TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
No. Dok.: FM-TS-01-06C; Tgl. Efektif : 1 Februari 2007; Rev : 0; Halaman : 1 dari 1
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Baik atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
ini. Tugas Akhir merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh
Penulis melaksanakan Tugas Akhir di PT. Burung Laut yang bergerak di bidang
jasa transportasi air, yaitu jasa pengangkutan BBM untuk memenuhi kebutuhan
distribusi PT.Pertamina, Ambon. Tugas Akhir ini berjudul “Penentuan Rute Distribusi
BBM untuk menentukan jalur yang optimal dan biaya yang optimum dengan metode
Structural Equation Modeling di PT. Burung Laut”, karena dalam hal ini penulis
menganggap ini sebagai sudut pandang keilmuan Teknik Industri dalam menyelesaikan
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun
administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas
Sumatera Utara.
waktu dan memberikan bimbingan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis
tentang keilmuan Teknik Industri dan tentang penelitian yang penulis lakukan.
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
3. Kepada Dosen Pembimbing II Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, yang juga telah
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan ilmu yang sangat bermanfaat bagi
penulis tentang keilmuan Teknik Industri dan tentang penelitian yang penulis
lakukan.
4. Kepada seluruh staf dan karyawan jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik,
5. Bapak Suriadin Noernikmat, S.T. selaku Direktur Utama PT. Burung Laut yang
6. Kedua orang tua penulis (R. Manurung dan B. br. Siallagan) dan saudara-saudara
penulis yang telah mendukung penulis dalam doa, dana dan semangat. Semoga
harapan dan cita-cita kita semua terwujud dengan doa, kerja keras dan kerjasama.
terkhusus untuk Aini, K.martha, Aulia, B.Hendrik, Raja, Rizki, Charles, B.Darma ,
Yanti, Desri dan yang lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu,
semoga kita menjadi orang yang sukses dalam mencapai semua impian.
8. Saudara dan teman dekat penulis, terkhusus untuk Retno, Riska, Loren, dan Patar,
Deni, B.sahala, Yeyen, Anwar, Desi, Pukka, Ronal, Indra, Ayu, Unggul, B.Feri,
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan,
penulis selalu terbuka untuk saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua
Penulis.
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
ABSTRAK
PT. Burung Laut adalah badan usaha swasta yang bergerak dibidang jasa
transportasi pengangkut minyak. Sistem operasi yang dipakai di perusahaan ini adalah
tramper, dan untuk metode keuangannya adalah uang sewa kapal. Tujuan umum
penelitian ini adalah untuk penentuan faktor-faktor yang menentukan kapasitas operasi
kapal dalam mendistribusikan BBM dan pemanfaatan kapasitas operasi kapal menjadi
optimal. Penentuan rute distribusi melalui pendekatan SEM dan penentuan biaya
optimum, dan penjadwalan rute kapal dengan sistem liner. Setiap tujuan pelayaran
kapal sudah dijadwalkan dan dikonfirmasi ke pihak pelabuhan, sehingga ketika kapal
sampai di tempat tujuan, langsung mendapatkan pelayanan dari pihak pelabuhan. Untuk
metode keuangan diterapkan dengan sistem uang tambang, yaitu ongkos dikenakan
pada muatan diangkut oleh kapal.Untuk nilai pengaruh yang dihasilkan setiap indikator
yang tertinggi adalah variabel waktu untuk bongkar muat yaitu sebesar 0,77, dan
terendah pada variabel waktu manuver yaitu sebesar 0,12. Untuk perbandingan sistem
operasi yang dibandingkan adalah sebesar Rp.64.540.342, yang merupakan selisih
keuntungan yang diperoleh untuk metode time charter dengan freight
Keyword: SEM, liner, biaya sewa berdasarkan time charter, metode uang tambang.
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL........................................................................................ xi
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
DAFTAR ISI (Lanjutan)
Halaman
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
DAFTAR ISI (Lanjutan)
Halaman
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
DAFTAR ISI (Lanjutan)
Halaman
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
DAFTAR ISI (Lanjutan)
Halaman
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
DAFTAR ISI (Lanjutan)
Halaman
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN PENELITIAN
LAMPIRAN BERKAS
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Jumlah Tenaga Kerja PT. Burung Laut ............................................ II-9
5.6. Laporan Proyeksi Laba Rugi Kapal Tanker MT. Citra Bintang ........ V-12
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
Tabel Halaman
5.24. Laporan Proyeksi Laba Rugi Perbulan Dengan Metode Freight ... V-58
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
Tabel Halaman
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.7. Bentuk Model Persamaan Satu Jalur Dalam SEM ............................ III-29
3.8. Bentuk Model Persamaan Dua Jalur Dalam SEM ............................ III-30
3.9. Bentuk Model Persamaan Tiga Jalur Dalam SEM ........................... III-31
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)
Tabel Halaman
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak pulau yang terhubung oleh
perairan laut, oleh karena itu sebagai penghubung antara salah satu pulau dengan yang
lain hanya ada dua alternatif untuk sarana transportasi yaitu dengan angkutan laut dan
udara. Angkutan udara membutuhkan biaya yang sangat besar serta jumlah muatan yang
dapat diangkut lebih sedikit dibandingkan dengan angkutan laut. Oleh karena itu potensi
angkutan laut sangat besar mengingat semakin majunya laju pertumbuhan ekonomi dan
PT. Burung Laut merupakan salah satu perusahaan pelayaran yang memanfaatkan
angkutan laut ini, dengan salah satu armadanya yaitu kapal tanker MT.Citra Bintang,
PT. Burung Laut memberdayakan kapal ini sebagai sarana pengangkut BBM dari
beberapa pulau yang terletak di provinsi Maluku dengan menyewakannya kepada pihak
masing depot tujuan sering terjadi waktu menunggu di pelabuhan untuk menunggu
dibongkar muat, karena sebelumnya tidak ada penjadwalan pelayaran kapal terlebih
dahulu, sehingga pada pihak pelabuhan tidak menyediakan tempat tersendiri untuk
pelabuhan kapal dan langsung dibongkar muat. Masalah yang lain adalah ketika dalam
perjalanan pulang, kapal yang sudah dicarter ini tidak membawa muatan, kecuali air
ballast untuk menjaga keseimbangan kapal, ini juga menunjukkan indikasi kalau
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
penggunaan ruang muat kapal kurang efektif, karena sebelumnya pihak pertamina sudah
melakukan perjanjian time charter dengan pihak kapal, sehingga pihak kapal tidak dapat
mengelola sendiri muatan lain yang dapat dibawa oleh kapal tanker ketika perjalanan
pulang ke depot asal. Pihak PT. Pertamina sendiri dalam mendistribusikan BBM yaitu
depot asal berasal dari Ambon, sementara depot tujuan ada sebanyak 13 tujuan yaitu
Dobo, Tual, Wayame, Masohi, Merauke, Saumlaki, Fakfak, Kaimana, Sanana, Tobelo,
Namlea, Ternate, Labuha. Kapal ini dioperasikan dengan sistem tramper dimana kapal
ini bergerak tanpa penjadwalan terlebih dahulu yaitu dengan melayani tujuan pelayaran
adalah depot yang membutuhkan BBM yang paling dominan, hal ini juga
Sebagai contoh pada kasus lain yang berkaitan dengan rute ini adalah masalah pada
perusahaan pelayaran yang lain yaitu diberikan sejumlah permintaan untuk diangkut dan
memikirkan keuntungan dari rute pelayanan yang terjadwal tergantung kepada jalur
yang dipilih untuk mengoperasikan kapal. Pada kasus ini dilakukan dengan beberapa
metode yaitu dengan model yang terintegrasi, program integer linier programing
campuran, untuk menyelesaikan masalah penjadwalan pelayaran dan rute kargo secara
bersamaan. Ditujukan kepada konstrain yang relevan dengan model yang berkaitan,
seperti konstrain jadwal pelayaran dengan frekuensi mingguan dan kecenderungan yang
penting, seperti pelayaran kargo antar dua atau lebih rute pelayanan. Untuk
permasalahan. Untuk lebih spesifik, heuristik gredy, yaitu sebuah algoritma dan phase
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
kedua yaitu dekomposisi bender yang didasarkan pada algoritma yang dikembangkan
dan dihitung keefesiennanya dalam skala kualitas solusi dan perhitungan waktu telah
penjadwalan yang baik untuk pelayaran. Perhitungan komputasi dibuat dengan simulasi
bilangan secara random untuk 20 pelabuhan dan 100 kapal. Hasilnya adalah
mengindikasikan utilisasi persentase yang tinggi dari kapasitas kapal dan jumlah yang
- Pengaturan jalur atau trayek pelayaran kapal sehingga pengoperasian kapal baik dari
- Sistem operasi kapal, apakah pengelolaan dengan metode time charter yaitu yang
pendapatannya hanya berupa uang sewa dari pihak Pertamina, atau uang tambang
yang pendapatannya berasal dari pengenaan ongkos ke per satuan muatan yang
diangkut oleh kapal yang lebih menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
Adapun penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus, yaitu:
1
Agarwal Richa, Ergun Ozlem, Ship Scheduling and Network Design for Cargo Routing in Liner
Shipping, Schoo, infoms@isye.gatech.edu, oerung@isye.gatech.edu
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
1.3.1. Tujuan Umum
5. Mendapatkan pilihan yang terbaik dari perbandingan metode uang tambang dengan
2. Penelitian hanya dilakukan pada armada Tanker MT. Citra Bintang yang melayani
sekitarnya
3. Pemetaan jalur yang dimodelkan hanya antara port Ambon dan 13 tujuan yang
4. Data biaya yang terkumpul dianggap mewakili setiap biaya operasional kapal
tanker
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
5. Data yang dikumpulkan untuk data distribusi kapal MT. Citra Bintang pada Maret
2008–Maret 2009
1. Kondisi pelayaran armada Tanker dianggap tidak terganggu oleh kondisi cuaca
pelayaran
kebutuhan data waktu dan data biaya yang dibutuhkan dalam penelitian.
Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai
berikut :
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
RINGKASAN
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
BAB I PENDAHULUAN
berkesinambungan
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
BAB II
PT. Burung Laut diberi kepercayaan oleh pabrik semen PT. SAI (Semen
Andalas Indonesia) yang merupakan salah satu PMA (Penanaman Modal Asing) di
Banda Aceh untuk menjadi agen umum pelayaran (shipping general agent) yang
bertugas untuk mengurus izin kedatangan dan keberangkatan (inward & outward
clearance) kapal-kapal asing yang disewa oleh PT. SAI untuk mengangkut dan
Burung Laut juga ditunjuk oleh PT. SAI sebagai transportir laut untuk mengangkut
BBM HSD (High Speed Diesel) keperluan operasional pabrik dengan menggunakan
kapal tanker MT. Bumeugah (Kapasitas 5.000 KL) milik perusahaan lain mitra PT.
Burung Laut.
Perusahaan pelayaran PT. Burung Laut disingkat PT. Burung Laut dibeli dan
diambil alih kepemilikannya dari pemilik lama oleh pemilik baru H.M. Noernikmat dan
keluarga berdasarkan Akte Jual Beli No. 21 Tahun 1989 dan Berita Acara Perubahan
Anggaran Dasar Perseroan Terbatas No. 25 Tahun 1989, yang keduanya dibuat
dihadapan Notaris Aniswar Yanis, S.H di Medan. Hingga saat ini akte perusahaan telah
Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 yang dibuat dihadapan Notaris
Ekoevidolo, S.H. berkedudukan di Medan dengan Berita Acara No. 126 Tahun 2008.
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Dalam perkembangannya, pada bulan Mei 2001 atas pembiayaan dari PT. Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk. - Cabang Belawan, kapal MT. Bumeugah dibeli oleh
PT. Burung Laut dan diganti namanya menjadi MT. Pelita Laut dan didaftarkan pada
Pada tahun 2002, PT. Burung Laut menjalin kemitraan dengan PT. Citra Bintang
Familindo dan mendapatkan kontrak untuk angkutan BBM IFO (Industrial Fuel Oil)
milik PT. PLN (Persero) Unit Bisnis Pembangkit & Penyaluran Sumatera Bagian Utara
(sekarang menjadi PT. PLN (Persero) Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan) dari
dengan volume angkutan sebesar 390.000 KL/tahun. Angkutan ini dilayani oleh kapal
tanker MT. Pelita Laut ditambah dengan kapal tanker MT. Mercury II (Kapasitas 6.000
KL) berbendera Singapura yang dicharter dari perusahaan asing. Untuk menunjang
pengangkutan BBM IFO tersebut, pada bulan Mei 2003 Kapal MT. Mercury II dibeli
oleh PT. Burung Laut dan diganti namanya menjadi MT. Pelita Energi serta didaftarkan
Pada awal tahun 2005, terjadi perubahan kontrak angkutan PT. Burung Laut,
dari yang tadinya mengangkut BBM IFO berubah menjadi mengangkut BBM HSD
lonjakan pemakaian BBM (terutama HSD), yang setiap tahunnya cenderung meningkat,
maka pada awal April 2008 PT. Burung Laut menambah 1 (satu) unit lagi armada
tankernya yang diberi nama MT. Pelita Samudera (Kapasitas 7.000 KL) dan didaftarkan
di kantor pendaftaran dan balik nama kapal di Belawan. Sementara itu kapal tanker MT.
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Pan Oil 9 dibeli oleh PT. Burung Laut pada bulan Maret 2008 dan kemudian diganti
namanya menjadi MT. Citra Bintang yang mempunyai kapasitas sebesar 2600 KL
PT. Burung Laut adalah merupakan suatu perusahaan pelayaran nasional yang
bergerak di dalam bidang jasa angkutan laut (dalam dan luar negeri) dan keagenan
pelayaran. Bisnis utama perusahaan adalah melayani jasa pengangkutan muatan cair,
seperti: BBM (Bahan Bakar Minyak), Gula Cair (Molasses) dan CPO (Crude Palm Oil).
Disamping itu, perusahaan juga melayani jasa keagenan pelayaran yang bertugas untuk
mengurus izin kedatangan dan keberangkatan kapal (inward & outward clearance) di
suatu pelabuhan.
Beberapa konsumen yang pernah menggunakan jasa angkutan laut PT. Burung
Laut adalah:
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
2. PT. Bahtera Adhiguna, Lhokseumawe
Sejak diambil alih pada tahun 1989, kedudukan perusahaan adalah di Banda
E-mail : blbna@plasa.com
Website : www.burunglaut.co.id
1. MEDAN
Facsimile : + 62 61 4152233
E-mail : blmdn@indosat.net.id
2. BELAWAN
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Kode Pos : 20412
E-mail : blblw@indosat.net.id
3. LHOKSEUMAWE
E-mail : bl-lsm@yahoo.com
Direksi dan Direktur Utama PT. Burung Laut beserta staf-stafnya, pusat informasi,
Pada tahun 2009 pada bulan Maret PT. Burung Laut membeli kapal MT. Citra
Bintang yang pada awalnya bernama kapal tanker MT. Pan Oil 9 dengan
sistem time charter yang melayani 13 depot tujuan yaitu Dobo, Tual, Wayame, Masohi,
dengan depot asal adalah daerah Ambon. Dengan metode ini pihak PT. Burung Laut
menerima uang sewa sebesar $1400 perhari. Muatan yang diangkut MT. Citra Bintang
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
ada 3 jenis yaitu premium, solar atau HSD dan kerosin untuk keperluan pihak PT.
tujuan yang sama dan di antara mereka diberikan pembagian tugas sesuai fungsi dan
tugasnya masing-masing. Sedangkan manajemen adalah tata cara yang diterapkan suatu
mencapai tujuan. Struktur organisasi merupakan susunan yang terdiri dari fungsi-fungsi
yang saling berhubungan dan menyatakan keseluruhan kegiatan untuk mencapai suatu
sasaran secara baik. Struktur organisasi dapat dinyatakan dalam gambar grafik (bagan
yang ada).
organisasi dan sistem manajemen seperti yang diuraikan pada bagian struktur organisasi
kepengurusan, yang berbeda yaitu: Dewan Komisaris, Direksi, Manajer dan Kepala
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Berdasarkan struktur. maka hubungan kerja dalam organisasi perusahaan PT.
Burung Laut adalah hubungan campuran lini-fungsional. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya hubungan lini pada pelimpahan wewenang dan tanggung jawab Direksi ke
setingkat, baik antara sesama Manejer maupun antara sesama Kepala Cabang.
DIREKTUR UTAMA
DIREKTUR
MANAGER UMUM&
MANAGER KEUANGAN MANAGER OPERASI
PERSONALIA
Cabang/ Keagenan
Cabang/ Keagenan Lhoknga Cabang/ Keagenan Belawan
Lhoseumawe
Nahkoda Kapal
1. Direktur Utama
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam menjalankan fungsi dan
2. Direktur
3. Manajer Keuangan
4. Manajer Operasi
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
6. Kepala Cabang
masing.
7. Nakhoda Kapal
tugasnya untuk membawa dan merawat kapal sesuai dengan jadwal yang telah
direncanakan perusahaan.
PT. Burung Laut memiliki 99 orang tenaga kerja dengan sistem kerja tetap,
honor maupun kontrak yang perinciannya dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja.............(Lanjutan)
Jam kerja darat adalah jam kerja yang berlaku bagi tenaga kerja yang bekerja di
Sedangkan jam kerja laut adalah jam kerja yang berlaku bagi crew kapal yang
bekerja di laut dengan ketentuan seperti yang dilihat pada Tabel 2.3.
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
No Hari Kerja Jam Kerja
08.00 - 12.00 : Jam Jaga I
12.00 - 16.00 : Jam Jaga II
1 Senin s/d Minggu
16.00 - 20.00 : Jam Jaga III
20.00 - 24.00 : Jam Jaga I
(Sumber: PT. Burung Laut)
yaitu:
1. Upah Tetap, yaitu upah yang diberikan kepada tenaga kerja tetap di kantor.
2. Upah Kontrak, yaitu upah yang diberikan kepada tenaga kerja kontrak (crew
kapal).
3. Upah Honor, yaitu upah yang diberikan kepada tenaga kerja honor.
Fasilitas yang diberikan oleh PT. Burung Laut kepada seluruh tenaga kerja
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Transportasi
suatu tempat ke tempat lain 2.Dalam Transportasi terlihat ada dua unsur yang terpenting
yaitu:
a. Pemindahan/pergerakan (movement)
b. Secara fisik mengubah tempat dari barang (komoditi) dan penumpang ke tempat lain
4. Angkutan Udara
2
Abbas Salim,. Manajemen transportasi.Edisi I (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2006)h.6
3
Ibid.
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Mengingat keadaan geografis Indonesia maka peranan angkutan melalui air (laut dan
sungai) juga penting artinya. Pengangkutan melalui air relatif murah meskipun gerakan
pengangkutan melalui air relatif lambat. Dalam tulisan ini, hal yang khusus yang
dibahas adalah angkutan melalui air, dan dikhususkan kepada kapal tanker yang
3.1.2. Kapal
Kapal jenis ini melakukan pelayaran dengan jadwal tetap dan biasanya
membawa muatan umum (general cargo) atau barang dalam partai yang tidak begitu
besar.
Jenis kapal ini dapat mengangkut muatan secara breakbulk, pre-slung, atau unit-
unit pre-pallet. Kapal ini juga dapat mengangkut petikemas dalam palkanya yang
Kapal ini khusus dibuat untuk mengangkut petikemas (container). Oleh karena
itu, kapal ini bisa mempunyai alat bongkar/muat sendiri dan dapat juga memakai shore
crane dan gantry crane dari darat untuk memuat dan membongkar petikemas
4
R.P Suyono, Shipping Pengakutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut, (Cet, Jakarta 2003). h.76-85
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
d. General Cargo Breakbulk Vessel
Menurut sejarahnya, kapal jenis ini yang mula-mula beroperasi sebagai kapal
angkut serba guna, sebelum ada kapal petikemas dan kapal-kapal lain yang memang
dibuat demi efesiensi. Kapal general cargo tidak memerlukan terminal khusus untuk
bongkar/muat. Oleh karena itu, jenis kapal ini masih sering dipakai. Kapal ini banyak
berfungsi sebagai tramper karena harganya murah dan dapat mengangkut muatan ke
e. Freedom Vessel
Kapal freedom vessel adalah kapal general cargo yang dibuat setelah perang
dunia II untuk pengangkutan seba guna. Amerika telah membuat kapal jenis ”Liberty”
f. RoRo
Roro (Roll-on, Roll-off) adalah kapal yang didesain untuk muat bongkar barang
ke kapal di atas kendaraan roda. Kapal yang termasuk jenis RoRo antara lain kapal
ferry, kapal pengangkut mobil (car ferries), kapal general cargo yang beroperasi
Kapal bulk carrier adalah kapal besar dengan hanya satu dek yang mengangkut
muatan yang tidak dibungkus atau curah (bulk), muatan dicurah, dipompa ke dalam
kapal dengan bantuan mesin curah dan bilamana tidak dengan mesin, maka karung-
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
karung berisi muatan yang diangkat ke kapal dengan bantuan derek kapal diletakkan
i. Combination Carrier
Kendala ekonomi yang ada pada kapal tanker dan kapal dry-bulk adalah bahwa
dalam separuh pelayaran yang dilakukan terpaksa dalam keadaan kosong atau ”in
ballast” karena tidak ada muatan saat balik (return cargo) dan oleh karena itu tidak
j. Panamax Class
Kapal panamax class adalah kapal dengan ukuran terbesar yang dapat melewati
terusan panama. Ukuran kapal jenis ini lebih kurang 60.000 DWT dengan lebar kapal
Kapal tunda dibuat agar dapat menarik atau mendorong kapal atau segala
sesuatu yang mengapung, Tugas lain yang dilakukan adalah menolong kapal dalam
sebagainya.
Kapal yang dibangun dengan geladak yang luas di belakang untuk mengangkut
pasokan bahan dan peralatan serta makan untuk anjungan lepas pantai bagi pengeboran
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
n. Research Ship (Kapal penelitian)
Kapal yang dibuat untuk menangkap ikan dengan berbagai cara, seperti purse-
seining, long lining, beam trawling dan stern-trawling. Kapal ini seringkali
jauh.
p. Tanker
tersusun secara integral maupun terpisah yang digunakan untuk mengangkut minyak
curah (minyak mentah atau minyak yang sudah didestilasi), cairan kimia, gas cair, dan
sebagainya.
atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dalam waktu tertentu. Unsur-unsur
kapasitas angkutan terdiri atas berat muatan, jarak yang ditempuh, dan waktu yang
dibutuhkan untuk angkutan tersebut. Kapal merupakan unit operasi yang mempunyai
kapasitas angkut yang besar yang sebagian besar biaya operasinya merupakan biaya
variabel. Kapal yang besar dapat melayari jarak yang jauh, lebih ekonomis daripada
kapal berukuran kecil yang beroperasi dalam jarak yang terbatas. Jenis kapal
mempengaruhi biaya operasi. Kapal barang dan kapal penumpang memerlukan waktu
yang lama di dermaga untuk melakukan bongkar muat sehingga biaya operasinya tinggi,
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Jenis kapal yang efesien penggunaannya adalah sebagai berikut.
1. Kapal yang mengangkut barang terurai (bulk cargo), yaitu barang angkutan yang
2. Kapal yang mengangkut barang-barang yang tidak begitu tinggi nilainya dengan
biaya penyediaan jasa angkutan yang lazimnya dinyatakan untuk tiap ton muatan yang
diangkut. Biaya penyediaan jasa angkutan laut, sampai tingkatan tertentu, tergantung
kapasitas berlayar relatif tinggi dengan faktor muat (load factor) yang relatif rendah.
Transpor laut yang tidak teratur trayeknya disebut tramper. Penggunaan kapasitasnya
relatif tinggi. Akan tetapi, karena ketidakteraturan, maka kapal yang menunggu muatan
Jadwal pelayaran umumnya dibuat untk liner service atau feeder liner service
a) Untuk pelayaran yang menyinggahi banyak pelabuhan dan memakan waktu lama
b. Untuk pelayaran yang waktunya singkat dengan sedikit pelabuhan yang disinggahi,
5
M.Nur Nasution, Manajemen Transportasi, Edisi II (Cet I;Jakarta:Ghalia Indonesia,2004),h.210
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
c. Estimated Time of Arrival (ETA) adalah perkiraan tanggal/jam kapal tiba. Estimated
pelabuhan
g. Ratio date adalah tanggal muatan suatu batas waktu yang ditetapkan untuk liner
Jadwal yang dibuat untuk kepentingan eksternal hanya menyajikan port of call dan
TGH : Ton Gang Hour (kapasitas bongkar/muat) dalam ton per gang per jam kerja
BAB : Banyaknya alat bongkar/muat atau gang yang digunakan dalam kegiatan/muat
selama di pelabuhan
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Biaya adalah faktor yang menentukan dalam transportasi untuk penetapan tarif, alat
2. Tingkat tarif transportasi didasarkan pada biaya pelayanan yang terdiri dari:
a. biaya langsung
b. biaya tidak langsung oleh karena itu, biaya pelayanan (cost of service) sebagai
a. biaya modal (capital costs) adalah biaya, yang digunakan untuki investasi inisial
(interest rate).
Biaya pemeliharaan jalan raya, bantalan kereta api, alur pelayaran, pelabuhan,
dermaga, penahan gelombang, dam, menara, rambu &jalan, udara dan laut.
penumpang
2. Biaya transportasi yaitu biaya bahan bakar, oli, tenaga penggerak (genset)
upah/gaji, kerja crew/awak kapal & pesawat serta biaya terminal (stasiun
6
Abbas Salim, Ibid. h.43
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
3. Biaya-biaya traffic terdiri dari biaya advertensi, promosi, penertbitan buku tarif,
Termasuk biaya umum antara lain, biaya kantor, gaji/biaya RT, biaya humas,
Biaya tetap ialah biaya yang dikeluarkan tetap setiap bulannya, sedangkan biaya
variabel ialah biaya yang besarnya berubah tergantung pada pengoperasian alat-
alat pengangkutan.
4. Biaya Kendaraan
Ialah jumlah biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan bakar, oli, ban
kendaraan, suku cadang antar perbaikan (reparasi). Biaya ini disebut automobile cost
Dalam pengoperasian alat-alat transportasi kita temui joint cost atau dinamakan pula
common cost contoh biaya angkutanan barang (cargo) dan biaya penumpang yang
a. Biaya langsung ialah jumlah biaya yang diperhitungkan dalam produksi jasa-
jasa angkutan misal utuk penerbangan biaya langsung terdiri dari bahan bakar,
b. Biaya tidak langsung bagi penerbangan terdiri dari biaya harga, peralatan
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
a. Biaya unit (unit cost) ialah jumlah total biaya dibagi unit jasa produk yang
dihasilkan
b. Biaya rata-rata (average cost) adalah biaya total dibagi dengan jumlah
biaya penyediaan jasa angkutan yang lazimnya dinyatakan untuk tiap ton muatan yan
diangkut. Biaya penyediaan jasa angkutan laut, sampai tingkatan tertentu, tergantung
dari faktor trayek (pengaturan) kapal yang diatur pelayarannya pada umumnya memiliki
pengunaan kapasitas berlayar relatif tinggi dengan faktor muat(load factor) yang relatif
Transport laut yang tidak teratur trayeknya kurang lebih memiliki sifat-sifat
yang berlawanan, dengan lain perkataan penggunaan kapasitas muat acapkali relatif
berlayar relatif tinggi dengan faktor muat (load factor) yang relatif rendah. Operasi
kapal memiliki tiga fase yang khas masing-masing dengan biaya khusus. Fase-fase ini
manuver untuk bersandar pada atau melepas dari dermaga dan di pelabuhan, dan waktu
berlayar antar pelabuhan. Tujuan dari pengusaha pelayaran adalah untuk menetukan
alokasi yang paling ekonomis dari waktu-kapal (ship time) antara ketiga fase ini.
7
Abbas Salim, Ibid.hal 43
8
Ibid
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Faktor utama yang menentukan struktur harga (cost-structure) dari usaha
pelayaran (shipping), dapat dijelaskan oleh model dibawah ini, yang berlaku bagi harga
jasa angkutan sebanyak 1-ton muatan antara dua pelabuhan (2-port system) yang jarak
Dengan menggunakan simbol-simbol di atas, disusun rumus untuk biaya angkutan per
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
2 P.M
F + J .r.N + + t.N
K= B (1)
M
T
N= (2)
J q
+C 2 +U
V 100
B
q
M =c .N atau (3)
100
q
C
T
M = 100 (4)
j q
+C 2 +U
V 100
B
sistem tarif penyewaan kapal (chartering), pengangkutan, dan pengiriman barang atau
Uang tambang (freight) adalah uang yang diminta oleh perusahaan pelayaran
untuk kompensasi biaya atas jasa mengangkut barang. Uang tambang dapat dipungut
berdasarkan jenis barang (commidity based), dimana uang tambang akan disesuaikan
dengan jenis barangnya. Dengan banyaknya jenis barang, tentunya uang tambang
8
R.P Suyono.co. Ibid. h.89
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
alternatif lain, yaitu mengenakan uang tambang berdasarkan satuan (per unit). Untuk
Uang tambang berdasarkan jenis barang dapat dibagi lagi menjadi 10:
sebagai x persen dari harga barang (ad valorem). Misalnya 2 % dari ad valorem.
diperhitungkan. Misalnya biaya harian kapal (ship’s daily cost), biaya operasional,
biaya tak langsung dan asuransi, serta biaya lain untuk mengoperasikan kapal.
Uang tambang berdasarkan revenue biasanya untuk muatan yang mahal, tapi
dapat juga dipergunakan untuk muatan murah yang tidak akan diangkut bila hanya
didasarkan biaya (cost based). Hasilnya adalah muatan yang mahal memberikan subsidi
Besarnya ton untuk menghitung uang tambang dapat didasarkan ton berat atau
ton volume/ruangan. Bila 1 long ton mengambil ruangan lebih kecil dari 40 cft atau bila
1.000 Kg lebih kecil dari 1 M3 maka perhitungannya berdasarkan berat. Sebaliknya, bila
1 long ton mengambil ruangan lebih besar dari 40 cft atau 1.000 Kg lebih besar dari 1
Disamping uang tambang, ada surchage atau biaya tambahan lain, tergantung
dari bentuk, besar, berat dan lain sebagainya dimana diperlukan peralatan khusus untuk
9
Ibid
11
Ibid.h.90
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
1. Advance freight adalah uang tambang yang diminta di muka. Banyak kapal liner
untuk muatan umum (general cargo) akan meminta agar uang tambang dapat
dibayar di muka (advance freight). Biasanya uang tambang tidak akan diganti bila
adalah uang tambang yang dibayar bilaman muatan akan diserahkan. Carrier dapat
3. Dead Freight adalah uang tambang yang dapat diminta oleh pemilik kapal kepada
charterer kapalnya bila charterer tidak dapat mengangkut seluruh muatan atau
charterer sudah memesan ruangan muatan dan telah disediakan pemilik kapal, akan
tetapi kemudian charterer tidak jadi menggunakannya. Oleh karena itu, charterer
4. Back freight adalah uang tambang untuk muatan berlebih (overcarried cargo) yang
tidak dapat dibongkar di tempat tujuan, tetapi terpaksa dibawa kapal untuk
5. Freight all kinds (FAK) adalah uang tambang, yang tarif atau besarnya sama, yang
dikenakan untuk setiap petikemas yang diangkut, dan biasanya untuk jarak yang
dekat.
dengan menguntungkan maka pendapatannnya (revenue) harus lebih besar dari biaya
(cost) yang dikeluarkan, karena laba (profit) diperoleh dari selisih revenue dan cost 12
11
Ibid.h.90
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Agar revenue besar, maka kapal harus dijalankan seefesien dan seekonomis
mungkin. Oleh karena itu, koordinasi antar bagian dari suatu perusahaan pelayaran
harus baik. Pemakaian bunker harus hemat, karena makin cepat laju kapal, makin
banyak pemakaian bahan bakarnya. Dalam mencari muatan untuk kapal diperlukan
F= freight
Pc = biaya pelabuhan
1. Fixed Cost:
b. Asuransi
12
Ibid.h.91
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
c. Reparasi dan perawatan (maintanance)
e. Biaya administrasi
2. Beban Variabel
c. Beban pelabuhan
Untuk menetapkan besarnya uang tambang yang akan ditawarkan, pihak pengangkut
(carrier) harus melihat juga faktor yang akan mempengaruhi operasi kapal, yaitu:
Beban untuk liner dipengaruhi juga oleh berbagai beban tambahan dan penyesuaian
yang disebut surchages dan adjusment factors. Disebabkan oleh keadaan yang berubah
dengan cepat, misalnya kurs mata uang, kenaikan harga BBM, peperangan, dan keadaan
beban yang harus ditutup, seperti currency adjustment factor ( CAF), bunker adjustment
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
b. Penyewaan kapal (Chartering)
Dalam pengangkutan barang atau muatan, kita dapat melakkukannya dengan cara
1. Bareboat/Demise Charter
2. Time Charter
Kapal dapat disewa, seolah oleh suatau badan yang beroperasi dan dipakai untuk
suatu waktu tertentu. Si penyewa (charterer) membayar uang sewa dan bunker
serta kapal dioperasikan sesuai kemauan penyewa. Uang sewa dapat dinyatakan
sebagai biaya perhari atau biaya perton DWT. Dalam time charter, pembagian
a. Tanggal, nama, dan alamat dari pemilik kapal dan penyewa (charterer)
b. Perincian dari kapal, draft, horse power, kekuatan mesin, kecepatan, pemakaian
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
c. Keadaan kapal dan kelasnya
d. Batas Pelayaran
k. Cara kapal mengadakan dok tahunan (annual drydocking) pada waktu kontrak
masih berjalan
3. Voyage Charter
Kapal disewa untuk memuat barang antara tempat A dan B. Boleh dikatakan
bahwa pemilik kpal membayar sebuah biaya, kecuali biaya bongkar/muat dan
stevedoring (FIOS terms). Penyewa membayar uang tambang yang besarnya tergantung
barang diangkut yang dinyatakan dalam jumlah ton atau jumlah tertentu untuk satu
pelayaran.
dari kapal. Hal ini dinamakan demurrage. Namun bila lebih cepat dalam bongkar/muat
maka si penyewa mendapat uang despatch, yakni uang insentif yang diberikan pemilik
kapal kepada penyewa karena melakukan bongkar muat kurang dari waktu yang
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kontrak voyage charter adalah 15:
a. Tanggal, nama, dan alamat dari pemilik kapal dan penyewa (charterer)
b. Perincian dari kapal, yakni nama, tempat registrasi, tonnage, kapasitas, draft, dan
e. Tanggal kapal harus tiba di tempat pemuatan dan tanggal bila terlambat, charter
f. Waktu labuh (lay time) yang diperbolehkan, waktu dimulainya, dan hari besar yang
h. Besarnya demurrage dan despatch, yang dihitung dengan membuat time sheet di
k. Klausul untuk arbitrase dan general average seperti dalam time charter, juga
rincian pelayaran dan kemungkinan kapal dapat mengadakan deviasi dalam keadaan
tertentu
Nahkoda juga harus membuat notice of readiness yang menyatakan kepada charterer
14
Ibid.h.97
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
4. Consecutive Voyage Charter
Sewal Wright mengembangkan konsep ini pada tahun 1934, pada awalnya
teknik ini dikenal dengan analisa jalur dan kemudian dipersempit dalam bentuk analisis
”analisa jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi
pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel bergantung tidak
hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung (Robert D. Rutherford 1993).
langsung bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat
hipotetikal dalam seperangkat variabel.” (Paul Webley,1997). David Garson dari north
regresi yang digunakan untuk menguji keselarasan matriks korelasi dengan dua atau
lebih model hubungan sebab akibat yang dibandingkan oleh peneliti. Modelnya
digambarkan dalam bentuk gambar lingkaran dan panah di mana anak panah tunggal
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
suatu model sebagai variabel tergantung (pemberi respons) sedang yang lain sebagai
dengan matriks korelasi yang diobservasi untuk semua variabel dan dilakukan juga
dengan banyak nama seperti: covariance structure analysis, latent variabel analysis,
confirmatory factor analysis dan sering disebut lisrel analysis merupakan salah satu
Perlu disebutkan disini bahwa teknik SEM dibedakan oleh dua karakteristik, yaitu 17:
1. Estimasi atau perkiraan hubungan depensi berganda dan saling terkait (estimation of
Prinsip-prinsip dasar yang sebaiknya dipenuhi dalam analisis jalur diantaranya ialah 18:
16
Jonathan Sarwono,Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS, (Cet I;Yogyakarta:Andi,2007)h.1
16
Johanes Supranto, Analisis Multivariat arti & Interpretasi (Cet I;Jakarta: Rhineka Cipta) h.221
17
Jonathan, co.Ibid.h.2
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
c. Data berskala interval. Semua variabel yang diobservasi mempunyai data
berskala interval (scaled values). Jika data belum dalam bentuk skala interval,
terlebih dahulu
d. Semua variabel residual (yang tidak diukur) tidak berkorelasi dengan salah satu
maka akan berakibat hasil regresi menjadi tidak tepat untuk mengestimasikan
parameter-parameter jalur.
hubungan yang sangat tinggi. Jika terjadi hubungan yang tinggi maka kita akan
mendapatkan standar error yang besar dari koefisien beta (b) yang digunakan
parsial
g. Adanya rekursivitas. Semua anak panah mempunyai satu arah, tidak boleh
kovarian bersama dengan semua variabel yang tidak diukur dan tidak akan dapat
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
diinterpretasikan secara tepat dalam kaitannya dengan akibat langsung dan tidak
langsung
i. Terdapat masukan korelasi yang sesuai. Artinya, jika kita menggunakan matriks
Dalam analisis jalur dikenal beberapa konsep dan istilah dasar. Pada Gambar
1 P41
P21
P31
3 4
r21 P32 P43
2
P42
e2
e3 e4
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
1. Model jalur ialah suatu diagram yang menghubungkan antara variabel bebeas,
2. Jalur penyebab untuk suatu variabel yang diberikan. Meliputi pertama, jalur-jalur
arah dari anak panah menuju ke variabel tersebut dan kedua, jalur-jalur korelasi dari
yang mempunyai anak panah-anak panah menuju ke variabel yang sudah ada
tersebut
semua variabel yang tidak ada penyebab-penyebab eksplisitnya atau dalam diagram
tidak ada anak-anak panah yang menuju ke arahnya, selain pada bagian kesalahan
variabel tersebut.
endogeneus mempunyai anak panah yang menuju arahnya dan dari arah variabel
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
tersebut dalam suatu model diagram jalur. Adapun variabel tergantung hanya
atau disebut ”beta” yang menunjukkan pengaruh langsung dari suatu variabel bebas
terhadapa variabel tergantung dalam suatu model jalur tertentu. Oleh karena itu, jika
suatu model mempunyai dua atau lebih variabel-variabel penyebab maka koefisien-
besarnya pengaruh satu variabel terhadap variabel lain dalam suatu model jalur
tertentu yang mengontrol dua variabel lain sebelumnya dengan menggunakan data
dikorelasikan maka sebagai penanda hubungannya ialah anak panah dengan dua
7. Istilah gangguan. Istilah kesalahan residual yang secara teknis disebut sebagai
diterangkan atau pengaruh dari semua variabel yang tidak terukur ditambah dengnan
kesalahan pengukuran.
8. Aturan multiplikasi jalur. Nilai dari suatu jalur gabungan adalah hasil semua
koefisien jalurnya.
langsung yang berhubungan dengan jalur langsung dan tidak langsung yang
direfleksikan dengan anak panah-anak panah dalam suatu model tertentu. Ini
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
didasarkan pada aturan bahwa dalam suatu sistem linier, pengaruh penyebab total
suatu variabel ’i’ terhadap variabel ’j’ adalah jumlah semua nilai jalur dari ’i’ ke ’j’
Ada beberapa model jalur mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang
dengan menggunakan dua variabel eksogeneous, yaitu X1 dan X2 dengan satu variabel
X1
X2
Model Mediasi
Gambar 3.3.
19
Jonathan, co.ibid. h.6
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
X Z
Model ketiga ini merupakan kombinasi antara model pertama dan kedua, yaitu
variabel X berpengaruh terhadap variabel Z secara langsung dan secara tidak langsung
X1
X2
Model Kompleks
Model keempat ini merupakan model yang lebih kompleks, yaitu variabel X1
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
X1 X2
Y1 Y2
Dari sisi pandang arah sebab akibat, ada dua tipe model jalur, yaitu rekursif dan
non rekursif. Model rekursif ialah jika semua anak panah menuju satu arah seperti
Gambar 3.6.
1 P41
P21
P31
3 4
r21 P32 P43
2
P42
e2
e3 e4
a. Anak panah menuju satu arah, yaitu dari 1 ke 2, 3 dan 4; dari 2 ke 3 dan dari 3
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
b. Hanya terdapat satu variabel eksogeneous, yaitu 1 dan tiga variabel
Model non recursif terjadi jika arah anak panah tidak searah atau terjadi arah yang
terbalik (looping), misalnya dari 4 ke 3 atau dari 3 ke 1 dan 2, atau bersifat sebab akibat
(reciprocal cause)
Bentuk model yang mengandung unsur persamaan satu jalur adalah pada model
regresi berganda. Dimana hanya terdapat satu variabel endogeneus yang disebabkan
oleh beberapa variabel exogeneus. Bentuk modelnya dapat dilihat pada Gambar 3.7. 21.
X1
RYX1
rX1X2 €
rX1X3
RYX2
X2 Y
rX2X3
RYX3
X3
Keterangan:
21
Jonathan,co.ibid.h.11
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
b. Variabel Y adalah variabel endogeneus
Dalam persamaan dua jalur model dikembangkan atas tiga variabel exogeneus
dan 2 variabel endogeneus. Model persamaannya dapat dilihat pada Gambar 3.8.
€1 €2
X1
rX1X2 RY2X1
RY1X1
rX1X3
RY1X2 RY2Y1
X2 Y Y2
RY1X3 RY2X3
rX2X3
X3
Keterangan:
Persamaannya adalah:
exogeneus murni, dan satu variabel exogeneus perantara, dan terdapat 2 variabel
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
endogeneus. Bentuk model persamaan strukturalnya dapat dilihat secara lengkap pada
Gambar 3.9.
Keterangan:
€2
€1
RY1X1
X1 Y1
RX1X2
RY1X2
rX1X3
X2 RY2Y1
RY2X2
RX2X3
RY2X3
X3 Y2
€3
Persamaannya adalah:
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
3.2.7. Langkah-Langkah SEM
Dalam pengembangan model teoritis, harus dilakukan telaah pustaka yang intens
guna mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang akan dikembangkan. Tanpa dasar
teori, SEM tidak dapat digunakan. Setelah itu model divalidasi secara empirik melalui
adanya hubungan sebab akibat antara dua atau lebih variabel, bukan didasarkan pada
metode analisis yang digunakan, tetapi haruslah berdasarkan justifikasi teoritis yang
mapan. SEM bukan untuk menghasilkan kausalitas, tetapi untuk membenarkan adanya
kausalitas teoritis melalui uji data empirik. Peneliti mempunyai kebebasan untuk
membangun hubungan, sepanjang didukung oleh teori yang memadai. Kesalahan yang
sering timbul adalah kurang atau terabaikannya satu atau beberapa variabel prediktif
kunci dalam menjelaskan sebuah model, yang dikenal dengan specification error.
Meskipun demikian untuk pertimbangkan praktis, jika jumlah variabel, faktor, konsep
atau konstruk yang dikembangkan terlalu banyak, akan menyulitkan interpretasi hasil
Model teoritis yang telah dibangun kemudian digambar dalam bentuk suatu
diagram, yang dikenal dengan diagram jalur. Penggambaran dalam bentuk diagram ini
22
www.jonathansarwono.info/sem/sem.htm
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
endogen yang akan diuji. Selanjutnya bahasa program akan mengkonversi gambar
menjadi persamaan, dan persamaan menjadi estimasi. Pada langkah ini ditentukan
melalui anak panah sesuai dengan arah kausalitasnya. Anak panah yang lurus
menunjukkan sebuah hubungan kausal yang langsung antara satu konstruk dengan
konstruk lainnya. Anak panah lengkung dengan lancip dikedua ujungnya menunjukkan
a. Konstruk Eksogen, dikenal sebagai variabel independen yang tidak diprediksi oleh
variabel lain dalam model. Dalam diagram konstruk eksogen digambarkan sebagai
b. Konstruk Endogen, yaitu konstruk yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk.
Konstruk ini dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya,
endogen. Dengan pijakan teoritis yang ada, maka dapat ditentukan mana yang akan
model pengukuran.
Setelah model digambarkan dalam diagram path, kita dapat mulai mengkonversi
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Jika di dalam bahasa regresi, model di atas digolongkan dalam 2 persamaan regresi
antar konstruk atau variabel. Contoh persamaan spesifikasi model :X11 = Ć1 X1 +
ƒÔ1
d. Pemilihan matrik input dan teknik estimasi atas model yang dibangun.
Input data yang digunakan dalam analisis SEM adalah menggunakan matrik kovarian
atau matrik korelasi. Input data inilah yang membedakan antara SEM dengan teknik
diperlukan dalam program ini. 2Data individual dapat dientry menggunakan program
lain. Setelah masuk program SEM data segera dikonversi dalam bentuk matrik kovarian
atau matrik korelasi. Walaupun observasi individual tidak menjadi input analisis, tetapi
Menurut pakar SEM sampel yang baik adalah besarnya antara 100 – 200. Jika
sampel terlalu besar, akan menjadi sangat sensitif terhadap ukuran-ukuran goodness of
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai ketidakmampuan dari
identifikasi ini dapat dideteksi dari gejala-gejala yang muncul antara lain :
4. Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi yang didapat.
f. Evaluasi model.
Secara garis besar uji kesesuaian model dapat digolongkan menjadi 4 hal yaitu :
pengujian parameter hasil dugaan, uji model keseluruhan, uji model struktural, dan uji
bagi model-model yang tidak memenuhi syarat pengujian yang dilakukan. Setelah
model diestimasi harus mempunyai residual kovarian yang kecil. Batas keamanan
jumlah residual adalah 5 %. Jika residual > 5 % dari semua residual kovarian yang
dihasilkan oleh model, maka perlu dipertimbangkan modifikasi model, misalnya dengan
menambah jalur baru terhadap model yang diestimasi. Tetapi yang perlu diingat adalah
bahwa perubahan atau modifikasi model tersebut harus mempunyai dukungan dan
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Demikianlah SEM dengan keunggulan dan keterbatasnya, dapat dijadikan
alternatif teknik analisis penelitian baik skripsi maupun penelitian sosial ekonomi
lainnya sehingga dapat diperoleh hasil-hasil penelitian dengan variasi yang lebih
beragam. Meskipun demikian, perlu ditegaskan bahwa SEM hanyalah sejenis teknik
Untuk keseluruhan tahap dari langkah tersebut dijelaskan dalam skema bertahap
dengan seluruh langkah yang terangkum diatas 23. Ketujuh tahap tersebut dapat dilihat
Tahap I:
Membangun Model Berbasis Teori
- Konfirmatori
- Membandingkan Model
- Mengembangkan Model
Tahap 2:
Menciptakan Diagram Jalur
- Mendefinisi Konstruk Endogen dan Exsogen
- Mengkaitkan Hubungan Diagram Jalur
Tahap 3:
Konversi Diagram Jalur
- Menterjemahkan Persamaan Struktural
- Menspesifikasi Model Pengukuran
- Menentukan Banyaknya Indikator
- Mengukur Reabilitas Konstruk
<> Ukuran Item Tunggal
<> Menggunakan Skala Yang
Tervalidasi
<> Analisis Dua Tahap
Tahap 4:
Memilih Matriks Input Korelasi Atau Varian-Kovarian Persoalan
Dalam Penelitian
23
Asumsi SEM Penilaian Kecukupan Sampel Metode Estimasi
Kamirul Imam, Analisa Model Persamaan Struktural (SEM), (Jakarta.Multivariat Program MM - PPS
Jakarta.) Normal Kesalahan Spesifikasi Model
UNEJ, Multivariat Direct
Membuang Outlier Ukuran Model Bootstrapping Simulation
Missing Data Penyimpangan dari Normalitas Jack Knifing
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Ke tahap 4
Gambar 3. 10. Flowchart Tahapan Analisa SEM
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Dari Tahap 4
Tahap 5:
Penilaian Identifikasi Model
- Menentukan Degree of Freedom
- Diagnosis dan memperbaiki Persoalan
- Indentifikasi
Tahap 6:
Evaluasi Estimasi dan Uji Kesesuaian
Identity/Correct offending Measurement Model Fit
Overall Model Fit Composte Reliability
Absolute Fit Variance Extracted
Incremental Fit Structural Model Fit
Parsimonious Fit Comparison of Competing
Interpretasi Model
- Menguji Standardized Residuals
- Mempertimbangkan Indikasi Modifikasi
- Identifikasi Potensi Perubahan Model
Tahap 7:
Modifikasi Model
Ya Jika Modifikasi teridentifikasi apakah ada
teori pendukungnya ?
Tidak
Model Final
Skala guttman merupakan skala komulatif, yang mengukur suatu dimensi saja
dari satu variabel yang multidimensi. Skala ini sangat baik untuk meyakinkan peneliti
tentang kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang diteliti, yang sering disebut dengan
attribut universal, skala ini juga sering disebut skala scalogram. Skala guttman
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
merupakan skala yang digunakan untuk suatu jawaban yang jelas (tegas) dan konsisten.
Skala guttman selain dapat digunakan secara pilihan ganda, juga dapat
digunakan dalam bentuk lembar pengamatan secara checklist. Jawaban responden dapat
berupa skor tertinggi bernilai satu (1) dan jawaban terendah bernilai nol (0) dengan
variabel adalah:
KP= r2 x 100%
Ketentuan interpertasi tingkat hubungan yang ditunjukkan oleh nilai r2, maka tingkat
24
Jonathan Sarwono, Metode penelitian kuantitatif &kualitatif, Ed I,(Cet I;Yogyakarta:Graha Ilmu,2006).
h.99
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
0,60 – 0,799 Kuat
0,40 – 0,599 Cukup Kuat (Biasa)
0,20 – 0,399 Rendah
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
Sumber: Ridwan (2005:136) dan Bambang (2007:62)
diharapkan, sedangkan Ho merupakan hal yang akan diuji untuk menghilangkan pola
BAB IV
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
METODOLOGI PENELITIAN
transportir PT. Burung Laut, Jl. Bantam No.3 Medan, selama bulan Juli 2009 sampai
September 2009
Objek pengamatan adalah rute operasional kapal MT. Citra Bintang yang berada
di Ambon, dan disewakan kepada pihak PT. Pertamina cabang Ambon untuk
mendistribusikan premium, kerosin dan solar ke Depot tujuan BBM ada sebanyak 13
depot yaitu Dobo, Tual, Wayame, Masohi, Merauke, Saumlaki, Fakfak, Kaimana,
Sanana, Tobelo, Namlea, Ternate, Labuha dengan depot asal adalah daerah Ambon.
Subjek penelitian adalah pihak PT. Burung Laut, yaitu pihak yang memiliki
kapal tanker MT. Citra Bintang yang menyewakan kapal tanker MT.Citra Bintang
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Dalam metode penelitian direncanakan cara atau prosedur beserta tahapan-
tahapan yang jelas dan disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan
merupakan bagian yang menentukan tahapan selanjutnya sehingga harus dilalui dengan
cermat. Langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar
4.1.
Perumusan Masalah:
Bagaimana membangun jalur yang
efektif untuk rute pelayaran kapal tanker
dan perbandingan metode uang tambang
dan time charter
Tujuan Khusus:
1. Mendapatkan variabel yang berpengaruh terhadap jalur
Tujuan Umum: operasional kapal
Penentuan rute distribusi bbm untuk 2. Mendapatkan jalur yang optimal dari distribusi BBM
menentukan jalur yang optimal dan biaya 3. Mendapatkan biaya optimal dari metode pengenaan ongkos ke
yang optimum dengan SEM setiap muatan
4. Mendapatkan biaya kapal perjarak tempuh
5. mendapatkan pilihan terbaik dari perbandingan metode uang
tambang dengan metode time charter
Studi Pendahuluan:
melakukan pengamatan dan melihat data Studi Literatur:
voyage yang lalu, wawancara dengan Mempelajari teori-teori yang akan digunakan
pihak perusahaan untuk mencapai tujuan penelitian yang hendak
dicapai. Studi pustaka yang dilakukan meliputi
pemahaman lanjut mengenai manajemen
perkapalan dan teori mengenai analisa jalur
atau Structural Equation Modelling
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
A
Pengolahan Data:
Menggunakan Analisa Dengan SEM
untuk variabel yang berhubungan dan
penyelesaian akhir dengan manajemen
perkapalan
Pembahasan Hasil:
Menentukan Jalur Efektif Terhadap jadwal
pelayaran kapal
mengenai objek yang akan diteliti. Melalui studi ini, diharapkan dapat diperoleh
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Studi pendahuluan yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan
melakukan pengamatan dan melihat data voyage yang lalu, wawancara dengan pihak
perusahaan.
sebagai landasan logika berpikir dalam penyelesaian masalah secara ilmiah. Pada
dasarnya bobot atau nilai suatu penelitian ditentukan oleh seberapa cermat landasan
dengan mempelajari teori-teori yang akan digunakan untuk mencapai tujuan penelitian
yang hendak dicapai. Studi pustaka yang dilakukan meliputi pemahaman lanjut
mengenai manajemen perkapalan dan teori mengenai analisa jalur atau Structural
Equation Modelling
Setiap variabel yang diperlukan di dalam penelitian ini perlu diidentifikasi, yang
diperlukan pada aktivitas operasional kapal, variabel yang di identifikasi yaitu waktu,
yaitu waktu perjalanan, waktu manuver, waktu bongkar muat, jarak antar depot, setiap
biaya yang dikeluarkan secara umum oleh pihak perusahaan. Untuk seluruh keterangan
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
4.8. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, pada dasarnya data dibagi kedalam dua jenis data yang
dikumpulkan, yaitu:
1. Data Primer
informasi apa saja yang diperlukan dalam pengolahan data. Data yang terkumpul
perusahaan adalah data urutan kegiatan pelayaran kapal tanker yaitu kegiatan apa
saja yang dilakukan oleh kapal tanker dalam melakukan pelayaran, serta apa saja
yang menjadi kendala dan hambatan yang sering terjadi dalam melakukan
perjalanan
2. Data sekunder
sebelumnya dan telah diberikan perlakuan terhadap data tersebut sehingga menjadi
suatu informasi yang bernilai guna. Adapun data sekunder yang dikumpulkan adalah
1. Waktu berlayar: Waktu yang dibutuhkan kapal untuk berlayar dari pelabuhan
2. Waktu bersandar : Waktu mulai tiba ditempat tujuan sampai waktu untuk
unloading ratenya
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
4. Waktu Muat : Waktu untuk memasukkan muatan ke kapal, berdasarkan loading
ratenya
kapal
7. Informasi tarif kapal: Biaya yang dikenakan pada kapal selama mengadakan
operasi di pelabuhan
instrumen alat tulis dan lembar pengamatan, untuk data sekunder, diambil dari data
internal dan eksternal, data internal dari perusahaan dan data eksternal dari media
setiap laporan voyage yang masuk ke perusahaan dengan sensus atau mengambil data
Data-data yang sudah diterangkan diatas kemudian akan diolah berdasarkan setiap
pendekatan teori untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dan mampu menyelesaikan
permasalahan yang diangkat, untuk setiap langkah yang dilakukan dalam pengolahan
data dapat dilihat pada Gambar 4.2. dimana setiap keterangan langkahnya akan
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Menentukan variabel-variabel yang
berpengaruh kepada operasional kapal
yang akan dianalisis
Mendapatkan Metode
Operasi terbaik dengan
jalur/rute yang efektif
akan dianalisis.
Dari data yang dikumpulkan, ditentukan setiap variabel yang berpengaruh, agar
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Didalam SEM terdapat beberapa tahapan dalam pengolahan data sebagai berikut:
variabel
hubungan-hubungan yang ada. Persamaan yang didapatkan dari diagram alur diatas
n
Yi = ∑ PX Y
i =1
i j + €, (dimana i = 1,2,3....n) dan ( j = 1,2,3.....n)
j =1
d. Pemilihan matriks input (masukan) dan teknik estimasi terhadap model yang
dibangun
struktural yang telah dibangun dan persamaan yang telah didapatkan serta persoalan
yang ingin dipecahkan. Biasanya terdapat 3 kondisi yang biasa terjadi dalam SEM
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Tabel 4.1. Beberapa Bentuk Matrik Dalam Analisa SEM
g. Evaluasi model
Semua data, baik yang diperoleh dalam pengumpulan data maupun yang didapat
dari hasil pengolahan data dianalisis dan dibandingkan dengan sumber referensi yang
ada dan teori-teori yang mendukung. Analisa data yang dilakukan adalah
membandingkan setiap jalur yang didapatkan berdasarkan biaya yang optimal dan
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
4.11. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Dari hasil analisa data yang dilakukan, diambil suatu kesimpulan yang diharapkan
dapat memberikan suatu gambaran kepada PT. Burung Laut tentang jalur yang
2. Saran
Saran berupa rekomendasi juga disampaikan kepada PT. Burung Laut, yang
diharapkan dapat menjadi suatu masukan untuk menentukan arah kebijakan dan
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
BAB V
Data perjalanan kapal tanker MT.Citra Bintang mulai dari bulan april tahun
2009, yang berisi data pelabuhan tujuan, waktu kedatangan kapal (SBE Ship Arrived),
Waktu
Pelabuhan Pelabuhan Kedatangan Waktu Mulai Waktu Selesai Waktu
Asal Tujuan Kapal Bongkar/Muat Bongkar/Muat Berangkat
AMPENAN TTW AMBON 4/15/08 8:30 PM 4/16/08 10:00 AM 4/17/08 8:18 AM 4/17/08 1:30 PM
TTW AMBON JAYA PURA 4/21/08 10:48 AM 4/21/08 2:24 PM 4/22/08 12:48 AM 4/22/08 8:30 AM
JAYA PURA SERUI 4/23/08 1:18 PM 4/23/08 3:48 PM 4/23/08 5:42 PM 4/23/08 11:00 PM
PERT.KASIM/S
SERUI ORONG 4/25/08 8:12 AM 4/27/08 3:42 PM 4/28/08 5:00 AM 4/28/08 9:06 AM
PERT.KASIM/
SORONG TOBELO 4/29/08 3:00 PM 4/29/08 5:30 PM 4/30/08 12:24 AM 4/30/08 11:30 AM
TOBELO TERNATE 5/1/08 1:00 AM 5/1/08 9:18 AM 5/1/08 5:00 PM 5/1/08 8:00 PM
TERNATE TTW AMBON 5/3/08 1:00 AM 5/3/08 3:54 PM 5/4/08 9:48 AM 5/4/08 8:00 PM
TTW AMBON MERAUKE 5/8/08 5:00 AM 5/9/08 7:00 PM 5/10/08 4:42 AM 5/10/08 10:12 PM
MERAUKE TTW AMBON 5/13/08 7:30 PM 5/14/08 6:36 PM 5/15/08 9:06 PM 5/15/08 7:00 PM
TTW AMBON TERNATE 5/17/08 2:00 AM 5/17/08 10:36 AM 5/17/08 8:12 PM 5/17/08 10:12 PM
TERNATE TOBELO 5/18/08 12:30 PM 5/18/08 1:54 PM 5/18/08 3:36 PM 5/19/08 8:12 AM
TOBELO TTW AMBON 5/20/08 10:12 PM 5/21/08 12:42 AM 5/21/08 7:30 PM 5/22/08 11:30 PM
TTW AMBON SAUMLAKI 5/24/08 1:00 PM 5/24/08 1:42 PM 5/25/08 6:12 AM 5/25/08 11:30 AM
SAUMLAKI TUAL 5/26/08 9:24 AM 5/26/08 11:54 AM 5/26/08 6:12 PM 5/26/08 10:42 PM
TUAL TTW AMBON 5/28/08 4:00 AM 5/28/08 9:30 AM 5/28/08 2:00 PM 5/28/08 5:00 PM
TTW AMBON KAIMANA 6/1/08 8:30 AM 6/1/08 1:12 PM 6/1/08 9:42 PM 6/2/08 7:48 AM
TTW AMBON KAIMANA 6/1/08 8:30 AM 6/1/08 1:12 PM 6/1/08 9:42 PM 6/2/08 7:48 AM
KAIMANA FAK-FAK 6/3/08 2:48 AM 6/3/08 9:48 AM 6/3/08 3:18 PM 6/3/08 7:30 PM
FAK-FAK MASOHI 6/4/08 7:30 PM 6/5/08 9:36 AM 6/5/08 1:06 PM 6/5/08 5:00 PM
MASOHI TTW AMBON 6/6/08 12:30 AM 6/6/08 9:42 AM 6/7/08 2:24 AM 6/7/08 10:30 AM
TTW AMBON SAUMLAKI 6/9/08 8:48 PM 6/10/08 9:24 AM 6/10/08 7:12 PM 6/10/08 12:00 PM
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Tabel 5.1. Data Perjalanan ................(Lanjutan)
Waktu
Pelabuhan Pelabuhan Kedatangan Waktu Mulai Waktu Selesai Waktu
Asal Tujuan Kapal Bongkar/Muat Bongkar/Muat Berangkat
SAUMLAKI TUAL 6/11/08 7:30 PM 6/12/08 9:42 AM 6/12/08 11:30 AM 6/12/08 4:00 PM
TUAL FAK-FAK 6/13/08 9:00 AM 6/13/08 10:36 AM 6/13/08 2:48 PM 6/13/08 6:00 PM
FAK-FAK TTW AMBON 6/14/08 11:00 PM 6/15/08 9:36 PM 6/16/08 9:30 AM 6/16/08 5:30 PM
TTW AMBON labuha 6/17/08 5:00 PM 6/17/08 7:18 PM 6/17/08 11:36 PM 6/18/08 8:30 AM
LABUHA SORONG 6/19/08 7:30 AM 6/20/08 10:24 AM 6/20/08 8:48 PM 6/20/08 10:12 AM
KILANG
SORONG KASIM 6/20/08 1:24 PM 6/20/08 4:24 PM 6/21/08 3:24 AM 6/21/08 9:30 AM
KILANG
KASIM KAIMANA 6/22/08 11:00 PM 6/23/08 9:54 AM 6/23/08 5:00 PM 6/23/08 11:00 PM
KAIMANA FAK-FAK 6/24/08 2:00 PM 6/24/08 3:36 PM 6/24/08 5:00 PM 6/24/08 8:00 PM
FAK-FAK BULA 6/25/08 6:00 AM 6/25/08 9:24 AM 6/25/08 4:54 PM 6/26/08 1:00 AM
BULA MASOHI 6/27/08 1:00 AM 6/27/08 9:24 AM 6/27/08 11:06 AM 6/27/08 2:12 PM
MASOHI TTW AMBON 6/27/08 9:30 PM 6/30/08 8:42 PM 7/1/08 10:42 AM 7/1/08 5:30 PM
TTW AMBON MERAUKE 7/6/08 5:00 AM 7/6/08 4:48 PM 7/7/08 2:48 AM 7/7/08 10:00 PM
MERAUKE TTW AMBON 7/11/08 7:00 AM 7/12/08 4:00 PM 7/12/08 6:48 PM 7/12/08 11:30 PM
TTW AMBON DOBO 7/15/08 7:30 PM 7/16/08 9:12 AM 7/16/08 3:00 PM 7/16/08 7:00 PM
DOBO TUAL 7/17/08 5:48 AM 7/17/08 9:36 AM 7/17/08 1:12 PM 7/17/08 7:30 PM
TUAL BULA 7/18/08 4:00 PM 7/18/08 6:18 PM 7/19/08 4:12 AM 7/19/08 8:00 PM
BULA TTW AMBON 7/20/08 9:00 AM 7/20/08 12:18 PM 7/23/08 6:30 AM 7/23/08 12:30 PM
TTW AMBON MASOHI 7/23/08 8:24 PM 7/24/08 9:36 AM 7/24/08 1:54 PM 7/24/08 7:00 PM
MASOHI BULA 7/25/08 6:30 PM 7/25/08 8:12 PM 7/26/08 1:24 AM 7/26/08 8:00 AM
BULA TUAL 7/27/08 4:30 AM 7/27/08 9:42 AM 7/27/08 6:00 PM 7/28/08 8:30 AM
TUAL TTW AMBON 7/29/08 2:30 PM 7/29/08 5:30 PM 7/30/08 12:24 PM 7/30/08 7:00 PM
SORONG LABUHA 8/5/08 9:30 AM 8/5/08 11:00 AM 8/5/08 1:24 PM 8/5/08 4:00 PM
LABUHA SANANA 8/6/08 8:00 AM 8/6/08 9:54 AM 8/6/08 12:48 PM 8/6/08 4:00 PM
SANANA TTW AMBON 8/7/08 9:00 AM 8/9/08 8:36 AM 8/9/08 11:48 PM 8/10/08 7:30 AM
TTW AMBON DOBO 8/11/08 11:30 PM 8/12/08 11:06 AM 8/12/08 12:12 PM 8/12/08 3:30 PM
DOBO TUAL 8/13/08 2:18 AM 8/13/08 10:30 AM 8/13/08 11:12 PM 8/14/08 9:00 AM
TUAL TTW AMBON 8/15/08 3:54 PM 8/16/08 10:30 AM 8/17/08 2:54 AM 8/17/08 9:30 AM
TTW AMBON MERAUKE 8/22/08 3:30 AM 8/23/08 6:18 AM 8/23/08 4:24 PM 8/24/08 6:00 AM
MERAUKE TTW AMBON 8/27/08 2:12 PM 8/31/08 10:12 PM 9/1/08 2:48 AM 9/1/08 9:00 AM
TTW AMBON MASOHI 9/1/08 4:00 PM 9/1/08 5:36 PM 9/1/08 7:00 PM 9/1/08 10:00 PM
MASOHI LABUHA 9/3/08 1:36 AM 9/3/08 9:36 AM 9/3/08 3:42 PM 9/3/08 8:30 PM
LABUHA TOBELO 9/4/08 7:00 PM 9/5/08 8:18 AM 9/5/08 12:48 PM 9/5/08 8:00 PM
TOBELO TTW AMBON 9/16/08 10:30 PM 9/17/08 12:00 PM 9/18/08 1:00 PM 9/18/08 7:00 PM
TTW AMBON TOBELO 9/20/08 1:36 PM 9/20/08 4:12 PM 9/20/08 10:12 PM 9/21/08 7:00 AM
TOBELO LABUHA 9/22/08 6:42 PM 9/22/08 10:06 AM 9/22/08 3:18 PM 9/22/08 11:00 PM
LABUHA NAMLEA 9/23/08 9:00 PM 9/24/08 9:00 AM 9/24/08 12:06 PM 9/24/08 4:00 PM
NAMLEA TTW AMBON 9/24/08 10:36 PM 10/1/08 1:48 PM 10/2/08 10:30 AM 10/2/08 5:30 PM
TTW AMBON TUAL 10/4/08 1:30 AM 10/4/08 10:06 AM 10/4/08 6:06 PM 10/5/08 8:00 AM
TUAL DOBO 10/5/08 5:00 PM 10/5/08 7:48 PM 10/5/08 11:30 PM 10/6/08 4:00 PM
DOBO SAUMLAKI 10/7/08 8:30 AM 10/7/08 10:30 AM 10/7/08 3:00 PM 10/7/08 7:00 PM
SAUMLAKI TTW AMBON 10/9/08 2:30 AM 10/9/08 10:18 AM 10/10/08 12:06 AM 10/10/08 9:00 AM
Tabel 5.1. Data Perjalanan ................(Lanjutan)
Waktu
Pelabuhan Pelabuhan Kedatangan Waktu Mulai Waktu Selesai Waktu
Asal Tujuan Kapal Bongkar/Muat Bongkar/Muat Berangkat
TTW AMBON MERAUKE 10/13/08 7:12 PM 10/14/08 2:00 PM 10/15/08 1:36 AM 10/15/08 2:00 PM
MERAUKE TTW AMBON 10/18/08 9:48 PM 10/19/08 2:42 PM 10/20/08 4:00 AM 10/20/08 11:30 AM
TTW AMBON LABUHA 10/21/08 10:42 AM 10/21/08 5:42 PM 10/21/08 7:48 PM 10/22/08 1:00 AM
LABUHA TERNATE 10/22/08 9:30 AM 10/22/08 12:00 AM 10/22/08 5:24 PM 10/22/08 9:00 PM
TERNATE TOBELO 10/23/08 12:48 AM 10/23/08 1:42 PM 10/23/08 4:42 PM 10/23/08 9:00 PM
TOBELO TTW AMBON 10/25/08 1:48 PM 10/26/08 12:00 AM 10/26/08 3:48 PM 10/26/08 10:30 PM
TTW AMBON SAUMLAKI 10/28/08 10:00 AM 10/28/08 12:48 PM 10/28/08 9:54 PM 10/29/08 5:00 AM
SAUMLAKI BULA 10/30/08 5:30 PM 10/30/08 8:54 PM 10/31/08 5:06 AM 10/31/08 11:30 AM
BULA MASOHI 11/1/08 11:30 AM 11/1/08 1:00 PM 11/1/08 4:54 PM 11/1/08 7:00 PM
MASOHI TTW AMBON 11/2/08 2:30 AM 11/2/08 9:18 AM 11/2/08 10:30 PM 11/3/08 8:30 AM
TTW AMBON MERAUKE 11/7/08 8:30 PM 11/8/08 11:18 AM 11/8/08 8:00 PM 11/9/08 9:00 AM
MERAUKE TTW AMBON 11/12/08 5:30 PM 11/12/08 11:24 PM 11/13/08 2:36 PM 11/13/08 8:30 PM
TTW AMBON TERNATE 11/16/08 7:00 AM 11/16/08 10:48 AM 11/16/08 6:00 PM 11/16/08 10:00 PM
TERNATE LABUHA 11/17/08 7:24 AM 11/17/08 11:18 AM 11/17/08 8:00 PM 11/18/08 9:00 AM
LABUHA TTW AMBON 11/18/08 5:18 PM 11/20/08 11:30 PM 11/21/08 5:06 PM 11/21/08 11:30 PM
TTW AMBON TOBELO 11/23/08 6:00 PM 11/23/08 9:30 PM 11/24/08 11:06 AM 11/24/08 4:30 PM
TOBELO TERNATE 11/25/08 7:24 AM 11/26/08 9:00 AM 11/26/08 11:06 AM 11/26/08 12:30 PM
KILANG
TERNATE KASIM 11/28/08 11:00 AM 11/28/08 1:42 PM 11/29/08 12:48 AM 11/29/08 7:30 AM
KILANG
KASIM LABUHA 11/30/08 6:30 AM 11/30/08 9:42 AM 11/30/08 2:36 PM 11/30/08 7:00 PM
LABUHA FAK-FAK 12/2/08 3:00 AM 12/2/08 10:00 AM 12/2/08 2:30 PM 12/2/08 7:30 PM
FAK-FAK KAIMANA 12/3/08 1:00 PM 12/4/08 12:12 AM 12/4/08 5:06 AM 12/4/08 10:30 AM
KAIMANA TTW AMBON 12/6/08 12:30 AM 12/7/08 12:06 AM 12/8/08 1:42 AM 12/8/08 12:00 PM
TTW AMBON MERAUKE 12/12/08 12:00 AM 12/12/08 1:00 PM 12/12/08 10:32 PM 12/13/08 12:00 AM
MERAUKE TTW AMBON 12/16/08 8:48 PM 12/22/08 10:48 AM 12/23/08 3:36 AM 12/23/08 10:00 AM
TTW AMBON LABUHA 12/24/08 9:30 AM 12/24/08 12:18 PM 12/24/08 4:00 PM 12/24/08 8:30 PM
LABUHA TOBELO 12/25/08 8:12 PM 12/26/08 8:54 AM 12/26/08 4:04 PM 12/27/08 1:30 AM
TOBELO MASOHI 12/28/08 10:30 PM 12/29/08 9:24 AM 12/29/08 10:42 AM 12/29/08 2:00 PM
MASOHI AMBON 2/16/09 1:00 AM 2/20/09 12:18 AM 2/20/09 1:24 PM 2/20/09 7:30 PM
AMBON MERAUKE 2/24/09 7:30 AM 2/24/09 3:48 PM 2/25/09 1:06 AM 2/25/09 2:00 PM
MERAUKE AMBON 2/28/09 10:54 PM 3/1/09 2:30 PM 3/2/09 2:30 AM 3/2/09 11:30 AM
AMBON SAUMLAKI 3/3/09 8:30 PM 3/4/09 10:36 AM 3/4/09 2:36 PM 3/4/09 11:30 PM
SAUMLAKI DOBO 3/5/09 10:30 PM 3/6/09 11:00 AM 3/6/09 2:36 PM 3/6/09 8:00 PM
DOBO TUAL 3/7/09 6:30 AM 3/7/09 10:54 AM 3/7/09 4:36 PM 3/8/09 8:30 AM
TUAL FAK-FAK 3/9/09 1:48 AM 3/9/09 9:54 AM 3/9/09 2:12 PM 3/9/09 5:30 PM
FAK-FAK AMBON 3/10/09 11:00 PM 3/11/09 11:00 AM 3/12/09 4:30 AM 3/12/09 11:00 AM
AMBON TOBELO 3/14/09 5:30 AM 3/14/09 10:24 AM 3/14/09 7:18 PM 3/15/09 12:00 AM
TOBELO TERNATE 3/15/09 4:00 PM 3/16/09 9:42 AM 3/16/09 12:06 PM 3/16/09 3:30 PM
TERNATE LABUHA 3/17/09 12:54 AM 3/17/09 10:00 AM 3/17/09 2:54 PM 3/17/09 7:00 PM
LABUHA AMBON 3/18/09 5:48 PM 3/19/09 10:42 AM 3/20/09 12:48 AM 3/20/09 8:30 AM
AMBON MERAUKE 3/23/09 8:30 PM 3/24/09 1:12 PM 3/24/09 10:12 PM 3/25/09 11:30 AM
MERAUKE AMBON 3/28/09 8:42 PM 3/29/09 2:06 PM 3/30/09 3:00 AM 3/30/09 2:00 PM
Tabel 5.1. Data Perjalanan ................(Lanjutan)
Waktu
Pelabuhan Pelabuhan Kedatangan Waktu Mulai Waktu Selesai Waktu
Asal Tujuan Kapal Bongkar/Muat Bongkar/Muat Berangkat
AMBON FAK-FAK 3/31/09 8:30 PM 4/1/09 10:18 AM 4/1/09 2:24 PM 4/1/09 7:30 PM
FAK-FAK SANANA 4/3/09 8:30 AM 4/3/09 10:48 AM 4/3/09 2:30 PM 4/3/09 6:00 PM
SANANA TOBELO 4/5/09 5:30 AM 4/5/09 8:12 AM 4/5/09 3:36 PM 4/5/09 8:00 PM
TOBELO AMBON 4/7/09 12:30 PM 4/8/09 11:42 AM 4/8/09 11:12 PM 4/9/09 8:30 AM
AMBON TUAL 4/10/09 5:30 PM 4/11/09 9:18 AM 4/11/09 3:30 PM 4/12/09 7:30 AM
TUAL DOBO 4/12/09 6:18 PM 4/13/09 9:00 AM 4/13/09 11:48 AM 4/13/09 5:00 PM
DOBO SAUMLAKI 4/14/09 4:00 PM 4/14/09 5:54 PM 4/14/09 9:54 PM 4/15/09 9:30 AM
SAUMLAKI AMBON 4/16/09 5:24 PM 4/18/09 9:24 AM 4/18/09 9:24 PM 4/19/09 10:00 AM
AMBON MERAUKE 4/22/09 10:00 PM 4/23/09 1:18 PM 4/23/09 10:12 PM 4/24/09 3:00 PM
(Sumber: PT. Burung Laut)
Untuk data jarak yang ditempuh kapal tanker dan banyak muatan yang
dibongkar/dimuat disetiap depot tujuan dan depot asal dapat dilihat di Tabel 5.2..
JARAK
PELABUHAN BBM YANG
PELABUHAN ASAL TEMPUH
TUJUAN DIBONGKAR/MUAT (KL)
(mil)
AMPENAN TTW AMBON 414 2568.253
TTW AMBON JAYA PURA 930 2169.4
JAYA PURA SERUI 331 398.853
SERUI PERT.KASIM/SORONG 382 2542.223
PERT.KASIM/SORONG TOBELO 931 1206.618
TOBELO TERNATE 155 1335.605
TERNATE TTW AMBON 334 2594.7
TTW AMBON MERAUKE 932 2594.7
MERAUKE TTW AMBON 798 2599.549
TTW AMBON TERNATE 357 2362.665
TERNATE TOBELO 933 235.884
TOBELO TTW AMBON 437 2574.748
TTW AMBON SAUMLAKI 432 1806.419
SAUMLAKI TUAL 934 768.329
TUAL TTW AMBON 337 2600.689
TTW AMBON KAIMANA 1007 1152.613
KAIMANA FAK-FAK 935 507.816
FAK-FAK MASOHI 276 644.797
MASOHI TTW AMBON 86 2601
TTW AMBON SAUMLAKI 936 1431.212
SAUMLAKI TUAL 363 712.057
TUAL FAK-FAK 196 719.155
Tabel 5.2. Data Jarak Tempuh dan Banyak Bongkar/Muat.......(Lanjutan)
JARAK
PELABUHAN BBM YANG
PELABUHAN ASAL TEMPUH
TUJUAN DIBONGKAR/MUAT (KL)
(mil)
FAK-FAK TTW AMBON 937 2592.079
TTW AMBON Labuha 270 823.521
Labuha SORONG 265 1768.558
SORONG KILANG KASIM 938 2349.211
KILANG KASIM KAIMANA 432 1153.461
KAIMANA FAK-FAK 173 340.212
FAK-FAK BULA 115 449.429
BULA MASOHI 931 406.109
MASOHI TTW AMBON 84 2569.88
TTW AMBON MERAUKE 1237 2569.88
MERAUKE TTW AMBON 932 2597.243
TTW AMBON DOBO 783 1001.829
DOBO TUAL 124 752.088
TUAL BULA 933 843.326
BULA TTW AMBON 150 2592.978
TTW AMBON MASOHI 91 896.138
MASOHI BULA 934 328.371
BULA TUAL 236 1368.469
TUAL TTW AMBON 345 2621.321
TTW AMBON SORONG 935 1554.673
SORONG LABUHA 259 505.091
LABUHA SANANA 184 561.557
SANANA TTW AMBON 936 2613.608
TTW AMBON DOBO 460 178.403
DOBO TUAL 124 2435.205
TUAL TTW AMBON 414 2594.7
TTW AMBON MERAUKE 930 2594.7
MERAUKE TTW AMBON 931 2599.549
TTW AMBON MASOHI 155 2363.665
MASOHI LABUHA 334 235.884
LABUHA TOBELO 155 2574.748
TOBELO TTW AMBON 334 1806.419
TTW AMBON TOBELO 932 768.329
TOBELO LABUHA 798 2600.689
LABUHA NAMLEA 357 1152.613
NAMLEA TTW AMBON 933 507.816
TTW AMBON TUAL 437 644.797
TUAL DOBO 432 2601.533
DOBO SAUMLAKI 934 1431.212
SAUMLAKI TTW AMBON 337 712.057
TTW AMBON MERAUKE 1007 719.155
MERAUKE TTW AMBON 1007 2592.079
TTW AMBON LABUHA 935 823.521
Tabel 5.2. Data Jarak Tempuh dan Banyak Bongkar/Muat.......(Lanjutan)
JARAK
PELABUHAN BBM YANG
PELABUHAN ASAL TEMPUH
TUJUAN DIBONGKAR/MUAT (KL)
(mil)
LABUHA TERNATE 276 1768.558
TERNATE TOBELO 86 2592.079
TOBELO TTW AMBON 936 823.521
TTW AMBON SAUMLAKI 363 1768.558
SAUMLAKI BULA 196 2349.211
BULA MASOHI 937 1153.461
MASOHI TTW AMBON 270 340.212
TTW AMBON MERAUKE 265 2599.804
MERAUKE TTW AMBON 938 2076.295
TTW AMBON TERNATE 432 523.509
TERNATE LABUHA 173 2648.658
LABUHA TTW AMBON 96 1065.221
TTW AMBON TOBELO 489 659.246
TOBELO TERNATE 939 924.191
TERNATE KILANG KASIM 535 2554.952
KILANG KASIM LABUHA 265 2554.952
LABUHA FAK-FAK 940 2572.725
FAK-FAK KAIMANA 201 796.683
KAIMANA TTW AMBON 437 1480.516
TTW AMBON MERAUKE 967 295.526
MERAUKE TTW AMBON 933 2559.179
TTW AMBON LABUHA 270 2559.179
LABUHA TOBELO 273 2534.578
TOBELO MASOHI 934 461.441
MASOHI AMBON 414 653.074
AMBON MERAUKE 967 961.449
MERAUKE AMBON 935 458.614
AMBON SAUMLAKI 380 2498.665
SAUMLAKI DOBO 265 1055.902
DOBO TUAL 936 657.048
TUAL FAK-FAK 199 785.715
FAK-FAK AMBON 340 2615.599
AMBON TOBELO 937 2615.599
TOBELO TERNATE 184 2565.297
TERNATE LABUHA 108 601.792
LABUHA AMBON 938 753.834
AMBON MERAUKE 967 1209.671
MERAUKE AMBON 935 2531.831
AMBON FAK-FAK 939 1405.337
FAK-FAK SANANA 426 531.729
SANANA TOBELO 409 594.765
TOBELO AMBON 940 2531.831
AMBON TUAL 380 1405.337
Tabel 5.2. Data Jarak Tempuh dan Banyak Bongkar/Muat.......(Lanjutan)
JARAK
PELABUHAN BBM YANG
PELABUHAN ASAL TEMPUH
TUJUAN DIBONGKAR/MUAT (KL)
(mil)
TUAL DOBO 124 531.729
DOBO SAUMLAKI 941 594.765
SAUMLAKI AMBON 367 2556.887
AMBON MERAUKE 967 2556.887
(Sumber: PT. Burung Laut)
Data jarak antar pelabuhan baik antar depot tujuan dan depot asal diperlukan
untuk menentukan jarak yang optimal bagi kapal tanker MT.Citra Bintang, untuk
daya tampung setiap depot tujuan. Kapasitas tangki untuk setiap depot tujuan dapat
Kebutuhan BBM
PORT Perbulan (KL)
Merauke 2588,46
Saumlaki 1036,73
Tual 1207,32
Dobo 610,02
Fak-Fak 547,81
Namlea 463,14
Labuha 852,53
Ternate 1320,07
Tobelo 1116,77
Kaimana 1076,76
Wayame 558,88
Masohi 569,27
Sanana] 657,70
(Sumber: PT. Burung Laut)
5.1.3. Spesifikasi Kapal Tanker MT. Citra Bintang
Spesifikasi kapal yang dipergunakan untuk mengangkut BBM, dilihat dibawah ini:
Daftar harga untuk setiap harga setiap layanan jasa kapal untuk berlabuh
diperlukan untuk menentukan biaya keseluruhan kapal ketika berlabuh. Pada Tabel 5.5.
dituliskan berdasarkan spesifikasi kapal tanker MT. Citra Bintang, untuk daftar
Berdasarkan data yang ada, hari kalender yang tersedia pada tahun 2009 adalah
365 hari. Dalam operasionalnya, jumlah hari kerja efektif yang dapat dimaksimalkan
kapal tanker MT. Citra Bintang adalah 341 hari kerja, dimana untuk perawatan kapal
5.1.6. Laporan Proyeksi Laba Rugi Kapal Tanker MT. Citra Bintang
Laporan proyeksi laba rugi kapal tanker MT. Citra Bintang dengan metode time
charter yang dibuat dalam jangka bulanan, dan tahunan mulai dari tahun I sampai tahun
Struktur sistem yang dibuat adalah struktur sistem yang berperan dalam
dalam perusahaan jadi menggambarkan input, proses dan output dari setiap kegiatan
tersebut. Struktur sistem ini berguna untuk menjelaskan dan mengidentifikasi sistem
yang akan dibangun dalam perusahaan. Bentuk sistem yang ada di PT.Burung Laut
Struktur sistem terdiri dari bagian internal dan eksternal, bagian eksternal dari
perusahaan adalah masyarakat yang merupakan pihak yang secara tidak langsung
migrasi, perkembangan ekonomi dan sosial budaya yang mempengaruhi daya beli dan
Tabel 5.6. Laporan Proyeksi Laba Rugi Kapal Tanker MT. Citra Bintang
Diskripsi
Bulanan Tahun I Tahun II Tahun III tahun IV Tahun V
A. PENDAPATAN 496800000 596100000 596100000 596100000 596100000 596100000
B. BIAYA TETAP
1) Gaji Crew 51177750 614133000 614133000 614133000 614133000 614133000
2) Uang Makan Crew 12750000 153000000 153000000 153000000 153000000 153000000
3) Docking (IS +SS) 62500000 750000000 750000000 750000000 750000000 750000000
4) Perawatan 10000000 120000000 120000000 120000000 120000000 120000000
5) Survey 2083333.33 24999999.96 24999999.96 24999999.96 24999999.96 24999999.96
6) Sertifikasi 1250000 15000000 15000000 15000000 15000000 15000000
7) Asuransi (Hull & Machinery) 6500000 78000000 78000000 78000000 78000000 78000000
8) Asuransi (Protect & Indemnity) 35500000 426000000 426000000 426000000 426000000 426000000
9) Asuransi Crew 1500000 18000000 18000000 18000000 18000000 18000000
10) Penyusutan 100000000 1200000000 1200000000 1200000000 1200000000 1200000000
JUMLAH [B] 283261083.3 3399133000 3399133000 3399133000 3399133000 3399133000
C. BIAYA VARIABEL
1) Bahan Bakar Minyak
2) Minyak Pelumas 12000000 144000000 144000000 144000000 144000000 144000000
3) Air Tawar 2000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000
4) Pelabuhan
5) Bongkar Muat 5961600 71539200 71539200 71539200 71539200 71539200
6) Pajak Penghasilan (Pph 25) 15000000 180000000 180000000 180000000 180000000 180000000
7) Entertainment 34961600 419539200 419539200 419539200 419539200 419539200
JUMLAH [C] 34961600 419539200 419539200 419539200 419539200 419539200
D. BIAYA TETAP + VAR [B + C] 318222683.3 3818672200 3818672200 3818672200 3818672200 3818672200
E. BIAYA OPS. PERUSAHAAN 10750000 129000000 129000000 129000000 129000000 129000000
F. ANG. BANK [POKOK + BUNGA] 137489583.3 2003875000 2003875000 2003875000 2003875000 2003875000
G. TOTA; BIAYA [D+E+F] 466462266.7 5951547200 5951547200 5951547200 5951547200 5951547200
H. LABA/RUGI [A-G] 30337733.34 10052800.04 10052800.04 10052800.04 10052800.04 10052800.04
(Sumber: PT. Burung Laut)
Masyarakat &
Konsumen
- Populasi
Sistem Pendukung
- Migrasi
Sarana Transportasi
- Tingkat Ekonomi
di Laut
- Sosial Budaya
BBM yang
BBM diangkut dengan terdistribusi
Order dari kapal Tanker MT.Citra sesuai dengan
Depot Tujuan Bintang kebutuhan depot
(PT. Pertamina) - BBM dimuat tujuan
- BBM diangkut
- BBM dibongkar
Pemerintah
-Peraturan & Perundang-
Lingkungan undangan
- Lokasi -Kebijakan pasar
- Cuaca & iklim - Sarana & Prasana Pelabuhan
pemerintah yang secara tidak langsung merupakan pembuat keputusan dan ketetapan
oleh lokasi, iklim dan cuaca yang mempengaruhi perjalanan dan pelayaran kapal, dan
aspek keempat yang berada di luar sistem perusahaan adalah sarana transportasi yang
ada di pelabuhan yaitu pihak-pihak yang terkait dengan tempat bongkar muat kapal.
Untuk internal perusahaan, terdapat input untuk proses produksi perusahaan adalah
order yang diterima dari pihak depot yang kemudian dalamproses transformasi, setiap
order BBM akan ditransportasikan ke depot tujuan dengan awal kegiatan adalah BBM
dimuat, dtransportasikan, dan dibongkar ditempat tujuan, dan output pun didapatkan
dengan sampainya BBM di depot tujuan Batasan yang dibuat melalui garis putus-putus
bermakna bahwa pihak tersebut adalah yang berada di luar sistem internal perusahaan,
untuk memperinci dikembangkan lagi di level 1 yaitu pada bagian internal perusahaan
yang menjalin kerjasama dengan pihak perusahaan, dimana order dari pihak depot
tujuan memberikan order yang merupakan jadi rute bagi kapal tanker untuk berlayar,
dan ketika order sudah dipenuhi, hal ini menjadi output bagi pemesanan dan input untuk
pendapatan bagi perusahaan, dan menjadi alat bagi pihak penyewa untuk
mendistribusikan BBM sesuai kebutuhan untuk keterkaitan lebih lanjut dapat dilihat
B
ut PT. Burung Laut
o utp n
an na
rik sa
m be peme
Me tuk
un
A 1 C
ak gi
W Ba
tu
at ut
Memberikan Proses
Su Inp
u
tujuan pelayaran
es i
Tranportasi
os jad
BBM dengan
M
proses transportasi BBM dengan kapal tanker MT.Citra Bintang, yaitu dengan alur
pertama adalah kebutuhan pihak depot pertamina dan perjanjian dengan pertamina
pelayaran dibagi menjadi tiga bagian yaitu proses di pemasaran, proses di divisi traffic
dan container, dan proses di operasional kapal. Sebagai output dari kinerja kegiatan
adalah bahwa BBm terdistribusi sesuai keinginan pihak penyewa dan untuk pihak
perusahaan ada laporan voyage bagi pihak perusahaan kondisi ini dapat dilihat pada
Gambar 5.3.
i
ass ut,
orm gk PT. Burung
inf dian data B ut
n
ka n g an l utp
eri ya n d pa Laporan a n o nan Laut
e mb uatan ayara ar ka k
eri es
a
M lah dia
Voyage Kapal
em m ng
u
Pemasaran 1.1 dat W da utp
an y .1
Memberikan k a
eri es
fo
mb pem C
rm aka
ak gi
tujuan
Me tuk W Ba
as n
tu
i
pelayaran bagi n
at ut
u
Proses di
Su Inp
kapal tanker
u
es i
ses emb
Pihak Depot Tujuan uai ag
den ikan
(PT. Pertamina) Perjanjian gan mu BBM
an n
2
Proses di
tus ga
D
pu an
an ses ndis
an ert
ik
eb usik
am jad
Pertamina) Tujuaner u a
tuj tuha n BB
ng en
M
ua n d M
n ep
ot Pihak
Pe
E
Penyewa
Kemudian dari 3 bagian departemen yang telah dirinci pada level-1, dijelaskan
pertama adalah pada departemen penjualan/pemasaran, pada bagian ini yang merupakan
kegiatan proses di pemasaran adalah ruang lingkup pelanggan yaitu, mengurus segala
sesuatunya yang berhubungan dengan pelanggan utama, untuk setiap masalah yang
kecenderungan muatan yang dibawa oleh kapal, artinya muatan apa saja yang kira-kira
mempunyai peluang besar di pasar dan memikirkan untuk melihat peluang membawa
muatan pada saat kapal kembali ke depot asal,sebagai output dari kegiatan divisi ini
perbandingan berapa yang mampu diangkut oleh kapal,dan kapal pelayaran, output
selanjutnya adalah market share yaitu pembagian pasar dengan pihak pelayaran
lain,laporan kekuatan pesaing dan tingkat freight yang kompetitif dengan pihak
pelayaran lain. untuk keseluruhan proses dapat dilihat pada Gambar 5.4.
tujuan
pelayaran dan pelayaran lain C.1.1.1 Me tuk
tu
uW B
pelayaran bagi n
at ut
u
Su i Inp
kapal tanker
Market Share C.1.1.2
os jad
Proses di
Pr en
pemasaran
M
proses kegiatan pada bagian divisi traffic & Container yang dirinci secara terstruktur
kemudian output dari divisi ini adalah surat perintah berlayar untuk nahkoda,
monitoring dan pengaturan perjalanan kapal agar sesuai dengan rencana produksi, dan
& Container
Pr en
Pada Level-4 yang diuraikan merupakan aliran kegiatan berdasarkan setiap proses
data pada bagian operasional atau pelaksanaan pelayaran kapal, yaitu pemberitahuan
ini adalah waktu kedatangan yang sudah dijadwalkan di pelabuhan dan kapal tanker siap
untuk beroperasi untuk keseluruhan alur dapat dilihat pada Gambar 5.6.
B ut PT. Burung
utp
a n o nan Laut
k a
eri es
Pemberitahuan kedatangan kapal mb pem
Me tuk t
kepada instansi di pelabuhan A.1.3.1 un tpu
ou n
Perencanaan, pengaturan, dan an na
Memberikan
pelaksanaan penyandaraan kapal A.1.3.2 e rik mesa
mb pe C
ak gi
tujuan Waktu kedatangan kapal di
Me tuk
W Ba
tu
pelayaran bagi pelabuhan D.1.3.1 un
at ut
Su Inp
kapal tanker
Proses di
u
es i
os jad
Operasional
Pr en
Orderan BBM dari Persiapan dan pengurusan
M
surat-surat kapal A.1.3.4 1.3 Kapal tanker siap beroperasi
Pihak Depot Tujuan D.1.3.2
(PT. Pertamina)
Pelayanan penyediaan kebutuhan D
Me
kapal seperti bunker, air, perbekalan, ses ndis
ua ribt
dan lain-lain A.1.3.5 ik
eb usik
u a
tuj tuha n BB
ua n d M
n ep
E ot Pihak
Penyewa
perusahaan pelayaran. Keseluruhan kegiatan tergabung pada level ini saling berintegrasi
untuk melaksanakan kegiatan pelayaran, untuk setiap order yang diterima oleh pihak
perusahaan yang dirinci pada setiap divisi diatas, dengan kegiatan yang dibagi
perdivisi, membuat kinerja perusahaan semakin efektif, sehingga ketika ada masalah
yang terjadi di perusahaan, dapat langsung di lihat bahwa masalah tersebut berkaitan
dengan divisi yang bersangkutan dan dapat langsung diselesaikan dengan metode yang
lebih spesifik diambil dari SEM level 3 yaitu pada divisi traffic dan container, yaitu
pada bagian memprogramkan serta menjadwalkan pelayaran, dan yang mejadi bahan
pertimbangan bagi kegiatan ini adalah laporan voyage kapal yaitu, data yang menjadi
angka statistik perjalanan kapal, yaitu waktu bongkar muat, waktu perjalanan, waktu
manuver, kebutuhan dan jarak. Keuntungan data statistik yang menjadi bahan
pertimbangan bagi pembuatan jadwal dan rute adalah, mampu mewakili keadaan kapal
pada saat pelayaran dan mampu mengakomodasi setiap gangguan yang sering terjadi
pada saat pelayaran kapal berlangsung, karena pada pengolahan ini juga akan
beroperasi. Untuk kelima variabel tadi pada gambar level dapat dikenali secara
langsung, untuk alur keseluruhan sistem internal lebih jelas dapat dilihat pada Gambar
5.7.
perusahaan pelayaran. Pada penelitian ini hanya dibahas mengenai pembuatan rute,
maka dibatasi pada variabel-variabel yang dianggap berpengaruh terhadap jalur yang
efektif, yaitu waktu bongkar muat, waktu perjalanan, waktu manuver atau bersandar,
muatan yang dibongkar atau dimuat dan jarak yang ditempuh oleh kapal tanker.
kecepatan kapal merupakan variabel yang konstan karena sudah ditetapkan bahwa
ketika kapal bermuatan kecepatannya 10 knot perjam dan pada saat kapal tidak
bermuatan (ballast) kecepatan kapal hanya 10,5 knot perjam, dan variabel kecepatan
pompa untuk bongkar muat adalah variabel yang berada diluar sistem kapal, maka
perjalanan dan waktu untuk bongkar muat, jadi pembatasan dilakukan pada variabel
yang ada pada proses divisi dan traffic pada kegiatan A.1.2.3. untuk memprogram serta
menjadwalkan pelayaran untuk gambar lebih spesifik dapat dilihat pada Gambar 5.8.
Proses Tranportasi BBM dengan Kapal
Tanker MT. Citra Bintang
Ruang Lingkup Pelanggan B.1.1.1
Kekuatan Pasar
pemilik kapal B.1.1.2
Kekuatan Pasar Muatan per pelabuhan, komodits, tujuan,
pesaingl B.1.1.2 berapa yang diangkut pelayaran dan pelayaran
lain C.1.1.1
ak gi
Waktu Memonitor pelaksanaan pola
W a
tu
u tB
BongkarMuat operasi di setiap service A.1.2.2
at pu
Su In
Memprogram serta menjadwalkan
es i
os jad
Memberikan Waktu
pelayaran A.1.2.3 Surat perintah berlayar untuk Nahkoda C.1.2.1
Pr en
tujuan pelayaran perjalanan
M
Orderan BBM dari bagi kapal tanker
Pihak Depot Tujuan Monitoring dan Pengturan Perjalanan Kapal
(PT. Pertamina) Waktu Proses di divisi agar sesuai dengan rencana produksi C.1.2.2
Jalur yang
Manuver traffic & Container Me
efektif
Memonitor ketetapan pelaksanaan 1.2 ses ndis
Pengaturan stowage ua trib
ik
kriteria performansi operasional ebu usik
a
Kebutuhan A.1.2.4 tuj tuha n BB
Memprogramkan serta ua nd M
n epo
menjadwalkan operasi container D t
A.1.2.5
Jarak Memproyeksikan dan memonitor pelaksanaan
voyage account setiap trip di setiap service
serta perhitungan keuangan pengoperasian
dengan dasar efesiensi A.1.2.6 E
Pihak Penyewa
Pemberitahuan kedatangan kapal Seb
Ke agai
kepada instansi di pelabuhan bu
tu Pen
A.1.3.1 pen han yalur
yew piha
Perencanaan, pengaturan, dan a k
pelaksanaan penyandaraan kapal Waktu kedatangan kapal di pelabuhan D.1.3.1
A.1.3.2
Proses di
Persiapan dan pengurusan surat- Operasional 1.3
surat kapal A.1.3.4 Kapal tanker siap beroperasi D.1.3.2
Gambar 5.7. Level-5 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran Kapal Tanker MT.Citra Bintang
Waktu Waktu Waktu
Jarak Kebutuhan
perjalanan BongkarMuat Manuver
efektif, maka dapat ditentukan dengan jalur SEM berdasarkan setiap tahapan-tahapan:
Pada tahap ini disusun setiap variabel yang berpengaruh terhadap penentuan jalur
pelayaran kapal, dimana variabel yang disusun adalah variabel yang dapat diukur
terhadap pelayaran kapal yaitu: waktu, jarak, daya tampung pelabuhan asal dan biaya,
tetapi dalam hal ini biaya bukan variabel yang dapat diukur oleh karena itu variabel
yang akan dianalisis tingkat hubungannya adalah waktu, jarak dan daya tamping.
Penentuan rute dengan system tramper yang dilakukan perusahaan adalah dengan
merima setiap permintaan dari depot yang paling membutuhkan, sehingga pada tahap
pertama variabel yang mempengaruhi jalur yang akan ditempuh kapal adalah
permintaan depot tujuan, dan dimana depot tujuan disini sebanyak 13 tujuan, yaitu
Merauke, dobo, tual, Namlea, Saumlaki, Labuha, Ternate, Kaimana, Fak-fak, Sanana,
Masohi, Tobelo dan depot asal hanya satu yaitu Ambon, masing-masing setiap depot ini
mempunyai jarak yang berbeda dan jumlah kebutuhan BBM yang berbeda.
Dalam melayani semua depot tujuan, kapal tanker melakukan perjalanan ke setiap
depot tujuan, tentunya ada variabel yang mempengaruhi yaitu jumlah muatan yang
dibawa oleh kapal tanker dan lama perjalanan sampai ke tempat tujuan dan kembali ke
depot asal. Dalam pengoperasian kapal, memakan waktu untuk perjalanan mulai dari
memuat BBM yang akan diangkut kemudian berangkat dari tempat asal, menuju ke
depot tujuan untuk membongkar BBM yang akan diangkut, dapat digambarkan dengan
kecepatan kapal dalam melakukan perjalanan dan kecepatan kapal ketika melakukan
bongkar muat merupakan factor yang sangat berpengaruh terhadap keefektifan produksi
kapal, untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada gambar 5.6. faktor kecepatan
yang mempengaruhi kapal, kecepatan perjalanan kapal dibagi menjadi dua bagian yaitu
lama menempuh jarak yang dilalui kapal tanker dan waktu yang diperlukan kapal untuk
konstan pada saat bermuatam telah (Laden) atau hanya bermuatan air ballast, untuk
kecepatan bongkar muat di pelabuhan depot asal maupun tujuan ditentukan oleh
banyaknya muatan yang dibongkar atau dimuat, dan kecepatan pompa yang dimiliki
setiap pompa, karena kecepatan pompa adalah variabel yang mempengaruhi kecepatan
bongkar muat adalah banyak muatan yang dibongkar dan waktu yang diperlukan untuk
patokan atau gambaran suatu system yang akan diukur tingkat interaksi variabel-
variabelnya. Untuk analisis SEM kali ini diagram jalur yang digunakan adalah diagram
jalur hasil pemetaan dengan pola level-5. Karena pada level ini sistem telah dijelaskan
dengan rinci hubungan antar variabel-variabel dalam sistem (Gambar 5.8), pada jalur ini
ditambahkan variabel eror sebagai bias pengukuran yang telah disebutkan pada langkah
sebelumnya, jalur yang sudah dibentuk dengan program AMOS dapat dilihat pada
Gambar 5.9, setiap variabel yang mempengaruhi jalur kapal dikonversi menjadi
e1 e2 e3 e4 e5
1 1 1 1 1
X2 X3 X4 X5
X1
X2 = Waktu perjalanan
X3 = Jarak
X4 = Kebutuhan
X5 = Waktu manuver
Berdasarkan dari kajian teori diatas, dirubah kedalam persamaan struktural dan
spesifikasi model pengukuran. Persamaan struktural dari diagram jalur diatas hanya
menggambarkan satu diagram laten dan 5 indikatornya sehingga persamaan dari setiap
X1 = λ1Y + e1…………………………(1)
X2 = λ2Y + e2…………………………(2)
X3 = λ3Y + e3…………………………(3)
X4 = λ4Y + e4…………………………(4)
X5 = λ5Y + e5…………………………(5)
covariance atau korelasi. Untuk analisis faktor konfirmatori kedua jenis input matriks
ini dapat digunakan. Namun demikian karena tujuannya adalah mengeksplorasi pola
saling hubungan (interrelationship), maka input matriks dalam bentuk korelasi yang
kovarian atau korelasi lebih dahulu sebagai input analisis. Untuk data yang akan diinput
Waktu bongkar muat = (4/21/08 10:48 AM – 4/17/08 1.30 PM) x 24 = 22,3 jam
Waktu bersandar ={(Comenced Load/Dish– Sbe Ship Arrived) x24 + (Bosv/Full Away –
Untuk data jarak dan kebutuhan data tidak perlu diolah dan dapat langsung dimasukkan
ke input data AMOS. Untuk keseluruhan pengolahan dapat dilihat pada Tabel 5.7.
NO X1 X2 X3 X4 X5
1 22.3 36 414.36 2568.25 12.9
2 10.4 93.3 930 2169.4 1.9
3 1.9 28.8 331.49 398.85 1.4
4 13.3 33.2 382.13 2542.22 55
5 6.9 29.9 931 1206.62 1.2
6 7.7 13.5 155.39 1335.61 8.3
7 17.9 29 333.79 2594.7 14.2
8 9.7 81 932 2594.7 36.8
9 26.5 69.3 797.64 2599.55 22.1
10 9.6 31 356.81 2363.67 8.1
11 1.7 14.3 933 235.88 1
12 18.8 38 437.38 2574.75 11.55
13 16.5 37.5 431.63 1806.42 1.58
14 6.3 21.9 934 768.33 2.8
15 4.5 29.3 337.24 2600.69 3.5
16 8.5 87.5 1007.12 1152.61 3.2
Tabel 5.7. Data Tampilan………………. (Lanjutan)
NO X1 X2 X3 X4 X5
17 5.5 19 935 507.82 5.8
18 3.5 24 276.24 644.8 12.7
19 16.7 7.5 86.33 2601.53 8.8
20 9.8 58.3 936 1431.21 11.6
21 1.8 31.5 362.57 712.06 13.4
22 4.2 17 195.67 719.16 1.3
23 11.9 29 937 2592.08 22
24 4.3 23.5 270.49 823.52 1.3
25 10.4 23 264.73 1768.56 2.6
26 11 3.2 938 2349.21 2.5
27 7.1 37.5 431.63 1153.46 9.5
28 1.4 15 172.65 340.21 0
29 7.5 10 115.1 449.43 2.8
30 1.7 24 931 406.11 7.3
31 14 7.3 84.02 2569.88 69.7
47 12.7 10.8 124.31 2435.21 7.1
48 16.4 30.9 937 2611.74 17.7
49 10.1 114 1312.14 2611.74 25.7
50 4.6 80.2 923.1 2589.97 102.3
51 1.4 7 938 323.27 1.33
52 6.1 27.6 317.68 1343.54 7.3
53 4.5 22.5 258.98 923.17 12.7
54 25 266.5 939 2616.5 24.5
55 6 42.6 490.33 1157.18 1.8
56 5.2 35.7 410.91 996.19 1.9
57 3.1 22 253.22 463.14 11.1
58 20.7 6.6 932 2601.43 158.73
59 8 32 368.32 1255.65 7.9
60 3.7 9 103.59 685.06 2.2
61 4.5 16.5 933 660.73 1.5
62 13.8 31.5 362.57 2676.87 7.5
63 11.6 82.2 946.12 2676.87 18.13
64 13.3 79.8 934 2611.69 15.9
65 2.1 23.2 267.03 460.16 6.8
66 17.4 8.5 97.84 1405.41 1.5
67 3 3.8 935 746.12 12.7
68 15.8 40.8 469.61 2620.55 8.9
69 9.1 35.5 408.6 1265.82 1.9
70 8.2 36.5 936 504.94 2.1
71 3.9 24 276.24 849.8 1.1
72 13.2 7.5 86.33 2556.34 5.6
73 8.7 108 937 2556.34 13.6
74 15.2 80.5 926.55 2531.8 4.3
75 7.2 58.5 673.34 1635.16 3
76 8.7 9.4 938 896.64 2.7
Tabel 5.7. Data Tampilan………….. (Lanjutan)
NO X1 X2 X3 X4 X5
77 17.6 8.3 95.53 2599.8 52.7
78 13.6 42.5 489.18 2076.3 2.6
79 2.1 14.9 939 523.51 25
80 11.1 46.5 535.22 2648.66 2.5
81 4.9 23 264.73 1065.22 2.3
82 4.5 32 940 659.25 6
83 4.9 17.5 201.42 924.19 10.9
84 25.6 38 437.38 2554.95 22.6
85 9.53 84 966.84 2554.95 12
86 16.8 92.8 933 2572.73 133.4
87 3.7 23.5 270.49 796.68 1.5
88 7.17 23.7 272.79 1480.52 11.4
89 1.3 45 934 295.53 10.5
90 13.1 36 414.36 2559.18 95.3
91 9.3 84 966.84 2559.18 8.3
92 12 80.9 935 2534.58 15.6
93 4 33 379.83 461.44 14.1
94 3.6 23 264.73 653.07 12.5
95 5.7 10.5 936 961.45 4.4
96 4.3 17.3 199.12 458.61 8.1
97 17.5 29.5 339.55 2498.67 12
98 8.9 42.5 937 1055.9 4.9
99 2.4 16 184.16 657.05 17.7
100 4.9 9.4 108.19 785.72 9.1
101 14.1 22.8 938 2615.6 16.9
102 9 84 966.84 2615.6 16.7
103 12.9 81.2 934.61 2565.3 17.4
104 4.1 30.5 939 601.79 13.8
105 3.7 37 425.87 753.83 2.3
106 7.4 35.5 408.6 1209.67 2.7
107 11.5 40.5 940 2531.83 23.2
108 6.2 33 379.83 1405.34 15.8
109 2.8 10.8 124.31 531.73 14.7
110 4 23 941 594.77 1.9
111 12 31.9 367.17 2556.89 40
112 8.9 84 966.84 2556.89 15.3
mengestimasi data yang sudah di input. Setelah estimasi dipilih, kemudian dapat
Setelah itu di uji normalitas datanya, untuk melihat apakah ada data yang tidak
critical ratop skewness value sebesar ± 2,58 pada tingkat signifikansi 0.001. data dapat
disimpulkan mempunyai distribusi normal jika nilai critical ratio skewness value di
bawah harga mutlak ±2.58. Dengan perhitungan manual dapat dihitung dengan rumus
∑i =1 Yi − Y
N ^
skewness =
( N − 1) s 3
^
dimana Yi adalah setiap data variabel dan Y adalah rata-rata dari setiap data, dan N
^
(22.3 + 10.4 + 1.9 + ... + 12 + 8.9)
Y= = 9,43
112
kurtosis = = i =1
= 21,426
( N − 1) s 4 (112 − 1)(7,95) 3
Untuk nilai critical rasio dapat diperoleh untuk skewness dan kurtosis dapat dihitung
dengan rumus:
Menghitung standar error dari skewness:
6 6
s.e = = =0,231
N 112
24 24
s.e = = = 0.463
N 112
Sebuah distribusi dikatakan normal jika data tidak miring ke kiri atau ke kanan
(disebut simetris dengan nilai skweness adalah 0), serta mempunyai keruncingan yang
ideal (angka kurtosis yang negatif atau positif. Karena itu, yang akan diuji adalah
seberapa miring atau seberapa runcing sebuah distribusi, sehingga masih dapat dianggap
angka Z. Angka tersebut didapat dengan melihat tabel z. pada umumnya digunakan
tingkat kepercayaan 99%. Pada tingkat kepercayaan tersebut, tingkat signifikansi adalah
100%-99% = 1%, dan angka Z adalah ± 2,58. Dengan demikian sebuah distribusi
dikatakan normal jika angka cr skweness atau angka cr kurtosis ada di antara -2,58
sampai +2,58. namun jika angka-angka tersebut ada di bawah -2,58 atau diatas +2,58
distribusi dapat dikatakan tidak normal, dari seluruh nilai cr skweness atau angka cr
kurtosis dapat diperhatikan bahwa ada beberapa nilai diatas 2,58 oleh karena itu
diperhatikan kembali apakah ada sebaran data yang outlier atau tidak. atau dengan
menguji chi squarenya yang didapatkan dengan bantuan program excel, dengan rumus
angka probabilitas 0.001 yaitu tingkat signifikansi penelitian dan angka 5 yang
dahulu ditunjukkan output observations furthest from the centroid dari program AMOS
kemudian dihilangkan setiap data yang outlier, untuk perhitungan manual dapat dilihat:
= p<X<p
=Z<X<Z
− −
x−x x−x 9,43 − 70,696 9,43 − 70,696
= <x< = <x< = 0.102<X<0,948
σ σ 7,95 7,95
Nilai p adalah nilai probabilitas, yaitu jarak antara tingkat signifikansi dengan
probabilitas dari data terhadap chi-square. Untuk keseluruhan data dapat dilihat pada
Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) (Group
number 1)
Angka-angka pada tabel di atas menunjukkan seberapa jauh jarak sebuah data
dari titik pusat tertentu; jarak tersebut diukur dengan metode Mahalanobis. Semakin
jauh jarak sebuah data dengan titik pusat (centroid), semakin ada kemungkinan data
masuk dalam kategori outlier, atau data yang sangat berbeda dengan data lainnya.
Perhatikan data pada tabel yang menunjukkan urutan besar Mahalanobis Distance, dari
0,05. pada data diatas, angka diurutkan mulai dari nomor data yang mempunyai jarak
terbesar. Dari 112 data, data nomor 37, 54, 58, 86 dapat dianggap data outlier, karena
pada kolom p1 dan p2 mempunyai nilai yang kurang dari 0,05. sehingga data urutan ke
5 dan seterusnya mempunyai angka p2 yang sudah diatas 0,05, sehingga dapat dianggap
bukan outlier, sampai pada uji normalitas yang ketiga masih didapatkan data outlier,
dan setelah diuji sampai uji normalitas ke 4, kemudian didapatkan data yang tidak
terdapat outliernya, Dan data observasi pada uji yang keempat dapat dilihat di tabel
5.10.
− −
x−x x−x 9,43 − 20,581 9,43 − 20,581
= <x< = <x< = 0.001<X<0,094
σ σ 4,9 4,9
Nilai p adalah nilai probabilitas, yaitu jarak antara tingkat signifikansi dengan
probabilitas dari data terhadap chi-square. Untuk keseluruhan data dapat dilihat pada
Tabel 5.10.
Dari tabel diatas, dapat diperhatikan nilai p1 dan p2 berada diatas 0,001 sehingga
tidak perlu dilakukan penghapusan data outlier lagi, dan data sudah dianggap
ingin mengetahui sampai seberapa jauh model yang “fit” atau cocok dengan data. Jika
“misfit” dalam model hal ini dapat dilihat dari (a) kelayakan dari parameter estimate, (b)
kesesuaian nilai standard errors, dan (c) signifikansi statistik dari parameter estimasi.
(a). Kelayakan Parameter Estimate
Langkah awal dalam menilai fit terhadap parameter individu dalam model
memberikan tanda (besaran sign and size) yang benar dan konsisten dengan teori yang
ada. Jika ada nilai estimasi yang tidak memenuhi criteria ini menunjukkan indikasi
bahwa model mungkin salah satu atau matrix input tidak cukup memberikan informasi.
Beberapa indikasi ini dapat dilihat jika ada nilai korelasi>1.00, nilai varian negatif dan
matrik kovarian atau korelasi tidak definit positif (not definite positive) yang secara
dimana 5 adalah jumlah variabel manifes pada model diatas dan 12 adalah jumlah
identifikasi model, semua sampel yang ditampilkan disajikan dalam bentuk matriks
antar variabel, nilai ini juga menyajkan hubungan kovarians antara variabel yang satu
dengan yang lain, dengan contoh seperti dibawah ini, antara waktu perjalanan dengan
waktu bersandar atau waktu manuver, pada tabel 5.8. disajikan dengan nilai 686.789,
artinya nilai estimasi antara kedua variabel adalah sebesar 686.789. demikian juga untuk
X2 X5 X4 X3 X1
X2 686.789
X5 78.143 64.737
X4 12059.049 2881.045 763361.130
Tabel 5.11. Sample Covariances………(Lanjutan)
X2 X5 X4 X3 X1
X3 5203.414 652.001 64586.460 116936.432
X1 35.871 7.867 3527.894 146.716 27.236
penilaian sebuah model, dengan mendapatkan selisih antara kovarians sampel dengan
sebuah model, semakin kecil angka kovarians residual yang didapat menandakan model
X2 X5 X4 X3 X1
X2 686.789
X5 78.143 64.737
X4 12059.041 2881.042 763361.128
X3 5203.414 652.001 64586.396 116936.432
X1 55.731 13.315 3527.893 298.488 27.236
Contoh penafsiran angka pada nilai-nilai tabel diatas dapat ditunjukkan sebagai berikut:
keseluruhan nilai dari kovarians residual dari seluruh variabel terdapat pada Tabel 5.13
Tabel 5.13 .Residual Covariances (Group number 1 - Default model)
X2 X5 X4 X3 X1
X2 .000
X5 .000 .000
X4 .008 .002 .002
X3 .000 .000 .064 .000
X1 -19.860 -5.448 .001 -151.772 .000
Pada tahap ini, model dapat dievaluasi dengan menggunakan beberapa uji yaitu,
absolute fit indices, incremental fit indices, parsimony fit indices, nilai-nilai ini hanya
Nilai chi-square yang tinggi relatif terhadap degree of freedom menunjukkan bahwa
matrik kovarian atau korelasi yang diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara
nyata dan ini menghasilkan probabilitas (p) lebih kecil akan menghasilkan nilai
probabilitas (p) yang lebih besar dari tingkat signifikansi (α) dan ini menunjukkan
bahwa input matrik kovarian antara prediksi dengan observasi sesuangguhnya tidak
berbeda secara signikan. Dalam hal ini peneliti harus mencari nilai chi-square yang
tidak signifikan karena mengharapkan bahwa model yang diusulkan cocok atau fit
Dengan membandingkan nilai hitung dan nilai tabel, dimana X2 tabel dengan
dengan membandingkan dengan nilai X2 hitung, 2,231 < 7,81 dan angka probabilitas
pada output AMOS sebesar 0,526 dan bila dibandingkan 0,526> 0,5, dapat disimpulkan
dari seluruh perbandingan bahwa hipotesa awal diterima. Dengan demikian didapatkan
a. CMIN/DF
chisquare 45,268
CMIN/DF= = =9,054
df 5
Angka CMIN menunjukkan angka 45,268, nilai default modelnya berada antara 0,000
dan nilai 204,377. Angka ini menunjukkan bahwa model ini adalah model yang baik
karena angka yang CMIN yang dimiliki oleh default model berada diantara saturated
Alat uji GFI memungkinkan pengaruh jumlah sampel menjadi kurang sensitif dalam
proses pengambilan keputusan Untuk perhitungan manual dapat dihitung dengan rumus
^
F
GFI= 1 − ^
= 1 -0,126 =0,874
Fb
Nilai GFI yang tinggi menunjukkan fit yang lebih GFI menunjukkan angka 0,874,
mendekati angka 1, angka ini menyatakan bahwa model sudah cukup baik untuk hasil
sering disebut dengan null model. Null model merupakan model realistic dimana model-
a. AGFI
db
AGFI=1-(1-GFI) = 1 –(1- 0,874)= 0,622
d
nilai AGFI diatas adalah 0,622, angka ini mendekati angka 1, menyatakan bahwa
model ini sudah cukup baik untuk hasil dari amos dapat dilihat pada tabel 5.16
Tucker-Lewis Index atau dikenal dengan nonormed fit index. Ukuran ini
dan null model dan nilai TLI berkisar dari 0 sampai 1,0. Nilai TLI pada tabel 5.17 nilai
c. NFI
Normed Fit Index merupakan ukuran perbandingan antara proposed model dan
null model. Nilai NFI dari model ini adalah 0,779, yang menyatakan bahwa model ini
cukup baik.
NFI TLI
Model
Delta1 rho2
Default model .779 .586
Saturated model 1.000
Independence model .000 .000
Kelompok pengujian ini membandingkan model yang komples dengan model sederhana
(parsimoni atau ringkas). Karena itu, alat ukur sebenarnya tidak efektif untuk mengukur
model tunggal (single model), namun akan efektif untuk membandingkan dua
model,yang terdiri dari model kompleks dan model yang lebih sederhana.
Alat ukur yang termasuk dalam kategori adalah PRATIO (Parsimony Ratio), PNFI dan
PCFI, di mana:
pengukuran setiap konstruk untuk menilai uni dimensionalitas dann reliabilitas dari
ditunjukkan ketika indicator suatu kontruk memiliki acceptable fit satu single factor
reliability dan variance extracted untuk setiap konstruk. Reliability adalah ukuran
dapat dilihat pada perhitungan dibawah, dan untuk nilai standard loadingnya dapat
Estimate
X2 <--- Y .527
X1 <--- Y .774
X3 <--- Y .216
X4 <--- Y 1.000
X5 <--- Y .297
X5 <--- X2 .214
(3.028) 2
Re liabitas konstruk = = 0.70
(3.028) 2 + 3,942534
artinya bahwa 60,56%, model yang ada mampu menjelaskan keadaan yang sebenarnya
e4 e5
e1 e2 e3
Untuk diagram diatas ini, diagram jalur perlu untuk dimodifikasi karena ada
nilai Heywood case , artinya ada nilai eror yang negative. Ini menunjukkan model
tersebut perlu dimodifikasi.yaitu pada e4 sebesar dimana nilainya Tetapi diagram ini
sudah dapat dinilai.jadi dilanjutkan ke tahap selanjutnya untuk tahap ke 7 yaitu sebesar -
177905.499, sehingga untuk model yang fit harus dimodifikasi kembali, untuk
modifikasi indikasi diambil dari output AMOS. Untuk penjelasan dari model diatas
modifikasi yang diusulkan oleh program AMOS untuk menurunkan nilai chi square,
yang berguna untuk membuat model lebih fit, penurunan chi square yang dihasilkan
dari 45,3 menjadi 10,969 dengan demikian model lebih fit lagi, untuk diagram jalur
.56
e1 e2 e3 e5
e4
.28 .05 .20
.60 .21
X3 1.00
X2 X5
X1
X4
Angka pada diagram diatas menunjukkan factor loading setiap indikator terhadap
konstruk. Angka 0,77 menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara indikator jarak
dengan jalur yang efektif. Angka 0,53 menunjukkan bahwa variabel kebutuhan
memberikan pengaruh sebesar 0,53 kepada jalur yang efektif, artinya dengan variabel
kebutuhan dapat menjelaskan konstruk jalur yang efektif, sementara untuk angka 0,22
menunjukkan hubungan yang biasa dengan jalur yang biasa dengan jalur yang efektif.
Hal ini menunjukkan bahwa hubungan lama waktu manuver dengan jalur yang efektif,
adalah tetap, keadaan waktu maneuver yang hanya sedikit berfluktuasi dianggap tetap
pada pembuatan jalur yang efektif pada kapal, sementara untuk hubungan waktu
bersandar (X4) dengan jalur yang efektif menunjukkan hubungannya mutlak yaitu
berada pada angka 1. Untuk nilai waktu bongkar muat (X5) memberikan pengaruh
yang kuat antara variabel tersebut dengan jalur yang efektif pada angka 0,30. jadi dapat
dilihat bahwa:
- Variabel yang dominan diatas adalah X1, X2, X5, dengan angka pengaruh diatas
0,53
nilai bias antara e2 dan e3, antara e3 dan e5, hal ini artinya bahwa ada nilai
bias tersebut.
angka statistik diatas yaitu bahwa variabel yang dapat dioptimalkan untuk
meningkatkan efektifitas pelayaran kapal adalah waktu bongkar muat, waktu perjalanan,
banyak muatan yang dibongkar, dan jarak. Sementara untuk waktu manuver, pengaruh
waktu untuk manuver digolongkan rendah karena dari pengolahan seluruh data didapati
bahwa waktu untuk manuver cukup kecil dan konstan. Untuk mendapatkan rute yang
efektif dapat disusun kembali rute yang baru yang disusun berdasarkan data kebutuhan
model jalur yang efektif dipengaruhi oleh variabel waktu perjalanan, waktu bongkar
muat, waktu manuver, jarak dan banyak muatan yang dibongkar. Untuk menentukan
penjadwalan sistem liner, maka terlebih dahulu dicari kemampuan produktivitas kapal
Waktu kerja efektif untuk tahun 2010, adalah 340 hari, hal ini sudah tidak
termasuk untuk maintanance kapal, sampai docking yaitu perawatan kapal dengan
meletakkan kapal di galangan. Untuk mendapatkan nilai perjam maka hari kerja efektif
Untuk kecepatan kapal tanker pada keadaan kapal ballast (kosong), kecepatan kapal
didapatkan sebesar 10 knot,dan pada keadaan laden (berisi), kecepatan kapal sebesar
10,5 knot, jadi dengan konversi ke mil/jam maka didapatkan jarak yang dapat ditempuh
Jarak yang dapat ditempuh selama kerja efektif dapat dihitung dengan rumus:
Dengan demikian Jarak tempuh kapal ketika bermuatan dapat dihitung dengan:
Dengan demikian Jarak tempuh kapal ketika bermuatan dapat dihitung dengan:
Maka untuk mendapatkan kemampuan produksi kapal untuk setiap depot dapat
diperhitungkan melalui jarak dan kebutuhan setiap depot perbulan. Dengan cluster-
Kebutuhan perbulan :
- Fak-fak : 547,8058 KL
- Kaimana : 1076,755 KL
- Masohi : 569,2725 KL
3. Klaster III : Ambon – Saumlaki – Tual – Dobo - Ambon
Total jarak yang ditempuh = 335 + 190 + 110 + 453 = 1088 mil
Kebutuhan perbulan :
- Saumlaki: 1036,731KL
- Tual : 1207,323KL
- Dobo : 610,0182 KL
Kebutuhan perbulan :
- Ternate : 1320,065 KL
- Tobelo : 1116,773 KL
Total jarak yang ditempuh = 87 + 185 + 224 + 149 + 186 = 831 mil
- Namlea : 463,136 KL
- Labuha : 852,5286 KL
- Wayame : 558,8777 KL
- Sanana : 657,6955KL
Untuk kecepatan pompa, diambil rata-rata yaitu dengan nilai 177.925 KL/jam, untuk
keseluruhan waktu, dapat diperhitungkan melalui kecepatan kapal, jarak dan kecepatan
pompa seperti yang sudah dimodelkan diatas: waktu manuver dimasukkan ke waktu
penyaluran minyak hal ini diakibatkan karena apabila pelayaran sudah terjadwal maka
diasumsikan tidak ada lagi waktu menunggu, karena kapal langsung dapat mendarat dan
membongkar muatan.
Untuk klaster I:
Untuk klaster V:
= (645 mil / 10 knot ) + (2532.238 KL/177.925 KL/jam) + (186 mil / 10,5 knot )
Muatan yang
Klaster Rute Lama Perjalanan
diangkut
Klaster I Ambon – Merauke - Ambon 2588,46 KL 7,6 hari
Ambon – Fak-fak –
Klaster II 2193,833 KL 3.91 hari
Kaimana – Masohi - Ambon
Ambon – Saumlaki – Tual –
Klaster III 2854,071 KL 5,11 hari
Dobo – Ambon
Ambon – Ternate- Tobelo-
Klaster IV 2436,838 KL 4,29 hari
Ambon
4,02 hari
Ambon – Namlea- Labuha – 2532.238 KL
Klaster V
Wayame – Sanana – Ambon
24,93 hari
Total Perjalanan
Dari rute dan jumlah lama perjalanan, dapat dilihat bahwa kebutuhan depot terpenuhi
seluruhnya dalam sekali sebulan. Selanjutnya yang dapat dilakukan adalah menghitung
ongkos muatan/liter/ mil, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung
idling detention cost nya (I) yang dipengaruhi oleh total biaya selama di pelabuhan,
it = lama berlabuh
dalam pelayaran, waktu/lamanya berlayar, jumlah muatan yang diangkut dan jarak yang
ditempuh:
mc x mt
T2 =
CxD
I
TC = T2 +
D
13984.4612
TC = 8669.59 + = Rp. 8,67 L/ mil
5351
Dari perhitungan diatas dapat dibandingkan antara dua metode operasi, antara
Berikut adalah metode time charter, dimana pihak kapal menerima uang sewa
sebesar $1400/hari untuk penyewaan kapal tanker dari pihak Pertamina dengan
akumulasi seluruh pendapatan dan pengeluaran perbulan. Dengan setiap biaya variabel
perjalanan kapal ditanggung oleh Pertamina sebagai pihak penyewa yaitu biaya
pelabuhan dan biaya bahan bakar kapal Untuk seluruh rinciannya dapat dilihat pada
Tabel 5.23.
Tabel 5.23. Laporan Proyeksi Laba Rugi PerbulanDengan Metode Time Charter
Pada metode freight dimana pertamina membayar ongkos muatan perjarak yang
ditempuh oleh kapal tanker yaitu berdasarkan cluster yang dimiliki oleh rute kapal,dapat
ditentukan biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan dan pendapatan yang akan
diterima oleh pihak perusahaan karena pelayaran yang akan dilakukan oleh kapal sudah
pada metode freight dimana pertamina membayar ongkos muatan per jarak yang
ditempuh oleh kapal tanker yaitu berdasarkan kluster yang dimiliki oleh rute kapal,
dapat ditentukan biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan dan pendapatan yang
akan diterima oleh pihak perusahaan karena pelayaran yang akan dilakukan oleh kapal
perhitungan berikut:
- di darat 5 hari
Total hari operasi : 25 hari = Jumlah muatan (muat = bongkar) 2600 × 8 = 20800 KL
Dipakai MFO = 4,5 ton perhari dengan harga Rp.7000 per liter dan MDF = ton perhari
Biaya tetap dapat dilihat dilaporan keuangan time charter, jumlahnya sama, karena
perbedaan biaya antara time charter dan metode freight hanya pada biaya bahan bakar
Tabel 5.24. Laporan Proyeksi Laba Rugi Perbulan Dengan Metode Freight
Bulanan (dalam
Diskripsi Rupiah)
A. Pendapatan 109.200.000.000
B. Biaya Tetap
1) Gaji Crew 51.177.750
2) Uang Makan Crew 12.750.000
3) Docking (IS +SS) 62.500.000
4) Perawatan 10.000.000
5) Survey 2.083.333
6) Sertifikasi 1.250.000
7) Asuransi (Hull & Machinery) 6.500.000
8) Asuransi (Protect & Indemnity) 35.500.000
9) Asuransi Crew 1.500.000
10) Penyusutan 100.000.000
Jumlah [B] 283.261.083
C. Biaya Variabel
1) Bahan Bakar Minyak 1.338.7500.000
2) Minyak Pelumas 12.000.000
3) Air Tawar 2.000.000
4) Pelabuhan 466.462.266
5) Bongkar Muat 5.961.600
6) Pajak Penghasilan (Pph 25) 15.000.000
7) Entertainment 1.500.000
Jumlah [C] 13.890.423.866
D. Biaya Tetap + Var [B + C] 318.222.683
E. Biaya Ops. Perusahaan 10.750.000
F. Ang. Bank [Pokok + Bunga] 137.489.583
G. Total Biaya [D+E+F] 466462266.7
H. Laba/Rugi [A-G] 94878075
5.2.5. Membandingkan Metode Time Charter dengan Metode Freight
yang menghasilkan keuntungan yang lebih besar dari sistem sebelumnya. Untuk
perbandingan melalui metode time charter dan metode freight dapat dilihat pada Tabel
5.25.
lebih besar didapatkan dari metode freight, dimana setiap uang tambang yang
dikenakan, berdasarkan kesepakatan para pemilik pelayaran, yaitu Rp. 5700.000,- /kl.
Sehingga setiap muatan yang mungkin dibawa oleh kapal tanker akan dikenai ongkos
sebesar diatas. Selain itu perbandingan untuk metode freight, karena tidak terikat
dengan perusahaan lain untuk mengangkut muatan lain, ketika pada perjalanan pulang
membuktikan bahwa metode operasi yang paling tepat adalah metode uang tambang
(freight).
BAB VI
kecepatan , jarak dan waktu kecepatan kapal dibagi menjadi dua bagian yaitu kecepatan
kapal saat berlayar dan kecepatan kapal ketika bongkar muat. Kedua kecepatan ini
sangat mempengaruhi efesiensi waktu kapal, tetapi dalam hal ini kecepatan kapal
diusahakan selalu konstan yaitu pada saat kapal bermuatan, kecepatan kapal diatur
hanya sampai 10 knot perjam, hal ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan kapal
yang bermuatan cairan yaitu BBM cair, sedangkan pada saat kapal tidak bermuatan
kecepatan kapal menjadi 10,5 knot, untuk menjaga keseimbangan kapal yang tidak terisi
BBM lagi, kapal diisi dengan air ballast agar mampu menambah bobot kapal didalam
air. Kecepatan kapal ini dampak lain selain agar keseimbangan kapal terjaga, hal ini
juga menghindari pemakaian bahan bakar kapal yang berbanding lurus dengan
kecepatan habisnya bahan bakar cair. Untuk kecepatan bongkar muat, dipengaruhi oleh
kecepatan pompa penyalur BBM dan waktu yang diperlukan untuk mengeluarkan
muatan yang diperlukan. Kecepatan pompa merupakan faktor yang berada di luar sistem
kapal, dimana pompa berasal dari pihak pabean yaitu pihak pertamina yang bertugas
untuk menyediakan pompa dan seluruh fasilitas untuk menyalurkan BBM. Untuk jarak,
berbeda, jarak juga merupakan salah satu variabel yang sangat berpengaruh kepada
perjalanan kapal, yaitu jarak yang ditempuh kapal pada saat mendistribusikan BBM dan
kembali ke depot asal untuk memuat BBM. Jarak yang ditempuh kapal tidak selalu
konstan, tetapi bervariatif sesuai dengan kondisi perjalanan kapal. Untuk variabel waktu
pelayaran kapal, dipengaruhi oleh waktu perjalanan pergi, perjalanan pulang dan waktu
untuk manuver, waktu bongkar muat dan waktu untuk manuver. Variabel diatas ini
adalah aspek yang diteliti untuk menentukan model berdasarkan angka yang didapati
untuk data dari setiap variabel, selain hal ini di tentukan pula adanya variabel eror, yang
dimaksudkan untuk mewakili variabel yang tidak tercakup didalam penelitian ini dan
Pada tahap ini model yang dibangun adalah variabel- variabel berubah yang
yang mengacu kapal untuk melakukan perjalanan, yaitu berdasarkan variabel yang
mendasari rute yang akan dilalui kapal, yaitu ketika permintaan dari depot tujuan di
terima, maka akan menyertai juga setiap waktu yang diperlukan untuk memuat dan
membongkar, untuk perjalanan, manuver atau bersandar, untuk jarak yang ditempuh
Diagram yang dihasilkan pada level ini diambil dari diagram level 5 yaitu bagian
operasional kapal yang mendasari waktu penjadwalan kapal, yaitu waktu bongkar muat,
waktu perjalanan, waktu manuver, muatan yang dibongkar muat dan jarak, kelima
variabel ini disebut indikator dan variabel latennya adalah jarak yang efektif,
dimaksudkan bahwa yang menjadi indikator dari jalur yang efektif adalah kelima
variabel tersebut
sehingga hanya menspesifikkan model pengukuran saja. Yaitu jalur yang efektif yang
disimbolkan dengan Y sebagai variabel laten dan indikator waktu bongkar muat X1,
waktu perjalanan X2, waktu manuver X3, kebutuhan X4 dan jarak X5, dengan
menyertakan pada setiap indikator satu eror sebagai bias dari setiap pengukuran pada
jalur yang efektif, yaitu e1, e2, e3, e4 dan e5 yaitu dengan rumus berikut:
X1 = λ1Y + e1…………………………(1)
X2 = λ2Y + e2…………………………(2)
X3 = λ3Y + e3…………………………(3)
X4 = λ4Y + e4…………………………(4)
X5 = λ5Y + e5…………………………(5)
Matriks yang dimasukkan merupakan data voyage yang sudah diolah menjadi satu
jam untuk data waktu. Untuk data jarak dan kebutuhan tidak perlu diolah langsung
menjadi data input. Estimasi yang dipilih adalah estimasi maximum likehood, dimana
estimasi ini dimaksudkan untuk mengestimasi data yang berkisar antara 100 sampai 200
data, untuk menghasilkan data normalitas yang selektif dengan tingkat signifikansi
0,001, sehingga outlier yang ada tidak terlalu banyak. Apabila menggunakan estimasi
lain seperti GLS (General Least Squared), akan menghasilkan data normalitas yang
kurang selektif.
Derajat kebebasan yang diperoleh dari model ini adalah 5, yang diperoleh dari nilai
hasil , untuk penilaian data yang outlier yaitu data yang didapatkan dari hasil penilaian
dengan program AMOS, didapatkan outlier sebanyak 11 data sehingga sisa data yang
normal adalah 101 data, hal ini diakibatkan oleh nilai data yang terlalu besar sehingga
Untuk menguji model yang terbentuk ada beberapa parameter, untuk seluruh parameter
Dari analisis SEM yang dilakukan, dimodelkan 1 variabel laten dengan jalur yang
efektif sebagai variabel latennya dan sebagai indikator ada 5 buah, yaitu waktu bongkar
muat, jarak, banyak yang dibongkar muat, waktu perjalanan, waktu manuver. Setiap
indikator ini diberikan satu nilai eror sebagai bias dari setiap pengukuran. Dan hal ini
juga menyatakan ada indikator lain yaitu variabel eror yang menjadi bias dari
pengukuran ini. Dan diberikan juga modifikasi indikasi untuk menurunkan nilai chi
square, karena semakin kecil nilai chi square suatu model maka akan semakin baik
model tersebut. Diberikan nilai chi square 10,969 dengan derajat kebebasan 3, untuk
model yang dimodifikasi. Angka pada model menunjukkan factor loading setiap
- Variabel jarak dengan jalur yang efektif yaitu mendapatkan angka 0,77
- variabel kebutuhan memberikan pengaruh sebesar 0,53 kepada jalur yang efektif
menjelaskan konstruk jalur yang efektif, sementara untuk angka 0,22 menunjukkan
hubungan yang biasa dengan jalur yang biasa dengan jalur yang efektif.
- Hubungan lama waktu maneuver dengan jalur yang efektif, adalah tetap, keadaan
waktu maneuver yang hanya sedikit berfluktuasi dianggap tetap pada pembuatan
jalur yang efektif pada kapal, sementara untuk hubungan waktu bersandar (X4)
dengan jalur yang efektif menunjukkan hubungannya mutlak yaitu berada pada
angka 1.
- Untuk nilai waktu bongkar muat (X5) memberikan pengaruh yang kuat antara
Kelebihan dari metode SEM ini adalah, bahwa model ini mampu menjelaskan suatu
variabel yang disebut sebagai variabel laten yang mampu diketahui setiap indikator
yang berpengaruh terhadap variabel tersebut, hal ini sangat baik untuk penyusunan
suatu model yang tidak dapat dijelaskan dengan angka, karena indikator tersebutlah
yang menjelaskan keberadaan variabel laten tersebut. Baik pengaruh yang sangat kuat
maupun pengaruh yang biasa bahkan yang tidak ada pengaruhnya., seperti membuat
model jalur yang efektif dengan membuat indikatornya adalah jarak, banyak muatan
yang dibongkar, waktu perjalanan, waktu bongkar muat, dan waktu manuver , sehingga
Kekurangan dari metode SEM ini, hanya mampu memunculkan angka pengaruh
yang konstan pada sejumlah data tertentu yaitu dengan data 100 sampai 200 data yaitu
dengan maximum likehood, sementara dengan data yang lebih besar dari angka 200 data
maka harus menggunakan estimasi yang berbeda, karena akan menghasilkan nilai
Untuk memodelkan rute ini, sangat perlu diperhatikan untuk setiap data yang
diluar normalitas data, sehingga mampu mewakili model yang sebenarnya di lapangan.
Metode ini dapat terus dipakai, meskipun ada penambahan indikator maupun variabel
laten yang lain, karena akan memberikan pertimbangan yang sangat baik untuk
menyusun suatu rute maupun sistem apapun yang didalamnya ada komponen yang
sangat mempengaruhi model ini adalah jarak, waktu untuk perjalanan, waktu untuk
bongkar muat dan banyaknya muatan yang dibongkar. Sementara untuk waktu manuver
bukan variabel berubah dari model jalur yang efektif. Sehingga dengan pertimbangan
ini, perlu diambil jarak yang paling dekat, waktu perjalanan yang lebih cepat yang
dipengaruhi oleh kecepatan berlayar kapal, baik keadaan kapal laden maupun ballast,
banyak minyak yang dibongkar muat, sebenarnya hal ini sangat dipengaruhi oleh
kecepatan pompa di pelabuhan, sehingga dipikirkan untuk menggunakan lebih dari satu
pompa penghisap, dan kecepatan bongkar muat kapal yaitu kegiatan yang berhubungan
Penentuan jalur atau rute yang baru bagi kapal tanker, disesuaikan dengan hasil
pemodelan diatas dimana setiap rute, variabel berubah penentunya adalah jarak, waktu
perjalanan, waktu bongkarmuat, waktu manuver dan banyak BBM yang dibongkar
muat. Pembatasnya adalah kapasitas kapal, kebutuhan tiap depot tujuan. Didapatkan 5
kluster untuk rute penghantaran tiap bulannya yaitu seperti pada Tabel 6.2. dengan
K A 2 5,
la m 8 1
st b 5 1
er o 4, ha
II n 0 ri
I – 7
S 1
au K
m L
la
ki
–
T
ua
l
–
D
o
b
o
–
A
m
b
o
n
1. Time Charter
Pada metode ini, yang menjadi keuntungan adalah, pihak perusahaan akan tetap
menerima uang sewa time charter, meskipun waktu untuk melakukan tertunda. Pihak
perusahaan hanya menyediakan seluruh operasional kapal kecuali untuk biaya bahan
bakar dan pelabuhan. Pelayanan yang terlambat di pelabuhan dan tidak terlayaninya
depot-depot yang lain tidak mempengaruhi uang sewa yang diterima oleh pihak
perusahaan, dengan kata lain meskipun produktivitas waktu pelayaran sangat rendah
tidak akan mempengaruhi pendapatan perusahaan. Kelemahan pada metode ini adalah
Pertamina, untuk keuntungan yang diraih dari metode ini adalah sebesar
Rp.30.337.733,-.
2. Metode Freight
semakin besar dan seiring dengan keadaan ini, uang tambang yang dikenakan pada
setiap muatan pun telah ditetapkan oleh komite pelayaran sehingga mempunyai
ketetapan untuk pendapatan yang akan diraup oleh pihak perusahaan, meskipun dalam
hal ini, pihak perusahaanlah yang akan menanggung biaya variabel bahan bakar kapal
dan biaya pelabuhan. Kelemahan dari metode ini adalah bahwa pihak kapal
kerugian apabila kapal terlambat memenuhi jadwal yang sudah ditentukan oleh pihak
yang mengadakan kerjasama dengan pihak perusahaan, sehingga resiko yang harus
diambil pihak perusahaan jauh lebih tinggi, untuk pendapatan yang didapatkan dengan
Untuk perbandingan sistem operasi kapal ditentukan dengan metode freight dan
metode time charter. Dalam hal ini untuk mendapatkan keuntungan lebih, sebaiknya
pemilik kapal menerapkan sistem freight yaitu mengenakan ongkos kepada setiap
muatan yang diangkut oleh kapal. Keuntungan dari time charter adalah seandainya ada
kelambatan dari pihak lain, selain dari pihak penyewa, pihak pemilik tetap mendapat
uang sewa perhari, sementara kalau sistem freight, pemilik kapal wajib
untuk pemilik kapal. Tetapi berdasarkan penggunaan keefektifan kapal, metode freight
sangat memungkinkan, untuk perbandingan dari metode diatas dapat dilihat pada Tabel
6.3.
lebih besar didapatkan dari metode freight, dimana setiap uang tambang yang
dikenakan, berdasarkan kesepakatan para pemilik pelayaran, yaitu Rp. 5700.000,- /kl.
Sehingga setiap muatan yang mungkin dibawa oleh kapal tanker akan dikenai ongkos
sebesar diatas. Selain itu perbandingan untuk metode freight, karena tidak terikat
dengan perusahaan lain untuk mengangkut muatan lain, ketika pada perjalanan pulang
membuktikan bahwa metode operasi yang paling tepat adalah metode uang tambang
(freight).
BAB VII
7.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data dan membahas hasil yang
diperoleh untuk memcahkan permasalahan yang terjadi pada penentuan rute yang
efektif pada PT. Burung Laut, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Variabel yang berpengaruh terhadap jalur operasional kapal adalah waktu
bongkarmuat, waktu perjalanan, dan kebutuhan setiap depot paling dominan karena
berdasarkan nilai pengaruh diatas 0,53. sementara untuk nilai pengaruh waktu manuver
menyusun rute
- Klaster I rute perjalanan yaitu Ambon – Merauke – Ambon, muatan yang diangkut
- Klaster III rute perjalanan yaitu Ambon – Saumlaki – Tual – Dobo – Ambon,
- Klaster IV rute perjalanan yaitu Ambon – Ternate- Tobelo- Ambon, muatan yang
Ambon, muatan yang diangkut 2532.238 KL dan lama perjalanan 4,02 hari.
3. Biaya yang optimal didapatkan dari seluruh biaya perbulan dari operasional kapal
yaitu sebesar Rp.466.462.266. perbulan dengan seluruh kebutuhan untuk bahan bakar
dan uang pelabuhan ditanggung oleh PT. Pertamina, sedangkan untuk biaya
4. Untuk nilai biaya kapal perjarak tempuh didapatkan sebesar Rp. 8,67 L/ mil, yaitu
charter adalah metode uang tambang yaitu dengan selisih keuntungan sebesar
pendistribusian BBM ditanggung sepenuhnya oleh pihak perusahaan, hal ini beresiko
peluang untuk perusahaan pelayaran lain untuk menggeser kerja sama dengan pihak
6. Dari keseluruhan sistem yang ada pada manajemen perkapalan dengan metode SEM
maka didapatkan untuk pembuatan rute yang paling berpengaruh banyak muatan
yang dibongkar atau dimuat yang ditempuh didapatkan nilai pengaruhnya adalah
mutlak, untuk waktu bongkar muat didapatkan pengaruhnya sangat kuat, untuk
waktu perjalanan nilai pengaruhnya kuat, untuk jarak mendapatkan nilai pengaruh
cukup kuat, sementara untuk waktu manuver didapatkan nilai pengaruh yang lemah
dapat dirumuskan dengan perumusan angka pengaruh dari SEM adalah: Y = 0,77 X1
7. Untuk data waktu manuver yang mempunyai pengaruh lemah, artinya keberadaan
kapal ketika bersandar atau manuver tidak dapat memberikan pengaruh terhadap
keefektifan jalur kapal yang dibentuk, namun untuk pelayaran hal ini harus tetap
8. Dari seluruh penyelesaian SEM, didapatkan bahwa variabel yang sangat berpengaruh
dibongkar muat dan jarak yang ditempuh, sehingga untuk menentukan keefektifan
1. Bagi penelitian selanjutnya, variabel lainnya hendak diselidiki lebih lanjut, agar
model yang dibentuk lebih mewakili keadaan sebenarnya, yaitu agar nilai pengaruh
2. Perlu dipikirkan untuk membuat data yang lebih besar untuk melihat kecenderungan
mengenakan ongkos ke setiap muatan yang diangkut kapal, karena hal ini akan
3. Dapat dipikirkan untuk menjalin kerja sama dengan pihak lain selain Pertamina, agar
4. Bagi pihak perusahaan , dipikirkan untuk melakukan perjalanan dengan sistem liner,
sehingga delay time pada waktu bongkar muat akan berkurang karena sudah
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali, Imam, Model Persamaan Sstruktural AMOS Ver. 5.0, Universitas Diponegoro,
2004
Imam, Kamirul, , Analisa Model Persamaan Struktural (SEM), Bahan Kuliah Analisis
Multivariat Program MM - PPS UNEJ, Jakarta. 2006
Santoso, Singgih, Structural Equation Modeling Konsep dan Aplikasi dengan AMOS,
Jakarta, PT. elex Media Komputindo, 2007
Sarwono, Jonathan, 2006, Analisa Jalur Untuk Riset Bisnis dengan SPSS, Penerbit
ANDI, Yogyakarta.
Suyono, R.P Shipping Pengakutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut, (Cet,
Jakarta 2003).
Richa, Agarwal Ergun Ozlem, Ship Scheduling and Network Design for Cargo
Routing in Liner Shipping, Schoo, infoms@isye.gatech.edu,
oerung@isye.gatech.edu
Threatte, Kermit dan C. Graves, Stephen, Tactical Shipping and Scheduling at Polaroid
with Dual Lead-Times, sgraves@mit.edu