Anda di halaman 1dari 166

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI BBM UNTUK MENENTUKAN

JALUR YANG OPTIMAL DAN BIAYA YANG OPTIMUM


DENGAN METODE STRUCTURAL EQUATION MODELING
DI PT. BURUNG LAUT

TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

DORKAS TARULI MANURUNG


NIM : 060423016

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI


DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

No. Dok.: FM-TS-01-06C; Tgl. Efektif : 1 Februari 2007; Rev : 0; Halaman : 1 dari 1

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Baik atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir

ini. Tugas Akhir merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh

mahasiswa Teknik Industri untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.

Penulis melaksanakan Tugas Akhir di PT. Burung Laut yang bergerak di bidang

jasa transportasi air, yaitu jasa pengangkutan BBM untuk memenuhi kebutuhan

distribusi PT.Pertamina, Ambon. Tugas Akhir ini berjudul “Penentuan Rute Distribusi

BBM untuk menentukan jalur yang optimal dan biaya yang optimum dengan metode

Structural Equation Modeling di PT. Burung Laut”, karena dalam hal ini penulis

menganggap ini sebagai sudut pandang keilmuan Teknik Industri dalam menyelesaikan

permasalahan transportasi oleh perusahaan transportir PT. Burung Laut, Medan.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun

administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas

Sumatera Utara.

2. Kepada Dosen Pembimbing I Bapak Ir.Nazaruddin, MT, yang telah meluangkan

waktu dan memberikan bimbingan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis

tentang keilmuan Teknik Industri dan tentang penelitian yang penulis lakukan.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
3. Kepada Dosen Pembimbing II Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, yang juga telah

meluangkan waktu dan memberikan bimbingan ilmu yang sangat bermanfaat bagi

penulis tentang keilmuan Teknik Industri dan tentang penelitian yang penulis

lakukan.

4. Kepada seluruh staf dan karyawan jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik,

Universitas Sumatera Utara, B.Bowo, K.Dina, B.Tumijo, B.Ani, B.Nurman yang

telah membantu penulis dalam pengurusan kegiatan akademis yang diperlukan

dalam penyusunan Tugas Sarjana ini.

5. Bapak Suriadin Noernikmat, S.T. selaku Direktur Utama PT. Burung Laut yang

telah bersedia mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian ulang di Perusahaan

yang Bapak pimpin.

6. Kedua orang tua penulis (R. Manurung dan B. br. Siallagan) dan saudara-saudara

penulis yang telah mendukung penulis dalam doa, dana dan semangat. Semoga

harapan dan cita-cita kita semua terwujud dengan doa, kerja keras dan kerjasama.

7. Teman-teman di Teknik Industri yang memberi semangat, Inspirasi, dan penguatan,

terkhusus untuk Aini, K.martha, Aulia, B.Hendrik, Raja, Rizki, Charles, B.Darma ,

Yanti, Desri dan yang lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu,

semoga kita menjadi orang yang sukses dalam mencapai semua impian.

8. Saudara dan teman dekat penulis, terkhusus untuk Retno, Riska, Loren, dan Patar,

Deni, B.sahala, Yeyen, Anwar, Desi, Pukka, Ronal, Indra, Ayu, Unggul, B.Feri,

Vero., untuk kebersamaan, sukacita, kasih dan doa yang menyertai, .

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan,

penulis selalu terbuka untuk saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua

pihak untuk kesempurnaan tulisan ini kedepan.

Medan, November 2009

Penulis.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
ABSTRAK
PT. Burung Laut adalah badan usaha swasta yang bergerak dibidang jasa
transportasi pengangkut minyak. Sistem operasi yang dipakai di perusahaan ini adalah
tramper, dan untuk metode keuangannya adalah uang sewa kapal. Tujuan umum
penelitian ini adalah untuk penentuan faktor-faktor yang menentukan kapasitas operasi
kapal dalam mendistribusikan BBM dan pemanfaatan kapasitas operasi kapal menjadi
optimal. Penentuan rute distribusi melalui pendekatan SEM dan penentuan biaya
optimum, dan penjadwalan rute kapal dengan sistem liner. Setiap tujuan pelayaran
kapal sudah dijadwalkan dan dikonfirmasi ke pihak pelabuhan, sehingga ketika kapal
sampai di tempat tujuan, langsung mendapatkan pelayanan dari pihak pelabuhan. Untuk
metode keuangan diterapkan dengan sistem uang tambang, yaitu ongkos dikenakan
pada muatan diangkut oleh kapal.Untuk nilai pengaruh yang dihasilkan setiap indikator
yang tertinggi adalah variabel waktu untuk bongkar muat yaitu sebesar 0,77, dan
terendah pada variabel waktu manuver yaitu sebesar 0,12. Untuk perbandingan sistem
operasi yang dibandingkan adalah sebesar Rp.64.540.342, yang merupakan selisih
keuntungan yang diperoleh untuk metode time charter dengan freight

Keyword: SEM, liner, biaya sewa berdasarkan time charter, metode uang tambang.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

ABSTRAK .................................................................................................. iv

DAFTAR ISI ............................................................................................... v

DAFTAR TABEL........................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ I-1

1.1. Latar Belakang Permasalahan ................................................ I-1

1.2. Rumusan Permasalahan ......................................................... I-4

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... I-4

1.3.1. Tujuan Umum .............................................................. I-4

1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................. I-5

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi-Asumsi .................................... I-5

1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ........................................ I-6

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ...................................... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ................................................................ II-1

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha................................................ II-3

2.3. Lokasi Perusahaan ................................................................. II-4

2.4. Daerah Operasional................................................................ II-5

2.5. Organisasi dan Manajemen .................................................... II-6

2.5.1. Struktur Organisasi........................................................ II-6

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
DAFTAR ISI (Lanjutan)

Halaman

2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ........................ II-7

2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ............................. II-9

2.5.3.1. Tenaga Kerja .................................................... II-9

2.5.3.2. Jam Kerja ......................................................... II-10

2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnnya.................... II-11

2.5.4.1. Sistem Pengupahan ........................................... II-11

2.5.4.2. Fasilitas Tenaga Kerja ...................................... II-11

BAB III LANDASAN TEORI ................................................................... III-1

3.1. Transportasi ........................................................................... III-1

3.1.1. Pengertian Transportasi ................................................ III-1

3.1.2. Kapal ........................................................................... III-4

3.1.3. Menetapkan Jadwal Pelayaran (Scheduling) ................. III-6

3.1.4. Konsep Biaya ............................................................... III-7

3.1.4. Sistem Operasi Kapal .................................................... III-12

3.2. Structural Equation Modeling (SEM) .................................... III-20

3.2.1. Sejarah SEM dan Pengertian ........................................ III-20

3.2.2. Prinsip-prinsip Dasar ..................................................... III-21

3.2.3. Konsep dan Istilah ........................................................ III-23

3.2.4. Model Analisis Jalur..................................................... III-25

3.2.4.1. Model Regresi Berganda .................................. III-26

3.2.4.2. Model Mediasi ................................................. III-26

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
DAFTAR ISI (Lanjutan)

Halaman

3.2.4.3. Model Kombinasi Regresi dengan Mediasi ....... III-26

3.2.4.4. Model Kompleks ............................................. III-27

3.2.4..5. Model Rekursif dan Non Rekursif .................... III-28

3.3.5. Persamaan Jalur SEM................................................... III-29

2.3.5.1. Persamaan Satu Jalur ....................................... III-29

2.3.5.2. Persamaan Dua Jalur ........................................ III-29

2.3.5.3. Persamaan Tiga Jalur ....................................... III-30

3.3.6. Langkah-Langkah SEM................................................ III-31

3.3.8. Skala Guttman............................................................... III-38

BAB IV METODOLOGI ......................................................................... IV-1

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. IV-1

4.2. Lokasi Penelitian ................................................................. IV-1

4.3. Objek Penelitian................................................................... IV-1

4.4. Subjek Penelitian ................................................................. IV-1

4.5. Studi Pendahuluan ............................................................... IV-3

4.6. Studi Pustaka ....................................................................... IV-3

4.7. Identifikasi Variabel Penelitian ............................................ IV-4

4.8. Pengumpulan Data ............................................................... IV-4

4.9. Pengolahan Data .................................................................. IV-6

4.10. Analisa Pemecahan Masalah .............................................. IV-8

4.11. Kesimpulan dan Saran........................................................ IV-9

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
DAFTAR ISI (Lanjutan)

Halaman

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA...................... V-1

5.1. Pengumpulan Data .............................................................. V-1

5.1.1. Data Voyage Kapal Tanker ........................................ V-1

5.1.2. Data Jarak Antar Pelabuhan dan Kapasitas

Pelabuhan .................................................................. V-3

5.1.3. Spesifikasi Kapal Tanker MT. Citra Bintang ............. V-10

5.1.4. Daftar Harga Untuk Pelabuhan .................................. V-10

5.1.5. Hari Kerja Efektif Tahun 2010 .................................. V-11

5.1.6. Laporan Proyeksi Laba Rugi Kapal Tanker

MT. Citra Bintang ..................................................... V-11

5.2. Pengolahan Data ................................................................. V-13

5.2.1. Penentuan Variabel-Variabel yang Berpengaruh

Kepada Operasional Kapal ........................................ V-13

5.2.2. Analisis Dengan SEM ............................................... V-23

5.2.2.1. Pengembangan Model Berbasis Teori ........... V-25

5.2.2.2. Mengkontruksi Diagram Jalur untuk

Menunjukkan Hubungan Kausalitas ............. V-23

5.2.2.3. Konversi Diagram Jalur kedalam

Serangkaian Persamaan Struktural dan

Spesifikasi Model Pengukuran ..................... V-24

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
DAFTAR ISI (Lanjutan)

Halaman

5.2.2.4. Memilih Input Matriks dan

Mendapatkan Model Estimate ...................... V-25

5.2.2.5. Menilai Problem Identifikasi ......................... V-29

5.2.2.6. Mengevaluasi model dengan kriteria

Goodness of Fit............................................ V-39

5.2.2.7. Interpretasi dan Memodifikasi Model............ V-47

5.2.3. Penentuan Jalur/ Rute ............................................... V-49

5.2.4. Metode Operasi ......................................................... V-55

5.2.4.1. Metode Time Charter ................................... V-55

5.2.4.2. Metode Freight .......................................... V-56

5.2.4. Membandingkan Metode Time Charter dengan

Metode Freight ......................................................... V-58

BAB VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH ....................................... VI-1

6.1. Analisa Pemecahan Masalah Penentuan Variabel-

Variabel yang Berpengaruh Kepada Operasional Kapal ........ VI-1

6.2. Analisis Dengan SEM ............................................................ VI-2

6.3. Penentuan Jalur/Rute ............................................................ VI-7

6.4. Sistem Operasi Kapal............................................................. VI-8

6.5. Membandingkan Metode Time Charter dengan

Metode Freight ....................................................................... V-9

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
DAFTAR ISI (Lanjutan)

Halaman

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... VII-1

7.1. Kesimpulan............................................................................ VII-1

7.2. Saran ..................................................................................... VII-3

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN PENELITIAN

LAMPIRAN BERKAS

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1. Jumlah Tenaga Kerja PT. Burung Laut ............................................ II-9

2.2. Jam Kerja Darat............................................................................... II-10

2.3. Jam Kerja Laut ................................................................................ II-10

3.1. Pembagian Biaya Pada Sistem Time Charter ................................... III-17

3.2. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ............................................. III-39

4.1. Beberapa Bentuk Matrik Dalam Analisa SEM ................................. IV-8

5.1. Data Vovage Kapal Tanker MT. Citra Bintang................................. V-1

5.2. Data Jarak Tempuh dan Banyak Bongkar/Muat BBM Kapal

Tanker MT. Citra Bintang ................................................................ V-4

5.3. Data Jarak Antar Pelabuhan ............................................................. V-7

5.4. Permintaan BBM Setiap Depot Tujuan ............................................ V-10

5.5. Informasi Tarif Kapal Dalam Negeri ............................................... V-11

5.6. Laporan Proyeksi Laba Rugi Kapal Tanker MT. Citra Bintang ........ V-12

5.7. Data Tampilan Untuk Pengolahan AMOS ....................................... V-26

5.8. Assesment of normality................................................................... V-30

5.9. Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance)

(Group number 1) ............................................................................ V-32

5.10. Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance)

(Group number 1) ............................................................................ V-35

5.11. Sample Covariances (Group number 1) ......................................... V-40

5.12. Implied Covariances (Group number 1)) ....................................... V-40

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
DAFTAR TABEL (Lanjutan)

Tabel Halaman

5.13. Residual Covariances (Group number 1 - Default model) .............. V-41

5.14. Hasil CMIN ................................................................................... V-42

5.15. Hasil GFI....................................................................................... V-43

5.16. Hasil GFI, AGFI............................................................................ V-43

5.17. Hasil Baseline Comparisons .......................................................... V-44

5.18. Parsimony-Adjusted Measures ...................................................... V-45

5.19. Standardized Regression Weights: (Group number 1 –

Default model)............................................................................. V-45

5.20. Hubungan antar Variabel Model Awal ......................................... V-47

5.21. Hubungan antar Variabel Model Modifikasi ................................ V-48

5.22. Jadwal Keseluruhan ..................................................................... V-54

5.23. Laporan Proyeksi Laba Rugi PerbulanDengan Metode

Time Charter .............................................................................. V-56

5.24. Laporan Proyeksi Laba Rugi Perbulan Dengan Metode Freight ... V-58

5.25. Laporan Perbandingan Metode Time Charter Dengan

Metode Freight ........................................................................... V-59

5.26. Laporan Proyeksi Laba Rugi Perbulan Dengan Metode

Time Charter .............................................................................. V-5

6.1. Parameter Model ........................................ VI-4

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
DAFTAR TABEL (Lanjutan)

Tabel Halaman

6.2. Jadwal Keseluruhan ........................................................................ VI-7

6.3. Laporan Perbandingan Metode Time Charter Dengan

Metode Freight............................................................................... V-10

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1. Model Analisis Jalur SEM ............................................................... III-23

3.2. Bentuk Model Regresi Berganda ..................................................... III-26

3.3. Bentuk Model Mediasi .................................................................... III-26

3.4. Model Kombinasi Pertama dan Kedua ............................................. III-27

3.5. Bentuk Model Kompleks ................................................................ III-27

3.6. Bentuk Model Rekursif dan non Rekursif ........................................ III-28

3.7. Bentuk Model Persamaan Satu Jalur Dalam SEM ............................ III-29

3.8. Bentuk Model Persamaan Dua Jalur Dalam SEM ............................ III-30

3.9. Bentuk Model Persamaan Tiga Jalur Dalam SEM ........................... III-31

3.10. Flowchart Tahapan Analisa SEM .................................................. III-36

4.1. Block Diagram Prosedur Penelitian ................................................. IV-2

4.2. Block Diagram Pengolahan Data ..................................................... IV-6

5.1. Bentuk Struktur Dasar Sistem Kegiatan Perusahaan

PT. Burung Laut .............................................................................. V-13

5.2. Level-0 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran Kapal Tanker

MT.Citra Bintang ............................................................................. V-15

5.3. Level-1 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran Kapal Tanker

MT.Citra Bintang ............................................................................. V-16

5.4. Level-2 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran Kapal Tanker

MT.Citra Bintang ............................................................................. V-17

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

Tabel Halaman

5.5. Level-3 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran Kapal Tanker

MT.Citra Bintang ............................................................................. V-18

5.6. Level-4 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran Kapal Tanker

MT.Citra Bintang ............................................................................. V-18

5.7. Level-5 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran Kapal Tanker

MT.Citra Bintang ............................................................................. V-20

5.8. Variabel Penentu Rute Kapal ........................................................... V-21

5.9. Diagram Jalur Variabel Kapal ......................................................... V-24

5.10. Diagram Jalur Model Awal ........................................................... V-46

5.11. Diagram Jalur Model Modifikasi ................................................... V-47

5.12. Diagram Jalur Model Modifikasi ................................................... V-47

5.13 Peta Rute Berdasarkan Cluster Arah ............................................... V-51

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak pulau yang terhubung oleh

perairan laut, oleh karena itu sebagai penghubung antara salah satu pulau dengan yang

lain hanya ada dua alternatif untuk sarana transportasi yaitu dengan angkutan laut dan

udara. Angkutan udara membutuhkan biaya yang sangat besar serta jumlah muatan yang

dapat diangkut lebih sedikit dibandingkan dengan angkutan laut. Oleh karena itu potensi

angkutan laut sangat besar mengingat semakin majunya laju pertumbuhan ekonomi dan

industri belakangan ini.

PT. Burung Laut merupakan salah satu perusahaan pelayaran yang memanfaatkan

angkutan laut ini, dengan salah satu armadanya yaitu kapal tanker MT.Citra Bintang,

PT. Burung Laut memberdayakan kapal ini sebagai sarana pengangkut BBM dari

beberapa pulau yang terletak di provinsi Maluku dengan menyewakannya kepada pihak

PT. Pertamina Cabang Ambon dengan kontrak $1400 perhari.

Dalam pengoperasian kapal tanker ini, ketika pengantaran muatan ke masing-

masing depot tujuan sering terjadi waktu menunggu di pelabuhan untuk menunggu

dibongkar muat, karena sebelumnya tidak ada penjadwalan pelayaran kapal terlebih

dahulu, sehingga pada pihak pelabuhan tidak menyediakan tempat tersendiri untuk

pelabuhan kapal dan langsung dibongkar muat. Masalah yang lain adalah ketika dalam

perjalanan pulang, kapal yang sudah dicarter ini tidak membawa muatan, kecuali air

ballast untuk menjaga keseimbangan kapal, ini juga menunjukkan indikasi kalau

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
penggunaan ruang muat kapal kurang efektif, karena sebelumnya pihak pertamina sudah

melakukan perjanjian time charter dengan pihak kapal, sehingga pihak kapal tidak dapat

mengelola sendiri muatan lain yang dapat dibawa oleh kapal tanker ketika perjalanan

pulang ke depot asal. Pihak PT. Pertamina sendiri dalam mendistribusikan BBM yaitu

depot asal berasal dari Ambon, sementara depot tujuan ada sebanyak 13 tujuan yaitu

Dobo, Tual, Wayame, Masohi, Merauke, Saumlaki, Fakfak, Kaimana, Sanana, Tobelo,

Namlea, Ternate, Labuha. Kapal ini dioperasikan dengan sistem tramper dimana kapal

ini bergerak tanpa penjadwalan terlebih dahulu yaitu dengan melayani tujuan pelayaran

adalah depot yang membutuhkan BBM yang paling dominan, hal ini juga

mengakibatkan seringnya kekosongan stock BBM di beberapa depot tujuan.

Sebagai contoh pada kasus lain yang berkaitan dengan rute ini adalah masalah pada

perusahaan pelayaran yang lain yaitu diberikan sejumlah permintaan untuk diangkut dan

sejumlah pelabuhan, pengangkut menginginkan untuk merancang rute pelayanan untuk

kapal-kapal seefesien mungkin, dengan menggunakan fasilitas yang tersedia, sehingga

memikirkan keuntungan dari rute pelayanan yang terjadwal tergantung kepada jalur

yang dipilih untuk mengoperasikan kapal. Pada kasus ini dilakukan dengan beberapa

metode yaitu dengan model yang terintegrasi, program integer linier programing

campuran, untuk menyelesaikan masalah penjadwalan pelayaran dan rute kargo secara

bersamaan. Ditujukan kepada konstrain yang relevan dengan model yang berkaitan,

seperti konstrain jadwal pelayaran dengan frekuensi mingguan dan kecenderungan yang

penting, seperti pelayaran kargo antar dua atau lebih rute pelayanan. Untuk

menyelesaikan program integer campuran, ditujukan algoritma yang mengekspoitasi

permasalahan. Untuk lebih spesifik, heuristik gredy, yaitu sebuah algoritma dan phase

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
kedua yaitu dekomposisi bender yang didasarkan pada algoritma yang dikembangkan

dan dihitung keefesiennanya dalam skala kualitas solusi dan perhitungan waktu telah

dirundingkan sebelumnya. Iterasi yang efesien ditujukan untuk membangkitkan

penjadwalan yang baik untuk pelayaran. Perhitungan komputasi dibuat dengan simulasi

bilangan secara random untuk 20 pelabuhan dan 100 kapal. Hasilnya adalah

mengindikasikan utilisasi persentase yang tinggi dari kapasitas kapal dan jumlah yang

signifikan dari solusi akhir. 1

1.2. Rumusan Permasalahan

Pokok permasalahan yang terjadi di PT. Burung Laut adalah:

- Pengaturan jalur atau trayek pelayaran kapal sehingga pengoperasian kapal baik dari

segi waktu dan penggunaan muatan kapal menjadi lebih baik.

- Sistem operasi kapal, apakah pengelolaan dengan metode time charter yaitu yang

pendapatannya hanya berupa uang sewa dari pihak Pertamina, atau uang tambang

yang pendapatannya berasal dari pengenaan ongkos ke per satuan muatan yang

diangkut oleh kapal yang lebih menghasilkan keuntungan yang lebih besar.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan

khusus, yaitu:

1
Agarwal Richa, Ergun Ozlem, Ship Scheduling and Network Design for Cargo Routing in Liner
Shipping, Schoo, infoms@isye.gatech.edu, oerung@isye.gatech.edu

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk penentuan faktor-faktor yang

menentukan kapasitas operasi kapal dalam mendistribusikan BBM dan pemanfaatan

kapasitas operasi kapal menjadi optimal.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Mendapatkan variabel yang berpengaruh terhadap jalur operasional kapal

2. Mendapatkan jalur yang optimal dari distribusi BBM

3. Mendapatkan biaya optimal dari metode pengenaan ongkos ke setiap muatan

4. Mendapatkan biaya kapal MT. Citra Bintang perjarak tempuh

5. Mendapatkan pilihan yang terbaik dari perbandingan metode uang tambang dengan

metode time charter

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi-Asumsi

1. Metode analisis yang digunakan adalah Structural Equation Modeling

2. Penelitian hanya dilakukan pada armada Tanker MT. Citra Bintang yang melayani

pengangkutan BBM dari PT. Pertamina ke 13 tujuan distribusi minyak Ambon

sekitarnya

3. Pemetaan jalur yang dimodelkan hanya antara port Ambon dan 13 tujuan yang

diinginkan, tanpa melihat kemungkinan daerah distribusi yang lain

4. Data biaya yang terkumpul dianggap mewakili setiap biaya operasional kapal

tanker

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
5. Data yang dikumpulkan untuk data distribusi kapal MT. Citra Bintang pada Maret

2008–Maret 2009

6. Faktor cuaca tidak mempengaruhi lama perjalanan kapal

7. Gangguan-gangguan pada saat pelayaran dan bongkar muat diabaikan

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Kondisi pelayaran armada Tanker dianggap tidak terganggu oleh kondisi cuaca

pelayaran

2. Keadaan perlengkapan serta mesin kapal dalam keadaan baik .

3. Data sekunder yang didapatkan dari perusahaan dianggap mewakili setiap

kebutuhan data waktu dan data biaya yang dibutuhkan dalam penelitian.

1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai

berikut :

JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

RINGKASAN

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
BAB I PENDAHULUAN

Merupakan pendahuluan yang membahas mengenai latar belakang,

rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah

dan asumsi-asumsi yang dibutuhkan serta sistematika penulisan laporan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini menguraikan sejarah perusahaan tempat meneliti, ruang lingkup

usaha, lokasi perusahaan, daerah operasional, struktur organisasi dan

manajemen yang merincikan fungsi-fungsi di dalam perusahaan.

BAB III LANDASAN TEORI

Merupakan landasan teori yang membahas mengenai transportasi,

perkapalan khususnya kapal tanker dan manajemennya, serta metode

pendekatan yang dipakai yaitu mengenai analisa jalur sehingga dapat

digunakan sebagai acuan pemecahan masalah.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Merupakan langkah-langkah penelitian sebagai rangka berpikir pemecahan

masalah yang digunakan sehingga didapatkan tahapan yang teratur dan

berkesinambungan

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Berisikan data-data yang diperlukan untuk penelitian dan kemudian data

tersebut diolah sehingga didapatkan penyelesaian masalah berdasarkan

pendekatan metode yang dilakukan

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Berisikan analisis terhadap pengolahan data yang dilakukan sehingga

didapat uraian-uraian analisis terhadap permasalahan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan poin-poin penting yang didapat dari setiap analisis yang

dilakukan dengan menyimpulkan sesuai dengan tujuan penelitian, dan

saran-saran yang dapat diusulkan kepada pihak perusahaan berkenaan

dengan topik yang dibahas dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Burung Laut diberi kepercayaan oleh pabrik semen PT. SAI (Semen

Andalas Indonesia) yang merupakan salah satu PMA (Penanaman Modal Asing) di

Banda Aceh untuk menjadi agen umum pelayaran (shipping general agent) yang

bertugas untuk mengurus izin kedatangan dan keberangkatan (inward & outward

clearance) kapal-kapal asing yang disewa oleh PT. SAI untuk mengangkut dan

mendistribusikan semen curah ke beberapa pelabuhan di Indonesia. Disamping itu, PT.

Burung Laut juga ditunjuk oleh PT. SAI sebagai transportir laut untuk mengangkut

BBM HSD (High Speed Diesel) keperluan operasional pabrik dengan menggunakan

kapal tanker MT. Bumeugah (Kapasitas 5.000 KL) milik perusahaan lain mitra PT.

Burung Laut.

Perusahaan pelayaran PT. Burung Laut disingkat PT. Burung Laut dibeli dan

diambil alih kepemilikannya dari pemilik lama oleh pemilik baru H.M. Noernikmat dan

keluarga berdasarkan Akte Jual Beli No. 21 Tahun 1989 dan Berita Acara Perubahan

Anggaran Dasar Perseroan Terbatas No. 25 Tahun 1989, yang keduanya dibuat

dihadapan Notaris Aniswar Yanis, S.H di Medan. Hingga saat ini akte perusahaan telah

mengalami beberapa kali perubahan dan terakhir mengalami penyesuaian sesuai

Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 yang dibuat dihadapan Notaris

Ekoevidolo, S.H. berkedudukan di Medan dengan Berita Acara No. 126 Tahun 2008.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Dalam perkembangannya, pada bulan Mei 2001 atas pembiayaan dari PT. Bank

Negara Indonesia (Persero) Tbk. - Cabang Belawan, kapal MT. Bumeugah dibeli oleh

PT. Burung Laut dan diganti namanya menjadi MT. Pelita Laut dan didaftarkan pada

kantor pendaftaran dan balik nama kapal di Sabang.

Pada tahun 2002, PT. Burung Laut menjalin kemitraan dengan PT. Citra Bintang

Familindo dan mendapatkan kontrak untuk angkutan BBM IFO (Industrial Fuel Oil)

milik PT. PLN (Persero) Unit Bisnis Pembangkit & Penyaluran Sumatera Bagian Utara

(sekarang menjadi PT. PLN (Persero) Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan) dari

Instalasi/Depot Pertamina Pulau Sambu ke dermaga PLTG/U Sicanang, Belawan

dengan volume angkutan sebesar 390.000 KL/tahun. Angkutan ini dilayani oleh kapal

tanker MT. Pelita Laut ditambah dengan kapal tanker MT. Mercury II (Kapasitas 6.000

KL) berbendera Singapura yang dicharter dari perusahaan asing. Untuk menunjang

pengangkutan BBM IFO tersebut, pada bulan Mei 2003 Kapal MT. Mercury II dibeli

oleh PT. Burung Laut dan diganti namanya menjadi MT. Pelita Energi serta didaftarkan

di kantor pendaftaran dan balik nama kapal di Batam.

Pada awal tahun 2005, terjadi perubahan kontrak angkutan PT. Burung Laut,

dari yang tadinya mengangkut BBM IFO berubah menjadi mengangkut BBM HSD

dengan volume angkutan sebesar 720.000 KL/tahun. Untuk mengantisipasi terjadinya

lonjakan pemakaian BBM (terutama HSD), yang setiap tahunnya cenderung meningkat,

maka pada awal April 2008 PT. Burung Laut menambah 1 (satu) unit lagi armada

tankernya yang diberi nama MT. Pelita Samudera (Kapasitas 7.000 KL) dan didaftarkan

di kantor pendaftaran dan balik nama kapal di Belawan. Sementara itu kapal tanker MT.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Pan Oil 9 dibeli oleh PT. Burung Laut pada bulan Maret 2008 dan kemudian diganti

namanya menjadi MT. Citra Bintang yang mempunyai kapasitas sebesar 2600 KL

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Burung Laut adalah merupakan suatu perusahaan pelayaran nasional yang

bergerak di dalam bidang jasa angkutan laut (dalam dan luar negeri) dan keagenan

pelayaran. Bisnis utama perusahaan adalah melayani jasa pengangkutan muatan cair,

seperti: BBM (Bahan Bakar Minyak), Gula Cair (Molasses) dan CPO (Crude Palm Oil).

Disamping itu, perusahaan juga melayani jasa keagenan pelayaran yang bertugas untuk

mengurus izin kedatangan dan keberangkatan kapal (inward & outward clearance) di

suatu pelabuhan.

Beberapa konsumen yang pernah menggunakan jasa angkutan laut PT. Burung

Laut adalah:

1. PT. Semen Andalas Indonesia, Banda Aceh

2. Mobil Oil, Singapore

3. PT. Karya Prajona Nelayan, Medan

4. PT. Rafina Segara Sejahtera, Jakarta

5. PT. Kiani Kertas, Jakarta

6. PT. Citra Bintang Familindo, Lhokseumawe

7. PT. Pertamina Cabang Ambon

Adapun konsumen yang pernah menggunakan jasa keagenan pelayaran PT.

Burung Laut adalah:

1. PT. Semen Andalas Indonesia, Banda Aceh

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
2. PT. Bahtera Adhiguna, Lhokseumawe

3. PT. Arpeni Pratama Ocean Line, Jakarta

4. PT. Dutaryo, Jakarta

5. PT. Trust, Jakarta

2.3. Lokasi Perusahaan

Sejak diambil alih pada tahun 1989, kedudukan perusahaan adalah di Banda

Aceh dengan alamat kantor:

Jl. Jend. A. Yani No. 38 (d/h. 14)

Kode Pos : 23122

Telephone : +62 651 21451 - 22040

Facsimile : +62 651 33637

E-mail : blbna@plasa.com

Website : www.burunglaut.co.id

Untuk mendukung pengoperasiannya, PT. Burung Laut memiliki beberapa

kantor cabang di beberapa daerah, yakni:

1. MEDAN

Jl. Bantam No. 3 - 3 A,

Kode Pos : 20153

Telephone : + 62 61 4561166 (Hunting)

Facsimile : + 62 61 4152233

E-mail : blmdn@indosat.net.id

2. BELAWAN

Jl. Sumatera No. 49,

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Kode Pos : 20412

Telephone : +62 61 6941129

Facsimile : +62 61 6943789

E-mail : blblw@indosat.net.id

3. LHOKSEUMAWE

Jl. Merdeka Timur No. 57

Kode Pos : 24352

Telephone : +62 645 46983

Facsimile : +62 645 46983

E-mail : bl-lsm@yahoo.com

Untuk menjalankan kegiatan perusahaan sehari-hari, maka komando

pengopeasian perusahaan dipusatkan di kantor wilayah Medan. Disamping karena

Direksi dan Direktur Utama PT. Burung Laut beserta staf-stafnya, pusat informasi,

administrasi dan penyediaan kontrak mayoritas dilakukan di kantor Wilayah Medan.

2.4. Daerah Operasional

Pada tahun 2009 pada bulan Maret PT. Burung Laut membeli kapal MT. Citra

Bintang yang pada awalnya bernama kapal tanker MT. Pan Oil 9 dengan

pengoperasiannya disewakan kepada pihak PT. Pertamina Cabang Ambon dengan

sistem time charter yang melayani 13 depot tujuan yaitu Dobo, Tual, Wayame, Masohi,

Merauke, Saumlaki, Fakfak, Kaimana, Sanana, Tobelo, Namlea, Ternate, Labuha

dengan depot asal adalah daerah Ambon. Dengan metode ini pihak PT. Burung Laut

menerima uang sewa sebesar $1400 perhari. Muatan yang diangkut MT. Citra Bintang

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
ada 3 jenis yaitu premium, solar atau HSD dan kerosin untuk keperluan pihak PT.

Pertamina di depot tujuan.

2.5. Organisasi dan Manajemen

Organisasi merupakan sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai suatu

tujuan yang sama dan di antara mereka diberikan pembagian tugas sesuai fungsi dan

tugasnya masing-masing. Sedangkan manajemen adalah tata cara yang diterapkan suatu

organisasi untuk mengelola dan menjalankan aktifitas organisasinya untuk mencapai

target atau tujuan yang telah direncanakan.

Struktur organisasi adalah gambaran skematis tentang hubungan-hubungan dan

kerjasama diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian yang menggerakkan organisasi untuk

mencapai tujuan. Struktur organisasi merupakan susunan yang terdiri dari fungsi-fungsi

yang saling berhubungan dan menyatakan keseluruhan kegiatan untuk mencapai suatu

sasaran secara baik. Struktur organisasi dapat dinyatakan dalam gambar grafik (bagan

yang memperlihatkan hubungan antara unit-unit organisasi dan garis-garis wewenang

yang ada).

Dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, PT. Burung Laut menerapkan struktur

organisasi dan sistem manajemen seperti yang diuraikan pada bagian struktur organisasi

2.5.1. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi PT. Burung Laut dikelompokkan pada 3 tingkatan

kepengurusan, yang berbeda yaitu: Dewan Komisaris, Direksi, Manajer dan Kepala

Cabang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Berdasarkan struktur. maka hubungan kerja dalam organisasi perusahaan PT.

Burung Laut adalah hubungan campuran lini-fungsional. Hal ini ditunjukkan dengan

adanya hubungan lini pada pelimpahan wewenang dan tanggung jawab Direksi ke

Manejer sehingga terbentuk Departemen Keuangan, Departemen Operasi dan

Departemen Umum & Personalia. Hubungan fungsional dijumpai pada hubungan

setingkat, baik antara sesama Manejer maupun antara sesama Kepala Cabang.

DIREKTUR UTAMA

DIREKTUR

MANAGER UMUM&
MANAGER KEUANGAN MANAGER OPERASI
PERSONALIA

Cabang/ Keagenan
Cabang/ Keagenan Lhoknga Cabang/ Keagenan Belawan
Lhoseumawe

Nahkoda Kapal

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Burung Laut


(Sumber PT. Burung Laut)

2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab pada masing-masing jabatan di

perusahaan PT. Burung Laut adalah sebagai berikut :

1. Direktur Utama

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam menjalankan fungsi dan

tugasnya untuk menggerakan roda bisnis perusahaan dan mencari peluang-

peluang bisnis baru (bersifat eksternal).

2. Direktur

Bersama-sama dengan Direktur Utama bertanggung jawab kepada Dewan

Komisaris dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya untuk menjalankan dan

mengelola aktifitas perusahaan (bersifat internal). Dalam hal Direktur Utama

berhalangan, Direktur diberikan wewenang untuk melaksanakan fungsi dan

tugas Direktur Utama.

3. Manajer Keuangan

Bertanggung jawab kepada Direktur dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya

untuk mengelola keuangan perusahaan.

4. Manajer Operasi

Bertanggung jawab kepada Direktur dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya

untuk mengoperasikan armada tanker perusahaan dan memberdayakan potensi-

potensi kantor cabang perusahaan dalam pelayanan keagenan kapal.

5. Manajer Umum & Personalia

Bertanggung jawab kepada Direktur dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya

untuk memastikan tersedianya perlengkapan ATK bagi aktifitas perusahaan,

memonitor legalitas dan validitas perizinan perusahaan, memberdayakan SDM

yang dimiliki perusahaan serta perawatan aset perusahaan.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
6. Kepala Cabang

Bertanggung jawab kepada Manajer Operasi dalam melaksanakan fungsi dan

tugasnya untuk melaksanakan pelayanan keagenan kapal di daerahnya masing-

masing.

7. Nakhoda Kapal

Bertanggung jawab kepada Manajer Operasi dalam melaksanakan fungsi dan

tugasnya untuk membawa dan merawat kapal sesuai dengan jadwal yang telah

direncanakan perusahaan.

2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

2.5.3.1. Tenaga Kerja

PT. Burung Laut memiliki 99 orang tenaga kerja dengan sistem kerja tetap,

honor maupun kontrak yang perinciannya dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja PT. Burung Laut

Jabatan/Bagian Pria Wanita Total Keterangan


Dewan Komisaris 2 1 3 Tetap
Direksi 2 - 2 Tetap
Departemen Keuangan 4 1 5 Tetap
Departemen Operasi 2 1 3 Tetap
Departemen Umum & SDM 3 2 5 Tetap
Konsultan Pajak 1 - 1 Honor
Pesuruh Kantor 1 - 1 Honor
Pengelola Parkir 1 - 1 Honor
Cabang Lhoknga 5 1 6 Tetap
Cabang Belawan 6 1 7 Tetap
Cabang Lhokseumawe 4 1 5 Tetap
MT. Pelita Laut 19 - 19 Kontrak
MT. Pelita Energi 21 - 21 Kontrak

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja.............(Lanjutan)

Jabatan/Bagian Pria Wanita Total Keterangan


MT. Pelita Samudera 20 - 20 Kontrak
MT. Citra Bintang 20 - 20 Kontrak
Total 111 8 119
(Sumber: PT. Burung Laut)

2.5.3.2. Jam Kerja

Jam kerja yang berlaku di PT. Burung Laut dibedakan menjadi:

1. Jam kerja darat

2. Jam kerja laut

Jam kerja darat adalah jam kerja yang berlaku bagi tenaga kerja yang bekerja di

kantor dengan ketentuan seperti yang dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jam Kerja Darat

No Hari Kerja Jam Kerja


08.00 - 12.00 : Jam Kerja I
Senin s/d Kamis 12.00 - 13.00 : Istirahat
1
13.00 - 17.00 : Jam Kerja II
08.00 - 12.00 : Jam Kerja I
2 Jum’at 12.00 - 14.00 : Istirahat
14.00 - 16.00 : Jam Kerja II
08:00 - 12:30 : Jam Kerja
3 Sabtu

(Sumber: PT. Burung Laut)

Sedangkan jam kerja laut adalah jam kerja yang berlaku bagi crew kapal yang

bekerja di laut dengan ketentuan seperti yang dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Jam Kerja Laut

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
No Hari Kerja Jam Kerja
08.00 - 12.00 : Jam Jaga I
12.00 - 16.00 : Jam Jaga II
1 Senin s/d Minggu
16.00 - 20.00 : Jam Jaga III
20.00 - 24.00 : Jam Jaga I
(Sumber: PT. Burung Laut)

2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas lainnya.


2.5.4.1. Sistem Pengupahan

Sistem pengupahan di PT. Burung Laut dikelompokkan menjadi 3 golongan,

yaitu:

1. Upah Tetap, yaitu upah yang diberikan kepada tenaga kerja tetap di kantor.

2. Upah Kontrak, yaitu upah yang diberikan kepada tenaga kerja kontrak (crew

kapal).

3. Upah Honor, yaitu upah yang diberikan kepada tenaga kerja honor.

2.5.4.2. Fasilitas Tenaga Kerja

Fasilitas yang diberikan oleh PT. Burung Laut kepada seluruh tenaga kerja

adalah sebagai berikut:

1. Tunjangan Hari Raya (THR).

2. Bonus akhir tahun.

3. Asuransi Jiwa, Kecelakaan Kerja dan Kesehatan (Rawat Inap).

4. Uniform dan Alat Keselamatan Kerja (khusus untuk Crew Kapal).

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Transportasi

3.1.1. Pengertian Transportasi

Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari

suatu tempat ke tempat lain 2.Dalam Transportasi terlihat ada dua unsur yang terpenting

yaitu:

a. Pemindahan/pergerakan (movement)

b. Secara fisik mengubah tempat dari barang (komoditi) dan penumpang ke tempat lain

Transportasi mempunyai pengaruh besar terhadap perorangan, masyarakat

pembangunan ekonomi negara yang bisa mendorong lajunya pertumbuhan ekonomi

(Rate of Growth) 3. Transportasi merupakan faktor yang penting diperhatikan, karena

aktivitas pengangkutan meliputi mengangkut memindahkan sampai ke tempat tujuan

yang membutuhkan biaya pula.

Untuk melaksanakan kegiatan pengangkutan ada 4 jenis fasilitas transportasi

yang dapat digunakan yaitu:

1. Angkutan Kereta Api

2. Angkutan Jalan raya/truk

3. Angkutan melalui air yaitu laut dan sungai

4. Angkutan Udara

2
Abbas Salim,. Manajemen transportasi.Edisi I (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2006)h.6
3
Ibid.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Mengingat keadaan geografis Indonesia maka peranan angkutan melalui air (laut dan

sungai) juga penting artinya. Pengangkutan melalui air relatif murah meskipun gerakan

pengangkutan melalui air relatif lambat. Dalam tulisan ini, hal yang khusus yang

dibahas adalah angkutan melalui air, dan dikhususkan kepada kapal tanker yang

mengangkut bahan bakar minyak.

3.1.2. Kapal

Adapun berdasarkan jenisnya, kapal dagang dapat dibagi menjadi 4:

a. Conventional Liner Vessel (Kapal Barang Biasa)

Kapal jenis ini melakukan pelayaran dengan jadwal tetap dan biasanya

membawa muatan umum (general cargo) atau barang dalam partai yang tidak begitu

besar.

b. Semi Container/Pallet Vessel

Jenis kapal ini dapat mengangkut muatan secara breakbulk, pre-slung, atau unit-

unit pre-pallet. Kapal ini juga dapat mengangkut petikemas dalam palkanya yang

terbuka dan di atas

c. Full Container Vessel (Kapal Petikemas)

Kapal ini khusus dibuat untuk mengangkut petikemas (container). Oleh karena

itu, kapal ini bisa mempunyai alat bongkar/muat sendiri dan dapat juga memakai shore

crane dan gantry crane dari darat untuk memuat dan membongkar petikemas

4
R.P Suyono, Shipping Pengakutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut, (Cet, Jakarta 2003). h.76-85

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
d. General Cargo Breakbulk Vessel

Menurut sejarahnya, kapal jenis ini yang mula-mula beroperasi sebagai kapal

angkut serba guna, sebelum ada kapal petikemas dan kapal-kapal lain yang memang

dibuat demi efesiensi. Kapal general cargo tidak memerlukan terminal khusus untuk

bongkar/muat. Oleh karena itu, jenis kapal ini masih sering dipakai. Kapal ini banyak

berfungsi sebagai tramper karena harganya murah dan dapat mengangkut muatan ke

seluruh penjuru dunia

e. Freedom Vessel

Kapal freedom vessel adalah kapal general cargo yang dibuat setelah perang

dunia II untuk pengangkutan seba guna. Amerika telah membuat kapal jenis ”Liberty”

dalam Perang Dunia II dan diproduksi massal.

f. RoRo

Roro (Roll-on, Roll-off) adalah kapal yang didesain untuk muat bongkar barang

ke kapal di atas kendaraan roda. Kapal yang termasuk jenis RoRo antara lain kapal

ferry, kapal pengangkut mobil (car ferries), kapal general cargo yang beroperasi

sebagai kapal RoRo.

g. Lighter Carrier (pengangkut Tongkang)

Kapal pengangkut tongkang adalah variasi dari kapal pengangkut petikemas,

dimana sebagai pengganti petikemas, kapal ini mengangkut tongkang bermuatan

h. Bulk Carrier (Pengangkut Muatan Curah)

Kapal bulk carrier adalah kapal besar dengan hanya satu dek yang mengangkut

muatan yang tidak dibungkus atau curah (bulk), muatan dicurah, dipompa ke dalam

kapal dengan bantuan mesin curah dan bilamana tidak dengan mesin, maka karung-

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
karung berisi muatan yang diangkat ke kapal dengan bantuan derek kapal diletakkan

diatas palka dahulu.

i. Combination Carrier

Kendala ekonomi yang ada pada kapal tanker dan kapal dry-bulk adalah bahwa

dalam separuh pelayaran yang dilakukan terpaksa dalam keadaan kosong atau ”in

ballast” karena tidak ada muatan saat balik (return cargo) dan oleh karena itu tidak

menghasilkan uang tambang

j. Panamax Class

Kapal panamax class adalah kapal dengan ukuran terbesar yang dapat melewati

terusan panama. Ukuran kapal jenis ini lebih kurang 60.000 DWT dengan lebar kapal

tidak melebihi 32 meter, sesuai dengan lebar pintu masuk terusan

k. Passenger Ship (Kapal Penumpang)

Diperairan Indonesia, dengan banyaknya pulau maka kapal penumpang untuk

angkutan antar pulau sangat dibutuhkan.

l. Tug Boat (Kapal Tunda)

Kapal tunda dibuat agar dapat menarik atau mendorong kapal atau segala

sesuatu yang mengapung, Tugas lain yang dilakukan adalah menolong kapal dalam

bahaya, memadamkan kebakaran di laut, memerangi polusi/pencemaran, dan lain

sebagainya.

m. Offshore Supply Ship (Kapal Pemasok Lepas Lantai)

Kapal yang dibangun dengan geladak yang luas di belakang untuk mengangkut

pasokan bahan dan peralatan serta makan untuk anjungan lepas pantai bagi pengeboran

minyak dan gas bumi.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
n. Research Ship (Kapal penelitian)

Kapal yang dibuat untuk fungsi penelitian dan pemetaan/survei, seperti

hidrografi, oseanografi, geofisika, dan seismografi.

o. Fishing Vessel (Kapal Penangkap Ikan)

Kapal yang dibuat untuk menangkap ikan dengan berbagai cara, seperti purse-

seining, long lining, beam trawling dan stern-trawling. Kapal ini seringkali

diperlengkapi peralatan pendingin (refrigator) dan peralatan untuk memproses lebih

jauh.

p. Tanker

Kategori kapal dengan sebuah geladak dimana terdapat tangki-tangki yang

tersusun secara integral maupun terpisah yang digunakan untuk mengangkut minyak

curah (minyak mentah atau minyak yang sudah didestilasi), cairan kimia, gas cair, dan

sebagainya.

Kapasitas angkutan merupakan suatu alat angkutan untuk memindahkan muatan

atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dalam waktu tertentu. Unsur-unsur

kapasitas angkutan terdiri atas berat muatan, jarak yang ditempuh, dan waktu yang

dibutuhkan untuk angkutan tersebut. Kapal merupakan unit operasi yang mempunyai

kapasitas angkut yang besar yang sebagian besar biaya operasinya merupakan biaya

variabel. Kapal yang besar dapat melayari jarak yang jauh, lebih ekonomis daripada

kapal berukuran kecil yang beroperasi dalam jarak yang terbatas. Jenis kapal

mempengaruhi biaya operasi. Kapal barang dan kapal penumpang memerlukan waktu

yang lama di dermaga untuk melakukan bongkar muat sehingga biaya operasinya tinggi,

dibandngkan dengan kapal tanker atau kontainer.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Jenis kapal yang efesien penggunaannya adalah sebagai berikut.

1. Kapal yang mengangkut barang terurai (bulk cargo), yaitu barang angkutan yang

besar dan volumenya besar, tetapi mudah bongkar muatnya.

2. Kapal yang mengangkut barang-barang yang tidak begitu tinggi nilainya dengan

jarak yang jauh

Tujuan utama perancangan kapal-kapal modern adalah terutama untuk menekan

biaya penyediaan jasa angkutan yang lazimnya dinyatakan untuk tiap ton muatan yang

diangkut. Biaya penyediaan jasa angkutan laut, sampai tingkatan tertentu, tergantung

pada faktor trayek.

Kapal yang diatur pelayarannya (reguler) pada umumnya memiliki penggunaan

kapasitas berlayar relatif tinggi dengan faktor muat (load factor) yang relatif rendah.

Transpor laut yang tidak teratur trayeknya disebut tramper. Penggunaan kapasitasnya

relatif tinggi. Akan tetapi, karena ketidakteraturan, maka kapal yang menunggu muatan

memerlukan waktu lama di pelabuhan. Akibatnya, penggunaan kapasitas kapal rendah,

tetapi faktor muatannya tinggi. 5

3.1.3. Menetapkan Jadwal Pelayaran (Scheduling)

Jadwal pelayaran umumnya dibuat untk liner service atau feeder liner service

1) Istilah-istilah dalam Jadwal Pelayaran

a) Untuk pelayaran yang menyinggahi banyak pelabuhan dan memakan waktu lama

biasanya hanya dibuat untuk single voyage

b. Untuk pelayaran yang waktunya singkat dengan sedikit pelabuhan yang disinggahi,

biasanya dibuat jadwal pelayaran untk satu round voyage

5
M.Nur Nasution, Manajemen Transportasi, Edisi II (Cet I;Jakarta:Ghalia Indonesia,2004),h.210

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
c. Estimated Time of Arrival (ETA) adalah perkiraan tanggal/jam kapal tiba. Estimated

Time of Department (ETD) adalah perkiraan tanggal/jam kapal berangkat dari

pelabuhan

d. Pelabuhan-pelabuhan yang disinggahi disebut port of call, pelabuhan-pelabuhan

tempat muat disebut loading ports

f. Pelabuhan-pelabuhan tempat bongkar disebut discharging port atau destination ports.

g. Ratio date adalah tanggal muatan suatu batas waktu yang ditetapkan untuk liner

sampai di sebuah pelabuhan

2. Cara membuat/menyajikan jadwal pelayaran

Jadwal yang dibuat untuk kepentingan eksternal hanya menyajikan port of call dan

tanggal lamanya di pelabuhan di laut

Untuk waktu dipelabuhan ditentukan dengan rumus:

Jumlah ton muatan


Hari di pelabuhan =
TGH x JK/harix BAB

TGH : Ton Gang Hour (kapasitas bongkar/muat) dalam ton per gang per jam kerja

JK/hari : Jumlah jam kerja bongkar muat per hari

BAB : Banyaknya alat bongkar/muat atau gang yang digunakan dalam kegiatan/muat

selama di pelabuhan

Jarak tempuh Sea Milis


Hari di Laut =
24 x kecepatan (speed) kapal dalam knots

3.1.4. Konsep Biaya

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Biaya adalah faktor yang menentukan dalam transportasi untuk penetapan tarif, alat

kontrol agar dalam pengoperasian mencapai tingkat efektifitas dan efesien 6.

1. Biaya adalah sebagai dasar penentuan tarif jasa transportasi

2. Tingkat tarif transportasi didasarkan pada biaya pelayanan yang terdiri dari:

a. biaya langsung

b. biaya tidak langsung oleh karena itu, biaya pelayanan (cost of service) sebagai

basis/dasar dan fundamental untuk struktur pentarifan.

3. Biaya modal dan biaya operasional

a. biaya modal (capital costs) adalah biaya, yang digunakan untuki investasi inisial

(initial investment) serta peralatan lainnya termasuki di dalamnya bunga uang

(interest rate).

b. Biaya operasional (operational cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk

pengelolaan transportasi. Termasuk dalam kelompok biaya operasional adalah:

Biaya pemeliharaan jalan raya, bantalan kereta api, alur pelayaran, pelabuhan,

dermaga, penahan gelombang, dam, menara, rambu &jalan, udara dan laut.

1. Biaya pemeliharaan kendaraan, bis, truk, lokomotif, gerbong, pesawat udara,

kapal-kapal penyebrangan (ferry boat), dan kapal-kapal barang/kapal-kapal

penumpang

2. Biaya transportasi yaitu biaya bahan bakar, oli, tenaga penggerak (genset)

upah/gaji, kerja crew/awak kapal & pesawat serta biaya terminal (stasiun

pelabuhan udara, pelabuhan laut dan terminal (stasiun pelabuhan udara,

pelabuhan laut dan terminal bis)

6
Abbas Salim, Ibid. h.43

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
3. Biaya-biaya traffic terdiri dari biaya advertensi, promosi, penertbitan buku tarif,

administrasi dan sebagainya

4. Biaya umum dan lain-lain biaya

Termasuk biaya umum antara lain, biaya kantor, gaji/biaya RT, biaya humas,

biaya akuntansi lainnya

5. Biaya tetap dan biaya variabel

Biaya tetap ialah biaya yang dikeluarkan tetap setiap bulannya, sedangkan biaya

variabel ialah biaya yang besarnya berubah tergantung pada pengoperasian alat-

alat pengangkutan.

4. Biaya Kendaraan

Ialah jumlah biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan bakar, oli, ban

kendaraan, suku cadang antar perbaikan (reparasi). Biaya ini disebut automobile cost

5. Biaya Gabungan (Joint Cost)

Dalam pengoperasian alat-alat transportasi kita temui joint cost atau dinamakan pula

common cost contoh biaya angkutanan barang (cargo) dan biaya penumpang yang

menghasilkan biaya gabungan (joint cost)

1. Direct Cost/Biaya Tidak langsung (Indirect cost)

a. Biaya langsung ialah jumlah biaya yang diperhitungkan dalam produksi jasa-

jasa angkutan misal utuk penerbangan biaya langsung terdiri dari bahan bakar,

gaji awak pesawat, biaya pendaratan

b. Biaya tidak langsung bagi penerbangan terdiri dari biaya harga, peralatan

reparasi, workshop, akuntansi dan biaya umum/kantor

2. Biaya unit dan biaya rata-rata

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
a. Biaya unit (unit cost) ialah jumlah total biaya dibagi unit jasa produk yang

dihasilkan

b. Biaya rata-rata (average cost) adalah biaya total dibagi dengan jumlah

produk/jasa yang dihasilkan

Tujuan utama perancangan kapal-kapal modern adalah terutama untuk menekan

biaya penyediaan jasa angkutan yang lazimnya dinyatakan untuk tiap ton muatan yan

diangkut. Biaya penyediaan jasa angkutan laut, sampai tingkatan tertentu, tergantung

dari faktor trayek (pengaturan) kapal yang diatur pelayarannya pada umumnya memiliki

pengunaan kapasitas berlayar relatif tinggi dengan faktor muat(load factor) yang relatif

tinggi dengan faktor muat yang relatif rendah 7.

Transport laut yang tidak teratur trayeknya kurang lebih memiliki sifat-sifat

yang berlawanan, dengan lain perkataan penggunaan kapasitas muat acapkali relatif

tinggi, tetapi karena ketidakteraturannya kapal-kapal bisa mengalami waktu tunggu

yang lama di pelabuhan sambil menanti muatan yang cukup 8.

Kapal yang diatur pelayarannya pada umumnya memiliki penggunaan kapasitas

berlayar relatif tinggi dengan faktor muat (load factor) yang relatif rendah. Operasi

kapal memiliki tiga fase yang khas masing-masing dengan biaya khusus. Fase-fase ini

adalah waktu kapal berada di pelabuhan untuk melakukan bongkar/muat, waktu

manuver untuk bersandar pada atau melepas dari dermaga dan di pelabuhan, dan waktu

berlayar antar pelabuhan. Tujuan dari pengusaha pelayaran adalah untuk menetukan

alokasi yang paling ekonomis dari waktu-kapal (ship time) antara ketiga fase ini.

7
Abbas Salim, Ibid.hal 43
8
Ibid

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Faktor utama yang menentukan struktur harga (cost-structure) dari usaha

pelayaran (shipping), dapat dijelaskan oleh model dibawah ini, yang berlaku bagi harga

jasa angkutan sebanyak 1-ton muatan antara dua pelabuhan (2-port system) yang jarak

J-mil sama diumpamakan bahwa kapal beroperasi antara dua pelabuhan

J = Jarak antara kedua pelabuhan (mil)

F = Biaya tetap (fixed cost) per tahun

V= Kecepatan berlayar (knot-mil/jam0)

C = Kapasitas angkut dari kapal (ton)

Q = Persentase muat rata-rata (average load factor)

B= Kecepatan bongkar/muat (ton/jam)

U = Waktu deviasi dan saktu manuver (jam per perjalanan)

T = Waktu kerja efektif keseluruhan (jam per tahun)

R = Biaya berlayar (distance cost) dari kapal per mil

S = Biaya bongkar/muat per jam

T = Biaya pelabuhan tiap kali singgah (percall)

Selain variabel-variabel tersebut di atas, terdapat pula variabel-variabel lain yang

berhubungan variabel-variabel di atas, yang perlu diperhitungkan, yaitu:

N = Jumlah perjalanan (voyages) per tahun

M = Jumlah muatan yang diangkut (ton pertahun)

K = Harga jasa angkutan per muatan

Dengan menggunakan simbol-simbol di atas, disusun rumus untuk biaya angkutan per

ton kapal antar pelabuhan yang berjarak J mil sebagai berikut:

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
2 P.M
F + J .r.N + + t.N
K= B (1)
M

Jumlah perjalanan pertahun dapat dinyatakan dengan rumus:

T
N= (2)
J q
+C 2 +U
V 100
B

dan muatan (dalam ton) yang diangkut per tahun menjadi:

q
M =c .N atau (3)
100

q
C
T
M = 100 (4)
j q
+C 2 +U
V 100
B

3.1.5. Operasi Kapal

Dalam pengoperasian kapal, kita mengenal istilah uang tambang (freight),

sistem tarif penyewaan kapal (chartering), pengangkutan, dan pengiriman barang atau

muatan. Hal-hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut 9:

a. Uang tambang (freight)

Uang tambang (freight) adalah uang yang diminta oleh perusahaan pelayaran

untuk kompensasi biaya atas jasa mengangkut barang. Uang tambang dapat dipungut

berdasarkan jenis barang (commidity based), dimana uang tambang akan disesuaikan

dengan jenis barangnya. Dengan banyaknya jenis barang, tentunya uang tambang

berbeda-beda pula. Untuk memudahkan pemungutan uang tambang maka diberikan

8
R.P Suyono.co. Ibid. h.89

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
alternatif lain, yaitu mengenakan uang tambang berdasarkan satuan (per unit). Untuk

pungutan seperti itu biasanya banyak dilakukan terhadap peti kemas,

Uang tambang berdasarkan jenis barang dapat dibagi lagi menjadi 10:

1. Revenue based (berdasarkan pendapatan), dimana uang tambang yang dihitung

sebagai x persen dari harga barang (ad valorem). Misalnya 2 % dari ad valorem.

2. Cost based (berdasarkan biaya), dimana biaya yang dikeluarkan sudah

diperhitungkan. Misalnya biaya harian kapal (ship’s daily cost), biaya operasional,

biaya tak langsung dan asuransi, serta biaya lain untuk mengoperasikan kapal.

Uang tambang berdasarkan revenue biasanya untuk muatan yang mahal, tapi

dapat juga dipergunakan untuk muatan murah yang tidak akan diangkut bila hanya

didasarkan biaya (cost based). Hasilnya adalah muatan yang mahal memberikan subsidi

pada muatan yang murah 11.

Besarnya ton untuk menghitung uang tambang dapat didasarkan ton berat atau

ton volume/ruangan. Bila 1 long ton mengambil ruangan lebih kecil dari 40 cft atau bila

1.000 Kg lebih kecil dari 1 M3 maka perhitungannya berdasarkan berat. Sebaliknya, bila

1 long ton mengambil ruangan lebih besar dari 40 cft atau 1.000 Kg lebih besar dari 1

M3 maka perhitungannya berdasarkan ton volume.

Disamping uang tambang, ada surchage atau biaya tambahan lain, tergantung

dari bentuk, besar, berat dan lain sebagainya dimana diperlukan peralatan khusus untuk

mengerjakan muatan itu.

Berikut adalah beberapa istilah uang tambang yang perlu diketahui:

9
Ibid
11
Ibid.h.90

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
1. Advance freight adalah uang tambang yang diminta di muka. Banyak kapal liner

untuk muatan umum (general cargo) akan meminta agar uang tambang dapat

dibayar di muka (advance freight). Biasanya uang tambang tidak akan diganti bila

muatan atau kapal hilang dalam perjalanan

2. Freight Collect, payable at destination, freight forward, atau destination freight

adalah uang tambang yang dibayar bilaman muatan akan diserahkan. Carrier dapat

menahan barang sebelum uang tambang dilunasi seluruhnya.

3. Dead Freight adalah uang tambang yang dapat diminta oleh pemilik kapal kepada

charterer kapalnya bila charterer tidak dapat mengangkut seluruh muatan atau

charterer sudah memesan ruangan muatan dan telah disediakan pemilik kapal, akan

tetapi kemudian charterer tidak jadi menggunakannya. Oleh karena itu, charterer

harus membayar uang ganti rugi (dead freight).

4. Back freight adalah uang tambang untuk muatan berlebih (overcarried cargo) yang

tidak dapat dibongkar di tempat tujuan, tetapi terpaksa dibawa kapal untuk

dibongkar di tempat lain.

5. Freight all kinds (FAK) adalah uang tambang, yang tarif atau besarnya sama, yang

dikenakan untuk setiap petikemas yang diangkut, dan biasanya untuk jarak yang

dekat.

Bagi suatu perusahaan pelayaran, agar kapal-kapalnya dapat terus berlayar

dengan menguntungkan maka pendapatannnya (revenue) harus lebih besar dari biaya

(cost) yang dikeluarkan, karena laba (profit) diperoleh dari selisih revenue dan cost 12

11
Ibid.h.90

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Agar revenue besar, maka kapal harus dijalankan seefesien dan seekonomis

mungkin. Oleh karena itu, koordinasi antar bagian dari suatu perusahaan pelayaran

harus baik. Pemakaian bunker harus hemat, karena makin cepat laju kapal, makin

banyak pemakaian bahan bakarnya. Dalam mencari muatan untuk kapal diperlukan

keahlian khusus mendekati shipper (pengirim barang) maupun consignee (pemilik

barang) yang potensial

Adapun cara menghitung uang tambang adalah sebagai berikut.

Keuntungan untuk suatu usaha pelayaran didapat dengan rumus:

F- [(Cs Ts + Cp Tp + Pc + Cs Tnc) + (Ac + D) (Ts + Tp + Tnc)] (5)

F= freight

Cs = biaya satu hari di laut

Ts = lama waktu di laut

Cp = biaya satu hari dipelabuhan

Tp = lama waktu di pelabuhan

Pc = biaya pelabuhan

Tnc = lama waktu untuk muatan berikut

Ac = biaya administrasi per hari

D = depresiasi per hari

Biaya keseluruhan dalam menjalankan pelayaran adalah 13:

1. Fixed Cost:

a. Biaya untuk perwira dan ABK

b. Asuransi

12
Ibid.h.91

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
c. Reparasi dan perawatan (maintanance)

d. Perbekalan (stores) dan perlengkapan

e. Biaya administrasi

f. Bunga dan depresiasi

2. Beban Variabel

a. Beban bahan bakar/minyak /air dsb.

b. Beban muat/bongkar barang

c. Beban pelabuhan

Untuk menetapkan besarnya uang tambang yang akan ditawarkan, pihak pengangkut

(carrier) harus melihat juga faktor yang akan mempengaruhi operasi kapal, yaitu:

1. Faktor muat (stowage factor)

2. Jarak yang ditempuh

3. Bagian pasar (market share) dan lalu lintas pelayaran

Beban untuk liner dipengaruhi juga oleh berbagai beban tambahan dan penyesuaian

yang disebut surchages dan adjusment factors. Disebabkan oleh keadaan yang berubah

dengan cepat, misalnya kurs mata uang, kenaikan harga BBM, peperangan, dan keadaan

politik yang buruk menyebabkan perusahaan pelayaran harus menanggung variasi

beban yang harus ditutup, seperti currency adjustment factor ( CAF), bunker adjustment

factor (BAF), dan port congestion surchages agar tidak rugi.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
b. Penyewaan kapal (Chartering)

Dalam pengangkutan barang atau muatan, kita dapat melakkukannya dengan cara

menggunakan kapal sendiri atau menyewanya (chartering). Ada beberapa cara

menyewa kapal, yakni 14

1. Bareboat/Demise Charter

Kapal disewa sebagai badan kapal saja. Penyewa (charterer) menyediakan

nahkoda serta ABK dan mengoperasikan kapal seolah miliknya.

2. Time Charter

Kapal dapat disewa, seolah oleh suatau badan yang beroperasi dan dipakai untuk

suatu waktu tertentu. Si penyewa (charterer) membayar uang sewa dan bunker

serta kapal dioperasikan sesuai kemauan penyewa. Uang sewa dapat dinyatakan

sebagai biaya perhari atau biaya perton DWT. Dalam time charter, pembagian

biayanya dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Pembagian Biaya Pada Sistem Time Charter


Pemilik Kapal (Owner) Penyewa Kapal (Charterer)
Depresiasi Uang sewa
Asuransi Bunker
Survei Uang Pelabuhan
Overhead Stevedoring
Gaji nahkoda/ABK Ballast
Beberapa klaim muatan Beberapa klaim muatan
Brokerage Air
(Sumber :R.P Suyono, Shipping Pengakutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kontrak time charter adalah:

a. Tanggal, nama, dan alamat dari pemilik kapal dan penyewa (charterer)

b. Perincian dari kapal, draft, horse power, kekuatan mesin, kecepatan, pemakaian

bahan bakar, peralatan bongkar/muat, pompa, heating coil, dsb.


14
Ibid. h.95

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
c. Keadaan kapal dan kelasnya

d. Batas Pelayaran

e. Uang sewa, cara pembayarannya, dan mata uang yang digunakan

f. Kerusakan/kelambatan yang dapat digunakan off-hire

g. Waktu penyewaan (chartering) dimulai

h. Hak penyewa (charterer) untuk menyatakan keberatan, dan kemungkinan untuk

dapat mengganti nahkoda atau chief engineer

i. Tindakan yang akan dilakukan pada waktu kerusuhan

j. Pelaksanaan arbitrase bila tidak ada kesesuaian pengertian

k. Cara kapal mengadakan dok tahunan (annual drydocking) pada waktu kontrak

masih berjalan

l. Penyelesaian general average

3. Voyage Charter

Kapal disewa untuk memuat barang antara tempat A dan B. Boleh dikatakan

bahwa pemilik kpal membayar sebuah biaya, kecuali biaya bongkar/muat dan

stevedoring (FIOS terms). Penyewa membayar uang tambang yang besarnya tergantung

barang diangkut yang dinyatakan dalam jumlah ton atau jumlah tertentu untuk satu

pelayaran.

Penyewa juga harus membayar biaya tambahan atas kelambatan bongkar/muat

dari kapal. Hal ini dinamakan demurrage. Namun bila lebih cepat dalam bongkar/muat

maka si penyewa mendapat uang despatch, yakni uang insentif yang diberikan pemilik

kapal kepada penyewa karena melakukan bongkar muat kurang dari waktu yang

ditetapkan dalam kontrak. Uang despatch biasanya setengah dari demurrage.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kontrak voyage charter adalah 15:

a. Tanggal, nama, dan alamat dari pemilik kapal dan penyewa (charterer)

b. Perincian dari kapal, yakni nama, tempat registrasi, tonnage, kapasitas, draft, dan

peralatan bongkar/muat sesuai dengan muatan yang akan dimuat

c. Jenis muatan yang akan dimuat dan cara pemuatan

d. Nama tempat memuat dan membongkar barang

e. Tanggal kapal harus tiba di tempat pemuatan dan tanggal bila terlambat, charter

party dapat dibatalkan

f. Waktu labuh (lay time) yang diperbolehkan, waktu dimulainya, dan hari besar yang

dapat dimasukkan dalam charter party

g. Biaya angkut (freight rate) dan mata uang yang digunakan

h. Besarnya demurrage dan despatch, yang dihitung dengan membuat time sheet di

pelabuhan muat dan di pelabuhan bongkar

i. Agen atau perwakilan yang akan dipakai

j. Cara menangani dan menyelesaikan persoalan pemogokan, kongesti pelabuhan,

kekurangan muatan dsb.

k. Klausul untuk arbitrase dan general average seperti dalam time charter, juga

rincian pelayaran dan kemungkinan kapal dapat mengadakan deviasi dalam keadaan

tertentu

Nahkoda juga harus membuat notice of readiness yang menyatakan kepada charterer

bahwa kapal telah siap untuk muat/bongkar

14
Ibid.h.97

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
4. Consecutive Voyage Charter

Consecutive voyage charter atau disebut juga contract of affreigtment (COA)

adalah penyewaan kapal untuk beberapa pelayaran (voyage) secara berturut-turut.

Secara operasional, masing-masing voyage berdiri sendiri dan sewa-menyewanya juga

diselesaikan per voyage. Persyaratannya sama dengan voyage charter.

3.2.Structral Equation Modelling (SEM)

3.2.1. Sejarah SEM dan Pengertian

Sewal Wright mengembangkan konsep ini pada tahun 1934, pada awalnya

teknik ini dikenal dengan analisa jalur dan kemudian dipersempit dalam bentuk analisis

structural equation modelling. Dari defenisi beberapa ahli menyebutkan diantaranya,

”analisa jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi

pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel bergantung tidak

hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung (Robert D. Rutherford 1993).

Sementara itu, definisi lain mengatakan ’Analisis jalur merupakan pengembangan

langsung bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat

kepentingan (magnitude) dan signifikasi (significance) hubungan sebab akibat

hipotetikal dalam seperangkat variabel.” (Paul Webley,1997). David Garson dari north

Carolina State University mendefenisikan analisis jalur sebagai ’model perluasan

regresi yang digunakan untuk menguji keselarasan matriks korelasi dengan dua atau

lebih model hubungan sebab akibat yang dibandingkan oleh peneliti. Modelnya

digambarkan dalam bentuk gambar lingkaran dan panah di mana anak panah tunggal

menujukkan sebagai penyebab. Regresi dikenakan pada masing-masing variabel dalam

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
suatu model sebagai variabel tergantung (pemberi respons) sedang yang lain sebagai

penyebab. Pembobotan regresi diprediksikan dalam suatu model yang dibandingkan

dengan matriks korelasi yang diobservasi untuk semua variabel dan dilakukan juga

penghitungan uji keselarasan statistik (David Garson, 2003)16.

Model persamaan struktural (SEM) meliputi seluruh model yang terkenal

dengan banyak nama seperti: covariance structure analysis, latent variabel analysis,

confirmatory factor analysis dan sering disebut lisrel analysis merupakan salah satu

nama program komputer.

Perlu disebutkan disini bahwa teknik SEM dibedakan oleh dua karakteristik, yaitu 17:

1. Estimasi atau perkiraan hubungan depensi berganda dan saling terkait (estimation of

multiple and interrelated depence relationship)

2. Kemampuan untuk mempresentasikan konsep yang tidak terlihat (unobserved

consepts) dalam hubungan – hubungan ini dan memperhitungkan pengukuran

kesalahan di dalam proses estimasi.

3.2.2. Prinsip-Prinsip Dasar

Prinsip-prinsip dasar yang sebaiknya dipenuhi dalam analisis jalur diantaranya ialah 18:

a. Adanya linieritas (Linierity). Hubungan antarvariabel bersifat linier,

b. Adanya aditivitas (Additivity). Tidak ada efek-efek intraksi

16
Jonathan Sarwono,Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS, (Cet I;Yogyakarta:Andi,2007)h.1
16
Johanes Supranto, Analisis Multivariat arti & Interpretasi (Cet I;Jakarta: Rhineka Cipta) h.221
17
Jonathan, co.Ibid.h.2

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
c. Data berskala interval. Semua variabel yang diobservasi mempunyai data

berskala interval (scaled values). Jika data belum dalam bentuk skala interval,

sebaiknya data diubah dengan menggunakan metode suksesive interval (MSI)

terlebih dahulu

d. Semua variabel residual (yang tidak diukur) tidak berkorelasi dengan salah satu

variabel dalam model

e. Istilah gangguan (disturbance terms) atau variabel residual tidak boleh

berkorelasi dengan semua variabel endogeneus dalam model. Jika dilanggar

maka akan berakibat hasil regresi menjadi tidak tepat untuk mengestimasikan

parameter-parameter jalur.

f. Sebaiknya hanya terdapat multikolinieritas yang rendah. Maksud

multikolieniritas adalah dua atau lebih variabel bebas (penyebab) mempunyai

hubungan yang sangat tinggi. Jika terjadi hubungan yang tinggi maka kita akan

mendapatkan standar error yang besar dari koefisien beta (b) yang digunakan

untuk menghilangkan varian biasa dalam melakukan analisis korelasi secara

parsial

g. Adanya rekursivitas. Semua anak panah mempunyai satu arah, tidak boleh

terjadi pemutaran kembali (looping)

h. Spesifikasi model sangat diperlukan untuk menginterprestasikan koefisien-

koefisien jalur. Kesalahan spesifikasi terjdi ketika variabel penyebab yang

signifikan dikeluarkan dari model. Semua koefisien jalur akan merefleksikan

kovarian bersama dengan semua variabel yang tidak diukur dan tidak akan dapat

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
diinterpretasikan secara tepat dalam kaitannya dengan akibat langsung dan tidak

langsung

i. Terdapat masukan korelasi yang sesuai. Artinya, jika kita menggunakan matriks

korelasi sebagai masukan maka korelasi Pearson digunakan untuk variabel

berskala interval: korelasi polychoric untuk dua variabel berskala ordinal;

tertrachoric untuk dua variabel dikotomi (berskala nominal); polyserial untuk

satu variabel interval dan lainnya nominal

j. Terdapat ukuran sampel yang memadai. Untuk memperoleh hasil yang

maksimal, sebaiknya digunakan sampel di atas 100

k. Sampel sama dibutuhkan untuk penghitungan regresi dalam model jalur.

3.2.3. Konsep dan Istilah

Dalam analisis jalur dikenal beberapa konsep dan istilah dasar. Pada Gambar

2.1. akan diterangkan konsep-konsep dan istilah dasar 19:

1 P41

P21
P31
3 4
r21 P32 P43

2
P42

e2
e3 e4

Gambar 3.1. Model Analisis Jalur SEM


18
Jonathan, co.ibid. h3

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
1. Model jalur ialah suatu diagram yang menghubungkan antara variabel bebeas,

perantara dan tergantung. Pola hubungan ditunjukkan dengan menggunakan anak

panah. Anak panah-anak panah tunggal menunjukkan hubungan sebab-akibat antara

variabel-variabel eksogenous atau perantara dengan satu variabel tergantung atau

lebih. Anak panah juga menghubungkan kesalahan kesalahan (variabel residue)

dengan semua variabel endogeneus masing-masing. Anak panah ganda

menunjukkan korelasi antara pasangan variabel-variabel eksogeneus.

2. Jalur penyebab untuk suatu variabel yang diberikan. Meliputi pertama, jalur-jalur

arah dari anak panah menuju ke variabel tersebut dan kedua, jalur-jalur korelasi dari

semua variabel endogeneus yang dikorelasikan dengan vaiabel-variabel yang lain

yang mempunyai anak panah-anak panah menuju ke variabel yang sudah ada

tersebut

3. Variabel eksogeneus. Variabel-variabel eksogeneus dalam suatu model jalur ialah

semua variabel yang tidak ada penyebab-penyebab eksplisitnya atau dalam diagram

tidak ada anak-anak panah yang menuju ke arahnya, selain pada bagian kesalahan

pengukuran. Jika antara variabel eksogeneus dikorelasikan maka korelasi tersebut

ditunjukkan dengan anak panah berkepala dua yang menghubungkan variabel-

variabel tersebut.

4. Variabel endogeneus. Variabel endogeneus ialah variabel yang mempunyai anak

panah-anak panah menuju ke arah variabel tersebut. Variabel yang termasuk

didalamnya mencakup semua variabel perantara dan tergantung. Variabel perantara

endogeneus mempunyai anak panah yang menuju arahnya dan dari arah variabel

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
tersebut dalam suatu model diagram jalur. Adapun variabel tergantung hanya

mempunyai anak panah yang menuju ke arahnya.

5. Koefisien jalur/pembobotan jalur. Koefisien jalur adalah koefisien regresi standar

atau disebut ”beta” yang menunjukkan pengaruh langsung dari suatu variabel bebas

terhadapa variabel tergantung dalam suatu model jalur tertentu. Oleh karena itu, jika

suatu model mempunyai dua atau lebih variabel-variabel penyebab maka koefisien-

koefisien jalurnya merupakan koefisien-koefisien regresi parsial yang mengukur

besarnya pengaruh satu variabel terhadap variabel lain dalam suatu model jalur

tertentu yang mengontrol dua variabel lain sebelumnya dengan menggunakan data

yang sudah distandarkan atau matriks korelasi sebagai masukan

6. Variabel-variabel eksogeneus yang dikorelasikan. Jika semua variabel exogeneus

dikorelasikan maka sebagai penanda hubungannya ialah anak panah dengan dua

kepala yang dihubungkan diantara variabel-variabel dengan koefisien korelasinya.

7. Istilah gangguan. Istilah kesalahan residual yang secara teknis disebut sebagai

’gangguan’ atau ’residue’ mencerminkan adanya varian yang tidak dapat

diterangkan atau pengaruh dari semua variabel yang tidak terukur ditambah dengnan

kesalahan pengukuran.

8. Aturan multiplikasi jalur. Nilai dari suatu jalur gabungan adalah hasil semua

koefisien jalurnya.

9. Dekomposisi pengaruh. Koefisien-koefisien jalur dapat digunakan untuk mengurai

korelasi-korelasi dalam suatu model ke dalam pengaruh langsung dan tidak

langsung yang berhubungan dengan jalur langsung dan tidak langsung yang

direfleksikan dengan anak panah-anak panah dalam suatu model tertentu. Ini

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
didasarkan pada aturan bahwa dalam suatu sistem linier, pengaruh penyebab total

suatu variabel ’i’ terhadap variabel ’j’ adalah jumlah semua nilai jalur dari ’i’ ke ’j’

3.2.4. Model Analisis Jalur

Ada beberapa model jalur mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang

lebih rumit, di antaranya diterangkan dibawah ini 20

Model Regresi Berganda

Model pertama ini sebenarnya merupakan pengembangan regresi berganda

dengan menggunakan dua variabel eksogeneous, yaitu X1 dan X2 dengan satu variabel

endogeneus Y. Model digambarkan pada Gambar 3.2.

X1

X2

Gambar 3.2. Bentuk Model Regresi Berganda

Model Mediasi

Model kedua adalah model mediasi atau perantara di mana variabel Y

memodifikasi pengaruh variabel X terhadap variabel Z. Model digambarkan, pada

Gambar 3.3.

19
Jonathan, co.ibid. h.6

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
X Z

Gambar 3.3. Bentuk Model Mediasi

Model Kombinasi Pertama dan Kedua

Model ketiga ini merupakan kombinasi antara model pertama dan kedua, yaitu

variabel X berpengaruh terhadap variabel Z secara langsung dan secara tidak langsung

mempengaruhi variabel Z melalui variabel Y. Model digambarkan pada Gambar 3.4.

X1

X2

Gambar 3.4. Model Kombinasi Pertama dan Kedua

Model Kompleks

Model keempat ini merupakan model yang lebih kompleks, yaitu variabel X1

secara langsung mempengaruhi Y2 dan melalui variabel X2 secara tidak langsung

mempengaruhi Y2, sementara variabel Y2 juga dipengaruhi oleh variabel Y1 model

digambarkan pada Gambar 3.5.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
X1 X2

Y1 Y2

Gambar 3.5. Bentuk Model Kompleks

Model Rekursif dan non Rekursif

Dari sisi pandang arah sebab akibat, ada dua tipe model jalur, yaitu rekursif dan

non rekursif. Model rekursif ialah jika semua anak panah menuju satu arah seperti

Gambar 3.6.

1 P41

P21
P31
3 4
r21 P32 P43

2
P42

e2
e3 e4

Gambar 3.6. Bentuk Model Rekursif dan non Rekursif

Model tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:

a. Anak panah menuju satu arah, yaitu dari 1 ke 2, 3 dan 4; dari 2 ke 3 dan dari 3

menuju ke 4. tidak ada arah yang terbalik, misalnya dari 4 ke 1

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
b. Hanya terdapat satu variabel eksogeneous, yaitu 1 dan tiga variabel

endogenuous, yaitu 2,3 dan 4. Masing-masing variabel endogeneous diterangkan

oleh variabel 1 dan error (e2, e3 dan e4)

Model non recursif terjadi jika arah anak panah tidak searah atau terjadi arah yang

terbalik (looping), misalnya dari 4 ke 3 atau dari 3 ke 1 dan 2, atau bersifat sebab akibat

(reciprocal cause)

3.2.5.Persamaan Jalur SEM

3.3.5.1. Persamaan Satu Jalur

Bentuk model yang mengandung unsur persamaan satu jalur adalah pada model

regresi berganda. Dimana hanya terdapat satu variabel endogeneus yang disebabkan

oleh beberapa variabel exogeneus. Bentuk modelnya dapat dilihat pada Gambar 3.7. 21.

X1
RYX1
rX1X2 €
rX1X3

RYX2
X2 Y

rX2X3
RYX3
X3

Gambar 3.7. Bentuk Model Persamaan Satu Jalur Dalam SEM

Keterangan:

a. Variabel X1, X2 dan X3 adalah variabel eksogeneus

21
Jonathan,co.ibid.h.11

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
b. Variabel Y adalah variabel endogeneus

Persamaannya : Y= RYX1 + RYX2 + RYX3 + €

Persamaan Dua Jalur

Dalam persamaan dua jalur model dikembangkan atas tiga variabel exogeneus

dan 2 variabel endogeneus. Model persamaannya dapat dilihat pada Gambar 3.8.

€1 €2
X1

rX1X2 RY2X1
RY1X1
rX1X3

RY1X2 RY2Y1
X2 Y Y2

RY1X3 RY2X3
rX2X3

X3

Gambar 3.8. Bentuk Model Persamaan Dua Jalur Dalam SEM

Keterangan:

a. Variabel X1, X2 dan X3 adalah variabel eksogeneus

b. Variabel Y1 dan Y2 adalah variabel endogeneus

Persamaannya adalah:

a. Y1=RY1 X1 + RY X2+ RY X3 + €1 (Pers. Substruktur 1)

b. Y2=RY2 X1 + RY2 X2+ RY2 X3 + €2 (Pers. Substruktur 2)

3.2.5.3. Persamaan Tiga Jalur

Dalam model persamaan tiga jalur, pada umumnya terdapat 2 variabel

exogeneus murni, dan satu variabel exogeneus perantara, dan terdapat 2 variabel

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
endogeneus. Bentuk model persamaan strukturalnya dapat dilihat secara lengkap pada

Gambar 3.9.

Keterangan:

a. Variabel X1 dan X3 adalah variabel eksogeneus

b. Variabel X2 adalah variabel perantara

c. Variabel Y1 dan Y2 adalah variabel endogeneus

€2
€1

RY1X1
X1 Y1
RX1X2

RY1X2
rX1X3

X2 RY2Y1

RY2X2
RX2X3
RY2X3
X3 Y2

€3

Gambar 3.9. Bentuk Model Persamaan Tiga Jalur Dalam SEM

Persamaannya adalah:

a. X2=R X2 X1 + R X2 X3 + €1 (Pers. Substruktur 1)

b. Y1=RY1 X1 + RY1X2+ €2 (Pers. Substruktur 2)

c. Y2=RY2 X3 + RY2 Y1+ €3 (Pers. Substruktur 2)

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
3.2.7. Langkah-Langkah SEM

Dibawah ini akan ditelusuri lebih lanjut bagaimana menyusun langkah-langkah

untuk membuat pemodelan yang lengkap yaitu 22:

a. Pengembangan model berbasis teori.

Dalam pengembangan model teoritis, harus dilakukan telaah pustaka yang intens

guna mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang akan dikembangkan. Tanpa dasar

teori, SEM tidak dapat digunakan. Setelah itu model divalidasi secara empirik melalui

komputasi program SEM. Pengajuan model kausalitas harus dengan menganggap

adanya hubungan sebab akibat antara dua atau lebih variabel, bukan didasarkan pada

metode analisis yang digunakan, tetapi haruslah berdasarkan justifikasi teoritis yang

mapan. SEM bukan untuk menghasilkan kausalitas, tetapi untuk membenarkan adanya

kausalitas teoritis melalui uji data empirik. Peneliti mempunyai kebebasan untuk

membangun hubungan, sepanjang didukung oleh teori yang memadai. Kesalahan yang

sering timbul adalah kurang atau terabaikannya satu atau beberapa variabel prediktif

kunci dalam menjelaskan sebuah model, yang dikenal dengan specification error.

Meskipun demikian untuk pertimbangkan praktis, jika jumlah variabel, faktor, konsep

atau konstruk yang dikembangkan terlalu banyak, akan menyulitkan interpretasi hasil

analisis, khususnya tingkat signifikansi statistiknya.

b. Mengkontruksi diagram jalur untuk menunjukkan hubungan kausalitas.

Model teoritis yang telah dibangun kemudian digambar dalam bentuk suatu

diagram, yang dikenal dengan diagram jalur. Penggambaran dalam bentuk diagram ini

untuk mempermudah melihat hubungan-hubungan kausal antar variabel eksogen dan

22
www.jonathansarwono.info/sem/sem.htm

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
endogen yang akan diuji. Selanjutnya bahasa program akan mengkonversi gambar

menjadi persamaan, dan persamaan menjadi estimasi. Pada langkah ini ditentukan

variabel independen dan variabel dependennya. Hubungan antar konstruk dinyatakan

melalui anak panah sesuai dengan arah kausalitasnya. Anak panah yang lurus

menunjukkan sebuah hubungan kausal yang langsung antara satu konstruk dengan

konstruk lainnya. Anak panah lengkung dengan lancip dikedua ujungnya menunjukkan

korelasi antar konstruk. Konstruk-konstruk dalam diagram path, dapat

dibedakan menjadi dua :

a. Konstruk Eksogen, dikenal sebagai variabel independen yang tidak diprediksi oleh

variabel lain dalam model. Dalam diagram konstruk eksogen digambarkan sebagai

konstruk yang dituju oleh garis dengan satu ujung panah.

b. Konstruk Endogen, yaitu konstruk yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk.

Konstruk ini dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya,

Sedangkan konstruk eksogen hanya dapat berhubungan kausal dengan konstruk

endogen. Dengan pijakan teoritis yang ada, maka dapat ditentukan mana yang akan

dianggap sebagai konstruk endogen dan mana yang eksogen.

c. Konversi diagram jalur ke dalam serangkaian persamaan struktural dan spesifikasi

model pengukuran.

Setelah model digambarkan dalam diagram path, kita dapat mulai mengkonversi

spesifikasi model kedalam persamaan-persamaan. Persamaan itu terdiri dari :

1. Persamaan-persamaan struktural, yang menyatakan hubungan kausalitas

antarberbagai konstruk. Contoh persamaan struktural :Y1 = ƒ×1 X1 + ƒ×2 X2 + ƒê1

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Jika di dalam bahasa regresi, model di atas digolongkan dalam 2 persamaan regresi

berganda, jadi diuji secara simultan.

2. Persamaan spesifikasi model pengukuran (measurement model), yaitu

spesifikasiyang akan menentukan variabel apa mengukur konstruk apa, serta

menentukan serangkaian matrik yang menunjukkan korelasi yang dihipotesakan

antar konstruk atau variabel. Contoh persamaan spesifikasi model :X11 = Ć1 X1 +

ƒÔ1

d. Pemilihan matrik input dan teknik estimasi atas model yang dibangun.

Input data yang digunakan dalam analisis SEM adalah menggunakan matrik kovarian

atau matrik korelasi. Input data inilah yang membedakan antara SEM dengan teknik

analisis multivariate yang lain. Meskipun demikian, observasi individual tetap

diperlukan dalam program ini. 2Data individual dapat dientry menggunakan program

lain. Setelah masuk program SEM data segera dikonversi dalam bentuk matrik kovarian

atau matrik korelasi. Walaupun observasi individual tidak menjadi input analisis, tetapi

ukuran sampel penting dalam estimasi dan interpretasi hasil SEM.

Menurut pakar SEM sampel yang baik adalah besarnya antara 100 – 200. Jika

sampel terlalu besar, akan menjadi sangat sensitif terhadap ukuran-ukuran goodness of

fit. Sebagai pedoman ukuran sampel

1. Antara 100 – 200 sampel

2. Antara 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi

3. Antara 5 – 10 kali jumlah indikator.

e. Menilai problem identifikasi.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai ketidakmampuan dari

model yang dikembangkan untuk menghasilkan estimasi yang unik. Problem

identifikasi ini dapat dideteksi dari gejala-gejala yang muncul antara lain :

1. Standar error untuk satu atau beberapa koefisien sangat besar.

2. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya disajikan.

3. Munculnya angka-angka aneh misalnya varians error yang negatif.

4. Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi yang didapat.

f. Evaluasi model.

Kesesuaian model dapat dievaluasi dengan melihat berbagai kriteria kesesuaian.

Secara garis besar uji kesesuaian model dapat digolongkan menjadi 4 hal yaitu :

pengujian parameter hasil dugaan, uji model keseluruhan, uji model struktural, dan uji

pengukuran (validitas dan reliabilitas). Angka-angka indeks yang dapat digunakan

untuk menguji kelayakan sebuah model diantaranya

g. Interpretasi dan modifikasi model.

Langkah terakhir adalah menginterpretasikan model dan memodifikasikan model

bagi model-model yang tidak memenuhi syarat pengujian yang dilakukan. Setelah

model diestimasi harus mempunyai residual kovarian yang kecil. Batas keamanan

jumlah residual adalah 5 %. Jika residual > 5 % dari semua residual kovarian yang

dihasilkan oleh model, maka perlu dipertimbangkan modifikasi model, misalnya dengan

menambah jalur baru terhadap model yang diestimasi. Tetapi yang perlu diingat adalah

bahwa perubahan atau modifikasi model tersebut harus mempunyai dukungan dan

justifikasi teori yang memadai.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Demikianlah SEM dengan keunggulan dan keterbatasnya, dapat dijadikan

alternatif teknik analisis penelitian baik skripsi maupun penelitian sosial ekonomi

lainnya sehingga dapat diperoleh hasil-hasil penelitian dengan variasi yang lebih

beragam. Meskipun demikian, perlu ditegaskan bahwa SEM hanyalah sejenis teknik

statistik yang merupakan alat untuk memecahkan masalah, interpretasi selanjutnya

tergantung dari peneliti itu sendiri.

Untuk keseluruhan tahap dari langkah tersebut dijelaskan dalam skema bertahap

dengan seluruh langkah yang terangkum diatas 23. Ketujuh tahap tersebut dapat dilihat

pada gambar 3.10.

Tahap I:
Membangun Model Berbasis Teori
- Konfirmatori
- Membandingkan Model
- Mengembangkan Model

Tahap 2:
Menciptakan Diagram Jalur
- Mendefinisi Konstruk Endogen dan Exsogen
- Mengkaitkan Hubungan Diagram Jalur

Tahap 3:
Konversi Diagram Jalur
- Menterjemahkan Persamaan Struktural
- Menspesifikasi Model Pengukuran
- Menentukan Banyaknya Indikator
- Mengukur Reabilitas Konstruk
<> Ukuran Item Tunggal
<> Menggunakan Skala Yang
Tervalidasi
<> Analisis Dua Tahap

Tahap 4:
Memilih Matriks Input Korelasi Atau Varian-Kovarian Persoalan
Dalam Penelitian

23
Asumsi SEM Penilaian Kecukupan Sampel Metode Estimasi
Kamirul Imam, Analisa Model Persamaan Struktural (SEM), (Jakarta.Multivariat Program MM - PPS
Jakarta.) Normal Kesalahan Spesifikasi Model
UNEJ, Multivariat Direct
Membuang Outlier Ukuran Model Bootstrapping Simulation
Missing Data Penyimpangan dari Normalitas Jack Knifing
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Ke tahap 4
Gambar 3. 10. Flowchart Tahapan Analisa SEM

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Dari Tahap 4

Tahap 5:
Penilaian Identifikasi Model
- Menentukan Degree of Freedom
- Diagnosis dan memperbaiki Persoalan
- Indentifikasi

Tahap 6:
Evaluasi Estimasi dan Uji Kesesuaian
Identity/Correct offending Measurement Model Fit
Overall Model Fit Composte Reliability
Absolute Fit Variance Extracted
Incremental Fit Structural Model Fit
Parsimonious Fit Comparison of Competing

Interpretasi Model
- Menguji Standardized Residuals
- Mempertimbangkan Indikasi Modifikasi
- Identifikasi Potensi Perubahan Model

Tahap 7:
Modifikasi Model
Ya Jika Modifikasi teridentifikasi apakah ada
teori pendukungnya ?

Tidak

Model Final

Gambar 3.10. Flowchart Tahapan.............. (Lanjutan)

3.2.8. Skala Guttman

Skala guttman merupakan skala komulatif, yang mengukur suatu dimensi saja

dari satu variabel yang multidimensi. Skala ini sangat baik untuk meyakinkan peneliti

tentang kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang diteliti, yang sering disebut dengan

attribut universal, skala ini juga sering disebut skala scalogram. Skala guttman

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
merupakan skala yang digunakan untuk suatu jawaban yang jelas (tegas) dan konsisten.

Misalnya: yakin-tidak yakin, pernah-tidak, benar-salah, ya-tidak, setuju-tidak setuju dan

lain sebagainya 24.

Skala guttman selain dapat digunakan secara pilihan ganda, juga dapat

digunakan dalam bentuk lembar pengamatan secara checklist. Jawaban responden dapat

berupa skor tertinggi bernilai satu (1) dan jawaban terendah bernilai nol (0) dengan

proses analisis korelasi sederhana dan korelasi ganda, yaitu:

1. Untuk Korelasi Sederhana

2. Untuk Korelasi Ganda

Dimana X= Variabel Eksogenous

Y= Variabel Endogenous dan i = 1,2,3,...n

Dengan koefisien determinan yang menjelaskan persentase tingkat hubungan antar

variabel adalah:

KP= r2 x 100%

Dimana KP: Nilai Koefisien Determinan

r = Nilai Koefisien Korelasi

Ketentuan interpertasi tingkat hubungan yang ditunjukkan oleh nilai r2, maka tingkat

hubungannya dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Dalam analisanya, hipotesis yang diukur adalah sebagai berikut:

Ha : Variabel X berhubungan secara signifikan dengan variabel Y

Ho : Variabel X tidak berhubungan secara signifikan dengan variabel Y

Tabel 3.2. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

24
Jonathan Sarwono, Metode penelitian kuantitatif &kualitatif, Ed I,(Cet I;Yogyakarta:Graha Ilmu,2006).
h.99

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
0,60 – 0,799 Kuat
0,40 – 0,599 Cukup Kuat (Biasa)
0,20 – 0,399 Rendah
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
Sumber: Ridwan (2005:136) dan Bambang (2007:62)

Alasan penempatan Ho dibawah dan Ha diatas dikarenakan Ha merupakan hal yang

diharapkan, sedangkan Ho merupakan hal yang akan diuji untuk menghilangkan pola

kesalahan aliran data dalam pengujian.

BAB IV

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian, pengambilan dan pengumpulan data dilakukan di perusahaan

transportir PT. Burung Laut, Jl. Bantam No.3 Medan, selama bulan Juli 2009 sampai

September 2009

4.2. Lokasi Penelitian

Penelitian, pengambilan dan pengumpulan data dilakukan di perusahaan

transportir PT. Burung Laut, Jl. Bantam No.3 Medan

4.3. Objek Pengamatan

Objek pengamatan adalah rute operasional kapal MT. Citra Bintang yang berada

di Ambon, dan disewakan kepada pihak PT. Pertamina cabang Ambon untuk

mendistribusikan premium, kerosin dan solar ke Depot tujuan BBM ada sebanyak 13

depot yaitu Dobo, Tual, Wayame, Masohi, Merauke, Saumlaki, Fakfak, Kaimana,

Sanana, Tobelo, Namlea, Ternate, Labuha dengan depot asal adalah daerah Ambon.

4.4. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pihak PT. Burung Laut, yaitu pihak yang memiliki

kapal tanker MT. Citra Bintang yang menyewakan kapal tanker MT.Citra Bintang

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Dalam metode penelitian direncanakan cara atau prosedur beserta tahapan-

tahapan yang jelas dan disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan

merupakan bagian yang menentukan tahapan selanjutnya sehingga harus dilalui dengan

cermat. Langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar

4.1.

Perumusan Masalah:
Bagaimana membangun jalur yang
efektif untuk rute pelayaran kapal tanker
dan perbandingan metode uang tambang
dan time charter

Tujuan Khusus:
1. Mendapatkan variabel yang berpengaruh terhadap jalur
Tujuan Umum: operasional kapal
Penentuan rute distribusi bbm untuk 2. Mendapatkan jalur yang optimal dari distribusi BBM
menentukan jalur yang optimal dan biaya 3. Mendapatkan biaya optimal dari metode pengenaan ongkos ke
yang optimum dengan SEM setiap muatan
4. Mendapatkan biaya kapal perjarak tempuh
5. mendapatkan pilihan terbaik dari perbandingan metode uang
tambang dengan metode time charter

Studi Pendahuluan:
melakukan pengamatan dan melihat data Studi Literatur:
voyage yang lalu, wawancara dengan Mempelajari teori-teori yang akan digunakan
pihak perusahaan untuk mencapai tujuan penelitian yang hendak
dicapai. Studi pustaka yang dilakukan meliputi
pemahaman lanjut mengenai manajemen
perkapalan dan teori mengenai analisa jalur
atau Structural Equation Modelling

Gambar 4.1. Blok Diagram Metodologi Penelitian

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
A

Identifikasi kebutuhan data :


Mengidentifikasi setiap variabel yang terdapat pada
operasional penjadwalan dan rute kapal baik dari segi waktu,
jarak dan biaya

Pengumpulan Data Primer: Pengumpulan Data Sekunder:


Dengan Metode Wawancara dan Dokumen Perusahaan dan Data-data
Pengamatan Langsung Perbandingan Studi

Pengolahan Data:
Menggunakan Analisa Dengan SEM
untuk variabel yang berhubungan dan
penyelesaian akhir dengan manajemen
perkapalan

Pembahasan Hasil:
Menentukan Jalur Efektif Terhadap jadwal
pelayaran kapal

Kesimpulan dan Saran:


Menyimpulkan Semua Hasil Pengolahan
Data Serta Hasil yang Diperoleh, Serta
Menyarankan Hal-hal yang Dianggap
perlu Bagi Perusahaan

Gambar 4.1. Blok Diagram..............(Lanjutan)

4.5. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilaksanakan bertujuan untuk memperoleh masukan

mengenai objek yang akan diteliti. Melalui studi ini, diharapkan dapat diperoleh

informasi mengenai permasalahan yang diangkat dalam penelitian dan variabel-variabel

yang terkait dengan masalah tersebut.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Studi pendahuluan yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan

melakukan pengamatan dan melihat data voyage yang lalu, wawancara dengan pihak

perusahaan.

4.6. Studi Pustaka

Studi pustaka sangat berguna dalam penelitian sebab dapat dimanfaatkan

sebagai landasan logika berpikir dalam penyelesaian masalah secara ilmiah. Pada

dasarnya bobot atau nilai suatu penelitian ditentukan oleh seberapa cermat landasan

teori yang dipakai oleh peneliti.

Pada tahap ini, teori-teori serta konsep-konsep penelitian yang telah

dikembangkan sebelumnya dan ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi

dikemukakan sebagai dasar menuju tahapan selanjutnya. Studi pustaka dilakukan

dengan mempelajari teori-teori yang akan digunakan untuk mencapai tujuan penelitian

yang hendak dicapai. Studi pustaka yang dilakukan meliputi pemahaman lanjut

mengenai manajemen perkapalan dan teori mengenai analisa jalur atau Structural

Equation Modelling

4.7. Identifikasi Variabel Penelitian

Setiap variabel yang diperlukan di dalam penelitian ini perlu diidentifikasi, yang

diperlukan pada aktivitas operasional kapal, variabel yang di identifikasi yaitu waktu,

yaitu waktu perjalanan, waktu manuver, waktu bongkar muat, jarak antar depot, setiap

biaya yang dikeluarkan secara umum oleh pihak perusahaan. Untuk seluruh keterangan

waktu dapat dilihat pada keterangan sekunder

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
4.8. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, pada dasarnya data dibagi kedalam dua jenis data yang

dikumpulkan, yaitu:

1. Data Primer

Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara. Dilakukan

dengan mewawancarai pimpinan untuk memperoleh data yang diperlukan dan

informasi apa saja yang diperlukan dalam pengolahan data. Data yang terkumpul

dari hasil pengamatan langsung ke lapangan dan wawancara dengan pihak

perusahaan adalah data urutan kegiatan pelayaran kapal tanker yaitu kegiatan apa

saja yang dilakukan oleh kapal tanker dalam melakukan pelayaran, serta apa saja

yang menjadi kendala dan hambatan yang sering terjadi dalam melakukan

perjalanan

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti

sebelumnya dan telah diberikan perlakuan terhadap data tersebut sehingga menjadi

suatu informasi yang bernilai guna. Adapun data sekunder yang dikumpulkan adalah

1. Waktu berlayar: Waktu yang dibutuhkan kapal untuk berlayar dari pelabuhan

yang satu ke pelabuhan yang lain

2. Waktu bersandar : Waktu mulai tiba ditempat tujuan sampai waktu untuk

berangkat kembali dikurangi waktu bongkar maupun muat

3. Waktu Bongkar: Waktu untuk membongkar muatan kapal, berdasarkan

unloading ratenya

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
4. Waktu Muat : Waktu untuk memasukkan muatan ke kapal, berdasarkan loading

ratenya

5. Jarak: yaitu jarak antar masing-masing pelabuhan

6. Biaya operasional: seluruh biaya operasional yang dibutuhkan setiap operasional

kapal

7. Informasi tarif kapal: Biaya yang dikenakan pada kapal selama mengadakan

operasi di pelabuhan

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi yaitu mengumpulkan

setiap variabel yang berhubungan dengan operasional kapal dengan menggunakan

setiap variabel yang berhubungan dengan operasional kapal dengan menggunakan

instrumen alat tulis dan lembar pengamatan, untuk data sekunder, diambil dari data

internal dan eksternal, data internal dari perusahaan dan data eksternal dari media

elektronik yang memuat informasi kapal. Observasi dilakukan dengan memperhatikan

setiap laporan voyage yang masuk ke perusahaan dengan sensus atau mengambil data

pelayaran selama april 2008 sampai april 2009

4.9. Pengolahan Data

Data-data yang sudah diterangkan diatas kemudian akan diolah berdasarkan setiap

pendekatan teori untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dan mampu menyelesaikan

permasalahan yang diangkat, untuk setiap langkah yang dilakukan dalam pengolahan

data dapat dilihat pada Gambar 4.2. dimana setiap keterangan langkahnya akan

diterangkan pada bagian yang dibawahnya.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Menentukan variabel-variabel yang
berpengaruh kepada operasional kapal
yang akan dianalisis

Menganalisis dengan Stuctural Equation Modelling


1. Pembangunan Model Berbasis teori
2. Mengkontruksi diagram jalur untuk menunjukkan
hubungan kausalitas
3. Konversi diagram jalur ke dalam serangkaian
persamaan struktural dan spesifikai model pengukuran
4. Pemilihan matrik input dan teknik estimasi atas
model yang dibangun
5. Menilai problem identifkasi
6. Evaluasi model
7. Interpretasi dan modifikasi model

Mendapatkan Model jalur/rute


berdasarkan setiap variabel yang
dianalisis

Membandingkan metode operasi


antara metode time charter dan
metode uang tambang

Metode Time Charter Metode Uang Tambang


(Freight)

Mendapatkan Metode
Operasi terbaik dengan
jalur/rute yang efektif

Gambar 4.2. Diagram Blok Pengolahan Data

1. Menentukan variabel-variabel yang berpengaruh kepada operasional kapal yang

akan dianalisis.

Dari data yang dikumpulkan, ditentukan setiap variabel yang berpengaruh, agar

dapat dianalisis dengan Structural Equation Modelling

2. Menganalisa dengan Structural Equation Modelling (SEM)

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Didalam SEM terdapat beberapa tahapan dalam pengolahan data sebagai berikut:

a. Pengembangan model berbasis teori

Membangun model dari variabel yang memberi pengaruh terhadap operasional

kapal, yaitu waktu, kecepatan, jarak, biaya.

b. Mengkontruksi diagram jalur untuk menunjukkan hubungan kausalitas .

Menggambarkan hubungan antara setiap variabel dengan anak panah di setiap

variabel

c. Konversi diagram jalur kedalam serangkaian persamaan struktural dan

spesifikasi model pengukuran.

Menyusun diagram jalur bertujuan untuk memudahkan dalam menjelaskan

hubungan-hubungan yang ada. Persamaan yang didapatkan dari diagram alur diatas

disusun dengan persamaan-persamaan yang umumnya bersifat linier

n
Yi = ∑ PX Y
i =1
i j + €, (dimana i = 1,2,3....n) dan ( j = 1,2,3.....n)
j =1

d. Pemilihan matriks input (masukan) dan teknik estimasi terhadap model yang

dibangun

e. Menentukan matrik yang sesuai dalam melakukan analisis dengan model

struktural yang telah dibangun dan persamaan yang telah didapatkan serta persoalan

yang ingin dipecahkan. Biasanya terdapat 3 kondisi yang biasa terjadi dalam SEM

yang dapat dilihat dalam Tabel 4.1.

f. Menilai problem identifikasi

Mempertimbangkan setiap alternatif-alternatif yang mungkin ada

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Tabel 4.1. Beberapa Bentuk Matrik Dalam Analisa SEM

No Asumsi SEM Penilaian Kecukupan Sampel Metode Estimasi


1 Multivariat Normal Kesalahan Spesifikasi Model Direct
2 Membuang Outlier Ukuran Model Bootstrapping Simulation
3 Missing Data Penyimpangan dari Normalitas Jack Knifing
Sumber: Imam Kamarul, 2006, Analisa Model Persamaan Struktural (SEM).

g. Evaluasi model

Mengeleminasi alternatif-alternatif yang tidak layak, yaitu yang menimbulkan biaya

yang sangat besar

h. Interpretasi dan modifikasi model

Memperbaiki model yang ada dengan menunjukkan model yang terbaik

3. Mendapatkan model jalur/rute berdasarkan setiap variabel yang dianalisis dengan

SEM, dimodelkan sehingga mendapatkan jalur yang efektif.

4. Membandingkan metode operasi pendapatan metode time charter atau dengan

metode freight, untuk mendapatkan laba yang lebih besar.

5. Mendapatkan jalur yang efektif dan laba yang optimum

4.10. Analisis Pemecahan Masalah

Semua data, baik yang diperoleh dalam pengumpulan data maupun yang didapat

dari hasil pengolahan data dianalisis dan dibandingkan dengan sumber referensi yang

ada dan teori-teori yang mendukung. Analisa data yang dilakukan adalah

membandingkan setiap jalur yang didapatkan berdasarkan biaya yang optimal dan

waktu yang efektif

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
4.11. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Dari hasil analisa data yang dilakukan, diambil suatu kesimpulan yang diharapkan

dapat memberikan suatu gambaran kepada PT. Burung Laut tentang jalur yang

efektif untuk penjadwalan pelayaran kapal tanker MT.Citra Bintang

2. Saran

Saran berupa rekomendasi juga disampaikan kepada PT. Burung Laut, yang

diharapkan dapat menjadi suatu masukan untuk menentukan arah kebijakan dan

keputusan strategis top management dalam mengoperasikan armada tanker.

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Data Perjalanan Kapal Tanker

Data perjalanan kapal tanker MT.Citra Bintang mulai dari bulan april tahun

2009, yang berisi data pelabuhan tujuan, waktu kedatangan kapal (SBE Ship Arrived),

waktu mulai bongkar/muat (Comenced Load/Disch), waktu selesai bongkar/muat

(Complete Load/Disch), waktu berangkat (Bosv/Full Away) untuk keseluruhan data

dapat diperhatikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Data Perjalanan Kapal Tanker MT. Citra Bintang

Waktu
Pelabuhan Pelabuhan Kedatangan Waktu Mulai Waktu Selesai Waktu
Asal Tujuan Kapal Bongkar/Muat Bongkar/Muat Berangkat
AMPENAN TTW AMBON 4/15/08 8:30 PM 4/16/08 10:00 AM 4/17/08 8:18 AM 4/17/08 1:30 PM
TTW AMBON JAYA PURA 4/21/08 10:48 AM 4/21/08 2:24 PM 4/22/08 12:48 AM 4/22/08 8:30 AM
JAYA PURA SERUI 4/23/08 1:18 PM 4/23/08 3:48 PM 4/23/08 5:42 PM 4/23/08 11:00 PM
PERT.KASIM/S
SERUI ORONG 4/25/08 8:12 AM 4/27/08 3:42 PM 4/28/08 5:00 AM 4/28/08 9:06 AM
PERT.KASIM/
SORONG TOBELO 4/29/08 3:00 PM 4/29/08 5:30 PM 4/30/08 12:24 AM 4/30/08 11:30 AM
TOBELO TERNATE 5/1/08 1:00 AM 5/1/08 9:18 AM 5/1/08 5:00 PM 5/1/08 8:00 PM
TERNATE TTW AMBON 5/3/08 1:00 AM 5/3/08 3:54 PM 5/4/08 9:48 AM 5/4/08 8:00 PM
TTW AMBON MERAUKE 5/8/08 5:00 AM 5/9/08 7:00 PM 5/10/08 4:42 AM 5/10/08 10:12 PM
MERAUKE TTW AMBON 5/13/08 7:30 PM 5/14/08 6:36 PM 5/15/08 9:06 PM 5/15/08 7:00 PM
TTW AMBON TERNATE 5/17/08 2:00 AM 5/17/08 10:36 AM 5/17/08 8:12 PM 5/17/08 10:12 PM
TERNATE TOBELO 5/18/08 12:30 PM 5/18/08 1:54 PM 5/18/08 3:36 PM 5/19/08 8:12 AM
TOBELO TTW AMBON 5/20/08 10:12 PM 5/21/08 12:42 AM 5/21/08 7:30 PM 5/22/08 11:30 PM
TTW AMBON SAUMLAKI 5/24/08 1:00 PM 5/24/08 1:42 PM 5/25/08 6:12 AM 5/25/08 11:30 AM
SAUMLAKI TUAL 5/26/08 9:24 AM 5/26/08 11:54 AM 5/26/08 6:12 PM 5/26/08 10:42 PM
TUAL TTW AMBON 5/28/08 4:00 AM 5/28/08 9:30 AM 5/28/08 2:00 PM 5/28/08 5:00 PM
TTW AMBON KAIMANA 6/1/08 8:30 AM 6/1/08 1:12 PM 6/1/08 9:42 PM 6/2/08 7:48 AM
TTW AMBON KAIMANA 6/1/08 8:30 AM 6/1/08 1:12 PM 6/1/08 9:42 PM 6/2/08 7:48 AM
KAIMANA FAK-FAK 6/3/08 2:48 AM 6/3/08 9:48 AM 6/3/08 3:18 PM 6/3/08 7:30 PM
FAK-FAK MASOHI 6/4/08 7:30 PM 6/5/08 9:36 AM 6/5/08 1:06 PM 6/5/08 5:00 PM
MASOHI TTW AMBON 6/6/08 12:30 AM 6/6/08 9:42 AM 6/7/08 2:24 AM 6/7/08 10:30 AM
TTW AMBON SAUMLAKI 6/9/08 8:48 PM 6/10/08 9:24 AM 6/10/08 7:12 PM 6/10/08 12:00 PM

Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang
Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.
Tabel 5.1. Data Perjalanan ................(Lanjutan)

Waktu
Pelabuhan Pelabuhan Kedatangan Waktu Mulai Waktu Selesai Waktu
Asal Tujuan Kapal Bongkar/Muat Bongkar/Muat Berangkat
SAUMLAKI TUAL 6/11/08 7:30 PM 6/12/08 9:42 AM 6/12/08 11:30 AM 6/12/08 4:00 PM
TUAL FAK-FAK 6/13/08 9:00 AM 6/13/08 10:36 AM 6/13/08 2:48 PM 6/13/08 6:00 PM
FAK-FAK TTW AMBON 6/14/08 11:00 PM 6/15/08 9:36 PM 6/16/08 9:30 AM 6/16/08 5:30 PM
TTW AMBON labuha 6/17/08 5:00 PM 6/17/08 7:18 PM 6/17/08 11:36 PM 6/18/08 8:30 AM
LABUHA SORONG 6/19/08 7:30 AM 6/20/08 10:24 AM 6/20/08 8:48 PM 6/20/08 10:12 AM
KILANG
SORONG KASIM 6/20/08 1:24 PM 6/20/08 4:24 PM 6/21/08 3:24 AM 6/21/08 9:30 AM
KILANG
KASIM KAIMANA 6/22/08 11:00 PM 6/23/08 9:54 AM 6/23/08 5:00 PM 6/23/08 11:00 PM
KAIMANA FAK-FAK 6/24/08 2:00 PM 6/24/08 3:36 PM 6/24/08 5:00 PM 6/24/08 8:00 PM
FAK-FAK BULA 6/25/08 6:00 AM 6/25/08 9:24 AM 6/25/08 4:54 PM 6/26/08 1:00 AM
BULA MASOHI 6/27/08 1:00 AM 6/27/08 9:24 AM 6/27/08 11:06 AM 6/27/08 2:12 PM
MASOHI TTW AMBON 6/27/08 9:30 PM 6/30/08 8:42 PM 7/1/08 10:42 AM 7/1/08 5:30 PM
TTW AMBON MERAUKE 7/6/08 5:00 AM 7/6/08 4:48 PM 7/7/08 2:48 AM 7/7/08 10:00 PM
MERAUKE TTW AMBON 7/11/08 7:00 AM 7/12/08 4:00 PM 7/12/08 6:48 PM 7/12/08 11:30 PM
TTW AMBON DOBO 7/15/08 7:30 PM 7/16/08 9:12 AM 7/16/08 3:00 PM 7/16/08 7:00 PM
DOBO TUAL 7/17/08 5:48 AM 7/17/08 9:36 AM 7/17/08 1:12 PM 7/17/08 7:30 PM
TUAL BULA 7/18/08 4:00 PM 7/18/08 6:18 PM 7/19/08 4:12 AM 7/19/08 8:00 PM
BULA TTW AMBON 7/20/08 9:00 AM 7/20/08 12:18 PM 7/23/08 6:30 AM 7/23/08 12:30 PM
TTW AMBON MASOHI 7/23/08 8:24 PM 7/24/08 9:36 AM 7/24/08 1:54 PM 7/24/08 7:00 PM
MASOHI BULA 7/25/08 6:30 PM 7/25/08 8:12 PM 7/26/08 1:24 AM 7/26/08 8:00 AM
BULA TUAL 7/27/08 4:30 AM 7/27/08 9:42 AM 7/27/08 6:00 PM 7/28/08 8:30 AM
TUAL TTW AMBON 7/29/08 2:30 PM 7/29/08 5:30 PM 7/30/08 12:24 PM 7/30/08 7:00 PM
SORONG LABUHA 8/5/08 9:30 AM 8/5/08 11:00 AM 8/5/08 1:24 PM 8/5/08 4:00 PM
LABUHA SANANA 8/6/08 8:00 AM 8/6/08 9:54 AM 8/6/08 12:48 PM 8/6/08 4:00 PM
SANANA TTW AMBON 8/7/08 9:00 AM 8/9/08 8:36 AM 8/9/08 11:48 PM 8/10/08 7:30 AM
TTW AMBON DOBO 8/11/08 11:30 PM 8/12/08 11:06 AM 8/12/08 12:12 PM 8/12/08 3:30 PM
DOBO TUAL 8/13/08 2:18 AM 8/13/08 10:30 AM 8/13/08 11:12 PM 8/14/08 9:00 AM
TUAL TTW AMBON 8/15/08 3:54 PM 8/16/08 10:30 AM 8/17/08 2:54 AM 8/17/08 9:30 AM
TTW AMBON MERAUKE 8/22/08 3:30 AM 8/23/08 6:18 AM 8/23/08 4:24 PM 8/24/08 6:00 AM
MERAUKE TTW AMBON 8/27/08 2:12 PM 8/31/08 10:12 PM 9/1/08 2:48 AM 9/1/08 9:00 AM
TTW AMBON MASOHI 9/1/08 4:00 PM 9/1/08 5:36 PM 9/1/08 7:00 PM 9/1/08 10:00 PM
MASOHI LABUHA 9/3/08 1:36 AM 9/3/08 9:36 AM 9/3/08 3:42 PM 9/3/08 8:30 PM
LABUHA TOBELO 9/4/08 7:00 PM 9/5/08 8:18 AM 9/5/08 12:48 PM 9/5/08 8:00 PM
TOBELO TTW AMBON 9/16/08 10:30 PM 9/17/08 12:00 PM 9/18/08 1:00 PM 9/18/08 7:00 PM
TTW AMBON TOBELO 9/20/08 1:36 PM 9/20/08 4:12 PM 9/20/08 10:12 PM 9/21/08 7:00 AM
TOBELO LABUHA 9/22/08 6:42 PM 9/22/08 10:06 AM 9/22/08 3:18 PM 9/22/08 11:00 PM
LABUHA NAMLEA 9/23/08 9:00 PM 9/24/08 9:00 AM 9/24/08 12:06 PM 9/24/08 4:00 PM
NAMLEA TTW AMBON 9/24/08 10:36 PM 10/1/08 1:48 PM 10/2/08 10:30 AM 10/2/08 5:30 PM
TTW AMBON TUAL 10/4/08 1:30 AM 10/4/08 10:06 AM 10/4/08 6:06 PM 10/5/08 8:00 AM
TUAL DOBO 10/5/08 5:00 PM 10/5/08 7:48 PM 10/5/08 11:30 PM 10/6/08 4:00 PM
DOBO SAUMLAKI 10/7/08 8:30 AM 10/7/08 10:30 AM 10/7/08 3:00 PM 10/7/08 7:00 PM
SAUMLAKI TTW AMBON 10/9/08 2:30 AM 10/9/08 10:18 AM 10/10/08 12:06 AM 10/10/08 9:00 AM
Tabel 5.1. Data Perjalanan ................(Lanjutan)

Waktu
Pelabuhan Pelabuhan Kedatangan Waktu Mulai Waktu Selesai Waktu
Asal Tujuan Kapal Bongkar/Muat Bongkar/Muat Berangkat
TTW AMBON MERAUKE 10/13/08 7:12 PM 10/14/08 2:00 PM 10/15/08 1:36 AM 10/15/08 2:00 PM
MERAUKE TTW AMBON 10/18/08 9:48 PM 10/19/08 2:42 PM 10/20/08 4:00 AM 10/20/08 11:30 AM
TTW AMBON LABUHA 10/21/08 10:42 AM 10/21/08 5:42 PM 10/21/08 7:48 PM 10/22/08 1:00 AM
LABUHA TERNATE 10/22/08 9:30 AM 10/22/08 12:00 AM 10/22/08 5:24 PM 10/22/08 9:00 PM
TERNATE TOBELO 10/23/08 12:48 AM 10/23/08 1:42 PM 10/23/08 4:42 PM 10/23/08 9:00 PM
TOBELO TTW AMBON 10/25/08 1:48 PM 10/26/08 12:00 AM 10/26/08 3:48 PM 10/26/08 10:30 PM
TTW AMBON SAUMLAKI 10/28/08 10:00 AM 10/28/08 12:48 PM 10/28/08 9:54 PM 10/29/08 5:00 AM
SAUMLAKI BULA 10/30/08 5:30 PM 10/30/08 8:54 PM 10/31/08 5:06 AM 10/31/08 11:30 AM
BULA MASOHI 11/1/08 11:30 AM 11/1/08 1:00 PM 11/1/08 4:54 PM 11/1/08 7:00 PM
MASOHI TTW AMBON 11/2/08 2:30 AM 11/2/08 9:18 AM 11/2/08 10:30 PM 11/3/08 8:30 AM
TTW AMBON MERAUKE 11/7/08 8:30 PM 11/8/08 11:18 AM 11/8/08 8:00 PM 11/9/08 9:00 AM
MERAUKE TTW AMBON 11/12/08 5:30 PM 11/12/08 11:24 PM 11/13/08 2:36 PM 11/13/08 8:30 PM
TTW AMBON TERNATE 11/16/08 7:00 AM 11/16/08 10:48 AM 11/16/08 6:00 PM 11/16/08 10:00 PM
TERNATE LABUHA 11/17/08 7:24 AM 11/17/08 11:18 AM 11/17/08 8:00 PM 11/18/08 9:00 AM
LABUHA TTW AMBON 11/18/08 5:18 PM 11/20/08 11:30 PM 11/21/08 5:06 PM 11/21/08 11:30 PM
TTW AMBON TOBELO 11/23/08 6:00 PM 11/23/08 9:30 PM 11/24/08 11:06 AM 11/24/08 4:30 PM
TOBELO TERNATE 11/25/08 7:24 AM 11/26/08 9:00 AM 11/26/08 11:06 AM 11/26/08 12:30 PM
KILANG
TERNATE KASIM 11/28/08 11:00 AM 11/28/08 1:42 PM 11/29/08 12:48 AM 11/29/08 7:30 AM
KILANG
KASIM LABUHA 11/30/08 6:30 AM 11/30/08 9:42 AM 11/30/08 2:36 PM 11/30/08 7:00 PM
LABUHA FAK-FAK 12/2/08 3:00 AM 12/2/08 10:00 AM 12/2/08 2:30 PM 12/2/08 7:30 PM
FAK-FAK KAIMANA 12/3/08 1:00 PM 12/4/08 12:12 AM 12/4/08 5:06 AM 12/4/08 10:30 AM
KAIMANA TTW AMBON 12/6/08 12:30 AM 12/7/08 12:06 AM 12/8/08 1:42 AM 12/8/08 12:00 PM
TTW AMBON MERAUKE 12/12/08 12:00 AM 12/12/08 1:00 PM 12/12/08 10:32 PM 12/13/08 12:00 AM
MERAUKE TTW AMBON 12/16/08 8:48 PM 12/22/08 10:48 AM 12/23/08 3:36 AM 12/23/08 10:00 AM
TTW AMBON LABUHA 12/24/08 9:30 AM 12/24/08 12:18 PM 12/24/08 4:00 PM 12/24/08 8:30 PM
LABUHA TOBELO 12/25/08 8:12 PM 12/26/08 8:54 AM 12/26/08 4:04 PM 12/27/08 1:30 AM
TOBELO MASOHI 12/28/08 10:30 PM 12/29/08 9:24 AM 12/29/08 10:42 AM 12/29/08 2:00 PM
MASOHI AMBON 2/16/09 1:00 AM 2/20/09 12:18 AM 2/20/09 1:24 PM 2/20/09 7:30 PM
AMBON MERAUKE 2/24/09 7:30 AM 2/24/09 3:48 PM 2/25/09 1:06 AM 2/25/09 2:00 PM
MERAUKE AMBON 2/28/09 10:54 PM 3/1/09 2:30 PM 3/2/09 2:30 AM 3/2/09 11:30 AM
AMBON SAUMLAKI 3/3/09 8:30 PM 3/4/09 10:36 AM 3/4/09 2:36 PM 3/4/09 11:30 PM
SAUMLAKI DOBO 3/5/09 10:30 PM 3/6/09 11:00 AM 3/6/09 2:36 PM 3/6/09 8:00 PM
DOBO TUAL 3/7/09 6:30 AM 3/7/09 10:54 AM 3/7/09 4:36 PM 3/8/09 8:30 AM
TUAL FAK-FAK 3/9/09 1:48 AM 3/9/09 9:54 AM 3/9/09 2:12 PM 3/9/09 5:30 PM
FAK-FAK AMBON 3/10/09 11:00 PM 3/11/09 11:00 AM 3/12/09 4:30 AM 3/12/09 11:00 AM
AMBON TOBELO 3/14/09 5:30 AM 3/14/09 10:24 AM 3/14/09 7:18 PM 3/15/09 12:00 AM
TOBELO TERNATE 3/15/09 4:00 PM 3/16/09 9:42 AM 3/16/09 12:06 PM 3/16/09 3:30 PM
TERNATE LABUHA 3/17/09 12:54 AM 3/17/09 10:00 AM 3/17/09 2:54 PM 3/17/09 7:00 PM
LABUHA AMBON 3/18/09 5:48 PM 3/19/09 10:42 AM 3/20/09 12:48 AM 3/20/09 8:30 AM
AMBON MERAUKE 3/23/09 8:30 PM 3/24/09 1:12 PM 3/24/09 10:12 PM 3/25/09 11:30 AM
MERAUKE AMBON 3/28/09 8:42 PM 3/29/09 2:06 PM 3/30/09 3:00 AM 3/30/09 2:00 PM
Tabel 5.1. Data Perjalanan ................(Lanjutan)

Waktu
Pelabuhan Pelabuhan Kedatangan Waktu Mulai Waktu Selesai Waktu
Asal Tujuan Kapal Bongkar/Muat Bongkar/Muat Berangkat
AMBON FAK-FAK 3/31/09 8:30 PM 4/1/09 10:18 AM 4/1/09 2:24 PM 4/1/09 7:30 PM
FAK-FAK SANANA 4/3/09 8:30 AM 4/3/09 10:48 AM 4/3/09 2:30 PM 4/3/09 6:00 PM
SANANA TOBELO 4/5/09 5:30 AM 4/5/09 8:12 AM 4/5/09 3:36 PM 4/5/09 8:00 PM
TOBELO AMBON 4/7/09 12:30 PM 4/8/09 11:42 AM 4/8/09 11:12 PM 4/9/09 8:30 AM
AMBON TUAL 4/10/09 5:30 PM 4/11/09 9:18 AM 4/11/09 3:30 PM 4/12/09 7:30 AM
TUAL DOBO 4/12/09 6:18 PM 4/13/09 9:00 AM 4/13/09 11:48 AM 4/13/09 5:00 PM
DOBO SAUMLAKI 4/14/09 4:00 PM 4/14/09 5:54 PM 4/14/09 9:54 PM 4/15/09 9:30 AM
SAUMLAKI AMBON 4/16/09 5:24 PM 4/18/09 9:24 AM 4/18/09 9:24 PM 4/19/09 10:00 AM
AMBON MERAUKE 4/22/09 10:00 PM 4/23/09 1:18 PM 4/23/09 10:12 PM 4/24/09 3:00 PM
(Sumber: PT. Burung Laut)

Untuk data jarak yang ditempuh kapal tanker dan banyak muatan yang

dibongkar/dimuat disetiap depot tujuan dan depot asal dapat dilihat di Tabel 5.2..

Tabel 5.2. Data Jarak Tempuh dan Banyak Bongkar/Muat BBM


Kapal Tanker MT. Citra Bintang

JARAK
PELABUHAN BBM YANG
PELABUHAN ASAL TEMPUH
TUJUAN DIBONGKAR/MUAT (KL)
(mil)
AMPENAN TTW AMBON 414 2568.253
TTW AMBON JAYA PURA 930 2169.4
JAYA PURA SERUI 331 398.853
SERUI PERT.KASIM/SORONG 382 2542.223
PERT.KASIM/SORONG TOBELO 931 1206.618
TOBELO TERNATE 155 1335.605
TERNATE TTW AMBON 334 2594.7
TTW AMBON MERAUKE 932 2594.7
MERAUKE TTW AMBON 798 2599.549
TTW AMBON TERNATE 357 2362.665
TERNATE TOBELO 933 235.884
TOBELO TTW AMBON 437 2574.748
TTW AMBON SAUMLAKI 432 1806.419
SAUMLAKI TUAL 934 768.329
TUAL TTW AMBON 337 2600.689
TTW AMBON KAIMANA 1007 1152.613
KAIMANA FAK-FAK 935 507.816
FAK-FAK MASOHI 276 644.797
MASOHI TTW AMBON 86 2601
TTW AMBON SAUMLAKI 936 1431.212
SAUMLAKI TUAL 363 712.057
TUAL FAK-FAK 196 719.155
Tabel 5.2. Data Jarak Tempuh dan Banyak Bongkar/Muat.......(Lanjutan)

JARAK
PELABUHAN BBM YANG
PELABUHAN ASAL TEMPUH
TUJUAN DIBONGKAR/MUAT (KL)
(mil)
FAK-FAK TTW AMBON 937 2592.079
TTW AMBON Labuha 270 823.521
Labuha SORONG 265 1768.558
SORONG KILANG KASIM 938 2349.211
KILANG KASIM KAIMANA 432 1153.461
KAIMANA FAK-FAK 173 340.212
FAK-FAK BULA 115 449.429
BULA MASOHI 931 406.109
MASOHI TTW AMBON 84 2569.88
TTW AMBON MERAUKE 1237 2569.88
MERAUKE TTW AMBON 932 2597.243
TTW AMBON DOBO 783 1001.829
DOBO TUAL 124 752.088
TUAL BULA 933 843.326
BULA TTW AMBON 150 2592.978
TTW AMBON MASOHI 91 896.138
MASOHI BULA 934 328.371
BULA TUAL 236 1368.469
TUAL TTW AMBON 345 2621.321
TTW AMBON SORONG 935 1554.673
SORONG LABUHA 259 505.091
LABUHA SANANA 184 561.557
SANANA TTW AMBON 936 2613.608
TTW AMBON DOBO 460 178.403
DOBO TUAL 124 2435.205
TUAL TTW AMBON 414 2594.7
TTW AMBON MERAUKE 930 2594.7
MERAUKE TTW AMBON 931 2599.549
TTW AMBON MASOHI 155 2363.665
MASOHI LABUHA 334 235.884
LABUHA TOBELO 155 2574.748
TOBELO TTW AMBON 334 1806.419
TTW AMBON TOBELO 932 768.329
TOBELO LABUHA 798 2600.689
LABUHA NAMLEA 357 1152.613
NAMLEA TTW AMBON 933 507.816
TTW AMBON TUAL 437 644.797
TUAL DOBO 432 2601.533
DOBO SAUMLAKI 934 1431.212
SAUMLAKI TTW AMBON 337 712.057
TTW AMBON MERAUKE 1007 719.155
MERAUKE TTW AMBON 1007 2592.079
TTW AMBON LABUHA 935 823.521
Tabel 5.2. Data Jarak Tempuh dan Banyak Bongkar/Muat.......(Lanjutan)

JARAK
PELABUHAN BBM YANG
PELABUHAN ASAL TEMPUH
TUJUAN DIBONGKAR/MUAT (KL)
(mil)
LABUHA TERNATE 276 1768.558
TERNATE TOBELO 86 2592.079
TOBELO TTW AMBON 936 823.521
TTW AMBON SAUMLAKI 363 1768.558
SAUMLAKI BULA 196 2349.211
BULA MASOHI 937 1153.461
MASOHI TTW AMBON 270 340.212
TTW AMBON MERAUKE 265 2599.804
MERAUKE TTW AMBON 938 2076.295
TTW AMBON TERNATE 432 523.509
TERNATE LABUHA 173 2648.658
LABUHA TTW AMBON 96 1065.221
TTW AMBON TOBELO 489 659.246
TOBELO TERNATE 939 924.191
TERNATE KILANG KASIM 535 2554.952
KILANG KASIM LABUHA 265 2554.952
LABUHA FAK-FAK 940 2572.725
FAK-FAK KAIMANA 201 796.683
KAIMANA TTW AMBON 437 1480.516
TTW AMBON MERAUKE 967 295.526
MERAUKE TTW AMBON 933 2559.179
TTW AMBON LABUHA 270 2559.179
LABUHA TOBELO 273 2534.578
TOBELO MASOHI 934 461.441
MASOHI AMBON 414 653.074
AMBON MERAUKE 967 961.449
MERAUKE AMBON 935 458.614
AMBON SAUMLAKI 380 2498.665
SAUMLAKI DOBO 265 1055.902
DOBO TUAL 936 657.048
TUAL FAK-FAK 199 785.715
FAK-FAK AMBON 340 2615.599
AMBON TOBELO 937 2615.599
TOBELO TERNATE 184 2565.297
TERNATE LABUHA 108 601.792
LABUHA AMBON 938 753.834
AMBON MERAUKE 967 1209.671
MERAUKE AMBON 935 2531.831
AMBON FAK-FAK 939 1405.337
FAK-FAK SANANA 426 531.729
SANANA TOBELO 409 594.765
TOBELO AMBON 940 2531.831
AMBON TUAL 380 1405.337
Tabel 5.2. Data Jarak Tempuh dan Banyak Bongkar/Muat.......(Lanjutan)

JARAK
PELABUHAN BBM YANG
PELABUHAN ASAL TEMPUH
TUJUAN DIBONGKAR/MUAT (KL)
(mil)
TUAL DOBO 124 531.729
DOBO SAUMLAKI 941 594.765
SAUMLAKI AMBON 367 2556.887
AMBON MERAUKE 967 2556.887
(Sumber: PT. Burung Laut)

5.1.2.Data Jarak Antar Pelabuhan dan Kapasitas Pelabuhan

Data jarak antar pelabuhan baik antar depot tujuan dan depot asal diperlukan

untuk menentukan jarak yang optimal bagi kapal tanker MT.Citra Bintang, untuk

keseluruhan data antar jarak dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Data Jarak Antar Pelabuhan

Ambon Dobo Tual Wayame Masohi Merauke Saumlaki


Ambon 453 325 75 62 850 335
Dobo 453 110 515 410 466 235
Tual 325 110 416 311 559 190
Wayame 75 515 416 133 932 435
Masohi 62 410 311 133 869 171
Merauke 850 466 559 932 869 609
Saumlaki 335 235 190 435 171 609
Fakfak 310 242 175 373 242 310 366
Kaimana 391 155 348 460 335 565 348
Sanana 186 621 534 149 224 1093 578
Tobelo 430 683 621 404 364 1149 739
Namlea 87 534 435 43 134 1031 469
Ternate 323 160 584 329 315 1118 696
Labuha 240 95 174 224 215 1062 596
(Sumber: PT. Burung Laut)
Tabel 5.3. Data Jarak………….(Lanjutan)
Fakfak Kaimana Sanana Tobelo Namlea Ternate Labuha
Ambon 310 391 186 430 87 323 240
Dobo 242 155 621 683 534 160 95
Tual 175 348 534 621 435 584 174
Wayame 373 460 149 404 43 329 224
Masohi 242 335 224 364 134 315 215
Merauke 310 565 1093 1149 1031 1118 1062
Saumlaki 366 348 578 739 469 696 596
Fakfak 112 310 450 373 450 366
Kaimana 112 546 546 472 286 185
Sanana 310 546 298 112 286 185
Tobelo 450 546 298 356 160 95
Namlea 373 472 112 356 286 185
Ternate 450 286 286 160 286 112
Labuha 366 185 185 95 185 112
(Sumber: PT. Burung Laut)

Kapasitas tangki setiap depot tujuan diperlukan untuk menentukan kapasitas

daya tampung setiap depot tujuan. Kapasitas tangki untuk setiap depot tujuan dapat

dilihat di Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Permintaan BBM Setiap Depot Tujuan

Kebutuhan BBM
PORT Perbulan (KL)
Merauke 2588,46
Saumlaki 1036,73
Tual 1207,32
Dobo 610,02
Fak-Fak 547,81
Namlea 463,14
Labuha 852,53
Ternate 1320,07
Tobelo 1116,77
Kaimana 1076,76
Wayame 558,88
Masohi 569,27
Sanana] 657,70
(Sumber: PT. Burung Laut)
5.1.3. Spesifikasi Kapal Tanker MT. Citra Bintang

Spesifikasi kapal yang dipergunakan untuk mengangkut BBM, dilihat dibawah ini:

Name of Vessel : MT. Citra Bintang


Cargo Tank Capacity : 2899,87 M3

Kecepatan Kapal : - 10 Knot (Laden /Bermuatan)

: - 10,5 Knot (Ballast/ Kosong)

DWT (Dead Weight Tonnage) : 2,471.78 LT

5.1.4. Daftar Harga Untuk Pelabuhan

Daftar harga untuk setiap harga setiap layanan jasa kapal untuk berlabuh

diperlukan untuk menentukan biaya keseluruhan kapal ketika berlabuh. Pada Tabel 5.5.

dituliskan berdasarkan spesifikasi kapal tanker MT. Citra Bintang, untuk daftar

keseluruhan dapat dilihat dalam lampiran

Tabel 5.5.Informasi Tarif Kapal Dalam Negeri

No Jenis Jasa Tarif Keterangan


(RP)
1 Jasa labuh kapal niaga 52
Per GT/ Kunjungan
2 Jasa Tambat Dermaga 48
Per GT/ etmal
3 Pemanduan
- Tarif pokok 28000
- Tarif tambahan 8
4 Pemanduan kapal s/d 3.500 GT
- Tarif pokok 120.000 Perkapal yang ditunda/jam
- Tarif tambahan 2 Perkapal yang ditunda/jam
5 Kepil darat shifting tanpa 45000
penundaan Sekali gerakan ke kapal
6 Barang tidak dalam kemasan,
menggunakan alat
khusus/mekanis 740 Per Ton/M3
(Conveyor/pipa/pompa/shell
loader dan sejenisnya)
(sumber: Informasi pelabuhan Tanjung Priok, Pelni)
5.1.5. Hari Kerja Efektif Tahun 2010

Berdasarkan data yang ada, hari kalender yang tersedia pada tahun 2009 adalah

365 hari. Dalam operasionalnya, jumlah hari kerja efektif yang dapat dimaksimalkan

kapal tanker MT. Citra Bintang adalah 341 hari kerja, dimana untuk perawatan kapal

disediakan 2 hari pada setiap bulannya (24 hari dalam setahun).

5.1.6. Laporan Proyeksi Laba Rugi Kapal Tanker MT. Citra Bintang

Laporan proyeksi laba rugi kapal tanker MT. Citra Bintang dengan metode time

charter yang dibuat dalam jangka bulanan, dan tahunan mulai dari tahun I sampai tahun

V, untuk keseluruhannya dapat dilihat pada Tabel 5.6.

5.2. Pengolahan Data

5.2.1. Penentuan Variabel-Variabel yang Berpengaruh Kepada Operasional Kapal

Struktur sistem yang dibuat adalah struktur sistem yang berperan dalam

operasional kapal, untuk menggambarkan sistem yang melingkupi keseluruhan sistem

dalam perusahaan jadi menggambarkan input, proses dan output dari setiap kegiatan

tersebut. Struktur sistem ini berguna untuk menjelaskan dan mengidentifikasi sistem

yang akan dibangun dalam perusahaan. Bentuk sistem yang ada di PT.Burung Laut

adalah seperti pada Gambar 5.1.

Struktur sistem terdiri dari bagian internal dan eksternal, bagian eksternal dari

perusahaan adalah masyarakat yang merupakan pihak yang secara tidak langsung

menggunakan jasa perusahaan melalui Pertamina yang memiliki populasi, tingkat

migrasi, perkembangan ekonomi dan sosial budaya yang mempengaruhi daya beli dan
Tabel 5.6. Laporan Proyeksi Laba Rugi Kapal Tanker MT. Citra Bintang

Diskripsi
Bulanan Tahun I Tahun II Tahun III tahun IV Tahun V
A. PENDAPATAN 496800000 596100000 596100000 596100000 596100000 596100000
B. BIAYA TETAP
1) Gaji Crew 51177750 614133000 614133000 614133000 614133000 614133000
2) Uang Makan Crew 12750000 153000000 153000000 153000000 153000000 153000000
3) Docking (IS +SS) 62500000 750000000 750000000 750000000 750000000 750000000
4) Perawatan 10000000 120000000 120000000 120000000 120000000 120000000
5) Survey 2083333.33 24999999.96 24999999.96 24999999.96 24999999.96 24999999.96
6) Sertifikasi 1250000 15000000 15000000 15000000 15000000 15000000
7) Asuransi (Hull & Machinery) 6500000 78000000 78000000 78000000 78000000 78000000
8) Asuransi (Protect & Indemnity) 35500000 426000000 426000000 426000000 426000000 426000000
9) Asuransi Crew 1500000 18000000 18000000 18000000 18000000 18000000
10) Penyusutan 100000000 1200000000 1200000000 1200000000 1200000000 1200000000
JUMLAH [B] 283261083.3 3399133000 3399133000 3399133000 3399133000 3399133000
C. BIAYA VARIABEL
1) Bahan Bakar Minyak
2) Minyak Pelumas 12000000 144000000 144000000 144000000 144000000 144000000
3) Air Tawar 2000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000
4) Pelabuhan
5) Bongkar Muat 5961600 71539200 71539200 71539200 71539200 71539200
6) Pajak Penghasilan (Pph 25) 15000000 180000000 180000000 180000000 180000000 180000000
7) Entertainment 34961600 419539200 419539200 419539200 419539200 419539200
JUMLAH [C] 34961600 419539200 419539200 419539200 419539200 419539200
D. BIAYA TETAP + VAR [B + C] 318222683.3 3818672200 3818672200 3818672200 3818672200 3818672200
E. BIAYA OPS. PERUSAHAAN 10750000 129000000 129000000 129000000 129000000 129000000
F. ANG. BANK [POKOK + BUNGA] 137489583.3 2003875000 2003875000 2003875000 2003875000 2003875000
G. TOTA; BIAYA [D+E+F] 466462266.7 5951547200 5951547200 5951547200 5951547200 5951547200
H. LABA/RUGI [A-G] 30337733.34 10052800.04 10052800.04 10052800.04 10052800.04 10052800.04
(Sumber: PT. Burung Laut)
Masyarakat &
Konsumen
- Populasi
Sistem Pendukung
- Migrasi
Sarana Transportasi
- Tingkat Ekonomi
di Laut
- Sosial Budaya

INPUT PROSES OUTPUT

BBM yang
BBM diangkut dengan terdistribusi
Order dari kapal Tanker MT.Citra sesuai dengan
Depot Tujuan Bintang kebutuhan depot
(PT. Pertamina) - BBM dimuat tujuan
- BBM diangkut
- BBM dibongkar

Ongkos muatan yang


diangkut kapal

Pemerintah
-Peraturan & Perundang-
Lingkungan undangan
- Lokasi -Kebijakan pasar
- Cuaca & iklim - Sarana & Prasana Pelabuhan

Gambar 5.1. Bentuk Struktur Dasar Sistem Kegiatan Perusahaan


PT. Burung Laut

kebutuhan masyarakat terhadap BBM yang diangkut oleh kapal tanker,

pemerintah yang secara tidak langsung merupakan pembuat keputusan dan ketetapan

perundang-undangan, selanjutnya aspek yang lain adalah lingkungan yang dipengaruhi

oleh lokasi, iklim dan cuaca yang mempengaruhi perjalanan dan pelayaran kapal, dan

aspek keempat yang berada di luar sistem perusahaan adalah sarana transportasi yang

ada di pelabuhan yaitu pihak-pihak yang terkait dengan tempat bongkar muat kapal.

Untuk internal perusahaan, terdapat input untuk proses produksi perusahaan adalah

order yang diterima dari pihak depot yang kemudian dalamproses transformasi, setiap
order BBM akan ditransportasikan ke depot tujuan dengan awal kegiatan adalah BBM

dimuat, dtransportasikan, dan dibongkar ditempat tujuan, dan output pun didapatkan

dengan sampainya BBM di depot tujuan Batasan yang dibuat melalui garis putus-putus

bermakna bahwa pihak tersebut adalah yang berada di luar sistem internal perusahaan,

untuk memperinci dikembangkan lagi di level 1 yaitu pada bagian internal perusahaan

dimana pelanggan satu-satunya pihak perusahaan adalah PT.Pertamina sebagai pihak

yang menjalin kerjasama dengan pihak perusahaan, dimana order dari pihak depot

tujuan memberikan order yang merupakan jadi rute bagi kapal tanker untuk berlayar,

dan ketika order sudah dipenuhi, hal ini menjadi output bagi pemesanan dan input untuk

pendapatan bagi perusahaan, dan menjadi alat bagi pihak penyewa untuk

mendistribusikan BBM sesuai kebutuhan untuk keterkaitan lebih lanjut dapat dilihat

pada Gambar 5.2.

B
ut PT. Burung Laut
o utp n
an na
rik sa
m be peme
Me tuk
un
A 1 C
ak gi
W Ba
tu
at ut

Memberikan Proses
Su Inp
u

tujuan pelayaran
es i

Tranportasi
os jad

Orderan BBM dari bagi kapal tanker


Pr en

BBM dengan
M

Pihak Depot Tujuan


(PT. Pertamina) Kapal Tanker
MT. Citra Me
nd D
Bintang ke istrib
bu
tuh usik
an an B
de
po BM
t tu ses
Se jua uai
ba n
ga E
iP
e
pih ya n Pihak Penyewa
ak lur
pe Ke
ny bu
ew tu
a ha
n

Gambar 5.2. Level-0 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran


Kapal Tanker MT.Citra Bintang
Kegiatan diatas kemudian dirincikan pada rincian yang lebih spesifik untuk setiap

proses transportasi BBM dengan kapal tanker MT.Citra Bintang, yaitu dengan alur

pertama adalah kebutuhan pihak depot pertamina dan perjanjian dengan pertamina

sebagai ketentuan untuk pelayaran. Sementara untuk kegiatan yang mendukung

pelayaran dibagi menjadi tiga bagian yaitu proses di pemasaran, proses di divisi traffic

dan container, dan proses di operasional kapal. Sebagai output dari kinerja kegiatan

adalah bahwa BBm terdistribusi sesuai keinginan pihak penyewa dan untuk pihak

perusahaan ada laporan voyage bagi pihak perusahaan kondisi ini dapat dilihat pada

Gambar 5.3.

Proses Tranportasi BBM dengan Kapal Tanker MT. Citra Bintang

i
ass ut,
orm gk PT. Burung
inf dian data B ut
n
ka n g an l utp
eri ya n d pa Laporan a n o nan Laut
e mb uatan ayara ar ka k
eri es
a
M lah dia

M m pel bak mb pem


jum

Voyage Kapal
em m ng

Proses di lah ktu an Me tuk


be ua kut

Kebutuhan jum a wa n bah B.1 Tanker n ut


rik tan A

u
Pemasaran 1.1 dat W da utp
an y .1

Depot Tujuan F a n o nan


In ang

Memberikan k a
eri es
fo

mb pem C
rm aka

ak gi
tujuan
Me tuk W Ba
as n

tu
i

pelayaran bagi n
at ut
u
Proses di
Su Inp

kapal tanker
u
es i

divisi traffic &


os jad
Pr en

Orderan BBM dari Container 1.2 M


M

ses emb
Pihak Depot Tujuan uai ag
den ikan
(PT. Pertamina) Perjanjian gan mu BBM
an n
2

Proses di
tus ga

B.2 kebu atan


A.

D
pu an

dengan Pihak Operasional tuh terdistribusi di Me


Ke imb

an ses ndis
an ert

penyewa (PT. 1.3 Depot ua trib


bil i P

ik
eb usik
am jad

Pertamina) Tujuaner u a
tuj tuha n BB
ng en
M

ua n d M
n ep
ot Pihak
Pe

E
Penyewa

Gambar 5.3. Level-1 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran


Kapal Tanker MT.Citra Bintang

Kemudian dari 3 bagian departemen yang telah dirinci pada level-1, dijelaskan

kembali proses-proses kegiatan di dalam setiap departemen. Berdasarkan level-1, proses

pertama adalah pada departemen penjualan/pemasaran, pada bagian ini yang merupakan
kegiatan proses di pemasaran adalah ruang lingkup pelanggan yaitu, mengurus segala

sesuatunya yang berhubungan dengan pelanggan utama, untuk setiap masalah yang

mungkin terjadi, mengamati kekuatan pasar pemilik kapal,mengamati kekuatan pasar

pesaing, memperhatikan tingkat uang tambang yang menjadi ketetapan dan

kecenderungan muatan yang dibawa oleh kapal, artinya muatan apa saja yang kira-kira

mempunyai peluang besar di pasar dan memikirkan untuk melihat peluang membawa

muatan pada saat kapal kembali ke depot asal,sebagai output dari kegiatan divisi ini

adalah muatan di setiap pelabuhan, setiap komoditas, tujuan-tujuan pelayaran,

perbandingan berapa yang mampu diangkut oleh kapal,dan kapal pelayaran, output

selanjutnya adalah market share yaitu pembagian pasar dengan pihak pelayaran

lain,laporan kekuatan pesaing dan tingkat freight yang kompetitif dengan pihak

pelayaran lain. untuk keseluruhan proses dapat dilihat pada Gambar 5.4.

Proses Tranportasi BBM dengan Kapal Tanker MT. Citra Bintang

Ruang Lingkup Pelanggan


B.1.1.1 B t PT. Burung
tpu
ou n Laut
i k an ana
Kekuatan Pasar er es
mb pem
pemilik kapal B.1.1.2 Me tuk t
n
u tpu
Kekuatan Pasar Muatan per pelabuhan, komodits, ou n
Memberikan i k an ana
pesaingl B.1.1.2 tujuan, berapa yang diangkut er es
mb pem C
ak agi

tujuan
pelayaran dan pelayaran lain C.1.1.1 Me tuk
tu
uW B

pelayaran bagi n
at ut

u
Su i Inp

kapal tanker
Market Share C.1.1.2
os jad

Proses di
Pr en

Orderan BBM dari


es

pemasaran
M

Pihak Depot Tujuan 1.1 Laporan Kekuatan Pesaing C.1.1.3


(PT. Pertamina)
Tingkat Uang Tambang D
Me
B.1.1.4 Tingkat Freight yang Kompetitif ses ndis
ua trib
C.1.1.4 i k us
Kecendrungan Muatan eb ik
u a
B.1.1.5 tuj tuha n BB
ua n d M
n ep
Muatan Balik (Home Bound E ot Pihak
Cargo) B.1.1.6 Penyewa

Gambar 5.4. Level-2 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran


Kapal Tanker MT.Citra Bintang
Dengan tetap berpedoman pada level-1, maka level-3 merupakan uraian setiap

proses kegiatan pada bagian divisi traffic & Container yang dirinci secara terstruktur

dan bertahap yaitu menetapkan dan memonitor rencana produksi, memonitor

pelaksanaan pola operasi setiap layanan, memprogram serta menjadwalkan pelayaran

kapal, memonitor ketetapan pelaksanaan kriteria performansi operasional, dan

memproyeksikan dan memonitor pelaksanyaan voyage account setiap trip di setiap

layanan serta perhitungan keuangan pengoperasian dengan dasar efesiensi, dan

kemudian output dari divisi ini adalah surat perintah berlayar untuk nahkoda,

monitoring dan pengaturan perjalanan kapal agar sesuai dengan rencana produksi, dan

pengaturan stowage. Untuk keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.5.

Proses Tranportasi BBM dengan Kapal Tanker MT. Citra Bintang

Menetapkan dan memonitor


rencana produksi A.1.2.1 B ut PT. Burung
utp
n o an Laut
Memonitor pelaksanaan pola ka an
b eri emes
operasi di setiap service A.1.2.2 m p
Me ntuk
u ut
Memprogram serta menjadwalkan Surat perintah berlayar untuk utp
n o an
Memberikan pelayaran A.1.2.3 Nahkoda C.1.2.1 e r ika esan
mb pem C
ak gi

tujuan Monitoring dan Pengturan Me ntuk


W a
tu
u tB

pelayaran bagi Proses di Perjalanan Kapal agar sesuai u


at pu

kapal tanker divisi traffic


Su In

dengan rencana produksi C.1.2.2


es i
os jad

& Container
Pr en

Orderan BBM dari Pengaturan stowage


M

Memonitor ketetapan pelaksanaan 1.2


Pihak Depot Tujuan
kriteria performansi operasional A.1.2.4
(PT. Pertamina)
Memprogramkan serta D
Me
menjadwalkan operasi container ses ndis
ua trib
ik u
ebu sik
a
tuj tuha n BB
Memproyeksikan dan memonitor pelaksanaan voyage ua n d M
n epo
account setiap trip di setiap service serta perhitungan E t Pihak
keuangan pengoperasian dengan dasar efesiensi A.1.2.6
Penyewa

Gambar 5.5. Level-3 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran


Kapal Tanker MT.Citra Bintang

Pada Level-4 yang diuraikan merupakan aliran kegiatan berdasarkan setiap proses

data pada bagian operasional atau pelaksanaan pelayaran kapal, yaitu pemberitahuan

kedatangan kapal kepada instansi di pelabuhan, perencanaan, pengaturan dan

pelaksanaan penyandaraan kapal, persiapan dan pengurusan surat-surat kapal, pelayaran


kebutuhan kapal seperti bunker, air, perbekalan dan lain-lain, sebagai output dari divisi

ini adalah waktu kedatangan yang sudah dijadwalkan di pelabuhan dan kapal tanker siap

untuk beroperasi untuk keseluruhan alur dapat dilihat pada Gambar 5.6.

Proses Tranportasi BBM dengan Kapal Tanker MT. Citra Bintang

B ut PT. Burung
utp
a n o nan Laut
k a
eri es
Pemberitahuan kedatangan kapal mb pem
Me tuk t
kepada instansi di pelabuhan A.1.3.1 un tpu
ou n
Perencanaan, pengaturan, dan an na
Memberikan
pelaksanaan penyandaraan kapal A.1.3.2 e rik mesa
mb pe C

ak gi
tujuan Waktu kedatangan kapal di
Me tuk

W Ba
tu
pelayaran bagi pelabuhan D.1.3.1 un

at ut
Su Inp
kapal tanker
Proses di

u
es i
os jad
Operasional

Pr en
Orderan BBM dari Persiapan dan pengurusan

M
surat-surat kapal A.1.3.4 1.3 Kapal tanker siap beroperasi
Pihak Depot Tujuan D.1.3.2
(PT. Pertamina)
Pelayanan penyediaan kebutuhan D
Me
kapal seperti bunker, air, perbekalan, ses ndis
ua ribt
dan lain-lain A.1.3.5 ik
eb usik
u a
tuj tuha n BB
ua n d M
n ep
E ot Pihak
Penyewa

Gambar 5.6. Level-4 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran


Kapal Tanker MT. Citra Bintang
Untuk keseluruhan proses dapat dilihat pada level 5 untuk seluruh kegiatan

perusahaan pelayaran. Keseluruhan kegiatan tergabung pada level ini saling berintegrasi

untuk melaksanakan kegiatan pelayaran, untuk setiap order yang diterima oleh pihak

perusahaan yang dirinci pada setiap divisi diatas, dengan kegiatan yang dibagi

perdivisi, membuat kinerja perusahaan semakin efektif, sehingga ketika ada masalah

yang terjadi di perusahaan, dapat langsung di lihat bahwa masalah tersebut berkaitan

dengan divisi yang bersangkutan dan dapat langsung diselesaikan dengan metode yang

dianggap efektif untuk menyelesaikannya. Untuk perencanaan penjadwalan kapal yang

lebih spesifik diambil dari SEM level 3 yaitu pada divisi traffic dan container, yaitu

pada bagian memprogramkan serta menjadwalkan pelayaran, dan yang mejadi bahan
pertimbangan bagi kegiatan ini adalah laporan voyage kapal yaitu, data yang menjadi

angka statistik perjalanan kapal, yaitu waktu bongkar muat, waktu perjalanan, waktu

manuver, kebutuhan dan jarak. Keuntungan data statistik yang menjadi bahan

pertimbangan bagi pembuatan jadwal dan rute adalah, mampu mewakili keadaan kapal

pada saat pelayaran dan mampu mengakomodasi setiap gangguan yang sering terjadi

pada saat pelayaran kapal berlangsung, karena pada pengolahan ini juga akan

mempertimbangkan kelonggaran-kelonggaran waktu yang terjadi pada saat kapal

beroperasi. Untuk kelima variabel tadi pada gambar level dapat dikenali secara

langsung, untuk alur keseluruhan sistem internal lebih jelas dapat dilihat pada Gambar

5.7.

Gambar level 5 diatas merupakan gambaran kegiatan sistem yang ada di

perusahaan pelayaran. Pada penelitian ini hanya dibahas mengenai pembuatan rute,

maka dibatasi pada variabel-variabel yang dianggap berpengaruh terhadap jalur yang

efektif, yaitu waktu bongkar muat, waktu perjalanan, waktu manuver atau bersandar,

muatan yang dibongkar atau dimuat dan jarak yang ditempuh oleh kapal tanker.

kecepatan kapal merupakan variabel yang konstan karena sudah ditetapkan bahwa

ketika kapal bermuatan kecepatannya 10 knot perjam dan pada saat kapal tidak

bermuatan (ballast) kecepatan kapal hanya 10,5 knot perjam, dan variabel kecepatan

pompa untuk bongkar muat adalah variabel yang berada diluar sistem kapal, maka

untuk variabel yang mencakup keduanya dimasukkan kedalam waktu tempuh

perjalanan dan waktu untuk bongkar muat, jadi pembatasan dilakukan pada variabel

yang ada pada proses divisi dan traffic pada kegiatan A.1.2.3. untuk memprogram serta

menjadwalkan pelayaran untuk gambar lebih spesifik dapat dilihat pada Gambar 5.8.
Proses Tranportasi BBM dengan Kapal
Tanker MT. Citra Bintang
Ruang Lingkup Pelanggan B.1.1.1

Kekuatan Pasar
pemilik kapal B.1.1.2
Kekuatan Pasar Muatan per pelabuhan, komodits, tujuan,
pesaingl B.1.1.2 berapa yang diangkut pelayaran dan pelayaran
lain C.1.1.1

Market Share C.1.1.2


Proses di
pemasaran 1.1
Laporan Kekuatan Pesaing C.1.1.3

Tingkat Uang Tambang B.1.1.4


Tingkat Freight yang Kompetitif C.1.1.4
Kecendrungan Muatan B.1.1.5
B
Muatan Balik (Home Bound n PT. Burung Laut
ka k
Cargo) B.1.1.6 eri
e mb t untu n
Menetapkan dan memonitor M pu na
t
rencana produksi A.1.2.1 ou mesa
pe
C

ak gi
Waktu Memonitor pelaksanaan pola

W a
tu
u tB
BongkarMuat operasi di setiap service A.1.2.2

at pu
Su In
Memprogram serta menjadwalkan

es i
os jad
Memberikan Waktu
pelayaran A.1.2.3 Surat perintah berlayar untuk Nahkoda C.1.2.1

Pr en
tujuan pelayaran perjalanan

M
Orderan BBM dari bagi kapal tanker
Pihak Depot Tujuan Monitoring dan Pengturan Perjalanan Kapal
(PT. Pertamina) Waktu Proses di divisi agar sesuai dengan rencana produksi C.1.2.2
Jalur yang
Manuver traffic & Container Me
efektif
Memonitor ketetapan pelaksanaan 1.2 ses ndis
Pengaturan stowage ua trib
ik
kriteria performansi operasional ebu usik
a
Kebutuhan A.1.2.4 tuj tuha n BB
Memprogramkan serta ua nd M
n epo
menjadwalkan operasi container D t
A.1.2.5
Jarak Memproyeksikan dan memonitor pelaksanaan
voyage account setiap trip di setiap service
serta perhitungan keuangan pengoperasian
dengan dasar efesiensi A.1.2.6 E
Pihak Penyewa
Pemberitahuan kedatangan kapal Seb
Ke agai
kepada instansi di pelabuhan bu
tu Pen
A.1.3.1 pen han yalur
yew piha
Perencanaan, pengaturan, dan a k
pelaksanaan penyandaraan kapal Waktu kedatangan kapal di pelabuhan D.1.3.1
A.1.3.2
Proses di
Persiapan dan pengurusan surat- Operasional 1.3
surat kapal A.1.3.4 Kapal tanker siap beroperasi D.1.3.2

Pelayanan penyediaan kebutuhan


kapal seperti bunker, air,
perbekalan, dan lain-lain A.1.3.5

Gambar 5.7. Level-5 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran Kapal Tanker MT.Citra Bintang
Waktu Waktu Waktu
Jarak Kebutuhan
perjalanan BongkarMuat Manuver

Jalur yang efektif

Gambar 5.8. Variabel Penentu Rute Kapal

5.2.2. Analisis Dengan SEM

Untuk menentukan hubungan variabel yang berpengaruh kepada jalur yang

efektif, maka dapat ditentukan dengan jalur SEM berdasarkan setiap tahapan-tahapan:

5.2.2.1. Pengembangan Model Berbasis Teori

Pada tahap ini disusun setiap variabel yang berpengaruh terhadap penentuan jalur

pelayaran kapal, dimana variabel yang disusun adalah variabel yang dapat diukur

langsung dan merupakan variabel-variabel yang berpengaruh langsung secara signifikan

terhadap pelayaran kapal yaitu: waktu, jarak, daya tampung pelabuhan asal dan biaya,

tetapi dalam hal ini biaya bukan variabel yang dapat diukur oleh karena itu variabel

yang akan dianalisis tingkat hubungannya adalah waktu, jarak dan daya tamping.

Penentuan rute dengan system tramper yang dilakukan perusahaan adalah dengan

merima setiap permintaan dari depot yang paling membutuhkan, sehingga pada tahap

pertama variabel yang mempengaruhi jalur yang akan ditempuh kapal adalah
permintaan depot tujuan, dan dimana depot tujuan disini sebanyak 13 tujuan, yaitu

Merauke, dobo, tual, Namlea, Saumlaki, Labuha, Ternate, Kaimana, Fak-fak, Sanana,

Masohi, Tobelo dan depot asal hanya satu yaitu Ambon, masing-masing setiap depot ini

mempunyai jarak yang berbeda dan jumlah kebutuhan BBM yang berbeda.

Dalam melayani semua depot tujuan, kapal tanker melakukan perjalanan ke setiap

depot tujuan, tentunya ada variabel yang mempengaruhi yaitu jumlah muatan yang

dibawa oleh kapal tanker dan lama perjalanan sampai ke tempat tujuan dan kembali ke

depot asal. Dalam pengoperasian kapal, memakan waktu untuk perjalanan mulai dari

memuat BBM yang akan diangkut kemudian berangkat dari tempat asal, menuju ke

depot tujuan untuk membongkar BBM yang akan diangkut, dapat digambarkan dengan

kecepatan kapal dalam melakukan perjalanan dan kecepatan kapal ketika melakukan

bongkar muat merupakan factor yang sangat berpengaruh terhadap keefektifan produksi

kapal, untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada gambar 5.6. faktor kecepatan

yang mempengaruhi kapal, kecepatan perjalanan kapal dibagi menjadi dua bagian yaitu

lama menempuh jarak yang dilalui kapal tanker dan waktu yang diperlukan kapal untuk

bersandar dan bermanuver. Kecepatan perjalanan kapal, dimana kecepatan kapal

konstan pada saat bermuatam telah (Laden) atau hanya bermuatan air ballast, untuk

kecepatan bongkar muat di pelabuhan depot asal maupun tujuan ditentukan oleh

banyaknya muatan yang dibongkar atau dimuat, dan kecepatan pompa yang dimiliki

setiap pompa, karena kecepatan pompa adalah variabel yang mempengaruhi kecepatan

bongkar muat adalah banyak muatan yang dibongkar dan waktu yang diperlukan untuk

melakukan bongkar muat. Untuk menentukan bias pengukuran, yaitu variabel-variabel


yang tidak diteliti tetapi ikut berpengaruh terhadap penentuan rute kapal yang efektif

dinyatakan dengan variabel eror.

5.2.2.2.Mengkontruksi Diagram Jalur untuk Menunjukkan Hubungan Kausalitas

Analisis SEM dalam prosesnya selalu membutuhkan diagram jalur sebagai

patokan atau gambaran suatu system yang akan diukur tingkat interaksi variabel-

variabelnya. Untuk analisis SEM kali ini diagram jalur yang digunakan adalah diagram

jalur hasil pemetaan dengan pola level-5. Karena pada level ini sistem telah dijelaskan

dengan rinci hubungan antar variabel-variabel dalam sistem (Gambar 5.8), pada jalur ini

ditambahkan variabel eror sebagai bias pengukuran yang telah disebutkan pada langkah

sebelumnya, jalur yang sudah dibentuk dengan program AMOS dapat dilihat pada

Gambar 5.9, setiap variabel yang mempengaruhi jalur kapal dikonversi menjadi

e1 e2 e3 e4 e5

1 1 1 1 1

X2 X3 X4 X5
X1

Gambar 5.9. Diagram Jalur Variabel Kapal

Dimana konversi setiap notasi yang diatas diterangkan sebagai berikut:

X1 = Waktu bongkar muat

X2 = Waktu perjalanan

X3 = Jarak
X4 = Kebutuhan

X5 = Waktu manuver

Y = Jalur yang efektif

5.2.2.3. Konversi Diagram Jalur kedalam Serangkaian Persamaan Struktural dan

Spesifikasi Model Pengukuran

Berdasarkan dari kajian teori diatas, dirubah kedalam persamaan struktural dan

spesifikasi model pengukuran. Persamaan struktural dari diagram jalur diatas hanya

menggambarkan satu diagram laten dan 5 indikatornya sehingga persamaan dari setiap

indikator dimasukkan menjadi model pengukuran. Dengan demikian persamaan model

pengukuran dapat dibuat seperti:

X1 = λ1Y + e1…………………………(1)

X2 = λ2Y + e2…………………………(2)

X3 = λ3Y + e3…………………………(3)

X4 = λ4Y + e4…………………………(4)

X5 = λ5Y + e5…………………………(5)

Untuk model struktural dari pengukuran dapat dibuat seperti:

Y = bX1 + bX2 + bX3 + bX4 + BX5……………..(6)

5.2.2.4. Memilih Input Matriks dan Mendapatkan Model Estimate

Model persamaan struktural mengakomodasi input matriks dalam bentuk

covariance atau korelasi. Untuk analisis faktor konfirmatori kedua jenis input matriks

ini dapat digunakan. Namun demikian karena tujuannya adalah mengeksplorasi pola
saling hubungan (interrelationship), maka input matriks dalam bentuk korelasi yang

digunakan. Program AMOS akan mengkonversikan dari data mentah ke bentuk

kovarian atau korelasi lebih dahulu sebagai input analisis. Untuk data yang akan diinput

terlebih dahulu diolah data pada tabel 5.1. dengan rumus:

Waktu Perjalanan = (waktu berangkat –waktu tiba ) x 24

Waktu Perjalanan = (4/16/08 10:00 AM – 4/15/08 8.30 PM) x 24 = 36 jam

Waktu bongkar muat=(Completed Load/Dish–Comenced Load/Disch) x24

Waktu bongkar muat = (4/21/08 10:48 AM – 4/17/08 1.30 PM) x 24 = 22,3 jam

Waktu bersandar ={(Comenced Load/Dish– Sbe Ship Arrived) x24 + (Bosv/Full Away –

Completed Load/Dish) x24}

Waktu bersandar = {(4/16/08 10:00 AM – 4/15/08 8.30 PM) x 24 + {(4/17/08 1:30 PM

– 4/17/08 8.18 AM) x 24 }= 12,9 jam

Untuk data jarak dan kebutuhan data tidak perlu diolah dan dapat langsung dimasukkan

ke input data AMOS. Untuk keseluruhan pengolahan dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7. Data Tampilan Untuk Pengolahan AMOS

NO X1 X2 X3 X4 X5
1 22.3 36 414.36 2568.25 12.9
2 10.4 93.3 930 2169.4 1.9
3 1.9 28.8 331.49 398.85 1.4
4 13.3 33.2 382.13 2542.22 55
5 6.9 29.9 931 1206.62 1.2
6 7.7 13.5 155.39 1335.61 8.3
7 17.9 29 333.79 2594.7 14.2
8 9.7 81 932 2594.7 36.8
9 26.5 69.3 797.64 2599.55 22.1
10 9.6 31 356.81 2363.67 8.1
11 1.7 14.3 933 235.88 1
12 18.8 38 437.38 2574.75 11.55
13 16.5 37.5 431.63 1806.42 1.58
14 6.3 21.9 934 768.33 2.8
15 4.5 29.3 337.24 2600.69 3.5
16 8.5 87.5 1007.12 1152.61 3.2
Tabel 5.7. Data Tampilan………………. (Lanjutan)

NO X1 X2 X3 X4 X5
17 5.5 19 935 507.82 5.8
18 3.5 24 276.24 644.8 12.7
19 16.7 7.5 86.33 2601.53 8.8
20 9.8 58.3 936 1431.21 11.6
21 1.8 31.5 362.57 712.06 13.4
22 4.2 17 195.67 719.16 1.3
23 11.9 29 937 2592.08 22
24 4.3 23.5 270.49 823.52 1.3
25 10.4 23 264.73 1768.56 2.6
26 11 3.2 938 2349.21 2.5
27 7.1 37.5 431.63 1153.46 9.5
28 1.4 15 172.65 340.21 0
29 7.5 10 115.1 449.43 2.8
30 1.7 24 931 406.11 7.3
31 14 7.3 84.02 2569.88 69.7
47 12.7 10.8 124.31 2435.21 7.1
48 16.4 30.9 937 2611.74 17.7
49 10.1 114 1312.14 2611.74 25.7
50 4.6 80.2 923.1 2589.97 102.3
51 1.4 7 938 323.27 1.33
52 6.1 27.6 317.68 1343.54 7.3
53 4.5 22.5 258.98 923.17 12.7
54 25 266.5 939 2616.5 24.5
55 6 42.6 490.33 1157.18 1.8
56 5.2 35.7 410.91 996.19 1.9
57 3.1 22 253.22 463.14 11.1
58 20.7 6.6 932 2601.43 158.73
59 8 32 368.32 1255.65 7.9
60 3.7 9 103.59 685.06 2.2
61 4.5 16.5 933 660.73 1.5
62 13.8 31.5 362.57 2676.87 7.5
63 11.6 82.2 946.12 2676.87 18.13
64 13.3 79.8 934 2611.69 15.9
65 2.1 23.2 267.03 460.16 6.8
66 17.4 8.5 97.84 1405.41 1.5
67 3 3.8 935 746.12 12.7
68 15.8 40.8 469.61 2620.55 8.9
69 9.1 35.5 408.6 1265.82 1.9
70 8.2 36.5 936 504.94 2.1
71 3.9 24 276.24 849.8 1.1
72 13.2 7.5 86.33 2556.34 5.6
73 8.7 108 937 2556.34 13.6
74 15.2 80.5 926.55 2531.8 4.3
75 7.2 58.5 673.34 1635.16 3
76 8.7 9.4 938 896.64 2.7
Tabel 5.7. Data Tampilan………….. (Lanjutan)

NO X1 X2 X3 X4 X5
77 17.6 8.3 95.53 2599.8 52.7
78 13.6 42.5 489.18 2076.3 2.6
79 2.1 14.9 939 523.51 25
80 11.1 46.5 535.22 2648.66 2.5
81 4.9 23 264.73 1065.22 2.3
82 4.5 32 940 659.25 6
83 4.9 17.5 201.42 924.19 10.9
84 25.6 38 437.38 2554.95 22.6
85 9.53 84 966.84 2554.95 12
86 16.8 92.8 933 2572.73 133.4
87 3.7 23.5 270.49 796.68 1.5
88 7.17 23.7 272.79 1480.52 11.4
89 1.3 45 934 295.53 10.5
90 13.1 36 414.36 2559.18 95.3
91 9.3 84 966.84 2559.18 8.3
92 12 80.9 935 2534.58 15.6
93 4 33 379.83 461.44 14.1
94 3.6 23 264.73 653.07 12.5
95 5.7 10.5 936 961.45 4.4
96 4.3 17.3 199.12 458.61 8.1
97 17.5 29.5 339.55 2498.67 12
98 8.9 42.5 937 1055.9 4.9
99 2.4 16 184.16 657.05 17.7
100 4.9 9.4 108.19 785.72 9.1
101 14.1 22.8 938 2615.6 16.9
102 9 84 966.84 2615.6 16.7
103 12.9 81.2 934.61 2565.3 17.4
104 4.1 30.5 939 601.79 13.8
105 3.7 37 425.87 753.83 2.3
106 7.4 35.5 408.6 1209.67 2.7
107 11.5 40.5 940 2531.83 23.2
108 6.2 33 379.83 1405.34 15.8
109 2.8 10.8 124.31 531.73 14.7
110 4 23 941 594.77 1.9
111 12 31.9 367.17 2556.89 40
112 8.9 84 966.84 2556.89 15.3

Kemudian untuk estimasi dipilih estimasi Maximum Likelihood (ML) untuk

mengestimasi data yang sudah di input. Setelah estimasi dipilih, kemudian dapat

dilanjutkan ke langkah selanjutnya.


5.2.2.5. Menilai Problem Identifikasi

Setelah itu di uji normalitas datanya, untuk melihat apakah ada data yang tidak

berdistribusi normal, evaluasi normalitas dilakukan dengan menggunakan kriteria

critical ratop skewness value sebesar ± 2,58 pada tingkat signifikansi 0.001. data dapat

disimpulkan mempunyai distribusi normal jika nilai critical ratio skewness value di

bawah harga mutlak ±2.58. Dengan perhitungan manual dapat dihitung dengan rumus

Nilai minimum pada variabel X5 = 0

Nilai maksimum pada variabel X5 = 158,730

Untuk nilai skewness dapat dihitung dengan rumus

∑i =1  Yi − Y 
N ^

skewness =
( N − 1) s 3

^
dimana Yi adalah setiap data variabel dan Y adalah rata-rata dari setiap data, dan N

adalah jumlah data:

^
(22.3 + 10.4 + 1.9 + ... + 12 + 8.9)
Y= = 9,43
112

(9,43 − 22,3) 2 + (9,43 − 10,4) 2 + ... + (9,43 − 8,9) 2


S= =7,95
112 − 1
3

∑i =1  i  ∑iN=1 (22,3 − 9,43)3


 N ^
 Y − Y
skewness = = = 3,526
( N − 1) s 3 (112 − 1)(7,95) 3

∑i =1 (Yi − Y ) 4 ∑ (22,3 − 9,43)


N N 3

kurtosis = = i =1
= 21,426
( N − 1) s 4 (112 − 1)(7,95) 3

Untuk nilai critical rasio dapat diperoleh untuk skewness dan kurtosis dapat dihitung

dengan rumus:
Menghitung standar error dari skewness:

6 6
s.e = = =0,231
N 112

skewness _ Sampel 3,526


cr = = = 15,235
s.e 0,231

Menghitung standar error dari skewness:

24 24
s.e = = = 0.463
N 112

kurtosis _ Sampel 21,426


cr = = = 46,286
s.e 0,463
Untuk keseluruhan data dapat diolah melalui program AMOS, sehingga didapatkan

hasil output normalitas yang dapat dilihat pada Tabel 5.8

Tabel 5.8. Assesment of normality

Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.


X5 .000 158.730 3.773 16.301 15.968 34.496
X4 178.400 2676.870 .042 .182 -1.700 -3.673
X3 84.020 1312.140 .090 .388 -1.560 -3.370
X2 3.200 266.500 3.062 13.231 15.637 33.779
X1 1.100 66.200 3.526 15.235 21.426 46.286
Multivariate 79.503 50.282

Sebuah distribusi dikatakan normal jika data tidak miring ke kiri atau ke kanan

(disebut simetris dengan nilai skweness adalah 0), serta mempunyai keruncingan yang

ideal (angka kurtosis yang negatif atau positif. Karena itu, yang akan diuji adalah

seberapa miring atau seberapa runcing sebuah distribusi, sehingga masih dapat dianggap

normal, walaupun tidak benar-benar berdistribusi normal. Angka pembanding adalah

angka Z. Angka tersebut didapat dengan melihat tabel z. pada umumnya digunakan
tingkat kepercayaan 99%. Pada tingkat kepercayaan tersebut, tingkat signifikansi adalah

100%-99% = 1%, dan angka Z adalah ± 2,58. Dengan demikian sebuah distribusi

dikatakan normal jika angka cr skweness atau angka cr kurtosis ada di antara -2,58

sampai +2,58. namun jika angka-angka tersebut ada di bawah -2,58 atau diatas +2,58

distribusi dapat dikatakan tidak normal, dari seluruh nilai cr skweness atau angka cr

kurtosis dapat diperhatikan bahwa ada beberapa nilai diatas 2,58 oleh karena itu

diperhatikan kembali apakah ada sebaran data yang outlier atau tidak. atau dengan

menguji chi squarenya yang didapatkan dengan bantuan program excel, dengan rumus

=chiinv(prob,df) = chiinv(0.001,5) = 20,52

angka probabilitas 0.001 yaitu tingkat signifikansi penelitian dan angka 5 yang

merupakan jumlah indikator pada variabel laten ,sebelumnya ditampilkan terlebih

dahulu ditunjukkan output observations furthest from the centroid dari program AMOS

kemudian dihilangkan setiap data yang outlier, untuk perhitungan manual dapat dilihat:

= p<X<p

=Z<X<Z

− −
x−x x−x 9,43 − 70,696 9,43 − 70,696
= <x< = <x< = 0.102<X<0,948
σ σ 7,95 7,95

Nilai p adalah nilai probabilitas, yaitu jarak antara tingkat signifikansi dengan

probabilitas dari data terhadap chi-square. Untuk keseluruhan data dapat dilihat pada

Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) (Group
number 1)

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2


37 70.969 .000 .000
54 59.564 .000 .000
58 41.106 .000 .000
86 26.913 .000 .000
50 16.258 .006 .001
90 12.046 .034 .185
31 9.175 .102 .948
26 8.268 .142 .993
15 7.323 .198 1.000
49 6.584 .253 1.000
77 6.360 .273 1.000
32 6.055 .301 1.000
45 5.992 .307 1.000
33 5.898 .316 1.000
72 5.837 .322 1.000
19 5.443 .364 1.000
9 5.417 .367 1.000
101 5.228 .389 1.000
73 5.182 .394 1.000
51 5.099 .404 1.000
11 4.767 .445 1.000
47 4.658 .459 1.000
79 4.568 .471 1.000
67 4.538 .475 1.000
42 4.494 .481 1.000
76 4.432 .489 1.000
39 4.430 .489 1.000
84 4.401 .493 1.000
23 4.359 .499 1.000
48 4.286 .509 1.000
16 4.141 .529 1.000
70 4.133 .530 1.000
89 3.994 .550 1.000
17 3.974 .553 1.000
4 3.948 .557 1.000
36 3.925 .560 1.000
Tabel 5.9. Observations Farthest………….. (Lanjutan)

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2


41 3.851 .571 1.000
95 3.789 .580 1.000
91 3.718 .591 1.000
66 3.710 .592 1.000
30 3.690 .595 1.000
61 3.662 .599 1.000
46 3.524 .620 1.000
102 3.516 .621 1.000
62 3.501 .623 1.000
80 3.481 .626 1.000
110 3.446 .632 1.000
2 3.437 .633 1.000
85 3.391 .640 1.000
112 3.385 .641 1.000
1 3.291 .655 1.000
14 3.230 .665 1.000
29 3.175 .673 1.000
74 3.121 .681 1.000
104 3.112 .683 1.000
107 3.099 .685 1.000
28 2.997 .700 1.000
111 2.949 .708 1.000
63 2.949 .708 1.000
82 2.868 .720 1.000
10 2.805 .730 1.000
7 2.759 .737 1.000
99 2.680 .749 1.000
60 2.565 .767 1.000
34 2.548 .769 1.000
96 2.542 .770 1.000
64 2.532 .772 1.000
38 2.531 .772 1.000
92 2.486 .779 1.000
97 2.478 .780 1.000
57 2.455 .783 1.000
103 2.422 .788 .999
93 2.401 .791 .999
Tabel 5.9. Observations Farthest………….. (Lanjutan)

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2


12 2.392 .793 .998
68 2.367 .796 .998
35 2.367 .796 .996
100 2.354 .798 .993
65 2.352 .799 .988
3 2.333 .801 .983
44 2.330 .802 .972
5 2.309 .805 .962
43 2.183 .823 .981
98 2.180 .824 .969
94 1.934 .858 .997
18 1.930 .859 .993
22 1.916 .861 .989
21 1.813 .874 .994
83 1.632 .897 .999
6 1.628 .898 .998
87 1.539 .909 .999
13 1.526 .910 .998
71 1.451 .919 .998
24 1.451 .919 .996
25 1.442 .920 .992
20 1.427 .921 .986
53 1.423 .922 .972
105 1.296 .935 .986
81 1.263 .939 .980

Angka-angka pada tabel di atas menunjukkan seberapa jauh jarak sebuah data

dari titik pusat tertentu; jarak tersebut diukur dengan metode Mahalanobis. Semakin

jauh jarak sebuah data dengan titik pusat (centroid), semakin ada kemungkinan data

masuk dalam kategori outlier, atau data yang sangat berbeda dengan data lainnya.

Perhatikan data pada tabel yang menunjukkan urutan besar Mahalanobis Distance, dari

yang terbesar sampai terkecil.


Sebuah data termasuk outlier jika mempunyai angka p1 dan p2 yang kurang dari

0,05. pada data diatas, angka diurutkan mulai dari nomor data yang mempunyai jarak

terbesar. Dari 112 data, data nomor 37, 54, 58, 86 dapat dianggap data outlier, karena

pada kolom p1 dan p2 mempunyai nilai yang kurang dari 0,05. sehingga data urutan ke

5 dan seterusnya mempunyai angka p2 yang sudah diatas 0,05, sehingga dapat dianggap

bukan outlier, sampai pada uji normalitas yang ketiga masih didapatkan data outlier,

dan setelah diuji sampai uji normalitas ke 4, kemudian didapatkan data yang tidak

terdapat outliernya, Dan data observasi pada uji yang keempat dapat dilihat di tabel

5.10.

− −
x−x x−x 9,43 − 20,581 9,43 − 20,581
= <x< = <x< = 0.001<X<0,094
σ σ 4,9 4,9

Nilai p adalah nilai probabilitas, yaitu jarak antara tingkat signifikansi dengan

probabilitas dari data terhadap chi-square. Untuk keseluruhan data dapat dilihat pada

Tabel 5.10.

Tabel 5.10.Observations Farthest From The Centroid (Mahalanobis distance)


(Group number 1)

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2


75 20.581 .001 .094
100 18.348 .003 .028
13 15.912 .007 .036
30 15.395 .009 .012
38 14.825 .011 .006
24 14.576 .012 .002
75 20.581 .001 .094
100 18.348 .003 .028
13 15.912 .007 .036
30 15.395 .009 .012
38 14.825 .011 .006
Tabel 5.10.Observations Farthest………….(Lanjutan)

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2


24 14.576 .012 .002
7 12.255 .031 .041
70 11.482 .043 .067
44 10.385 .065 .211
1 9.601 .087 .388
58 9.371 .095 .366
14 8.927 .112 .460
65 8.845 .115 .382
29 8.587 .127 .403
31 8.455 .133 .364
2 8.165 .147 .419
21 8.042 .154 .385
90 7.942 .159 .342
59 7.660 .176 .414
64 7.251 .203 .585
17 6.852 .232 .751
45 6.821 .234 .688
43 6.685 .245 .694
37 6.668 .246 .620
96 5.964 .310 .930
68 5.918 .314 .912
66 5.790 .327 .919
71 5.645 .342 .933
42 5.600 .347 .917
80 5.567 .351 .893
9 5.552 .352 .855
62 5.539 .354 .810
11 5.356 .374 .861
33 5.351 .375 .813
84 5.276 .383 .804
88 5.065 .408 .876
35 4.758 .446 .957
6 4.741 .448 .941
10 4.651 .460 .945
91 4.639 .461 .923
53 4.565 .471 .922
98 4.485 .482 .924
101 4.475 .483 .896
Tabel 5.10.Observations Farthest………….(Lanjutan)

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2


76 4.466 .484 .860
41 4.299 .507 .910
15 4.173 .525 .932
79 4.156 .527 .910
86 4.127 .531 .890
27 3.937 .559 .943
99 3.933 .559 .918
28 3.884 .566 .910
54 3.865 .569 .884
82 3.824 .575 .869
93 3.790 .580 .847
8 3.698 .594 .865
12 3.659 .599 .847
55 3.622 .605 .826
26 3.436 .633 .907
4 3.338 .648 .925
92 3.311 .652 .907
34 3.308 .653 .870
56 3.146 .678 .928
81 3.076 .688 .932
50 2.829 .726 .984
3 2.810 .729 .977
19 2.763 .737 .975
60 2.732 .741 .969
73 2.711 .744 .957
87 2.680 .749 .947
52 2.674 .750 .923
39 2.611 .760 .924
85 2.562 .767 .918
16 2.548 .769 .888
32 2.544 .770 .843
40 2.541 .770 .786
83 2.506 .776 .754
89 2.446 .785 .751
69 2.397 .792 .733
67 2.385 .794 .666
57 2.304 .806 .688
Tabel 5.10.Observations Farthest………….(Lanjutan)

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2


18 2.141 .829 .808
20 2.135 .830 .739
63 2.070 .839 .737
77 2.027 .845 .707
23 2.013 .847 .629
47 1.956 .855 .610
94 1.933 .858 .535
22 1.884 .865 .497
74 1.881 .865 .386
72 1.759 .881 .457
5 1.698 .889 .429
48 1.606 .901 .446
97 1.587 .903 .342
49 1.516 .911 .318
61 1.432 .921 .304
36 1.249 .940 .432
78 1.245 .941 .276
95 1.060 .958 .375
46 .942 .967 .350
25 .659 .985 .557

Dari tabel diatas, dapat diperhatikan nilai p1 dan p2 berada diatas 0,001 sehingga

tidak perlu dilakukan penghapusan data outlier lagi, dan data sudah dianggap

berdistribusi normal, dan dapat melangkah ke tahap selanjutnya

5.2.2.6. Mengevaluasi model dengan kriteria Kesesuaian

Menilai kesesuaian merupakan tujuan utama dalam persamaan struktural yaitu

ingin mengetahui sampai seberapa jauh model yang “fit” atau cocok dengan data. Jika

didapat kesesuaian yang jelek, langkah selanjutnya mendeteksi sumber penyebab

“misfit” dalam model hal ini dapat dilihat dari (a) kelayakan dari parameter estimate, (b)

kesesuaian nilai standard errors, dan (c) signifikansi statistik dari parameter estimasi.
(a). Kelayakan Parameter Estimate

Langkah awal dalam menilai fit terhadap parameter individu dalam model

adalah menentukan kelayakan nilai estimasi. Nilai estimasi parameter harus

memberikan tanda (besaran sign and size) yang benar dan konsisten dengan teori yang

ada. Jika ada nilai estimasi yang tidak memenuhi criteria ini menunjukkan indikasi

bahwa model mungkin salah satu atau matrix input tidak cukup memberikan informasi.

Beberapa indikasi ini dapat dilihat jika ada nilai korelasi>1.00, nilai varian negatif dan

matrik kovarian atau korelasi tidak definit positif (not definite positive) yang secara

(b). Kesesuaian nilai standard errors

Penentuan derajat kebebasan (degree of freedom), dapat didapat langsung dari

Dengan cara manual dapat didapatkan dengan cara :derajat kebebasan :

df = ½ [(p).(p + 1)]-k] = [4(4+1)]-15= 5,

dimana 5 adalah jumlah variabel manifes pada model diatas dan 12 adalah jumlah

parameter yang akan diestimasi. Selanjutnya yang dilakukan adalah penilaian

identifikasi model, semua sampel yang ditampilkan disajikan dalam bentuk matriks

antar variabel, nilai ini juga menyajkan hubungan kovarians antara variabel yang satu

dengan yang lain, dengan contoh seperti dibawah ini, antara waktu perjalanan dengan

waktu bersandar atau waktu manuver, pada tabel 5.8. disajikan dengan nilai 686.789,

artinya nilai estimasi antara kedua variabel adalah sebesar 686.789. demikian juga untuk

keseluruhan nilai yang lain

Tabel 5.11. Sample Covariances (Group number 1)

X2 X5 X4 X3 X1
X2 686.789
X5 78.143 64.737
X4 12059.049 2881.045 763361.130
Tabel 5.11. Sample Covariances………(Lanjutan)

X2 X5 X4 X3 X1
X3 5203.414 652.001 64586.460 116936.432
X1 35.871 7.867 3527.894 146.716 27.236

Implied covarians merupakan kovarians estimasi, nilai ini diperlukan untuk

penilaian sebuah model, dengan mendapatkan selisih antara kovarians sampel dengan

kovarians estimasi didapatkan residual covarians, yang merupakan kunci penilaian

sebuah model, semakin kecil angka kovarians residual yang didapat menandakan model

semakin fit atau data (observasi) mendukung keberadaan model

Tabel 5.12. Implied Covariances (Group number 1)

X2 X5 X4 X3 X1
X2 686.789
X5 78.143 64.737
X4 12059.041 2881.042 763361.128
X3 5203.414 652.001 64586.396 116936.432
X1 55.731 13.315 3527.893 298.488 27.236

Contoh penafsiran angka pada nilai-nilai tabel diatas dapat ditunjukkan sebagai berikut:

a. Variabel Waktu berlabuh:

1. Kovarians observasi dari waktu berlabuh adalah 686,789

2. Kovarians estimasi dari waktu berlabuh adalah 686,789

Sehingga kovarians residual untuk waktu berlabuh adalah 686,789-686,789 = 0, untuk

keseluruhan nilai dari kovarians residual dari seluruh variabel terdapat pada Tabel 5.13
Tabel 5.13 .Residual Covariances (Group number 1 - Default model)

X2 X5 X4 X3 X1
X2 .000
X5 .000 .000
X4 .008 .002 .002
X3 .000 .000 .064 .000
X1 -19.860 -5.448 .001 -151.772 .000

Pada tahap ini, model dapat dievaluasi dengan menggunakan beberapa uji yaitu,

absolute fit indices, incremental fit indices, parsimony fit indices, nilai-nilai ini hanya

didapatkan dari program AMOS,

1. Absolute fit indices

Ukuran fundamental dari overall fit adalah likelihood-ratio chi-square (X2).

Nilai chi-square yang tinggi relatif terhadap degree of freedom menunjukkan bahwa

matrik kovarian atau korelasi yang diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara

nyata dan ini menghasilkan probabilitas (p) lebih kecil akan menghasilkan nilai

probabilitas (p) yang lebih besar dari tingkat signifikansi (α) dan ini menunjukkan

bahwa input matrik kovarian antara prediksi dengan observasi sesuangguhnya tidak

berbeda secara signikan. Dalam hal ini peneliti harus mencari nilai chi-square yang

tidak signifikan karena mengharapkan bahwa model yang diusulkan cocok atau fit

dengan data observasi.

Dengan membandingkan nilai hitung dan nilai tabel, dimana X2 tabel dengan

menggunakan fungsi Excel =CHIINV(0,001;3), didapatkan nilainya tabel sebesar 7,81.

dengan membandingkan dengan nilai X2 hitung, 2,231 < 7,81 dan angka probabilitas

pada output AMOS sebesar 0,526 dan bila dibandingkan 0,526> 0,5, dapat disimpulkan
dari seluruh perbandingan bahwa hipotesa awal diterima. Dengan demikian didapatkan

bahwa model fit dengan data yang ada.

a. CMIN/DF

Adalah nilai chi-square dibagi dengan derajat kebebasan.

Dengan rumus manual dapat dihasilkan dengan

chisquare 45,268
CMIN/DF= = =9,054
df 5

Dengan program Amos didapatkan tampilan berikut:

Tabel 5.14. Hasil CMIN

Model CMIN DF CMIN/DF


Default model 45.268 5 9.054
Saturated model .000 0
Independence model 204.377 10 20.438

Angka CMIN menunjukkan angka 45,268, nilai default modelnya berada antara 0,000

dan nilai 204,377. Angka ini menunjukkan bahwa model ini adalah model yang baik

karena angka yang CMIN yang dimiliki oleh default model berada diantara saturated

model dan independence model

b. GFI (goodness of fit index)

Alat uji GFI memungkinkan pengaruh jumlah sampel menjadi kurang sensitif dalam

proses pengambilan keputusan Untuk perhitungan manual dapat dihitung dengan rumus

^
F
GFI= 1 − ^
= 1 -0,126 =0,874
Fb
Nilai GFI yang tinggi menunjukkan fit yang lebih GFI menunjukkan angka 0,874,

mendekati angka 1, angka ini menyatakan bahwa model sudah cukup baik untuk hasil

GFI dapat dilihat pada tabel 5.15

Tabel 5.15. Hasil GFI

Model GFI AGFI PGFI


Default model .874 .622 .291
Saturated model 1.000
Independence model .617 .425 .411

2. Increamental fit measures

Increamental fit measures membandingkan proposed model dengan baseline model

sering disebut dengan null model. Null model merupakan model realistic dimana model-

model yang lain harus diatasnya

a. AGFI

Adjusted goodnes-of fit merupakan pengembangan dari GFI yang disesuaikan

dengan ratio degree of freedom,

Untuk perhitungan manual dapat dilihat pada angka dibawah ini:

db
AGFI=1-(1-GFI) = 1 –(1- 0,874)= 0,622
d

nilai AGFI diatas adalah 0,622, angka ini mendekati angka 1, menyatakan bahwa

model ini sudah cukup baik untuk hasil dari amos dapat dilihat pada tabel 5.16

Tabel 5.16. Hasil GFI, AGFI

Model GFI AGFI


Default model .874 .622
Saturated model 1.000
Independence model .617 .425
b. TLI

Tucker-Lewis Index atau dikenal dengan nonormed fit index. Ukuran ini

menggabungkan ukuran parsimony kedalam indeks komparasi antara proposed model

dan null model dan nilai TLI berkisar dari 0 sampai 1,0. Nilai TLI pada tabel 5.17 nilai

TLI sebesar 0,568 yang menunjukkan model cukup baik.

c. NFI

Normed Fit Index merupakan ukuran perbandingan antara proposed model dan

null model. Nilai NFI dari model ini adalah 0,779, yang menyatakan bahwa model ini

cukup baik.

Tabel 5.17. Hasil Baseline Comparisons

NFI TLI
Model
Delta1 rho2
Default model .779 .586
Saturated model 1.000
Independence model .000 .000

3. Parsimonious Fit Measures

Kelompok pengujian ini membandingkan model yang komples dengan model sederhana

(parsimoni atau ringkas). Karena itu, alat ukur sebenarnya tidak efektif untuk mengukur

model tunggal (single model), namun akan efektif untuk membandingkan dua

model,yang terdiri dari model kompleks dan model yang lebih sederhana.

Alat ukur yang termasuk dalam kategori adalah PRATIO (Parsimony Ratio), PNFI dan

PCFI, di mana:

PNFI = PRATIO x NFI = 0,5 x 0,779 = 0,389

PCFI = PRATIO x CFI = 0,5 x 0,586 = 0.396


Tabel 5.18. Parsimony-Adjusted Measures

Model PRATIO PNFI PCFI


Default model .500 .389 .396
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 1.000 .000 .000

4. Pengukuran Model yang Sesuai

Setelah keseluruhan model fit dievaluasi, maka langkah berikutnya adalah

pengukuran setiap konstruk untuk menilai uni dimensionalitas dann reliabilitas dari

konstruk. Unidimensionalitas adalah asumsi yang melandasi perhitungan reliabilitas dan

ditunjukkan ketika indicator suatu kontruk memiliki acceptable fit satu single factor

(one dimensional) model.

Pendekatan untuk menilai measurement model adalah mengukur composite

reliability dan variance extracted untuk setiap konstruk. Reliability adalah ukuran

internal consistency indikator suatu konstruk .Untuk perhitungan reliabilitas konstruk

dapat dilihat pada perhitungan dibawah, dan untuk nilai standard loadingnya dapat

diambil dari nilai standardized regression weight

Tabel 5.19. Standardized Regression


Weights:

Estimate
X2 <--- Y .527
X1 <--- Y .774
X3 <--- Y .216
X4 <--- Y 1.000
X5 <--- Y .297
X5 <--- X2 .214

(Jumlah dari standard loading) 2


Re liabitas konstruk =
(jumlah dari standard loading) 2 + jumlah kesalahan pengukuran
Jumlah kesalahan pengukuran = 1 – (standard loading)2

= (1- (0,527)2 ) +… +(1- (0,214)2 ) = 3.942534

(3.028) 2
Re liabitas konstruk = = 0.70
(3.028) 2 + 3,942534

Variance extracted = (0,527 + 0,774 + 0,216 + 1,000 + 0,297 + 0,214)/5 = 0.6056,

artinya bahwa 60,56%, model yang ada mampu menjelaskan keadaan yang sebenarnya

e4 e5
e1 e2 e3

.22 .01 1.23 .13


.50
X3 X4 X5
X2
X1

.71 .46 .12 1.11 .36

Gambar 5.10. Diagram Jalur Model Awal

Untuk diagram diatas ini, diagram jalur perlu untuk dimodifikasi karena ada

nilai Heywood case , artinya ada nilai eror yang negative. Ini menunjukkan model

tersebut perlu dimodifikasi.yaitu pada e4 sebesar dimana nilainya Tetapi diagram ini

sudah dapat dinilai.jadi dilanjutkan ke tahap selanjutnya untuk tahap ke 7 yaitu sebesar -

177905.499, sehingga untuk model yang fit harus dimodifikasi kembali, untuk

modifikasi indikasi diambil dari output AMOS. Untuk penjelasan dari model diatas

dapat dilihat pada Tabel 5.20.


Tabel 5.20. Hubungan antar Variabel Model Awal

Hubungan antar variabel Nilai Hubungan Keterangan


Y dan X1 0,71 Pengaruh X1 terhadap Y sangat kuat
Y dan X2 0,46 Pengaruh X2 terhadap Y cukup kuat
Y dan X3 0,12 Pengaruh X3 terhadap Y Lemah
Y dan X4 1,11 Heywood Case
Y dan X5 0,36 Pengaruh X5 terhadap Y rendah
X1 dan e1 0,51 Pengaruh e1 terhadap X1 kuat
X2 dan e2 0,22 Pengaruh e2 terhadap X2 rendah
X3 dan e3 0,1 Pengaruh e3 terhadap X3 rendah
X4 dan e4 1,23 Heywood case
X5 dan e5 0,13 Pengaruh e5 terhadap X5 rendah

5.2.2.7. Interpretasi dan Memodifikasi Model

Ketika model dinyatakan diterima, maka peneliti dapat mempertimbangkan

dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki penjelasan teoritis atau goodness-

of-fit. Pengukuran model dilakukan modification indices,nilai modification indices sama

dengan terjadinya penurunan chi-square jika koefisien diestimasi.Berikut adalah

modifikasi yang diusulkan oleh program AMOS untuk menurunkan nilai chi square,

yang berguna untuk membuat model lebih fit, penurunan chi square yang dihasilkan

dari 45,3 menjadi 10,969 dengan demikian model lebih fit lagi, untuk diagram jalur

yang dimodifikasi dapat dilihat pada Gambar 5.11..


.06

.56

e1 e2 e3 e5
e4
.28 .05 .20
.60 .21
X3 1.00
X2 X5
X1
X4

.77 .53 .22 .30


1.00

Gambar 5.11. Diagram Jalur Model Modifikasi


Tabel 5.21. Hubungan antar Variabel Model Modifikasi
Hubungan antar Nilai Keterangan
variabel Hubungan
Y dan X1 0,77 Pengaruh X1 terhadap Y sangat kuat
Y dan X2 0,53 Pengaruh X2 terhadap Y cukup kuat
Y dan X3 0,22 Pengaruh X3 terhadap Y Lemah
Y dan X4 1,00 Pengaruh X4 terhadap Y mutlak
Y dan X5 0,30 Pengaruh X5 terhadap Y rendah
X1 dan e1 0,60 Pengaruh e1 terhadap X1 kuat
X2 dan e2 0,28 Pengaruh e2 terhadap X2 rendah
X3 dan e3 0,05 Pengaruh e3 terhadap X3 lemah
X4 dan e4 1,00 Pengaruh X1 terhadap Y mutlak
X5 dan e5 0,20 Pengaruh X5 terhadap e5 rendah
X2 dan X5 0,21 Pengaruh X2 terhadap X5 rendah
e2 dan e3 0,56 Pengaruh e2 terhadap e3 cukup kuat
e3 dan e5 0,06 Pengaruh e3 terhadap e5 lemah

Angka pada diagram diatas menunjukkan factor loading setiap indikator terhadap

konstruk. Angka 0,77 menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara indikator jarak

dengan jalur yang efektif. Angka 0,53 menunjukkan bahwa variabel kebutuhan

memberikan pengaruh sebesar 0,53 kepada jalur yang efektif, artinya dengan variabel

kebutuhan dapat menjelaskan konstruk jalur yang efektif, sementara untuk angka 0,22

menunjukkan hubungan yang biasa dengan jalur yang biasa dengan jalur yang efektif.

Hal ini menunjukkan bahwa hubungan lama waktu manuver dengan jalur yang efektif,

adalah tetap, keadaan waktu maneuver yang hanya sedikit berfluktuasi dianggap tetap

pada pembuatan jalur yang efektif pada kapal, sementara untuk hubungan waktu

bersandar (X4) dengan jalur yang efektif menunjukkan hubungannya mutlak yaitu

berada pada angka 1. Untuk nilai waktu bongkar muat (X5) memberikan pengaruh

yang kuat antara variabel tersebut dengan jalur yang efektif pada angka 0,30. jadi dapat

dilihat bahwa:
- Variabel yang dominan diatas adalah X1, X2, X5, dengan angka pengaruh diatas

0,53

- Variabel yang berpengaruh rendah adalah X5

- Variabel yang berpengaruh lemah adalah X3

- Variabel yang berhubungan secara recursif artinya saling mempengaruhi adalah

nilai bias antara e2 dan e3, antara e3 dan e5, hal ini artinya bahwa ada nilai

parameter lain yang menyatakan hubungan antara masing-masing kedua variabel

bias tersebut.

Untuk pertimbangan pembuatan rute dapat dilihat dari pengaruh masing-masing

angka statistik diatas yaitu bahwa variabel yang dapat dioptimalkan untuk

meningkatkan efektifitas pelayaran kapal adalah waktu bongkar muat, waktu perjalanan,

banyak muatan yang dibongkar, dan jarak. Sementara untuk waktu manuver, pengaruh

waktu untuk manuver digolongkan rendah karena dari pengolahan seluruh data didapati

bahwa waktu untuk manuver cukup kecil dan konstan. Untuk mendapatkan rute yang

efektif dapat disusun kembali rute yang baru yang disusun berdasarkan data kebutuhan

tiap depot tujuan.

5.1.3. Penentuan Jalur/Rute

Berdasarkan model structural equation modeling diatas, didapatkan bahwa

model jalur yang efektif dipengaruhi oleh variabel waktu perjalanan, waktu bongkar

muat, waktu manuver, jarak dan banyak muatan yang dibongkar. Untuk menentukan

penjadwalan sistem liner, maka terlebih dahulu dicari kemampuan produktivitas kapal

untuk tahun 2010.


a. Penentuan Kemampuan Produksi Kapal

Waktu kerja efektif untuk tahun 2010, adalah 340 hari, hal ini sudah tidak

termasuk untuk maintanance kapal, sampai docking yaitu perawatan kapal dengan

meletakkan kapal di galangan. Untuk mendapatkan nilai perjam maka hari kerja efektif

dikonversikan ke jam dengan rumus:

Jumlah kerja 1 tahun = jumlah hari efektif x jumlah jam sehari

Jumlah kerja tahun 2010 = 340 x 24 = 8160 jam setahun

Untuk kecepatan kapal tanker pada keadaan kapal ballast (kosong), kecepatan kapal

didapatkan sebesar 10 knot,dan pada keadaan laden (berisi), kecepatan kapal sebesar

10,5 knot, jadi dengan konversi ke mil/jam maka didapatkan jarak yang dapat ditempuh

kapal ketika kapal bermuatan, dan tidak bermuatan,

Jarak yang dapat ditempuh selama kerja efektif dapat dihitung dengan rumus:

Jarak = Kecepatan x Waktu

Dengan demikian Jarak tempuh kapal ketika bermuatan dapat dihitung dengan:

Jarak = 10,5 knot x 8160 jam

Jarak = 10,5 x 1,151 mil/jam x 8160 jam = 98617,68 mil

Dengan demikian Jarak tempuh kapal ketika bermuatan dapat dihitung dengan:

Jarak = 10 knot x 8160 jam

Jarak = 10 x 1,151 mil/jam x 8160 jam = 93921,6 mil

Maka untuk mendapatkan kemampuan produksi kapal untuk setiap depot dapat

diperhitungkan melalui jarak dan kebutuhan setiap depot perbulan. Dengan cluster-

cluster, didapatkan jadwal rute dari setiap pengangkutan kapal, yaitu


Gambar 5.13. Peta Rute Berdasarkan Cluster Arah

1. Klaster I : Ambon – Merauke - Ambon

Jarak antar pelabuhan: 850 mil

Kecepatan kapal saat laden : 10 Knot

Kecepatan kapal saat ballast : 10,5 Knot

Kebutuhan perbulan : 2588.46 kl

2. Klaster II : Ambon – Fak-fak – Kaimana – Masohi - Ambon

Total jarak yang ditempuh = 310 + 112 + 335 + 62 = 819 mil

Kecepatan kapal saat laden : 10 Knot

Kecepatan kapal saat ballast : 10,5 Knot

Kebutuhan perbulan :

- Fak-fak : 547,8058 KL

- Kaimana : 1076,755 KL

- Masohi : 569,2725 KL
3. Klaster III : Ambon – Saumlaki – Tual – Dobo - Ambon

Total jarak yang ditempuh = 335 + 190 + 110 + 453 = 1088 mil

Kecepatan kapal saat laden : 10 Knot

Kecepatan kapal saat ballast : 10,5 Knot

Kebutuhan perbulan :

- Saumlaki: 1036,731KL

- Tual : 1207,323KL

- Dobo : 610,0182 KL

4. Klaster IV : Ambon – Ternate- Tobelo- Ambon

Total jarak yang ditempuh = 323 + 160 + 430 = 913 mil

Kecepatan kapal saat laden : 10 Knot

Kecepatan kapal saat ballast : 10,5 Knot

Kebutuhan perbulan :

- Ternate : 1320,065 KL

- Tobelo : 1116,773 KL

5. Klaster V : Ambon – Namlea- Labuha – Wayame – Sanana – Ambon

Total jarak yang ditempuh = 87 + 185 + 224 + 149 + 186 = 831 mil

Kecepatan kapal saat laden : 10 Knot

Kecepatan kapal saat ballast : 10,5 Knot

Kebutuhan perbulan : 2600 kl

- Namlea : 463,136 KL

- Labuha : 852,5286 KL

- Wayame : 558,8777 KL
- Sanana : 657,6955KL

Untuk kecepatan pompa, diambil rata-rata yaitu dengan nilai 177.925 KL/jam, untuk

keseluruhan waktu, dapat diperhitungkan melalui kecepatan kapal, jarak dan kecepatan

pompa seperti yang sudah dimodelkan diatas: waktu manuver dimasukkan ke waktu

penyaluran minyak hal ini diakibatkan karena apabila pelayaran sudah terjadwal maka

diasumsikan tidak ada lagi waktu menunggu, karena kapal langsung dapat mendarat dan

membongkar muatan.

Untuk klaster I:

Waktu keseluruhan = waktu perjalanan ke depot tujuan + waktu penyaluran muatan +

waktu perjalanan ke depot asal

dimana waktu untuk seluruh pelayaran adalah

= (850mil / 10 knot ) + 2 x (2588.46 KL/177.925 KL/jam) + (850mil / 10,5 knot )

= 180.500/ 24 jam = 7,6 hari

Untuk klaster II:

= (757mil / 10 knot ) + (2193.833 KL/177.925 KL/jam) + (62 mil / 10,5 knot )

= 93.93/ 24 jam = 3.91 hari

Untuk klaster III:

= (635mil / 10 knot ) + (2854.071 KL/177.925 KL/jam) + (453 mil / 10,5 knot )

= 122,68/ 24 jam = 5,11 hari

Untuk klaster IV:

= (483mil / 10 knot ) + (2436,838 KL/177.925 KL/jam) + (430 mil / 10,5 knot )

= 102.95/ 24 jam = 4,29 hari

Untuk klaster V:
= (645 mil / 10 knot ) + (2532.238 KL/177.925 KL/jam) + (186 mil / 10,5 knot )

= 96,45/ 24 jam = 4,02 hari

Untuk jadwal keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 5.22.

5.22. Jadwal Keseluruhan

Muatan yang
Klaster Rute Lama Perjalanan
diangkut
Klaster I Ambon – Merauke - Ambon 2588,46 KL 7,6 hari
Ambon – Fak-fak –
Klaster II 2193,833 KL 3.91 hari
Kaimana – Masohi - Ambon
Ambon – Saumlaki – Tual –
Klaster III 2854,071 KL 5,11 hari
Dobo – Ambon
Ambon – Ternate- Tobelo-
Klaster IV 2436,838 KL 4,29 hari
Ambon
4,02 hari
Ambon – Namlea- Labuha – 2532.238 KL
Klaster V
Wayame – Sanana – Ambon
24,93 hari
Total Perjalanan

Dari rute dan jumlah lama perjalanan, dapat dilihat bahwa kebutuhan depot terpenuhi

seluruhnya dalam sekali sebulan. Selanjutnya yang dapat dilakukan adalah menghitung

ongkos muatan/liter/ mil, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung

idling detention cost nya (I) yang dipengaruhi oleh total biaya selama di pelabuhan,

lama berlabuh, jumlah muatan yang diangkut dengan rumus

Dimana ic = total biaya selama di pelabuhan

it = lama berlabuh

C = jumlah muatan yang diangkut

(1302x17x(52 + 48 + 8) + 85000 + (740 *12605.44))x70.85


I= = 13984.4612
12605,44
Selanjutnya operating movement dihitung yang dipengaruhi oleh total biaya selama

dalam pelayaran, waktu/lamanya berlayar, jumlah muatan yang diangkut dan jarak yang

ditempuh:

mc x mt
T2 =
CxD

(466462266.7 + (4500 * 27))


T2 = = 8669.59
(12605.44 x 5351)

Selanjutnya total biaya per unit dapat dihitung:

I
TC = T2 +
D

13984.4612
TC = 8669.59 + = Rp. 8,67 L/ mil
5351

5.2.4. Metode Operasi

Dari perhitungan diatas dapat dibandingkan antara dua metode operasi, antara

time charter dengan metode freight,

5.2.4.1. Metode Time Charter

Berikut adalah metode time charter, dimana pihak kapal menerima uang sewa

sebesar $1400/hari untuk penyewaan kapal tanker dari pihak Pertamina dengan

akumulasi seluruh pendapatan dan pengeluaran perbulan. Dengan setiap biaya variabel

perjalanan kapal ditanggung oleh Pertamina sebagai pihak penyewa yaitu biaya

pelabuhan dan biaya bahan bakar kapal Untuk seluruh rinciannya dapat dilihat pada

Tabel 5.23.
Tabel 5.23. Laporan Proyeksi Laba Rugi PerbulanDengan Metode Time Charter

Diskripsi Bulanan (dalam Rupiah)


A. PENDAPATAN 496.800.000
B. BIAYA TETAP
1) Gaji Crew 51.177.750
2) Uang Makan Crew 12.750.000
3) Docking (IS +SS) 62.500.000
4) Perawatan 10.000.000
5) Survey 2.083.333
6) Sertifikasi 1.250.000
7) Asuransi (Hull &
Machinery) 6.500.000
8) Asuransi (Protect &
Indemnity) 35.500.000
9) Asuransi Crew 1.500.000
10) Penyusutan 100.000.000
JUMLAH [B] 283.261.083
C. BIAYA VARIABEL
1) Bahan Bakar Minyak
2) Minyak Pelumas 12.000.000
3) Air Tawar 2.000.000
4) Pelabuhan -
5) Bongkar Muat 5.961.600
6) Pajak Penghasilan (Pph 25) 15.000.000
7) Entertainment 1.500.000
Jumlah [C] 49.961.600
D. Biaya Tetap + Var [B + C] 318.222.683
E. Biaya Ops. Perusahaan 10.750.000
F. Ang. Bank [Pokok +Bunga] 137.489.583
G. Total Biaya [D+E+F] 466.462.266
H. Laba/Rugi [A-G] 30.337.733

5.2.4.2. Metode Freight

Pada metode freight dimana pertamina membayar ongkos muatan perjarak yang

ditempuh oleh kapal tanker yaitu berdasarkan cluster yang dimiliki oleh rute kapal,dapat

ditentukan biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan dan pendapatan yang akan

diterima oleh pihak perusahaan karena pelayaran yang akan dilakukan oleh kapal sudah

terjadwal dan sekecil mungkin menekan angka penundaan pelayanan bongkarmuat


dipelabuhan depot asal maupun pelayanan depot tujuan. Dengan perhitungan berikut

pada metode freight dimana pertamina membayar ongkos muatan per jarak yang

ditempuh oleh kapal tanker yaitu berdasarkan kluster yang dimiliki oleh rute kapal,

dapat ditentukan biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan dan pendapatan yang

akan diterima oleh pihak perusahaan karena pelayaran yang akan dilakukan oleh kapal

sudah terjadwal dan sekecil mungkin menekan angka penundaan pelayanan

bongkarmuat di pelabuhan depot asal maupun pelayanan depot tujuan dengan

perhitungan berikut:

Jumlah hari operasi: - di laut 20 hari

- di darat 5 hari

Total hari operasi : 25 hari = Jumlah muatan (muat = bongkar) 2600 × 8 = 20800 KL

Jumlah muatan (muat = bongkar) : 20800 kl x Rp.5,25 juta/kl = Rp. 109.200.000.000,

2. Perhitungan biaya variabel

Biaya bahan bakar (bunker),

Dipakai MFO = 4,5 ton perhari dengan harga Rp.7000 per liter dan MDF = ton perhari

dengan harga Rp 6800,- Perhari

MFO = hari di laut x pemakaian per hari x harga

MFO = 20 x 4.5 ton x Rp.7000/liter = Rp. 630.000.000,- /bulan

MDF = total hari operasi x pemakaian per hari x harga

= 25 x 4.5 ton x Rp.6300/liter = Rp. 708.750.000,- /bulan

Total biaya bunker = 630.000.000 + 708.750.000 = Rp.1.338.750.000

Biaya pelabuhan dan canal = Rp. 466462266.7


3. Perhitungan Biaya Tetap

Biaya tetap dapat dilihat dilaporan keuangan time charter, jumlahnya sama, karena

perbedaan biaya antara time charter dan metode freight hanya pada biaya bahan bakar

dan metode tambang

Tabel 5.24. Laporan Proyeksi Laba Rugi Perbulan Dengan Metode Freight

Bulanan (dalam
Diskripsi Rupiah)
A. Pendapatan 109.200.000.000
B. Biaya Tetap
1) Gaji Crew 51.177.750
2) Uang Makan Crew 12.750.000
3) Docking (IS +SS) 62.500.000
4) Perawatan 10.000.000
5) Survey 2.083.333
6) Sertifikasi 1.250.000
7) Asuransi (Hull & Machinery) 6.500.000
8) Asuransi (Protect & Indemnity) 35.500.000
9) Asuransi Crew 1.500.000
10) Penyusutan 100.000.000
Jumlah [B] 283.261.083
C. Biaya Variabel
1) Bahan Bakar Minyak 1.338.7500.000
2) Minyak Pelumas 12.000.000
3) Air Tawar 2.000.000
4) Pelabuhan 466.462.266
5) Bongkar Muat 5.961.600
6) Pajak Penghasilan (Pph 25) 15.000.000
7) Entertainment 1.500.000
Jumlah [C] 13.890.423.866
D. Biaya Tetap + Var [B + C] 318.222.683
E. Biaya Ops. Perusahaan 10.750.000
F. Ang. Bank [Pokok + Bunga] 137.489.583
G. Total Biaya [D+E+F] 466462266.7
H. Laba/Rugi [A-G] 94878075
5.2.5. Membandingkan Metode Time Charter dengan Metode Freight

Untuk mendapatkan sistem operasi terbaik, dimana sistem pengelolaan kapal

yang menghasilkan keuntungan yang lebih besar dari sistem sebelumnya. Untuk

perbandingan melalui metode time charter dan metode freight dapat dilihat pada Tabel

5.25.

Tabel 5.25. Laporan Perbandingan Metode Time Charter Dengan


Metode Freight

Pendapatan –Biaya = Laba (rugi) Time Charter Metode Freight


(dalam rupiah) (dalam rupiah)
I. Pendapatan
1. Pendapatan Freight 109.200.000.000
2. Pedapatan charter 496.800.000
3. Pendapatan lain-lain
B. Biaya Tetap
1) Gaji Crew 51.177.750 51.177.750
2) Uang Makan Crew 12.750.000 12.750.000
3) Docking (IS +SS) 62.500.000 62.500.000
4) Perawatan 10.000.000 10.000.000
5) Survey 2.083.333 2.083.333
6) Sertifikasi 1.250.000 1.250.000
7) Asuransi (Hull & Machinery) 6.500.000 6.500.000
8) Asuransi (Protect & Indemnity) 35.500.000 35.500.000
9) Asuransi Crew 1.500.000 1.500.000
10) Penyusutan 100.000.000 100.000.000
Jumlah [B] 283.261.083 283.261.083
C. Biaya Variabel
1) Bahan Bakar Minyak 1.338.7500.000
2) Minyak Pelumas 12.000.000 12.000.000
3) Air Tawar 2.000.000 2.000.000
4) Pelabuhan 466.462.266
5) Bongkar Muat 5.961.600 5.961.600
6) Pajak Penghasilan (Pph 25) 15.000.000 15.000.000
7) Entertainment 1.500.000 1.500.000
Jumlah [C] 49.961.600 13.890.423.866
D. Biaya Tetap + VariabelR [B + C] 318.222.683 13.903.923.866
E. Biaya Ops. Perusahaan 10.750.000 10.750.000
F. Ang. Bank [Pokok + Bunga] 137.489.583 137.489.583
G. Total Biaya [D+E+F] 466.462.266 14.052.163.449
H. Laba/Rugi [A-G] 30.337.733 94.878.075
Dari perbandingan diatas dapat diperhatikan bahwa pendapatan yang didapatkan

lebih besar didapatkan dari metode freight, dimana setiap uang tambang yang

dikenakan, berdasarkan kesepakatan para pemilik pelayaran, yaitu Rp. 5700.000,- /kl.

Sehingga setiap muatan yang mungkin dibawa oleh kapal tanker akan dikenai ongkos

sebesar diatas. Selain itu perbandingan untuk metode freight, karena tidak terikat

dengan waktu sewa kepada pihak Pertamina. Memungkinkan menjalin kerjasama

dengan perusahaan lain untuk mengangkut muatan lain, ketika pada perjalanan pulang

ke depot asal, untuk selisih keuntungan didapatkan sebesar Rp.64.540.342,hal ini

membuktikan bahwa metode operasi yang paling tepat adalah metode uang tambang

(freight).
BAB VI

ANALISA PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisa Pemecahan Masalah Penentuan Variabel-Variabel yang Berpengaruh


Kepada Operasional Kapal
Variabel-variabel yang berpengaruh kepada operasional kapal termasuk kepada

kecepatan , jarak dan waktu kecepatan kapal dibagi menjadi dua bagian yaitu kecepatan

kapal saat berlayar dan kecepatan kapal ketika bongkar muat. Kedua kecepatan ini

sangat mempengaruhi efesiensi waktu kapal, tetapi dalam hal ini kecepatan kapal

diusahakan selalu konstan yaitu pada saat kapal bermuatan, kecepatan kapal diatur

hanya sampai 10 knot perjam, hal ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan kapal

yang bermuatan cairan yaitu BBM cair, sedangkan pada saat kapal tidak bermuatan

kecepatan kapal menjadi 10,5 knot, untuk menjaga keseimbangan kapal yang tidak terisi

BBM lagi, kapal diisi dengan air ballast agar mampu menambah bobot kapal didalam

air. Kecepatan kapal ini dampak lain selain agar keseimbangan kapal terjaga, hal ini

juga menghindari pemakaian bahan bakar kapal yang berbanding lurus dengan

kecepatan habisnya bahan bakar cair. Untuk kecepatan bongkar muat, dipengaruhi oleh

kecepatan pompa penyalur BBM dan waktu yang diperlukan untuk mengeluarkan

muatan yang diperlukan. Kecepatan pompa merupakan faktor yang berada di luar sistem

kapal, dimana pompa berasal dari pihak pabean yaitu pihak pertamina yang bertugas

untuk menyediakan pompa dan seluruh fasilitas untuk menyalurkan BBM. Untuk jarak,

kapal menempuh perjalanan dengan jarak antar pelabuhan yang masing-masing

berbeda, jarak juga merupakan salah satu variabel yang sangat berpengaruh kepada

perjalanan kapal, yaitu jarak yang ditempuh kapal pada saat mendistribusikan BBM dan
kembali ke depot asal untuk memuat BBM. Jarak yang ditempuh kapal tidak selalu

konstan, tetapi bervariatif sesuai dengan kondisi perjalanan kapal. Untuk variabel waktu

pelayaran kapal, dipengaruhi oleh waktu perjalanan pergi, perjalanan pulang dan waktu

untuk manuver, waktu bongkar muat dan waktu untuk manuver. Variabel diatas ini

adalah aspek yang diteliti untuk menentukan model berdasarkan angka yang didapati

untuk data dari setiap variabel, selain hal ini di tentukan pula adanya variabel eror, yang

dimaksudkan untuk mewakili variabel yang tidak tercakup didalam penelitian ini dan

dianggap merupakan faktor lain yang mempengaruhi pelayaran kapal.

6.2. Analisis Dengan SEM

1. Pengembangan Model Berbasis Teori

Pada tahap ini model yang dibangun adalah variabel- variabel berubah yang

mempengaruhi jalur yang efektif kapal, dikembangkan berdasarkan keadaan dilapangan

yang mengacu kapal untuk melakukan perjalanan, yaitu berdasarkan variabel yang

mendasari rute yang akan dilalui kapal, yaitu ketika permintaan dari depot tujuan di

terima, maka akan menyertai juga setiap waktu yang diperlukan untuk memuat dan

membongkar, untuk perjalanan, manuver atau bersandar, untuk jarak yang ditempuh

dan banyaknya muatan yang dibongkar atau dimuat

2. Mengkontruksi Diagram Jalur untuk Menunjukkan Hubungan Kausalitas

Diagram yang dihasilkan pada level ini diambil dari diagram level 5 yaitu bagian

operasional kapal yang mendasari waktu penjadwalan kapal, yaitu waktu bongkar muat,

waktu perjalanan, waktu manuver, muatan yang dibongkar muat dan jarak, kelima

variabel ini disebut indikator dan variabel latennya adalah jarak yang efektif,
dimaksudkan bahwa yang menjadi indikator dari jalur yang efektif adalah kelima

variabel tersebut

3. Konversi Diagram Jalur kedalam Serangkaian Persamaan Struktural dan


Spesifikasi Model Pengukuran
Diagram jalur yang dikonversi terdiri dari satu variabel laten dan lima indikator,

sehingga hanya menspesifikkan model pengukuran saja. Yaitu jalur yang efektif yang

disimbolkan dengan Y sebagai variabel laten dan indikator waktu bongkar muat X1,

waktu perjalanan X2, waktu manuver X3, kebutuhan X4 dan jarak X5, dengan

menyertakan pada setiap indikator satu eror sebagai bias dari setiap pengukuran pada

jalur yang efektif, yaitu e1, e2, e3, e4 dan e5 yaitu dengan rumus berikut:

X1 = λ1Y + e1…………………………(1)

X2 = λ2Y + e2…………………………(2)

X3 = λ3Y + e3…………………………(3)

X4 = λ4Y + e4…………………………(4)

X5 = λ5Y + e5…………………………(5)

Dan untuk model strukturalnya adalah:

Y = bX1 + bX2 + bX3 + bX4 + BX5

4. Memilih Input Matriks dan Mendapatkan Model Estimate

Matriks yang dimasukkan merupakan data voyage yang sudah diolah menjadi satu

jam untuk data waktu. Untuk data jarak dan kebutuhan tidak perlu diolah langsung

menjadi data input. Estimasi yang dipilih adalah estimasi maximum likehood, dimana

estimasi ini dimaksudkan untuk mengestimasi data yang berkisar antara 100 sampai 200

data, untuk menghasilkan data normalitas yang selektif dengan tingkat signifikansi

0,001, sehingga outlier yang ada tidak terlalu banyak. Apabila menggunakan estimasi
lain seperti GLS (General Least Squared), akan menghasilkan data normalitas yang

kurang selektif.

5. Menilai Problem Identifikasi

Derajat kebebasan yang diperoleh dari model ini adalah 5, yang diperoleh dari nilai

hasil , untuk penilaian data yang outlier yaitu data yang didapatkan dari hasil penilaian

dengan program AMOS, didapatkan outlier sebanyak 11 data sehingga sisa data yang

normal adalah 101 data, hal ini diakibatkan oleh nilai data yang terlalu besar sehingga

berbeda jauh dengan populasi seluruh data yang ada.

6. Mengevaluasi model dengan kriteria Goodness of Fit

Untuk menguji model yang terbentuk ada beberapa parameter, untuk seluruh parameter

dan keterangannya dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Parameter Model

Parameter Nilai Keterangan


Goodness of fit index 0,874 Model yang dibentuk baik, karena angka goodness
of fit indeks mendekati angka 1
Adjusted goodness of fit index 0,622 Model yang dibentuk cukup baik, karena angka
Adjusted goodness of fit index mendekati angka 1
Parsimony goodness of fit index 0,291 Model yang dibentuk kurang baik, karena angka
Parsimony goodness of fit index kecil karena
mendekati angka 0
Realibity Construct 0,70 Setiap data yang diolah mampu mewakili
keadaannya dilapangan, sehingga penelitian ini
dapat dipertimbangkan untuk mengambil
keputusan karena diatas 0,70 merupakan model
yang baik
Variance Construct 0,69 Setiap variabel yang diolah mampu mewakili
keadaannya dilapangan, sehingga penelitian ini
dapat dipertimbangkan untuk mengambil
keputusan karena diatas nilainya hampir 0,7
7. Interpretasi dan Memodifikasi Model

Dari analisis SEM yang dilakukan, dimodelkan 1 variabel laten dengan jalur yang

efektif sebagai variabel latennya dan sebagai indikator ada 5 buah, yaitu waktu bongkar

muat, jarak, banyak yang dibongkar muat, waktu perjalanan, waktu manuver. Setiap

indikator ini diberikan satu nilai eror sebagai bias dari setiap pengukuran. Dan hal ini

juga menyatakan ada indikator lain yaitu variabel eror yang menjadi bias dari

pengukuran ini. Dan diberikan juga modifikasi indikasi untuk menurunkan nilai chi

square, karena semakin kecil nilai chi square suatu model maka akan semakin baik

model tersebut. Diberikan nilai chi square 10,969 dengan derajat kebebasan 3, untuk

model yang dimodifikasi. Angka pada model menunjukkan factor loading setiap

indikator terhadap konstruk.

- Variabel jarak dengan jalur yang efektif yaitu mendapatkan angka 0,77

menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara.

- variabel kebutuhan memberikan pengaruh sebesar 0,53 kepada jalur yang efektif

,angka 0,53 menunjukkan bahwa, artinya dengan variabel kebutuhan dapat

menjelaskan konstruk jalur yang efektif, sementara untuk angka 0,22 menunjukkan

hubungan yang biasa dengan jalur yang biasa dengan jalur yang efektif.

- Hubungan lama waktu maneuver dengan jalur yang efektif, adalah tetap, keadaan

waktu maneuver yang hanya sedikit berfluktuasi dianggap tetap pada pembuatan

jalur yang efektif pada kapal, sementara untuk hubungan waktu bersandar (X4)

dengan jalur yang efektif menunjukkan hubungannya mutlak yaitu berada pada

angka 1.
- Untuk nilai waktu bongkar muat (X5) memberikan pengaruh yang kuat antara

variabel tersebut dengan jalur yang efektif pada angka 0,30

Kelebihan dari metode SEM ini adalah, bahwa model ini mampu menjelaskan suatu

variabel yang disebut sebagai variabel laten yang mampu diketahui setiap indikator

yang berpengaruh terhadap variabel tersebut, hal ini sangat baik untuk penyusunan

suatu model yang tidak dapat dijelaskan dengan angka, karena indikator tersebutlah

yang menjelaskan keberadaan variabel laten tersebut. Baik pengaruh yang sangat kuat

maupun pengaruh yang biasa bahkan yang tidak ada pengaruhnya., seperti membuat

model jalur yang efektif dengan membuat indikatornya adalah jarak, banyak muatan

yang dibongkar, waktu perjalanan, waktu bongkar muat, dan waktu manuver , sehingga

dapat disusun setiap variabel yang mungkin saja berubah nilainya.

Kekurangan dari metode SEM ini, hanya mampu memunculkan angka pengaruh

yang konstan pada sejumlah data tertentu yaitu dengan data 100 sampai 200 data yaitu

dengan maximum likehood, sementara dengan data yang lebih besar dari angka 200 data

maka harus menggunakan estimasi yang berbeda, karena akan menghasilkan nilai

estimasi yang berbeda pula.

Untuk memodelkan rute ini, sangat perlu diperhatikan untuk setiap data yang

diluar normalitas data, sehingga mampu mewakili model yang sebenarnya di lapangan.

Metode ini dapat terus dipakai, meskipun ada penambahan indikator maupun variabel

laten yang lain, karena akan memberikan pertimbangan yang sangat baik untuk

menyusun suatu rute maupun sistem apapun yang didalamnya ada komponen yang

saling berinteraksi dan memberikan pengaruh.


Untuk hasil penelitian diatas, dihasilkan bahwa variabel yang berpengaruh yang

sangat mempengaruhi model ini adalah jarak, waktu untuk perjalanan, waktu untuk

bongkar muat dan banyaknya muatan yang dibongkar. Sementara untuk waktu manuver

menunjukkan bahwa waktunya hampir konstan, menunjukkan bahwa variabel tersebut

bukan variabel berubah dari model jalur yang efektif. Sehingga dengan pertimbangan

ini, perlu diambil jarak yang paling dekat, waktu perjalanan yang lebih cepat yang

dipengaruhi oleh kecepatan berlayar kapal, baik keadaan kapal laden maupun ballast,

banyak minyak yang dibongkar muat, sebenarnya hal ini sangat dipengaruhi oleh

kecepatan pompa di pelabuhan, sehingga dipikirkan untuk menggunakan lebih dari satu

pompa penghisap, dan kecepatan bongkar muat kapal yaitu kegiatan yang berhubungan

selain pompa penghisap.

6.3. Penentuan Jalur/Rute

Penentuan jalur atau rute yang baru bagi kapal tanker, disesuaikan dengan hasil

pemodelan diatas dimana setiap rute, variabel berubah penentunya adalah jarak, waktu

perjalanan, waktu bongkarmuat, waktu manuver dan banyak BBM yang dibongkar

muat. Pembatasnya adalah kapasitas kapal, kebutuhan tiap depot tujuan. Didapatkan 5

kluster untuk rute penghantaran tiap bulannya yaitu seperti pada Tabel 6.2. dengan

setiap jumlah hari yang didapatkan

Tabel 6.2. Jadwal Keseluruhan

Muatan yang Lama


Klaster Rute
diangkut Perjalanan
Klaster I Ambon – Merauke - Ambon 2588,46 KL 7,6 hari
Ambon – Fak-fak – Kaimana – Masohi
Klaster II 2193,833 KL 3.91 hari
- Ambon

K A 2 5,
la m 8 1
st b 5 1
er o 4, ha
II n 0 ri
I – 7
S 1
au K
m L
la
ki

T
ua
l

D
o
b
o

A
m
b
o
n

Klaster IV Ambon – Ternate- Tobelo- Ambon 2436,838 KL 4,29 hari


4,02 hari
Ambon – Namlea- Labuha – Wayame 2532.238 KL
Klaster V
– Sanana – Ambon
24,93 hari
Total Perjalanan
Jumlah hari 24,93 hari merupakan hari efektif penghantaran minyak karena 2 hari

ditentukan untuk maintanance kapal

6.4. Sistem Operasi Kapal

1. Time Charter

Pada metode ini, yang menjadi keuntungan adalah, pihak perusahaan akan tetap

menerima uang sewa time charter, meskipun waktu untuk melakukan tertunda. Pihak

perusahaan hanya menyediakan seluruh operasional kapal kecuali untuk biaya bahan

bakar dan pelabuhan. Pelayanan yang terlambat di pelabuhan dan tidak terlayaninya
depot-depot yang lain tidak mempengaruhi uang sewa yang diterima oleh pihak

perusahaan, dengan kata lain meskipun produktivitas waktu pelayaran sangat rendah

tidak akan mempengaruhi pendapatan perusahaan. Kelemahan pada metode ini adalah

meskipun ada kemungkinan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan dengan

meningkatkan keefektifan produktivitas kapal, tetapi hal ini tidak dapat

dilakukan,karena seluruh waktu operasional kapal sudah dikendalikan oleh pihak

Pertamina, untuk keuntungan yang diraih dari metode ini adalah sebesar

Rp.30.337.733,-.

2. Metode Freight

Pada metode ini, kelebihannya adalah pihak perusahaan mampu mendapatkan

keuntungan maksimal dengan meningkatkan produktifitas kapal, metode ini

memungkinkan pihak perusahaan untuk mengadakan kerjasama dengan pihak

perusahaan lain untuk mendapatkan keuntungan, waktu produktifitas kapal akan

semakin besar dan seiring dengan keadaan ini, uang tambang yang dikenakan pada

setiap muatan pun telah ditetapkan oleh komite pelayaran sehingga mempunyai

ketetapan untuk pendapatan yang akan diraup oleh pihak perusahaan, meskipun dalam

hal ini, pihak perusahaanlah yang akan menanggung biaya variabel bahan bakar kapal

dan biaya pelabuhan. Kelemahan dari metode ini adalah bahwa pihak kapal

bertanggungjawab penuh atas operasional kapal dan menanggung seluruh akibat

kerugian apabila kapal terlambat memenuhi jadwal yang sudah ditentukan oleh pihak

yang mengadakan kerjasama dengan pihak perusahaan, sehingga resiko yang harus
diambil pihak perusahaan jauh lebih tinggi, untuk pendapatan yang didapatkan dengan

metode ini didapatkan sebesar Rp.94.878.075,-

6.5. Membandingkan Metode Time Charter dengan Metode Freight

Untuk perbandingan sistem operasi kapal ditentukan dengan metode freight dan

metode time charter. Dalam hal ini untuk mendapatkan keuntungan lebih, sebaiknya

pemilik kapal menerapkan sistem freight yaitu mengenakan ongkos kepada setiap

muatan yang diangkut oleh kapal. Keuntungan dari time charter adalah seandainya ada

kelambatan dari pihak lain, selain dari pihak penyewa, pihak pemilik tetap mendapat

uang sewa perhari, sementara kalau sistem freight, pemilik kapal wajib

bertanggungjawab penuh atas seluruh kelancaran penghantaran yang dilakukan dan

diberlakukannya demmurage disch untuk keterlambatan penghantaran yaitu penalty

untuk pemilik kapal. Tetapi berdasarkan penggunaan keefektifan kapal, metode freight

sangat memungkinkan, untuk perbandingan dari metode diatas dapat dilihat pada Tabel

6.3.

Tabel 6.3. Laporan Perbandingan Metode Time Charter Dengan Metode


Freight

Pendapatan –Biaya = Laba Time Charter Metode Freight


(Rugi) (dalam rupiah) (dalam rupiah)
Pendapatan 496.800.000 109.200.000.000
Biaya Tetap + Variabel 318.222.683 13.903.923.866
Biaya Ops. Perusahaan 10.750.000 10.750.000
Ang. Bank [Pokok + Bunga] 137.489.583 137.489.583
Total Biaya 466.462.266 14.052.163.449
Laba/Rugi 30.337.733 94.878.075
Dari perbandingan diatas dapat diperhatikan bahwa pendapatan yang didapatkan

lebih besar didapatkan dari metode freight, dimana setiap uang tambang yang

dikenakan, berdasarkan kesepakatan para pemilik pelayaran, yaitu Rp. 5700.000,- /kl.

Sehingga setiap muatan yang mungkin dibawa oleh kapal tanker akan dikenai ongkos

sebesar diatas. Selain itu perbandingan untuk metode freight, karena tidak terikat

dengan waktu sewa kepada pihak pertamina. Memungkinkan menjalin kerjasama

dengan perusahaan lain untuk mengangkut muatan lain, ketika pada perjalanan pulang

ke depot asal untuk selisih keuntungan didapatkan sebesar Rp.64.540.342,hal ini

membuktikan bahwa metode operasi yang paling tepat adalah metode uang tambang

(freight).

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data dan membahas hasil yang

diperoleh untuk memcahkan permasalahan yang terjadi pada penentuan rute yang

efektif pada PT. Burung Laut, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Variabel yang berpengaruh terhadap jalur operasional kapal adalah waktu

bongkarmuat, waktu perjalanan, dan kebutuhan setiap depot paling dominan karena

berdasarkan nilai pengaruh diatas 0,53. sementara untuk nilai pengaruh waktu manuver

dan jarak, tergolong lemah, meskipun merupakan variabel pertimbangan untuk

menyusun rute

2. Jalur yang optimal dari distribusi BBM yaitu sebagai berikut :

- Klaster I rute perjalanan yaitu Ambon – Merauke – Ambon, muatan yang diangkut

2588,46 KL dan lama perjalanan 7,6 hari.

- Klaster II rute perjalanan yaitu Ambon – Fak-fak – Kaimana – Masohi - Ambon,

muatan yang diangkut 2193,833 KL dan lama perjalanan 3.91 hari.

- Klaster III rute perjalanan yaitu Ambon – Saumlaki – Tual – Dobo – Ambon,

muatan yang diangkut 2854,071 KL dan lama perjalanan 5,11 hari.

- Klaster IV rute perjalanan yaitu Ambon – Ternate- Tobelo- Ambon, muatan yang

diangkut 2436,838 KL dan lama perjalanan 4,29 hari.

- Klaster V rute perjalanan yaitu Ambon – Namlea- Labuha – Wayame – Sanana –

Ambon, muatan yang diangkut 2532.238 KL dan lama perjalanan 4,02 hari.

3. Biaya yang optimal didapatkan dari seluruh biaya perbulan dari operasional kapal

yaitu sebesar Rp.466.462.266. perbulan dengan seluruh kebutuhan untuk bahan bakar

dan uang pelabuhan ditanggung oleh PT. Pertamina, sedangkan untuk biaya

keseluruhan dengan metode freight didapatkan sebesar Rp.13.890.423.866.

4. Untuk nilai biaya kapal perjarak tempuh didapatkan sebesar Rp. 8,67 L/ mil, yaitu

ongkos muatan minyak, perjarak tempuhnya.


5. Untuk pilihan terbaik dari perbandingan metode uang tambang dengan metode time

charter adalah metode uang tambang yaitu dengan selisih keuntungan sebesar

Rp.64.540.342 tetapi mengambil resiko lebih besar karena seluruh tanggungjawab

pendistribusian BBM ditanggung sepenuhnya oleh pihak perusahaan, hal ini beresiko

karena apabila pihak perusahaan tidak optimal pengoperasiannya akan membuka

peluang untuk perusahaan pelayaran lain untuk menggeser kerja sama dengan pihak

yang bekerja sama dengan pihak perusahaan.

6. Dari keseluruhan sistem yang ada pada manajemen perkapalan dengan metode SEM

maka didapatkan untuk pembuatan rute yang paling berpengaruh banyak muatan

yang dibongkar atau dimuat yang ditempuh didapatkan nilai pengaruhnya adalah

mutlak, untuk waktu bongkar muat didapatkan pengaruhnya sangat kuat, untuk

waktu perjalanan nilai pengaruhnya kuat, untuk jarak mendapatkan nilai pengaruh

cukup kuat, sementara untuk waktu manuver didapatkan nilai pengaruh yang lemah

dapat dirumuskan dengan perumusan angka pengaruh dari SEM adalah: Y = 0,77 X1

+ 0,53 X2 + 0,22 X3 + 1 X4 + 0,3 X5.

7. Untuk data waktu manuver yang mempunyai pengaruh lemah, artinya keberadaan

kapal ketika bersandar atau manuver tidak dapat memberikan pengaruh terhadap

keefektifan jalur kapal yang dibentuk, namun untuk pelayaran hal ini harus tetap

disertakan, meskipun nilainya akan tetap konstan.

8. Dari seluruh penyelesaian SEM, didapatkan bahwa variabel yang sangat berpengaruh

adalah waktu untuk bongkarmuat, waktu perjalanan, banyaknya muatan yang

dibongkar muat dan jarak yang ditempuh, sehingga untuk menentukan keefektifan

pelayaran kapal, variabel-variabel ini sangat penting untuk dioptimalkan.


7.2. Saran

1. Bagi penelitian selanjutnya, variabel lainnya hendak diselidiki lebih lanjut, agar

model yang dibentuk lebih mewakili keadaan sebenarnya, yaitu agar nilai pengaruh

dari setiap variabel menjadi variabel yang berpengaruh.

2. Perlu dipikirkan untuk membuat data yang lebih besar untuk melihat kecenderungan

nilai pengaruh model untuk mendapatkan model yang lebih fit .

2 Bagi pihak perusahaan hendaknya memperhatikan kemungkinan lain untuk

mempertimbangkan sistem operasi dengan mengendalikan pelayaran sendiri dengan

mengenakan ongkos ke setiap muatan yang diangkut kapal, karena hal ini akan

meningkatkan produktivitas kapal.

3. Dapat dipikirkan untuk menjalin kerja sama dengan pihak lain selain Pertamina, agar

ketika kapal kembali ke depot asal tidak dalam keadaan kosong.

4. Bagi pihak perusahaan , dipikirkan untuk melakukan perjalanan dengan sistem liner,

sehingga delay time pada waktu bongkar muat akan berkurang karena sudah

terjadwal terlebih dahulu di pelabuhan depot tujuan maupun asal.

DAFTAR PUSTAKA

Ghozali, Imam, Model Persamaan Sstruktural AMOS Ver. 5.0, Universitas Diponegoro,
2004

Imam, Kamirul, , Analisa Model Persamaan Struktural (SEM), Bahan Kuliah Analisis
Multivariat Program MM - PPS UNEJ, Jakarta. 2006

Kosasih, Engkos dan Soewedo Hananto, Manajemen Perusahaan Pelayaran,Edisi I,


Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada,2007

Nasution, M.Nur Manajemen Transportasi, Edisi II Cet I;Jakarta:Ghalia


Indonesia,2004,
Salim Abbas,. Manajemen transportasi.Edisi I (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2006

Santoso, Singgih, Structural Equation Modeling Konsep dan Aplikasi dengan AMOS,
Jakarta, PT. elex Media Komputindo, 2007

Sarwono, Jonathan, 2006, Analisa Jalur Untuk Riset Bisnis dengan SPSS, Penerbit
ANDI, Yogyakarta.

Sarwono, Jonathan Metode penelitian kuantitatif &kualitatif, Ed I,(Cet


I;Yogyakarta:Graha Ilmu,2006).

Supranto,Analisis Multivariat arti & Interpretasi,(CetI;Jakarta:Rhineka Cipta,2004)

Suyono, R.P Shipping Pengakutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut, (Cet,
Jakarta 2003).

Richa, Agarwal Ergun Ozlem, Ship Scheduling and Network Design for Cargo
Routing in Liner Shipping, Schoo, infoms@isye.gatech.edu,
oerung@isye.gatech.edu

Threatte, Kermit dan C. Graves, Stephen, Tactical Shipping and Scheduling at Polaroid
with Dual Lead-Times, sgraves@mit.edu

Anda mungkin juga menyukai