Anda di halaman 1dari 2

Pandemi COVID-19 menjadikan seseorang lebih sering meeting secara online.

Pada
saat bersamaan penggunaan headset lebih memaksimalkan dalam menangkap
percakapan saat meeting online. Penting setiap individu  mengetahui cara Cegah
Gangguan Pendengaran. Berikut apa kata pakar pada Temu Media dalam
rangka Hari Pendengaran Sedunia 2022 yang pada tahun ini bertema  Nasional :
"Jaga pendengaran Kita Kini dan Nanti"  dan Tema global : " Hear For Life, Listen
With Care " .
Untuk menjaga kesehatan pendengaran Anda perlu batasan-batasan dalam
menggunakan headset baik saat meeting online maupun kegiatan lain. Pasalnya,
penggunaan headset yang berlebih akan mengakibatkan gangguan pendengaran.
Prevalensi global gangguan pendengaran tingkat sedang hingga berat meningkat
12,7% pada usia 60 tahun, dan menjadi lebih dari 58% pada usia 90 tahun.
Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan Bedah
Kepala Leher Indonesia (PP PERHATI KL) Jenny Bashiruddin menjelaskan
penggunaan headset saat meeting online maupun aktivitas lain perlu dibatasi.
Kebiasaan menggunakan headset dengan volume tinggi akan berisiko terjadi
gangguan pendengaran.
“Untuk penggunaan headset volumenya tentu tidak boleh besar-besar, setidaknya 60%
dari volume yang ada,” katanya dalam konferensi pers secara virtual di Jakarta, Selasa
(1/3).
Lebih lanjut ia menjelaskan, setelah 1 jam menggunakan headset harus dihentikan dan
istirahat selama 1 jam. Dengan demikian kesehatan pendengaran akan tetap terjaga.
Selanjutnya diperlukan pemeriksaan telinga secara rutin untuk membersihkan kotoran
telinga. Kalau kotoran telinga atau serumennya itu biasa saja, bisa dilakukan
pemeriksaan 6 bulan sekali. Tapi kalau serumennya itu cepat mengeras maka
pemeriksaan dilakukan 3 sampai 4 bulan sekali.
Pada prinsipnya, lanjut Jenny, telinga itu terdapat kelenjar sebasea dan kelenjar
serumen yang akan menghasilkan kotoran di sepertiga lubang. Sehingga seharusnya
kotoran tersebut bisa keluar sendiri dan kalaupun mau dibersihkan itu tidak boleh
menggunakan cutton bud.
Hal itu akan merusak sehingga sebaiknya hanya bagian luar saja yang dibersihkan,
dilap, dan tidak boleh sampai masuk ke dalam telinga, karena yang boleh
membersihkan harus dokter atau petugas kesehatan.
“Kita tidak merekomendasikan untuk dibersihkan sendiri, jadi caranya kalau memang
kotorannya cepat banget ada harus enam bulan sekali dibersihkan,” ucap Jenny.
Selain itu diperlukan pemeriksaan untuk mengetahui tingkat pendengaran. Bagi
pegawai dengan tempat kerja yang bising melebihi 85 desibel, maka pemeriksaan
pendengaran dianjurkan 1 tahun sekali.
“Tapi kalau dia bekerja tidak di tempat bising, tentunya pemeriksaan pendengarannya
tidak usah 1 tahun sekali, bisa 2 atau 3 tahun sekali,” tambah Jenny.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementeriaan Kesehatan (Kemenkes)
RI dr. Maxi Rein Rondonuwu mengatakan kesehatan pendengaran merupakan hal
penting untuk diwujudkan di seluruh siklus hidup manusia.
Gangguan pendengaran mampu diatasi apabila dapat diidentifikasi tepat waktu. Jadi
deteksinya secara dini dan segera mendapatkan perawatan yang tepat.
“Gangguan pendengaran dapat dicegah melalui tindakan preventif seperti
menghindari suara bising dalam kegiatan sehari-hari. Orang dengan risiko gangguan
pendengaran agar melakukan pemeriksaan secara berkala,” kata Dirjen Maxi.
Download Hires Media KIE, Panduan WHD 22 , Tautan Video Webinar  4 Maret 
2022  dll di sini :   https://link.kemkes.go.id/HariPendengaranSedunia2022

Anda mungkin juga menyukai