Anda di halaman 1dari 166

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI BBM UNTUK MENENTUKAN

JALUR YANG OPTIMAL DAN BIAYA YANG OPTIMUM


DENGAN METODE STRUCTURAL EQUATION MODELING
DI PT. BURUNG LAUT

TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

DORKAS TARULI MANURUNG


NIM : 060423016

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI


DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
F A K U L T A S

T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MEDAN
2009
No. Dok.: FM-TS-01-06C;

Tgl. Efektif : 1 Februari 2007;

Rev : 0;

Halaman : 1 dari 1

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Baik atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
ini. Tugas Akhir merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh
mahasiswa Teknik Industri untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.
Penulis melaksanakan Tugas Akhir di PT. Burung Laut yang bergerak di bidang
jasa transportasi air, yaitu jasa pengangkutan BBM untuk memenuhi kebutuhan
distribusi PT.Pertamina, Ambon. Tugas Akhir ini berjudul Penentuan Rute Distribusi
BBM untuk menentukan jalur yang optimal dan biaya yang optimum dengan metode
Structural Equation Modeling di PT. Burung Laut, karena dalam hal ini penulis
menganggap ini sebagai sudut pandang keilmuan Teknik Industri dalam menyelesaikan
permasalahan transportasi oleh perusahaan transportir PT. Burung Laut, Medan.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun
administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas
Sumatera Utara.
2. Kepada Dosen Pembimbing I Bapak Ir.Nazaruddin, MT, yang telah meluangkan
waktu dan memberikan bimbingan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis
tentang keilmuan Teknik Industri dan tentang penelitian yang penulis lakukan.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

3. Kepada Dosen Pembimbing II Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, yang juga telah
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan ilmu yang sangat bermanfaat bagi
penulis tentang keilmuan Teknik Industri dan tentang penelitian yang penulis
lakukan.
4. Kepada seluruh staf dan karyawan jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara, B.Bowo, K.Dina, B.Tumijo, B.Ani, B.Nurman yang
telah membantu penulis dalam pengurusan kegiatan akademis yang diperlukan
dalam penyusunan Tugas Sarjana ini.
5. Bapak Suriadin Noernikmat, S.T. selaku Direktur Utama PT. Burung Laut yang
telah bersedia mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian ulang di Perusahaan
yang Bapak pimpin.
6. Kedua orang tua penulis (R. Manurung dan B. br. Siallagan) dan saudara-saudara
penulis yang telah mendukung penulis dalam doa, dana dan semangat. Semoga
harapan dan cita-cita kita semua terwujud dengan doa, kerja keras dan kerjasama.
7. Teman-teman di Teknik Industri yang memberi semangat, Inspirasi, dan penguatan,
terkhusus untuk Aini, K.martha, Aulia, B.Hendrik, Raja, Rizki, Charles, B.Darma ,
Yanti, Desri dan yang lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu,
semoga kita menjadi orang yang sukses dalam mencapai semua impian.
8. Saudara dan teman dekat penulis, terkhusus untuk Retno, Riska, Loren, dan Patar,
Deni, B.sahala, Yeyen, Anwar, Desi, Pukka, Ronal, Indra, Ayu, Unggul, B.Feri,
Vero., untuk kebersamaan, sukacita, kasih dan doa yang menyertai, .

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan,
penulis selalu terbuka untuk saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua
pihak untuk kesempurnaan tulisan ini kedepan.

Medan, November 2009

Penulis.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

ABSTRAK
PT. Burung Laut adalah badan usaha swasta yang bergerak dibidang jasa
transportasi pengangkut minyak. Sistem operasi yang dipakai di perusahaan ini adalah
tramper, dan untuk metode keuangannya adalah uang sewa kapal. Tujuan umum
penelitian ini adalah untuk penentuan faktor-faktor yang menentukan kapasitas operasi
kapal dalam mendistribusikan BBM dan pemanfaatan kapasitas operasi kapal menjadi
optimal. Penentuan rute distribusi melalui pendekatan SEM dan penentuan biaya
optimum, dan penjadwalan rute kapal dengan sistem liner. Setiap tujuan pelayaran
kapal sudah dijadwalkan dan dikonfirmasi ke pihak pelabuhan, sehingga ketika kapal
sampai di tempat tujuan, langsung mendapatkan pelayanan dari pihak pelabuhan. Untuk
metode keuangan diterapkan dengan sistem uang tambang, yaitu ongkos dikenakan
pada muatan diangkut oleh kapal.Untuk nilai pengaruh yang dihasilkan setiap indikator
yang tertinggi adalah variabel waktu untuk bongkar muat yaitu sebesar 0,77, dan
terendah pada variabel waktu manuver yaitu sebesar 0,12. Untuk perbandingan sistem
operasi yang dibandingkan adalah sebesar Rp.64.540.342, yang merupakan selisih
keuntungan yang diperoleh untuk metode time charter dengan freight

Keyword: SEM, liner, biaya sewa berdasarkan time charter, metode uang tambang.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
ABSTRAK .................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvii
BAB I

PENDAHULUAN ........................................................................ I-1


1.1. Latar Belakang Permasalahan ................................................ I-1
1.2. Rumusan Permasalahan ......................................................... I-4
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... I-4
1.3.1. Tujuan Umum .............................................................. I-4
1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................. I-5
1.4. Batasan Masalah dan Asumsi-Asumsi .................................... I-5
1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ........................................ I-6

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ...................................... II-1


2.1. Sejarah Perusahaan ................................................................ II-1
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha................................................ II-3
2.3. Lokasi Perusahaan ................................................................. II-4
2.4. Daerah Operasional................................................................ II-5
2.5. Organisasi dan Manajemen .................................................... II-6
2.5.1. Struktur Organisasi........................................................ II-6

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

DAFTAR ISI (Lanjutan)


Halaman
2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ........................ II-7
2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ............................. II-9
2.5.3.1. Tenaga Kerja .................................................... II-9
2.5.3.2. Jam Kerja ......................................................... II-10
2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnnya.................... II-11
2.5.4.1. Sistem Pengupahan ........................................... II-11
2.5.4.2. Fasilitas Tenaga Kerja ...................................... II-11
BAB III LANDASAN TEORI ................................................................... III-1
3.1. Transportasi ........................................................................... III-1
3.1.1. Pengertian Transportasi ................................................ III-1
3.1.2. Kapal ........................................................................... III-4
3.1.3. Menetapkan Jadwal Pelayaran (Scheduling) ................. III-6
3.1.4. Konsep Biaya ............................................................... III-7
3.1.4. Sistem Operasi Kapal .................................................... III-12
3.2. Structural Equation Modeling (SEM) .................................... III-20
3.2.1. Sejarah SEM dan Pengertian ........................................ III-20
3.2.2. Prinsip-prinsip Dasar ..................................................... III-21
3.2.3. Konsep dan Istilah ........................................................ III-23
3.2.4. Model Analisis Jalur..................................................... III-25
3.2.4.1. Model Regresi Berganda .................................. III-26
3.2.4.2. Model Mediasi ................................................. III-26

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

DAFTAR ISI (Lanjutan)


Halaman
3.2.4.3. Model Kombinasi Regresi dengan Mediasi ....... III-26
3.2.4.4. Model Kompleks ............................................. III-27
3.2.4..5. Model Rekursif dan Non Rekursif .................... III-28
3.3.5. Persamaan Jalur SEM................................................... III-29
2.3.5.1. Persamaan Satu Jalur ....................................... III-29
2.3.5.2. Persamaan Dua Jalur ........................................ III-29
2.3.5.3. Persamaan Tiga Jalur ....................................... III-30
3.3.6. Langkah-Langkah SEM................................................ III-31
3.3.8. Skala Guttman............................................................... III-38
BAB IV

METODOLOGI ......................................................................... IV-1


4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. IV-1
4.2. Lokasi Penelitian ................................................................. IV-1
4.3. Objek Penelitian................................................................... IV-1
4.4. Subjek Penelitian ................................................................. IV-1
4.5. Studi Pendahuluan ............................................................... IV-3
4.6. Studi Pustaka ....................................................................... IV-3
4.7. Identifikasi Variabel Penelitian ............................................ IV-4
4.8. Pengumpulan Data ............................................................... IV-4
4.9. Pengolahan Data .................................................................. IV-6
4.10. Analisa Pemecahan Masalah .............................................. IV-8
4.11. Kesimpulan dan Saran........................................................ IV-9

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

DAFTAR ISI (Lanjutan)


Halaman

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA...................... V-1


5.1. Pengumpulan Data .............................................................. V-1
5.1.1. Data Voyage Kapal Tanker ........................................ V-1
5.1.2. Data Jarak Antar Pelabuhan dan Kapasitas
Pelabuhan .................................................................. V-3
5.1.3. Spesifikasi Kapal Tanker MT. Citra Bintang ............. V-10
5.1.4. Daftar Harga Untuk Pelabuhan .................................. V-10
5.1.5. Hari Kerja Efektif Tahun 2010 .................................. V-11
5.1.6. Laporan Proyeksi Laba Rugi Kapal Tanker
MT. Citra Bintang ..................................................... V-11
5.2. Pengolahan Data ................................................................. V-13
5.2.1. Penentuan Variabel-Variabel yang Berpengaruh
Kepada Operasional Kapal ........................................ V-13
5.2.2. Analisis Dengan SEM ............................................... V-23
5.2.2.1. Pengembangan Model Berbasis Teori ........... V-25
5.2.2.2. Mengkontruksi Diagram Jalur untuk
Menunjukkan Hubungan Kausalitas ............. V-23
5.2.2.3. Konversi Diagram Jalur kedalam
Serangkaian Persamaan Struktural dan
Spesifikasi Model Pengukuran ..................... V-24

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

DAFTAR ISI (Lanjutan)


Halaman

5.2.2.4. Memilih Input Matriks dan


Mendapatkan Model Estimate ...................... V-25
5.2.2.5. Menilai Problem Identifikasi ......................... V-29
5.2.2.6. Mengevaluasi model dengan kriteria
Goodness of Fit............................................ V-39
5.2.2.7. Interpretasi dan Memodifikasi Model............ V-47
5.2.3. Penentuan Jalur/ Rute ............................................... V-49
5.2.4. Metode Operasi ......................................................... V-55
5.2.4.1. Metode Time Charter ................................... V-55
5.2.4.2. Metode Freight .......................................... V-56
5.2.4. Membandingkan Metode Time Charter dengan
Metode Freight ......................................................... V-58
BAB VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH ....................................... VI-1
6.1. Analisa Pemecahan Masalah Penentuan VariabelVariabel yang Berpengaruh Kepada Operasional Kapal ........ VI-1
6.2. Analisis Dengan SEM ............................................................ VI-2
6.3. Penentuan Jalur/Rute ............................................................ VI-7
6.4. Sistem Operasi Kapal............................................................. VI-8
6.5. Membandingkan Metode Time Charter dengan
Metode Freight ....................................................................... V-9

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

DAFTAR ISI (Lanjutan)


Halaman

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... VII-1


7.1. Kesimpulan............................................................................ VII-1
7.2. Saran ..................................................................................... VII-3
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN PENELITIAN
LAMPIRAN BERKAS

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1. Jumlah Tenaga Kerja PT. Burung Laut ............................................ II-9


2.2. Jam Kerja Darat............................................................................... II-10
2.3. Jam Kerja Laut ................................................................................ II-10
3.1. Pembagian Biaya Pada Sistem Time Charter ................................... III-17
3.2. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ............................................. III-39
4.1. Beberapa Bentuk Matrik Dalam Analisa SEM ................................. IV-8
5.1. Data Vovage Kapal Tanker MT. Citra Bintang................................. V-1
5.2. Data Jarak Tempuh dan Banyak Bongkar/Muat BBM Kapal
Tanker MT. Citra Bintang ................................................................ V-4
5.3. Data Jarak Antar Pelabuhan ............................................................. V-7
5.4. Permintaan BBM Setiap Depot Tujuan ............................................ V-10
5.5. Informasi Tarif Kapal Dalam Negeri ............................................... V-11
5.6. Laporan Proyeksi Laba Rugi Kapal Tanker MT. Citra Bintang ........ V-12
5.7. Data Tampilan Untuk Pengolahan AMOS ....................................... V-26
5.8. Assesment of normality................................................................... V-30
5.9. Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance)
(Group number 1) ............................................................................ V-32
5.10. Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance)
(Group number 1) ............................................................................ V-35
5.11. Sample Covariances (Group number 1) ......................................... V-40
5.12. Implied Covariances (Group number 1)) ....................................... V-40

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

DAFTAR TABEL (Lanjutan)


Tabel

Halaman

5.13. Residual Covariances (Group number 1 - Default model) .............. V-41


5.14. Hasil CMIN ................................................................................... V-42
5.15. Hasil GFI....................................................................................... V-43
5.16. Hasil GFI, AGFI............................................................................ V-43
5.17. Hasil Baseline Comparisons .......................................................... V-44
5.18. Parsimony-Adjusted Measures ...................................................... V-45
5.19. Standardized Regression Weights: (Group number 1
Default model)............................................................................. V-45
5.20. Hubungan antar Variabel Model Awal ......................................... V-47
5.21. Hubungan antar Variabel Model Modifikasi ................................ V-48
5.22. Jadwal Keseluruhan ..................................................................... V-54
5.23. Laporan Proyeksi Laba Rugi PerbulanDengan Metode
Time Charter .............................................................................. V-56
5.24. Laporan Proyeksi Laba Rugi Perbulan Dengan Metode Freight ... V-58
5.25. Laporan Perbandingan Metode Time Charter Dengan
Metode Freight ........................................................................... V-59
5.26. Laporan Proyeksi Laba Rugi Perbulan Dengan Metode
Time Charter .............................................................................. V-5
6.1. Parameter Model

........................................ VI-4

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

DAFTAR TABEL (Lanjutan)


Tabel

Halaman

6.2. Jadwal Keseluruhan ........................................................................ VI-7


6.3. Laporan Perbandingan Metode Time Charter Dengan
Metode Freight............................................................................... V-10

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

3.1. Model Analisis Jalur SEM ............................................................... III-23


3.2. Bentuk Model Regresi Berganda ..................................................... III-26
3.3. Bentuk Model Mediasi .................................................................... III-26
3.4. Model Kombinasi Pertama dan Kedua ............................................. III-27
3.5. Bentuk Model Kompleks ................................................................ III-27
3.6. Bentuk Model Rekursif dan non Rekursif ........................................ III-28
3.7. Bentuk Model Persamaan Satu Jalur Dalam SEM ............................ III-29
3.8. Bentuk Model Persamaan Dua Jalur Dalam SEM ............................ III-30
3.9. Bentuk Model Persamaan Tiga Jalur Dalam SEM ........................... III-31
3.10. Flowchart Tahapan Analisa SEM .................................................. III-36
4.1. Block Diagram Prosedur Penelitian ................................................. IV-2
4.2. Block Diagram Pengolahan Data ..................................................... IV-6
5.1. Bentuk Struktur Dasar Sistem Kegiatan Perusahaan
PT. Burung Laut .............................................................................. V-13
5.2. Level-0 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran Kapal Tanker
MT.Citra Bintang ............................................................................. V-15
5.3. Level-1 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran Kapal Tanker
MT.Citra Bintang ............................................................................. V-16
5.4. Level-2 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran Kapal Tanker
MT.Citra Bintang ............................................................................. V-17

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)


Tabel

Halaman

5.5. Level-3 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran Kapal Tanker


MT.Citra Bintang ............................................................................. V-18
5.6. Level-4 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran Kapal Tanker
MT.Citra Bintang ............................................................................. V-18
5.7. Level-5 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran Kapal Tanker
MT.Citra Bintang ............................................................................. V-20
5.8. Variabel Penentu Rute Kapal ........................................................... V-21
5.9. Diagram Jalur Variabel Kapal ......................................................... V-24
5.10. Diagram Jalur Model Awal ........................................................... V-46
5.11. Diagram Jalur Model Modifikasi ................................................... V-47
5.12. Diagram Jalur Model Modifikasi ................................................... V-47
5.13 Peta Rute Berdasarkan Cluster Arah ............................................... V-51

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan


Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak pulau yang terhubung oleh
perairan laut, oleh karena itu sebagai penghubung antara salah satu pulau dengan yang
lain hanya ada dua alternatif untuk sarana transportasi yaitu dengan angkutan laut dan
udara. Angkutan udara membutuhkan biaya yang sangat besar serta jumlah muatan yang
dapat diangkut lebih sedikit dibandingkan dengan angkutan laut. Oleh karena itu potensi
angkutan laut sangat besar mengingat semakin majunya laju pertumbuhan ekonomi dan
industri belakangan ini.
PT. Burung Laut merupakan salah satu perusahaan pelayaran yang memanfaatkan
angkutan laut ini, dengan salah satu armadanya yaitu kapal tanker MT.Citra Bintang,
PT. Burung Laut memberdayakan kapal ini sebagai sarana pengangkut BBM dari
beberapa pulau yang terletak di provinsi Maluku dengan menyewakannya kepada pihak
PT. Pertamina Cabang Ambon dengan kontrak $1400 perhari.
Dalam pengoperasian kapal tanker ini, ketika pengantaran muatan ke masingmasing depot tujuan sering terjadi waktu menunggu di pelabuhan untuk menunggu
dibongkar muat, karena sebelumnya tidak ada penjadwalan pelayaran kapal terlebih
dahulu, sehingga pada pihak pelabuhan tidak menyediakan tempat tersendiri untuk
pelabuhan kapal dan langsung dibongkar muat. Masalah yang lain adalah ketika dalam
perjalanan pulang, kapal yang sudah dicarter ini tidak membawa muatan, kecuali air
ballast untuk menjaga keseimbangan kapal, ini juga menunjukkan indikasi kalau

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

penggunaan ruang muat kapal kurang efektif, karena sebelumnya pihak pertamina sudah
melakukan perjanjian time charter dengan pihak kapal, sehingga pihak kapal tidak dapat
mengelola sendiri muatan lain yang dapat dibawa oleh kapal tanker ketika perjalanan
pulang ke depot asal. Pihak PT. Pertamina sendiri dalam mendistribusikan BBM yaitu
depot asal berasal dari Ambon, sementara depot tujuan ada sebanyak 13 tujuan yaitu
Dobo, Tual, Wayame, Masohi, Merauke, Saumlaki, Fakfak, Kaimana, Sanana, Tobelo,
Namlea, Ternate, Labuha. Kapal ini dioperasikan dengan sistem tramper dimana kapal
ini bergerak tanpa penjadwalan terlebih dahulu yaitu dengan melayani tujuan pelayaran
adalah depot yang membutuhkan BBM yang paling dominan, hal ini juga
mengakibatkan seringnya kekosongan stock BBM di beberapa depot tujuan.
Sebagai contoh pada kasus lain yang berkaitan dengan rute ini adalah masalah pada
perusahaan pelayaran yang lain yaitu diberikan sejumlah permintaan untuk diangkut dan
sejumlah pelabuhan, pengangkut menginginkan untuk merancang rute pelayanan untuk
kapal-kapal seefesien mungkin, dengan menggunakan fasilitas yang tersedia, sehingga
memikirkan keuntungan dari rute pelayanan yang terjadwal tergantung kepada jalur
yang dipilih untuk mengoperasikan kapal. Pada kasus ini dilakukan dengan beberapa
metode yaitu dengan model yang terintegrasi, program integer linier programing
campuran, untuk menyelesaikan masalah penjadwalan pelayaran dan rute kargo secara
bersamaan. Ditujukan kepada konstrain yang relevan dengan model yang berkaitan,
seperti konstrain jadwal pelayaran dengan frekuensi mingguan dan kecenderungan yang
penting, seperti pelayaran kargo antar dua atau lebih rute pelayanan. Untuk
menyelesaikan program integer campuran, ditujukan algoritma yang mengekspoitasi
permasalahan. Untuk lebih spesifik, heuristik gredy, yaitu sebuah algoritma dan phase

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

kedua yaitu dekomposisi bender yang didasarkan pada algoritma yang dikembangkan
dan dihitung keefesiennanya dalam skala kualitas solusi dan perhitungan waktu telah
dirundingkan sebelumnya. Iterasi yang efesien ditujukan untuk membangkitkan
penjadwalan yang baik untuk pelayaran. Perhitungan komputasi dibuat dengan simulasi
bilangan secara random

untuk 20 pelabuhan dan 100 kapal. Hasilnya adalah

mengindikasikan utilisasi persentase yang tinggi dari kapasitas kapal dan jumlah yang
signifikan dari solusi akhir. 1

1.2. Rumusan Permasalahan


Pokok permasalahan yang terjadi di PT. Burung Laut adalah:
-

Pengaturan jalur atau trayek pelayaran kapal sehingga pengoperasian kapal baik dari
segi waktu dan penggunaan muatan kapal menjadi lebih baik.

Sistem operasi kapal, apakah pengelolaan dengan metode time charter yaitu yang
pendapatannya hanya berupa uang sewa dari pihak Pertamina, atau uang tambang
yang pendapatannya berasal dari pengenaan ongkos ke per satuan muatan yang
diangkut oleh kapal yang lebih menghasilkan keuntungan yang lebih besar.

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus, yaitu:

Agarwal Richa, Ergun Ozlem, Ship Scheduling and Network Design for Cargo Routing in Liner
Shipping, Schoo, infoms@isye.gatech.edu, oerung@isye.gatech.edu

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

1.3.1. Tujuan Umum


Tujuan umum penelitian ini adalah untuk penentuan faktor-faktor yang
menentukan kapasitas operasi kapal dalam mendistribusikan BBM dan pemanfaatan
kapasitas operasi kapal menjadi optimal.

1.3.2. Tujuan Khusus


Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Mendapatkan variabel yang berpengaruh terhadap jalur operasional kapal
2. Mendapatkan jalur yang optimal dari distribusi BBM
3. Mendapatkan biaya optimal dari metode pengenaan ongkos ke setiap muatan
4. Mendapatkan biaya kapal MT. Citra Bintang perjarak tempuh
5. Mendapatkan pilihan yang terbaik dari perbandingan metode uang tambang dengan
metode time charter

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi-Asumsi


1.

Metode analisis yang digunakan adalah Structural Equation Modeling

2.

Penelitian hanya dilakukan pada armada Tanker MT. Citra Bintang yang melayani
pengangkutan BBM dari PT. Pertamina ke 13 tujuan distribusi minyak Ambon
sekitarnya

3.

Pemetaan jalur yang dimodelkan hanya antara port Ambon dan 13 tujuan yang
diinginkan, tanpa melihat kemungkinan daerah distribusi yang lain

4.

Data biaya yang terkumpul dianggap mewakili setiap biaya operasional kapal
tanker

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

5.

Data yang dikumpulkan untuk data distribusi kapal MT. Citra Bintang pada Maret
2008Maret 2009

6.

Faktor cuaca tidak mempengaruhi lama perjalanan kapal

7.

Gangguan-gangguan pada saat pelayaran dan bongkar muat diabaikan


Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Kondisi pelayaran armada Tanker dianggap tidak terganggu oleh kondisi cuaca
pelayaran
2. Keadaan perlengkapan serta mesin kapal dalam keadaan baik .
3. Data sekunder yang didapatkan dari perusahaan dianggap mewakili setiap
kebutuhan data waktu dan data biaya yang dibutuhkan dalam penelitian.

1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir


Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai
berikut :
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
RINGKASAN

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

BAB I

PENDAHULUAN
Merupakan pendahuluan yang membahas mengenai latar belakang,
rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah
dan asumsi-asumsi yang dibutuhkan serta sistematika penulisan laporan

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


Bab ini menguraikan sejarah perusahaan tempat meneliti, ruang lingkup
usaha, lokasi perusahaan, daerah operasional, struktur organisasi dan
manajemen yang merincikan fungsi-fungsi di dalam perusahaan.

BAB III

LANDASAN TEORI
Merupakan landasan teori yang membahas mengenai transportasi,
perkapalan khususnya kapal tanker dan manajemennya, serta metode
pendekatan yang dipakai yaitu mengenai analisa jalur sehingga dapat
digunakan sebagai acuan pemecahan masalah.

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN
Merupakan langkah-langkah penelitian sebagai rangka berpikir pemecahan
masalah yang digunakan sehingga didapatkan tahapan yang teratur dan
berkesinambungan

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


Berisikan data-data yang diperlukan untuk penelitian dan kemudian data
tersebut diolah sehingga didapatkan penyelesaian masalah berdasarkan
pendekatan metode yang dilakukan

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

BAB VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH


Berisikan analisis terhadap pengolahan data yang dilakukan sehingga
didapat uraian-uraian analisis terhadap permasalahan

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN


Merupakan poin-poin penting yang didapat dari setiap analisis yang
dilakukan dengan menyimpulkan sesuai dengan tujuan penelitian, dan
saran-saran yang dapat diusulkan kepada pihak perusahaan berkenaan
dengan topik yang dibahas dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan


PT. Burung Laut diberi kepercayaan oleh pabrik semen PT. SAI (Semen
Andalas Indonesia) yang merupakan salah satu PMA (Penanaman Modal Asing) di
Banda Aceh untuk menjadi agen umum pelayaran (shipping general agent) yang
bertugas untuk mengurus izin kedatangan dan keberangkatan (inward & outward
clearance) kapal-kapal asing yang disewa oleh PT. SAI untuk mengangkut dan
mendistribusikan semen curah ke beberapa pelabuhan di Indonesia. Disamping itu, PT.
Burung Laut juga ditunjuk oleh PT. SAI sebagai transportir laut untuk mengangkut
BBM HSD (High Speed Diesel) keperluan operasional pabrik dengan menggunakan
kapal tanker MT. Bumeugah (Kapasitas 5.000 KL) milik perusahaan lain mitra PT.
Burung Laut.
Perusahaan pelayaran PT. Burung Laut disingkat PT. Burung Laut dibeli dan
diambil alih kepemilikannya dari pemilik lama oleh pemilik baru H.M. Noernikmat dan
keluarga berdasarkan Akte Jual Beli No. 21 Tahun 1989 dan Berita Acara Perubahan
Anggaran Dasar Perseroan Terbatas No. 25 Tahun 1989, yang keduanya dibuat
dihadapan Notaris Aniswar Yanis, S.H di Medan. Hingga saat ini akte perusahaan telah
mengalami beberapa kali perubahan dan terakhir mengalami penyesuaian sesuai
Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 yang dibuat dihadapan Notaris
Ekoevidolo, S.H. berkedudukan di Medan dengan Berita Acara No. 126 Tahun 2008.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Dalam perkembangannya, pada bulan Mei 2001 atas pembiayaan dari PT. Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk. - Cabang Belawan, kapal MT. Bumeugah dibeli oleh
PT. Burung Laut dan diganti namanya menjadi MT. Pelita Laut dan didaftarkan pada
kantor pendaftaran dan balik nama kapal di Sabang.
Pada tahun 2002, PT. Burung Laut menjalin kemitraan dengan PT. Citra Bintang
Familindo dan mendapatkan kontrak untuk angkutan BBM IFO (Industrial Fuel Oil)
milik PT. PLN (Persero) Unit Bisnis Pembangkit & Penyaluran Sumatera Bagian Utara
(sekarang menjadi PT. PLN (Persero) Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan) dari
Instalasi/Depot Pertamina Pulau Sambu ke dermaga PLTG/U Sicanang, Belawan
dengan volume angkutan sebesar 390.000 KL/tahun. Angkutan ini dilayani oleh kapal
tanker MT. Pelita Laut ditambah dengan kapal tanker MT. Mercury II (Kapasitas 6.000
KL) berbendera Singapura yang dicharter dari perusahaan asing. Untuk menunjang
pengangkutan BBM IFO tersebut, pada bulan Mei 2003 Kapal MT. Mercury II dibeli
oleh PT. Burung Laut dan diganti namanya menjadi MT. Pelita Energi serta didaftarkan
di kantor pendaftaran dan balik nama kapal di Batam.
Pada awal tahun 2005, terjadi perubahan kontrak angkutan PT. Burung Laut,
dari yang tadinya mengangkut BBM IFO berubah menjadi mengangkut BBM HSD
dengan volume angkutan sebesar 720.000 KL/tahun. Untuk mengantisipasi terjadinya
lonjakan pemakaian BBM (terutama HSD), yang setiap tahunnya cenderung meningkat,
maka pada awal April 2008 PT. Burung Laut menambah 1 (satu) unit lagi armada
tankernya yang diberi nama MT. Pelita Samudera (Kapasitas 7.000 KL) dan didaftarkan
di kantor pendaftaran dan balik nama kapal di Belawan. Sementara itu kapal tanker MT.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Pan Oil 9 dibeli oleh PT. Burung Laut pada bulan Maret 2008 dan kemudian diganti
namanya menjadi MT. Citra Bintang yang mempunyai kapasitas sebesar 2600 KL

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha


PT. Burung Laut adalah merupakan suatu perusahaan pelayaran nasional yang
bergerak di dalam bidang jasa angkutan laut (dalam dan luar negeri) dan keagenan
pelayaran. Bisnis utama perusahaan adalah melayani jasa pengangkutan muatan cair,
seperti: BBM (Bahan Bakar Minyak), Gula Cair (Molasses) dan CPO (Crude Palm Oil).
Disamping itu, perusahaan juga melayani jasa keagenan pelayaran yang bertugas untuk
mengurus izin kedatangan dan keberangkatan kapal (inward & outward clearance) di
suatu pelabuhan.
Beberapa konsumen yang pernah menggunakan jasa angkutan laut PT. Burung
Laut adalah:
1.

PT. Semen Andalas Indonesia, Banda Aceh

2.

Mobil Oil, Singapore

3.

PT. Karya Prajona Nelayan, Medan

4.

PT. Rafina Segara Sejahtera, Jakarta

5.

PT. Kiani Kertas, Jakarta

6.

PT. Citra Bintang Familindo, Lhokseumawe

7.

PT. Pertamina Cabang Ambon


Adapun konsumen yang pernah menggunakan jasa keagenan pelayaran PT.

Burung Laut adalah:


1.

PT. Semen Andalas Indonesia, Banda Aceh

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

2.

PT. Bahtera Adhiguna, Lhokseumawe

3.

PT. Arpeni Pratama Ocean Line, Jakarta

4.

PT. Dutaryo, Jakarta

5.

PT. Trust, Jakarta

2.3. Lokasi Perusahaan


Sejak diambil alih pada tahun 1989, kedudukan perusahaan adalah di Banda
Aceh dengan alamat kantor:
Jl. Jend. A. Yani No. 38 (d/h. 14)
Kode Pos : 23122
Telephone : +62 651 21451 - 22040
Facsimile : +62 651 33637
E-mail : blbna@plasa.com
Website : www.burunglaut.co.id
Untuk mendukung pengoperasiannya, PT. Burung Laut memiliki beberapa
kantor cabang di beberapa daerah, yakni:
1. MEDAN
Jl. Bantam No. 3 - 3 A,
Kode Pos : 20153
Telephone : + 62 61 4561166 (Hunting)
Facsimile : + 62 61 4152233
E-mail

: blmdn@indosat.net.id

2. BELAWAN
Jl. Sumatera No. 49,

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Kode Pos : 20412


Telephone : +62 61 6941129
Facsimile : +62 61 6943789
E-mail

: blblw@indosat.net.id

3. LHOKSEUMAWE
Jl. Merdeka Timur No. 57
Kode Pos : 24352
Telephone : +62 645 46983
Facsimile : +62 645 46983
E-mail
Untuk

: bl-lsm@yahoo.com
menjalankan

kegiatan

perusahaan

sehari-hari,

maka

komando

pengopeasian perusahaan dipusatkan di kantor wilayah Medan. Disamping karena


Direksi dan Direktur Utama PT. Burung Laut beserta staf-stafnya, pusat informasi,
administrasi dan penyediaan kontrak mayoritas dilakukan di kantor Wilayah Medan.

2.4. Daerah Operasional


Pada tahun 2009 pada bulan Maret PT. Burung Laut membeli kapal MT. Citra
Bintang yang pada awalnya bernama kapal tanker MT. Pan Oil 9 dengan
pengoperasiannya disewakan kepada pihak PT. Pertamina Cabang Ambon dengan
sistem time charter yang melayani 13 depot tujuan yaitu Dobo, Tual, Wayame, Masohi,
Merauke, Saumlaki, Fakfak, Kaimana, Sanana, Tobelo, Namlea, Ternate, Labuha
dengan depot asal adalah daerah Ambon. Dengan metode ini pihak PT. Burung Laut
menerima uang sewa sebesar $1400 perhari. Muatan yang diangkut MT. Citra Bintang

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

ada 3 jenis yaitu premium, solar atau HSD dan kerosin untuk keperluan pihak PT.
Pertamina di depot tujuan.

2.5. Organisasi dan Manajemen


Organisasi merupakan sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai suatu
tujuan yang sama dan di antara mereka diberikan pembagian tugas sesuai fungsi dan
tugasnya masing-masing. Sedangkan manajemen adalah tata cara yang diterapkan suatu
organisasi untuk mengelola dan menjalankan aktifitas organisasinya untuk mencapai
target atau tujuan yang telah direncanakan.
Struktur organisasi adalah gambaran skematis tentang hubungan-hubungan dan
kerjasama diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian yang menggerakkan organisasi untuk
mencapai tujuan. Struktur organisasi merupakan susunan yang terdiri dari fungsi-fungsi
yang saling berhubungan dan menyatakan keseluruhan kegiatan untuk mencapai suatu
sasaran secara baik. Struktur organisasi dapat dinyatakan dalam gambar grafik (bagan
yang memperlihatkan hubungan antara unit-unit organisasi dan garis-garis wewenang
yang ada).
Dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, PT. Burung Laut menerapkan struktur
organisasi dan sistem manajemen seperti yang diuraikan pada bagian struktur organisasi
2.5.1. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi PT. Burung Laut dikelompokkan pada 3 tingkatan
kepengurusan, yang berbeda yaitu: Dewan Komisaris, Direksi, Manajer dan Kepala
Cabang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Berdasarkan struktur. maka hubungan kerja dalam organisasi perusahaan PT.


Burung Laut adalah hubungan campuran lini-fungsional. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya hubungan lini pada pelimpahan wewenang dan tanggung jawab Direksi ke
Manejer sehingga terbentuk Departemen Keuangan, Departemen Operasi dan
Departemen Umum & Personalia. Hubungan fungsional dijumpai pada hubungan
setingkat, baik antara sesama Manejer maupun antara sesama Kepala Cabang.

DIREKTUR UTAMA

DIREKTUR

MANAGER KEUANGAN

Cabang/ Keagenan Lhoknga

MANAGER OPERASI

MANAGER UMUM&
PERSONALIA

Cabang/ Keagenan Belawan

Cabang/ Keagenan
Lhoseumawe

Nahkoda Kapal

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Burung Laut


(Sumber PT. Burung Laut)
2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab
Uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab pada masing-masing jabatan di
perusahaan PT. Burung Laut adalah sebagai berikut :
1.

Direktur Utama

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam menjalankan fungsi dan


tugasnya untuk menggerakan roda bisnis perusahaan dan mencari peluangpeluang bisnis baru (bersifat eksternal).
2.

Direktur
Bersama-sama dengan Direktur Utama bertanggung jawab kepada Dewan
Komisaris dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya untuk menjalankan dan
mengelola aktifitas perusahaan (bersifat internal). Dalam hal Direktur Utama
berhalangan, Direktur diberikan wewenang untuk melaksanakan fungsi dan
tugas Direktur Utama.

3.

Manajer Keuangan
Bertanggung jawab kepada Direktur dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya
untuk mengelola keuangan perusahaan.

4.

Manajer Operasi
Bertanggung jawab kepada Direktur dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya
untuk mengoperasikan armada tanker perusahaan dan memberdayakan potensipotensi kantor cabang perusahaan dalam pelayanan keagenan kapal.

5.

Manajer Umum & Personalia


Bertanggung jawab kepada Direktur dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya
untuk memastikan tersedianya perlengkapan ATK bagi aktifitas perusahaan,
memonitor legalitas dan validitas perizinan perusahaan, memberdayakan SDM
yang dimiliki perusahaan serta perawatan aset perusahaan.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

6.

Kepala Cabang
Bertanggung jawab kepada Manajer Operasi dalam melaksanakan fungsi dan
tugasnya untuk melaksanakan pelayanan keagenan kapal di daerahnya masingmasing.

7.

Nakhoda Kapal
Bertanggung jawab kepada Manajer Operasi dalam melaksanakan fungsi dan
tugasnya untuk membawa dan merawat kapal sesuai dengan jadwal yang telah
direncanakan perusahaan.

2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja


2.5.3.1. Tenaga Kerja
PT. Burung Laut memiliki 99 orang tenaga kerja dengan sistem kerja tetap,
honor maupun kontrak yang perinciannya dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja PT. Burung Laut
Jabatan/Bagian

Pria

Wanita

Total

Dewan Komisaris
Direksi
Departemen Keuangan
Departemen Operasi
Departemen Umum & SDM
Konsultan Pajak
Pesuruh Kantor
Pengelola Parkir
Cabang Lhoknga
Cabang Belawan
Cabang Lhokseumawe
MT. Pelita Laut
MT. Pelita Energi

2
2
4
2
3
1
1
1
5
6
4
19
21

1
1
1
2
1
1
1
-

3
2
5
3
5
1
1
1
6
7
5
19
21

Keterangan
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Honor
Honor
Honor
Tetap
Tetap
Tetap
Kontrak
Kontrak

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja.............(Lanjutan)


Jabatan/Bagian
MT. Pelita Samudera
MT. Citra Bintang
Total
(Sumber: PT. Burung Laut)

Pria
20
20
111

Wanita
8

Total
20
20
119

Keterangan
Kontrak
Kontrak

2.5.3.2. Jam Kerja


Jam kerja yang berlaku di PT. Burung Laut dibedakan menjadi:
1.

Jam kerja darat

2.

Jam kerja laut


Jam kerja darat adalah jam kerja yang berlaku bagi tenaga kerja yang bekerja di

kantor dengan ketentuan seperti yang dilihat pada Tabel 2.2.


Tabel 2.2. Jam Kerja Darat
No
1

Hari Kerja
Senin s/d Kamis

Jumat

Sabtu

Jam Kerja
08.00 - 12.00 : Jam Kerja I
12.00 - 13.00 : Istirahat
13.00 - 17.00 : Jam Kerja II
08.00 - 12.00 : Jam Kerja I
12.00 - 14.00 : Istirahat
14.00 - 16.00 : Jam Kerja II
08:00 - 12:30 : Jam Kerja

(Sumber: PT. Burung Laut)


Sedangkan jam kerja laut adalah jam kerja yang berlaku bagi crew kapal yang
bekerja di laut dengan ketentuan seperti yang dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Jam Kerja Laut


Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

No

Hari Kerja

Senin s/d Minggu

Jam Kerja
08.00 - 12.00 : Jam Jaga I
12.00 - 16.00 : Jam Jaga II
16.00 - 20.00 : Jam Jaga III
20.00 - 24.00 : Jam Jaga I

(Sumber: PT. Burung Laut)


2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas lainnya.
2.5.4.1. Sistem Pengupahan
Sistem pengupahan di PT. Burung Laut dikelompokkan menjadi 3 golongan,
yaitu:
1.

Upah Tetap, yaitu upah yang diberikan kepada tenaga kerja tetap di kantor.

2.

Upah Kontrak, yaitu upah yang diberikan kepada tenaga kerja kontrak (crew
kapal).

3.

Upah Honor, yaitu upah yang diberikan kepada tenaga kerja honor.

2.5.4.2. Fasilitas Tenaga Kerja


Fasilitas yang diberikan oleh PT. Burung Laut kepada seluruh tenaga kerja
adalah sebagai berikut:
1.

Tunjangan Hari Raya (THR).

2.

Bonus akhir tahun.

3.

Asuransi Jiwa, Kecelakaan Kerja dan Kesehatan (Rawat Inap).

4.

Uniform dan Alat Keselamatan Kerja (khusus untuk Crew Kapal).

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

BAB III
LANDASAN TEORI

3.1. Transportasi
3.1.1. Pengertian Transportasi
Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari
suatu tempat ke tempat lain 2.Dalam Transportasi terlihat ada dua unsur yang terpenting
yaitu:
a. Pemindahan/pergerakan (movement)
b. Secara fisik mengubah tempat dari barang (komoditi) dan penumpang ke tempat lain
Transportasi mempunyai pengaruh besar terhadap perorangan, masyarakat
pembangunan ekonomi negara yang bisa mendorong lajunya pertumbuhan ekonomi
(Rate of Growth) 3. Transportasi merupakan faktor yang penting diperhatikan, karena
aktivitas pengangkutan meliputi mengangkut memindahkan sampai ke tempat tujuan
yang membutuhkan biaya pula.
Untuk melaksanakan kegiatan pengangkutan ada 4 jenis fasilitas transportasi
yang dapat digunakan yaitu:
1. Angkutan Kereta Api
2. Angkutan Jalan raya/truk
3. Angkutan melalui air yaitu laut dan sungai
4. Angkutan Udara

2
3

Abbas Salim,. Manajemen transportasi.Edisi I (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2006)h.6


Ibid.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Mengingat keadaan geografis Indonesia maka peranan angkutan melalui air (laut dan
sungai) juga penting artinya. Pengangkutan melalui air relatif murah meskipun gerakan
pengangkutan melalui air relatif lambat. Dalam tulisan ini, hal yang khusus yang
dibahas adalah angkutan melalui air, dan dikhususkan kepada kapal tanker yang
mengangkut bahan bakar minyak.

3.1.2. Kapal
Adapun berdasarkan jenisnya, kapal dagang dapat dibagi menjadi 4:
a. Conventional Liner Vessel (Kapal Barang Biasa)
Kapal jenis ini melakukan pelayaran dengan jadwal tetap dan biasanya
membawa muatan umum (general cargo) atau barang dalam partai yang tidak begitu
besar.
b. Semi Container/Pallet Vessel
Jenis kapal ini dapat mengangkut muatan secara breakbulk, pre-slung, atau unitunit pre-pallet. Kapal ini juga dapat mengangkut petikemas dalam palkanya yang
terbuka dan di atas
c. Full Container Vessel (Kapal Petikemas)
Kapal ini khusus dibuat untuk mengangkut petikemas (container). Oleh karena
itu, kapal ini bisa mempunyai alat bongkar/muat sendiri dan dapat juga memakai shore
crane dan gantry crane dari darat untuk memuat dan membongkar petikemas

R.P Suyono, Shipping Pengakutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut, (Cet, Jakarta 2003). h.76-85

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

d. General Cargo Breakbulk Vessel


Menurut sejarahnya, kapal jenis ini yang mula-mula beroperasi sebagai kapal
angkut serba guna, sebelum ada kapal petikemas dan kapal-kapal lain yang memang
dibuat demi efesiensi. Kapal general cargo tidak memerlukan terminal khusus untuk
bongkar/muat. Oleh karena itu, jenis kapal ini masih sering dipakai. Kapal ini banyak
berfungsi sebagai tramper karena harganya murah dan dapat mengangkut muatan ke
seluruh penjuru dunia
e. Freedom Vessel
Kapal freedom vessel adalah kapal general cargo yang dibuat setelah perang
dunia II untuk pengangkutan seba guna. Amerika telah membuat kapal jenis Liberty
dalam Perang Dunia II dan diproduksi massal.
f. RoRo
Roro (Roll-on, Roll-off) adalah kapal yang didesain untuk muat bongkar barang
ke kapal di atas kendaraan roda. Kapal yang termasuk jenis RoRo antara lain kapal
ferry, kapal pengangkut mobil (car ferries), kapal general cargo yang beroperasi
sebagai kapal RoRo.
g. Lighter Carrier (pengangkut Tongkang)
Kapal pengangkut tongkang adalah variasi dari kapal pengangkut petikemas,
dimana sebagai pengganti petikemas, kapal ini mengangkut tongkang bermuatan
h. Bulk Carrier (Pengangkut Muatan Curah)
Kapal bulk carrier adalah kapal besar dengan hanya satu dek yang mengangkut
muatan yang tidak dibungkus atau curah (bulk), muatan dicurah, dipompa ke dalam
kapal dengan bantuan mesin curah dan bilamana tidak dengan mesin, maka karung-

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

karung berisi muatan yang diangkat ke kapal dengan bantuan derek kapal diletakkan
diatas palka dahulu.
i. Combination Carrier
Kendala ekonomi yang ada pada kapal tanker dan kapal dry-bulk adalah bahwa
dalam separuh pelayaran yang dilakukan terpaksa dalam keadaan kosong atau in
ballast karena tidak ada muatan saat balik (return cargo) dan oleh karena itu tidak
menghasilkan uang tambang
j. Panamax Class
Kapal panamax class adalah kapal dengan ukuran terbesar yang dapat melewati
terusan panama. Ukuran kapal jenis ini lebih kurang 60.000 DWT dengan lebar kapal
tidak melebihi 32 meter, sesuai dengan lebar pintu masuk terusan
k. Passenger Ship (Kapal Penumpang)
Diperairan Indonesia, dengan banyaknya pulau maka kapal penumpang untuk
angkutan antar pulau sangat dibutuhkan.
l.

Tug Boat (Kapal Tunda)


Kapal tunda dibuat agar dapat menarik atau mendorong kapal atau segala

sesuatu yang mengapung, Tugas lain yang dilakukan adalah menolong kapal dalam
bahaya, memadamkan kebakaran di laut, memerangi polusi/pencemaran, dan lain
sebagainya.
m. Offshore Supply Ship (Kapal Pemasok Lepas Lantai)
Kapal yang dibangun dengan geladak yang luas di belakang untuk mengangkut
pasokan bahan dan peralatan serta makan untuk anjungan lepas pantai bagi pengeboran
minyak dan gas bumi.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

n. Research Ship (Kapal penelitian)


Kapal yang dibuat untuk fungsi penelitian dan pemetaan/survei, seperti
hidrografi, oseanografi, geofisika, dan seismografi.
o. Fishing Vessel (Kapal Penangkap Ikan)
Kapal yang dibuat untuk menangkap ikan dengan berbagai cara, seperti purseseining, long lining, beam trawling dan stern-trawling. Kapal ini seringkali
diperlengkapi peralatan pendingin (refrigator) dan peralatan untuk memproses lebih
jauh.
p. Tanker
Kategori kapal dengan sebuah geladak dimana terdapat tangki-tangki yang
tersusun secara integral maupun terpisah yang digunakan untuk mengangkut minyak
curah (minyak mentah atau minyak yang sudah didestilasi), cairan kimia, gas cair, dan
sebagainya.
Kapasitas angkutan merupakan suatu alat angkutan untuk memindahkan muatan
atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dalam waktu tertentu. Unsur-unsur
kapasitas angkutan terdiri atas berat muatan, jarak yang ditempuh, dan waktu yang
dibutuhkan untuk angkutan tersebut. Kapal merupakan unit operasi yang mempunyai
kapasitas angkut yang besar yang sebagian besar biaya operasinya merupakan biaya
variabel. Kapal yang besar dapat melayari jarak yang jauh, lebih ekonomis daripada
kapal berukuran kecil yang beroperasi dalam jarak yang terbatas. Jenis kapal
mempengaruhi biaya operasi. Kapal barang dan kapal penumpang memerlukan waktu
yang lama di dermaga untuk melakukan bongkar muat sehingga biaya operasinya tinggi,
dibandngkan dengan kapal tanker atau kontainer.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Jenis kapal yang efesien penggunaannya adalah sebagai berikut.


1. Kapal yang mengangkut barang terurai (bulk cargo), yaitu barang angkutan yang
besar dan volumenya besar, tetapi mudah bongkar muatnya.
2. Kapal yang mengangkut barang-barang yang tidak begitu tinggi nilainya dengan
jarak yang jauh
Tujuan utama perancangan kapal-kapal modern adalah terutama untuk menekan
biaya penyediaan jasa angkutan yang lazimnya dinyatakan untuk tiap ton muatan yang
diangkut. Biaya penyediaan jasa angkutan laut, sampai tingkatan tertentu, tergantung
pada faktor trayek.
Kapal yang diatur pelayarannya (reguler) pada umumnya memiliki penggunaan
kapasitas berlayar relatif tinggi dengan faktor muat (load factor) yang relatif rendah.
Transpor laut yang tidak teratur trayeknya disebut tramper. Penggunaan kapasitasnya
relatif tinggi. Akan tetapi, karena ketidakteraturan, maka kapal yang menunggu muatan
memerlukan waktu lama di pelabuhan. Akibatnya, penggunaan kapasitas kapal rendah,
tetapi faktor muatannya tinggi. 5
3.1.3. Menetapkan Jadwal Pelayaran (Scheduling)
Jadwal pelayaran umumnya dibuat untk liner service atau feeder liner service
1) Istilah-istilah dalam Jadwal Pelayaran
a) Untuk pelayaran yang menyinggahi banyak pelabuhan dan memakan waktu lama
biasanya hanya dibuat untuk single voyage
b. Untuk pelayaran yang waktunya singkat dengan sedikit pelabuhan yang disinggahi,
biasanya dibuat jadwal pelayaran untk satu round voyage

M.Nur Nasution, Manajemen Transportasi, Edisi II (Cet I;Jakarta:Ghalia Indonesia,2004),h.210

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

c. Estimated Time of Arrival (ETA) adalah perkiraan tanggal/jam kapal tiba. Estimated
Time of Department (ETD) adalah perkiraan tanggal/jam kapal berangkat dari
pelabuhan
d. Pelabuhan-pelabuhan yang disinggahi disebut port of call, pelabuhan-pelabuhan
tempat muat disebut loading ports
f. Pelabuhan-pelabuhan tempat bongkar disebut discharging port atau destination ports.
g. Ratio date adalah tanggal muatan suatu batas waktu yang ditetapkan untuk liner
sampai di sebuah pelabuhan
2. Cara membuat/menyajikan jadwal pelayaran
Jadwal yang dibuat untuk kepentingan eksternal hanya menyajikan port of call dan
tanggal lamanya di pelabuhan di laut
Untuk waktu dipelabuhan ditentukan dengan rumus:
Hari di pelabuhan =

TGH

Jumlah ton muatan


TGH x JK/harix BAB

: Ton Gang Hour (kapasitas bongkar/muat) dalam ton per gang per jam kerja

JK/hari : Jumlah jam kerja bongkar muat per hari


BAB

: Banyaknya alat bongkar/muat atau gang yang digunakan dalam kegiatan/muat


selama di pelabuhan

Hari di Laut =

Jarak tempuh Sea Milis


24 x kecepatan (speed) kapal dalam knots

3.1.4. Konsep Biaya

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Biaya adalah faktor yang menentukan dalam transportasi untuk penetapan tarif, alat
kontrol agar dalam pengoperasian mencapai tingkat efektifitas dan efesien 6.
1. Biaya adalah sebagai dasar penentuan tarif jasa transportasi
2. Tingkat tarif transportasi didasarkan pada biaya pelayanan yang terdiri dari:
a. biaya langsung
b. biaya tidak langsung oleh karena itu, biaya pelayanan (cost of service) sebagai
basis/dasar dan fundamental untuk struktur pentarifan.
3. Biaya modal dan biaya operasional
a. biaya modal (capital costs) adalah biaya, yang digunakan untuki investasi inisial
(initial investment) serta peralatan lainnya termasuki di dalamnya bunga uang
(interest rate).
b. Biaya operasional (operational cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk
pengelolaan transportasi. Termasuk dalam kelompok biaya operasional adalah:
Biaya pemeliharaan jalan raya, bantalan kereta api, alur pelayaran, pelabuhan,
dermaga, penahan gelombang, dam, menara, rambu &jalan, udara dan laut.
1. Biaya pemeliharaan kendaraan, bis, truk, lokomotif, gerbong, pesawat udara,
kapal-kapal penyebrangan (ferry boat), dan kapal-kapal barang/kapal-kapal
penumpang
2. Biaya transportasi yaitu biaya bahan bakar, oli, tenaga penggerak (genset)
upah/gaji, kerja crew/awak kapal & pesawat serta biaya terminal (stasiun
pelabuhan udara, pelabuhan laut dan terminal (stasiun pelabuhan udara,
pelabuhan laut dan terminal bis)

Abbas Salim, Ibid. h.43

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

3. Biaya-biaya traffic terdiri dari biaya advertensi, promosi, penertbitan buku tarif,
administrasi dan sebagainya
4. Biaya umum dan lain-lain biaya
Termasuk biaya umum antara lain, biaya kantor, gaji/biaya RT, biaya humas,
biaya akuntansi lainnya
5. Biaya tetap dan biaya variabel
Biaya tetap ialah biaya yang dikeluarkan tetap setiap bulannya, sedangkan biaya
variabel ialah biaya yang besarnya berubah tergantung pada pengoperasian alatalat pengangkutan.
4. Biaya Kendaraan
Ialah jumlah biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan bakar, oli, ban
kendaraan, suku cadang antar perbaikan (reparasi). Biaya ini disebut automobile cost
5. Biaya Gabungan (Joint Cost)
Dalam pengoperasian alat-alat transportasi kita temui joint cost atau dinamakan pula
common cost contoh biaya angkutanan barang (cargo) dan biaya penumpang yang
menghasilkan biaya gabungan (joint cost)
1. Direct Cost/Biaya Tidak langsung (Indirect cost)
a. Biaya langsung ialah jumlah biaya yang diperhitungkan dalam produksi jasajasa angkutan misal utuk penerbangan biaya langsung terdiri dari bahan bakar,
gaji awak pesawat, biaya pendaratan
b. Biaya tidak langsung bagi penerbangan terdiri dari biaya harga, peralatan
reparasi, workshop, akuntansi dan biaya umum/kantor
2. Biaya unit dan biaya rata-rata

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

a. Biaya unit (unit cost) ialah jumlah total biaya dibagi unit jasa produk yang
dihasilkan
b. Biaya rata-rata (average cost) adalah biaya total dibagi dengan jumlah
produk/jasa yang dihasilkan
Tujuan utama perancangan kapal-kapal modern adalah terutama untuk menekan
biaya penyediaan jasa angkutan yang lazimnya dinyatakan untuk tiap ton muatan yan
diangkut. Biaya penyediaan jasa angkutan laut, sampai tingkatan tertentu, tergantung
dari faktor trayek (pengaturan) kapal yang diatur pelayarannya pada umumnya memiliki
pengunaan kapasitas berlayar relatif tinggi dengan faktor muat(load factor) yang relatif
tinggi dengan faktor muat yang relatif rendah 7.
Transport laut yang tidak teratur trayeknya kurang lebih memiliki sifat-sifat
yang berlawanan, dengan lain perkataan penggunaan kapasitas muat acapkali relatif
tinggi, tetapi karena ketidakteraturannya kapal-kapal bisa mengalami waktu tunggu
yang lama di pelabuhan sambil menanti muatan yang cukup 8.
Kapal yang diatur pelayarannya pada umumnya memiliki penggunaan kapasitas
berlayar relatif tinggi dengan faktor muat (load factor) yang relatif rendah. Operasi
kapal memiliki tiga fase yang khas masing-masing dengan biaya khusus. Fase-fase ini
adalah

waktu kapal berada di pelabuhan untuk melakukan bongkar/muat, waktu

manuver untuk bersandar pada atau melepas dari dermaga dan di pelabuhan, dan waktu
berlayar antar pelabuhan. Tujuan dari pengusaha pelayaran adalah untuk menetukan
alokasi yang paling ekonomis dari waktu-kapal (ship time) antara ketiga fase ini.

7
8

Abbas Salim, Ibid.hal 43


Ibid

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Faktor utama yang menentukan struktur harga (cost-structure) dari usaha


pelayaran (shipping), dapat dijelaskan oleh model dibawah ini, yang berlaku bagi harga
jasa angkutan sebanyak 1-ton muatan antara dua pelabuhan (2-port system) yang jarak
J-mil sama diumpamakan bahwa kapal beroperasi antara dua pelabuhan
J = Jarak antara kedua pelabuhan (mil)
F = Biaya tetap (fixed cost) per tahun
V= Kecepatan berlayar (knot-mil/jam0)
C = Kapasitas angkut dari kapal (ton)
Q = Persentase muat rata-rata (average load factor)
B= Kecepatan bongkar/muat (ton/jam)
U = Waktu deviasi dan saktu manuver (jam per perjalanan)
T = Waktu kerja efektif keseluruhan (jam per tahun)
R = Biaya berlayar (distance cost) dari kapal per mil
S = Biaya bongkar/muat per jam
T = Biaya pelabuhan tiap kali singgah (percall)
Selain variabel-variabel tersebut di atas, terdapat pula variabel-variabel lain yang
berhubungan variabel-variabel di atas, yang perlu diperhitungkan, yaitu:
N = Jumlah perjalanan (voyages) per tahun
M = Jumlah muatan yang diangkut (ton pertahun)
K = Harga jasa angkutan per muatan
Dengan menggunakan simbol-simbol di atas, disusun rumus untuk biaya angkutan per
ton kapal antar pelabuhan yang berjarak J mil sebagai berikut:

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

K=

2 P.M
+ t.N
B
M

F + J .r.N +

(1)

Jumlah perjalanan pertahun dapat dinyatakan dengan rumus:


N=

T
J
q
+C
2 +U
100
V
B

(2)

dan muatan (dalam ton) yang diangkut per tahun menjadi:


M =c

q
.N atau
100

q
T
100
M =
j
q
+C
2 +U
100
V
B

(3)

(4)

3.1.5. Operasi Kapal


Dalam pengoperasian kapal, kita mengenal istilah uang tambang (freight),
sistem tarif penyewaan kapal (chartering), pengangkutan, dan pengiriman barang atau
muatan. Hal-hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut 9:
a. Uang tambang (freight)
Uang tambang (freight) adalah uang yang diminta oleh perusahaan pelayaran
untuk kompensasi biaya atas jasa mengangkut barang. Uang tambang dapat dipungut
berdasarkan jenis barang (commidity based), dimana uang tambang akan disesuaikan
dengan jenis barangnya. Dengan banyaknya jenis barang, tentunya uang tambang
berbeda-beda pula. Untuk memudahkan pemungutan uang tambang maka diberikan
8

R.P Suyono.co. Ibid. h.89

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

alternatif lain, yaitu mengenakan uang tambang berdasarkan satuan (per unit). Untuk
pungutan seperti itu biasanya banyak dilakukan terhadap peti kemas,
Uang tambang berdasarkan jenis barang dapat dibagi lagi menjadi 10:
1.

Revenue based (berdasarkan pendapatan), dimana uang tambang yang dihitung


sebagai x persen dari harga barang (ad valorem). Misalnya 2 % dari ad valorem.

2.

Cost based (berdasarkan biaya), dimana biaya yang dikeluarkan sudah


diperhitungkan. Misalnya biaya harian kapal (ships daily cost), biaya operasional,
biaya tak langsung dan asuransi, serta biaya lain untuk mengoperasikan kapal.
Uang tambang berdasarkan revenue biasanya untuk muatan yang mahal, tapi

dapat juga dipergunakan untuk muatan murah yang tidak akan diangkut bila hanya
didasarkan biaya (cost based). Hasilnya adalah muatan yang mahal memberikan subsidi
pada muatan yang murah 11.
Besarnya ton untuk menghitung uang tambang dapat didasarkan ton berat atau
ton volume/ruangan. Bila 1 long ton mengambil ruangan lebih kecil dari 40 cft atau bila
1.000 Kg lebih kecil dari 1 M3 maka perhitungannya berdasarkan berat. Sebaliknya, bila
1 long ton mengambil ruangan lebih besar dari 40 cft atau 1.000 Kg lebih besar dari 1
M3 maka perhitungannya berdasarkan ton volume.
Disamping uang tambang, ada surchage atau biaya tambahan lain, tergantung
dari bentuk, besar, berat dan lain sebagainya dimana diperlukan peralatan khusus untuk
mengerjakan muatan itu.
Berikut adalah beberapa istilah uang tambang yang perlu diketahui:

Ibid
Ibid.h.90

11

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

1. Advance freight adalah uang tambang yang diminta di muka. Banyak kapal liner
untuk muatan umum (general cargo) akan meminta agar uang tambang dapat
dibayar di muka (advance freight). Biasanya uang tambang tidak akan diganti bila
muatan atau kapal hilang dalam perjalanan
2. Freight Collect, payable at destination, freight forward, atau destination freight
adalah uang tambang yang dibayar bilaman muatan akan diserahkan. Carrier dapat
menahan barang sebelum uang tambang dilunasi seluruhnya.
3. Dead Freight adalah uang tambang yang dapat diminta oleh pemilik kapal kepada
charterer kapalnya bila charterer tidak dapat mengangkut seluruh muatan atau
charterer sudah memesan ruangan muatan dan telah disediakan pemilik kapal, akan
tetapi kemudian charterer tidak jadi menggunakannya. Oleh karena itu, charterer
harus membayar uang ganti rugi (dead freight).
4. Back freight adalah uang tambang untuk muatan berlebih (overcarried cargo) yang
tidak dapat dibongkar di tempat tujuan, tetapi terpaksa dibawa kapal untuk
dibongkar di tempat lain.
5. Freight all kinds (FAK) adalah uang tambang, yang tarif atau besarnya sama, yang
dikenakan untuk setiap petikemas yang diangkut, dan biasanya untuk jarak yang
dekat.
Bagi suatu perusahaan pelayaran, agar kapal-kapalnya dapat terus berlayar
dengan menguntungkan maka pendapatannnya (revenue) harus lebih besar dari biaya
(cost) yang dikeluarkan, karena laba (profit) diperoleh dari selisih revenue dan cost 12

11

Ibid.h.90

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Agar revenue besar, maka kapal harus dijalankan seefesien dan seekonomis
mungkin. Oleh karena itu, koordinasi antar bagian dari suatu perusahaan pelayaran
harus baik. Pemakaian bunker harus hemat, karena makin cepat laju kapal, makin
banyak pemakaian bahan bakarnya. Dalam mencari muatan untuk kapal diperlukan
keahlian khusus mendekati shipper (pengirim barang) maupun consignee (pemilik
barang) yang potensial
Adapun cara menghitung uang tambang adalah sebagai berikut.
Keuntungan untuk suatu usaha pelayaran didapat dengan rumus:
F- [(Cs Ts + Cp Tp + Pc + Cs Tnc) + (Ac + D) (Ts + Tp + Tnc)]

(5)

F= freight
Cs = biaya satu hari di laut
Ts = lama waktu di laut
Cp = biaya satu hari dipelabuhan
Tp = lama waktu di pelabuhan
Pc = biaya pelabuhan
Tnc = lama waktu untuk muatan berikut
Ac = biaya administrasi per hari
D = depresiasi per hari
Biaya keseluruhan dalam menjalankan pelayaran adalah 13:
1.

Fixed Cost:
a. Biaya untuk perwira dan ABK
b. Asuransi

12

Ibid.h.91

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

c. Reparasi dan perawatan (maintanance)


d. Perbekalan (stores) dan perlengkapan
e. Biaya administrasi
f. Bunga dan depresiasi
2. Beban Variabel
a. Beban bahan bakar/minyak /air dsb.
b. Beban muat/bongkar barang
c. Beban pelabuhan
Untuk menetapkan besarnya uang tambang yang akan ditawarkan, pihak pengangkut
(carrier) harus melihat juga faktor yang akan mempengaruhi operasi kapal, yaitu:
1. Faktor muat (stowage factor)
2. Jarak yang ditempuh
3. Bagian pasar (market share) dan lalu lintas pelayaran
Beban untuk liner dipengaruhi juga oleh berbagai beban tambahan dan penyesuaian
yang disebut surchages dan adjusment factors. Disebabkan oleh keadaan yang berubah
dengan cepat, misalnya kurs mata uang, kenaikan harga BBM, peperangan, dan keadaan
politik yang buruk menyebabkan perusahaan pelayaran harus menanggung variasi
beban yang harus ditutup, seperti currency adjustment factor ( CAF), bunker adjustment
factor (BAF), dan port congestion surchages agar tidak rugi.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

b. Penyewaan kapal (Chartering)


Dalam pengangkutan barang atau muatan, kita dapat melakkukannya dengan cara
menggunakan kapal sendiri atau menyewanya (chartering). Ada beberapa cara
menyewa kapal, yakni 14
1.

Bareboat/Demise Charter
Kapal disewa sebagai badan kapal saja. Penyewa (charterer) menyediakan
nahkoda serta ABK dan mengoperasikan kapal seolah miliknya.

2.

Time Charter
Kapal dapat disewa, seolah oleh suatau badan yang beroperasi dan dipakai untuk
suatu waktu tertentu. Si penyewa (charterer) membayar uang sewa dan bunker
serta kapal dioperasikan sesuai kemauan penyewa. Uang sewa dapat dinyatakan
sebagai biaya perhari atau biaya perton DWT. Dalam time charter, pembagian
biayanya dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Pembagian Biaya Pada Sistem Time Charter
Pemilik Kapal (Owner)
Depresiasi
Asuransi
Survei
Overhead
Gaji nahkoda/ABK
Beberapa klaim muatan
Brokerage

Penyewa Kapal (Charterer)


Uang sewa
Bunker
Uang Pelabuhan
Stevedoring
Ballast
Beberapa klaim muatan
Air

(Sumber :R.P Suyono, Shipping Pengakutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kontrak time charter adalah:


a. Tanggal, nama, dan alamat dari pemilik kapal dan penyewa (charterer)
b. Perincian dari kapal, draft, horse power, kekuatan mesin, kecepatan, pemakaian
bahan bakar, peralatan bongkar/muat, pompa, heating coil, dsb.
14

Ibid. h.95

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

c. Keadaan kapal dan kelasnya


d. Batas Pelayaran
e. Uang sewa, cara pembayarannya, dan mata uang yang digunakan
f. Kerusakan/kelambatan yang dapat digunakan off-hire
g. Waktu penyewaan (chartering) dimulai
h. Hak penyewa (charterer) untuk menyatakan keberatan, dan kemungkinan untuk
dapat mengganti nahkoda atau chief engineer
i.

Tindakan yang akan dilakukan pada waktu kerusuhan

j.

Pelaksanaan arbitrase bila tidak ada kesesuaian pengertian

k. Cara kapal mengadakan dok tahunan (annual drydocking) pada waktu kontrak
masih berjalan
l.

Penyelesaian general average

3. Voyage Charter
Kapal disewa untuk memuat barang antara tempat A dan B. Boleh dikatakan
bahwa pemilik kpal membayar sebuah biaya, kecuali biaya bongkar/muat dan
stevedoring (FIOS terms). Penyewa membayar uang tambang yang besarnya tergantung
barang diangkut yang dinyatakan dalam jumlah ton atau jumlah tertentu untuk satu
pelayaran.
Penyewa juga harus membayar biaya tambahan atas kelambatan bongkar/muat
dari kapal. Hal ini dinamakan demurrage. Namun bila lebih cepat dalam bongkar/muat
maka si penyewa mendapat uang despatch, yakni uang insentif yang diberikan pemilik
kapal kepada penyewa karena melakukan bongkar muat kurang dari waktu yang
ditetapkan dalam kontrak. Uang despatch biasanya setengah dari demurrage.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kontrak voyage charter adalah 15:
a. Tanggal, nama, dan alamat dari pemilik kapal dan penyewa (charterer)
b. Perincian dari kapal, yakni nama, tempat registrasi, tonnage, kapasitas, draft, dan
peralatan bongkar/muat sesuai dengan muatan yang akan dimuat
c. Jenis muatan yang akan dimuat dan cara pemuatan
d. Nama tempat memuat dan membongkar barang
e. Tanggal kapal harus tiba di tempat pemuatan dan tanggal bila terlambat, charter
party dapat dibatalkan
f. Waktu labuh (lay time) yang diperbolehkan, waktu dimulainya, dan hari besar yang
dapat dimasukkan dalam charter party
g. Biaya angkut (freight rate) dan mata uang yang digunakan
h. Besarnya demurrage dan despatch, yang dihitung dengan membuat time sheet di
pelabuhan muat dan di pelabuhan bongkar
i.

Agen atau perwakilan yang akan dipakai

j.

Cara menangani dan menyelesaikan persoalan pemogokan, kongesti pelabuhan,


kekurangan muatan dsb.

k. Klausul untuk arbitrase dan general average seperti dalam time charter, juga
rincian pelayaran dan kemungkinan kapal dapat mengadakan deviasi dalam keadaan
tertentu
Nahkoda juga harus membuat notice of readiness yang menyatakan kepada charterer
bahwa kapal telah siap untuk muat/bongkar

14

Ibid.h.97

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

4. Consecutive Voyage Charter


Consecutive voyage charter atau disebut juga contract of affreigtment (COA)
adalah penyewaan kapal untuk beberapa pelayaran (voyage) secara berturut-turut.
Secara operasional, masing-masing voyage berdiri sendiri dan sewa-menyewanya juga
diselesaikan per voyage. Persyaratannya sama dengan voyage charter.

3.2.Structral Equation Modelling (SEM)


3.2.1. Sejarah SEM dan Pengertian
Sewal Wright mengembangkan konsep ini pada tahun 1934, pada awalnya
teknik ini dikenal dengan analisa jalur dan kemudian dipersempit dalam bentuk analisis
structural equation modelling. Dari defenisi beberapa ahli menyebutkan diantaranya,
analisa jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi
pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel bergantung tidak
hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung (Robert D. Rutherford 1993).
Sementara itu, definisi

lain mengatakan Analisis jalur merupakan pengembangan

langsung bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat
kepentingan (magnitude) dan signifikasi (significance) hubungan sebab akibat
hipotetikal dalam seperangkat variabel. (Paul Webley,1997). David Garson dari north
Carolina State University mendefenisikan analisis jalur sebagai model perluasan
regresi yang digunakan untuk menguji keselarasan matriks korelasi dengan dua atau
lebih model hubungan sebab akibat yang dibandingkan oleh peneliti. Modelnya
digambarkan dalam bentuk gambar lingkaran dan panah di mana anak panah tunggal
menujukkan sebagai penyebab. Regresi dikenakan pada masing-masing variabel dalam

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

suatu model sebagai variabel tergantung (pemberi respons) sedang yang lain sebagai
penyebab. Pembobotan regresi diprediksikan dalam suatu model yang dibandingkan
dengan matriks korelasi yang diobservasi untuk semua variabel dan dilakukan juga
penghitungan uji keselarasan statistik (David Garson, 2003)16.
Model persamaan struktural (SEM) meliputi seluruh model yang terkenal
dengan banyak nama seperti: covariance structure analysis, latent variabel analysis,
confirmatory factor analysis dan sering disebut lisrel analysis merupakan salah satu
nama program komputer.
Perlu disebutkan disini bahwa teknik SEM dibedakan oleh dua karakteristik, yaitu 17:
1. Estimasi atau perkiraan hubungan depensi berganda dan saling terkait (estimation of
multiple and interrelated depence relationship)
2. Kemampuan untuk mempresentasikan konsep yang tidak terlihat (unobserved
consepts) dalam hubungan hubungan ini

dan memperhitungkan pengukuran

kesalahan di dalam proses estimasi.

3.2.2. Prinsip-Prinsip Dasar


Prinsip-prinsip dasar yang sebaiknya dipenuhi dalam analisis jalur diantaranya ialah 18:
a. Adanya linieritas (Linierity). Hubungan antarvariabel bersifat linier,
b. Adanya aditivitas (Additivity). Tidak ada efek-efek intraksi

16

Jonathan Sarwono,Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS, (Cet I;Yogyakarta:Andi,2007)h.1
Johanes Supranto, Analisis Multivariat arti & Interpretasi (Cet I;Jakarta: Rhineka Cipta) h.221
17
Jonathan, co.Ibid.h.2
16

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

c. Data berskala interval. Semua variabel yang diobservasi mempunyai data


berskala interval (scaled values). Jika data belum dalam bentuk skala interval,
sebaiknya data diubah dengan menggunakan metode suksesive interval (MSI)
terlebih dahulu
d. Semua variabel residual (yang tidak diukur) tidak berkorelasi dengan salah satu
variabel dalam model
e. Istilah gangguan (disturbance terms) atau variabel residual tidak boleh
berkorelasi dengan semua variabel endogeneus dalam model. Jika dilanggar
maka akan berakibat hasil regresi menjadi tidak tepat untuk mengestimasikan
parameter-parameter jalur.
f. Sebaiknya

hanya

terdapat

multikolinieritas

yang

rendah.

Maksud

multikolieniritas adalah dua atau lebih variabel bebas (penyebab) mempunyai


hubungan yang sangat tinggi. Jika terjadi hubungan yang tinggi maka kita akan
mendapatkan standar error yang besar dari koefisien beta (b) yang digunakan
untuk menghilangkan varian biasa dalam melakukan analisis korelasi secara
parsial
g. Adanya rekursivitas. Semua anak panah mempunyai satu arah, tidak boleh
terjadi pemutaran kembali (looping)
h. Spesifikasi model sangat diperlukan untuk menginterprestasikan koefisienkoefisien jalur. Kesalahan spesifikasi terjdi ketika variabel penyebab yang
signifikan dikeluarkan dari model. Semua koefisien jalur akan merefleksikan
kovarian bersama dengan semua variabel yang tidak diukur dan tidak akan dapat

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

diinterpretasikan secara tepat dalam kaitannya dengan akibat langsung dan tidak
langsung
i.

Terdapat masukan korelasi yang sesuai. Artinya, jika kita menggunakan matriks
korelasi sebagai masukan maka korelasi Pearson digunakan untuk variabel
berskala interval:

korelasi polychoric untuk dua variabel berskala ordinal;

tertrachoric untuk dua variabel dikotomi (berskala nominal); polyserial untuk


satu variabel interval dan lainnya nominal
j.

Terdapat ukuran sampel yang memadai. Untuk memperoleh hasil yang


maksimal, sebaiknya digunakan sampel di atas 100

k. Sampel sama dibutuhkan untuk penghitungan regresi dalam model jalur.

3.2.3. Konsep dan Istilah


Dalam analisis jalur dikenal beberapa konsep dan istilah dasar. Pada Gambar
2.1. akan diterangkan konsep-konsep dan istilah dasar 19:
P41

1
P21

P31
3

r21

P32

4
P43

2
P42
e2

e3

e4

Gambar 3.1. Model Analisis Jalur SEM


18

Jonathan, co.ibid. h3

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

1. Model jalur ialah suatu diagram yang menghubungkan antara variabel bebeas,
perantara dan tergantung. Pola hubungan ditunjukkan dengan menggunakan anak
panah. Anak panah-anak panah tunggal menunjukkan hubungan sebab-akibat antara
variabel-variabel eksogenous atau perantara dengan satu variabel tergantung atau
lebih. Anak panah juga menghubungkan kesalahan kesalahan (variabel residue)
dengan

semua

variabel

endogeneus

masing-masing.

Anak

panah

ganda

menunjukkan korelasi antara pasangan variabel-variabel eksogeneus.


2. Jalur penyebab untuk suatu variabel yang diberikan. Meliputi pertama, jalur-jalur
arah dari anak panah menuju ke variabel tersebut dan kedua, jalur-jalur korelasi dari
semua variabel endogeneus yang dikorelasikan dengan vaiabel-variabel yang lain
yang mempunyai anak panah-anak panah menuju ke variabel yang sudah ada
tersebut
3. Variabel eksogeneus. Variabel-variabel eksogeneus dalam suatu model jalur ialah
semua variabel yang tidak ada penyebab-penyebab eksplisitnya atau dalam diagram
tidak ada anak-anak panah yang menuju ke arahnya, selain pada bagian kesalahan
pengukuran. Jika antara variabel eksogeneus dikorelasikan maka korelasi tersebut
ditunjukkan dengan anak panah berkepala dua yang menghubungkan variabelvariabel tersebut.
4. Variabel endogeneus. Variabel endogeneus ialah variabel yang mempunyai anak
panah-anak panah menuju ke arah variabel

tersebut. Variabel yang termasuk

didalamnya mencakup semua variabel perantara dan tergantung. Variabel perantara


endogeneus mempunyai anak panah yang menuju arahnya dan dari arah variabel

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

tersebut dalam suatu model diagram jalur. Adapun variabel tergantung hanya
mempunyai anak panah yang menuju ke arahnya.
5. Koefisien jalur/pembobotan jalur. Koefisien jalur adalah koefisien regresi standar
atau disebut beta yang menunjukkan pengaruh langsung dari suatu variabel bebas
terhadapa variabel tergantung dalam suatu model jalur tertentu. Oleh karena itu, jika
suatu model mempunyai dua atau lebih variabel-variabel penyebab maka koefisienkoefisien jalurnya merupakan koefisien-koefisien regresi parsial yang mengukur
besarnya pengaruh satu variabel terhadap variabel lain dalam suatu model jalur
tertentu yang mengontrol dua variabel lain sebelumnya dengan menggunakan data
yang sudah distandarkan atau matriks korelasi sebagai masukan
6. Variabel-variabel eksogeneus yang dikorelasikan. Jika semua variabel exogeneus
dikorelasikan maka sebagai penanda hubungannya ialah anak panah dengan dua
kepala yang dihubungkan diantara variabel-variabel dengan koefisien korelasinya.
7. Istilah gangguan. Istilah kesalahan residual yang secara teknis disebut sebagai
gangguan atau residue mencerminkan adanya varian yang tidak dapat
diterangkan atau pengaruh dari semua variabel yang tidak terukur ditambah dengnan
kesalahan pengukuran.
8. Aturan multiplikasi jalur. Nilai dari suatu jalur gabungan adalah hasil semua
koefisien jalurnya.
9. Dekomposisi pengaruh. Koefisien-koefisien jalur dapat digunakan untuk mengurai
korelasi-korelasi dalam suatu model ke dalam pengaruh langsung dan tidak
langsung yang berhubungan dengan jalur langsung dan tidak langsung yang
direfleksikan dengan anak panah-anak panah dalam suatu model tertentu. Ini

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

didasarkan pada aturan bahwa dalam suatu sistem linier, pengaruh penyebab total
suatu variabel i terhadap variabel j adalah jumlah semua nilai jalur dari i ke j
3.2.4. Model Analisis Jalur
Ada beberapa model jalur mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang
lebih rumit, di antaranya diterangkan dibawah ini 20
Model Regresi Berganda
Model pertama ini sebenarnya merupakan pengembangan regresi berganda
dengan menggunakan dua variabel eksogeneous, yaitu X1 dan X2 dengan satu variabel
endogeneus Y. Model digambarkan pada Gambar 3.2.

X1
Y
X2

Gambar 3.2. Bentuk Model Regresi Berganda


Model Mediasi
Model kedua adalah model mediasi atau perantara di mana variabel Y
memodifikasi pengaruh variabel X terhadap variabel Z. Model digambarkan, pada
Gambar 3.3.

19

Jonathan, co.ibid. h.6

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Gambar 3.3. Bentuk Model Mediasi


Model Kombinasi Pertama dan Kedua
Model ketiga ini merupakan kombinasi antara model pertama dan kedua, yaitu
variabel X berpengaruh terhadap variabel Z secara langsung dan secara tidak langsung
mempengaruhi variabel Z melalui variabel Y. Model digambarkan pada Gambar 3.4.
X1

X2

Gambar 3.4. Model Kombinasi Pertama dan Kedua

Model Kompleks
Model keempat ini merupakan model yang lebih kompleks, yaitu variabel X1
secara langsung mempengaruhi Y2 dan melalui variabel X2 secara tidak langsung
mempengaruhi Y2, sementara variabel Y2 juga dipengaruhi oleh variabel Y1 model
digambarkan pada Gambar 3.5.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

X1

X2

Y1

Y2

Gambar 3.5. Bentuk Model Kompleks

Model Rekursif dan non Rekursif


Dari sisi pandang arah sebab akibat, ada dua tipe model jalur, yaitu rekursif dan
non rekursif. Model rekursif ialah jika semua anak panah menuju satu arah seperti
Gambar 3.6.
P41

1
P21

P31
3

r21

4
P43

P32
2
P42
e2

e3

e4

Gambar 3.6. Bentuk Model Rekursif dan non Rekursif


Model tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:
a. Anak panah menuju satu arah, yaitu dari 1 ke 2, 3 dan 4; dari 2 ke 3 dan dari 3
menuju ke 4. tidak ada arah yang terbalik, misalnya dari 4 ke 1

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

b. Hanya terdapat satu variabel eksogeneous, yaitu 1 dan tiga variabel


endogenuous, yaitu 2,3 dan 4. Masing-masing variabel endogeneous diterangkan
oleh variabel 1 dan error (e2, e3 dan e4)
Model non recursif terjadi jika arah anak panah tidak searah atau terjadi arah yang
terbalik (looping), misalnya dari 4 ke 3 atau dari 3 ke 1 dan 2, atau bersifat sebab akibat
(reciprocal cause)

3.2.5.Persamaan Jalur SEM


3.3.5.1. Persamaan Satu Jalur
Bentuk model yang mengandung unsur persamaan satu jalur adalah pada model
regresi berganda. Dimana hanya terdapat satu variabel endogeneus yang disebabkan
oleh beberapa variabel exogeneus. Bentuk modelnya dapat dilihat pada Gambar 3.7. 21.
X1
RYX1

rX1X3

rX1X2
X2

RYX2

rX2X3
RYX3
X3

Gambar 3.7. Bentuk Model Persamaan Satu Jalur Dalam SEM


Keterangan:
a. Variabel X1, X2 dan X3 adalah variabel eksogeneus

21

Jonathan,co.ibid.h.11

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

b. Variabel Y adalah variabel endogeneus


Persamaannya : Y= RYX1 + RYX2 + RYX3 +

Persamaan Dua Jalur


Dalam persamaan dua jalur model dikembangkan atas tiga variabel exogeneus
dan 2 variabel endogeneus. Model persamaannya dapat dilihat pada Gambar 3.8.
2

1
X1

rX1X3

rX1X2
X2

RY2X1

RY1X1
RY1X2

rX2X3

Y
RY1X3

RY2Y1

Y2

RY2X3

X3

Gambar 3.8. Bentuk Model Persamaan Dua Jalur Dalam SEM


Keterangan:
a. Variabel X1, X2 dan X3 adalah variabel eksogeneus
b. Variabel Y1 dan Y2 adalah variabel endogeneus
Persamaannya adalah:
a. Y1=RY1 X1 + RY X2+ RY X3 + 1

(Pers. Substruktur 1)

b. Y2=RY2 X1 + RY2 X2+ RY2 X3 + 2

(Pers. Substruktur 2)

3.2.5.3. Persamaan Tiga Jalur


Dalam model persamaan tiga jalur, pada umumnya terdapat 2 variabel
exogeneus murni, dan satu variabel exogeneus perantara, dan terdapat 2 variabel

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

endogeneus. Bentuk model persamaan strukturalnya dapat dilihat secara lengkap pada
Gambar 3.9.
Keterangan:
a. Variabel X1 dan X3 adalah variabel eksogeneus
b. Variabel X2 adalah variabel perantara
c. Variabel Y1 dan Y2 adalah variabel endogeneus

2
1
RY1X1

X1

Y1

RX1X2

rX1X3

RY1X2

RY2Y1

X2
RY2X2
RX2X3
X3

RY2X3

Y2

Gambar 3.9. Bentuk Model Persamaan Tiga Jalur Dalam SEM


Persamaannya adalah:
a. X2=R X2 X1 + R X2 X3 + 1

(Pers. Substruktur 1)

b. Y1=RY1 X1 + RY1X2+ 2

(Pers. Substruktur 2)

c. Y2=RY2 X3 + RY2 Y1+ 3

(Pers. Substruktur 2)

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

3.2.7. Langkah-Langkah SEM


Dibawah ini akan ditelusuri lebih lanjut bagaimana menyusun langkah-langkah
untuk membuat pemodelan yang lengkap yaitu 22:
a. Pengembangan model berbasis teori.
Dalam pengembangan model teoritis, harus dilakukan telaah pustaka yang intens
guna mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang akan dikembangkan. Tanpa dasar
teori, SEM tidak dapat digunakan. Setelah itu model divalidasi secara empirik melalui
komputasi program SEM. Pengajuan model kausalitas harus dengan menganggap
adanya hubungan sebab akibat antara dua atau lebih variabel, bukan didasarkan pada
metode analisis yang digunakan, tetapi haruslah berdasarkan justifikasi teoritis yang
mapan. SEM bukan untuk menghasilkan kausalitas, tetapi untuk membenarkan adanya
kausalitas teoritis melalui uji data empirik. Peneliti mempunyai kebebasan untuk
membangun hubungan, sepanjang didukung oleh teori yang memadai. Kesalahan yang
sering timbul adalah kurang atau terabaikannya satu atau beberapa variabel prediktif
kunci dalam menjelaskan sebuah model, yang dikenal dengan specification error.
Meskipun demikian untuk pertimbangkan praktis, jika jumlah variabel, faktor, konsep
atau konstruk yang dikembangkan terlalu banyak, akan menyulitkan interpretasi hasil
analisis, khususnya tingkat signifikansi statistiknya.
b. Mengkontruksi diagram jalur untuk menunjukkan hubungan kausalitas.
Model teoritis yang telah dibangun kemudian digambar dalam bentuk suatu
diagram, yang dikenal dengan diagram jalur. Penggambaran dalam bentuk diagram ini
untuk mempermudah melihat hubungan-hubungan kausal antar variabel eksogen dan

22

www.jonathansarwono.info/sem/sem.htm

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

endogen yang akan diuji. Selanjutnya bahasa program akan mengkonversi gambar
menjadi persamaan, dan persamaan menjadi estimasi. Pada langkah ini ditentukan
variabel independen dan variabel dependennya. Hubungan antar konstruk dinyatakan
melalui anak panah sesuai dengan arah kausalitasnya. Anak panah yang lurus
menunjukkan sebuah hubungan kausal yang langsung antara satu konstruk dengan
konstruk lainnya. Anak panah lengkung dengan lancip dikedua ujungnya menunjukkan
korelasi antar konstruk. Konstruk-konstruk dalam diagram path, dapat
dibedakan menjadi dua :
a. Konstruk Eksogen, dikenal sebagai variabel independen yang tidak diprediksi oleh
variabel lain dalam model. Dalam diagram konstruk eksogen digambarkan sebagai
konstruk yang dituju oleh garis dengan satu ujung panah.
b. Konstruk Endogen, yaitu konstruk yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk.
Konstruk ini dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya,
Sedangkan konstruk eksogen hanya dapat berhubungan kausal dengan konstruk
endogen. Dengan pijakan teoritis yang ada, maka dapat ditentukan mana yang akan
dianggap sebagai konstruk endogen dan mana yang eksogen.
c. Konversi diagram jalur ke dalam serangkaian persamaan struktural dan spesifikasi
model pengukuran.
Setelah model digambarkan dalam diagram path, kita dapat mulai mengkonversi
spesifikasi model kedalam persamaan-persamaan. Persamaan itu terdiri dari :
1. Persamaan-persamaan

struktural,

yang

menyatakan

hubungan

kausalitas

antarberbagai konstruk. Contoh persamaan struktural :Y1 = 1 X1 + 2 X2 + 1

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Jika di dalam bahasa regresi, model di atas digolongkan dalam 2 persamaan regresi
berganda, jadi diuji secara simultan.
2. Persamaan

spesifikasi

model

pengukuran

(measurement

model),

yaitu

spesifikasiyang akan menentukan variabel apa mengukur konstruk apa, serta


menentukan serangkaian matrik yang menunjukkan korelasi yang dihipotesakan
antar konstruk atau variabel. Contoh persamaan spesifikasi model :X11 = 1 X1 +
1
d. Pemilihan matrik input dan teknik estimasi atas model yang dibangun.
Input data yang digunakan dalam analisis SEM adalah menggunakan matrik kovarian
atau matrik korelasi. Input data inilah yang membedakan antara SEM dengan teknik
analisis multivariate yang lain. Meskipun demikian, observasi individual tetap
diperlukan dalam program ini. 2Data individual dapat dientry menggunakan program
lain. Setelah masuk program SEM data segera dikonversi dalam bentuk matrik kovarian
atau matrik korelasi. Walaupun observasi individual tidak menjadi input analisis, tetapi
ukuran sampel penting dalam estimasi dan interpretasi hasil SEM.
Menurut pakar SEM sampel yang baik adalah besarnya antara 100 200. Jika
sampel terlalu besar, akan menjadi sangat sensitif terhadap ukuran-ukuran goodness of
fit. Sebagai pedoman ukuran sampel
1. Antara 100 200 sampel
2. Antara 5 10 kali jumlah parameter yang diestimasi
3. Antara 5 10 kali jumlah indikator.
e. Menilai problem identifikasi.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai ketidakmampuan dari


model yang dikembangkan untuk menghasilkan estimasi yang unik. Problem
identifikasi ini dapat dideteksi dari gejala-gejala yang muncul antara lain :
1. Standar error untuk satu atau beberapa koefisien sangat besar.
2. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya disajikan.
3. Munculnya angka-angka aneh misalnya varians error yang negatif.
4. Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi yang didapat.
f. Evaluasi model.
Kesesuaian model dapat dievaluasi dengan melihat berbagai kriteria kesesuaian.
Secara garis besar uji kesesuaian model dapat digolongkan menjadi 4 hal yaitu :
pengujian parameter hasil dugaan, uji model keseluruhan, uji model struktural, dan uji
pengukuran (validitas dan reliabilitas). Angka-angka indeks yang dapat digunakan
untuk menguji kelayakan sebuah model diantaranya
g. Interpretasi dan modifikasi model.
Langkah terakhir adalah menginterpretasikan model dan memodifikasikan model
bagi model-model yang tidak memenuhi syarat pengujian yang dilakukan. Setelah
model diestimasi harus mempunyai residual kovarian yang kecil. Batas keamanan
jumlah residual adalah 5 %. Jika residual > 5 % dari semua residual kovarian yang
dihasilkan oleh model, maka perlu dipertimbangkan modifikasi model, misalnya dengan
menambah jalur baru terhadap model yang diestimasi. Tetapi yang perlu diingat adalah
bahwa perubahan atau modifikasi model tersebut harus mempunyai dukungan dan
justifikasi teori yang memadai.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Demikianlah SEM dengan keunggulan dan keterbatasnya, dapat dijadikan


alternatif teknik analisis penelitian baik skripsi maupun penelitian sosial ekonomi
lainnya sehingga dapat diperoleh hasil-hasil penelitian dengan variasi yang lebih
beragam. Meskipun demikian, perlu ditegaskan bahwa SEM hanyalah sejenis teknik
statistik yang merupakan alat untuk memecahkan masalah, interpretasi selanjutnya
tergantung dari peneliti itu sendiri.
Untuk keseluruhan tahap dari langkah tersebut dijelaskan dalam skema bertahap
dengan seluruh langkah yang terangkum diatas 23. Ketujuh tahap tersebut dapat dilihat
pada gambar 3.10.
Tahap I:
Membangun Model Berbasis Teori
- Konfirmatori
- Membandingkan Model
- Mengembangkan Model

Tahap 2:
Menciptakan Diagram Jalur
- Mendefinisi Konstruk Endogen dan Exsogen
- Mengkaitkan Hubungan Diagram Jalur

Tahap 3:
Konversi Diagram Jalur
- Menterjemahkan Persamaan Struktural
- Menspesifikasi Model Pengukuran
- Menentukan Banyaknya Indikator
- Mengukur Reabilitas Konstruk
<> Ukuran Item Tunggal
<> Menggunakan Skala Yang
Tervalidasi
<> Analisis Dua Tahap
Tahap 4:
Memilih Matriks Input Korelasi Atau Varian-Kovarian Persoalan
Dalam Penelitian
23

Asumsi SEM

Penilaian Kecukupan Sampel

Metode Estimasi

Kamirul Imam, Analisa Model Persamaan Struktural (SEM), (Jakarta.Multivariat Program MM - PPS
Direct
UNEJ, Multivariat
Jakarta.) Normal Kesalahan Spesifikasi Model
Membuang Outlier
Missing Data

Ukuran Model
Penyimpangan dari Normalitas

Bootstrapping Simulation
Jack Knifing

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Ke tahap 4

Gambar 3. 10. Flowchart Tahapan Analisa SEM

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Dari Tahap 4

Tahap 5:
Penilaian Identifikasi Model
- Menentukan Degree of Freedom
- Diagnosis dan memperbaiki Persoalan
- Indentifikasi

Tahap 6:
Evaluasi Estimasi dan Uji Kesesuaian
Identity/Correct offending
Overall Model Fit
Absolute Fit
Incremental Fit
Parsimonious Fit

Measurement Model Fit


Composte Reliability
Variance Extracted
Structural Model Fit
Comparison of Competing

Interpretasi Model
- Menguji Standardized Residuals
- Mempertimbangkan Indikasi Modifikasi
- Identifikasi Potensi Perubahan Model

Ya

Tahap 7:
Modifikasi Model
Jika Modifikasi teridentifikasi apakah ada
teori pendukungnya ?
Tidak
Model Final

Gambar 3.10. Flowchart Tahapan.............. (Lanjutan)


3.2.8. Skala Guttman
Skala guttman merupakan skala komulatif, yang mengukur suatu dimensi saja
dari satu variabel yang multidimensi. Skala ini sangat baik untuk meyakinkan peneliti
tentang kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang diteliti, yang sering disebut dengan
attribut universal, skala ini juga sering disebut skala scalogram. Skala guttman
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

merupakan skala yang digunakan untuk suatu jawaban yang jelas (tegas) dan konsisten.
Misalnya: yakin-tidak yakin, pernah-tidak, benar-salah, ya-tidak, setuju-tidak setuju dan
lain sebagainya 24.
Skala guttman selain dapat digunakan secara pilihan ganda, juga dapat
digunakan dalam bentuk lembar pengamatan secara checklist. Jawaban responden dapat
berupa skor tertinggi bernilai satu (1) dan jawaban terendah bernilai nol (0) dengan
proses analisis korelasi sederhana dan korelasi ganda, yaitu:
1. Untuk Korelasi Sederhana
2. Untuk Korelasi Ganda
Dimana X= Variabel Eksogenous
Y= Variabel Endogenous dan i = 1,2,3,...n
Dengan koefisien determinan yang menjelaskan persentase tingkat hubungan antar
variabel adalah:
KP= r2 x 100%
Dimana KP: Nilai Koefisien Determinan
r = Nilai Koefisien Korelasi
Ketentuan interpertasi tingkat hubungan yang ditunjukkan oleh nilai r2, maka tingkat
hubungannya dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Dalam analisanya, hipotesis yang diukur adalah sebagai berikut:
Ha : Variabel X berhubungan secara signifikan dengan variabel Y
Ho : Variabel X tidak berhubungan secara signifikan dengan variabel Y
Tabel 3.2. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
24

Jonathan Sarwono, Metode penelitian kuantitatif &kualitatif, Ed I,(Cet I;Yogyakarta:Graha Ilmu,2006).


h.99

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Interval Koefisien
0,80 1,000
0,60 0,799
0,40 0,599
0,20 0,399
0,00 0,199

Tingkat Hubungan
Sangat Kuat
Kuat
Cukup Kuat (Biasa)
Rendah
Sangat Rendah

Sumber: Ridwan (2005:136) dan Bambang (2007:62)

Alasan penempatan Ho dibawah dan Ha diatas dikarenakan Ha merupakan hal yang


diharapkan, sedangkan Ho merupakan hal yang akan diuji untuk menghilangkan pola
kesalahan aliran data dalam pengujian.

BAB IV
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian, pengambilan dan pengumpulan data dilakukan di perusahaan
transportir PT. Burung Laut, Jl. Bantam No.3 Medan, selama bulan Juli 2009 sampai
September 2009

4.2. Lokasi Penelitian


Penelitian, pengambilan dan pengumpulan data dilakukan di perusahaan
transportir PT. Burung Laut, Jl. Bantam No.3 Medan

4.3. Objek Pengamatan


Objek pengamatan adalah rute operasional kapal MT. Citra Bintang yang berada
di Ambon, dan disewakan kepada pihak PT. Pertamina cabang Ambon untuk
mendistribusikan premium, kerosin dan solar ke Depot tujuan BBM ada sebanyak 13
depot yaitu Dobo, Tual, Wayame, Masohi, Merauke, Saumlaki, Fakfak, Kaimana,
Sanana, Tobelo, Namlea, Ternate, Labuha dengan depot asal adalah daerah Ambon.

4.4. Subjek Penelitian


Subjek penelitian adalah pihak PT. Burung Laut, yaitu pihak yang memiliki
kapal tanker MT. Citra Bintang yang menyewakan kapal tanker MT.Citra Bintang

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Dalam metode penelitian direncanakan cara atau prosedur beserta tahapantahapan yang jelas dan disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan
merupakan bagian yang menentukan tahapan selanjutnya sehingga harus dilalui dengan
cermat. Langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar
4.1.
Perumusan Masalah:
Bagaimana membangun jalur yang
efektif untuk rute pelayaran kapal tanker
dan perbandingan metode uang tambang
dan time charter

Tujuan Umum:
Penentuan rute distribusi bbm untuk
menentukan jalur yang optimal dan biaya
yang optimum dengan SEM

Tujuan Khusus:
1. Mendapatkan variabel yang berpengaruh terhadap jalur
operasional kapal
2. Mendapatkan jalur yang optimal dari distribusi BBM
3. Mendapatkan biaya optimal dari metode pengenaan ongkos ke
setiap muatan
4. Mendapatkan biaya kapal perjarak tempuh
5. mendapatkan pilihan terbaik dari perbandingan metode uang
tambang dengan metode time charter

Studi Pendahuluan:
melakukan pengamatan dan melihat data
voyage yang lalu, wawancara dengan
pihak perusahaan

Studi Literatur:
Mempelajari teori-teori yang akan digunakan
untuk mencapai tujuan penelitian yang hendak
dicapai. Studi pustaka yang dilakukan meliputi
pemahaman lanjut mengenai manajemen
perkapalan dan teori mengenai analisa jalur
atau Structural Equation Modelling

Gambar 4.1. Blok Diagram Metodologi Penelitian

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

A
Identifikasi kebutuhan data :
Mengidentifikasi setiap variabel yang terdapat pada
operasional penjadwalan dan rute kapal baik dari segi waktu,
jarak dan biaya

Pengumpulan Data Sekunder:


Dokumen Perusahaan dan Data-data
Perbandingan Studi

Pengumpulan Data Primer:


Dengan Metode Wawancara dan
Pengamatan Langsung

Pengolahan Data:
Menggunakan Analisa Dengan SEM
untuk variabel yang berhubungan dan
penyelesaian akhir dengan manajemen
perkapalan

Pembahasan Hasil:
Menentukan Jalur Efektif Terhadap jadwal
pelayaran kapal

Kesimpulan dan Saran:


Menyimpulkan Semua Hasil Pengolahan
Data Serta Hasil yang Diperoleh, Serta
Menyarankan Hal-hal yang Dianggap
perlu Bagi Perusahaan

Gambar 4.1. Blok Diagram..............(Lanjutan)


4.5. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilaksanakan bertujuan untuk memperoleh masukan
mengenai objek yang akan diteliti.

Melalui studi ini, diharapkan dapat diperoleh

informasi mengenai permasalahan yang diangkat dalam penelitian dan variabel-variabel


yang terkait dengan masalah tersebut.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Studi pendahuluan yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan


melakukan pengamatan dan melihat data voyage yang lalu, wawancara dengan pihak
perusahaan.

4.6. Studi Pustaka


Studi pustaka sangat berguna dalam penelitian sebab dapat dimanfaatkan
sebagai landasan logika berpikir dalam penyelesaian masalah secara ilmiah. Pada
dasarnya bobot atau nilai suatu penelitian ditentukan oleh seberapa cermat landasan
teori yang dipakai oleh peneliti.
Pada tahap ini, teori-teori serta konsep-konsep penelitian yang telah
dikembangkan sebelumnya dan ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi
dikemukakan sebagai dasar menuju tahapan selanjutnya.

Studi pustaka dilakukan

dengan mempelajari teori-teori yang akan digunakan untuk mencapai tujuan penelitian
yang hendak dicapai. Studi pustaka yang dilakukan meliputi pemahaman lanjut
mengenai manajemen perkapalan dan teori mengenai analisa jalur atau Structural
Equation Modelling

4.7. Identifikasi Variabel Penelitian


Setiap variabel yang diperlukan di dalam penelitian ini perlu diidentifikasi, yang
diperlukan pada aktivitas operasional kapal, variabel yang di identifikasi yaitu waktu,
yaitu waktu perjalanan, waktu manuver, waktu bongkar muat, jarak antar depot, setiap
biaya yang dikeluarkan secara umum oleh pihak perusahaan. Untuk seluruh keterangan
waktu dapat dilihat pada keterangan sekunder

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

4.8. Pengumpulan Data


Dalam pengumpulan data, pada dasarnya data dibagi kedalam dua jenis data yang
dikumpulkan, yaitu:
1. Data Primer
Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara. Dilakukan
dengan mewawancarai pimpinan untuk memperoleh data yang diperlukan dan
informasi apa saja yang diperlukan dalam pengolahan data. Data yang terkumpul
dari hasil pengamatan langsung ke lapangan dan wawancara dengan pihak
perusahaan adalah data urutan kegiatan pelayaran kapal tanker yaitu kegiatan apa
saja yang dilakukan oleh kapal tanker dalam melakukan pelayaran, serta apa saja
yang menjadi kendala dan hambatan yang sering terjadi dalam melakukan
perjalanan
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti
sebelumnya dan telah diberikan perlakuan terhadap data tersebut sehingga menjadi
suatu informasi yang bernilai guna. Adapun data sekunder yang dikumpulkan adalah
1. Waktu berlayar: Waktu yang dibutuhkan kapal untuk berlayar dari pelabuhan
yang satu ke pelabuhan yang lain
2. Waktu bersandar : Waktu mulai tiba ditempat tujuan sampai waktu untuk
berangkat kembali dikurangi waktu bongkar maupun muat
3. Waktu Bongkar: Waktu untuk membongkar muatan kapal, berdasarkan
unloading ratenya

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

4. Waktu Muat : Waktu untuk memasukkan muatan ke kapal, berdasarkan loading


ratenya
5. Jarak: yaitu jarak antar masing-masing pelabuhan
6. Biaya operasional: seluruh biaya operasional yang dibutuhkan setiap operasional
kapal
7. Informasi tarif kapal: Biaya yang dikenakan pada kapal selama mengadakan
operasi di pelabuhan
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi yaitu mengumpulkan
setiap variabel yang berhubungan dengan operasional kapal dengan menggunakan
setiap variabel yang berhubungan dengan operasional kapal dengan menggunakan
instrumen alat tulis dan lembar pengamatan, untuk data sekunder, diambil dari data
internal dan eksternal, data internal dari perusahaan dan data eksternal dari media
elektronik yang memuat informasi kapal. Observasi dilakukan dengan memperhatikan
setiap laporan voyage yang masuk ke perusahaan dengan sensus atau mengambil data
pelayaran selama april 2008 sampai april 2009

4.9. Pengolahan Data


Data-data yang sudah diterangkan diatas kemudian akan diolah berdasarkan setiap
pendekatan teori untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dan mampu menyelesaikan
permasalahan yang diangkat, untuk setiap langkah yang dilakukan dalam pengolahan
data dapat dilihat pada Gambar 4.2. dimana setiap keterangan langkahnya akan
diterangkan pada bagian yang dibawahnya.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Menentukan variabel-variabel yang


berpengaruh kepada operasional kapal
yang akan dianalisis
Menganalisis dengan Stuctural Equation Modelling
1. Pembangunan Model Berbasis teori
2. Mengkontruksi diagram jalur untuk menunjukkan
hubungan kausalitas
3. Konversi diagram jalur ke dalam serangkaian
persamaan struktural dan spesifikai model pengukuran
4. Pemilihan matrik input dan teknik estimasi atas
model yang dibangun
5. Menilai problem identifkasi
6. Evaluasi model
7. Interpretasi dan modifikasi model
Mendapatkan Model jalur/rute
berdasarkan setiap variabel yang
dianalisis
Membandingkan metode operasi
antara metode time charter dan
metode uang tambang

Metode Uang Tambang


(Freight)

Metode Time Charter

Mendapatkan Metode
Operasi terbaik dengan
jalur/rute yang efektif

Gambar 4.2. Diagram Blok Pengolahan Data


1. Menentukan variabel-variabel yang berpengaruh kepada operasional kapal yang
akan dianalisis.
Dari data yang dikumpulkan, ditentukan setiap variabel yang berpengaruh, agar
dapat dianalisis dengan Structural Equation Modelling
2. Menganalisa dengan Structural Equation Modelling (SEM)

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Didalam SEM terdapat beberapa tahapan dalam pengolahan data sebagai berikut:
a. Pengembangan model berbasis teori
Membangun model dari variabel yang memberi pengaruh terhadap operasional
kapal, yaitu waktu, kecepatan, jarak, biaya.
b. Mengkontruksi diagram jalur untuk menunjukkan hubungan kausalitas .
Menggambarkan hubungan antara setiap variabel dengan anak panah di setiap
variabel
c. Konversi diagram jalur kedalam serangkaian persamaan struktural dan
spesifikasi model pengukuran.
Menyusun diagram jalur bertujuan untuk memudahkan dalam menjelaskan
hubungan-hubungan yang ada. Persamaan yang didapatkan dari diagram alur diatas
disusun dengan persamaan-persamaan yang umumnya bersifat linier
n

Yi =

PX Y
i =1
j =1

+ , (dimana i = 1,2,3....n) dan ( j = 1,2,3.....n)

d. Pemilihan matriks input (masukan) dan teknik estimasi terhadap model yang
dibangun
e. Menentukan matrik yang sesuai dalam melakukan analisis dengan model
struktural yang telah dibangun dan persamaan yang telah didapatkan serta persoalan
yang ingin dipecahkan. Biasanya terdapat 3 kondisi yang biasa terjadi dalam SEM
yang dapat dilihat dalam Tabel 4.1.
f. Menilai problem identifikasi
Mempertimbangkan setiap alternatif-alternatif yang mungkin ada

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Tabel 4.1. Beberapa Bentuk Matrik Dalam Analisa SEM

No

Asumsi SEM

Penilaian Kecukupan Sampel

Metode Estimasi

1 Multivariat Normal Kesalahan Spesifikasi Model


Direct
2 Membuang Outlier Ukuran Model
Bootstrapping Simulation
Penyimpangan dari Normalitas Jack Knifing
3 Missing Data
Sumber: Imam Kamarul, 2006, Analisa Model Persamaan Struktural (SEM).

g. Evaluasi model
Mengeleminasi alternatif-alternatif yang tidak layak, yaitu yang menimbulkan biaya
yang sangat besar
h. Interpretasi dan modifikasi model
Memperbaiki model yang ada dengan menunjukkan model yang terbaik
3. Mendapatkan model jalur/rute berdasarkan setiap variabel yang dianalisis dengan
SEM, dimodelkan sehingga mendapatkan jalur yang efektif.
4. Membandingkan metode operasi pendapatan metode time charter atau dengan
metode freight, untuk mendapatkan laba yang lebih besar.
5.

Mendapatkan jalur yang efektif dan laba yang optimum

4.10. Analisis Pemecahan Masalah


Semua data, baik yang diperoleh dalam pengumpulan data maupun yang didapat
dari hasil pengolahan data dianalisis dan dibandingkan dengan sumber referensi yang
ada dan teori-teori yang mendukung. Analisa data yang dilakukan adalah
membandingkan setiap jalur yang didapatkan berdasarkan biaya yang optimal dan
waktu yang efektif

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

4.11. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Dari hasil analisa data yang dilakukan, diambil suatu kesimpulan yang diharapkan
dapat memberikan suatu gambaran kepada PT. Burung Laut tentang jalur yang
efektif untuk penjadwalan pelayaran kapal tanker MT.Citra Bintang
2. Saran
Saran berupa rekomendasi juga disampaikan kepada PT. Burung Laut, yang
diharapkan dapat menjadi suatu masukan untuk menentukan arah kebijakan dan
keputusan strategis top management dalam mengoperasikan armada tanker.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data


5.1.1. Data Perjalanan Kapal Tanker
Data perjalanan kapal tanker MT.Citra Bintang mulai dari bulan april tahun
2009, yang berisi data pelabuhan tujuan, waktu kedatangan kapal (SBE Ship Arrived),
waktu mulai bongkar/muat (Comenced Load/Disch), waktu selesai bongkar/muat
(Complete Load/Disch), waktu berangkat (Bosv/Full Away) untuk keseluruhan data
dapat diperhatikan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Data Perjalanan Kapal Tanker MT. Citra Bintang
Waktu
Kedatangan
Kapal

Waktu Mulai
Bongkar/Muat

Waktu Selesai
Bongkar/Muat

Waktu
Berangkat

TTW AMBON
JAYA PURA
SERUI
PERT.KASIM/S
ORONG

4/15/08 8:30 PM
4/21/08 10:48 AM
4/23/08 1:18 PM

4/16/08 10:00 AM
4/21/08 2:24 PM
4/23/08 3:48 PM

4/17/08 8:18 AM
4/22/08 12:48 AM
4/23/08 5:42 PM

4/17/08 1:30 PM
4/22/08 8:30 AM
4/23/08 11:00 PM

4/25/08 8:12 AM

4/27/08 3:42 PM

4/28/08 5:00 AM

4/28/08 9:06 AM

TOBELO
TERNATE
TTW AMBON
MERAUKE
TTW AMBON
TERNATE
TOBELO
TTW AMBON
SAUMLAKI
TUAL
TTW AMBON
KAIMANA
KAIMANA
FAK-FAK
MASOHI
TTW AMBON
SAUMLAKI

4/29/08 3:00 PM
5/1/08 1:00 AM
5/3/08 1:00 AM
5/8/08 5:00 AM
5/13/08 7:30 PM
5/17/08 2:00 AM
5/18/08 12:30 PM
5/20/08 10:12 PM
5/24/08 1:00 PM
5/26/08 9:24 AM
5/28/08 4:00 AM
6/1/08 8:30 AM
6/1/08 8:30 AM
6/3/08 2:48 AM
6/4/08 7:30 PM
6/6/08 12:30 AM
6/9/08 8:48 PM

4/29/08 5:30 PM
5/1/08 9:18 AM
5/3/08 3:54 PM
5/9/08 7:00 PM
5/14/08 6:36 PM
5/17/08 10:36 AM
5/18/08 1:54 PM
5/21/08 12:42 AM
5/24/08 1:42 PM
5/26/08 11:54 AM
5/28/08 9:30 AM
6/1/08 1:12 PM
6/1/08 1:12 PM
6/3/08 9:48 AM
6/5/08 9:36 AM
6/6/08 9:42 AM
6/10/08 9:24 AM

4/30/08 12:24 AM
5/1/08 5:00 PM
5/4/08 9:48 AM
5/10/08 4:42 AM
5/15/08 9:06 PM
5/17/08 8:12 PM
5/18/08 3:36 PM
5/21/08 7:30 PM
5/25/08 6:12 AM
5/26/08 6:12 PM
5/28/08 2:00 PM
6/1/08 9:42 PM
6/1/08 9:42 PM
6/3/08 3:18 PM
6/5/08 1:06 PM
6/7/08 2:24 AM
6/10/08 7:12 PM

4/30/08 11:30 AM
5/1/08 8:00 PM
5/4/08 8:00 PM
5/10/08 10:12 PM
5/15/08 7:00 PM
5/17/08 10:12 PM
5/19/08 8:12 AM
5/22/08 11:30 PM
5/25/08 11:30 AM
5/26/08 10:42 PM
5/28/08 5:00 PM
6/2/08 7:48 AM
6/2/08 7:48 AM
6/3/08 7:30 PM
6/5/08 5:00 PM
6/7/08 10:30 AM
6/10/08 12:00 PM

Pelabuhan
Asal

Pelabuhan
Tujuan

AMPENAN
TTW AMBON
JAYA PURA
SERUI
PERT.KASIM/
SORONG
TOBELO
TERNATE
TTW AMBON
MERAUKE
TTW AMBON
TERNATE
TOBELO
TTW AMBON
SAUMLAKI
TUAL
TTW AMBON
TTW AMBON
KAIMANA
FAK-FAK
MASOHI
TTW AMBON

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

Tabel 5.1. Data Perjalanan ................(Lanjutan)


Waktu
Kedatangan
Kapal

Waktu Mulai
Bongkar/Muat

Waktu Selesai
Bongkar/Muat

Waktu
Berangkat

TUAL
FAK-FAK
TTW AMBON
labuha
SORONG
KILANG
KASIM

6/11/08 7:30 PM
6/13/08 9:00 AM
6/14/08 11:00 PM
6/17/08 5:00 PM
6/19/08 7:30 AM

6/12/08 9:42 AM
6/13/08 10:36 AM
6/15/08 9:36 PM
6/17/08 7:18 PM
6/20/08 10:24 AM

6/12/08 11:30 AM
6/13/08 2:48 PM
6/16/08 9:30 AM
6/17/08 11:36 PM
6/20/08 8:48 PM

6/12/08 4:00 PM
6/13/08 6:00 PM
6/16/08 5:30 PM
6/18/08 8:30 AM
6/20/08 10:12 AM

6/20/08 1:24 PM

6/20/08 4:24 PM

6/21/08 3:24 AM

6/21/08 9:30 AM

KAIMANA
FAK-FAK
BULA
MASOHI
TTW AMBON
MERAUKE
TTW AMBON
DOBO
TUAL
BULA
TTW AMBON
MASOHI
BULA
TUAL
TTW AMBON
LABUHA
SANANA
TTW AMBON
DOBO
TUAL
TTW AMBON
MERAUKE
TTW AMBON
MASOHI
LABUHA
TOBELO
TTW AMBON
TOBELO
LABUHA
NAMLEA
TTW AMBON
TUAL
DOBO
SAUMLAKI
TTW AMBON

6/22/08 11:00 PM
6/24/08 2:00 PM
6/25/08 6:00 AM
6/27/08 1:00 AM
6/27/08 9:30 PM
7/6/08 5:00 AM
7/11/08 7:00 AM
7/15/08 7:30 PM
7/17/08 5:48 AM
7/18/08 4:00 PM
7/20/08 9:00 AM
7/23/08 8:24 PM
7/25/08 6:30 PM
7/27/08 4:30 AM
7/29/08 2:30 PM
8/5/08 9:30 AM
8/6/08 8:00 AM
8/7/08 9:00 AM
8/11/08 11:30 PM
8/13/08 2:18 AM
8/15/08 3:54 PM
8/22/08 3:30 AM
8/27/08 2:12 PM
9/1/08 4:00 PM
9/3/08 1:36 AM
9/4/08 7:00 PM
9/16/08 10:30 PM
9/20/08 1:36 PM
9/22/08 6:42 PM
9/23/08 9:00 PM
9/24/08 10:36 PM
10/4/08 1:30 AM
10/5/08 5:00 PM
10/7/08 8:30 AM
10/9/08 2:30 AM

6/23/08 9:54 AM
6/24/08 3:36 PM
6/25/08 9:24 AM
6/27/08 9:24 AM
6/30/08 8:42 PM
7/6/08 4:48 PM
7/12/08 4:00 PM
7/16/08 9:12 AM
7/17/08 9:36 AM
7/18/08 6:18 PM
7/20/08 12:18 PM
7/24/08 9:36 AM
7/25/08 8:12 PM
7/27/08 9:42 AM
7/29/08 5:30 PM
8/5/08 11:00 AM
8/6/08 9:54 AM
8/9/08 8:36 AM
8/12/08 11:06 AM
8/13/08 10:30 AM
8/16/08 10:30 AM
8/23/08 6:18 AM
8/31/08 10:12 PM
9/1/08 5:36 PM
9/3/08 9:36 AM
9/5/08 8:18 AM
9/17/08 12:00 PM
9/20/08 4:12 PM
9/22/08 10:06 AM
9/24/08 9:00 AM
10/1/08 1:48 PM
10/4/08 10:06 AM
10/5/08 7:48 PM
10/7/08 10:30 AM
10/9/08 10:18 AM

6/23/08 5:00 PM
6/24/08 5:00 PM
6/25/08 4:54 PM
6/27/08 11:06 AM
7/1/08 10:42 AM
7/7/08 2:48 AM
7/12/08 6:48 PM
7/16/08 3:00 PM
7/17/08 1:12 PM
7/19/08 4:12 AM
7/23/08 6:30 AM
7/24/08 1:54 PM
7/26/08 1:24 AM
7/27/08 6:00 PM
7/30/08 12:24 PM
8/5/08 1:24 PM
8/6/08 12:48 PM
8/9/08 11:48 PM
8/12/08 12:12 PM
8/13/08 11:12 PM
8/17/08 2:54 AM
8/23/08 4:24 PM
9/1/08 2:48 AM
9/1/08 7:00 PM
9/3/08 3:42 PM
9/5/08 12:48 PM
9/18/08 1:00 PM
9/20/08 10:12 PM
9/22/08 3:18 PM
9/24/08 12:06 PM
10/2/08 10:30 AM
10/4/08 6:06 PM
10/5/08 11:30 PM
10/7/08 3:00 PM
10/10/08 12:06 AM

6/23/08 11:00 PM
6/24/08 8:00 PM
6/26/08 1:00 AM
6/27/08 2:12 PM
7/1/08 5:30 PM
7/7/08 10:00 PM
7/12/08 11:30 PM
7/16/08 7:00 PM
7/17/08 7:30 PM
7/19/08 8:00 PM
7/23/08 12:30 PM
7/24/08 7:00 PM
7/26/08 8:00 AM
7/28/08 8:30 AM
7/30/08 7:00 PM
8/5/08 4:00 PM
8/6/08 4:00 PM
8/10/08 7:30 AM
8/12/08 3:30 PM
8/14/08 9:00 AM
8/17/08 9:30 AM
8/24/08 6:00 AM
9/1/08 9:00 AM
9/1/08 10:00 PM
9/3/08 8:30 PM
9/5/08 8:00 PM
9/18/08 7:00 PM
9/21/08 7:00 AM
9/22/08 11:00 PM
9/24/08 4:00 PM
10/2/08 5:30 PM
10/5/08 8:00 AM
10/6/08 4:00 PM
10/7/08 7:00 PM
10/10/08 9:00 AM

Pelabuhan
Asal

Pelabuhan
Tujuan

SAUMLAKI
TUAL
FAK-FAK
TTW AMBON
LABUHA
SORONG
KILANG
KASIM
KAIMANA
FAK-FAK
BULA
MASOHI
TTW AMBON
MERAUKE
TTW AMBON
DOBO
TUAL
BULA
TTW AMBON
MASOHI
BULA
TUAL
SORONG
LABUHA
SANANA
TTW AMBON
DOBO
TUAL
TTW AMBON
MERAUKE
TTW AMBON
MASOHI
LABUHA
TOBELO
TTW AMBON
TOBELO
LABUHA
NAMLEA
TTW AMBON
TUAL
DOBO
SAUMLAKI

Tabel 5.1. Data Perjalanan ................(Lanjutan)


Waktu
Kedatangan
Kapal

Waktu Mulai
Bongkar/Muat

Waktu Selesai
Bongkar/Muat

Waktu
Berangkat

MERAUKE
TTW AMBON
LABUHA
TERNATE
TOBELO
TTW AMBON
SAUMLAKI
BULA
MASOHI
TTW AMBON
MERAUKE
TTW AMBON
TERNATE
LABUHA
TTW AMBON
TOBELO
TERNATE
KILANG
KASIM

10/13/08 7:12 PM
10/18/08 9:48 PM
10/21/08 10:42 AM
10/22/08 9:30 AM
10/23/08 12:48 AM
10/25/08 1:48 PM
10/28/08 10:00 AM
10/30/08 5:30 PM
11/1/08 11:30 AM
11/2/08 2:30 AM
11/7/08 8:30 PM
11/12/08 5:30 PM
11/16/08 7:00 AM
11/17/08 7:24 AM
11/18/08 5:18 PM
11/23/08 6:00 PM
11/25/08 7:24 AM

10/14/08 2:00 PM
10/19/08 2:42 PM
10/21/08 5:42 PM
10/22/08 12:00 AM
10/23/08 1:42 PM
10/26/08 12:00 AM
10/28/08 12:48 PM
10/30/08 8:54 PM
11/1/08 1:00 PM
11/2/08 9:18 AM
11/8/08 11:18 AM
11/12/08 11:24 PM
11/16/08 10:48 AM
11/17/08 11:18 AM
11/20/08 11:30 PM
11/23/08 9:30 PM
11/26/08 9:00 AM

10/15/08 1:36 AM
10/20/08 4:00 AM
10/21/08 7:48 PM
10/22/08 5:24 PM
10/23/08 4:42 PM
10/26/08 3:48 PM
10/28/08 9:54 PM
10/31/08 5:06 AM
11/1/08 4:54 PM
11/2/08 10:30 PM
11/8/08 8:00 PM
11/13/08 2:36 PM
11/16/08 6:00 PM
11/17/08 8:00 PM
11/21/08 5:06 PM
11/24/08 11:06 AM
11/26/08 11:06 AM

10/15/08 2:00 PM
10/20/08 11:30 AM
10/22/08 1:00 AM
10/22/08 9:00 PM
10/23/08 9:00 PM
10/26/08 10:30 PM
10/29/08 5:00 AM
10/31/08 11:30 AM
11/1/08 7:00 PM
11/3/08 8:30 AM
11/9/08 9:00 AM
11/13/08 8:30 PM
11/16/08 10:00 PM
11/18/08 9:00 AM
11/21/08 11:30 PM
11/24/08 4:30 PM
11/26/08 12:30 PM

11/28/08 11:00 AM

11/28/08 1:42 PM

11/29/08 12:48 AM

11/29/08 7:30 AM

LABUHA
FAK-FAK
KAIMANA
TTW AMBON
MERAUKE
TTW AMBON
LABUHA
TOBELO
MASOHI
AMBON
MERAUKE
AMBON
SAUMLAKI
DOBO
TUAL
FAK-FAK
AMBON
TOBELO
TERNATE
LABUHA
AMBON
MERAUKE
AMBON

11/30/08 6:30 AM
12/2/08 3:00 AM
12/3/08 1:00 PM
12/6/08 12:30 AM
12/12/08 12:00 AM
12/16/08 8:48 PM
12/24/08 9:30 AM
12/25/08 8:12 PM
12/28/08 10:30 PM
2/16/09 1:00 AM
2/24/09 7:30 AM
2/28/09 10:54 PM
3/3/09 8:30 PM
3/5/09 10:30 PM
3/7/09 6:30 AM
3/9/09 1:48 AM
3/10/09 11:00 PM
3/14/09 5:30 AM
3/15/09 4:00 PM
3/17/09 12:54 AM
3/18/09 5:48 PM
3/23/09 8:30 PM
3/28/09 8:42 PM

11/30/08 9:42 AM
12/2/08 10:00 AM
12/4/08 12:12 AM
12/7/08 12:06 AM
12/12/08 1:00 PM
12/22/08 10:48 AM
12/24/08 12:18 PM
12/26/08 8:54 AM
12/29/08 9:24 AM
2/20/09 12:18 AM
2/24/09 3:48 PM
3/1/09 2:30 PM
3/4/09 10:36 AM
3/6/09 11:00 AM
3/7/09 10:54 AM
3/9/09 9:54 AM
3/11/09 11:00 AM
3/14/09 10:24 AM
3/16/09 9:42 AM
3/17/09 10:00 AM
3/19/09 10:42 AM
3/24/09 1:12 PM
3/29/09 2:06 PM

11/30/08 2:36 PM
12/2/08 2:30 PM
12/4/08 5:06 AM
12/8/08 1:42 AM
12/12/08 10:32 PM
12/23/08 3:36 AM
12/24/08 4:00 PM
12/26/08 4:04 PM
12/29/08 10:42 AM
2/20/09 1:24 PM
2/25/09 1:06 AM
3/2/09 2:30 AM
3/4/09 2:36 PM
3/6/09 2:36 PM
3/7/09 4:36 PM
3/9/09 2:12 PM
3/12/09 4:30 AM
3/14/09 7:18 PM
3/16/09 12:06 PM
3/17/09 2:54 PM
3/20/09 12:48 AM
3/24/09 10:12 PM
3/30/09 3:00 AM

11/30/08 7:00 PM
12/2/08 7:30 PM
12/4/08 10:30 AM
12/8/08 12:00 PM
12/13/08 12:00 AM
12/23/08 10:00 AM
12/24/08 8:30 PM
12/27/08 1:30 AM
12/29/08 2:00 PM
2/20/09 7:30 PM
2/25/09 2:00 PM
3/2/09 11:30 AM
3/4/09 11:30 PM
3/6/09 8:00 PM
3/8/09 8:30 AM
3/9/09 5:30 PM
3/12/09 11:00 AM
3/15/09 12:00 AM
3/16/09 3:30 PM
3/17/09 7:00 PM
3/20/09 8:30 AM
3/25/09 11:30 AM
3/30/09 2:00 PM

Pelabuhan
Asal

Pelabuhan
Tujuan

TTW AMBON
MERAUKE
TTW AMBON
LABUHA
TERNATE
TOBELO
TTW AMBON
SAUMLAKI
BULA
MASOHI
TTW AMBON
MERAUKE
TTW AMBON
TERNATE
LABUHA
TTW AMBON
TOBELO
TERNATE
KILANG
KASIM
LABUHA
FAK-FAK
KAIMANA
TTW AMBON
MERAUKE
TTW AMBON
LABUHA
TOBELO
MASOHI
AMBON
MERAUKE
AMBON
SAUMLAKI
DOBO
TUAL
FAK-FAK
AMBON
TOBELO
TERNATE
LABUHA
AMBON
MERAUKE

Tabel 5.1. Data Perjalanan ................(Lanjutan)

Pelabuhan
Asal

Pelabuhan
Tujuan

Waktu
Kedatangan
Kapal

Waktu Mulai
Bongkar/Muat

Waktu Selesai
Bongkar/Muat

Waktu
Berangkat

4/1/09 10:18 AM
4/3/09 10:48 AM
4/5/09 8:12 AM
4/8/09 11:42 AM
4/11/09 9:18 AM
4/13/09 9:00 AM
4/14/09 5:54 PM
4/18/09 9:24 AM
4/23/09 1:18 PM

4/1/09 2:24 PM
4/3/09 2:30 PM
4/5/09 3:36 PM
4/8/09 11:12 PM
4/11/09 3:30 PM
4/13/09 11:48 AM
4/14/09 9:54 PM
4/18/09 9:24 PM
4/23/09 10:12 PM

4/1/09 7:30 PM
4/3/09 6:00 PM
4/5/09 8:00 PM
4/9/09 8:30 AM
4/12/09 7:30 AM
4/13/09 5:00 PM
4/15/09 9:30 AM
4/19/09 10:00 AM
4/24/09 3:00 PM

AMBON
FAK-FAK
3/31/09 8:30 PM
FAK-FAK
SANANA
4/3/09 8:30 AM
SANANA
TOBELO
4/5/09 5:30 AM
TOBELO
AMBON
4/7/09 12:30 PM
AMBON
TUAL
4/10/09 5:30 PM
TUAL
DOBO
4/12/09 6:18 PM
DOBO
SAUMLAKI
4/14/09 4:00 PM
SAUMLAKI
AMBON
4/16/09 5:24 PM
AMBON
MERAUKE
4/22/09 10:00 PM
(Sumber: PT. Burung Laut)

Untuk data jarak yang ditempuh kapal tanker dan banyak muatan yang
dibongkar/dimuat disetiap depot tujuan dan depot asal dapat dilihat di Tabel 5.2..
Tabel 5.2. Data Jarak Tempuh dan Banyak Bongkar/Muat BBM
Kapal Tanker MT. Citra Bintang
PELABUHAN ASAL

PELABUHAN
TUJUAN

AMPENAN
TTW AMBON
JAYA PURA
SERUI
PERT.KASIM/SORONG
TOBELO
TERNATE
TTW AMBON
MERAUKE
TTW AMBON
TERNATE
TOBELO
TTW AMBON
SAUMLAKI
TUAL
TTW AMBON
KAIMANA
FAK-FAK
MASOHI
TTW AMBON
SAUMLAKI
TUAL

TTW AMBON
JAYA PURA
SERUI
PERT.KASIM/SORONG
TOBELO
TERNATE
TTW AMBON
MERAUKE
TTW AMBON
TERNATE
TOBELO
TTW AMBON
SAUMLAKI
TUAL
TTW AMBON
KAIMANA
FAK-FAK
MASOHI
TTW AMBON
SAUMLAKI
TUAL
FAK-FAK

JARAK
TEMPUH
(mil)
414
930
331
382
931
155
334
932
798
357
933
437
432
934
337
1007
935
276
86
936
363
196

BBM YANG
DIBONGKAR/MUAT (KL)
2568.253
2169.4
398.853
2542.223
1206.618
1335.605
2594.7
2594.7
2599.549
2362.665
235.884
2574.748
1806.419
768.329
2600.689
1152.613
507.816
644.797
2601
1431.212
712.057
719.155

Tabel 5.2. Data Jarak Tempuh dan Banyak Bongkar/Muat.......(Lanjutan)


PELABUHAN ASAL
FAK-FAK
TTW AMBON
Labuha
SORONG
KILANG KASIM
KAIMANA
FAK-FAK
BULA
MASOHI
TTW AMBON
MERAUKE
TTW AMBON
DOBO
TUAL
BULA
TTW AMBON
MASOHI
BULA
TUAL
TTW AMBON
SORONG
LABUHA
SANANA
TTW AMBON
DOBO
TUAL
TTW AMBON
MERAUKE
TTW AMBON
MASOHI
LABUHA
TOBELO
TTW AMBON
TOBELO
LABUHA
NAMLEA
TTW AMBON
TUAL
DOBO
SAUMLAKI
TTW AMBON
MERAUKE
TTW AMBON

PELABUHAN
TUJUAN
TTW AMBON
Labuha
SORONG
KILANG KASIM
KAIMANA
FAK-FAK
BULA
MASOHI
TTW AMBON
MERAUKE
TTW AMBON
DOBO
TUAL
BULA
TTW AMBON
MASOHI
BULA
TUAL
TTW AMBON
SORONG
LABUHA
SANANA
TTW AMBON
DOBO
TUAL
TTW AMBON
MERAUKE
TTW AMBON
MASOHI
LABUHA
TOBELO
TTW AMBON
TOBELO
LABUHA
NAMLEA
TTW AMBON
TUAL
DOBO
SAUMLAKI
TTW AMBON
MERAUKE
TTW AMBON
LABUHA

JARAK
TEMPUH
(mil)
937
270
265
938
432
173
115
931
84
1237
932
783
124
933
150
91
934
236
345
935
259
184
936
460
124
414
930
931
155
334
155
334
932
798
357
933
437
432
934
337
1007
1007
935

BBM YANG
DIBONGKAR/MUAT (KL)
2592.079
823.521
1768.558
2349.211
1153.461
340.212
449.429
406.109
2569.88
2569.88
2597.243
1001.829
752.088
843.326
2592.978
896.138
328.371
1368.469
2621.321
1554.673
505.091
561.557
2613.608
178.403
2435.205
2594.7
2594.7
2599.549
2363.665
235.884
2574.748
1806.419
768.329
2600.689
1152.613
507.816
644.797
2601.533
1431.212
712.057
719.155
2592.079
823.521

Tabel 5.2. Data Jarak Tempuh dan Banyak Bongkar/Muat.......(Lanjutan)


PELABUHAN ASAL
LABUHA
TERNATE
TOBELO
TTW AMBON
SAUMLAKI
BULA
MASOHI
TTW AMBON
MERAUKE
TTW AMBON
TERNATE
LABUHA
TTW AMBON
TOBELO
TERNATE
KILANG KASIM
LABUHA
FAK-FAK
KAIMANA
TTW AMBON
MERAUKE
TTW AMBON
LABUHA
TOBELO
MASOHI
AMBON
MERAUKE
AMBON
SAUMLAKI
DOBO
TUAL
FAK-FAK
AMBON
TOBELO
TERNATE
LABUHA
AMBON
MERAUKE
AMBON
FAK-FAK
SANANA
TOBELO
AMBON

PELABUHAN
TUJUAN
TERNATE
TOBELO
TTW AMBON
SAUMLAKI
BULA
MASOHI
TTW AMBON
MERAUKE
TTW AMBON
TERNATE
LABUHA
TTW AMBON
TOBELO
TERNATE
KILANG KASIM
LABUHA
FAK-FAK
KAIMANA
TTW AMBON
MERAUKE
TTW AMBON
LABUHA
TOBELO
MASOHI
AMBON
MERAUKE
AMBON
SAUMLAKI
DOBO
TUAL
FAK-FAK
AMBON
TOBELO
TERNATE
LABUHA
AMBON
MERAUKE
AMBON
FAK-FAK
SANANA
TOBELO
AMBON
TUAL

JARAK
TEMPUH
(mil)
276
86
936
363
196
937
270
265
938
432
173
96
489
939
535
265
940
201
437
967
933
270
273
934
414
967
935
380
265
936
199
340
937
184
108
938
967
935
939
426
409
940
380

BBM YANG
DIBONGKAR/MUAT (KL)
1768.558
2592.079
823.521
1768.558
2349.211
1153.461
340.212
2599.804
2076.295
523.509
2648.658
1065.221
659.246
924.191
2554.952
2554.952
2572.725
796.683
1480.516
295.526
2559.179
2559.179
2534.578
461.441
653.074
961.449
458.614
2498.665
1055.902
657.048
785.715
2615.599
2615.599
2565.297
601.792
753.834
1209.671
2531.831
1405.337
531.729
594.765
2531.831
1405.337

Tabel 5.2. Data Jarak Tempuh dan Banyak Bongkar/Muat.......(Lanjutan)


PELABUHAN ASAL

PELABUHAN
TUJUAN

TUAL
DOBO
DOBO
SAUMLAKI
SAUMLAKI
AMBON
AMBON
MERAUKE
(Sumber: PT. Burung Laut)

JARAK
TEMPUH
(mil)
124
941
367
967

BBM YANG
DIBONGKAR/MUAT (KL)
531.729
594.765
2556.887
2556.887

5.1.2.Data Jarak Antar Pelabuhan dan Kapasitas Pelabuhan


Data jarak antar pelabuhan baik antar depot tujuan dan depot asal diperlukan
untuk menentukan jarak yang optimal bagi kapal tanker MT.Citra Bintang, untuk
keseluruhan data antar jarak dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Data Jarak Antar Pelabuhan
Ambon Dobo Tual Wayame Masohi Merauke Saumlaki
453
325
75
62
850
335
Ambon
453
110
515
410
466
235
Dobo
325
110
416
311
559
190
Tual
75
515
416
133
932
435
Wayame
62
410
311
133
869
171
Masohi
850
466
559
932
869
609
Merauke
335
235
190
435
171
609
Saumlaki
310
242
175
373
242
310
366
Fakfak
391
155
348
460
335
565
348
Kaimana
186
621
534
149
224
1093
578
Sanana
430
683
621
404
364
1149
739
Tobelo
87
534
435
43
134
1031
469
Namlea
323
160
584
329
315
1118
696
Ternate
240
95
174
224
215
1062
596
Labuha
(Sumber: PT. Burung Laut)

Tabel 5.3. Data Jarak.(Lanjutan)


Fakfak Kaimana Sanana Tobelo Namlea Ternate Labuha
310
391
186
430
87
323
240
Ambon
242
155
621
683
534
160
95
Dobo
175
348
534
621
435
584
174
Tual
373
460
149
404
43
329
224
Wayame
242
335
224
364
134
315
215
Masohi
310
565
1093
1149
1031
1118
1062
Merauke
366
348
578
739
469
696
596
Saumlaki
112
310
450
373
450
366
Fakfak
112
546
546
472
286
185
Kaimana
310
546
298
112
286
185
Sanana
450
546
298
356
160
95
Tobelo
373
472
112
356
286
185
Namlea
450
286
286
160
286
112
Ternate
366
185
185
95
185
112
Labuha
(Sumber: PT. Burung Laut)

Kapasitas tangki setiap depot tujuan diperlukan untuk menentukan kapasitas


daya tampung setiap depot tujuan. Kapasitas tangki untuk setiap depot tujuan dapat
dilihat di Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Permintaan BBM Setiap Depot Tujuan

PORT
Merauke
Saumlaki
Tual
Dobo
Fak-Fak
Namlea
Labuha
Ternate
Tobelo
Kaimana
Wayame
Masohi
Sanana]

Kebutuhan BBM
Perbulan (KL)
2588,46
1036,73
1207,32
610,02
547,81
463,14
852,53
1320,07
1116,77
1076,76
558,88
569,27
657,70

(Sumber: PT. Burung Laut)

5.1.3. Spesifikasi Kapal Tanker MT. Citra Bintang


Spesifikasi kapal yang dipergunakan untuk mengangkut BBM, dilihat dibawah ini:
Name of Vessel

: MT. Citra Bintang

Cargo Tank Capacity

: 2899,87 M3

Kecepatan Kapal

: - 10 Knot (Laden /Bermuatan)


: - 10,5 Knot (Ballast/ Kosong)

DWT (Dead Weight Tonnage)

2,471.78 LT

5.1.4. Daftar Harga Untuk Pelabuhan


Daftar harga untuk setiap harga setiap layanan jasa kapal untuk berlabuh
diperlukan untuk menentukan biaya keseluruhan kapal ketika berlabuh. Pada Tabel 5.5.
dituliskan berdasarkan spesifikasi kapal tanker MT. Citra Bintang, untuk daftar
keseluruhan dapat dilihat dalam lampiran
Tabel 5.5.Informasi Tarif Kapal Dalam Negeri
No
1
2
3

5
6

Jenis Jasa

Tarif
(RP)
52
48

Keterangan

Jasa labuh kapal niaga


Per GT/ Kunjungan
Jasa Tambat Dermaga
Per GT/ etmal
Pemanduan
- Tarif pokok
28000
- Tarif tambahan
8
Pemanduan kapal s/d 3.500 GT
- Tarif pokok
120.000 Perkapal yang ditunda/jam
- Tarif tambahan
2
Perkapal yang ditunda/jam
Kepil darat shifting tanpa
45000
penundaan
Sekali gerakan ke kapal
Barang tidak dalam kemasan,
menggunakan alat
khusus/mekanis
Per Ton/M3
740
(Conveyor/pipa/pompa/shell
loader dan sejenisnya)

(sumber: Informasi pelabuhan Tanjung Priok, Pelni)

5.1.5. Hari Kerja Efektif Tahun 2010


Berdasarkan data yang ada, hari kalender yang tersedia pada tahun 2009 adalah
365 hari. Dalam operasionalnya, jumlah hari kerja efektif yang dapat dimaksimalkan
kapal tanker MT. Citra Bintang adalah 341 hari kerja, dimana untuk perawatan kapal
disediakan 2 hari pada setiap bulannya (24 hari dalam setahun).

5.1.6. Laporan Proyeksi Laba Rugi Kapal Tanker MT. Citra Bintang
Laporan proyeksi laba rugi kapal tanker MT. Citra Bintang dengan metode time
charter yang dibuat dalam jangka bulanan, dan tahunan mulai dari tahun I sampai tahun
V, untuk keseluruhannya dapat dilihat pada Tabel 5.6.

5.2. Pengolahan Data


5.2.1. Penentuan Variabel-Variabel yang Berpengaruh Kepada Operasional Kapal
Struktur sistem yang dibuat adalah struktur sistem yang berperan dalam
operasional kapal, untuk menggambarkan sistem yang melingkupi keseluruhan sistem
dalam perusahaan jadi menggambarkan input, proses dan output dari setiap kegiatan
tersebut. Struktur sistem ini berguna untuk menjelaskan dan mengidentifikasi sistem
yang akan dibangun dalam perusahaan. Bentuk sistem yang ada di PT.Burung Laut
adalah seperti pada Gambar 5.1.
Struktur sistem terdiri dari bagian internal dan eksternal, bagian eksternal dari
perusahaan adalah masyarakat yang merupakan pihak yang secara tidak langsung
menggunakan jasa perusahaan melalui Pertamina yang memiliki populasi, tingkat
migrasi, perkembangan ekonomi dan sosial budaya yang mempengaruhi daya beli dan

Tabel 5.6. Laporan Proyeksi Laba Rugi Kapal Tanker MT. Citra Bintang
Diskripsi
A. PENDAPATAN
B. BIAYA TETAP
1) Gaji Crew
2) Uang Makan Crew
3) Docking (IS +SS)
4) Perawatan
5) Survey
6) Sertifikasi
7) Asuransi (Hull & Machinery)
8) Asuransi (Protect & Indemnity)
9) Asuransi Crew
10) Penyusutan
JUMLAH [B]
C. BIAYA VARIABEL
1) Bahan Bakar Minyak
2) Minyak Pelumas
3) Air Tawar
4) Pelabuhan
5) Bongkar Muat
6) Pajak Penghasilan (Pph 25)
7) Entertainment
JUMLAH [C]
D. BIAYA TETAP + VAR [B + C]
E. BIAYA OPS. PERUSAHAAN
F. ANG. BANK [POKOK + BUNGA]
G. TOTA; BIAYA [D+E+F]
H. LABA/RUGI [A-G]

(Sumber: PT. Burung Laut)

Bulanan
496800000

Tahun I
596100000

Tahun II
596100000

Tahun III
596100000

tahun IV
596100000

Tahun V

51177750
12750000
62500000
10000000
2083333.33
1250000
6500000
35500000
1500000
100000000
283261083.3

614133000
153000000
750000000
120000000
24999999.96
15000000
78000000
426000000
18000000
1200000000
3399133000

614133000
153000000
750000000
120000000
24999999.96
15000000
78000000
426000000
18000000
1200000000
3399133000

614133000
153000000
750000000
120000000
24999999.96
15000000
78000000
426000000
18000000
1200000000
3399133000

614133000
153000000
750000000
120000000
24999999.96
15000000
78000000
426000000
18000000
1200000000
3399133000

614133000
153000000
750000000
120000000
24999999.96
15000000
78000000
426000000
18000000
1200000000
3399133000

12000000
2000000

144000000
24000000

144000000
24000000

144000000
24000000

144000000
24000000

144000000
24000000

5961600
15000000
34961600
34961600
318222683.3
10750000
137489583.3
466462266.7
30337733.34

71539200
180000000
419539200
419539200
3818672200
129000000
2003875000
5951547200
10052800.04

71539200
180000000
419539200
419539200
3818672200
129000000
2003875000
5951547200
10052800.04

71539200
180000000
419539200
419539200
3818672200
129000000
2003875000
5951547200
10052800.04

71539200
180000000
419539200
419539200
3818672200
129000000
2003875000
5951547200
10052800.04

71539200
180000000
419539200
419539200
3818672200
129000000
2003875000
5951547200
10052800.04

596100000

Masyarakat &
Konsumen
- Populasi
- Migrasi
- Tingkat Ekonomi
- Sosial Budaya

Sistem Pendukung
Sarana Transportasi
di Laut

INPUT

Order dari
Depot Tujuan
(PT. Pertamina)

PROSES

BBM diangkut dengan


kapal Tanker MT.Citra
Bintang
- BBM dimuat
- BBM diangkut
- BBM dibongkar

OUTPUT

BBM yang
terdistribusi
sesuai dengan
kebutuhan depot
tujuan

Ongkos muatan yang


diangkut kapal

Lingkungan
- Lokasi
- Cuaca & iklim

Pemerintah
-Peraturan & Perundangundangan
-Kebijakan pasar
- Sarana & Prasana Pelabuhan

Gambar 5.1. Bentuk Struktur Dasar Sistem Kegiatan Perusahaan


PT. Burung Laut

kebutuhan masyarakat terhadap BBM yang diangkut oleh kapal tanker,


pemerintah yang secara tidak langsung merupakan pembuat keputusan dan ketetapan
perundang-undangan, selanjutnya aspek yang lain adalah lingkungan yang dipengaruhi
oleh lokasi, iklim dan cuaca yang mempengaruhi perjalanan dan pelayaran kapal, dan
aspek keempat yang berada di luar sistem perusahaan adalah sarana transportasi yang
ada di pelabuhan yaitu pihak-pihak yang terkait dengan tempat bongkar muat kapal.
Untuk internal perusahaan, terdapat input untuk proses produksi perusahaan adalah
order yang diterima dari pihak depot yang kemudian dalamproses transformasi, setiap

order BBM akan ditransportasikan ke depot tujuan dengan awal kegiatan adalah BBM
dimuat, dtransportasikan, dan dibongkar ditempat tujuan, dan output pun didapatkan
dengan sampainya BBM di depot tujuan Batasan yang dibuat melalui garis putus-putus
bermakna bahwa pihak tersebut adalah yang berada di luar sistem internal perusahaan,
untuk memperinci dikembangkan lagi di level 1 yaitu pada bagian internal perusahaan
dimana pelanggan satu-satunya pihak perusahaan adalah PT.Pertamina sebagai pihak
yang menjalin kerjasama dengan pihak perusahaan, dimana order dari pihak depot
tujuan memberikan order yang merupakan jadi rute bagi kapal tanker untuk berlayar,
dan ketika order sudah dipenuhi, hal ini menjadi output bagi pemesanan dan input untuk
pendapatan bagi perusahaan, dan menjadi alat bagi pihak penyewa untuk
mendistribusikan BBM sesuai kebutuhan untuk keterkaitan lebih lanjut dapat dilihat
pada Gambar 5.2.
B

Orderan BBM dari


Pihak Depot Tujuan
(PT. Pertamina)

Memberikan
tujuan pelayaran
bagi kapal tanker

Proses
Tranportasi
BBM dengan
Kapal Tanker
MT. Citra
Bintang

PT. Burung Laut

M
Pr en
os jad
es i
Su Inp
at ut
u
W Ba
ak gi
tu

ut
utp n
o
an na
rik sa
be peme
m
Me tuk
un
C

Me

D
nd
ke istrib
bu
tuh usik
an an B
de
po BM
t tu ses
Se
jua uai
ba
n
ga
E
iP
e
n
pih ya
ak lur
pe Ke
ny bu
ew tu
ha
a
n

Pihak Penyewa

Gambar 5.2. Level-0 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran


Kapal Tanker MT.Citra Bintang

Kegiatan diatas kemudian dirincikan pada rincian yang lebih spesifik untuk setiap
proses transportasi BBM dengan kapal tanker MT.Citra Bintang, yaitu dengan alur
pertama adalah kebutuhan pihak depot pertamina dan perjanjian dengan pertamina
sebagai ketentuan untuk pelayaran. Sementara untuk kegiatan yang mendukung
pelayaran dibagi menjadi tiga bagian yaitu proses di pemasaran, proses di divisi traffic
dan container, dan proses di operasional kapal. Sebagai output dari kinerja kegiatan
adalah bahwa BBm terdistribusi sesuai keinginan pihak penyewa dan untuk pihak
perusahaan ada laporan voyage bagi pihak perusahaan kondisi ini dapat dilihat pada
Gambar 5.3.
Proses Tranportasi BBM dengan Kapal Tanker MT. Citra Bintang

M
ng en
am jad
bil i P
an ert
Ke imb
pu an
tus ga
an n
A.
2

Perjanjian
dengan Pihak
penyewa (PT.
Pertamina)

Pe

Proses di
Pemasaran 1.1

Proses di
divisi traffic &
Container 1.2
Proses di
Operasional
1.3

M
ses emb
uai ag
den ikan
gan mu
B.2 kebu atan
tuh
an

ut
utp
n o nan
a
k
a
eri es
mb pem
Me tuk
n
ut
u
utp
n o nan
a
k
a
eri es
mb pem C
Me tuk
n
u

Laporan
Voyage Kapal
Tanker

PT. Burung
Laut

M
Pr en
os jad
es i
Su Inp
at ut
u
W Ba
ak gi
tu

Orderan BBM dari


Pihak Depot Tujuan
(PT. Pertamina)

i
as n
rm aka
fo
In ang
an y .1
rik tan A
be ua kut
em m ng
M lah dia
jum

Memberikan
tujuan
pelayaran bagi
kapal tanker

Kebutuhan
Depot Tujuan

i
ass ut,
orm gk
inf dian data
n
g
an l
ka n
eri ya n d pa
mb uatan ayara ar ka
e
M m pel bak
lah ktu an
jum a wa n bah B.1
dat W da
F

BBM
terdistribusi di
Depot
Tujuaner

D
Me
ses ndis
ua trib
ik
eb usik
u
a
tuj tuha n BB
ua n d M
n
ep
ot
E

Pihak
Penyewa

Gambar 5.3. Level-1 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran


Kapal Tanker MT.Citra Bintang
Kemudian dari 3 bagian departemen yang telah dirinci pada level-1, dijelaskan
kembali proses-proses kegiatan di dalam setiap departemen. Berdasarkan level-1, proses
pertama adalah pada departemen penjualan/pemasaran, pada bagian ini yang merupakan

kegiatan proses di pemasaran adalah ruang lingkup pelanggan yaitu, mengurus segala
sesuatunya yang berhubungan dengan pelanggan utama, untuk setiap masalah yang
mungkin terjadi, mengamati kekuatan pasar pemilik kapal,mengamati kekuatan pasar
pesaing, memperhatikan tingkat uang tambang yang menjadi ketetapan dan
kecenderungan muatan yang dibawa oleh kapal, artinya muatan apa saja yang kira-kira
mempunyai peluang besar di pasar dan memikirkan untuk melihat peluang membawa
muatan pada saat kapal kembali ke depot asal,sebagai output dari kegiatan divisi ini
adalah muatan di setiap pelabuhan, setiap komoditas, tujuan-tujuan pelayaran,
perbandingan berapa yang mampu diangkut oleh kapal,dan kapal pelayaran, output
selanjutnya adalah market share yaitu pembagian pasar dengan pihak pelayaran
lain,laporan kekuatan pesaing dan tingkat freight yang kompetitif dengan pihak
pelayaran lain. untuk keseluruhan proses dapat dilihat pada Gambar 5.4.

Proses Tranportasi BBM dengan Kapal Tanker MT. Citra Bintang

Ruang Lingkup Pelanggan


B.1.1.1

Kekuatan Pasar
pesaingl B.1.1.2

Muatan per pelabuhan, komodits,


tujuan, berapa yang diangkut
pelayaran dan pelayaran lain C.1.1.1

Proses di
pemasaran
1.1

Orderan BBM dari


Pihak Depot Tujuan
(PT. Pertamina)
Tingkat Uang Tambang
B.1.1.4
Kecendrungan Muatan
B.1.1.5
Muatan Balik (Home Bound
Cargo) B.1.1.6

Market Share C.1.1.2

PT. Burung
Laut

M
Pr en
os jad
es
Su i Inp
at ut
uW B
ak agi
tu

Kekuatan Pasar
pemilik kapal B.1.1.2
Memberikan
tujuan
pelayaran bagi
kapal tanker

t
tpu
ou n
an ana
k
i
es
er
mb pem
Me tuk
t
n
u
tpu
ou n
an ana
k
i
es
er
mb pem C
Me tuk
n
u

Laporan Kekuatan Pesaing C.1.1.3


D

Tingkat Freight yang Kompetitif


C.1.1.4

Me
ses ndis
ua trib
i k us
eb ik
u
a
tuj tuha n BB
ua n d M
n
ep
ot
E

Gambar 5.4. Level-2 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran


Kapal Tanker MT.Citra Bintang

Pihak
Penyewa

Dengan tetap berpedoman pada level-1, maka level-3 merupakan uraian setiap
proses kegiatan pada bagian divisi traffic & Container yang dirinci secara terstruktur
dan bertahap yaitu menetapkan dan memonitor rencana produksi, memonitor
pelaksanaan pola operasi setiap layanan, memprogram serta menjadwalkan pelayaran
kapal, memonitor ketetapan pelaksanaan kriteria performansi operasional, dan
memproyeksikan dan memonitor pelaksanyaan voyage account setiap trip di setiap
layanan serta perhitungan keuangan pengoperasian dengan dasar efesiensi, dan
kemudian output dari divisi ini adalah surat perintah berlayar untuk nahkoda,
monitoring dan pengaturan perjalanan kapal agar sesuai dengan rencana produksi, dan
pengaturan stowage. Untuk keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.5.

Proses Tranportasi BBM dengan Kapal Tanker MT. Citra Bintang

Menetapkan dan memonitor


rencana produksi A.1.2.1

Orderan BBM dari


Pihak Depot Tujuan
(PT. Pertamina)

Memprogram serta menjadwalkan


pelayaran A.1.2.3

Memonitor ketetapan pelaksanaan


kriteria performansi operasional A.1.2.4

Surat perintah berlayar untuk


Nahkoda C.1.2.1

Proses di
divisi traffic
& Container
1.2

Memprogramkan serta
menjadwalkan operasi container

Memproyeksikan dan memonitor pelaksanaan voyage


account setiap trip di setiap service serta perhitungan
keuangan pengoperasian dengan dasar efesiensi A.1.2.6

Monitoring dan Pengturan


Perjalanan Kapal agar sesuai
dengan rencana produksi C.1.2.2
Pengaturan stowage

PT. Burung
Laut

M
Pr en
os jad
es i
Su In
at pu
u tB
W a
ak gi
tu

Memberikan
tujuan
pelayaran bagi
kapal tanker

ut
utp
n o an
ka an
eri emes
b
m
p
Me ntuk
ut
u
utp
n o an
ika esan
r
e
mb pem C
Me ntuk
u
B

Memonitor pelaksanaan pola


operasi di setiap service A.1.2.2

D
Me
ses ndis
ua trib
ik
u
ebu sik
a
tuj tuha n BB
ua n d M
n
epo
t
E

Pihak
Penyewa

Gambar 5.5. Level-3 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran


Kapal Tanker MT.Citra Bintang
Pada Level-4 yang diuraikan merupakan aliran kegiatan berdasarkan setiap proses
data pada bagian operasional atau pelaksanaan pelayaran kapal, yaitu pemberitahuan
kedatangan kapal kepada instansi di pelabuhan, perencanaan, pengaturan dan
pelaksanaan penyandaraan kapal, persiapan dan pengurusan surat-surat kapal, pelayaran

kebutuhan kapal seperti bunker, air, perbekalan dan lain-lain, sebagai output dari divisi
ini adalah waktu kedatangan yang sudah dijadwalkan di pelabuhan dan kapal tanker siap
untuk beroperasi untuk keseluruhan alur dapat dilihat pada Gambar 5.6.

Proses Tranportasi BBM dengan Kapal Tanker MT. Citra Bintang

ut
utp
n o nan
a
k
a
eri es
mb pem
Me tuk
t
un
tpu
ou n
an na
rik mesa
e
mb pe C
Me tuk
un

Pemberitahuan kedatangan kapal


kepada instansi di pelabuhan A.1.3.1
Memberikan
tujuan
pelayaran bagi
kapal tanker

Orderan BBM dari


Pihak Depot Tujuan
(PT. Pertamina)

Perencanaan, pengaturan, dan


pelaksanaan penyandaraan kapal A.1.3.2

Persiapan dan pengurusan


surat-surat kapal A.1.3.4
Pelayanan penyediaan kebutuhan
kapal seperti bunker, air, perbekalan,
dan lain-lain A.1.3.5

Waktu kedatangan kapal di


pelabuhan D.1.3.1

Proses di
Operasional
1.3

Kapal tanker siap beroperasi


D.1.3.2

PT. Burung
Laut

M
Pr en
os jad
es i
Su Inp
at ut
u
W Ba
ak gi
tu

D
Me
ses ndis
t
ua rib
ik
eb usik
u
a
tuj tuha n BB
ua n d M
n
ep
ot
E

Pihak
Penyewa

Gambar 5.6. Level-4 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran


Kapal Tanker MT. Citra Bintang
Untuk keseluruhan proses dapat dilihat pada level 5 untuk seluruh kegiatan
perusahaan pelayaran. Keseluruhan kegiatan tergabung pada level ini saling berintegrasi
untuk melaksanakan kegiatan pelayaran, untuk setiap order yang diterima oleh pihak
perusahaan

yang dirinci pada setiap divisi diatas, dengan kegiatan yang dibagi

perdivisi, membuat kinerja perusahaan semakin efektif, sehingga ketika ada masalah
yang terjadi di perusahaan, dapat langsung di lihat bahwa masalah tersebut berkaitan
dengan divisi yang bersangkutan dan dapat langsung diselesaikan dengan metode yang
dianggap efektif untuk menyelesaikannya. Untuk perencanaan penjadwalan kapal yang
lebih spesifik diambil dari SEM level 3 yaitu pada divisi traffic dan container, yaitu
pada bagian memprogramkan serta menjadwalkan pelayaran, dan yang mejadi bahan

pertimbangan bagi kegiatan ini adalah laporan voyage kapal yaitu, data yang menjadi
angka statistik perjalanan kapal, yaitu waktu bongkar muat, waktu perjalanan, waktu
manuver, kebutuhan dan jarak. Keuntungan data statistik yang menjadi bahan
pertimbangan bagi pembuatan jadwal dan rute adalah, mampu mewakili keadaan kapal
pada saat pelayaran dan mampu mengakomodasi setiap gangguan yang sering terjadi
pada saat pelayaran kapal berlangsung, karena pada pengolahan ini juga akan
mempertimbangkan kelonggaran-kelonggaran waktu yang terjadi pada saat kapal
beroperasi. Untuk kelima variabel tadi pada gambar level dapat dikenali secara
langsung, untuk alur keseluruhan sistem internal lebih jelas dapat dilihat pada Gambar
5.7.
Gambar level 5 diatas merupakan gambaran kegiatan sistem yang ada di
perusahaan pelayaran. Pada penelitian ini hanya dibahas mengenai pembuatan rute,
maka dibatasi pada variabel-variabel yang dianggap berpengaruh terhadap jalur yang
efektif, yaitu waktu bongkar muat, waktu perjalanan, waktu manuver atau bersandar,
muatan yang dibongkar atau dimuat dan jarak yang ditempuh oleh kapal tanker.
kecepatan kapal merupakan variabel yang konstan karena sudah ditetapkan bahwa
ketika kapal bermuatan kecepatannya 10 knot perjam dan pada saat kapal tidak
bermuatan (ballast) kecepatan kapal hanya 10,5 knot perjam, dan variabel kecepatan
pompa untuk bongkar muat adalah variabel yang berada diluar sistem kapal, maka
untuk variabel yang mencakup keduanya dimasukkan kedalam waktu tempuh
perjalanan dan waktu untuk bongkar muat, jadi pembatasan dilakukan pada variabel
yang ada pada proses divisi dan traffic pada kegiatan A.1.2.3. untuk memprogram serta
menjadwalkan pelayaran untuk gambar lebih spesifik dapat dilihat pada Gambar 5.8.

Proses Tranportasi BBM dengan Kapal


Tanker MT. Citra Bintang
Ruang Lingkup Pelanggan B.1.1.1
Kekuatan Pasar
pemilik kapal B.1.1.2
Muatan per pelabuhan, komodits, tujuan,
berapa yang diangkut pelayaran dan pelayaran
lain C.1.1.1

Kekuatan Pasar
pesaingl B.1.1.2

Market Share C.1.1.2


Proses di
pemasaran 1.1
Laporan Kekuatan Pesaing C.1.1.3
Tingkat Uang Tambang B.1.1.4
Tingkat Freight yang Kompetitif C.1.1.4
Kecendrungan Muatan B.1.1.5
B

Muatan Balik (Home Bound


Cargo) B.1.1.6
Menetapkan dan memonitor
rencana produksi A.1.2.1
Waktu
BongkarMuat

Orderan BBM dari


Pihak Depot Tujuan
(PT. Pertamina)

Memberikan
tujuan pelayaran
bagi kapal tanker

Waktu
perjalanan

Waktu
Manuver

Kebutuhan

Jarak

Memonitor pelaksanaan pola


operasi di setiap service A.1.2.2
Memprogram serta menjadwalkan
pelayaran A.1.2.3

Jalur yang
efektif

Memonitor ketetapan pelaksanaan


kriteria performansi operasional
A.1.2.4
Memprogramkan serta
menjadwalkan operasi container
A.1.2.5

Surat perintah berlayar untuk Nahkoda C.1.2.1

Proses di divisi
traffic & Container
1.2

Monitoring dan Pengturan Perjalanan Kapal


agar sesuai dengan rencana produksi C.1.2.2
Pengaturan stowage

Memproyeksikan dan memonitor pelaksanaan


voyage account setiap trip di setiap service
serta perhitungan keuangan pengoperasian
dengan dasar efesiensi A.1.2.6
Pemberitahuan kedatangan kapal
kepada instansi di pelabuhan
A.1.3.1
Perencanaan, pengaturan, dan
pelaksanaan penyandaraan kapal
A.1.3.2
Persiapan dan pengurusan suratsurat kapal A.1.3.4

PT. Burung Laut

M
Pr en
os jad
es i
Su In
at pu
u tB
W a
ak gi
tu

n
ka k
eri
mb t untu n
e
M pu
na
t
ou mesa
pe
C

Waktu kedatangan kapal di pelabuhan D.1.3.1


Proses di
Operasional 1.3
Kapal tanker siap beroperasi D.1.3.2

Pelayanan penyediaan kebutuhan


kapal seperti bunker, air,
perbekalan, dan lain-lain A.1.3.5

Gambar 5.7. Level-5 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran Kapal Tanker MT.Citra Bintang

Me
ses ndis
ua trib
ik
ebu usik
a
tuj tuha n BB
nd
ua
M
n
epo
t
D

E
Seb
Ke agai
bu
tu Pen
pen han yalur
yew piha
k
a

Pihak Penyewa

Jarak

Kebutuhan

Waktu
perjalanan

Waktu
BongkarMuat

Waktu
Manuver

Jalur yang efektif

Gambar 5.8. Variabel Penentu Rute Kapal

5.2.2. Analisis Dengan SEM


Untuk menentukan hubungan variabel yang berpengaruh kepada jalur yang
efektif, maka dapat ditentukan dengan jalur SEM berdasarkan setiap tahapan-tahapan:

5.2.2.1. Pengembangan Model Berbasis Teori


Pada tahap ini disusun setiap variabel yang berpengaruh terhadap penentuan jalur
pelayaran kapal, dimana variabel yang disusun adalah variabel yang dapat diukur
langsung dan merupakan variabel-variabel yang berpengaruh langsung secara signifikan
terhadap pelayaran kapal yaitu: waktu, jarak, daya tampung pelabuhan asal dan biaya,
tetapi dalam hal ini biaya bukan variabel yang dapat diukur oleh karena itu variabel
yang akan dianalisis tingkat hubungannya adalah waktu, jarak dan daya tamping.
Penentuan rute dengan system tramper yang dilakukan perusahaan adalah dengan
merima setiap permintaan dari depot yang paling membutuhkan, sehingga pada tahap
pertama variabel yang mempengaruhi jalur yang akan ditempuh kapal adalah

permintaan depot tujuan, dan dimana depot tujuan disini sebanyak 13 tujuan, yaitu
Merauke, dobo, tual, Namlea, Saumlaki, Labuha, Ternate, Kaimana, Fak-fak, Sanana,
Masohi, Tobelo dan depot asal hanya satu yaitu Ambon, masing-masing setiap depot ini
mempunyai jarak yang berbeda dan jumlah kebutuhan BBM yang berbeda.
Dalam melayani semua depot tujuan, kapal tanker melakukan perjalanan ke setiap
depot tujuan, tentunya ada variabel yang mempengaruhi yaitu jumlah muatan yang
dibawa oleh kapal tanker dan lama perjalanan sampai ke tempat tujuan dan kembali ke
depot asal. Dalam pengoperasian kapal, memakan waktu untuk perjalanan mulai dari
memuat BBM yang akan diangkut kemudian berangkat dari tempat asal, menuju ke
depot tujuan untuk membongkar BBM yang akan diangkut, dapat digambarkan dengan
kecepatan kapal dalam melakukan perjalanan dan kecepatan kapal ketika melakukan
bongkar muat merupakan factor yang sangat berpengaruh terhadap keefektifan produksi
kapal, untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada gambar 5.6. faktor kecepatan
yang mempengaruhi kapal, kecepatan perjalanan kapal dibagi menjadi dua bagian yaitu
lama menempuh jarak yang dilalui kapal tanker dan waktu yang diperlukan kapal untuk
bersandar dan bermanuver. Kecepatan perjalanan kapal, dimana kecepatan kapal
konstan pada saat bermuatam telah (Laden) atau hanya bermuatan air ballast, untuk
kecepatan bongkar muat di pelabuhan depot asal maupun tujuan ditentukan oleh
banyaknya muatan yang dibongkar atau dimuat, dan kecepatan pompa yang dimiliki
setiap pompa, karena kecepatan pompa adalah variabel yang mempengaruhi kecepatan
bongkar muat adalah banyak muatan yang dibongkar dan waktu yang diperlukan untuk
melakukan bongkar muat. Untuk menentukan bias pengukuran, yaitu variabel-variabel

yang tidak diteliti tetapi ikut berpengaruh terhadap penentuan rute kapal yang efektif
dinyatakan dengan variabel eror.

5.2.2.2.Mengkontruksi Diagram Jalur untuk Menunjukkan Hubungan Kausalitas


Analisis SEM dalam prosesnya selalu membutuhkan diagram jalur sebagai
patokan atau gambaran suatu system yang akan diukur tingkat interaksi variabelvariabelnya. Untuk analisis SEM kali ini diagram jalur yang digunakan adalah diagram
jalur hasil pemetaan dengan pola level-5. Karena pada level ini sistem telah dijelaskan
dengan rinci hubungan antar variabel-variabel dalam sistem (Gambar 5.8), pada jalur ini
ditambahkan variabel eror sebagai bias pengukuran yang telah disebutkan pada langkah
sebelumnya, jalur yang sudah dibentuk dengan program AMOS dapat dilihat pada
Gambar 5.9, setiap variabel yang mempengaruhi jalur kapal dikonversi menjadi

e1

e2

X1

X2

e3

1
X3

e4

1
X4

Gambar 5.9. Diagram Jalur Variabel Kapal


Dimana konversi setiap notasi yang diatas diterangkan sebagai berikut:
X1 = Waktu bongkar muat
X2 = Waktu perjalanan
X3 = Jarak

e5

1
X5

X4 = Kebutuhan
X5 = Waktu manuver
Y = Jalur yang efektif

5.2.2.3. Konversi Diagram Jalur kedalam Serangkaian Persamaan Struktural dan


Spesifikasi Model Pengukuran
Berdasarkan dari kajian teori diatas, dirubah kedalam persamaan struktural dan
spesifikasi model pengukuran. Persamaan struktural dari diagram jalur diatas hanya
menggambarkan satu diagram laten dan 5 indikatornya sehingga persamaan dari setiap
indikator dimasukkan menjadi model pengukuran. Dengan demikian persamaan model
pengukuran dapat dibuat seperti:
X1 = 1Y + e1(1)
X2 = 2Y + e2(2)
X3 = 3Y + e3(3)
X4 = 4Y + e4(4)
X5 = 5Y + e5(5)
Untuk model struktural dari pengukuran dapat dibuat seperti:
Y = bX1 + bX2 + bX3 + bX4 + BX5..(6)

5.2.2.4. Memilih Input Matriks dan Mendapatkan Model Estimate


Model persamaan struktural mengakomodasi input matriks dalam bentuk
covariance atau korelasi. Untuk analisis faktor konfirmatori kedua jenis input matriks
ini dapat digunakan. Namun demikian karena tujuannya adalah mengeksplorasi pola

saling hubungan (interrelationship), maka input matriks dalam bentuk korelasi yang
digunakan. Program AMOS akan mengkonversikan dari data mentah ke bentuk
kovarian atau korelasi lebih dahulu sebagai input analisis. Untuk data yang akan diinput
terlebih dahulu diolah data pada tabel 5.1. dengan rumus:
Waktu Perjalanan = (waktu berangkat waktu tiba ) x 24
Waktu Perjalanan = (4/16/08 10:00 AM 4/15/08 8.30 PM) x 24 = 36 jam
Waktu bongkar muat=(Completed Load/DishComenced Load/Disch) x24
Waktu bongkar muat = (4/21/08 10:48 AM 4/17/08 1.30 PM) x 24 = 22,3 jam
Waktu bersandar ={(Comenced Load/Dish Sbe Ship Arrived) x24 + (Bosv/Full Away
Completed Load/Dish) x24}
Waktu bersandar = {(4/16/08 10:00 AM 4/15/08 8.30 PM) x 24 + {(4/17/08 1:30 PM
4/17/08 8.18 AM) x 24 }= 12,9 jam
Untuk data jarak dan kebutuhan data tidak perlu diolah dan dapat langsung dimasukkan
ke input data AMOS. Untuk keseluruhan pengolahan dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Data Tampilan Untuk Pengolahan AMOS
NO

X1

X2

X3

X4

X5

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

22.3
10.4
1.9
13.3
6.9
7.7
17.9
9.7
26.5
9.6
1.7
18.8
16.5
6.3
4.5
8.5

36
93.3
28.8
33.2
29.9
13.5
29
81
69.3
31
14.3
38
37.5
21.9
29.3
87.5

414.36
930
331.49
382.13
931
155.39
333.79
932
797.64
356.81
933
437.38
431.63
934
337.24
1007.12

2568.25
2169.4
398.85
2542.22
1206.62
1335.61
2594.7
2594.7
2599.55
2363.67
235.88
2574.75
1806.42
768.33
2600.69
1152.61

12.9
1.9
1.4
55
1.2
8.3
14.2
36.8
22.1
8.1
1
11.55
1.58
2.8
3.5
3.2

Tabel 5.7. Data Tampilan. (Lanjutan)


NO

X1

X2

X3

X4

X5

17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76

5.5
3.5
16.7
9.8
1.8
4.2
11.9
4.3
10.4
11
7.1
1.4
7.5
1.7
14
12.7
16.4
10.1
4.6
1.4
6.1
4.5
25
6
5.2
3.1
20.7
8
3.7
4.5
13.8
11.6
13.3
2.1
17.4
3
15.8
9.1
8.2
3.9
13.2
8.7
15.2
7.2
8.7

19
24
7.5
58.3
31.5
17
29
23.5
23
3.2
37.5
15
10
24
7.3
10.8
30.9
114
80.2
7
27.6
22.5
266.5
42.6
35.7
22
6.6
32
9
16.5
31.5
82.2
79.8
23.2
8.5
3.8
40.8
35.5
36.5
24
7.5
108
80.5
58.5
9.4

935
276.24
86.33
936
362.57
195.67
937
270.49
264.73
938
431.63
172.65
115.1
931
84.02
124.31
937
1312.14
923.1
938
317.68
258.98
939
490.33
410.91
253.22
932
368.32
103.59
933
362.57
946.12
934
267.03
97.84
935
469.61
408.6
936
276.24
86.33
937
926.55
673.34
938

507.82
644.8
2601.53
1431.21
712.06
719.16
2592.08
823.52
1768.56
2349.21
1153.46
340.21
449.43
406.11
2569.88
2435.21
2611.74
2611.74
2589.97
323.27
1343.54
923.17
2616.5
1157.18
996.19
463.14
2601.43
1255.65
685.06
660.73
2676.87
2676.87
2611.69
460.16
1405.41
746.12
2620.55
1265.82
504.94
849.8
2556.34
2556.34
2531.8
1635.16
896.64

5.8
12.7
8.8
11.6
13.4
1.3
22
1.3
2.6
2.5
9.5
0
2.8
7.3
69.7
7.1
17.7
25.7
102.3
1.33
7.3
12.7
24.5
1.8
1.9
11.1
158.73
7.9
2.2
1.5
7.5
18.13
15.9
6.8
1.5
12.7
8.9
1.9
2.1
1.1
5.6
13.6
4.3
3
2.7

Tabel 5.7. Data Tampilan.. (Lanjutan)


NO

X1

X2

X3

X4

X5

77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112

17.6
13.6
2.1
11.1
4.9
4.5
4.9
25.6
9.53
16.8
3.7
7.17
1.3
13.1
9.3
12
4
3.6
5.7
4.3
17.5
8.9
2.4
4.9
14.1
9
12.9
4.1
3.7
7.4
11.5
6.2
2.8
4
12
8.9

8.3
42.5
14.9
46.5
23
32
17.5
38
84
92.8
23.5
23.7
45
36
84
80.9
33
23
10.5
17.3
29.5
42.5
16
9.4
22.8
84
81.2
30.5
37
35.5
40.5
33
10.8
23
31.9
84

95.53
489.18
939
535.22
264.73
940
201.42
437.38
966.84
933
270.49
272.79
934
414.36
966.84
935
379.83
264.73
936
199.12
339.55
937
184.16
108.19
938
966.84
934.61
939
425.87
408.6
940
379.83
124.31
941
367.17
966.84

2599.8
2076.3
523.51
2648.66
1065.22
659.25
924.19
2554.95
2554.95
2572.73
796.68
1480.52
295.53
2559.18
2559.18
2534.58
461.44
653.07
961.45
458.61
2498.67
1055.9
657.05
785.72
2615.6
2615.6
2565.3
601.79
753.83
1209.67
2531.83
1405.34
531.73
594.77
2556.89
2556.89

52.7
2.6
25
2.5
2.3
6
10.9
22.6
12
133.4
1.5
11.4
10.5
95.3
8.3
15.6
14.1
12.5
4.4
8.1
12
4.9
17.7
9.1
16.9
16.7
17.4
13.8
2.3
2.7
23.2
15.8
14.7
1.9
40
15.3

Kemudian untuk estimasi dipilih estimasi Maximum Likelihood (ML) untuk


mengestimasi data yang sudah di input. Setelah estimasi dipilih, kemudian dapat
dilanjutkan ke langkah selanjutnya.

5.2.2.5. Menilai Problem Identifikasi


Setelah itu di uji normalitas datanya, untuk melihat apakah ada data yang tidak
berdistribusi normal, evaluasi normalitas dilakukan dengan menggunakan kriteria
critical ratop skewness value sebesar 2,58 pada tingkat signifikansi 0.001. data dapat
disimpulkan mempunyai distribusi normal jika nilai critical ratio skewness value di
bawah harga mutlak 2.58. Dengan perhitungan manual dapat dihitung dengan rumus
Nilai minimum pada variabel X5 = 0
Nilai maksimum pada variabel X5 = 158,730
Untuk nilai skewness dapat dihitung dengan rumus
^
i =1 Yi Y
skewness =
( N 1) s 3

dimana Yi adalah setiap data variabel dan Y adalah rata-rata dari setiap data, dan N
adalah jumlah data:
^

Y=

S=

(22.3 + 10.4 + 1.9 + ... + 12 + 8.9)


= 9,43
112

(9,43 22,3) 2 + (9,43 10,4) 2 + ... + (9,43 8,9) 2


=7,95
112 1
3

Y
Y

i =1 i iN=1 (22,3 9,43)3


=
= 3,526
skewness =
(112 1)(7,95) 3
( N 1) s 3
N

kurtosis =

i =1 (Yi Y ) 4
N

( N 1) s 4

(22,3 9,43)
=
N

i =1

(112 1)(7,95) 3

= 21,426

Untuk nilai critical rasio dapat diperoleh untuk skewness dan kurtosis dapat dihitung
dengan rumus:

Menghitung standar error dari skewness:

s.e =

cr =

6
6
=
=0,231
N
112
skewness _ Sampel 3,526
= 15,235
=
0,231
s.e

Menghitung standar error dari skewness:

s.e =

24
24
=
= 0.463
N
112

kurtosis _ Sampel 21,426


= 46,286
=
0,463
s.e
Untuk keseluruhan data dapat diolah melalui program AMOS, sehingga didapatkan
cr =

hasil output normalitas yang dapat dilihat pada Tabel 5.8


Tabel 5.8. Assesment of normality
Variable
X5
X4
X3
X2
X1
Multivariate

min
.000
178.400
84.020
3.200
1.100

max
158.730
2676.870
1312.140
266.500
66.200

skew
3.773
.042
.090
3.062
3.526

c.r.
16.301
.182
.388
13.231
15.235

kurtosis
15.968
-1.700
-1.560
15.637
21.426
79.503

c.r.
34.496
-3.673
-3.370
33.779
46.286
50.282

Sebuah distribusi dikatakan normal jika data tidak miring ke kiri atau ke kanan
(disebut simetris dengan nilai skweness adalah 0), serta mempunyai keruncingan yang
ideal (angka kurtosis yang negatif atau positif. Karena itu, yang akan diuji adalah
seberapa miring atau seberapa runcing sebuah distribusi, sehingga masih dapat dianggap
normal, walaupun tidak benar-benar berdistribusi normal. Angka pembanding adalah
angka Z. Angka tersebut didapat dengan melihat tabel z. pada umumnya digunakan

tingkat kepercayaan 99%. Pada tingkat kepercayaan tersebut, tingkat signifikansi adalah
100%-99% = 1%, dan angka Z adalah 2,58. Dengan demikian sebuah distribusi
dikatakan normal jika angka cr skweness atau angka cr kurtosis ada di antara -2,58
sampai +2,58. namun jika angka-angka tersebut ada di bawah -2,58 atau diatas +2,58
distribusi dapat dikatakan tidak normal, dari seluruh nilai cr skweness atau angka cr
kurtosis dapat diperhatikan bahwa ada beberapa nilai diatas 2,58 oleh karena itu
diperhatikan kembali apakah ada sebaran data yang outlier atau tidak. atau dengan
menguji chi squarenya yang didapatkan dengan bantuan program excel, dengan rumus
=chiinv(prob,df) = chiinv(0.001,5) = 20,52
angka probabilitas 0.001 yaitu tingkat signifikansi penelitian dan angka 5 yang
merupakan jumlah indikator pada variabel laten ,sebelumnya ditampilkan terlebih
dahulu ditunjukkan output observations furthest from the centroid dari program AMOS
kemudian dihilangkan setiap data yang outlier, untuk perhitungan manual dapat dilihat:
= p<X<p
=Z<X<Z

xx

<x<

xx

9,43 70,696
9,43 70,696
= 0.102<X<0,948
<x<
7,95
7,95

Nilai p adalah nilai probabilitas, yaitu jarak antara tingkat signifikansi dengan
probabilitas dari data terhadap chi-square. Untuk keseluruhan data dapat dilihat pada
Tabel 5.9.

Tabel 5.9. Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) (Group
number 1)
Observation number
37
54
58
86
50
90
31
26
15
49
77
32
45
33
72
19
9
101
73
51
11
47
79
67
42
76
39
84
23
48
16
70
89
17
4
36

Mahalanobis d-squared
70.969
59.564
41.106
26.913
16.258
12.046
9.175
8.268
7.323
6.584
6.360
6.055
5.992
5.898
5.837
5.443
5.417
5.228
5.182
5.099
4.767
4.658
4.568
4.538
4.494
4.432
4.430
4.401
4.359
4.286
4.141
4.133
3.994
3.974
3.948
3.925

p1
.000
.000
.000
.000
.006
.034
.102
.142
.198
.253
.273
.301
.307
.316
.322
.364
.367
.389
.394
.404
.445
.459
.471
.475
.481
.489
.489
.493
.499
.509
.529
.530
.550
.553
.557
.560

p2
.000
.000
.000
.000
.001
.185
.948
.993
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000

Tabel 5.9. Observations Farthest.. (Lanjutan)


Observation number
41
95
91
66
30
61
46
102
62
80
110
2
85
112
1
14
29
74
104
107
28
111
63
82
10
7
99
60
34
96
64
38
92
97
57
103
93

Mahalanobis d-squared
3.851
3.789
3.718
3.710
3.690
3.662
3.524
3.516
3.501
3.481
3.446
3.437
3.391
3.385
3.291
3.230
3.175
3.121
3.112
3.099
2.997
2.949
2.949
2.868
2.805
2.759
2.680
2.565
2.548
2.542
2.532
2.531
2.486
2.478
2.455
2.422
2.401

p1
.571
.580
.591
.592
.595
.599
.620
.621
.623
.626
.632
.633
.640
.641
.655
.665
.673
.681
.683
.685
.700
.708
.708
.720
.730
.737
.749
.767
.769
.770
.772
.772
.779
.780
.783
.788
.791

p2
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
.999
.999

Tabel 5.9. Observations Farthest.. (Lanjutan)


Observation number
12
68
35
100
65
3
44
5
43
98
94
18
22
21
83
6
87
13
71
24
25
20
53
105
81

Mahalanobis d-squared
2.392
2.367
2.367
2.354
2.352
2.333
2.330
2.309
2.183
2.180
1.934
1.930
1.916
1.813
1.632
1.628
1.539
1.526
1.451
1.451
1.442
1.427
1.423
1.296
1.263

p1
.793
.796
.796
.798
.799
.801
.802
.805
.823
.824
.858
.859
.861
.874
.897
.898
.909
.910
.919
.919
.920
.921
.922
.935
.939

p2
.998
.998
.996
.993
.988
.983
.972
.962
.981
.969
.997
.993
.989
.994
.999
.998
.999
.998
.998
.996
.992
.986
.972
.986
.980

Angka-angka pada tabel di atas menunjukkan seberapa jauh jarak sebuah data
dari titik pusat tertentu; jarak tersebut diukur dengan metode Mahalanobis. Semakin
jauh jarak sebuah data dengan titik pusat (centroid), semakin ada kemungkinan data
masuk dalam kategori outlier, atau data yang sangat berbeda dengan data lainnya.
Perhatikan data pada tabel yang menunjukkan urutan besar Mahalanobis Distance, dari
yang terbesar sampai terkecil.

Sebuah data termasuk outlier jika mempunyai angka p1 dan p2 yang kurang dari
0,05. pada data diatas, angka diurutkan mulai dari nomor data yang mempunyai jarak
terbesar. Dari 112 data, data nomor 37, 54, 58, 86 dapat dianggap data outlier, karena
pada kolom p1 dan p2 mempunyai nilai yang kurang dari 0,05. sehingga data urutan ke
5 dan seterusnya mempunyai angka p2 yang sudah diatas 0,05, sehingga dapat dianggap
bukan outlier, sampai pada uji normalitas yang ketiga masih didapatkan data outlier,
dan setelah diuji sampai uji normalitas ke 4, kemudian didapatkan data yang tidak
terdapat outliernya, Dan data observasi pada uji yang keempat dapat dilihat di tabel
5.10.

xx

<x<

xx

9,43 20,581
9,43 20,581
= 0.001<X<0,094
<x<
4,9
4,9

Nilai p adalah nilai probabilitas, yaitu jarak antara tingkat signifikansi dengan
probabilitas dari data terhadap chi-square. Untuk keseluruhan data dapat dilihat pada
Tabel 5.10.

Tabel 5.10.Observations Farthest From The Centroid (Mahalanobis distance)


(Group number 1)
Observation number
75
100
13
30
38
24
75
100
13
30
38

Mahalanobis d-squared
20.581
18.348
15.912
15.395
14.825
14.576
20.581
18.348
15.912
15.395
14.825

p1
.001
.003
.007
.009
.011
.012
.001
.003
.007
.009
.011

p2
.094
.028
.036
.012
.006
.002
.094
.028
.036
.012
.006

Tabel 5.10.Observations Farthest.(Lanjutan)


Observation number
24
7
70
44
1
58
14
65
29
31
2
21
90
59
64
17
45
43
37
96
68
66
71
42
80
9
62
11
33
84
88
35
6
10
91
53
98
101

Mahalanobis d-squared
14.576
12.255
11.482
10.385
9.601
9.371
8.927
8.845
8.587
8.455
8.165
8.042
7.942
7.660
7.251
6.852
6.821
6.685
6.668
5.964
5.918
5.790
5.645
5.600
5.567
5.552
5.539
5.356
5.351
5.276
5.065
4.758
4.741
4.651
4.639
4.565
4.485
4.475

p1
.012
.031
.043
.065
.087
.095
.112
.115
.127
.133
.147
.154
.159
.176
.203
.232
.234
.245
.246
.310
.314
.327
.342
.347
.351
.352
.354
.374
.375
.383
.408
.446
.448
.460
.461
.471
.482
.483

p2
.002
.041
.067
.211
.388
.366
.460
.382
.403
.364
.419
.385
.342
.414
.585
.751
.688
.694
.620
.930
.912
.919
.933
.917
.893
.855
.810
.861
.813
.804
.876
.957
.941
.945
.923
.922
.924
.896

Tabel 5.10.Observations Farthest.(Lanjutan)


Observation number
76
41
15
79
86
27
99
28
54
82
93
8
12
55
26
4
92
34
56
81
50
3
19
60
73
87
52
39
85
16
32
40
83
89
69
67
57

Mahalanobis d-squared
4.466
4.299
4.173
4.156
4.127
3.937
3.933
3.884
3.865
3.824
3.790
3.698
3.659
3.622
3.436
3.338
3.311
3.308
3.146
3.076
2.829
2.810
2.763
2.732
2.711
2.680
2.674
2.611
2.562
2.548
2.544
2.541
2.506
2.446
2.397
2.385
2.304

p1
.484
.507
.525
.527
.531
.559
.559
.566
.569
.575
.580
.594
.599
.605
.633
.648
.652
.653
.678
.688
.726
.729
.737
.741
.744
.749
.750
.760
.767
.769
.770
.770
.776
.785
.792
.794
.806

p2
.860
.910
.932
.910
.890
.943
.918
.910
.884
.869
.847
.865
.847
.826
.907
.925
.907
.870
.928
.932
.984
.977
.975
.969
.957
.947
.923
.924
.918
.888
.843
.786
.754
.751
.733
.666
.688

Tabel 5.10.Observations Farthest.(Lanjutan)


Observation number
18
20
63
77
23
47
94
22
74
72
5
48
97
49
61
36
78
95
46
25

Mahalanobis d-squared
2.141
2.135
2.070
2.027
2.013
1.956
1.933
1.884
1.881
1.759
1.698
1.606
1.587
1.516
1.432
1.249
1.245
1.060
.942
.659

p1
.829
.830
.839
.845
.847
.855
.858
.865
.865
.881
.889
.901
.903
.911
.921
.940
.941
.958
.967
.985

p2
.808
.739
.737
.707
.629
.610
.535
.497
.386
.457
.429
.446
.342
.318
.304
.432
.276
.375
.350
.557

Dari tabel diatas, dapat diperhatikan nilai p1 dan p2 berada diatas 0,001 sehingga
tidak perlu dilakukan penghapusan data outlier lagi, dan data sudah dianggap
berdistribusi normal, dan dapat melangkah ke tahap selanjutnya
5.2.2.6. Mengevaluasi model dengan kriteria Kesesuaian
Menilai kesesuaian merupakan tujuan utama dalam persamaan struktural yaitu
ingin mengetahui sampai seberapa jauh model yang fit atau cocok dengan data. Jika
didapat kesesuaian yang jelek, langkah selanjutnya mendeteksi sumber penyebab
misfit dalam model hal ini dapat dilihat dari (a) kelayakan dari parameter estimate, (b)
kesesuaian nilai standard errors, dan (c) signifikansi statistik dari parameter estimasi.

(a). Kelayakan Parameter Estimate


Langkah awal dalam menilai fit terhadap parameter individu dalam model
adalah menentukan kelayakan nilai estimasi. Nilai estimasi parameter harus
memberikan tanda (besaran sign and size) yang benar dan konsisten dengan teori yang
ada. Jika ada nilai estimasi yang tidak memenuhi criteria ini menunjukkan indikasi
bahwa model mungkin salah satu atau matrix input tidak cukup memberikan informasi.
Beberapa indikasi ini dapat dilihat jika ada nilai korelasi>1.00, nilai varian negatif dan
matrik kovarian atau korelasi tidak definit positif (not definite positive) yang secara
(b). Kesesuaian nilai standard errors
Penentuan derajat kebebasan (degree of freedom), dapat didapat langsung dari
Dengan cara manual dapat didapatkan dengan cara :derajat kebebasan :
df = [(p).(p + 1)]-k] = [4(4+1)]-15= 5,
dimana 5 adalah jumlah variabel manifes pada model diatas dan 12 adalah jumlah
parameter yang akan diestimasi. Selanjutnya yang dilakukan adalah penilaian
identifikasi model, semua sampel yang ditampilkan disajikan dalam bentuk matriks
antar variabel, nilai ini juga menyajkan hubungan kovarians antara variabel yang satu
dengan yang lain, dengan contoh seperti dibawah ini, antara waktu perjalanan dengan
waktu bersandar atau waktu manuver, pada tabel 5.8. disajikan dengan nilai 686.789,
artinya nilai estimasi antara kedua variabel adalah sebesar 686.789. demikian juga untuk
keseluruhan nilai yang lain
Tabel 5.11. Sample Covariances (Group number 1)

X2
X5
X4

X2
686.789
78.143
12059.049

X5

X4

64.737
2881.045

763361.130

X3

X1

Tabel 5.11. Sample Covariances(Lanjutan)

X3
X1

X2
5203.414
35.871

X5
652.001
7.867

X4
64586.460
3527.894

X3
116936.432
146.716

X1
27.236

Implied covarians merupakan kovarians estimasi, nilai ini diperlukan untuk


penilaian sebuah model, dengan mendapatkan selisih antara kovarians sampel dengan
kovarians estimasi didapatkan residual covarians, yang merupakan kunci penilaian
sebuah model, semakin kecil angka kovarians residual yang didapat menandakan model
semakin fit atau data (observasi) mendukung keberadaan model
Tabel 5.12. Implied Covariances (Group number 1)

X2
X5
X4
X3
X1

X2
686.789
78.143
12059.041
5203.414
55.731

X5

X4

X3

X1

64.737
2881.042
652.001
13.315

763361.128
64586.396
3527.893

116936.432
298.488

27.236

Contoh penafsiran angka pada nilai-nilai tabel diatas dapat ditunjukkan sebagai berikut:
a. Variabel Waktu berlabuh:
1. Kovarians observasi dari waktu berlabuh adalah 686,789
2. Kovarians estimasi dari waktu berlabuh adalah 686,789
Sehingga kovarians residual untuk waktu berlabuh adalah 686,789-686,789 = 0, untuk
keseluruhan nilai dari kovarians residual dari seluruh variabel terdapat pada Tabel 5.13

Tabel 5.13 .Residual Covariances (Group number 1 - Default model)

X2
X5
X4
X3
X1

X2
.000
.000
.008
.000
-19.860

X5

X4

X3

X1

.000
.002
.000
-5.448

.002
.064
.001

.000
-151.772

.000

Pada tahap ini, model dapat dievaluasi dengan menggunakan beberapa uji yaitu,
absolute fit indices, incremental fit indices, parsimony fit indices, nilai-nilai ini hanya
didapatkan dari program AMOS,
1. Absolute fit indices
Ukuran fundamental dari overall fit adalah likelihood-ratio chi-square (X2).
Nilai chi-square yang tinggi relatif terhadap degree of freedom menunjukkan bahwa
matrik kovarian atau korelasi yang diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara
nyata dan ini menghasilkan probabilitas (p) lebih kecil akan menghasilkan nilai
probabilitas (p) yang lebih besar dari tingkat signifikansi () dan ini menunjukkan
bahwa input matrik kovarian antara prediksi dengan observasi sesuangguhnya tidak
berbeda secara signikan. Dalam hal ini peneliti harus mencari nilai chi-square yang
tidak signifikan karena mengharapkan bahwa model yang diusulkan cocok atau fit
dengan data observasi.
Dengan membandingkan nilai hitung dan nilai tabel, dimana X2 tabel dengan
menggunakan fungsi Excel =CHIINV(0,001;3), didapatkan nilainya tabel sebesar 7,81.
dengan membandingkan dengan nilai X2 hitung, 2,231 < 7,81 dan angka probabilitas
pada output AMOS sebesar 0,526 dan bila dibandingkan 0,526> 0,5, dapat disimpulkan

dari seluruh perbandingan bahwa hipotesa awal diterima. Dengan demikian didapatkan
bahwa model fit dengan data yang ada.
a. CMIN/DF
Adalah nilai chi-square dibagi dengan derajat kebebasan.
Dengan rumus manual dapat dihasilkan dengan
CMIN/DF=

chisquare 45,268
=
=9,054
df
5

Dengan program Amos didapatkan tampilan berikut:


Tabel 5.14. Hasil CMIN
Model
Default model
Saturated model
Independence model

CMIN
45.268
.000
204.377

DF
5
0
10

CMIN/DF
9.054
20.438

Angka CMIN menunjukkan angka 45,268, nilai default modelnya berada antara 0,000
dan nilai 204,377. Angka ini menunjukkan bahwa model ini adalah model yang baik
karena angka yang CMIN yang dimiliki oleh default model berada diantara saturated
model dan independence model
b. GFI (goodness of fit index)
Alat uji GFI memungkinkan pengaruh jumlah sampel menjadi kurang sensitif dalam
proses pengambilan keputusan Untuk perhitungan manual dapat dihitung dengan rumus
^

GFI= 1

F
^

Fb

= 1 -0,126 =0,874

Nilai GFI yang tinggi menunjukkan fit yang lebih GFI menunjukkan angka 0,874,
mendekati angka 1, angka ini menyatakan bahwa model sudah cukup baik untuk hasil
GFI dapat dilihat pada tabel 5.15
Tabel 5.15. Hasil GFI
Model
Default model
Saturated model
Independence model

GFI
.874
1.000
.617

AGFI
.622

PGFI
.291

.425

.411

2. Increamental fit measures


Increamental fit measures membandingkan proposed model dengan baseline model
sering disebut dengan null model. Null model merupakan model realistic dimana modelmodel yang lain harus diatasnya
a. AGFI
Adjusted goodnes-of fit merupakan pengembangan dari GFI yang disesuaikan
dengan ratio degree of freedom,
Untuk perhitungan manual dapat dilihat pada angka dibawah ini:
AGFI=1-(1-GFI)

db
= 1 (1- 0,874)= 0,622
d

nilai AGFI diatas adalah 0,622, angka ini mendekati angka 1, menyatakan bahwa
model ini sudah cukup baik untuk hasil dari amos dapat dilihat pada tabel 5.16
Tabel 5.16. Hasil GFI, AGFI
Model
Default model
Saturated model
Independence model

GFI
.874
1.000
.617

AGFI
.622
.425

b. TLI
Tucker-Lewis Index atau dikenal dengan nonormed fit index. Ukuran ini
menggabungkan ukuran parsimony kedalam indeks komparasi antara proposed model
dan null model dan nilai TLI berkisar dari 0 sampai 1,0. Nilai TLI pada tabel 5.17 nilai
TLI sebesar 0,568 yang menunjukkan model cukup baik.
c. NFI
Normed Fit Index merupakan ukuran perbandingan antara proposed model dan
null model. Nilai NFI dari model ini adalah 0,779, yang menyatakan bahwa model ini
cukup baik.
Tabel 5.17. Hasil Baseline Comparisons
Model
Default model
Saturated model
Independence model

NFI
Delta1
.779
1.000
.000

TLI
rho2
.586
.000

3. Parsimonious Fit Measures


Kelompok pengujian ini membandingkan model yang komples dengan model sederhana
(parsimoni atau ringkas). Karena itu, alat ukur sebenarnya tidak efektif untuk mengukur
model tunggal (single model), namun akan efektif untuk membandingkan dua
model,yang terdiri dari model kompleks dan model yang lebih sederhana.
Alat ukur yang termasuk dalam kategori adalah PRATIO (Parsimony Ratio), PNFI dan
PCFI, di mana:
PNFI = PRATIO x NFI = 0,5 x 0,779 = 0,389
PCFI = PRATIO x CFI = 0,5 x 0,586 = 0.396

Tabel 5.18. Parsimony-Adjusted Measures


Model
Default model
Saturated model
Independence model

PRATIO
.500
.000
1.000

PNFI
.389
.000
.000

PCFI
.396
.000
.000

4. Pengukuran Model yang Sesuai


Setelah keseluruhan model fit dievaluasi, maka langkah berikutnya adalah
pengukuran setiap konstruk untuk menilai uni dimensionalitas dann reliabilitas dari
konstruk. Unidimensionalitas adalah asumsi yang melandasi perhitungan reliabilitas dan
ditunjukkan ketika indicator suatu kontruk memiliki acceptable fit satu single factor
(one dimensional) model.
Pendekatan untuk menilai measurement model adalah mengukur composite
reliability dan variance extracted untuk setiap konstruk. Reliability adalah ukuran
internal consistency indikator suatu konstruk .Untuk perhitungan reliabilitas konstruk
dapat dilihat pada perhitungan dibawah, dan untuk nilai standard loadingnya dapat
diambil dari nilai standardized regression weight
Tabel 5.19. Standardized Regression
Weights:

X2
X1
X3
X4
X5
X5

<--<--<--<--<--<---

Y
Y
Y
Y
Y
X2

Estimate
.527
.774
.216
1.000
.297
.214

(Jumlah dari standard loading) 2


Re liabitas konstruk =
(jumlah dari standard loading) 2 + jumlah kesalahan pengukuran

Jumlah kesalahan pengukuran = 1 (standard loading)2


= (1- (0,527)2 ) + +(1- (0,214)2 ) = 3.942534
Re liabitas konstruk =

(3.028) 2
= 0.70
(3.028) 2 + 3,942534

Variance extracted = (0,527 + 0,774 + 0,216 + 1,000 + 0,297 + 0,214)/5 = 0.6056,


artinya bahwa 60,56%, model yang ada mampu menjelaskan keadaan yang sebenarnya

e1

X1

.71

X4

X3

X2

.46

.12

1.11

e5

1.23

.01

.22

.50

e4

e3

e2

.13
X5

.36

Y
Gambar 5.10. Diagram Jalur Model Awal

Untuk diagram diatas ini, diagram jalur perlu untuk dimodifikasi karena ada
nilai Heywood case , artinya ada nilai eror yang negative. Ini menunjukkan model
tersebut perlu dimodifikasi.yaitu pada e4 sebesar dimana nilainya Tetapi diagram ini
sudah dapat dinilai.jadi dilanjutkan ke tahap selanjutnya untuk tahap ke 7 yaitu sebesar 177905.499, sehingga untuk model yang fit harus dimodifikasi kembali, untuk
modifikasi indikasi diambil dari output AMOS. Untuk penjelasan dari model diatas
dapat dilihat pada Tabel 5.20.

Tabel 5.20. Hubungan antar Variabel Model Awal


Hubungan antar variabel
Y dan X1
Y dan X2
Y dan X3
Y dan X4
Y dan X5
X1 dan e1
X2 dan e2
X3 dan e3
X4 dan e4
X5 dan e5

Nilai Hubungan
0,71
0,46
0,12
1,11
0,36
0,51
0,22
0,1
1,23
0,13

Keterangan
Pengaruh X1 terhadap Y sangat kuat
Pengaruh X2 terhadap Y cukup kuat
Pengaruh X3 terhadap Y Lemah
Heywood Case
Pengaruh X5 terhadap Y rendah
Pengaruh e1 terhadap X1 kuat
Pengaruh e2 terhadap X2 rendah
Pengaruh e3 terhadap X3 rendah
Heywood case
Pengaruh e5 terhadap X5 rendah

5.2.2.7. Interpretasi dan Memodifikasi Model


Ketika model dinyatakan diterima, maka peneliti dapat mempertimbangkan
dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki penjelasan teoritis atau goodnessof-fit. Pengukuran model dilakukan modification indices,nilai modification indices sama
dengan terjadinya penurunan chi-square jika koefisien diestimasi.Berikut adalah
modifikasi yang diusulkan oleh program AMOS untuk menurunkan nilai chi square,
yang berguna untuk membuat model lebih fit, penurunan chi square yang dihasilkan
dari 45,3 menjadi 10,969 dengan demikian model lebih fit lagi, untuk diagram jalur
yang dimodifikasi dapat dilihat pada Gambar 5.11..
.06

.56
e1

e5

e4

.20

.05

.28

.60
X1

e3

e2

.21

1.00

X3

X2

X4

.77

.53

.30

.22
1.00

Gambar 5.11. Diagram Jalur Model Modifikasi

X5

Tabel 5.21. Hubungan antar Variabel Model Modifikasi


Hubungan antar
Nilai
Keterangan
variabel
Hubungan
Y dan X1
0,77
Pengaruh X1 terhadap Y sangat kuat
Y dan X2
0,53
Pengaruh X2 terhadap Y cukup kuat
Y dan X3
0,22
Pengaruh X3 terhadap Y Lemah
Y dan X4
1,00
Pengaruh X4 terhadap Y mutlak
Y dan X5
0,30
Pengaruh X5 terhadap Y rendah
X1 dan e1
0,60
Pengaruh e1 terhadap X1 kuat
X2 dan e2
0,28
Pengaruh e2 terhadap X2 rendah
X3 dan e3
0,05
Pengaruh e3 terhadap X3 lemah
X4 dan e4
1,00
Pengaruh X1 terhadap Y mutlak
X5 dan e5
0,20
Pengaruh X5 terhadap e5 rendah
X2 dan X5
0,21
Pengaruh X2 terhadap X5 rendah
e2 dan e3
0,56
Pengaruh e2 terhadap e3 cukup kuat
e3 dan e5
0,06
Pengaruh e3 terhadap e5 lemah

Angka pada diagram diatas menunjukkan factor loading setiap indikator terhadap
konstruk. Angka 0,77 menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara indikator jarak
dengan jalur yang efektif. Angka 0,53 menunjukkan bahwa variabel kebutuhan
memberikan pengaruh sebesar 0,53 kepada jalur yang efektif, artinya dengan variabel
kebutuhan dapat menjelaskan konstruk jalur yang efektif, sementara untuk angka 0,22
menunjukkan hubungan yang biasa dengan jalur yang biasa dengan jalur yang efektif.
Hal ini menunjukkan bahwa hubungan lama waktu manuver dengan jalur yang efektif,
adalah tetap, keadaan waktu maneuver yang hanya sedikit berfluktuasi dianggap tetap
pada pembuatan jalur yang efektif pada kapal, sementara untuk hubungan waktu
bersandar (X4) dengan jalur yang efektif menunjukkan hubungannya mutlak yaitu
berada pada angka 1. Untuk nilai waktu bongkar muat (X5) memberikan pengaruh
yang kuat antara variabel tersebut dengan jalur yang efektif pada angka 0,30. jadi dapat
dilihat bahwa:

Variabel yang dominan diatas adalah X1, X2, X5, dengan angka pengaruh diatas
0,53

Variabel yang berpengaruh rendah adalah X5

Variabel yang berpengaruh lemah adalah X3

Variabel yang berhubungan secara recursif artinya saling mempengaruhi adalah


nilai bias antara e2 dan e3, antara e3 dan e5, hal ini artinya bahwa ada nilai
parameter lain yang menyatakan hubungan antara masing-masing kedua variabel
bias tersebut.
Untuk pertimbangan pembuatan rute dapat dilihat dari pengaruh masing-masing

angka statistik diatas yaitu bahwa variabel yang dapat dioptimalkan untuk
meningkatkan efektifitas pelayaran kapal adalah waktu bongkar muat, waktu perjalanan,
banyak muatan yang dibongkar, dan jarak. Sementara untuk waktu manuver, pengaruh
waktu untuk manuver digolongkan rendah karena dari pengolahan seluruh data didapati
bahwa waktu untuk manuver cukup kecil dan konstan. Untuk mendapatkan rute yang
efektif dapat disusun kembali rute yang baru yang disusun berdasarkan data kebutuhan
tiap depot tujuan.
5.1.3. Penentuan Jalur/Rute
Berdasarkan model structural equation modeling diatas, didapatkan bahwa
model jalur yang efektif dipengaruhi oleh variabel waktu perjalanan, waktu bongkar
muat, waktu manuver, jarak dan banyak muatan yang dibongkar. Untuk menentukan
penjadwalan sistem liner, maka terlebih dahulu dicari kemampuan produktivitas kapal
untuk tahun 2010.

a. Penentuan Kemampuan Produksi Kapal


Waktu kerja efektif untuk tahun 2010, adalah 340 hari, hal ini sudah tidak
termasuk untuk maintanance kapal, sampai docking yaitu perawatan kapal dengan
meletakkan kapal di galangan. Untuk mendapatkan nilai perjam maka hari kerja efektif
dikonversikan ke jam dengan rumus:
Jumlah kerja 1 tahun = jumlah hari efektif x jumlah jam sehari
Jumlah kerja tahun 2010 = 340 x 24 = 8160 jam setahun
Untuk kecepatan kapal tanker pada keadaan kapal ballast (kosong), kecepatan kapal
didapatkan sebesar 10 knot,dan pada keadaan laden (berisi), kecepatan kapal sebesar
10,5 knot, jadi dengan konversi ke mil/jam maka didapatkan jarak yang dapat ditempuh
kapal ketika kapal bermuatan, dan tidak bermuatan,
Jarak yang dapat ditempuh selama kerja efektif dapat dihitung dengan rumus:
Jarak = Kecepatan x Waktu
Dengan demikian Jarak tempuh kapal ketika bermuatan dapat dihitung dengan:
Jarak = 10,5 knot x 8160 jam
Jarak = 10,5 x 1,151 mil/jam x 8160 jam = 98617,68 mil
Dengan demikian Jarak tempuh kapal ketika bermuatan dapat dihitung dengan:
Jarak = 10 knot x 8160 jam
Jarak = 10 x 1,151 mil/jam x 8160 jam = 93921,6 mil
Maka untuk mendapatkan kemampuan produksi kapal untuk setiap depot dapat
diperhitungkan melalui jarak dan kebutuhan setiap depot perbulan. Dengan clustercluster, didapatkan jadwal rute dari setiap pengangkutan kapal, yaitu

Gambar 5.13. Peta Rute Berdasarkan Cluster Arah


1. Klaster I : Ambon Merauke - Ambon
Jarak antar pelabuhan: 850 mil
Kecepatan kapal saat laden : 10 Knot
Kecepatan kapal saat ballast : 10,5 Knot
Kebutuhan perbulan : 2588.46 kl
2. Klaster II : Ambon Fak-fak Kaimana Masohi - Ambon
Total jarak yang ditempuh = 310 + 112 + 335 + 62 = 819 mil
Kecepatan kapal saat laden : 10 Knot
Kecepatan kapal saat ballast : 10,5 Knot
Kebutuhan perbulan :
-

Fak-fak : 547,8058 KL

Kaimana : 1076,755 KL

Masohi : 569,2725 KL

3. Klaster III : Ambon Saumlaki Tual Dobo - Ambon


Total jarak yang ditempuh = 335 + 190 + 110 + 453 = 1088 mil
Kecepatan kapal saat laden : 10 Knot
Kecepatan kapal saat ballast : 10,5 Knot
Kebutuhan perbulan :
-

Saumlaki: 1036,731KL

Tual : 1207,323KL

Dobo : 610,0182 KL

4. Klaster IV : Ambon Ternate- Tobelo- Ambon


Total jarak yang ditempuh = 323 + 160 + 430 = 913 mil
Kecepatan kapal saat laden : 10 Knot
Kecepatan kapal saat ballast : 10,5 Knot
Kebutuhan perbulan :
-

Ternate : 1320,065 KL

Tobelo : 1116,773 KL

5. Klaster V : Ambon Namlea- Labuha Wayame Sanana Ambon


Total jarak yang ditempuh = 87 + 185 + 224 + 149 + 186 = 831 mil
Kecepatan kapal saat laden : 10 Knot
Kecepatan kapal saat ballast : 10,5 Knot
Kebutuhan perbulan : 2600 kl
-

Namlea : 463,136 KL

Labuha : 852,5286 KL

Wayame : 558,8777 KL

Sanana : 657,6955KL
Untuk kecepatan pompa, diambil rata-rata yaitu dengan nilai 177.925 KL/jam, untuk

keseluruhan waktu, dapat diperhitungkan melalui kecepatan kapal, jarak dan kecepatan
pompa seperti yang sudah dimodelkan diatas: waktu manuver dimasukkan ke waktu
penyaluran minyak hal ini diakibatkan karena apabila pelayaran sudah terjadwal maka
diasumsikan tidak ada lagi waktu menunggu, karena kapal langsung dapat mendarat dan
membongkar muatan.
Untuk klaster I:
Waktu keseluruhan = waktu perjalanan ke depot tujuan + waktu penyaluran muatan +
waktu perjalanan ke depot asal
dimana waktu untuk seluruh pelayaran adalah
= (850mil / 10 knot ) + 2 x (2588.46 KL/177.925 KL/jam) + (850mil / 10,5 knot )
= 180.500/ 24 jam = 7,6 hari
Untuk klaster II:
= (757mil / 10 knot ) + (2193.833 KL/177.925 KL/jam) + (62 mil / 10,5 knot )
= 93.93/ 24 jam = 3.91 hari
Untuk klaster III:
= (635mil / 10 knot ) + (2854.071 KL/177.925 KL/jam) + (453 mil / 10,5 knot )
= 122,68/ 24 jam = 5,11 hari
Untuk klaster IV:
= (483mil / 10 knot ) + (2436,838 KL/177.925 KL/jam) + (430 mil / 10,5 knot )
= 102.95/ 24 jam = 4,29 hari
Untuk klaster V:

= (645 mil / 10 knot ) + (2532.238 KL/177.925 KL/jam) + (186 mil / 10,5 knot )
= 96,45/ 24 jam = 4,02 hari
Untuk jadwal keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 5.22.
5.22. Jadwal Keseluruhan
Klaster

Rute

Klaster I

Ambon Merauke - Ambon


Ambon Fak-fak
Kaimana Masohi - Ambon
Ambon Saumlaki Tual
Dobo Ambon
Ambon Ternate- TobeloAmbon

Klaster II
Klaster III
Klaster IV
Klaster V

Ambon Namlea- Labuha


Wayame Sanana Ambon

Muatan yang
diangkut
2588,46 KL

Lama Perjalanan
7,6 hari

2193,833 KL

3.91 hari

2854,071 KL

5,11 hari

2436,838 KL

4,29 hari

2532.238 KL

Total Perjalanan

4,02 hari

24,93 hari

Dari rute dan jumlah lama perjalanan, dapat dilihat bahwa kebutuhan depot terpenuhi
seluruhnya dalam sekali sebulan. Selanjutnya yang dapat dilakukan adalah menghitung
ongkos muatan/liter/ mil, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung
idling detention cost nya (I) yang dipengaruhi oleh total biaya selama di pelabuhan,
lama berlabuh, jumlah muatan yang diangkut dengan rumus

Dimana ic = total biaya selama di pelabuhan


it = lama berlabuh
C = jumlah muatan yang diangkut

I=

(1302x17x(52 + 48 + 8) + 85000 + (740 *12605.44))x70.85


= 13984.4612
12605,44

Selanjutnya operating movement dihitung yang dipengaruhi oleh total biaya selama
dalam pelayaran, waktu/lamanya berlayar, jumlah muatan yang diangkut dan jarak yang
ditempuh:
T2 =

T2 =

mc x mt
CxD

(466462266.7 + (4500 * 27))


= 8669.59
(12605.44 x 5351)

Selanjutnya total biaya per unit dapat dihitung:


TC = T2 +
TC = 8669.59 +

I
D

13984.4612
= Rp. 8,67 L/ mil
5351

5.2.4. Metode Operasi


Dari perhitungan diatas dapat dibandingkan antara dua metode operasi, antara
time charter dengan metode freight,

5.2.4.1. Metode Time Charter


Berikut adalah metode time charter, dimana pihak kapal menerima uang sewa
sebesar $1400/hari untuk penyewaan kapal tanker dari pihak Pertamina dengan
akumulasi seluruh pendapatan dan pengeluaran perbulan. Dengan setiap biaya variabel
perjalanan kapal ditanggung oleh Pertamina sebagai pihak penyewa yaitu biaya
pelabuhan dan biaya bahan bakar kapal Untuk seluruh rinciannya dapat dilihat pada
Tabel 5.23.

Tabel 5.23. Laporan Proyeksi Laba Rugi PerbulanDengan Metode Time Charter
Diskripsi
A. PENDAPATAN
B. BIAYA TETAP
1) Gaji Crew
2) Uang Makan Crew
3) Docking (IS +SS)
4) Perawatan
5) Survey
6) Sertifikasi
7) Asuransi (Hull &
Machinery)
8) Asuransi (Protect &
Indemnity)
9) Asuransi Crew
10) Penyusutan
JUMLAH [B]
C. BIAYA VARIABEL
1) Bahan Bakar Minyak
2) Minyak Pelumas
3) Air Tawar
4) Pelabuhan
5) Bongkar Muat
6) Pajak Penghasilan (Pph 25)
7) Entertainment
Jumlah [C]
D. Biaya Tetap + Var [B + C]
E. Biaya Ops. Perusahaan
F. Ang. Bank [Pokok +Bunga]
G. Total Biaya [D+E+F]
H. Laba/Rugi [A-G]

Bulanan (dalam Rupiah)


496.800.000
51.177.750
12.750.000
62.500.000
10.000.000
2.083.333
1.250.000
6.500.000
35.500.000
1.500.000
100.000.000
283.261.083

12.000.000
2.000.000
5.961.600
15.000.000
1.500.000
49.961.600
318.222.683
10.750.000
137.489.583
466.462.266
30.337.733

5.2.4.2. Metode Freight


Pada metode freight dimana pertamina membayar ongkos muatan perjarak yang
ditempuh oleh kapal tanker yaitu berdasarkan cluster yang dimiliki oleh rute kapal,dapat
ditentukan biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan dan pendapatan yang akan
diterima oleh pihak perusahaan karena pelayaran yang akan dilakukan oleh kapal sudah
terjadwal dan sekecil mungkin menekan angka penundaan pelayanan bongkarmuat

dipelabuhan depot asal maupun pelayanan depot tujuan. Dengan perhitungan berikut
pada metode freight dimana pertamina membayar ongkos muatan per jarak yang
ditempuh oleh kapal tanker yaitu berdasarkan kluster yang dimiliki oleh rute kapal,
dapat ditentukan biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan dan pendapatan yang
akan diterima oleh pihak perusahaan karena pelayaran yang akan dilakukan oleh kapal
sudah terjadwal dan sekecil mungkin menekan angka penundaan pelayanan
bongkarmuat di pelabuhan depot asal maupun pelayanan depot tujuan dengan
perhitungan berikut:
Jumlah hari operasi: -

di laut 20 hari

di darat 5 hari

Total hari operasi : 25 hari = Jumlah muatan (muat = bongkar) 2600 8 = 20800 KL
Jumlah muatan (muat = bongkar) : 20800 kl x Rp.5,25 juta/kl = Rp. 109.200.000.000,
2. Perhitungan biaya variabel
Biaya bahan bakar (bunker),
Dipakai MFO = 4,5 ton perhari dengan harga Rp.7000 per liter dan MDF = ton perhari
dengan harga Rp 6800,- Perhari
MFO = hari di laut x pemakaian per hari x harga
MFO = 20 x 4.5 ton x Rp.7000/liter = Rp. 630.000.000,- /bulan
MDF = total hari operasi x pemakaian per hari x harga
= 25 x 4.5 ton x Rp.6300/liter = Rp. 708.750.000,- /bulan
Total biaya bunker = 630.000.000 + 708.750.000 = Rp.1.338.750.000
Biaya pelabuhan dan canal = Rp. 466462266.7

3. Perhitungan Biaya Tetap


Biaya tetap dapat dilihat dilaporan keuangan time charter, jumlahnya sama, karena
perbedaan biaya antara time charter dan metode freight hanya pada biaya bahan bakar
dan metode tambang
Tabel 5.24. Laporan Proyeksi Laba Rugi Perbulan Dengan Metode Freight

Diskripsi
A. Pendapatan
B. Biaya Tetap
1) Gaji Crew
2) Uang Makan Crew
3) Docking (IS +SS)
4) Perawatan
5) Survey
6) Sertifikasi
7) Asuransi (Hull & Machinery)
8) Asuransi (Protect & Indemnity)
9) Asuransi Crew
10) Penyusutan
Jumlah [B]
C. Biaya Variabel
1) Bahan Bakar Minyak
2) Minyak Pelumas
3) Air Tawar
4) Pelabuhan
5) Bongkar Muat
6) Pajak Penghasilan (Pph 25)
7) Entertainment
Jumlah [C]
D. Biaya Tetap + Var [B + C]
E. Biaya Ops. Perusahaan
F. Ang. Bank [Pokok + Bunga]
G. Total Biaya [D+E+F]
H. Laba/Rugi [A-G]

Bulanan (dalam
Rupiah)
109.200.000.000
51.177.750
12.750.000
62.500.000
10.000.000
2.083.333
1.250.000
6.500.000
35.500.000
1.500.000
100.000.000
283.261.083
1.338.7500.000
12.000.000
2.000.000
466.462.266
5.961.600
15.000.000
1.500.000
13.890.423.866
318.222.683
10.750.000
137.489.583
466462266.7
94878075

5.2.5. Membandingkan Metode Time Charter dengan Metode Freight


Untuk mendapatkan sistem operasi terbaik, dimana sistem pengelolaan kapal
yang menghasilkan keuntungan yang lebih besar dari sistem sebelumnya. Untuk
perbandingan melalui metode time charter dan metode freight dapat dilihat pada Tabel
5.25.
Tabel 5.25. Laporan Perbandingan Metode Time Charter Dengan
Metode Freight
Pendapatan Biaya = Laba (rugi)
I. Pendapatan
1. Pendapatan Freight
2. Pedapatan charter
3. Pendapatan lain-lain
B. Biaya Tetap
1) Gaji Crew
2) Uang Makan Crew
3) Docking (IS +SS)
4) Perawatan
5) Survey
6) Sertifikasi
7) Asuransi (Hull & Machinery)
8) Asuransi (Protect & Indemnity)
9) Asuransi Crew
10) Penyusutan
Jumlah [B]
C. Biaya Variabel
1) Bahan Bakar Minyak
2) Minyak Pelumas
3) Air Tawar
4) Pelabuhan
5) Bongkar Muat
6) Pajak Penghasilan (Pph 25)
7) Entertainment
Jumlah [C]
D. Biaya Tetap + VariabelR [B + C]
E. Biaya Ops. Perusahaan
F. Ang. Bank [Pokok + Bunga]
G. Total Biaya [D+E+F]
H. Laba/Rugi [A-G]

Time Charter
(dalam rupiah)

Metode Freight
(dalam rupiah)
109.200.000.000

496.800.000

51.177.750
12.750.000
62.500.000
10.000.000
2.083.333
1.250.000
6.500.000
35.500.000
1.500.000
100.000.000
283.261.083

12.000.000
2.000.000
5.961.600
15.000.000
1.500.000
49.961.600
318.222.683
10.750.000
137.489.583
466.462.266
30.337.733

51.177.750
12.750.000
62.500.000
10.000.000
2.083.333
1.250.000
6.500.000
35.500.000
1.500.000
100.000.000
283.261.083
1.338.7500.000
12.000.000
2.000.000
466.462.266
5.961.600
15.000.000
1.500.000
13.890.423.866
13.903.923.866
10.750.000
137.489.583
14.052.163.449
94.878.075

Dari perbandingan diatas dapat diperhatikan bahwa pendapatan yang didapatkan


lebih besar didapatkan dari metode freight, dimana setiap uang tambang yang
dikenakan, berdasarkan kesepakatan para pemilik pelayaran, yaitu Rp. 5700.000,- /kl.
Sehingga setiap muatan yang mungkin dibawa oleh kapal tanker akan dikenai ongkos
sebesar diatas. Selain itu perbandingan untuk metode freight, karena tidak terikat
dengan waktu sewa kepada pihak Pertamina. Memungkinkan menjalin kerjasama
dengan perusahaan lain untuk mengangkut muatan lain, ketika pada perjalanan pulang
ke depot asal, untuk selisih keuntungan didapatkan sebesar Rp.64.540.342,hal ini
membuktikan bahwa metode operasi yang paling tepat adalah metode uang tambang
(freight).

BAB VI
ANALISA PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisa Pemecahan Masalah Penentuan Variabel-Variabel yang Berpengaruh


Kepada Operasional Kapal
Variabel-variabel yang berpengaruh kepada operasional kapal termasuk kepada
kecepatan , jarak dan waktu kecepatan kapal dibagi menjadi dua bagian yaitu kecepatan
kapal saat berlayar dan kecepatan kapal ketika bongkar muat. Kedua kecepatan ini
sangat mempengaruhi efesiensi waktu kapal, tetapi dalam hal ini kecepatan kapal
diusahakan selalu konstan yaitu pada saat kapal bermuatan, kecepatan kapal diatur
hanya sampai 10 knot perjam, hal ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan kapal
yang bermuatan cairan yaitu BBM cair, sedangkan pada saat kapal tidak bermuatan
kecepatan kapal menjadi 10,5 knot, untuk menjaga keseimbangan kapal yang tidak terisi
BBM lagi, kapal diisi dengan air ballast agar mampu menambah bobot kapal didalam
air. Kecepatan kapal ini dampak lain selain agar keseimbangan kapal terjaga, hal ini
juga menghindari pemakaian bahan bakar kapal yang berbanding lurus dengan
kecepatan habisnya bahan bakar cair. Untuk kecepatan bongkar muat, dipengaruhi oleh
kecepatan pompa penyalur BBM dan waktu yang diperlukan untuk mengeluarkan
muatan yang diperlukan. Kecepatan pompa merupakan faktor yang berada di luar sistem
kapal, dimana pompa berasal dari pihak pabean yaitu pihak pertamina yang bertugas
untuk menyediakan pompa dan seluruh fasilitas untuk menyalurkan BBM. Untuk jarak,
kapal menempuh perjalanan dengan jarak antar pelabuhan yang masing-masing
berbeda, jarak juga merupakan salah satu variabel yang sangat berpengaruh kepada
perjalanan kapal, yaitu jarak yang ditempuh kapal pada saat mendistribusikan BBM dan

kembali ke depot asal untuk memuat BBM. Jarak yang ditempuh kapal tidak selalu
konstan, tetapi bervariatif sesuai dengan kondisi perjalanan kapal. Untuk variabel waktu
pelayaran kapal, dipengaruhi oleh waktu perjalanan pergi, perjalanan pulang dan waktu
untuk manuver, waktu bongkar muat dan waktu untuk manuver. Variabel diatas ini
adalah aspek yang diteliti untuk menentukan model berdasarkan angka yang didapati
untuk data dari setiap variabel, selain hal ini di tentukan pula adanya variabel eror, yang
dimaksudkan untuk mewakili variabel yang tidak tercakup didalam penelitian ini dan
dianggap merupakan faktor lain yang mempengaruhi pelayaran kapal.

6.2. Analisis Dengan SEM


1. Pengembangan Model Berbasis Teori
Pada tahap ini model yang dibangun adalah variabel- variabel berubah yang
mempengaruhi jalur yang efektif kapal, dikembangkan berdasarkan keadaan dilapangan
yang mengacu kapal untuk melakukan perjalanan, yaitu berdasarkan variabel yang
mendasari rute yang akan dilalui kapal, yaitu ketika permintaan dari depot tujuan di
terima, maka akan menyertai juga setiap waktu yang diperlukan untuk memuat dan
membongkar, untuk perjalanan, manuver atau bersandar, untuk jarak yang ditempuh
dan banyaknya muatan yang dibongkar atau dimuat
2. Mengkontruksi Diagram Jalur untuk Menunjukkan Hubungan Kausalitas
Diagram yang dihasilkan pada level ini diambil dari diagram level 5 yaitu bagian
operasional kapal yang mendasari waktu penjadwalan kapal, yaitu waktu bongkar muat,
waktu perjalanan, waktu manuver, muatan yang dibongkar muat dan jarak, kelima
variabel ini disebut indikator dan variabel latennya adalah jarak yang efektif,

dimaksudkan bahwa yang menjadi indikator dari jalur yang efektif adalah kelima
variabel tersebut
3. Konversi Diagram Jalur kedalam Serangkaian Persamaan Struktural dan
Spesifikasi Model Pengukuran
Diagram jalur yang dikonversi terdiri dari satu variabel laten dan lima indikator,
sehingga hanya menspesifikkan model pengukuran saja. Yaitu jalur yang efektif yang
disimbolkan dengan Y sebagai variabel laten dan indikator waktu bongkar muat X1,
waktu perjalanan X2, waktu manuver X3, kebutuhan X4 dan jarak X5, dengan
menyertakan pada setiap indikator satu eror sebagai bias dari setiap pengukuran pada
jalur yang efektif, yaitu e1, e2, e3, e4 dan e5 yaitu dengan rumus berikut:
X1 = 1Y + e1(1)
X2 = 2Y + e2(2)
X3 = 3Y + e3(3)
X4 = 4Y + e4(4)
X5 = 5Y + e5(5)
Dan untuk model strukturalnya adalah:
Y = bX1 + bX2 + bX3 + bX4 + BX5
4. Memilih Input Matriks dan Mendapatkan Model Estimate
Matriks yang dimasukkan merupakan data voyage yang sudah diolah menjadi satu
jam untuk data waktu. Untuk data jarak dan kebutuhan tidak perlu diolah langsung
menjadi data input. Estimasi yang dipilih adalah estimasi maximum likehood, dimana
estimasi ini dimaksudkan untuk mengestimasi data yang berkisar antara 100 sampai 200
data, untuk menghasilkan data normalitas yang selektif dengan tingkat signifikansi
0,001, sehingga outlier yang ada tidak terlalu banyak. Apabila menggunakan estimasi

lain seperti GLS (General Least Squared), akan menghasilkan data normalitas yang
kurang selektif.
5. Menilai Problem Identifikasi
Derajat kebebasan yang diperoleh dari model ini adalah 5, yang diperoleh dari nilai
hasil , untuk penilaian data yang outlier yaitu data yang didapatkan dari hasil penilaian
dengan program AMOS, didapatkan outlier sebanyak 11 data sehingga sisa data yang
normal adalah 101 data, hal ini diakibatkan oleh nilai data yang terlalu besar sehingga
berbeda jauh dengan populasi seluruh data yang ada.
6. Mengevaluasi model dengan kriteria Goodness of Fit
Untuk menguji model yang terbentuk ada beberapa parameter, untuk seluruh parameter
dan keterangannya dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1. Parameter Model
Parameter
Goodness of fit index
Adjusted goodness of fit index
Parsimony goodness of fit index

Realibity Construct

Variance Construct

Nilai Keterangan
0,874 Model yang dibentuk baik, karena angka goodness
of fit indeks mendekati angka 1
0,622 Model yang dibentuk cukup baik, karena angka
Adjusted goodness of fit index mendekati angka 1
0,291 Model yang dibentuk kurang baik, karena angka
Parsimony goodness of fit index kecil karena
mendekati angka 0
0,70 Setiap data yang diolah mampu mewakili
keadaannya dilapangan, sehingga penelitian ini
dapat
dipertimbangkan
untuk
mengambil
keputusan karena diatas 0,70 merupakan model
yang baik
0,69 Setiap variabel yang diolah mampu mewakili
keadaannya dilapangan, sehingga penelitian ini
dapat
dipertimbangkan
untuk
mengambil
keputusan karena diatas nilainya hampir 0,7

7. Interpretasi dan Memodifikasi Model


Dari analisis SEM yang dilakukan, dimodelkan 1 variabel laten dengan jalur yang
efektif sebagai variabel latennya dan sebagai indikator ada 5 buah, yaitu waktu bongkar
muat, jarak, banyak yang dibongkar muat, waktu perjalanan, waktu manuver. Setiap
indikator ini diberikan satu nilai eror sebagai bias dari setiap pengukuran. Dan hal ini
juga menyatakan ada indikator lain yaitu variabel eror yang menjadi bias dari
pengukuran ini. Dan diberikan juga modifikasi indikasi untuk menurunkan nilai chi
square, karena semakin kecil nilai chi square suatu model maka akan semakin baik
model tersebut. Diberikan nilai chi square 10,969 dengan derajat kebebasan 3, untuk
model yang dimodifikasi. Angka pada model menunjukkan factor loading setiap
indikator terhadap konstruk.
-

Variabel jarak dengan jalur yang efektif yaitu mendapatkan angka 0,77
menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara.

variabel kebutuhan memberikan pengaruh sebesar 0,53 kepada jalur yang efektif
,angka 0,53 menunjukkan bahwa, artinya dengan variabel kebutuhan dapat
menjelaskan konstruk jalur yang efektif, sementara untuk angka 0,22 menunjukkan
hubungan yang biasa dengan jalur yang biasa dengan jalur yang efektif.

Hubungan lama waktu maneuver dengan jalur yang efektif, adalah tetap, keadaan
waktu maneuver yang hanya sedikit berfluktuasi dianggap tetap pada pembuatan
jalur yang efektif pada kapal, sementara untuk hubungan waktu bersandar (X4)
dengan jalur yang efektif menunjukkan hubungannya mutlak yaitu berada pada
angka 1.

Untuk nilai waktu bongkar muat (X5) memberikan pengaruh yang kuat antara
variabel tersebut dengan jalur yang efektif pada angka 0,30
Kelebihan dari metode SEM ini adalah, bahwa model ini mampu menjelaskan suatu

variabel yang disebut sebagai variabel laten yang mampu diketahui setiap indikator
yang berpengaruh terhadap variabel tersebut, hal ini sangat baik untuk penyusunan
suatu model yang tidak dapat dijelaskan dengan angka, karena indikator tersebutlah
yang menjelaskan keberadaan variabel laten tersebut. Baik pengaruh yang sangat kuat
maupun pengaruh yang biasa bahkan yang tidak ada pengaruhnya., seperti membuat
model jalur yang efektif dengan membuat indikatornya adalah jarak, banyak muatan
yang dibongkar, waktu perjalanan, waktu bongkar muat, dan waktu manuver , sehingga
dapat disusun setiap variabel yang mungkin saja berubah nilainya.
Kekurangan dari metode SEM ini, hanya mampu memunculkan angka pengaruh
yang konstan pada sejumlah data tertentu yaitu dengan data 100 sampai 200 data yaitu
dengan maximum likehood, sementara dengan data yang lebih besar dari angka 200 data
maka harus menggunakan estimasi yang berbeda, karena akan menghasilkan nilai
estimasi yang berbeda pula.
Untuk memodelkan rute ini, sangat perlu diperhatikan untuk setiap data yang
diluar normalitas data, sehingga mampu mewakili model yang sebenarnya di lapangan.
Metode ini dapat terus dipakai, meskipun ada penambahan indikator maupun variabel
laten yang lain, karena akan memberikan pertimbangan yang sangat baik untuk
menyusun suatu rute maupun sistem apapun yang didalamnya ada komponen yang
saling berinteraksi dan memberikan pengaruh.

Untuk hasil penelitian diatas, dihasilkan bahwa variabel yang berpengaruh yang
sangat mempengaruhi model ini adalah jarak, waktu untuk perjalanan, waktu untuk
bongkar muat dan banyaknya muatan yang dibongkar. Sementara untuk waktu manuver
menunjukkan bahwa waktunya hampir konstan, menunjukkan bahwa variabel tersebut
bukan variabel berubah dari model jalur yang efektif. Sehingga dengan pertimbangan
ini, perlu diambil jarak yang paling dekat, waktu perjalanan yang lebih cepat yang
dipengaruhi oleh kecepatan berlayar kapal, baik keadaan kapal laden maupun ballast,
banyak minyak yang dibongkar muat, sebenarnya hal ini sangat dipengaruhi oleh
kecepatan pompa di pelabuhan, sehingga dipikirkan untuk menggunakan lebih dari satu
pompa penghisap, dan kecepatan bongkar muat kapal yaitu kegiatan yang berhubungan
selain pompa penghisap.
6.3. Penentuan Jalur/Rute
Penentuan jalur atau rute yang baru bagi kapal tanker, disesuaikan dengan hasil
pemodelan diatas dimana setiap rute, variabel berubah penentunya adalah jarak, waktu
perjalanan, waktu bongkarmuat, waktu manuver dan banyak BBM yang dibongkar
muat. Pembatasnya adalah kapasitas kapal, kebutuhan tiap depot tujuan. Didapatkan 5
kluster untuk rute penghantaran tiap bulannya yaitu seperti pada Tabel 6.2. dengan
setiap jumlah hari yang didapatkan
Tabel 6.2. Jadwal Keseluruhan
Klaster

Rute

Klaster I

Ambon Merauke - Ambon


Ambon Fak-fak Kaimana Masohi
- Ambon

Klaster II
K
la

A
m

2
8

5,
1

Muatan yang
diangkut
2588,46 KL

Lama
Perjalanan
7,6 hari

2193,833 KL

3.91 hari

st
er
II
I

b
o
n

S
au
m
la
ki

T
ua
l

D
o
b
o

A
m
b
o
n

5
4,
0
7
1
K
L

1
ha
ri

Klaster IV

Ambon Ternate- Tobelo- Ambon

2436,838 KL

Klaster V

Ambon Namlea- Labuha Wayame


Sanana Ambon

2532.238 KL

Total Perjalanan

4,29 hari
4,02 hari

24,93 hari

Jumlah hari 24,93 hari merupakan hari efektif penghantaran minyak karena 2 hari
ditentukan untuk maintanance kapal
6.4. Sistem Operasi Kapal
1. Time Charter
Pada metode ini, yang menjadi keuntungan adalah, pihak perusahaan akan tetap
menerima uang sewa time charter, meskipun waktu untuk melakukan tertunda. Pihak
perusahaan hanya menyediakan seluruh operasional kapal kecuali untuk biaya bahan
bakar dan pelabuhan. Pelayanan yang terlambat di pelabuhan dan tidak terlayaninya

depot-depot yang lain tidak mempengaruhi uang sewa yang diterima oleh pihak
perusahaan, dengan kata lain meskipun produktivitas waktu pelayaran sangat rendah
tidak akan mempengaruhi pendapatan perusahaan. Kelemahan pada metode ini adalah
meskipun ada kemungkinan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan dengan
meningkatkan

keefektifan

produktivitas

kapal,

tetapi

hal

ini

tidak

dapat

dilakukan,karena seluruh waktu operasional kapal sudah dikendalikan oleh pihak


Pertamina, untuk keuntungan yang diraih

dari metode ini adalah sebesar

Rp.30.337.733,-.

2. Metode Freight
Pada metode ini, kelebihannya adalah pihak perusahaan mampu mendapatkan
keuntungan maksimal dengan meningkatkan produktifitas kapal,

metode ini

memungkinkan pihak perusahaan untuk mengadakan kerjasama dengan pihak


perusahaan lain untuk mendapatkan keuntungan, waktu produktifitas kapal akan
semakin besar dan seiring dengan keadaan ini, uang tambang yang dikenakan pada
setiap muatan pun telah ditetapkan oleh komite pelayaran sehingga mempunyai
ketetapan untuk pendapatan yang akan diraup oleh pihak perusahaan, meskipun dalam
hal ini, pihak perusahaanlah yang akan menanggung biaya variabel bahan bakar kapal
dan biaya pelabuhan. Kelemahan dari metode ini adalah bahwa pihak kapal
bertanggungjawab penuh atas operasional kapal dan menanggung seluruh akibat
kerugian apabila kapal terlambat memenuhi jadwal yang sudah ditentukan oleh pihak
yang mengadakan kerjasama dengan pihak perusahaan, sehingga resiko yang harus

diambil pihak perusahaan jauh lebih tinggi, untuk pendapatan yang didapatkan dengan
metode ini didapatkan sebesar Rp.94.878.075,-

6.5. Membandingkan Metode Time Charter dengan Metode Freight


Untuk perbandingan sistem operasi kapal ditentukan dengan metode freight dan
metode time charter. Dalam hal ini untuk mendapatkan keuntungan lebih, sebaiknya
pemilik kapal menerapkan sistem freight yaitu mengenakan ongkos kepada setiap
muatan yang diangkut oleh kapal. Keuntungan dari time charter adalah seandainya ada
kelambatan dari pihak lain, selain dari pihak penyewa, pihak pemilik tetap mendapat
uang

sewa

perhari,

sementara

kalau

sistem

freight,

pemilik

kapal

wajib

bertanggungjawab penuh atas seluruh kelancaran penghantaran yang dilakukan dan


diberlakukannya demmurage disch untuk keterlambatan penghantaran yaitu penalty
untuk pemilik kapal. Tetapi berdasarkan penggunaan keefektifan kapal, metode freight
sangat memungkinkan, untuk perbandingan dari metode diatas dapat dilihat pada Tabel
6.3.

Tabel 6.3. Laporan Perbandingan Metode Time Charter Dengan Metode


Freight
Pendapatan Biaya = Laba
(Rugi)
Pendapatan
Biaya Tetap + Variabel
Biaya Ops. Perusahaan
Ang. Bank [Pokok + Bunga]
Total Biaya
Laba/Rugi

Time Charter
(dalam rupiah)
496.800.000
318.222.683
10.750.000
137.489.583
466.462.266
30.337.733

Metode Freight
(dalam rupiah)
109.200.000.000
13.903.923.866
10.750.000
137.489.583
14.052.163.449
94.878.075

Dari perbandingan diatas dapat diperhatikan bahwa pendapatan yang didapatkan


lebih besar didapatkan dari metode freight, dimana setiap uang tambang yang
dikenakan, berdasarkan kesepakatan para pemilik pelayaran, yaitu Rp. 5700.000,- /kl.
Sehingga setiap muatan yang mungkin dibawa oleh kapal tanker akan dikenai ongkos
sebesar diatas. Selain itu perbandingan untuk metode freight, karena tidak terikat
dengan waktu sewa kepada pihak pertamina. Memungkinkan menjalin kerjasama
dengan perusahaan lain untuk mengangkut muatan lain, ketika pada perjalanan pulang
ke depot asal untuk selisih keuntungan didapatkan sebesar Rp.64.540.342,hal ini
membuktikan bahwa metode operasi yang paling tepat adalah metode uang tambang
(freight).

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data dan membahas hasil yang
diperoleh untuk memcahkan permasalahan yang terjadi pada penentuan rute yang
efektif pada PT. Burung Laut, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Variabel yang berpengaruh terhadap jalur operasional kapal adalah waktu


bongkarmuat, waktu perjalanan, dan kebutuhan setiap depot paling dominan karena
berdasarkan nilai pengaruh diatas 0,53. sementara untuk nilai pengaruh waktu manuver
dan jarak, tergolong lemah, meskipun merupakan variabel pertimbangan untuk
menyusun rute
2. Jalur yang optimal dari distribusi BBM yaitu sebagai berikut :
- Klaster I rute perjalanan yaitu Ambon Merauke Ambon, muatan yang diangkut
2588,46 KL dan lama perjalanan 7,6 hari.
- Klaster II rute perjalanan yaitu Ambon Fak-fak Kaimana Masohi - Ambon,
muatan yang diangkut 2193,833 KL dan lama perjalanan 3.91 hari.
- Klaster III rute perjalanan yaitu Ambon Saumlaki Tual Dobo Ambon,
muatan yang diangkut 2854,071 KL dan lama perjalanan 5,11 hari.
- Klaster IV rute perjalanan yaitu Ambon Ternate- Tobelo- Ambon, muatan yang
diangkut 2436,838 KL dan lama perjalanan 4,29 hari.

- Klaster V rute perjalanan yaitu Ambon Namlea- Labuha Wayame Sanana


Ambon, muatan yang diangkut 2532.238 KL dan lama perjalanan 4,02 hari.
3. Biaya yang optimal didapatkan dari seluruh biaya perbulan dari operasional kapal
yaitu sebesar Rp.466.462.266. perbulan dengan seluruh kebutuhan untuk bahan bakar
dan uang pelabuhan ditanggung oleh PT. Pertamina, sedangkan untuk biaya
keseluruhan dengan metode freight didapatkan sebesar Rp.13.890.423.866.
4. Untuk nilai biaya kapal perjarak tempuh didapatkan sebesar Rp. 8,67 L/ mil, yaitu
ongkos muatan minyak, perjarak tempuhnya.

5. Untuk pilihan terbaik dari perbandingan metode uang tambang dengan metode time
charter adalah metode uang tambang yaitu dengan selisih keuntungan sebesar
Rp.64.540.342 tetapi mengambil resiko lebih besar karena seluruh tanggungjawab
pendistribusian BBM ditanggung sepenuhnya oleh pihak perusahaan, hal ini beresiko
karena apabila pihak perusahaan tidak optimal pengoperasiannya akan membuka
peluang untuk perusahaan pelayaran lain untuk menggeser kerja sama dengan pihak
yang bekerja sama dengan pihak perusahaan.
6. Dari keseluruhan sistem yang ada pada manajemen perkapalan dengan metode SEM
maka didapatkan untuk pembuatan rute yang paling berpengaruh banyak muatan
yang dibongkar atau dimuat yang ditempuh didapatkan nilai pengaruhnya adalah
mutlak, untuk waktu bongkar muat didapatkan pengaruhnya sangat kuat, untuk
waktu perjalanan nilai pengaruhnya kuat, untuk jarak mendapatkan nilai pengaruh
cukup kuat, sementara untuk waktu manuver didapatkan nilai pengaruh yang lemah
dapat dirumuskan dengan perumusan angka pengaruh dari SEM adalah: Y = 0,77 X1
+ 0,53 X2 + 0,22 X3 + 1 X4 + 0,3 X5.
7. Untuk data waktu manuver yang mempunyai pengaruh lemah, artinya keberadaan
kapal ketika bersandar atau manuver tidak dapat memberikan pengaruh terhadap
keefektifan jalur kapal yang dibentuk, namun untuk pelayaran hal ini harus tetap
disertakan, meskipun nilainya akan tetap konstan.
8. Dari seluruh penyelesaian SEM, didapatkan bahwa variabel yang sangat berpengaruh
adalah waktu untuk bongkarmuat, waktu perjalanan, banyaknya muatan yang
dibongkar muat dan jarak yang ditempuh, sehingga untuk menentukan keefektifan
pelayaran kapal, variabel-variabel ini sangat penting untuk dioptimalkan.

7.2. Saran
1. Bagi penelitian selanjutnya, variabel lainnya hendak diselidiki lebih lanjut, agar
model yang dibentuk lebih mewakili keadaan sebenarnya, yaitu agar nilai pengaruh
dari setiap variabel menjadi variabel yang berpengaruh.
2. Perlu dipikirkan untuk membuat data yang lebih besar untuk melihat kecenderungan
nilai pengaruh model untuk mendapatkan model yang lebih fit .
2 Bagi pihak perusahaan hendaknya memperhatikan kemungkinan lain untuk
mempertimbangkan sistem operasi dengan mengendalikan pelayaran sendiri dengan
mengenakan ongkos ke setiap muatan yang diangkut kapal, karena hal ini akan
meningkatkan produktivitas kapal.
3. Dapat dipikirkan untuk menjalin kerja sama dengan pihak lain selain Pertamina, agar
ketika kapal kembali ke depot asal tidak dalam keadaan kosong.
4. Bagi pihak perusahaan , dipikirkan untuk melakukan perjalanan dengan sistem liner,
sehingga delay time pada waktu bongkar muat akan berkurang karena sudah
terjadwal terlebih dahulu di pelabuhan depot tujuan maupun asal.

DAFTAR PUSTAKA

Ghozali, Imam, Model Persamaan Sstruktural AMOS Ver. 5.0, Universitas Diponegoro,
2004
Imam, Kamirul, , Analisa Model Persamaan Struktural (SEM), Bahan Kuliah Analisis
Multivariat Program MM - PPS UNEJ, Jakarta. 2006
Kosasih, Engkos dan Soewedo Hananto, Manajemen Perusahaan Pelayaran,Edisi I,
Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada,2007
Nasution, M.Nur
Indonesia,2004,

Manajemen

Transportasi,

Edisi

II

Cet

I;Jakarta:Ghalia

Salim Abbas,. Manajemen transportasi.Edisi I (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2006


Santoso, Singgih, Structural Equation Modeling Konsep dan Aplikasi dengan AMOS,
Jakarta, PT. elex Media Komputindo, 2007
Sarwono, Jonathan, 2006, Analisa Jalur Untuk Riset Bisnis dengan SPSS, Penerbit
ANDI, Yogyakarta.
Sarwono, Jonathan Metode penelitian
I;Yogyakarta:Graha Ilmu,2006).

kuantitatif

&kualitatif,

Ed

I,(Cet

Supranto,Analisis Multivariat arti & Interpretasi,(CetI;Jakarta:Rhineka Cipta,2004)


Suyono, R.P Shipping Pengakutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut, (Cet,
Jakarta 2003).

Richa, Agarwal Ergun Ozlem, Ship Scheduling and Network Design for Cargo
infoms@isye.gatech.edu,
Routing
in
Liner
Shipping,
Schoo,
oerung@isye.gatech.edu
Threatte, Kermit dan C. Graves, Stephen, Tactical Shipping and Scheduling at Polaroid
with Dual Lead-Times, sgraves@mit.edu

Anda mungkin juga menyukai