amandemen SOP
yang tidak terpisahkan
(b) melaporkan perubahan tersebut kepada DJBC D
25
3. Poin 2.4 Pengajuan AIP Supplement
(1) Perubahan sementara terhadap informasi yang terkandung di
dalam buku AIP berupa teks yang panjang dan/atau berupa
gambar harusdipublikasikan sebagai AIP Supplement.
(2) Data dan informasi sebagai bahan publikasi penerbitan AIP
Supplement harus sudah dipersiapkan dan merupakan
hasilkoordinasi dengan unit terkait.
(3) Draft AIP Supplement yang disampaikan kepada Direktorat
JenderalPerhubungan Udara harus dilengkapi dengan dokumen
referensi.
(4) Format dan tata cara pembuatan AIP Supplement diatur
dalamStandar Manual 175-03 tentang Manual Publikasi
InformasiAeronautika.
(5) Unit PIA di Bandar Udara bertanggung jawab terhadap setiap AIP
Supplement yang telah diajukan untuk diterbitkan, dan
harusmemantau masa berlakunya dengan tetap berkoordinasi
dengan unitlain.
(6) AIPSupplement yang telah diterbitkan dan bersifat permanen
harus dibuatkan draft AIP Amendment oleh unit PIA di bandar
udara untukdiajukan ke Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
26
Prosedur adalah spesifikasi untuk melakukan tindakan yang telah
ditentukan, mereka menentukan langkah-langkah tindakan untuk
membantu personel operasional dalam mencapai tugas mereka dengan
cara yang logis, efisien dan, yang paling penting, tahan kesalahan.
Prosedur tidak diproduksi dalam ruang hampa dan juga tidak melekat
pada peralatan, mereka didasarkan pada konsep operasi yang luas. Ada
hubungan antara prosedur Filosofi Ana, yang oleh Wiener dan Degani
disebut "Empat P operasi": Filosofi, Kebijakan, Prosedur dan Praktik
(ICAO, 1993).
27
yang terkandung dalam dokumen lain yang mudah diakses hanya
boleh dirujuk tetapi tidak diulang untuk menghindari perlunya
amandemen instruksi operasi setiap kali instruksi yang dikutip
diubah.
5) Perubahan terhadap instruksi pengoperasian unit hendaklah
dicatat dalam dokumen dan disampaikan kepada semua pengawas
terkait dengan cara yang paling tepat. Selain itu, sebagai bagian
dari kondisi pengambilan alih posisi operasi tertentu, pengontrol
harus diminta untuk menunjukkan, dengan cara yang tepat, bahwa
amandemen telah dicatat (ICAO, 1984).
28
menggunakan uji t. Sedangkan pembahasannya sama-sama membahas
tentang Perlunya ATS route.
29
Perbedaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah
penelitian terdahulu membahas tentang perbandingan efisiensi dan
tinjauan keselamatan atas penggunaan direct route JOG dan CA
dibandingkan jika menggunakan ATS route JOG - W17 dan W17S dan
penelitian terdahulu menggunakan metode deskriptif komparatif dan
analisis datanya menggunakan metode kuantitatif dengan analisis
deskriptif.
30
2. Mempercepat dan menjaga kelancaran arus lalu lintas penerbangan.
8. Air traffic control unit adalah sebuah istilah umum yang memiliki arti
luas, diantaranya Area Control Center (ACC), Approach Control Unit
(APP) dan Aerodrome Control Tower (ADC)
9. Air traffic service (ATS)adalah sebuah istilah umum yang berarti
pelayanan lalu lintas penerbangan yang terdiri dari flight information
service, alerting service, air traffic advisory service, air traffic control
service (ACC, APP, dan ADC).
10. Air traffic services unit adalah sebuah istilah umum yang berarti unit
penyelenggara pelayanan lalu lintas penerbangan yang terdiri dari unit
pemanduan lalu lintas penerbangan (ATC unit), flight information centre
atau air traffic services reporting office.
11. Altitude adalah jarak vertikal dari ketinggian sebuah objek diukur dari
permukaan laut.
12. Approach control serviceadalah pelayanan pemanduan lalu lintas
penerbangan untuk kedatangan atau keberangkatan pada penerbangan
yang dikendalikan.
13. Area control centre (ACC) adalah unit yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan pemanduan lalu lintas penerbangan untuk penerbangan yang
berada di dalam kontrol area yang menjadi tanggungjawabnya.
14. ATS route.adalah sebuah rute khusus yang dirancang untuk memfasilitasi
arus lalu lintas penerbangan sebagaimana yang diperlukan dalam
pemberian pelayanan pemanduan lalu lintas penerbangan.
15. Clearance limitadalah poin di mana pesawat mendapat jaminan dari ATC
clearance.
16. Control area adalah sebuah ruang udara yang dikendalikan sampai pada
ketinggian tertentu dari permukaan tanah.
17. Controlled flight adalah setiap subjek daripada air traffic control
clearance.
18. Control zoneadalah ruang udara yang dikendalikan sampai pada
ketinggian tertentu dari permukaan.
31
19. Cruising adalah kondisi di mana pesawat terbang pada ketinggian yang
diinginkannya dan akan tetap pada ketinggian itu sampai dengan pesawat
tersebut siap untuk descend dan melakukan approach.
20. Flight information service adalah sebuah pelayanan yang disediakan
dengan tujuan untuk memberikan saran dan informasi yang berguna bagi
keselamatan dan efisiensi penerbangan.
21. Flight leveladalah permukaan tekanan atmosfir konstan yang berhubungan
dengan datum tekanan spesifik, 1 013,2 hecto-pascal (hPa), dan
dipisahkan dari permukaan lainnya dengan interval tekanan tertentu.
22. Hearbackadalah proses mendengarkan kembali ketika informasi maupun
instruksi yang disampaikan dibaca ulang untuk memastikan bahwa
informasi maupun instruksi yang disampaikan telah diterima dengan baik.
23. Human performanceadalah kemampuan dan batasan yang dimiliki
manusia yang berdampak pada keselamatan dan efisiensi operasi
penerbangan.
24. Level adalah sebuah istilah umum yang berhubungan dengan posisi
vertikal sebuah pesawat dan memiliki arti yang luas yaitu ketinggian,
altitude, maupun flight level.
25. Non-radar separationadalah separasi yang digunakan ketika posisi
daripada pesawat diperoleh dari sumber informasi lain selain radar.
26. Procedural separation adalah separasi yang digunakan saat memberikan
kontrol prosedural.
27. Radar Controladalah sebuah istilah yang digunakan untuk menunjukkan
bahwa informasi yang diperoleh dari radar adalah yang digunakan dalam
pemberian pelayanan lalu lintas penerbangan.
28. Radar separationadalah separasi yang digunakan ketika posisi dari
pesawat diketahui melalui radar.
29. Readbackadalah pembacaan ulang informasi atau instruksi kepada
pemberi informasi atau instruksi untuk memastikan bahwa informasi
ataupun instruksi telah diterima dengan baik.
32
30. Significant poin adalah lokasi geografis tertentu yang digunakan dalam
menentukan ATS route atau jalur penerbangan pesawat udara dan untuk
tujuan navigasi dan ATS lainnya.
31. Standard instrument arrival (STAR)adalah rute kedatangan penerbangan
instrumen (IFR) yang menghubungkan signifikan poin, biasanya pada
ATS route, dengan sebuah poin dimana prosedur untuk approach dapat
dimulai.
32. Standard instrument departure (SID)adalah rute keberangkatan
penerbangan instrumen (IFR) yang menghubungkan aerodrome atau
landasan pacu yang ditentukan dari bandar udara dengan signifikan poin
yang ditentukan, biasanya pada ATS route yang ditunjuk, di mana fase
perjalanan penerbangan dimulai.
33. Terminal control area (TMA)adalah area kontrol yang terbentuk pada
pertemuan ATS route di sekitar satu atau lebih aerodrome utama.
34. Traffic informationadalah Informasi yang dikeluarkan oleh unit
pelayanan lalu lintas penerbangan untuk mengingatkan pilot terhadap
penerbangan lain yang diketahui atau teramati yang mungkin berada di
dekat posisi atau rute penerbangan yang direncanakan dan untuk
membantu pilot menghindari tabrakan.
35. Transfer of control poin adalah titik yang ditentukan terletak di sepanjang
jalur penerbangan pesawat udara, di mana tanggung jawab untuk
menyediakan layanan pengendalian lalu lintas udara ke pesawat akan
dipindahkan dari satu unit kontrol atau posisi kontrol ke posisi selanjutnya.
36. Transferring unit/controller adalah unit pengendali lalu lintas udara
dalam proses pengalihan tanggung jawab untuk menyediakan layanan
pengendali lalu lintas penerbangan ke pesawat terbang ke unit pengendali
lalu lintas penerbangan di sepanjang rute penerbangan (ICAO, 1985).
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
34
data dan interpretasi atas objek kajian. Secara historis, implementasi penelitian
kualitatif bermula dari pengamatan (Upe dan Dasmid, 2010).
Sementara itu, Denzin dan Lincoln (1990: 40) menjelaskan, “The word
qualitative implies and emphasis on processes and meanings that are non
rigorously examined or measured.” Jadi, secara tersirat, kata kualitatif ditekankan
pada makna dan proses, bukan pada pengukuran dan pengujian secara kaku (rigid)
sebagaimana yang terjadi pada metode kuantitatif (Upe dan Dasmid, 2010).
Pengertian metode deskriptif, metode deskriptif adalah suatu metode dalam
meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Moh. Nazir, 1988).
35
Mulai
Perancangan Penelitian
Observasi Lapangan
Perumusan Masalah
Selesai
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah istilah yang seringkali
dipergunakan dalam studi eksperimental, dimana orang-orang yang
terlibat merupakan ‘pion‘ dalam topik penelitian tertentu sehingga
36
subjek ini menjadi sasaran atas upaya untuk mengumpulan data.
(Hayati,2021)
Subjek penelitian ini adalah personil ATC perum LPPNPI
cabang PangkalanBun yang merupakan informan utama.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sifat dari adanya realitas yang bisa
berupa benda atau orang sehingga dalam koredornya sendiri
menjadi pusat perhatian dan sasaran untuk rancangan penelitian.
Oleh karena itulah pembahasaan ini merujuk pada orang-orang
yang terlibat dalam survei, untuk menjawab pertanyaan tidak lebih
dari yang diajukan. (Hayati,2021)
Objek penelitian adalah pengaruh tehadap tidak adanya
ATS route antara PKN VOR dan poin SUMDI terhadap personil
ATC di perum LPPNPI cabang Pangkalan Bun dan pengaruh
terhadap arus lalu lintas penerbangan di Pangkalan Bun Control
Zone (CTR) dan Terminal Control Area (TMA)
c. Narasumber
Narasumber ialah peranan dari seorang narasumber atau
seorang informan dalam mengambil data yang akan digali dari
orang-orang tertentu yang memiliki nilai dalam menguasai
persoalan yang ingin diteliti dan mempunyai keahlian dalam
berwawasan cukup (Sutopo, 2012).
Narasumber penelitian ini adalah 2 pewakilan personil
ATC di unit combine ADC dan APP di AirNav Cabang Pangkalan
Bun yaitu senior Stefanus Deni selaku ojt instructor yang telah
menjadi ATC selama 11 tahun dan senior Royhan selaku
penanggung jawab atas Standart Operasional Prosedur (SOP) di
peum LPPNPI cabang Pangkalan Bun yang memiliki wawasan luas
mengenai permasalahan yang terjadi terkait Route Direct antara
37
PKN VOR dan poin SUMDI, sehingga memperkuat data penulis.
Alasan peneliti memilih narasumber ini karena selain memiliki
posisi penting di AirNav cabang Pangkalan Bun narasumber ini
sudah menjadi ATC selama 10 tahun lebih seta memiliki wawasan
luas mengenai permasalahan yang terjadi terkait Route Direct
antara PKN VOR dan poin SUMDI dan mengalami langsung
kejadian sehingga memperkuat data penulis.
3.3.1. Observasi
Observasi adalah pengamatan atau peninjauan secara cermat. Tujuan
dari observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-
aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan
makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlihat dalam kejadian
yang diamati tersebut. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun
nonpartisipatif. Dalam observasi partisipatif pengamat terlibat dalam
kegiatan yang sedang berlangsung, sedangkan dalam observasi
nonpartisipatif pengamat tidak terlibat dalam kegiatan melainkan hanya
berperan mengamati jalannya kegiatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2020).
Observasi partisipatif telah dilakukan penulis ketika melaksanakan on
the job training pada tanggal 8 desember-16 maret 2021 pada unit combine
38
unit ADC dan APP di Perum LPPNPI KCP Pangkalan Bun. Observasi
nonpartisipatif diharapkan dapat dilakasanakan penulis untuk dapat
menambah referensi data serta informasi mengenai kondisi terkini dari
Perum LPPNPI KCP Pangkalan Bun sampai pada bulan ...... 2021.
39
8. International Civil Aviation Organization Doc. 9859 Safety
Management Manual 1st Edition Chapter 17 Point 17.1.2
9. International Civil Aviation Organization Doc. 9689 Airspace
Planning Methodology for the Determination of Separation
Minima 1st Edition Chapter 1 Poin 1.16
10. International Civil Aviation Organization Doc. 4444 Air Traffic
Management 16th Edition Chapter 2 Point 2.6.1.1
11. International Civil Aviation Organization Annex 11 Air Traffic
Services 13th Edition Appendix 1 “Designators for ATS routes and
navigation specifications”
12. International Civil Aviation Organization Doc. 9426 ATS Planning
Manual 1st Edition Part 1 Chapter 4 “ATS Route”
13. International Civil Aviation Organization Circular 247-AN/148
Human Factors Digest No. 10 Chapter 3 Point 3.11 “Standard
Operating Procedures”
14. Kresna,2019. Pengertian Air Traffic Service (ATS)
14. Standard Operating Procedure (SOP) Perum LPPNPI KCP
Pangkalan Bun Tahun 2016 Bab 1 Poin 4.1.1.3
15. AC 175-01 mengenai Penyelenggaraan Informasi Aeronautika Bab
II “Pengajuan Publikasi Informasi Aeronautika” Poin 212
3.3.3. Wawancara
Pengertian wawancara di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
proses tanya jawab dengan seseorang atau narasumber dalam hal ini subjek
penelitian yang perlu di minta keterangan atau pendapatnya mengenai suatu
hal yang perlu untuk diketahui. Dalam hal ini pewawancara menggunakan
percakapan yang bisa membuat orang yang diwawancarai bersedia terbuka
mengeluarkan pendapatnya. Teknik wawancara adalah suatu kepandaian atau
kecakapan seseorang dalam melakukan tanya jawab guna memperoleh suatu
keterangan, informasi dan sejenisnya yang dibutuhkan dengan tujuan
40
mendapatkan suatu data. Wawancara berdasarkan cara pelaksanaannya dibagi
menjadi dua, yaitu :
a. Wawancara berstruktur adalah wawancara secara terencana dan
berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
b. Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang tidak berpedoman
pada daftar pertanyaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2020).
Penulis menggunakan jenis wawancara berstruktur yaitu
wawancara yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah siap membawa
daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Wawancara ini
dilakukan oleh penulis kepada 2 pewakilan personil ATC di unit combine
ADC dan APP di AirNav Cabang Pangkalan Bun yaitu senior stefanus deni
selaku ojt instructor dan senior Royhan selaku penanggung jawab atas
Standart Operasional Prosedur (SOP). yang memiliki wawasan luas
mengenai permasalahan yang terjadi terkait Route Direct antara PKN VOR
dan poin SUMDI, sehingga memperkuat data penulis. Alasan peneliti
memilih narasumber ini karena selain memiliki posisi penting di AirNav
cabang Pangkalan Bun narasumber ini memiliki wawasan luas mengenai
permasalahan yang terjadi terkait Route Direct antara PKN VOR dan poin
SUMDI dan mengalami langsung kejadian sehingga memperkuat data
penulis.
41
Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen)
tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang
lain. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang berusaha menjawab
pertanyaan. (Sugiyono, 2006)
Dengan penggunaan metode analisa data menggunakan pendekatan
kualitatif penulis berusaha untuk menggambarkan kondisi masalah yang
diangkat mengenai perlunya ATS route antara PKN VOR dan poin SUMDI
dalam rangka optimalisasi pemberian pelayanan lalu lintas penerbangan di
Pangkalan Bun CTR dan TMA.
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perum LPPNPI KCP Pangkalan Bun adalah salah satu unit pelaksana
teknis penyedia pelayanan navigasi udara yang berada di Kalimantan Tengah,
tepatnya di Kabupaten Kotawaringin Barat. Perum LPPNPI KCP Pangkalan
Bun bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan lalu lintas udara
dengan melaksanakan kegiatan pengendalian dan pengawasan keselamatan
penerbangan di wilayah udara Bandar Udara Iskandar Aerodrome Traffic
Zone (ATZ), Pangkalan Bun Control Zone (CTR), dan Pangkalan Bun
Terminal Control Area (TMA).
Sebagai salah satu penyedia pelayanan navigasi penerbangan Perum
LPPNPI KCP Pangkalan Bun didukung oleh kemampuan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang kompeten dan sarana serta prasarana yang dapat
menunjang kegiatan operasional. Akan tetapi selain keberadaan SDM dan
sarana prasarana pendukung juga diperlukan peraturan dan prosedur yang
dapat membantu memudahkan pemberian pelayanan navigasi penerbangan.
Tidak adanya ATS route dari PKN menuju poin SUMDI dapat
menambah beban bagi ATC dan mengurangi efisiensi pemberian pelayanan
pemanduan lalu lintas penerbangan dikarenakan Banyaknya jumlah
penerbangan terjadwal dari dan menuju poin SUMDI dengan rute direct.
Dalam satu hari setidaknya terdapat 8 penerbangan terjadwal Perum
LPPNPI KCP Pangkalan Bun Bandar Udara Iskandar dari dan ke ANY VOR
Bandar Udara Ahmad Yani Semarang yang melalui poin SUMDI. Jumlah
tersebut dapat bertambah menjadi 10 penerbangan terjadwal pada hari Rabu,
Jumat, dan Minggu. Jumlah tersebut belum termasuk penerbangan dari
Bandar Udara Haji Hasan yang memiliki penerbangan terjadwal dari dan ke
Semarang yang juga melalui poin SUMDI yang berada di bawah tanggung
jawab Pangkalan Bun Control Zone (CTR) Dan Pangkalan Bun Terminal
Control Area (TMA).
43
4. 1. 1 Pentingnya ATS route antara PKN VOR dan poin SUMDI di
Pangkalan Bun Control Zone (CTR) dan Terminal Control Area
(TMA)
44
4. mencegah tabrakan antar pesawat; memberikan nasihat tentang perilaku
penerbangan yang aman dan efisien;
ATS route adalah rute yang ditunjuk untuk menyalurkan arus lalu lintas
yang diperlukan untuk penyediaan layanan lalu lintas udara. Ini termasuk
rute jet, rute navigasi area (RNAV), dan rute kedatangan dan
keberangkatan. Rute dapat ditentukan dengan penunjuk; jalur ke dan dari
titik-titik penting, jarak antara titik-titik penting; persyaratan
pelaporan; dan ketinggian aman terendah .(Kresna, 2019).
45
sendiri, salah satunya adalah jalur penerbangan terjadwal menuju ANY
VOR Bandar Udara Ahmad Yani Semarang yang menggunakan rute direct
via poin SUMDI, padahal jumlah penerbangan terjadwal dari dan menuju
ANY VOR Bandar Udara Ahmad Yani Semarang yang melalui poin
SUMDI merupakan jalur udara terpadat dengan 10 penerbangan terjadwal
dari total 30 penerbangan terjadwal yang ada di Perum LPPNPI KCP
Pangkalan Bun Bandar Udara Iskandar.
4. 1. 2 Peranan ATS route antara PKN VOR dan poin SUMDI untuk
membantu memudahkan ATC dalam pemberian separasi
46
membuat jalur penerbangan direct dari dan menuju Bandar Udara Ahmad
Yani Semarang yang melalui poin SUMDI sering konflik.Selain itu,
pemberian instruksi direct dari PKN VOR menuju poin SUMDI maupun
sebaliknya memotong ATS route W15 yang memiliki traffic yang cukup
ramai Pada peak hour, traffic yang terbang direct antara PKN VOR dan
poin SUMDI sehingga dapat mengalami konflik dengan traffic yang
melakukan departure dan traffic Arrival. Hal tersebut menyulitkan petugas
ATC dalam memberikan pelayanan pemanduan lalu lintas penerbangan
dikarenakan tidak terdapat acuan jalur dan radial yang pasti untuk dapat
memberikan separasi sehingga dibutuhkan banyak komunikasi untuk
mengetahui posisi dari masing-masing pesawat.
Berdasarkan hasil wawancara secara langsung dengan senior deni
selaku OJT instructor pada saat melakukan On The Job Training
mengatakan bahwa jika adanya ATS route antara PKN VOR dan poin
SUMDI ATC dapat mengetahui posisi pesawat dengan jelas dan pasti
tanpa harus bertanya tanya kepada pilot saat sedang ramai sehingga tidak
terjadinya load of communication dan ATC dapat memberikan separasi
dengan cepat dan pesawat dapat lebih bisa dipantau sehingga arus lalu
lintas penerbangan menjadi lebih optimal.
47
Berdasarkan hasil wawancara dengan senior Stefanus Deni yang
mengatakan bahwa Tidak adanya ATS route yang menghubungkan PKN
VOR dan poin SUMDI dapat mempengaruhi optimalisasi pemberian
pelayanan lalu lintas penerbangan di Pangkalan Bun Control Zone (CTR)
dan Terminal Control Area (TMA) dikarenakan tidak terdapat acuan jalur
dan radial yang pasti dan kurang effisien untuk dapat memberikan separasi
sehingga dibutuhkan banyak komunikasi untuk dapat memastikan posisi
dari pesawat.
Berdasarkan hasil observasi Pada saat melaksanakan On the Job
Training selama 5 bulan di Bandar Udara Pangkalan Bun. penulis
mendapatkan beberapa contoh kasus yang terjadi. Selain banyaknya
jumlah penerbangan terjadwal yang melalui poin SUMDI, waktu
penerbangan yang berdekatan antar penerbangan tersebut juga membuat
jalur penerbangan direct dari dan menuju ANY VOR Bandar Udara
Ahmad Yani Semarang yang melalui poin SUMDI sering mengalami
konflik. penulis mendapatkan beberapa contoh kasus Penerbangan rute
direct yang berpotensi konflik,seperti:
48
4.2.1 Mengidentifikasi ATS route antara PKN VOR dan poin SUMDI
Pangkalan Bun Control Zone (CTR) dan Terminal Control Area
(TMA) terhadap keselamatan penerbangan
49
menjadi 10 penerbangan terjadwal pada hari Rabu, Jumat, dan Minggu.
Jumlah tersebut belum termasuk penerbangan dari Bandar Udara Haji
Hasan yang memiliki penerbangan terjadwal dari dan ke Semarang yang
juga melalui poin SUMDI yang berada di bawah tanggung jawab
Pangkalan Bun Control Zone (CTR) Dan Pangkalan Bun Terminal Control
Area (TMA). Berikut adalah penerbangan terjadwal Perum LPPNPI KCP
Pangkalan Bun Bandar Udara Iskandar dari dan ke ANY VOR Bandar
Udara Ahmad Yani Semarang yang melalui poin SUMDI
WAH
KLS602 WAGI Setiap hari
S
WAH
TGN701 WAGI Setiap hari
S
WAH
WON1807 WAGI Setiap hari
S
WAH
NIH195 WAGI Setiap hari
S
WAH
GIA7526 WAGI Setiap Rabu, Jumat, dan Minggu
S
KLS603 WAHS WAGI Setiap hari
TGN702 WAHS WAGI Setiap hari
WON1806 WAHS WAGI Setiap hari
NIH196 WAHS WAGI Setiap hari
GIA7527 WAHS WAGI Setiap Rabu, Jumat, dan Minggu
Keterangan:
50
WAHS : merupakan location indicator Bandar Udara Ahmad Yani
Selain banyaknya jumlah penerbangan terjadwal yang melalui poin
SUMDI, waktu penerbangan yang berdekatan antar penerbangan tersebut
juga membuat jalur penerbangan direct dari dan menuju ANY VOR Bandar
Udara Ahmad Yani Semarang yang melalui poin SUMDI sering mengalami
konflik.
4.2.2 Cara mengurangi beban kerja ATC terkait rute direct antara PKN
VOR dan poin SUMDI
51
mendahului garuda. Akan tetapi selain ketiga pesawat yang berangkat
terdapat satu pesawat kedatangan NIH 196 dari Semarang yang apabila
sesuai dengan jadwal kedatangan maka akan mendarat di antara
pesawat yang berangkat, namun apabila mengalami keterlambatan
maka pada saat pesawat departure berangkat, NIH196 akan berada pada
posisi descend menuju PKN-VOR dari poin SUMDI sehingga dalam
proses pemberian clearnce untuk climb dan descend harus
memperhatikan secara sungguh-sungguh posisi dari pesawat agar
benar-benar terpisah secara vertikal maupun lateral.
52
untuk dapat memberikan separasi sehingga dibutuhkan banyak
komunikasi untuk memastikan posisi dari masing-masing pesawat.
4.2.3 Cara mengatasi masalah terkait rute direct antara PKN VOR dan
poin SUMDI di Pangkalan Bun Area Control Zone (CTR) dan
Terminal Control Area (TMA)
53
adalah Dengan adanya ATS route penyelesaian traffic yang mengalami
konflik pada jalur penerbangan direct antara PKN VOR dan poin SUMDI
bisa dilakukan dengan lebih efisien dengan asumsi posisi radial dari salah
satu pesawat yang konflik telah diketahui secara pasti sehingga untuk dapat
memberikan separasi dengan pesawat lainnya bisa dilakukan dengan lebih
mudah. Pada airspace yang diharapkan penulis terdapat ATS rute yang
menghubungkan PKN VOR dengan poin SUMDI. ATS rute tersebut berada
pada radial 194o PKN VOR dengan poin SUMDI terletak pada 117 NM dari
PKN VOR.
Berikut adalah rancangan hasil rancangan penulis.
54
terhadap lalu lintas penerbangan di Bandar Udara Iskandar, Pangkalan
Bun.
Berdasarkan studi pustaka ICAO Doc. 9426-AN/924ATS Planning
Manual yang menyebutkan bahwa jumlah lalu lintas udara yang banyak
pada umumnya hanya dapat diatur jika telah memiliki pola yang telah
ditentukan yang dirancang bukan hanya untuk memperkirakan
kemungkinan terjadinya konflik dari awal, tetapi juga untuk menyediakan
penyelesaian terhadap konflik yang ada. Pada saat yang bersamaan, pola
yang telah ditentukan juga harus memiliki rute langsung yang paling
efisien untuk sebagian besar lalu lintas penerbangan, asalkan hal tersebut
tidak bertentangan dengan kebutuhan dari segi ekonomis dan efisiensi dari
operasi penerbanga.
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kualitatif dengan teknik observasi dan
wawancara yang dilaksanakan di PERUM LPPNPI cabang Pangkalan Bun
tentang Perlunya ATS route antara PKN VOR dan poin SUMDI dalam
rangka optimalisasi pelayanan lalu lintas penerbangan di Pangkalan Bun
Control Zone Area (CTR) dan Terminal Control Area (TMA) dapat diambil
beberapa kesimpulan. Kesimpulan tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1) Penulis mengambil kesimpulan bahwa ATS route yang menghubungkan
PKN dengan poin SUMDI diperlukan demi kelancaran dan efisiensi
dalam pemberian pelayanan lalu lintas udara di Pangkalan Bun CTR dan
TMA.
2) Jika adanya ATS route antara PKN VOR dan poin SUMDI dapat
membantu ATC dalam memberikan separasi karena adanya ATS route
antara PKN VOR dan poin sumdi ATC dapat mengetahui keberadaan
pesawat dengan jelas.
3) Tidak adanya ATS route menuju poin SUMDI menyebabkan pemberian
pelayanan lalu lintas penerbangan pada Pangkalan Bun Control Zone
(CTR) dan Terminal Control Area (TMA) kurang optimal karena
banyaknya penerbangan yang ada sehingga diperlukan komunikasi secara
terus menerus antara pemandu lalu lintas udara dan penerbang untuk
dapat memantau posisi radial dari pesawat. Hal tersebut tentunya dapat
menyulitkan ATC apabila terdapat traffic yang konflik.
1.2 Saran
Untuk mencapai optimalnya pelayanan lalu lintas penerbangan di
Pangkalan Bun CTR dan TMA maka penulis menyarankan agar:
56
1) Mengusulkan dibuatkannya ATS route antara PKN VOR dan poin
SUMDI kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam rangka
optimalisasi pemberian pelayanan lalu lintas penerbangan di Pangkalan
Bun CTZ dan TMA dengan menyertakan pertimbangan-pertimbangan
yang ada serta dokumen yang sesuai. Salah satu pertimbangan
pembuatan jalur baru menurut PM 65 Tahun 2017 adalah:
a) Pada saat pembentukan jalur penerbangan harus disediakan proteksi
ruang udara disepanjang jalur penerbangan tersebut serta jarak aman
dengan jalur penerbangan lainnya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
b) Karena alasan kepadatan, kompleksitas atau sifat pergerakan lalu
lintas penerbangan termasuk pengoperasian helikopter dari dan
menuju helideck dilepas pantai, dapat dibentuk jalur penerbangan
khusus untuk traffic dengan ketinggian rendah.
c) Ketika menetapkan jarak lateral antar jalur penerbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf b maka harus diperhitungkan alat
navigasi yang tersedia dan peralatan navigasi yang terdapatpada
pesawat udara yang beroperasi.
d) Jalur penerbangan diidentifikasikan dengan desikator.
2) Apabila telah disetujui oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
maka ATS route baru antara PKN VOR dan poin SUMDI akan
ditambahkan dalam AIP Indonesia, maka ATS route antara PKN VOR
dan poin SUMDI juga harus disertakan ke dalam SOP (Standard
Operating Procedure) Bandar Udara Iskandar beserta dengan prosedur
operasional yang baru agar keberadaannya dapat membuat pelayanan lalu
lintas penerbangan di Pangkalan Bun CTR dan TMA lebih optimal.
63
DAFTAR PUSTAKA
Mangko P.Ade. Indonesia Air Traffic Services (ATS) Readiness And Strategic
Plans For Taking Over Airspace And Improving The Service.
Tesis. Universitas Gajah Mada.
Hayati.R. 2021. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian. Jakarta
H.B Sutopo. Pengumpulan dan Pengolahan Data dalam Penelitian Kualitatif
dalam (Metodologi Penelitian Kualitatif: Tinjauan Teoritis dan Praktis.
Malang: Lembaga Peelitian Universitas Islam Malang
A.Royhan, 2020. Standart Operating Procedure. PangkalanBun
Hadi,Susanto. 2013. metode Example Non Example. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group
J.Supranto.1997. Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:
Alfabeta.
Suharsimi, A. (2006). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Supranto, J. (2003). Metode Penelitian Hukum dan Statistik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Kurniawan, Safrudin.2018. Analisis Efisiensi dan Keselamatan Penggunaan Rute
Direct. Yogyakarta
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008). Kamus Besar Bahasa
Indonesia.
Upe,Dasmid. 2010. Asas-asas Multiple Researches. Yogyakarta: Tiara Wacana.
ICAO. 2019. Doc 9426-AN/924 ATS Planning Manual Bagian IV Bagian 1 Butir
1.9 “Petunjuk Pengoperasian Unit”
ICAO. 1984. Doc 9426-AN/924 Air Traffic Services Planning Manual 1st
(Provisional) Edition. Montreal.
58
ICAO. 1993.Circular 247-AN/148 Human Factors Digest No. 10 Human Factors,
Management, and Organization. Montreal.
ICAO. 1998.Doc 9689-AN/953 Manual on Airspace Planning Methodology for
the Determination of Separation Minima 1st Edition. Montreal.
ICAO. 2001.Annex 11 Air Traffic Services 13th Edition.
ICAO. 2006.Doc 9859-AN/460 Safety Management Manual 1st Edition. Montreal.
ICAO. 2016.Doc 4444 Procedures for Air Navigation Service Air Traffic
Management 16th Edition. Montreal.
ICAO. 2017. Doc 9806 Human Factor
ICAO. 2019. Circular 247-AN/148 Human Factors Digest No. 10 Bab 3 Butir
3.11 " Prosedur Operasi Standar”
Fitira I. Dian, 2017. Perlunya ATS route antara PKN VOR, Surabaya dan poin
SUMDI. Politeknik Penerbangan Surabaya
Kresna,2019. Pengertian Air Traffic Service (ATS)
Komang I. Gede , 2020. Kajian Penambahan ATS Route di Tarakan APP.
Politeknik Penerbangan Surabaya
Nazir.Moh, 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Lexy J.Meleong, 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nazir.Moh, 1998. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Perum LPPNPI KCP Pangkalan Bun. 2016. Standard Operating Procedures
(SOP).
65
RIWAYAT HIDUP
66
LAMPIRAN
TRANSKRIP WAWANCARA
67
untuk bermanuver pada saat menuju poin tertentu, sehingga
tidak ada jalur radial yang pasti pesawat itu akan menetap ?
Stefanus deni : iya saya sangat setuju dengan hal ini, sehingga hal inidapat
diartikan sebagai keleluasaan pesawat untuk bermanuver
pada saat menuju poin tertentu, sehingga tidak ada jalur
radial yang pasti pesawat itu akan menetap.
67
PKN VOR dan poin SUMDI dapat mempengaruhi
optimalisasi pemberian pelayanan lalu lintas penerbangan di
Pangkalan Bun Control Zone (CTR) dan Terminal Control
Area (TMA) dikarenakan tidak terdapat acuan jalur dan
radial yang pasti untuk dapat memberikan separasi sehingga
dibutuhkan banyak komunikasi untuk dapat memastikan
posisi dari pesawat.?
Stefanus deni : iya saya sangat setuju dengan hal ini
Peneliti : ApakahATS route antara PKN dan Poin SUMDI
diperlukan untuk memudahkan petugas ATC dalam
memberikan Approach Procedural Service terhadap lalu
lintas penerbangan di Bandar Udara Iskandar, Pangkalan
Bun.?
Stefanus deni : iya,saya mendukung akan hal ini, jika adanya ATS route
antara PKN VOR dan Poin Sumdi itu akan memudahkan
saya dan teman – teman lainnya dalam hal pemberian
Approach Procedural Service terhadap lalu lintas
penerbangan di Bandar Udara Iskandar, Pangkalan Bun
67
Ahmad Yani Semarang akan menerima ATC clearance untuk
direct poin SUMDI ?
Royhan :sangat benar
Peneliti : Apakah semua penerbangan dari Bandar Udara Ahmad Yani
menuju Bandar Udara Iskandar yang memasuki airspace
Pangkalan Bun TMA dari poin SUMDI akan menerima
clearance untuk direct PKN VOR ?
Royhan :iya benar sekali
Peneliti : Apakah Direct dapat diartikan sebagai keleluasaan pesawat
untuk bermanuver pada saat menuju poin tertentu, sehingga
tidak ada jalur radial yang pasti pesawat itu akan menetap ?
Royhan :iya benar, pesawat jadi bebas untuk bermanuver menuju poin
tertentu jika diberikan instruksi direct.
Peneliti : Apakahgaris direct antara PKN VOR dan poin SUMDI
memotong ATS route W15 ?
Royhan :sangat benar
Peneliti : Pada ruang udara Bandar Udara Iskandar Pangkalan Bun,
Apakah penerbangan dari dan menuju Bandar Udara Ahmad
Yani Semarang sering konflik karena jadwal penerbangan
yang waktu dan estimasinya berdekatan ?
Royhan :benar sekali, hal ini atau konflik hampir setiap hari terjadi ketika ada
pesawat dari dan menuju ke Bandar Udara Ahmad Yani Semarang
yang melalui Poin SUMDI
Peneliti : Antara penerbangan dari dan menuju Bandar Udara Ahmad
Yani Semarang yang menerima instruksi untuk direct poin
SUMDI sering terjadi konflik dengan penerbangan yang
terdapat pada ATS route W15 pada saat peak hour.
Royhan :untuk masalah ini hanya beberapa kali saja terjadi pada saat
waktunya, tapi menurut saya tetap saja itu adalah sebuah masalah
yang menggangu lalu lintas penerbangan khususnya di route W15.
Peneliti : ApakahATS route adalah sebuah rute khusus yang
67
dirancang untuk memfasilitasi arus lalu lintas penerbangan
sebagaimana yang diperlukan dalam pemberian pelayanan
pemanduan lalu lintas penerbangan.
Royhan :iya benar sekali
Peneliti : ApakahTidak adanya ATS route yang menghubungkan
PKN VOR dan poin SUMDI dapat mempengaruhi
optimalisasi pemberian pelayanan lalu lintas penerbangan di
Pangkalan Bun Control Zone (CTR) dan Terminal Control
Area (TMA) dikarenakan tidak terdapat acuan jalur dan
radial yang pasti untuk dapat memberikan separasi sehingga
dibutuhkan banyak komunikasi untuk dapat memastikan
posisi dari pesawat.
Royhan :menurut saya itu mempengaruhi, karena sering terjadi konflik.
Peneliti :ApakahATS route antara PKN dan Poin SUMDI
diperlukan untuk memudahkan petugas ATC dalam
memberikan Approach Procedural Service terhadap lalu
lintas penerbangan di Bandar Udara Iskandar, Pangkalan Bun.
Royhan :jika ATS route yang menghubungkan antara PKN VOR dan
poin SUMDI itu di buat itu akan sangat membantu dan
memudahkan kita untuk memberikan separasi tanpa bertanya
tanya lagi
67
67